Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Metode Resitasi

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA

DENGAN METODE RESITASI

Di Susun Oleh : NOER FAIZAH NIM : 103017027199

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Metode Resitasi”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 3 Maret 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, Maret 2009

Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 150 277 129

... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Otong Suhyanto, M.Si NIP. 150 293 239

... ...

Penguji I

Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd NIP. 150 210 082

... ...

Penguji II

Dr. Kadir, M.Pd NIP. 150 265 632

... ...

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150 231 356


(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Noer Faizah

NIM : 103017027199

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun : 2003 / 2004

Alamat : Jln. Bangka Raya No. 41 Rt 014/01 Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 12720

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Metode Resitasi adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1 Nama : Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP. : 150 277 129

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2 Nama : Firdausi S.Si, M.Pd

NIP. : 150 368 737

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 4 Maret 2009 Yang Menyatakan


(4)

ABSTRAK

Noer Faizah, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Metode Resitasi”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan penerapan metode resitasi. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darussa’adah Jakarta tahun ajaran 2008/2009. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari tiga siklus dan tiap siklusnya terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematika, lembar observasi, catatan lapangan dan pedoman wawancara.

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Jumlah soal yang diuji coba sebanyak 20 soal dan diperoleh 17 soal yang valid dan nilai reliabilitasnya yaitu 0,842.

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-A. Rata-rata skor awal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 56,33 dan pada akhir penelitian rata-rata skornya sebesar 74,67. Peningkatannya yaitu sebesar 18,34 yang disertai dengan peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode resitasi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.


(5)

ABSTRACT

Noer Faizah, “An Attempt To Increase The Student’s Mathematical Problem Solving Ability Based On Recitation Method”. Thesis, Mathematic Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this research is to increase the student’s mathematic problem solving ability based on recitation method. This research was conducted in MTs Darussa’adah Jakarta for academic year 2008/2009. The research method is classroom action research with three cycles, and each cycle consists of four activities: planning, action, observation, and reflection.

In this research, the writer use the Instruments: mathematic problem solving ability test, observation sheet, field note, and interview guidance.

The writer gave mathematic solving ability test and than continued with validity and rehability test to get the data. Namber of question tested are20. The result of validitytest is 17 questions which valid and value realibility is 0,842.

Increasing student’s mathematic problem solving ability can visible increasing average score of student’s mathematic problem solving ability class VIII-A. First average score of student’s mathematic problem solving ability is 56,33 and the last is 74,67. Increasing average score is 18,34 is accompained with the increasing of learning result. The result of this research shows that recitation method can increase student’s mathematics problem solving ability in learning mathematic.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penyusunan skripsi ini.

3. Bpk. Otong Suhyanto, M.Si., sebagai Sekretaris Jurusan Matematika.

4. Bpk. Firdausi S.si M.Pd. Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. Amien…

6. Kepala Sekolah MTs Darussa’adah Jakarta, Bpk. H. M. Zahruddin Usman S.Ag, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.


(7)

7. Ibu Nurseha S.Si selaku guru matematika kelas VIII-A yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Seluruh karyawan dan guru MTs Darussa’adah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

8. Kepala Sekolah SMK Andalus Jakarta, Bpk. Drs. H. Zainuddin yang telah memberikan izin cuti mengajar kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

10.Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ibu Hj. Sa’wanah dan Bapak H. Ayyub(alm) yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya mendo’akanku, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepadaku. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

11.Teristimewa untuk keluargaku, ibu tiriku Hj. Asma’ yang tak pernah berhenti memberikan do’a untukku, adik-adikku tersayang Abdul Rahman dan Ahmad Nasrulloh dengan semua keceriaan dan senyum indah yang mampu menghilangkan penatku.

12.Sahabat-sahabatku Sugi, Yuyun, Aan, Lina dan Ina (thanx sobat atas kebersamaannya), Novi, Tina, Maftuhah, Kerida (thanx kalian dah jadi pendengar yang baik dengan segala keluh kesahku), Liya, asniah dan zenal (thanx berat atas bantuannya tentang PTK), dan tunanganku H. A. Falhan Attahawi LC., MA. (thanx selalu mensuportku)

13.Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan’03, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam kesuksesan.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah


(8)

diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya.

Jakarta, Februari 2009


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Area... C. Pembatasan Fokus Penelitian... D. Perumusan Masalah Penelitian... E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian...

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori... 1. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi...

a. Pengertian Matematika... b. Pengertian Pembelajaran... c. Pengertian Pembelajaran Matematika... d. Pengertian Metode Pembelajaran... e. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran... f. Pengertian Metode Resitasi... g. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi... h. Fase-Fase Metode Resitasi ... 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa... a. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika... ...

i iii vi ix x xi 1 4 4 6 6 8 8 8 9 11 14 15 17 20 21 22 22


(10)

b. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa... ... c. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika Siswa dalam Pembelajaran... B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan... C. Hipotesis Tindakan...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan... C. Subjek Penelitian... D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian... E. Tahapan Intervensi Tindakan... F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... G. Data dan Sumber Data... H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data... I. Teknik Pengumpulan Data... J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi………... K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data………... BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan... 1. Siklus I... 2. siklus II... 3. Siklus III...

B. Pemeriksaan Keabsahan Data……….

C. Interpretasi Hasil Analisis………...

D. Pembahasan Temuan Penelitian……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

24 25 28 30 31 31 34 34 34 38 38 38 39 40 42 44 44 56 66 77 78 85


(11)

A. Kesimpulan.. ... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

86 87 88 90


(12)

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Gambar 4 Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8

Alur Penellitian PTK...………...………...………….. Situasi Kelas Ketika Diskusi……....………...…………... Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes SiklusI………...…………...………... Situasi Kelas Pada Saat Quiz Berlangsung...……... Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes SiklusII………...………..………... Situasi Kelas Pada Saat Siswa Mendapat Bimbingan Ekstra...………... Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes SiklusIII……...……...………...……... Histogram dan Poligon Skor Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa……...…………..….

33 49

54 63

64

70

75


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan………. Tabel 2 : Tahap Penelitian Siklus I………. Tabel 3 : Tahap Penelitian Siklus II………... Tabel 4 : Tahap Penelitian Siklus III……….. Tabel 5 : Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematka Siklus I………...

Tabel 6 : Nilai Tes Akhir Siklus I……..………

Tabel 7 : Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematka Siklus II……….... Tabel 8 : Nilai Tes Akhir Siklus II………... Tabel 9 : Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematka Siklus III……….. Tabel 10 : Nilai Tes Akhir Siklus III……… Tabel 11 : Rekapitulasi Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Keseluruhan Siklus………. Tabel 12 : Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Siklus I...……….. Tabel 13 : Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Pada Siklus II...……….. Tabel 14 : Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Pada Siklus III...……….. Tabel 15 : Statistik Deskriptif Peningkatan Aktivitas Siswa………... Tabel 16 : Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

34 35 36 37

50 53

59 63

72 74

76

78

79

80 81


(14)

Pada Siklus I, II dan III...……….. Tabel 17 : Perbandingan Nilai Siswa Pada Siklus I, II dan III…………....

82 82


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut konsep Islam, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam hidupnya, dan dengan ilmu pengetahuan manusia dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.1

Sebagaimana hadist nabi Muhammad SAW yang berbunyi :

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kedua (kehidupan dunia dan akhirat), maka dengan ilmu”.2

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan cepat, menyebabkan semakin ketatnya persaingan menghadapi era globalisasi. Faktor utama daya saing yang penting adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu pemerintah sedang berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mewujudkan hal di atas langkah yang paling penting adalah melalui dunia pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi SDM melalui kegiatan pengajaran. Melalui pendidikan manusia sebagai subjek pembangunan dapat di didik, dibina dan di

kembangkan potensi-potensinya. Dengan tujuan agar menjadikan mereka manusia yang berkualitas dan dapat bersaing, sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang fungsi pendidikan nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

1

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta: PT Raja

grafindo Persada, 2004), h. 6 2

http://www.pendidikanqur’an.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-res-2005-arnelisjal-205 (2 maret 2008, 15.12)


(16)

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Perwujudan fungsi pendidikan nasional tersebut masih mendapatkan banyak permasalahan, sebagai contoh rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi tertentu. Salah satu permasalahan yang sekarang mencuat dan hangat di masyarakat adalah banyaknya siswa yang tidak lulus UAN pada bidang studi tertentu. Ironisnya, jika ditelisik lebih jauh mata pelajaran matematika-lah yang mempunyai masalah dengan rendahnya prestasi belajar.

Sampai saat ini matematika masih merupakan mata pelajaran yang kurang disukai, atau lebih ekstrim lagi dikatakan pelajaran yang ditakuti. Sehingga banyak diantara mereka yang kurang berhasil di dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MTs Darussa'adah Jakarta, menunjukkan bahwa rendahnya rata-rata prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTs Darussa'adah Jakarta yang hanya mencapai angka 56,33 (lihat lampiran 19). Rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan siswa tidak mampu menyelesaikan soal matematika dengan benar.

Rendahnya prestasi matematika siswa juga disebabkan oleh faktor siswa yang mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada soal pemecahan masalah. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan sebagai kegiatan utama.

3

Undang-Undang tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya, (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 7


(17)

Kini tugas guru matematika menjadi ganda. Pertama, bagaimana materi ajar sampai kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum. Kedua, bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan pelibatan peserta didik secara penuh, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan menyenangkan. Sebuah tantangan bagi guru matematika untuk senantiasa berpikir dan bertindak kreatif dalam menentukan metode yang paling efektif untuk proses pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Demikian pula dengan kondisi eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar sangat bervariasi. Dalam hal ini guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif untuk pembelajaran siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah.

Salah satu cara yang dianggap efektif adalah dengan sering memberikan latihan-latihan. Guru yang sering memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu.4 Dengan kata lain, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada siswa, disamping juga metode yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran tersebut.

Salah satu metode pembelajaran ada yang dikenal dengan nama metode resitasi (pemberian tugas). Pada metode resitasi, siswa mempertanggungjawabkan tugas untuk menemukan kembali dan lebih memahami konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat mengenai konsep matematika. Resitasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat dikerjakan di rumah atau di kerjakan di luar jam pelajaran. Sehingga metode resitasi ini lebih luas bila di bandingkan dengan pekerjaan rumah (PR). Metode ini akan dilengkapi dengan soal-soal pemecahan masalah. Dengan demikian, metode ini diharapkan dapat

4

http://perpustakaan.uns.ac.id/dglib/pengguna.php?mn=detail&d_id=1163, (20 maret


(18)

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa MTs Darussa'adah Jakarta sehingga prestasi dan hasil belajar matematika siswa tersebut dapat meningkat pula.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Metode Resitasi”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Penelitian ini melibatkan siswa kelas VIII MTS. Dipilihnya kelas VIII MTS dikarenakan peneliti akan mengambil materi tentang sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) yang diajarkan pada kelas VIII MTS. Fokus penelitian ini berkenaan dengan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas yaitu:

1) Pembelajaran bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

2) Apakah penggunaan metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

3) Bagaimanakah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan metode resitasi?

4) Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode resitasi?

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat ditingkatkan melalui metode resitasi. Untuk lebih jelasnya mengenai pembatasan masalah berikut uraiannya:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.


(19)

Pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari pengetahuan seseorang akan subtansi masalah tersebut, apakah pemahamannya terhadap inti masalah, prosedur atau langkah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah, maupun aturan atau rumus yang digunakan unuk menyelesaikan masalah.

2. Adapun indikator keberhasilan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dimaksud yaitu: (1) Siswa mampu untuk memahami masalah. (2) Siswa mampu untuk membuat rencana pemecahan. (3) Siswa mampu untuk melakukan perhitungan. (4) Siswa mampu untuk menilai dan mempertanggungjawabkan hasil yang dikerjakan.

3. Metode Resitasi yang dimaksud adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan, rumah, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.5

4. Pada metode resitasi, siswa mempertanggungjawabkan tugas untuk menemukan kembali dan lebih memahami konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat mengenai konsep matematika dan mmpunyai kemampuan pemecahan masalah matematika. 5. Materi yang disajikan adalah sistem persamaan linear dua variabel

(SPLDV) yang pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) MTs Darussa'adah diberikan pada siswa MTS kelas VIII semester pertama.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

5

Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka


(20)

2. Apakah metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

3. Bagaimana aktivitas siswa dalam belajar matematika dengan metode resitasi?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian Tujuan hasil penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana aktivitas siswa dalam belajar matematika dengan metode resitasi.

Manfaat hasil penelitian Manfaat bagi guru

1. Menambah wawasan guru terhadap salah satu metode pengajaran dalam mengajarkan matematika kepada siswa. 2. Memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam mengajar

matematika.

3. Mengetahui krakteristik dan keinginan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.

Manfaat bagi siswa

Apabila hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka melalui metode ini siswa akan mudah menyerap materi, meningkatkan keaktifan siswa dan memberikan solusi baru dalam belajar matematika.

Manfaat bagi sekolah

1.Meningkatnya kualitas guru dan siswa lebih kreatif, aktif dan produktif.


(21)

2.Sebagai bahan masukan bagi sekolah tentang peranan metode pembelajaran dalam rangka perbaikan mutu pendidikan.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN

KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika dengan Metode Resitasi a. Pengertian Matematika

Kata "matematika" berasal dari kata "mathema" yang dalam bahasa yunani diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga "mathematikos" yang diartikan sebagai "suka belajar".6

Adapun karakteristik utama matematika adalah disiplin dan pola pikir yang logis, kritis, sistematis dan konsisten, serta menuntut daya kreatif dan inovatif.7

Istilah matematika dari beberapa negara di dunia berasal dari kata; mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia) atau

mathematick (Belanda) berasal dari bahasa latin mathematican, yang mulanya diambil dari bahasa yunani, mathematike yang berarti “relating to learning“, perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.8

Berdasarkan etimologis kata matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengepresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.9

Johnson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Kemudian Reys dkk, dalam bukunya mengatakan pula bahwa matematika adalah telah tentang pola hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Mereka mengartikan matematika adalah suatu pola berpikir manusia yang khas berfikir matematika, maksudnya dalam memecahkan suatu masalah

6

http://id.wikipedia.org/wikipedia/matematika, (31 oktober 2006) 7

Susy Puspitasari dan Zulmahdi Dailami, Hakikat Pembelajaran MIPA dan kiat

pembelajaran matematika di perguruan tinggi, (Jakarta: PAU-PPAI, 2001), h. 3 8

Erman Suherman. et.al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003) h. 15

9

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka


(23)

harus mencari langkah – langkah yang tepat. Selain itu, matematika juga merupakan alat untuk mempelajari bidang studi yang lain.10

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Menurut Jujun S. Sumantri, matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.11

Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu keteraturan pola hubungan yang dapat dimengerti dan dapat digunakan untuk membantu kegiatan manusia.

b. Pengertian Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “Proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Kata ini berasal dari kata kerja belajar, maka pengertian dari kata "belajar" itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah pembelajaran. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata "belajar" merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Bisa malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang

10

Erman Suherman. et.al, Strategi Pembelajaran…, h. 17 11

J. Ekaningsih Paimin, Agar Anak Pintar Matematika, (Jakarta: Puspa Swara, 1998), h. 2-3


(24)

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebagaimana pendapat James O. Whittaker merumuskan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.12

Cronbach mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.13 Sedangkan Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.14

Pendapat Kingskey sejalan dengan pendapat Geoch yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah sebagai hasil dari latihan. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu proses yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.15 Pembelajaran, Menurut Usman “proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

12

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 12 13

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar….,h. 13 14

http://www.mathematic.transdigit.com, (30 Agustus 2007, 15.30 WIB) 15


(25)

mencapai tujuan tertentu”.16 Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Pembelajaran merupakan proses pemperolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Pembelajaran disebut juga kegiatan intruksional saja, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berprilaku tertentu dalam kondisi tertentu.

c. Pengertian Pembelajaran Matematika

Perubahan paradigma pembelajaran dari pandangan mengajar ke pandangan belajar atau pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa membawa konsekuensi perubahan yang mendasar dalam proses pembelajaran di kelas. Perubahan tersebut menuntut agar guru tidak lagi sebagai sumber informasi, melainkan sebagai teman belajar. Siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Belajar matematika lebih dipusatkan atas dasar struktur kognitif. Sehingga bahan pelajaran dan kurikulum harus disusun menurut urutan-urutan tingkat kesukaran yang logis dan didasarkan atas pengalaman-pengalaman belajar terdahulu. Bruner mengemukakan empat dalil dalam mempelajari matematika, antara lain:

1. Dalil Penyusunan (Contruction Theorema), yaitu cara belajar matematika dengan melakukan penyusunan representasinya. Cara ini baik bagi siswa untuk mempelajari konsep, dalil-dalil dalam matematika. Pada tahap ini, siswa belajar matematika dengan

16

http://perpustakaan.uns.ac.id/dglib/pengguna.php?mn=detail&d_id=1375, (5 Januari


(26)

benda-benda konkrit untuk memahami konsep-konsep matematika. Dengan demikian, siswa aktif dalam kegiatan-kegiatan belajar karena dapat melihat, meraba, dan melakukanya sendiri.

2. Dalil Notasi (Notation Theorema), dalam penyampaian konsep matematika adalah mempergunakan notasi yang sesuai dengan perkembangan mental siswa dan kemampuannya.

3. Dalil Pengontrasan dan Keanekaragaman (Contranand Variation Theorema) adalah mengkontraskan suatu konsep dengan konsep yang lain, dan disajikan dengan keanekaragaman, sehingga konsep itu lebih bermakna bagi siswa.

4. Dalil Pengaitan (Connectivy Theorema), adalah menunjukkan suatu konsep matematika dengan konsep lain. Maka, dalam belajarmatematika hendaknya siswa diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya, agar siswa dapat melihat aplikasi konsep matematika.17

Pembelajaran matematika pada umumnya lebih banyak menggunakan rumus-rumus dan algoritma yang sudah baku. Hal ini menyebabkan siswa kurang paham dan kurang memahami konsep. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika di dalam kelas diawali dengan sikap siswa terhadap matematika, sejauh mana siswa memahami konsep materi dan sejauh mana siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat hal-hal tersebut di atas, pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang kita ajar. Oleh karena itulah kita perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut :

a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)

Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal

17


(27)

yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Semisal seseorang mempelajari konsep B yang mendasarkan kepada konsep A, maka orang itu perlu memahami lebih dulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahai konsep B. Ini berarti, mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu.

b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral

Setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan sekaligus untuk mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika. Metode spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan atau perluasan saja tetapi harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral mendatar.

c. Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir deduktif Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar. Misalnya sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SLTA, maka dalam pembelajaran matematika belum seluruhnya menggunakan pendekatan deduktif tapi masih bercampur dengan induktif.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas


(28)

pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, meskipun ditempuh pola induktif, tetapi tetap pada bahwa generalisasi suatu konsep haruslah bersifat deduktif. Kebenaran konsistensi tersebut mempunyai nilai didik yang sangat tinggi dan amat penting untuk pembinaan sumber daya manusia dalam kehidupan sehari-hari.18

d. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.19 Pada kegiatan belajar-mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah di rumuskan.

Metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode juga dapat dikatakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.

Beberapa metode yang dianggap sesuai dan dapat digunakan pada kegiatan belajar mengajar matematika antara lain, sebagai berikut: metode ceramah, ekspositori, metode demontrasi, metode latihan hafal dan praktek, metode tanya jawab, metode diskusi, metode permainan, laboratorium, kegiatan lapangan, metode

18

Erman Suherman,et.al., Strategi Pembelajaran …, h. 67-69. 19

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 145


(29)

karyawisata, metode penemuan/eksperimen, inkuiri, metode problem solving, metode pemberian tugas (resitasi), pengajaran beregu.

e. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran

Proses kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku pada satu metode mengajar, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi juga tidak akan menguntungkan jika penggunaan metode pembelajaran tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya.

Ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, sebagai berikut :20

1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya

2) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya 3) Situasi yang berbagai keadaannya

4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya

5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Metode digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ada tiga hal kedudukan metode dalam proses belajar mengajar:

a. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pembelajaran. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif yang berfungsi dan aktif karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat

20

Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka


(30)

membangkitkan belajar seseorang.

Guru yang menggunakan satu metode dalam belajar mengajar cenderung membuat siswa bosan dan jalanya pembelajaran terlihat kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar dan malas mengikuti pelajaran. Dengan demikian setiap kali pertemuan guru harus mempunyai berbagai variasi penggunaan metode pembelajaran sehingga menghasilkan proses belajar mengajar yang aktif bagi siswa. Metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ektrinsik.

b. Metode Sebagai Stategi Pembelajaran

Penggunaan metode harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas, anak didik, tujuan dan fasilitas. Karena itu, dalam kegitan pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang di harapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. c. Metode sebagai Alat Mencapai Tujuan

Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar megajar sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan ibarat ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyeleksi mana kegiatan yang harus dilakukan dan yang harus diabaikan.21

Pemanfaatan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan pelicin jalan pembelajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak

21


(31)

didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan tujuan. Jadi guru harus menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagi alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

f. Pengertian Metode Resitasi

Belajar matematika memerlukan banyak latihan, agar proses belajar tersebut lebih efektif dan efisien, metode resitasi (pemberian tugas) dapat diterapkan. Dengan adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajarnya karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin.

Metode resitasi (pemberian tugas) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. 22 Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan, bengkel, di rumah siswa sendiri, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.

Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas; sehingga siswa berpengalaman dalam menghadapi masalah-masalah baru. Metode resitasi ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari yang diberi tugas. Adanya tugas dapat bersumber dari guru atau berupa perintah guru, dapat juga berupa hasil kompromi atau keinginan sesama siswa dan hasil pekerjaan yang harus dipertanggung-jawabkan dapat berbenuk lisan atau tertulis. Biasanya tugas yang diberikan adalah berupa penyelesian soal-soal. Metode resitasi juga merupakan suatu metode

22


(32)

mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.23 Namun agar lebih variatif dan menghindari kejenuhan siswa, maka dapat juga tugas berupa membuat atau merancang model-model, alat-alat atau permainan yang berhubungan dengan materi pelajaran matematika.

Ditinjau dari proses penyelesaiannya atau pengerjaannya, metode pemberian tugas dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran berlangsung dan tugas yang harus diselesaikan di luar kelas, di luar jadual belajar mengajar yang telah dijadualkan, tapi merupakan kelanjutan dari pengajaran kelas.24

Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga dapat merangsang anak didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap matematika, di dalam memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran dan banyaknya soal latihan. Sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan jumlahnya cukup banyak akan membuat siswa menjadi frustasi dengan keadaan seperti ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap matematika. Sedangkan bila soalnya terlalu mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain menjemukan.

Bila metode pemberian tugas direncanakan dengan baik akan dapat mengaktifkan siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara membaca, mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain daripada itu, pemberian tugas dapat membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum

23

http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragam-metode-pembelajaran/, (5 Januari 2009, 13.50 WIB)

24

A. Tabrani Rusyan, Pedoman Mengajar Matematika berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi, (Jakarta: Intimedia ciptanusantara, 2003), h. 75


(33)

yang berhubungan. Serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan yang tidak hanya sekedar hapalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan dan memupuk inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan.

Manfaat lain dari metode pemberian tugas yang direncanakan dengan baik untuk siswa akan memiliki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa melaksanakan latihan (menyelesaikan soal-soal latihan) dengan kondisi seperti ini mengakibatkan pengalaman siswa di dalam mempelajari masalah matematika dapat lebih terintegrasi. Selain daripada itu pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar akan lebih mendalam dan lama tersimpan di dalam ingatan.

Oleh sebab itu dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:

1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya 2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan

mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan metode resitasi dalam pengajaran.

3. Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.

4. Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.

5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa.

Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala


(34)

kejadian yang secara sengaja atau tidak disengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan.

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggung-jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah dipelajari, dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari.

g. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Metode resitasi ini memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Anak-anak terbiasa mengisi waktu luang dengan hal-hal yang kontruktif.

2. Soal-soal bukan lagi menjadi bumerang bagi siswa, karena siswa sudah terbiasa mengerjakan soal.

3. Memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang dikerjakan.

4. Melatih anak berpikir kritis, tekun dan giat belajar. 5. Pengetahuan yang diperoleh akan lebih mendalam. 6. Bila pemberian tugas diberikan secara efektif dan efisien,

maka akan menambah kemampuan pemecahan masalah siswa.

Selain itu, metode ini juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan, seperti:25

! " !#

$"% $# !" $

&' ( & "! ) ) " * "* &+* " *' ", - #.


(35)

1.Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain;

2.Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif dan mengerjakan hanya anggota tertentu;

3.Tugas yang monoton menimbulkan kebosanan belajar siswa. 4.Guru harus sering menyiapkan soal-soal atau tugas siswa. h. Fase-Fase Metode Resitasi

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengunaan metode pemberian tugas atau resitasi, yaitu:

1) Fase pemberian tugas

Pada fase ini, guru harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai dari pemberian tugas tersebut, jenis tugas harus jelas, tugas harus sesuai kemampuan siswa, adanya petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.

2) Fase pelaksanaan tugas

Pada fase ini, guru harus memberikan bimbingan pada siswa agar siswa tidak bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya. Guru juga harus memberikan pengawasan pada siswa agar siswa tidak niru pekerjaan temannya. Selain itu guru juga harus memberikan dorongan agar anak termotivasi dan mau melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada fase ini siswa dianjurkan mencatat hasil-hasil yang ia perolah dengan baik dan sistematis.

3) Fase mempertanggung jawabkan tugas (Fase Resitasi) Hal-hal yang harus dikerjakan pada fase ini:

a)Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan

b)Ada tanya jawab atau diskusi kelas


(36)

maupun non tes.

Pada fase ini, siswa belajar (dengan melaksanakan tugas) sesuai dengan tujuan dan petunjuk-petunjuk guru. Fase resitasi adalah fase dimana siswa mempertanggung-jawabkan hasil belajarnya. Bentuk-bentuk resitasi harus disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika a. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika

Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong siswa untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jadi masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon.26 Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah.

Pemecahan masalah merupakan tahapan pemikiran yang berada pada level yang tinggi dan memerlukan berbagai kemampuan dalam menyelesaikannya. Selain itu, merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

Hal tersebut sepaham dengan pernyataan Mayer (1983) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah mempunyai 3 karakteristik yaitu:27 (1) Pemecahan masalah adalah pengetahuan yang diinferensikan dari tingkahlaku; (2) Hasil pemecahan masalah berupa tindakan yang mengarah ke pemecahan masalah; (3) Pemecahan

26

Fajar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran Dan Komunikasi, (Yogyakarta: PPPG,

2004), h.10 27


(37)

masalah adalah proses yang melibatkan manipulasi atau operasi pada pengetahuan yang didapat sebelumnya.

Pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari pengetahuan seseorang akan subtansi masalah tersebut, apakah pemahamannya terhadap inti masalah, prosedur atau langkah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah, maupun aturan atau rumus yang digunakan unuk menyelesaikan masalah. Hal ini sejalan dengan teori belajar Gagne (1970), yang menyatakan bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Sebab pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi dari 8 tipe yang dikemukakan Gagne.28

Pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika dapat disajikan dalam bentuk soal yang tidak rutin yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran mendalam. Sehingga pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif dan sistematis atau bahkan soal dapat disajikan dalam bentuk soal cerita.

Dalam penyelesaiannya terdapat masalah yang mudah untuk diselesaikan, namun ada yang memerlukan prosedur yang mengacu pada keterampilan mengurutkan langkah demi langkah penyelesaiannya atau yang dikenal dengan algoritma. Proses penyelesaian yang menggunakan langkah-langkah disebut juga sebagai prosedur penyelesaian.

Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses yang dilakukan siswa untuk menyelesaikan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

28


(38)

b. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kemampuan pemecahan masalah atau "problem solving" merupakan tingkatan unjuk kerja pebelajar yang kriterianya dapat diidentifikasikan dari dua kemungkinan yakni (1) merupakan bagian dari skema, dan yang (2) merupakan hasil pengembangan kriteria baru dari proses struktur kognitif pebelajar.

Kemampuan pemecahan masalah adalah proses kognitif bertalian dengan kemampuan analisis, evaluasi dan kreasi; Bloom dalam taksonominya menggolongkan kedalam ranah berpikir pengetahuan tingkat tinggi (higher order or higher level cognitive processes). Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Anderson, menurutnya proses berpikir ini melibatkan kemampuan membedakan (differentiating), pengorganisasian (organizing), atribusi (attributing), pengecekan (checking), mengkritik (critiquing), penyimpulan (generating), perencanaan (planning), dan produksi (producing).29

Terkait dengan hal itu Sternberg dan Davidson, menyatakan bahwa (1) karakter individu dan situasi adalah salah satu yang menentukan kemampuan untuk pemecahan masalah, (2) masuknya unsur-unsur kritis ke dalam memori dari masalah dan hubungan diantara unsur-unsur ini adalah proses yang kritis dalam pemecahan masalah, (3) pemecahan masalah yang sudah ahli menggunakan waktu lebih banyak dalam merencanakan tahapan dan sumber-sumber yang digunakan dalam pemecahan masalah, terlalu banyak pertimbangan untuk memfasilitasi unjuk kerja dan melalui proses pertimbangan yang mendalam untuk melakukannya, dan (4) memantau secara terus menerus, mengawasi apa yang telah dikerjakan, apa yang sedang dikerjakan, dan apa yang akan

29


(39)

dikerjakan, semua ini dibutuhkan untuk menentukan sasaran pemecahan masalah yang diperoleh.30

Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), menyebutkan tujuan umum diberikannya pelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui letihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif.

b.Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengatahuan.

Dalam penelitian ini pemecahan masalah matematika bukan sebagai strategi namun sebagai tujuan. Dari pernyataan-pernyataan di atas disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang melakukan serangkaian proses dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk membantu siswa menyelesaikan masalah khususnya masalah matematika yang dihadapi.

c. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika Siswa dalam Pembelajaran

Pemecahan masalah matematika adalah proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan suatu tindakan untuk menyelesaikan. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat diamati dari tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukannya. Untuk tema permasalahannya sebaiknya diambil dari

30


(40)

kejadian sehari-hari yang lebih dekat dengan kehidupan siswa atau yang diperkirakan dapat menarik perhatian siswa. Untuk dapat mengajarkan pemecahan masalah dengan baik, ada beberapa pertimbangan antara lain: waktu yang digunakan untuk pemecahan masalah, perencanaan, sumber yang diperlukan, peran teknologi, dan manajemen kelas.

Secara spesifikasi Polya mengemukakan bahwa dalam pemecahan masalah ada 4 tahapan atau langkah yang perlu ditempuh antara lain:

1) Memahami masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Maka dari itu siswa harus; (1) Mengetahui arti semua kata yang digunakan. (2) Mengetahui apa yang dicari dan ditanyakan. (3) Mampu menyajikan soal dengan menggunakan kata-kata sendiri. (4) Mengetahui apakah soal dapat disajikan dengan cara lain. (5) Mengetahui apakah informasi cukup untuk dapat menyeleaikan soal. (6) Mengetahui apakah informasi berlebihan. (7) Mengetahui apakah ada yang perlu dicari sebelum mencari jawab dari soal. 31

2) Merencanakan penyelesaian

Setelah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Untuk dapat menyelesaikan masalah siswa harus dapat menemukan hubungan data dengan yang ditanyakan. Siswa memilih konsep-konsep yang telah dipelajari untuk dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadpi itu.32 Hal ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan

31

Wono Setya Budi, Langkah Awal Menuju Olimpiade Matematika, (Jakarta: CV.

RICARDO,2005), h.2 32


(41)

masalah. Pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecendrungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. Pada tahapan ini siswa akan mencoba salah satu dari strategi yang ada untuk menyelesaikan masalah.

3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Pada tahapan ini siswa telah siap melakukan perhitumgan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai.33

4) Pengecekan kembali

Tahapan terakhir menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari tahap pertama sampai tahap ketiga. Dengan ini, maka kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat menjawab dengan benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Henderson's menunjukkan berbagai teknik mengajar pemecahan masalah dari berbagai guru dan menyimpulkan 4 (empat) langkah proses pemecahan masalah, yakni: (1) refleksi pada situasi belajar untuk mengidentifikasi faktor-faktor terpenting untuk kasus-kasus tertentu, (2) mengidentifikasi masalah, (3) mencoba satu atau lebih pemecahan (solusi), dan (4) melibatkan dalam pencarian (inquiry) lebih jauh.34

Keterampilan pemecahan masalah menurut preisseisen merupakan keterampilan proses berpikir memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.

33

Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran, UIN Jakarta, 2007) 34


(42)

Keterampilan ini adalah salah satu dari metakognitif (pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif).35

B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan metode resitasi, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan diantaranya:

1. Sunaenah (2007) dalam penelitiannya yang berjudul "Perbandingan minat belajar matematika antara siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tehnik TPS dengan siswa yang menggunakan metode pemberian tugas". Pada hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minat belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tehnik TPS dengan minat belajar matematika siswa yang menggunakan metode pemberian tugas di MTs Negeri Lohbener Indramayu. Perbedaan yang tidak signifikan ini mungkin dapat terjadi secara kebetulan saja.

2. Ihsan Muttaqin (2007) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis pemberian tugas oleh guru dalam mata pelajaran matematika di kelas V SDN se-kecamatan Palmerah Jak-Bar". Pada hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kegunaan tugas matematika di kelas adalah mengembangkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika dan manfaat dari tugas bagi guru adalah salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam matematika.

3. Nafis Suniyati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul "Efektifitas penerapan metode resitasi dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap hasil belajar matematika popok bahasan dalil Pythagoras pada siswa" memfokuskan pada efektifitas metode resitasi dengan keterampilan proses terhadap hasil belajar matematika siswa VIII MTs. N Tulung. Dari

35


(43)

penelitian Nafis Suniyati ini ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode resitasi dengan pendekatan proses memberikan hasil yang efektif dan positif terhadap hasil belajar matematika siswa VIII MTs. N Tulung. 4. Sri Surmiyati (2006) dalam skripsinya "Upaya meningkatkan prestasi

belajar matematika dengan pendekatan pemberian tugas sebelum materi diajarkan bagi siswa kelas VII B MTs. N Wonokromo". Dalam rumusan masalahnya Apakah ada peningkatan prestasi belajar matematika dengan pemberian tugas sebelum materi diajarkan bagi siswa kelas VII B. MTs. N Wonokromo. Dalam kesimpulanya bahwa pemberian tugas sebelum materi diajarkan menunjukkan adanya peningkatan prestasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, satu hal yang perlu diperhatikan bahwa hasil penelitian di atas ternyata metode resitasi berdampak positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Walaupun metode resitasi tersebut diterapkan ke berbagai disiplin ilmu. Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan yang peneliti lakukan sekarang terletak bahwa penelitian diatas tidak dijelaskan kapan pemberian tugas (resitasi) dilakukan. Lain halnya penelitian yang sekarang peneliti lakukan bahwa pemberian tugas (resitasi) diberlakukan sebelum, saat berlangsung dan sesudah materi diajarkan. Selain itu penelitian diatas adalah penelitian korelasi dengan experimen. Maka jelas posisi penelitian yang peneliti lakukan ini, karena belum pernah ada yang melakukannya sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukannya, peneliti mencoba melakukan penelitian bagaimana sebenarnya penerapan metode resitasi sebagai strategi pembelajaran matematika di kelas VIII MTs Darussa'adah Jakarta.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis yang digunakan adalah penerapan metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darussa'adah Jakarta yang beralamat di Jln. Poncol Jaya No. 41 Kuningan Barat, Jakarta Selatan. b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil yaitu mulai bulan Juli sampai September 2008.

B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau clasroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.36 Penelitian tindakan kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Metode penelitian ini menekankan pada metode resitasi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga siklus yang terdiri dari empat tahapan pada tiap siklus. Yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang

36

Suharsimi arikunto. Et.al, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.58.


(45)

terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar kerja siswa, lembar observasi dan lembar wawancara.

2. Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan metode resitasi. 3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga yaitu peneliti mengobservasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan mengunakan lembar observasi dan dilaksanakan pada saat tindakan berlangsung. Pada lembar observasi akan ada beberapa indikator keberhasilan dari meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, diantaranya; waktu mengerjakan tugas, cara siswa mengubah soal menjadi kalimat matematika, cara siswa menentukan langkah jawaban soal, cara siswa menjawab soal, ketelitian siswa menjawab soal.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul dengan cara menganalisis hasil pengamatan yang telah dilakukan. Apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :

1). Hasil pengamatan melalui lembar aktivitas siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang tinggi.

2). Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa 60% dari jumlah siswa mendapatkan nilai 70 dari nilai tes kemampuan pemecahan masalah.


(46)

Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut37:

Gambar 1. Alur penelitian PTK

37

Suharsimi arikunto, Et.al, penelitian tindakan kelas, (Jakarta:bumi aksara,2006).cet.ke-1, hal.74.

Permasalahan

Kurangnya kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa

Permasalahan belum terselesaikan

Permasalahan belum terselesaikan

Refleksi akan berhenti sampai memenuhi standar yang telah ditentukan.

Perencanaan tindakan I

Pengamatan/pengumpulan data

Refleksi I

Perencanaan

tindakan II Refleksi II

Perencanaan tindakan III

Pelaksanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan I

Refleksi III Pelaksanaan tindakan III

Pengamatan/pengum pulan data

Pengamatan/pengum pulan data


(47)

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa MTs Darussa'adah Jakarta, kelas VIIIA tahun ajaran 2008/2009.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu seorang guru kolaborator, guru ini adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang bertindak sebagai observer (pengamat).

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan siklus I. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Berikut akan disajikan bentuk uraian kegiatan penelitian.

Tabel 1

Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan

1 Analisis kurikulum dan studi pustaka 2 Observasi ke MTs Darussa'adah Jakarta 3 Mengurus surat izin penelitian

4 Membuat instrumen penelitian 5 Menghubungi kepala sekolah

6 Wawancara terhadap guru mata pelajaran 7 Menentukan kelas subjek penelitian

8 Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

9 Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode resitasi pada siswa yang menjadi subjek penelitian


(48)

Tabel 2

Tahap Penelitian Siklus I

Masalah: Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

Tahap Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran.

2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator.

3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.

4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan

serta keperluan observasi lainnya.

5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan.

6. Menyiapkan soal akhir siklus.

7. Menyiapkan alat dokumentasi.

Tahap Pelaksanaan

1. Pendahuluan

Apersepsi: dengan tanya jawab guru mereview pengetahuan siswa sebelumya tentang aljabar.

Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari).

2. Kegiatan inti

Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.

Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi yang dilengkapi dengan proyek dan diskusi kelompok

Guru menyampaikan langkah-langkah proyek yang harus dikerjakan siswa

Siswa mempelajari materi SPLDVyang meliputi: Pengertian persamaan linear dan sistem persamaan linear, pengertian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV), himpunan penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV), pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan tugas

Siswa mempresentasikan pekerjaannya dan kelompok lain

menanggapinya.

Guru mengarahkan jalannya diskusi dan menkontruksikan pemahaman siswa mengenai materi.

Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa guru memberikan latihan soal pemecahan masalah kepada siswa.

Membahas dan mengkoreksi latihan bersama-sama.

3. Penutup

Penilaian hasil tes siklus I

Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas.

Dokumentasi

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi

selama proses pembelajaran

Refleksi S IK L U S I

Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya


(49)

Tabel 3

Tahap Penelitian Siklus II

Tahap Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran.

2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator.

3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.

4. Menyiapkan media pembelajaran (Modul Siswa).

5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan

serta keperluan observasi lainnya.

6. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan.

7. Menyiapkan soal akhir siklus.

8. Menyiapkan alat dokumentasi.

Tahap Pelaksanaan

1. Pendahuluan

Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari).

Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi yang dilengkapi dengan quiz.

Guru menjelaskan materi tentang solusi (himpunan penyelesaian) SPLDV dengan metode grafik, metode subtitusi, metode eliminasi dan metode kombinasi dan aplikasi pada contoh soal.

Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami.

Guru memberikan quiz yang bersifat pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya Siswa menjawab quiz secara cepat tepat (kompetisi).

Guru memberikan reward (nilai plus) pada siswa yang menjawab benar.

3. Penutup

Penilaian hasil tes siklus II

Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas.

Dokumentasi

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi

selama proses pembelajaran.

Refleksi S IK L U S I I

Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus II yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya


(50)

Tabel 4

Tahap Penelitian Siklus III

Tahap Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran.

2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator.

3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.

4. Menyiapkan media pembelajaran (Modul Siswa).

5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan

serta keperluan observasi lainnya.

6. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan.

7. Menyiapkan soal akhir siklus.

8. Menyiapkan alat dokumentasi.

Tahap Pelaksanaan

1. Pendahuluan

Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari).

Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi yang dilengkapi dengan tutor sebaya

Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan materi aplikasi SPLDV dalam kehidupan serta mengulang kembali cara mencari solusi SPLDV

Pembelajaran diulang dengan mengacu pada soal pemecahan masalah pada siklus III.

Siswa dikelompokkan kembali dan didampingi oleh teman yang menguasai materi tersebut.

Siswa diberi latihan-latihan yang bersifat pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya. Bimbingan guru lebih ekstra terhadap siswa yang terlihat memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang masih kurang.

3. Penutup

Penilaian hasil tes siklus III

Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas.

Dokumentasi

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi

selama proses pembelajaran.

Refleksi S IK L U S I II

Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus III yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya


(51)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti yaitu: meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi SPLDVdengan metode resitasi khususnya soal-soal cerita matematika yang di anggap sulit dan susah untuk diselesaikan siswa.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif

1. Data kualitatif: hasil observasi proses pembelajaran, catatan lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, hasil observasi, catatan lapangan dan dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif: nilai tes akhir siklus dan nilai ulangan harian siswa. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.

H. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain adalah:

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran sehingga dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa.

2. Lembar soal

Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai hal-hal spesifik/unik yang terjadi selama penelitian berlangsung. Tujuan catatan


(52)

lapangan ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan metode resitasi.

4. Lembar Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan pada setiap pelaksaan penelitian. Tujuan lembar dokumentasi ini untuk memperkuat data-data yang ada.

5. Lembar wawancara

Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan tiap akhir siklus penelitian. Wawancara dengan difokuskan pada tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran.

I. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dan berupa data tindakan belajar yang dihasilkan dari tindakan mengajar. Pada saat menganalisis data, hasil setiap pengamatan didiskusikan peneliti bersama guru kolaborator untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya. Pengambilan data dilakukan dengan:

1) Metode Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilakukan oleh guru kolaborator dengan mengamati langsung kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran mengenai proses pembelajaran matematika di dalam kelas. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan oleh guru kolaborator dengan mengamati langsung kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran mengenai proses pembelajaran matematika di dalam kelas. Siswa diminta mengerjakan soal pada akhir siklus, dan peneliti melakukan observasi ketika siswa menjawab soal. Hal-hal yang harus diamati ketika siswa menjawab soal antara lain; cara siswa menyatakan masalah dengan kata-kata sendiri, cara siswa menentukan apa yang ditanyakan, cara siswa mengubah soal menjadi kalimat matematika, cara siswa menentukan langkah jawaban soal, cara siswa menjawab soal, ketelitian siswa menjawab soal, waktu siswa mengerjakan tugas.


(53)

2) Metode Tes

Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dites pada setiap akhir siklus. Siswa diminta mengerjakan soal-soal pemecahan masalah dan peneliti memberikan skor pada jawaban soal.

3) Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat semua temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran.dengan metode resitasi.

4) Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi diperoleh untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas VIII, serta foto rekaman proses tindakan penelitian. 5) Metode Wawancara

Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan tiap akhir siklus penelitian. Wawancara dilakukan pada siswa dengan menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran dengan metode resitasi.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang obyektif, shahih dan handal, dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dan saturasi yaitu: 1) Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang

berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang keaktifan siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan memeriksa catatan siswa.

2) Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh hasil tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara dengan guru dan melihat hasil observasi guru mitra.


(54)

3) Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalannya, keasliannya maupun kelengkapannya.

4) Mengulang pengolahan data dan analisis data yang sudah terkumpul. Agar diperoleh data yang valid, instrumen tes setiap akhir siklus yang berupa soal diujicobakan untuk mengetahui dan mengukur validitas dan reliabilitasnya

a. Validitas

Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Uji validitas yang digunakan yaitu validitas konstruksi. Validitas konstruksi adalah uji validitas dengan meminta pendapat para ahli tentang instrumen yang telah di susun, mungkin para ahli akan memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin di rombak total.38 Secara teknis pengujian validitas konstruksi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dengan kisi-kisi instrumen, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.39 Perhitungan validitas menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:40

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− = 2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n rxy Keterangan :

r

XY : Koefisien korelasi n : banyak siswa X : Skor butir instrumen

38

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 139

39

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, …, h. 143 40

Suharsimi Arikunto, PROSEDUR PENELITIAN, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002 ) Cet ke-5, h. 146


(55)

Y : skor total

XY : hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden X2 : Kuadrat skor butir soal

Y2 : Kuadrat skor total

Hasil perhitungan dengan koefisien korelasi ( rhitung ) dapat dihubungkan dengan tabel r hasil korelasi Product-Moment. Jika rhitung<rtabel maka butir soal tidak valid, jika rhitung > rtabel maka dikatakan valid.

b. Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:41

− × − = 2 2 11 1 1 t i k k r σ σ

Varians total =

(

)

N N X X − 2 2 Keterangan: 11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pernyataan yang valid

2

i

σ

: Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

t

σ : Varians total N : banyak siswa

Selanjutnya dari 17 butir pernyataan valid dihitung koefisien reliabilitasnya dengan Cronbach Alpha, dan diperoleh koefisien = 0,842.

K. Teknik Analisis Data

Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat pelaksanaan di lapangan dan kegiatan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah

41


(1)

(2)

(3)

(4)

D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6 F1 F2 F3 F4 F5 F6 1 Membawa peralatan dan

sumber belajar matematika 2 Memperhatikan penjelasan

guru

3 Bertanya pada guru jika ada materi yang kurang jelas 4 Mengerjakan tugas yang

diberikan guru sampai selesai 5 Menjawab soal lebih dari satu

cara

6 Menjawab pertanyaan guru dengan benar pada saat quiz 7 Terlibat aktif dalam kerja

kelompok

8 Melihat pekerjaan siswa lain

9 Mengerjakan soal ke depan kelas

10 Berusaha mendapat nilai bagus (poin)

11 Mengumpulkan tugas tepat waktu


(5)

Keterangan skala penilaian : Keterangan Penilaian:

5 : Dilakukan kurang baik Skor 11 – 21 = Kemampuan pemecahan masalah rendah 6 : Dilakukan cukup baik Skor 22 – 33 = Kemampuan pemecahan masalah sedang 7 : Dilakukan dengan baik Skor 34 – 44 = Kemampuan pemecahan masalah tinggi 8 : Dilakukan sangat baik


(6)