2.2. Penjelasan Tentang Wirausaha - Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Kue Basah (Studipada Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)

BAB II KERANGKA TEORI Neuman (2003) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:64-65) menjelaskan bahwa

  teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan, dan mengarahkan penelitian yang diajukan, serta membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data.

  Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang karakterisik wirausaha, sikap wirausaha, dan bagaimana hubungannya antara karakteristik wirausaha terhadap sikap wirausaha.

  2.1. Karakter Individu

  Karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin yaitu “charakter”, yang antara lain berarti : watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekertian, kepribadian atau akhlak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.

  2.2. Penjelasan Tentang Wirausaha

  Dalam beberapa literatur, kata entrepreneurship diambil dari Bahasa Perancis yang kurang lebih artinya adallah seseorang yang melakukan kegiatan bisnis dan berani mengambil resiko dari setiap keputusan bisnis yang dilakukannya. Menurut Hisrich (2008:6) dikatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang menjalankan bisnisnya dengan berani mengambil resiko yang muncul dalam batas pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Wirausaha dapat juga dikatakan sebagai seseorang yang memulai sesuatu yang baru atau dapat memunculkan keunikan dari produk atau jasa yang diciptakannya sehingga berbeda dari para pesaing lainnya.

  Memulai bisnis baru dapat menjadi sesuatu yang memberikn tantangan, tapi tetap saja seorang wirausaha melihat bahwa memiliki suatu bisnis merupakan tolak ukur dari kesuksesan. Seorang ahi ekonomi dari Perancis Richard Cantillon pertama kali yang memperkenalkan istilah entrepreneur. Menurutnya wirausaha adalah orang yang melamkukan suatu proses dan mengombinasikan sumberdaya serta menjualnya dengan harga tertentu di pasar.

  Pengertian wirausaha relatif berbeda-beda antara satu ahli dengan ahli lainnya dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda pula. Beberapa pemahaman singkat tentang wirausaha tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

  1. Jean B. Say (1816): Wirausaha adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menciptakan suatu nilai dari proses produksinya.

  2. Frank Knight (1921): Menekankan pada peranan wirausaha dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar.

  3. Joseph Schumpter (1934): Wirausaha adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kimbinasi baru.

  4. Penrose (1963): Aktivitas wirausaha mencakup indentifikasi peluang- peluang di dalam sistem ekonomi dan melakukan eksekusi terhadap peluang tersebut.

  5. Harvey Leibenstein (1979): Wirausaha mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

  6. Israel kirzner (1979): Wirausaha sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan. Arafah (2010:2-4)

  Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang memilih untuk menjadi wirausaha, antara lain: (1) Wirausaha dan dunianya masih dianggap sebagai idola dan dikagumi di dalam masyarakat; (2) Wirausaha dan bisnis saat ini menjadi primadona dalam dunia pendidikan; (3) Adanya pergeseran sistem ekonomi ke sistem jasa; (4) Adanya kemajuan dalam bidang teknologi; (5) gaya hidup yang mandiri; (6) Berkembangnya dunia maya (Arafah, 2010:10).

  Seorang wirausaha harus melalui suatu proses untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Entrepeneurial process yang harus dilalui oleh seorang wirausaha dengan memadukan peluang, sumberdaya serta organisasi tempat wirausaha melakuka kegiatan bisnisnya atau organisasi bisnis yang dimilikinya. Proses untuk membuat suatu bisnis baru bukanlah merupakan suatu hal yang mudah, begitu banyak kendala yang harus dihadapi oleh seorang wirausaha.

  Hisrich (2008:9) dalam bukunya menjelaskan ada empat langkah dalam entrepreneurial proses yang harus dilalui oleh seorang wirausaha, yaitu:

  1. Identifcation dan evaluate the opportunity, pada tahap ini sangat sulit sekali bagi seorang wirausaha untuk melakukan identifikasi dan mengevaluasi peluang, karena tidak semua orang dapat melihat dan memahami peluang tersebut.

  2. Development of the business plan, perencanaan bisnis yang baik harus dikembangkan jika seorang wirausaha sudah memiliki peluang dan yakin akan keberhasilan peluang yang telah dimilikinya tersebut.

  3. Determination of the resources required, menetukan kebutuhan akan sumberdaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini berhubungan dengan anggaran yang dimiliki oleh wirausaha.

  4. Manage the entreprose, setelah semuanya ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana mengelola suatu kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini menyangkut gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang wirausaha (Arafah, 2010:20-21).

  Penulis berpendapat bahwa hakekat, kewirausaha adalah ilmu, seni amupun perilaku, sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new and different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (inovasi) guna menciptakan nilai tambah (value added) agar mampu bersaing dengan tujuna menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilemabagakan agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif ditangan orang lain (Kristanto, 2009:3).

2.3. Karakteristik Wirausaha

  Menurut Arafah (2010:27-28) bahwa banyak hal yang menjadi latar belakang seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, sangat sulit sekali untuk membentuk kepribadian yang tangguh bagi seorang wirausaha, karena faktor terbesar yang menjadi penghalang adalah ada dalam diri individu tersebut, yaitu rasa takut, malas, tidak ingin berkompetisi, dll. Seorang wirausaha adalah juga seorang yang dapat melihat peluang, dan tidak semua orang dapat melihat peluang tersebut dengan jelas, apalagi mengimplementasikannya dalam dunia nyata. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dan latar belakang seseorang untuk menjadi wirausaha menurut Hisrich (2008:60), antara lain: 1.

  Tingkat pendidikan, sangat mempengaruhi pola pikir yang dimiliki oleh seseorang. Dengan pendidikan seseorang dapat berpikir dengan melihat dari berbagai sudut pandang dan dapat membantu memecahkan masalah yang menjadi hambatan seorang wirausaha untuk menjalankan bisnisnya. Jadi disini tingkat pendidikan sangat membantu seseorang untuk memandang sesuatu dengan lebih teliti, tajam dan terarah.

  2. Nilai pribadi, karena nilai-nilai pribadi yang sangat sulit diukur sehingga seseorang memutuskan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha. Oleh sebab itu pertimbangan personal values ini sangat subjektif dan sangat sulit untuk diukur.

  3. Faktor umur merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, dalam beberapa literatur dikatakan bahwa seseorang menjadi wirausaha dimulai pada umur 25 sampai dengan 30 tahun.

  4. Pengalaman kerja di masa lalu sangat mempengaruhi seseorang untuk menjadi seorang wirausaha. Dengan pengalaman yang dimilikinya berarti dia sudah memiliki modal berupa pengetahuan, pengalaman serta pembelajaran yang sangat berguna bagi bisnis yang dijalankannya.

2.4. Wirausaha Kue Basah

  Wirausaha kue basah adalah seorang wirausaha yang membuka peluang untuk berjualan kue basah mulai dari proses produksi sampai pada tahap penjualan pada konsumen. Wirausaha kue basah yang diteliti oleh penulis merupakan bisnis keluarga yang proses produksi sampai dengan penjualan dilakukan dirumah dan tidak memiliki toko.

  Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan, seperti kepemilikan, sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 1997:45).

2.5. Kue Basah, Macamnya, dan Penetapan Harga

  Kue adalah kudapan atadan asin. Kue seringkali diartikan sebagai makanan ringan yang dibuat dari adona

  Kue basah umumnya empuk, bertekstur lembut, dan tidak dapat bertahan lama (hanya bertahan beberapa hari atau kurang). Hal ini karena umumnya kue tradisional terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, sehingga lekas basi. Kue basah biasanya dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng. Kebanyakan kue tradisional Nusantara adalah kue basah, dan umumnya dapat ditemui di pasar tradisional di Indonesia.

  Beberapa jenis kue basah antara lain: kue lapis, kue dadar gulung, kue brownies kukus, kue bika ambon, kue sus, dan lain-lain. Kue basah nusantara ini masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia khususnya untuk dihidangkan pada berbagai acara khusus.

  Kue basah yang akan dijual juga harus memperhitungkan penetapan harga yang akan ditawarkan pada konsumen. Menurut Arafah (2010: 93-96) menetapkan harga adalah keputusan bisnis yang mempengaruhi baik oleh seni maupun ilmiah. Penetapan harga untuk produk dan jasa mengharuskan wirausaha untuk menyeimbangkan antara beberapa pertimbangan yang kompleks, banyak diantaranya bekerja secara berlawanan. Wirausaha harus memutuskan harga untuk barang dan jasa yang mereka jual yang akan menarik konsumen dan menghasilkan keuntungan.

  Sayangnya, banyak pemilik bisnis skala kecil menetapkan harga tanpa informasi yang cukup mengenai biaya operasi mereka dan perilaku alamiah konsumennya. Harga adalah faktor penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen, dan kesalahan penetapan harga dapat berakibat fatal pada hubungan jangka panjang dengan konsumen dan berakibat pada keuntungan yang akan diperoleh.

  Menurut Mudjiarto, Wahid (2006:156) apabila mengelola keuangan suatu usaha dengan baik, bukan hanya dilakukan oleh usaha besar saja. Tetapi usaha kecil dan menengah harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka seorang pemilik usaha harus atau mutlak menguasai manajemen keuangan sesederhana apapun.

  Penetapan harga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya menurut Arafah (2010:105) dengan menetapkan harga jual Break-Even.

  Menentukan harga jual Break-Even adalah dengan rumus : Harga Jual = (Keuntungan + biaya variabel per unit x jumlah barang yang diproduksi + Total Biaya Tetap) / Jumlah barang yang diproduksi. Penetapan harga bukan salah satu keputusan paling sulit yang harus diambil oleh pemilik usaha kecil, tetapi juga salah satu yang paling penting. Strategi penetapan harga yang tidak tepat telah menghancurkan banyak bisnis dimana pemiliknya mengira telah memberikan harga yang cukup tinggi untuk menghasilkan keuntunga, pada kenyatannya tidak.

  1. Harga Image, kebijakan penetapan harga sebuah perusahaan mengkomunikasikan informasi penting mengenai image keseluruhan usaha tersebut kepada pelanggan.

  2. Kompetisi dan Penetapan Harga. Ketika menetapkan harga, seorang wirausaha harus mempertimbangkan harga kompetitornya, tetapi seharusnya mereka tidak secara otomatis menyamakan atau mengalahkan harga tersebut. Walaupun harga adalah faktor penting dalam keputusan pembelian, tetapi bukan hanya hal tersebut yang menjadi pertimbangan bagi konsumen. sangat penting untuk mempertimbangkan dua faktor berikut saat melakukan studi mengenai efek dari pesaing dan sifat barang dan jasa pesaing. Pada sebagian besar pembedaan kualitas dan kuantitas barang maupun jasanya dari pesaing, maka harga yang ditetapkan perusahaan tersebut harus menyamai harga yang ditetapkan oleh pesaingnya untuk barang yang sama.

  3. Fokus pada value secara mutlak. Harga yang pas untuk sebuah produk barang atau jasa bergantung pada satu faktor; yaitu nilai yang diberikan kepada pelanggan. Wirausaha dapat mengenali tujuan value yang diberikan oleh produk dan jasa mereka, yang mana pelanggan berkenaan membayar apabila merekaa mengerti benar value yang didapat oleh mereka.

  Wirausaha yang menghadapi kenaikan biaya produksi pada bisnis mereka dapat mempertimbangkan beberapa strategi sebagai berikut:

1. Berkomunikasi dengan konsumen, daripada meyembunyikan berita buruk dari pelanggan, biarkan mereka mengetahui apa yang sedang terjadi.

  2. Fokus memperbaiki efisiensi perusahaan, salah satu cara untuk mengurangi dampak dari kenaikan biaya di satu daerah adalah dengan mencari cara untuk mengurangi biaya di daerah yang lain. memperbaiki efisiensi proses operasi mungkin tidak mengahpus kenaikan biaya keseluruhan, tetapi akan mengurangi dampaknya.

  3. Sampaikan value produk dan jasa perusahaan anda kepada pelanggan, pelanggan mempunyai kecendrungan untuk melupakan keuntungan dan kelebihan yang diberikan sebuah bisnis kecuali wirausaha secara periodik mengingatkan mereka.

  4. Antisipasi kenaikan biaya dan coba untuk menetapkan harga lebih awal, sebagai contoh dengan mengetahui harga komoditas kopi dan teh setiap hari, pemilik kedai kopi dan teh akan mampu untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku yang dibutuhkan dan melakukan pembelian bahan baku tersebut saat diprediksi harga akan mengalami kenaikan. Menetapkan harga secara layak membutuhkan usaha lebih daripada mengandalkan seluruhnya pada intuisi. Sebaliknya, kebijakan penetapan harga yang baik membutuhkan informasi, fakta dan analisa. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan usaha kecil saat memutuskan untuk menetapkan harga barang dan jasa diantaranya adalah sebagai berikut: 1.

  Biaya produksi barang dan jasa 2. Kondisi pasar penawaran dan permintaan 3. Volume penjualan 4. Harga kompetitor 5. Keunggulan daya saing perusahaan 6. Kondisi ekonomi 7. Lokasi bisnis

8. Faktor psikologi 9.

  Kemudahan dan keringanan pembayaran 10.

  Sensitivitas harga pelanggan 11. Image yang diinginkan.

2.6. Pemasaran Kue Basah

  Memasarkan barang merupakan bagian yang penting dalam kelangsungan hidup usaha. Banyak wirausaha memahami pemasaran hanya sebatas memasarkan produk yang dihasilkan dalam arti penjualan. Kesuksesan dalam melakukan kegiatan usaha ditentukan oleh keberhasilan pemasaran perusahaan. Pemahaman konsep dan praktik pemasaran secara sistematis akan memberikan dasar pengetahuan bagi wirausaha untuk mencapai sukses bisnis.

  Philip Kotler (1997) mengungkapkan pemasaran sebagai sebuah falsafah bisnis yang mengungkapkan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Marketing (pemasaran) adalah proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan menarik dan mempertahankan pelanggan setia. Kristanto (2009:101)

  Menurut Arafah (2010:66-69) fungsi pemasaran wirausaha adalah sebagai berikut:

  1. Membuat pelanggan sadar dan tertarik terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.

  2. Menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggan.

  3. Menyiapkan pelayanan yang baik terhadap pelanggan, sehingga penjualan ulang akan terjadi.

  Ada enam langkah yang harus dipersiapkan sebelum suatu rencana pemasaran ditetapkan, antara lain adalah:

  1. Pemasaran harus ditujukan ke arah keuntungan yang didapat dari hasil penjualan nyata suatu produk. Jika sebuah usaha ingin berhasil, maka usaha tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Para pelanggan akan mementukan apa yang mereka butuhkan, berapa yang mereka akan bayar, dan dimana serta bagaimana mereka ingin membeli produk atau jasa tersebut.

  2. Harus jelas konsep yang menyatakan tujuan utama dari suatu usaha.

  Hal ini berguna untuk mendorong semangat kerja para pegawai, memberikan kenyamana pada para pelanggan dan merupakan langkah awal dari pengembangan strategi pemasaran.

  3. Setiap usaha memerlukan informasi agar sebuah keputusan dapat dibuat. Riset pasar membantu menyiapkan informasi ini dengan cara mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data yang berhubungan dengan pemasaran barang atau jasa.

  4. Menetapkan tujuan merupakan tolak ukur terhadap kemajuan yang telah diraih. Rencana harus terinci dan berhubungan dengan sesuatu yang dapat diukur seperti penjualan atau jumlah klien.

  5. Mengetahui persaingan, hampir tidak ada usaha yang tidak mempunyai saingan. Mengetahui siapakan saingan langsung dan tidak langsung, seperti kekuatan dan kelemahan mereka, adalah hal yang utama dalam sebuat rencana pemasaran.

  6. Penelitian pasar, penelitian pasar biasanya dipakai untuk mendapatkan informasi tentang pelanggan, pesaing, dan produk atau jasa yang ditawarkan. Ringkasan dari seluruh rencana pemasaran menerangkan dengan singkat cita-cita utama atau tujuan serta petunjuk singkat bagaimana mencapainya. Target penjualan untuk tahun berikut, beserta keuntungannya. Proyeksi atau target dari rencana pemasaran harus jelas dan baik di dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Situasi ini akan menjelaskan mengenai target pasar dan bagaimana suatu perusahaan melakukan penjualan.

  Menurut Arafah (2010:70) bahwa strategi pemasaran adalah jantung dari rencana pemasaran. Rencana pemasaran yang baik akan menjelaskan bagian pasar manakah yang dikehendaki oleh suatu perusahaan. Strategi yang dilaksanakan oleh sebuah usaha bergantung pada sasaran pasar, juga bergantung pula apakah produk tersebut baru atau sudah pernah ada di pasar. Strategi pemasaran mempunyai komponen-komponen penentu, seperti: orang-orang (tenaga pemasar), jenis produk, tempat/lokasi penjualan, kebijaksanaan dari harga produk, hubungan masyarakat (humas), dll.

  Perincian biaya dari pemasaran sangat diperlukan untuk kesuksesan suatu strategi pemasaran. Rencana yang baik ialah dalam pelaksanaannya berjalan sesbaui dan tepat pada waktu yang telah ditentukan dan hasilnya sesuai dengan proyeksi. Penyelaras dapat terjadi dan kecendrungan yang terbentuk dapat ditentukan secepatnya.

2.7. Sikap Wirausaha

2.7.1. Motif prestasi sebagai ciri sikap wirausaha

  David Mc.Clelland, dalam penelitiannya terhadap mahasiswa di Harvard

  

University , membuktikan bahwa adaya hubungan antara tinggi rendahnya

  kebutuhan berprestasi (need for achivement) pada kelompok mahasiswa yang diteliti, diukur semasa kuliah dengan pemilihan karier/pekerjaan setelah mereka tamat dan terjun kemasyarakat.

  Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bagi merea yang memiliki keinginan berprestasi lebih tinggi ternyata sekitar 66% diantaranya memilih karier sebagai pengusaha, sementara 34% lainnya memilih pekerjaan di bidang lain. sebaliknya pada mahasiswa yang mempunyai keinginan prestasi rendah, hanya

  10% memilih pekerjaan sebagai pengusaha dan 90% memilih pekerjaan di bidang lain.

  Selanjutnya Mc. Celland mengembangkan penelitian lainnya terhadap orang-orang diluar kampus yang terdiri dari beragam latar belakang profesi seperti guru, pengacara, pekerja bank, dokter, pengusaha, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara umum pengusaha mendapat nilai n-ach (need for

  achievement ) lebih tinggi dibanding dengan orang-orang dengan profesi dibidang

  lain. Dari hasil tersebut Mc. Celland dan kawan-kawan mengambil kesimpulan bahwa, sada hubungan yang erat antara kewirausahaan dengan tingkat n-ach yang tinggi.

  Dari hasil penelitiannya kemudian Mc. Celland dan kawan-kawan mengambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya meningkatkan n-ach seseorang dalam rangka mengembangkan sikap wirausaha masyarakat, yang bila dilihat dari segi ekonomi mikro dapat mendorong tumbuh dan berkembang dunia usaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian suatu negara (Mudjiarto, Wahid, 2006:26-27).

2.7.2. Ciri-Ciri Sikap Wirausaha

  Telah dibahas bahwa secara umum orang yang mempunyai n-ach yang tinggi kebanyakan dari profesi wirausaha dibandingkan dengan profesi yang lainnya. Bagaimana kita mengenal ciri-ciri sikap yang mempunyai n-ach yang tinggi dari kehidupan sehari-hari atau ciri-ciri sikap seorang wirausaha, menurut Faisol (2002, hal 42) sebagai berikut: a.

  Berani mengambil resiko Seorang wirausaha tidak menyukai suatu yang hasilnya sudah pasti dan mudah dicapai, seperti menabung uangnya atau kegiatan mengandung resiko rendah. Namun demikian juga seorang wirausaha tidak pula menyukai kegiatan dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya.

  Wirausaha adalah orang yang berani mengambil risiko yang wajar yang sudah diperhitungkan, ia optimis akan berhasil, tapi bukan pasti berhasil atau gagal.

  b.

  Kreatif dan Inovatif Seorang wirausaha sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar atau yang bersifat rutin. Ia lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah ada sebelumnya dan senang menemukan dan mengusahakan sesuatu yang belum oernah dibuat orang sebelumnya. Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang sama dengan orang lain, tapi bukan karena ikut-ikutan, itu karena ia melihat peluangnya masih besar. Ia akan melakukan modifikasi, pengembangan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen.

  Ia juga tidak mudah puas dengan apa yang telah dicapai, selalu ada ide atau gagasannya untuk mengembangkan yang telah ada. Dan, ada beberapa cara yang mungkin ditempuh. Satu cara kelihatannya tidak mungkin, maka dicobanya cara yang lain. wirausaha adalah orang yang banyak gagasan, dan banyak akal dalam mewujudkan gagasan-gagasannya.

  c.

  Mempunyai Visi Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki bayangan atau gambaran masa depan yang akan dicapai. Ia mampu membuat gambaran tentang wujud masa depan yang akan diraih. Berdasarkan visi yang ditetapkan, ia mampu menyusun rencana dam strategi untuk meraihnya. Dan dengan tekun melaksanakannnya secara konsisten, meskipun banyak rintagan, kesulitan dan hambatan ataupun orang lain meragukannya.

  d.

  Mempunyai tujuan yang berkelanjutan Sebagai bagian dari upaya mencapai harapan masa depan atau dengan visinya, seorang wirausaha sukses mampu merumuskan tujuan yang jelas, menantang namun realitas. Baik tujuan jangka panjang, menegah, mamupun jangka pendek. Ia juga mampu untuk senantiasa melakukan evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian tujuan yang telah dirumuskan, untuk memastikan bahwa tujuan tersebut konsisten dengan visi pribadi dan perusahaan yang berkembang.

  Seorang wirausaha sukses tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, lebih dari itu senantiasa membuat tujuan baru yang lebih menantang.

  e.

  Percaya Diri

  Wirausaha yang sukses mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis (percaya dan yakin) bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan harapannya, walaupun banyak orang yang meragukan. Ketika memulai bisnis, meskipun awalnya kecil-kecilan, ia percaya bahwa apa yang dilakukan merupakan sesuatu yang tepat sehingga tanpa ragu berani mewujudkannya dan yakin pada saatnya akan sukses. Ia merasa yakin bahwa dirinya mampu memenangkan persaingan dengan cara yang sehat.

  f.

  Mandiri Seorang wirausaha adalah orang yang mandiri, tidak mau hidupnya tergantung dengan orang lain. ia mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pemimpin atau “bos” minimal bagi diri sendiri, terbebas dari perintah atau kontrol orang lain.

  Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau memang benar-benar sudah tidak mampu untuk berbuat. Kalaupun minta tolong, maka pertolongan yang diperolehnya akan dianggap sebagai “hutang” yang nanti harus dibayar kembali.

  g.

  Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu Seorang wirausaha sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah putus dengan yang sudah ada. Apabila sedang menjalankan usahanya, tidak puas kalau tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Ia bekerja kalau perlu sampai 24 jam sehari dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu baginya sangat berharga. h.

  Memiliki konsep diri positif Wirausaha sejati adalah orang yang memiliki konsep diri positif. Ia adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena kritik sangat berguna bagi diri sendiri atau usahanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri negatif, akan sangat peka terhadap kritik, orang ini mudah tersinggung bahkan marah jika dikritik, karena kritik dianggap menjatuhkan harga diri.

  Wirausaha sejati juga tidak bangga terhadap pujian. Keberhasilan adalah sesuatu yang wajar sebagai hasil kerja keras dan bukan untuk dibangga- banggakan. Ciri lain orang yang mempunyai konsep diri positif adalah, sanggup mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas kelebihan orang lain. i.

  Berpikir Positif Berpikir postif bagian sikap hidup sehari-hari seorang wirausaha berhasil.

  Ia senantiasa membiasakan diri bersikap dan berprilaku positif terhadap konsumen, karyawan, pesaing, mitra bisnis, serta kegagalan yang pernah menimpanya.

  Wirausaha sukses selalu menempatkan konsumen dengan cara pandangan positif. Konsumen ibarat raja yang harus dilayani untuk memebuhi kebutuhan dan keinginannya.

  Wirausaha sukses juga tidak memandang pesaing sebagai musuh, pesaing adalah teman seperjuangan, pesaing adalah teman bergaul. Walaupun tidak senang dengan kegagalan, namun seorang wirausaha sejati tidak akan berlama-lama larut dalam kesedihannya. Kegagalan dipandangnya sebagai sukses yang tertunda, dirinya meyakini akan menemui kesuksesan di penghujung kegagalan. j.

  Bertanggung Jawab Secara Pribadi Seorang wirausaha sejati, apabila kurang atau belum berhasil mencapai tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah menyalahkan faktor-faktor diluar dirinya. Ia akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang telah diambilnya ternyata kurang/tidak tepat. Sekali berani mengambil keputusan ia akan bertanggung jawab terhadap segala akibatnya. k.

  Selalu belajar dan Menggunakan Umpan Balik Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu saha meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbeda.

  Ia akan mengumpulkan informasi dan mempelajari faktor-faktor apa saja dari dalam diri dan dari luar diri yang menyebabkan kegagalan. Wirausaha sukses umumnya adalah orang yang menyadari akan kelemahan dirinya dan mau belajar untuk memperbaikinya.

  Ketika omset penjualan turun, ia akan mencari tahu penyebabnya. Apakah daya beli masyarakat akan turun atau ada pesaing baru. Jika faktor pesaing, maka akan dipelajari apa keunggulannya, kemudian memperbaiki kelemahannya.

  Disamping kesebelas ciri-ciri sikap pribadi wirausaha tersebut masi terdapat ciri-ciri tambahan lainnya. Namun pada dasarnya tidak ada orang yang sempurna, yang memiliki seluruh ciri-ciri sikap tersebut.