Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Kue Basah (Studipada Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA

TERHADAP SIKAP WIRAUSAHA

(Studipada Usaha Kue Basah Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

090907019 DINDIYA PUTRI

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia penguji Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Nama : Dindiya Putri Nim : 090907019

Program : IlmuAdministrasiNiaga/Bisnis

Judul : Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Kue Basah (Studipada Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)

Yang dilaksanakan pada: Hari/Tanggal :

Pukul : Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh: Nama : Dindiya Putri

Nim : 090907019

Program : IlmuAdministrasiNiaga/Bisnis

Judul : Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Kue Basah (Studipada Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)

Medan, 2013

Pembimbing Ketua Program Studi

Lagut Sutandra, S.Sos.MSP Prof. Dr.MarlonSihombing,M.A NIP: NIP: 195908161986111001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof.Dr.Badaruddin,M.Si NIP:196805251992031002


(4)

KATA PEGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam tak lupa saya persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga yang senantiasa menjadi tauladan bagi umat islam. Semoga kita selalu mendapatkan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Adapun skripsi saya berjudul “Analisis Karakteristik Terhadap Sikap Wirausaha Melati Chatering di Medan”. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan perilaku wirausaha kue basah Melati Chatering, menganalisis

faktor-faktor perilaku wirausaha kue basah Melati Chatering. Skripsi ini disusun untuk

menyelesaikan program Strata 1 (S-1) di Departemen Administrasi Bisnis/ Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuasaya.Saya ucapkan banyak terima kasih atas semua cinta, kasih sayang, baik moril ataupun materi yang telah diberikan kepada saya. Kasih sayang yang Papa dan Mama berikan tidak akan bisa tergantikan oleh apapun dan tidak akan pernah tergerus oleh zaman. Dukungan dan nasihat dari Ayah dan Mama membuat saya selalu semangat untuk terus menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Selama proses penyusunan skripsi saya banyak dibantu oleh beberapa pihak. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.Aselaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Bisnis/ Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak M. Arifin Nasution, S. Sos, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Bisnis/ Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 4. Bapak Lagut Sutandra, S.Sos. MSP selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak /Ibu Staf Pengajar di Fisip USU yang telah berjasa dalam memberikan ilmu, nasehat serta arahan kepada saya selama saya menimba Ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Bisnis/ Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Staf pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administarasi Bisnis/ Niaga yang telah banyak membantu segala urusan administrasi sejak awal saya memulai studi hingga saa tini.


(6)

7. Untuk papa dan mama tercinta H. Ir. Zulikfli Zain dan Hj. Evina Yanti atas kasih sayang dan doa yang selalu diberikan kepada saya dengan tulus serta penuh kesabaran.

8. Untuk adik-adikku tersayang Meidina Sari dan Rizky Fahru Rahman atas semua kecerian dan keisengannya tapi tetap mendukung penuh keberhasilan saya.

9. Untuk Razali Fauzi Azhari Lubis tersayang terimakasih untuk semua cinta, dukungan, doa, semangat yang selalu diberikan sampai skrispsi ini selesai. 10.Untuk Ibu Enny dan Kak Ika selaku pemilik Melati Chatering.

Terimakasih atas waktu, informasi, kesempatan yang diberikan.

11.Untuk “BeTiKi”, Haqi Ramadhan (Bebi), Rizky Mustika (Tika), Rizkita Nouvelin (Kikid) sahabat yang paling saya sayangi. Terimakasih untuk semangat, keceriaan, motivasi, kebersamaannya.

12.Untuk teman-teman dekat lainnya Sepin, Soya, Pila, Kiteng, Tami, Dira, Dinda, Hani, Nadhila, Meta, Wina, dan Robetmi sebagai komting AB terbaik yang terus memberikan informasi, semangat, motivasi untuk terus semangat mengerjakan skripsi ini.

13.Teman-Teman AB stambuk 2009 untuk kebersamaannya selama kuliah. 14.Untuk teman-teman SMA terbaik saya Eyi, Ifo, Yanti, Tika yang saling

memberikan semangat satu sama lain. Semoga setelah semua wisuda kita bisa ngumpul bareng lagi ya


(7)

Medan, Oktober 2013

Penulis,


(8)

ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WIRAUSAHA WIRAUSAHA KUE BASAH

(Studipada Melati Chatering Jl. Amaliun Medan) Nama : Dindiya Putri

NIM : 090907019

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Lagut Sutandra, S.Sos. MSP

Saat ini pengangguran telah mencapai angka yang sangat tinggi dan menjadi masalah utama yang terus dihadapi oleh pemerintah. Setiap tahun lulusan perguruan tinggi dan sederajat berjumlah jutaan. Namun sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap tidak bisa dihindari. Maka saat ini perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) telah sangat populer di kalangan masyarakat. UMKM dianggap sebagai pilihan tepat bagi setiap orang yang sulit mendapatkan pekerjaan. Melalui UMKM telah banyak bermunculan para wirausaha baru yang siap dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Salah satu UMKM yang sudah lama dan masih aktif menjalankan usahanya adalah Melati Chatering yang berlokasi di jalan Amaliun Medan. Usaha yang Melati Chatering pilih adalah usaha kue basah. Wirausaha Melati Chatering tentunya memiliki perilaku tertentu dalam berusaha yang cukup menarik untuk dikaji.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan karakteristik individu dan sikap wirausaha Melati Chatering (2) Menganalisis sikap wirausaha kue basah Melati Chatering (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan sikap wirausaha kue basah Melati Chatering.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan data kualitatif. Informan dalam penelitian ini dibagi dalam tiga , yaitu informan kunci yaitu pemilik Melati Chatering, informan utama yaitu anak dari pemilik Melati Chatering dan informan tambahan yaitu karyawan tidak tetap Melati Chatering berjumlah 2 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik wirausaha kue basah Melati Chatering terdiri dari tingkat pendidikan, nilai pribadi, faktor umur, dan pengalaman kerja berpengaruh apapun dalam mengelola usaha tersebut. Sikap wirausaha Melati Chatering terdiri dari berani menghadapi resiko, kreatif dan inovatif, visi dan misi, tujuan, percaya diri, mandiri, aktif enerjik dan menghargai waktu, konsep diri positif, berpikir positif, tanggung jawab pribadi, serta menerima umpan balik. Ciri sikap wirausaha kesebelasnya dominan terhadap karakteristik wirausaha Melati Chatering. Karakteristik wirausaha memiliki pengaruh yang besar terhadap sebelas ciri sikap wirausaha.


(9)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CHARACTERISTICS AND ENTREPRENEURIAL BEHAVIOR

ENTREPRENEUR WET CAKE

(Studies on Melati Chatering at Amaliun street Medan) Name : Dindiya Putri

NIM : 090907019

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Academic Advisor : Lagut Sutandra, S.Sos. MSP

Currently unemployment has reached a very high and continues to be a major problem faced by the government. Every year college graduates and an equal amount to millions. But the difficulty of getting a permanent job is inevitable. Currently the development of UMKM (Micro, Small and Medium Enterprises) has been very popular among the people. UMKM are considered as the right choice for every person who is difficult to get a job through UMKM have many emerging new entrepreneurs who are ready to face the competitive world of business is getting tougher. UMKM one long and still active in business is located in Melati Chatering Amaliun Medan road. Melati effort is Chatering select cake business. Entrepreneurial Melati Chatering certainly have certain behaviors in the attempt is interesting enough to be studied.

The purpose of this study was : ( 1 ) to describe the characteristics of the individual and entrepreneurial attitude Chatering Bed ( 2) analyze the entrepreneurial attitude cake Melati Chatering ( 3) to analyze the relationship between the characteristics of the entrepreneurial attitude Melati Chatering cake . In this study, the method used is descriptive method with qualitative data . Informants in this study were divided into three , namely the key informant Melati Chatering owner , the key informants Melati Chatering son of the owner and informant added that casual employees amounted to 2 Melati Chatering .

The results showed that the characteristics of entrepreneurial cake Chatering Melati consists of educational level, personal values, age, and work experience have any effect in managing the business. Melati Chatering entrepreneurial attitude consists of bold face risks, creative and innovative, vision and mission, goals, self-confident, independent, active energetic and appreciate the time, positive self-concept, positive thinking, personal responsibility, and receive feedback. Characterize the dominant attitude towards entrepreneurship eleventh Melati Chatering entrepreneurial characteristics. Entrepreneurial characteristics have considerable influence on the eleven traits entrepreneurial attitude.


(10)

DAFTAR ISI

Kata Pegantar ... i

Daftar Isi ... ii

Abstrak ... iii

Bab I Pendahuluan ... iv

1.1. ... L atar Belakang ... 1

1.2. ... R umusan Masalah ... 1

1.3. ... T ujuan Penelitian ... 9

1.4. ... M anfaat Penelitian ... 10

Bab II Kerangka Teori ... 10

2.1. karakter Individu ... 11

2.2. Penjelesan Tentang Wirausaha ... 11

2.3. Karakteristik Wirausaha ... 12

2.4. Wirausaha Kue Basah ... 15

2.5.Kue Basah, Macamnya, dan Penetapan Harga ... 16

2.6. Pemasaran Kue Basah ... 17

2.7. Sikap Wirausaha ... 21

2.7.1. Motif Prestasi Sebagai Ciri Wirausaha ... 25


(11)

3.1. Bentuk Penelitian ... 33

3.2. Lokasi Penelitian ... 33

3.3. Informan Penelitian ... 33

3.4. Defenisi Konsep ... 34

a. Teknik Pengumpulan Data ... 34

i. Teknik Pengumpulan Data Primer ... 37

ii. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 38

iii. Teknik Analisis Data ... 39

Bab IV Hasil dan Pembahasan ... 43

4.1. Analisis Berani Mengambil Resiko Terhadap Pendidikan ... 43

4.2. Analisis Berani Mengambil Resiko Terhadap Nilai Pribadi ... 43

4.3. Analisis Berani Mengambil Resiko Terhadap Umur ... 46

4.4.Analisis Berani Mengambil Resiko Terhadap Pengalaman Kerja ... 47

4.5. Analisis Sikap Kreatif Terhadap Pendidikan ... 49

4.6. Analisis Sikap Kreatif Terhadap Nilai Pribadi ... 49

4.7. Analisis Sikap Kreatif Terhadap Umur ... 50

4.8.Analisis Kreatif Terhadap Pengalaman Kerja ... 50

4.9. Analisis Sikap Mempunyai Visi Terhadap Pendidikan ... 51

4.10. Analisis Sikap Mempunyai Visi Terhadap Nilai Pribadi ... 52

4.11. Analisis Sikap Mempunyai Visi Terhadap Umur ... 52


(12)

4.13. Analisis Tujuan UsahaTerhadap Pendidikan ... 53

4.14. Analisis Tujuan UsahaTerhadap Nilai Pribadi ... 54

4.15. Analisis Tujuan UsahaTerhadap Umur ... 54

4.16.Analisis Tujuan UsahaTerhadap Pengalaman Kerja ... 55

4.17. Analisis Percaya Diri Terhadap Pendidikan ... 55

4.18. Analisis Percaya Diri Terhadap Nilai Pribadi ... 56

4.19. Analisis Percaya DiriTerhadap Umur ... 57

4.20.Analisis Percaya Diri Terhadap Pengalaman Kerja ... 58

4.21. Analisis Sikap Mandiri Terhadap Pendidikan... 59

4.22. Analisis Sikap Mandiri Terhadap Nilai Pribadi ... 59

4.23. Analisis Sikap Mandiri Terhadap Umur ... 60

4.24.Analisis Sikap Mandiri Terhadap Pengalaman Kerja ... 60

4.25. Analisis Sikap Aktif dan Enerjik Terhadap Pendidikan ... 62

4.26. Analisis Sikap Aktif dan Enerjik Terhadap Nilai Pribadi ... 63

4.27. Analisis Sikap Aktif dan Enerjik Terhadap Umur ... 63

4.28.Analisis Sikap Aktif dan Enerjik Terhadap Pengalaman Kerja ... 64

4.30. Analisis Konsep Diri Positif Terhadap Pendidikan ... 64

4.31. Analisis Konsep Diri Positif Terhadap Nilai Pribadi ... 65

4.32. Analisis Konsep Diri Positif Terhadap Umur ... 65

4.33.Analisis Konsep Diri Positif Terhadap Pengalaman Kerja ... 66


(13)

4.35. Analisis Berpikir Positif Terhadap Nilai Pribadi ... 67

4.36. Analisis Berpikir Positif Terhadap Umur ... 68

4.37.Analisis Berpikir Positif Terhadap Pengalaman Kerja ... 68

4.38. Analisis Bertanggung Jawab Terhadap Pendidikan ... 69

4.39. Analisis Bertanggung Jawab Terhadap Nilai Pribadi ... 70

4.40. Analisis Bertanggung Jawab Terhadap Umur ... 71

4.41.Analisis Bertanggung Jawab Terhadap Pengalaman Kerja ... 71

4.42. Analisis Selalu Belajar Umpan Balik Terhadap Pendidikan ... 72

4.43. Analisis Selalu Belajar Umpan Balik Terhadap Nilai Pribadi ... 73

4.44. Analisis Selalu Belajar Umpan Balik Terhadap Umur ... 74

4.45.Analisis Selalu Belajar Umpan Balik Terhadap Pengalaman Kerja ... 75

Bab V Kesimpulan dan Saran ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 77

Dafar Pustaka ... v


(14)

ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WIRAUSAHA WIRAUSAHA KUE BASAH

(Studipada Melati Chatering Jl. Amaliun Medan) Nama : Dindiya Putri

NIM : 090907019

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Lagut Sutandra, S.Sos. MSP

Saat ini pengangguran telah mencapai angka yang sangat tinggi dan menjadi masalah utama yang terus dihadapi oleh pemerintah. Setiap tahun lulusan perguruan tinggi dan sederajat berjumlah jutaan. Namun sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap tidak bisa dihindari. Maka saat ini perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) telah sangat populer di kalangan masyarakat. UMKM dianggap sebagai pilihan tepat bagi setiap orang yang sulit mendapatkan pekerjaan. Melalui UMKM telah banyak bermunculan para wirausaha baru yang siap dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Salah satu UMKM yang sudah lama dan masih aktif menjalankan usahanya adalah Melati Chatering yang berlokasi di jalan Amaliun Medan. Usaha yang Melati Chatering pilih adalah usaha kue basah. Wirausaha Melati Chatering tentunya memiliki perilaku tertentu dalam berusaha yang cukup menarik untuk dikaji.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan karakteristik individu dan sikap wirausaha Melati Chatering (2) Menganalisis sikap wirausaha kue basah Melati Chatering (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan sikap wirausaha kue basah Melati Chatering.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan data kualitatif. Informan dalam penelitian ini dibagi dalam tiga , yaitu informan kunci yaitu pemilik Melati Chatering, informan utama yaitu anak dari pemilik Melati Chatering dan informan tambahan yaitu karyawan tidak tetap Melati Chatering berjumlah 2 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik wirausaha kue basah Melati Chatering terdiri dari tingkat pendidikan, nilai pribadi, faktor umur, dan pengalaman kerja berpengaruh apapun dalam mengelola usaha tersebut. Sikap wirausaha Melati Chatering terdiri dari berani menghadapi resiko, kreatif dan inovatif, visi dan misi, tujuan, percaya diri, mandiri, aktif enerjik dan menghargai waktu, konsep diri positif, berpikir positif, tanggung jawab pribadi, serta menerima umpan balik. Ciri sikap wirausaha kesebelasnya dominan terhadap karakteristik wirausaha Melati Chatering. Karakteristik wirausaha memiliki pengaruh yang besar terhadap sebelas ciri sikap wirausaha.


(15)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CHARACTERISTICS AND ENTREPRENEURIAL BEHAVIOR

ENTREPRENEUR WET CAKE

(Studies on Melati Chatering at Amaliun street Medan) Name : Dindiya Putri

NIM : 090907019

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Academic Advisor : Lagut Sutandra, S.Sos. MSP

Currently unemployment has reached a very high and continues to be a major problem faced by the government. Every year college graduates and an equal amount to millions. But the difficulty of getting a permanent job is inevitable. Currently the development of UMKM (Micro, Small and Medium Enterprises) has been very popular among the people. UMKM are considered as the right choice for every person who is difficult to get a job through UMKM have many emerging new entrepreneurs who are ready to face the competitive world of business is getting tougher. UMKM one long and still active in business is located in Melati Chatering Amaliun Medan road. Melati effort is Chatering select cake business. Entrepreneurial Melati Chatering certainly have certain behaviors in the attempt is interesting enough to be studied.

The purpose of this study was : ( 1 ) to describe the characteristics of the individual and entrepreneurial attitude Chatering Bed ( 2) analyze the entrepreneurial attitude cake Melati Chatering ( 3) to analyze the relationship between the characteristics of the entrepreneurial attitude Melati Chatering cake . In this study, the method used is descriptive method with qualitative data . Informants in this study were divided into three , namely the key informant Melati Chatering owner , the key informants Melati Chatering son of the owner and informant added that casual employees amounted to 2 Melati Chatering .

The results showed that the characteristics of entrepreneurial cake Chatering Melati consists of educational level, personal values, age, and work experience have any effect in managing the business. Melati Chatering entrepreneurial attitude consists of bold face risks, creative and innovative, vision and mission, goals, self-confident, independent, active energetic and appreciate the time, positive self-concept, positive thinking, personal responsibility, and receive feedback. Characterize the dominant attitude towards entrepreneurship eleventh Melati Chatering entrepreneurial characteristics. Entrepreneurial characteristics have considerable influence on the eleven traits entrepreneurial attitude.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) telah sangat populer di kalangan masyarakat. UMKM dianggap sebagai pilihan tepat bagi setiap orang yang sulit mendapatkan pekerjaan namun tetap ingin mewujudkan karir dan memperoleh pendapatan. Melalui UMKM telah banyak bermunculan para wirausaha baru yang siap dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat.

Pengangguran merupakan masalah bagi pemerintah yang sulit untuk diselesaikan. Menurut Miraza (2008:15) penciptaan kesempatan kerja di tengah suatu masyarakat sejalan dengan kebijakan dan upaya pemerintah di dalam menjalankan fungsi negara. Pengangguran yang tinggi menggambarkan perputaran ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah. Suatu usaha yang dibangun ditujukan untuk kepentingan orang-orang yang bekerja dalam usaha tersebut. Tujuan tersebut juga untuk menciptakan kesejahteraan bagi mereka.

Mindset atau pola pikir itu sangat penting. Data Young Biz Indonesia menyebutkan hampi 10% dari 110 juta tenaga kerja (angkatan kerja) di


(17)

Indonesia adalah pengangguran. Setiap tahun lulusan perguruan tinggi dan sederajat berjumlah jutaan. Hampir sebagian besar dari lulusan itu berorientasi mencari kerja. Itu pun belum ditambah dengan lulusan tahun sebelumnya yang jumlahnya jutaan dan masih belum mendapatkan pekerjaan. Hal ini bisa diibaratkan dengan sebuah kolam ikan (pasar tenaga kerja) yang sudah penuh dengan jutaan ikan dengan makanan (kebutuhan tenaga kerja) yang sedikit tetapi setiap tahunnya dimasukkan ikan (pencari kerja) yang baru (Hendro, 2011:7).

Dengan kondisi seperti itu, wirausaha merupakan solusi yang tepat dalam membuka lapangan pekerjaan baru sehingga angka pengangguran khususnya di Kota Medan dapat berkurang. Serta mampu berusaha sendiri secara mandiri untuk mendapatkan pendapatan. Dengan dikembangkannya jiwa kewirausahaan tentu manusia yang tidak produktif akan berkurang dan berganti dengan manusia yang produktif, manusia yang merubah nasibnya berdasarkan pemikiran dan kerjanya sendiri (Miraza, 2008:19-20).

Jenis wirausaha di Kota Medan pun beragam. Berbagai jenis usaha kecil akan mudah sekali dijumpai di sini. Hal ini menjadi nilai positif dan memberikan motivasi bagi pengangguran agar mau menjadi seorang wirausaha. Wirausaha juga tidak bisa diremehkan, karena pendapatan yang mereka peroleh terbilang cukup besar. Dari UMKM ini juga membuka peluang bagi para wirausaha untuk lebih mengembangkan usahanya menjadi usaha yang lebih besar.


(18)

Salah satu UMKM yang banyak menjadi pilihan bagi wirausaha adalah usaha kecil kue basah. Penjualan yang dilakukan pun bervariasi. Bagi wirausaha yang memiliki modal besar, mereka dapat membuka toko sendiri. Namun bagi wirausaha yang bermodal kecil, mereka lebih memilih untuk melakukan usaha di rumah masing-masing.

Kue basah merupakan jenis kue nusantara yang umumnya empuk, bertekstur lembut, dan tidak dapat bertahan lama (hanya bertahan beberapa hari atau kurang). Hal ini karena umumnya kue tradisional terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, sehingga lekas basi. Kue basah biasanya dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng.

Wirausaha yang bermodal kecil lebih memilih melakukan kegiatan penjualan dan produksi di rumah mereka sendiri. Kue basah yang mereka tawarkan juga bervariasi dan tidak kalah enak. Namun sedikit sulit dalam kegiatan promosi karena tidak adanya toko sendiri. Toko sangat berguna bagi para calon pembeli untuk menemuka lokasi usaha tersebut. Maka dari itu, promosi yang mereka gunakan biasanya promosi dari mulut ke mulut atau dari orang ke orang.

Para wirausaha kecil yang menjual kue basah tentunya memiliki perilaku tertentu dalam berwirausaha agar usahanya menarik untuk diteliti. Perilaku wirausaha kue basah ini menjadi menarik untuk diteliti karena motivasi mereka yang tinggi dan untuk berwirausaha. Ini terlihat walaupun usaha tersebut merupakan usaha kecil, mereka juga melakukannya dirumah, dengan


(19)

keterbatasan modal serta promosi, dan lain-lain, mereka dapat memperoleh pelanggan yang banyak. Dimana pelanggan tersebut loyal dan percaya terhadap kualitas dan rasa kue basah yang mereka tawarkan dibanding usaha kue kering lainnya yang sudah jauh berkembang dan diketahui di masyarakat luas.

Salah satu UMKM kue basah yang ada di kota Medan adalah Melati Chatering. Pemilik utama Melati Chatering bernama Ibu Enny dan ia rutin dibantu oleh anaknya bernama Ika. Usaha ini telah berjalan kurang lebih 30 tahun. Alasan pemilik menggunakan nama “Melati” pada usahanya hanya karena suka dengan nama tersebut, dan 30 tahun yang lalu belum ada ide membuat nama usaha se-kreatif saat ini. Melati Chatering hanya memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana, jika digambarkan adalah sebagai berikut

Sumber : Hasil wawancara Melati Chatering

Banyak jenis makanan yang dapat di order di Melati Chatering. Namun pesanan pelanggan untuk kue basah jauh lebih besar dibandingkan makanan


(20)

lainnya. Hampir setiap hari, ada saja pesanan untuk kue basah. Jadi fokus penelitian penulis hanya sebatas pesanan kue basah saja.

Melati Chatering sudah berjalan cukup lama. Jika dilihat sekarang ini, jumlah pelanggan tetap Melati Chatering cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari adanya order setiap hari, khususnya untuk pemesanan kue basah.

Melati Chatering terletak di Jalan Amaliun Medan. Pemilik utama Melati Chatering bernama ibu Enny dengan karyawan berjumlah tiga orang. Dengan keterbatasan karyawan dan modal, Melati Chatering cukup sukses dalam mempertahankan loyalitas pelanggan yang telah dimilikinya. Melati Chatering memiliki banyak pelanggan tetap saat ini yang telah mempercayakan kualitas produk maupun harga yang ditawarkan.

Melati Chatering merupakan salah satu contoh UMKM yang memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk terus melanjutkan usahanya. Maka dari itu, perlu adanya kajian tentang analisis karakteristik dan perilaku wirausaha kue basah Melati Chatering.

Sepris Yonaldi (2013) melakukan penelitian berjudul “Persepsi Mahasiswa Taman Siswa Padang Tentang Usaha Kecil Menengah dan Kewirausahaan”. Dari hasil penelitian Persepsi Mahasiswa Tentang Usaha Kecil Menegah (UKM) dan Kewirausahaan (Studi Mahasiswa Universitas Tamansiswa Padang) dapat penulis simpulkan bahwa setelah dilakukan uji Cohorance untuk membuktikan pengembangan sikap kewirausahaan yang di kemungkukan oleh Anwar, 1988 dalam Syarif, 2005 yang terdiri dari


(21)

duapuluh atribut yang membetuk karakteristik wirausha bisa dibuktikan pada mahasiswa Universitas Tamansiswa Padang bahwa atribut tersebut membentuk persepsi posisitf terhadap Wirausaha dan UKM. Pada analisis 7 karakteristik wirausahawan yang tangguh pada mahasiswa Universitas Tamansiswa Padang menggambarkan bahwa mahasiswa mempunyai karakteristik wirausaha yang kuat, jika hal ini bisa di arahakan dan di manfaatkan dengan baik maka akan menghasilkan wirausahawan yang handal.

Ila Nur Arofatillah (2010) melakukan penelitian berjudul “Strategi Wirausaha Dalam Meningkatkan Volume Penjualan”. Dari penelitian Strategi Wirausaha Dalam Meningkatkan Volume Penjualan dapat penulis simpulkan bahwa :

Strategi wirausaha perusahaan pengrajin bordir “Dahlia Collection” yang bertempat di desa Sukoanyar Plalar Pakis Malang mengutamakan pada aspek sumber daya manusia dan aspek pemasaran. Strategi sumber daya manusia itu penerapannya dengan melalui kebijakan rekrutment karyawan, jaminan sosial tenaga kerja, pengembangan karyawan, hubungan ketenaga kerjaan perusahaan. Sedangkan aspek pemasaran sesuai dengan pokok pemasaran yaitu 4P Product, promotion, price, dan place /distribution.

Teknik penjualan yang di lakukan oleh industri pengrajin bordir “Dahlia Collection” ada tiga macam teknik yaitu:

a) Teknik penjualan secara langsung yang penjualan langsung kepada konsumen terakhir tanpa ada perantara (Personal Selling).


(22)

b) Teknik penjualan tidak langsung yang penjualan yang dilakukan dengan membutuhkan tenaga penyalur atau agen untuk dijual kepada konsumen terakhir.

c) Teknik pemotongan harga yang diterapkan pada penjual pengrajin bordir dengan memberikan potongan harga bagi pelanggan tetap, berkisar pemotongan harga dari 1.000 sampai 10.000 rupiah perkodinya, namun bila melalui jasa tergantung harga gambar yang diinginkan dengan harga mulai 100 sampai 5.000 rupiah pergambarnya.

Volume penjualan industri pengrajin bordir “Dahlia Collection” mengalami naik turun karena di sebabkan faktor musiman, permintaan naik pada musim pernikahan, lebaran Idul Fitri, dan Idul Adha. Adapun barang yang di produksi oleh industri pengrajin bordir “Dahlia Collection” adalah kerudung, bandana, kebaya, mukenah, aksesories, dan kaos.

Ritha F. Dalimunthe (2002) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil, Tenun dan Bordir Di Sumatera”. Berdasarkan penelitian tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa pengaruh karakteristik individu yang paling dominan berpengaruh adalah pelatihan dan pengalaman pengusaha. Pada kewirausahaan yang menonjol sifat kewirausahaan yang dimiliki motivasi, peluang dan percaya diri. Untuk kemampuan usaha yang paling signifikan adalah indikator bahan baku, akses pasar dan modal. Sedangakan untuk gaya


(23)

kepemimpinan selalu dipergunakan gaya kepemimpinan otoriter, partisipasi dan konsiderasi secara bersama atau sendiri-sendiri. Keberhasilan usaha pengaruh yang signifikan adalah jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, jumlah penjualan dan pertumbuhan penjualan.

Pratania Villonensia (2009) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Studi Kasus Pedagang Pakaian Pasar Pajak Sore Jalan Jamin Ginting)”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian pribadi merupakan suatu upaya sendiri yang meliputi segala aspek kebutuhan yang mampu dipenuhi sendiri tanpa harus menggantungkan kepada orang lain. Para wirausaha biasanya memulai usahanya secara mandiri dengan modal sendiri atau modal bersama. Kemandirian ini merupakan modal awal terciptanya ekonomi perusahaan sehat. Usaha mereka umumnya berskala kecil, tetapi dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Kepekaan terhadap perubahan menuntut pribadi-pribadi dengan inisiatif, kreativitas dan motivasi yang tinggi. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perilaku kewirausahaan yang mereka miliki. Dengan demikian masing-masing pelaku usaha akan terdorong dalam meningkatkan kreativitas berfikir, menentukan keputusan yang lebih baik dan pencapaian sukses usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinasi (R2) kemandirian pribadi mempengaruhi perilaku kewirausahaan dengan hubungan antar variabel yang tidak erat dan model dinilai baik. Dari pengujian


(24)

secara parsial (uji t) variabel kemandirian pribadi berpengaruh postif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan.

Fivi Rahmatus (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Membangun Jiwa Dan Kompetensi Kewirausahaan”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang wirausahaan memiliki daya tarik dan tantangan tersendiri. Namun diperlukan ketekunan, keseriusan, serta kemauan untuk terus menuntut ilmu. Risiko yang harus ditanggung pun lebih tinggi. Inilah yang acap kali menyebabkan seseorang enggan untuk membuka usaha sendiri.

1.2Rumusan Masalah

Dalam menjalankan suatu usaha, pasti tidak terlepas dari permasalahan. Begitu juga dengan usaha kue basah Melati Chatering. Masalah yang dihadapi Melati Chatering antara lain:

Pertama, persaingan kue basah yang sangat ketat di Kota Medan. Jika kita lihat sudah sangat banyak usaha sejenis yang bermunculan, maupun usaha sejenis yang memang sudah sangat terkenal di masyarakat.

Kedua, perkembangan usaha yang sulit untuk berkembang. Melati Chatering sudah berdiri sejak lama namun kegiatan promosi yang sangat kurang. Menambah juga pelanggan baru juga sedikit sulit dilakukan.

Ketiga, pencatatan pembukuan keuangan dilakukan seadanya. Hal ini dikarenakan usaha yang dijalankan adalah usaha milik sendiri. Sehingga


(25)

kurang adanya target keuntungan yang ingin dicapai. Mereka lebih melakukan penjualan sebagai rutinitas saja.

Karakteristik wirausaha adalah ciri khas maupun sifat yang berhubungan dengan aspek bisnis. Peranan utama Melati Chatering adalah kemampuan akan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga usaha yang dijalankan akan meningkat dan tetap mempertahankan keloyalan pelanggan.

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik wirausaha pada Melati Chatering? 2. Bagaimana sikap wirausaha pada Melati Chatering?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik wirausaha terhadap sikap wirausaha Melati Chatering?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, yaitu:

1. Mendeskripsikan karakteristik wirausaha Melati Chatering. 2. Menganalisis sikap wirausaha Melati Chatering.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik wirausaha terhadap sikap wirausaha Melati Chatering.

1.4Manfaat Penelitian


(26)

1. Secara Akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.

2. Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat menarik peneliti lain untuk meneruskan penelitian di bidang Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, khususnya penelitian tentang analisis Karakteristik dan Sikap Wirausaha. 3. Secara Praktis, Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

pihak terkait dalam bidang usaha khususnya di bidang membentuk karakter dan sikap wirausaha.


(27)

BAB II

KERANGKA TEORI

Neuman (2003) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:64-65) menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan, dan mengarahkan penelitian yang diajukan, serta membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data.

Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang karakterisik wirausaha, sikap wirausaha, dan bagaimana hubungannya antara karakteristik wirausaha terhadap sikap wirausaha.

2.1. Karakter Individu

Karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin yaitu “charakter”, yang antara lain berarti : watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekertian, kepribadian atau akhlak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.

2.2. Penjelasan Tentang Wirausaha

Dalam beberapa literatur, kata entrepreneurship diambil dari Bahasa Perancis yang kurang lebih artinya adallah seseorang yang melakukan kegiatan bisnis dan berani mengambil resiko dari setiap keputusan bisnis yang dilakukannya. Menurut


(28)

Hisrich (2008:6) dikatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang menjalankan bisnisnya dengan berani mengambil resiko yang muncul dalam batas pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Wirausaha dapat juga dikatakan sebagai seseorang yang memulai sesuatu yang baru atau dapat memunculkan keunikan dari produk atau jasa yang diciptakannya sehingga berbeda dari para pesaing lainnya.

Memulai bisnis baru dapat menjadi sesuatu yang memberikn tantangan, tapi tetap saja seorang wirausaha melihat bahwa memiliki suatu bisnis merupakan tolak ukur dari kesuksesan. Seorang ahi ekonomi dari Perancis Richard Cantillon pertama kali yang memperkenalkan istilah entrepreneur. Menurutnya wirausaha adalah orang yang melamkukan suatu proses dan mengombinasikan sumberdaya serta menjualnya dengan harga tertentu di pasar.

Pengertian wirausaha relatif berbeda-beda antara satu ahli dengan ahli lainnya dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda pula. Beberapa pemahaman singkat tentang wirausaha tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Jean B. Say (1816): Wirausaha adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menciptakan suatu nilai dari proses produksinya. 2. Frank Knight (1921): Menekankan pada peranan wirausaha dalam


(29)

3. Joseph Schumpter (1934): Wirausaha adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kimbinasi baru.

4. Penrose (1963): Aktivitas wirausaha mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi dan melakukan eksekusi terhadap peluang tersebut.

5. Harvey Leibenstein (1979): Wirausaha mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

6. Israel kirzner (1979): Wirausaha sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan. Arafah (2010:2-4)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang memilih untuk menjadi wirausaha, antara lain: (1) Wirausaha dan dunianya masih dianggap sebagai idola dan dikagumi di dalam masyarakat; (2) Wirausaha dan bisnis saat ini menjadi primadona dalam dunia pendidikan; (3) Adanya pergeseran sistem ekonomi ke sistem jasa; (4) Adanya kemajuan dalam bidang teknologi; (5) gaya hidup yang mandiri; (6) Berkembangnya dunia maya (Arafah, 2010:10).

Seorang wirausaha harus melalui suatu proses untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam menjalankan kegiatan


(30)

bisnisnya. Entrepeneurial process yang harus dilalui oleh seorang wirausaha dengan memadukan peluang, sumberdaya serta organisasi tempat wirausaha melakuka kegiatan bisnisnya atau organisasi bisnis yang dimilikinya. Proses untuk membuat suatu bisnis baru bukanlah merupakan suatu hal yang mudah, begitu banyak kendala yang harus dihadapi oleh seorang wirausaha.

Hisrich (2008:9) dalam bukunya menjelaskan ada empat langkah dalam entrepreneurial proses yang harus dilalui oleh seorang wirausaha, yaitu:

1. Identifcation dan evaluate the opportunity, pada tahap ini sangat sulit sekali bagi seorang wirausaha untuk melakukan identifikasi dan mengevaluasi peluang, karena tidak semua orang dapat melihat dan memahami peluang tersebut.

2. Development of the business plan, perencanaan bisnis yang baik harus dikembangkan jika seorang wirausaha sudah memiliki peluang dan yakin akan keberhasilan peluang yang telah dimilikinya tersebut.

3. Determination of the resources required, menetukan kebutuhan akan sumberdaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini berhubungan dengan anggaran yang dimiliki oleh wirausaha.

4. Manage the entreprose, setelah semuanya ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana mengelola suatu kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini menyangkut gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang wirausaha (Arafah, 2010:20-21).


(31)

Penulis berpendapat bahwa hakekat, kewirausaha adalah ilmu, seni amupun perilaku, sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new and different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (inovasi) guna menciptakan nilai tambah (value added) agar mampu bersaing dengan tujuna menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilemabagakan agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif ditangan orang lain (Kristanto, 2009:3).

2.3. Karakteristik Wirausaha

Menurut Arafah (2010:27-28) bahwa banyak hal yang menjadi latar belakang seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, sangat sulit sekali untuk membentuk kepribadian yang tangguh bagi seorang wirausaha, karena faktor terbesar yang menjadi penghalang adalah ada dalam diri individu tersebut, yaitu rasa takut, malas, tidak ingin berkompetisi, dll. Seorang wirausaha adalah juga seorang yang dapat melihat peluang, dan tidak semua orang dapat melihat peluang tersebut dengan jelas, apalagi mengimplementasikannya dalam dunia nyata. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dan latar belakang seseorang untuk menjadi wirausaha menurut Hisrich (2008:60), antara lain:

1. Tingkat pendidikan, sangat mempengaruhi pola pikir yang dimiliki oleh seseorang. Dengan pendidikan seseorang dapat berpikir dengan melihat dari berbagai sudut pandang dan dapat membantu memecahkan masalah yang


(32)

menjadi hambatan seorang wirausaha untuk menjalankan bisnisnya. Jadi disini tingkat pendidikan sangat membantu seseorang untuk memandang sesuatu dengan lebih teliti, tajam dan terarah.

2. Nilai pribadi, karena nilai-nilai pribadi yang sangat sulit diukur sehingga seseorang memutuskan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha. Oleh sebab itu pertimbangan personal values ini sangat subjektif dan sangat sulit untuk diukur.

3. Faktor umur merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, dalam beberapa literatur dikatakan bahwa seseorang menjadi wirausaha dimulai pada umur 25 sampai dengan 30 tahun. 4. Pengalaman kerja di masa lalu sangat mempengaruhi seseorang untuk menjadi

seorang wirausaha. Dengan pengalaman yang dimilikinya berarti dia sudah memiliki modal berupa pengetahuan, pengalaman serta pembelajaran yang sangat berguna bagi bisnis yang dijalankannya.

2.4. Wirausaha Kue Basah

Wirausaha kue basah adalah seorang wirausaha yang membuka peluang untuk berjualan kue basah mulai dari proses produksi sampai pada tahap penjualan pada konsumen. Wirausaha kue basah yang diteliti oleh penulis merupakan bisnis keluarga yang proses produksi sampai dengan penjualan dilakukan dirumah dan tidak memiliki toko.


(33)

kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan, seperti kepemilikan, sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 1997:45).

2.5. Kue Basah, Macamnya, dan Penetapan Harga

Kue adalah kudapan ata

biasanya bercita ras

diartikan sebagai makanan ringan yang dibuat dari adona

Kue basah umumnya empuk, bertekstur lembut, dan tidak dapat bertahan lama (hanya bertahan beberapa hari atau kurang). Hal ini karena umumnya kue tradisional terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, sehingga lekas basi. Kue basah biasanya dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng. Kebanyakan kue tradisional Nusantara adalah kue basah, dan umumnya dapat ditemui di pasar tradisional di Indonesia.

Beberapa jenis kue basah antara lain: kue lapis, kue dadar gulung, kue brownies kukus, kue bika ambon, kue sus, dan lain-lain. Kue basah nusantara ini


(34)

masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia khususnya untuk dihidangkan pada berbagai acara khusus.

Kue basah yang akan dijual juga harus memperhitungkan penetapan harga yang akan ditawarkan pada konsumen. Menurut Arafah (2010: 93-96) menetapkan harga adalah keputusan bisnis yang mempengaruhi baik oleh seni maupun ilmiah. Penetapan harga untuk produk dan jasa mengharuskan wirausaha untuk menyeimbangkan antara beberapa pertimbangan yang kompleks, banyak diantaranya bekerja secara berlawanan. Wirausaha harus memutuskan harga untuk barang dan jasa yang mereka jual yang akan menarik konsumen dan menghasilkan keuntungan.

Sayangnya, banyak pemilik bisnis skala kecil menetapkan harga tanpa informasi yang cukup mengenai biaya operasi mereka dan perilaku alamiah konsumennya. Harga adalah faktor penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen, dan kesalahan penetapan harga dapat berakibat fatal pada hubungan jangka panjang dengan konsumen dan berakibat pada keuntungan yang akan diperoleh.

Menurut Mudjiarto, Wahid (2006:156) apabila mengelola keuangan suatu usaha dengan baik, bukan hanya dilakukan oleh usaha besar saja. Tetapi usaha kecil dan menengah harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka seorang pemilik usaha harus atau mutlak menguasai manajemen keuangan sesederhana apapun.


(35)

Penetapan harga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya menurut Arafah (2010:105) dengan menetapkan harga jual Break-Even. Menentukan harga jual Break-Even adalah dengan rumus :

Harga Jual = (Keuntungan + biaya variabel per unit x jumlah barang yang diproduksi + Total Biaya Tetap) / Jumlah barang yang diproduksi.

Penetapan harga bukan salah satu keputusan paling sulit yang harus diambil oleh pemilik usaha kecil, tetapi juga salah satu yang paling penting. Strategi penetapan harga yang tidak tepat telah menghancurkan banyak bisnis dimana pemiliknya mengira telah memberikan harga yang cukup tinggi untuk menghasilkan keuntunga, pada kenyatannya tidak.

1. Harga Image, kebijakan penetapan harga sebuah perusahaan mengkomunikasikan informasi penting mengenai image keseluruhan usaha tersebut kepada pelanggan.

2. Kompetisi dan Penetapan Harga. Ketika menetapkan harga, seorang wirausaha harus mempertimbangkan harga kompetitornya, tetapi seharusnya mereka tidak secara otomatis menyamakan atau mengalahkan harga tersebut. Walaupun harga adalah faktor penting dalam keputusan pembelian, tetapi bukan hanya hal tersebut yang menjadi pertimbangan bagi konsumen. sangat penting untuk mempertimbangkan dua faktor berikut saat melakukan studi mengenai efek dari pesaing dan sifat barang


(36)

dan jasa pesaing. Pada sebagian besar pembedaan kualitas dan kuantitas barang maupun jasanya dari pesaing, maka harga yang ditetapkan perusahaan tersebut harus menyamai harga yang ditetapkan oleh pesaingnya untuk barang yang sama.

3. Fokus pada value secara mutlak. Harga yang pas untuk sebuah produk barang atau jasa bergantung pada satu faktor; yaitu nilai yang diberikan kepada pelanggan. Wirausaha dapat mengenali tujuan value yang diberikan oleh produk dan jasa mereka, yang mana pelanggan berkenaan membayar apabila merekaa mengerti benar value yang didapat oleh mereka.

Wirausaha yang menghadapi kenaikan biaya produksi pada bisnis mereka dapat mempertimbangkan beberapa strategi sebagai berikut:

1. Berkomunikasi dengan konsumen, daripada meyembunyikan berita buruk dari pelanggan, biarkan mereka mengetahui apa yang sedang terjadi.

2. Fokus memperbaiki efisiensi perusahaan, salah satu cara untuk mengurangi dampak dari kenaikan biaya di satu daerah adalah dengan mencari cara untuk mengurangi biaya di daerah yang lain. memperbaiki efisiensi proses operasi mungkin tidak mengahpus kenaikan biaya keseluruhan, tetapi akan mengurangi dampaknya.


(37)

3. Sampaikan value produk dan jasa perusahaan anda kepada pelanggan, pelanggan mempunyai kecendrungan untuk melupakan keuntungan dan kelebihan yang diberikan sebuah bisnis kecuali wirausaha secara periodik mengingatkan mereka.

4. Antisipasi kenaikan biaya dan coba untuk menetapkan harga lebih awal, sebagai contoh dengan mengetahui harga komoditas kopi dan teh setiap hari, pemilik kedai kopi dan teh akan mampu untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku yang dibutuhkan dan melakukan pembelian bahan baku tersebut saat diprediksi harga akan mengalami kenaikan.

Menetapkan harga secara layak membutuhkan usaha lebih daripada mengandalkan seluruhnya pada intuisi. Sebaliknya, kebijakan penetapan harga yang baik membutuhkan informasi, fakta dan analisa. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan usaha kecil saat memutuskan untuk menetapkan harga barang dan jasa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Biaya produksi barang dan jasa

2. Kondisi pasar penawaran dan permintaan 3. Volume penjualan

4. Harga kompetitor

5. Keunggulan daya saing perusahaan 6. Kondisi ekonomi


(38)

8. Faktor psikologi

9. Kemudahan dan keringanan pembayaran 10.Sensitivitas harga pelanggan

11.Image yang diinginkan.

2.6. Pemasaran Kue Basah

Memasarkan barang merupakan bagian yang penting dalam kelangsungan hidup usaha. Banyak wirausaha memahami pemasaran hanya sebatas memasarkan produk yang dihasilkan dalam arti penjualan. Kesuksesan dalam melakukan kegiatan usaha ditentukan oleh keberhasilan pemasaran perusahaan. Pemahaman konsep dan praktik pemasaran secara sistematis akan memberikan dasar pengetahuan bagi wirausaha untuk mencapai sukses bisnis.

Philip Kotler (1997) mengungkapkan pemasaran sebagai sebuah falsafah bisnis yang mengungkapkan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Marketing (pemasaran) adalah proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan menarik dan mempertahankan pelanggan setia. Kristanto (2009:101)

Menurut Arafah (2010:66-69) fungsi pemasaran wirausaha adalah sebagai berikut:


(39)

1. Membuat pelanggan sadar dan tertarik terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.

2. Menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggan. 3. Menyiapkan pelayanan yang baik terhadap pelanggan, sehingga

penjualan ulang akan terjadi.

Ada enam langkah yang harus dipersiapkan sebelum suatu rencana pemasaran ditetapkan, antara lain adalah:

1. Pemasaran harus ditujukan ke arah keuntungan yang didapat dari hasil penjualan nyata suatu produk. Jika sebuah usaha ingin berhasil, maka usaha tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Para pelanggan akan mementukan apa yang mereka butuhkan, berapa yang mereka akan bayar, dan dimana serta bagaimana mereka ingin membeli produk atau jasa tersebut.

2. Harus jelas konsep yang menyatakan tujuan utama dari suatu usaha. Hal ini berguna untuk mendorong semangat kerja para pegawai, memberikan kenyamana pada para pelanggan dan merupakan langkah awal dari pengembangan strategi pemasaran.

3. Setiap usaha memerlukan informasi agar sebuah keputusan dapat dibuat. Riset pasar membantu menyiapkan informasi ini dengan cara mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data yang berhubungan dengan pemasaran barang atau jasa.


(40)

4. Menetapkan tujuan merupakan tolak ukur terhadap kemajuan yang telah diraih. Rencana harus terinci dan berhubungan dengan sesuatu yang dapat diukur seperti penjualan atau jumlah klien.

5. Mengetahui persaingan, hampir tidak ada usaha yang tidak mempunyai saingan. Mengetahui siapakan saingan langsung dan tidak langsung, seperti kekuatan dan kelemahan mereka, adalah hal yang utama dalam sebuat rencana pemasaran.

6. Penelitian pasar, penelitian pasar biasanya dipakai untuk mendapatkan informasi tentang pelanggan, pesaing, dan produk atau jasa yang ditawarkan.

Ringkasan dari seluruh rencana pemasaran menerangkan dengan singkat cita-cita utama atau tujuan serta petunjuk singkat bagaimana mencapainya. Target penjualan untuk tahun berikut, beserta keuntungannya. Proyeksi atau target dari rencana pemasaran harus jelas dan baik di dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Situasi ini akan menjelaskan mengenai target pasar dan bagaimana suatu perusahaan melakukan penjualan.

Menurut Arafah (2010:70) bahwa strategi pemasaran adalah jantung dari rencana pemasaran. Rencana pemasaran yang baik akan menjelaskan bagian pasar manakah yang dikehendaki oleh suatu perusahaan. Strategi yang dilaksanakan oleh sebuah usaha bergantung pada sasaran pasar, juga bergantung pula apakah produk tersebut baru atau sudah pernah ada di pasar. Strategi pemasaran


(41)

mempunyai komponen-komponen penentu, seperti: orang-orang (tenaga pemasar), jenis produk, tempat/lokasi penjualan, kebijaksanaan dari harga produk, hubungan masyarakat (humas), dll.

Perincian biaya dari pemasaran sangat diperlukan untuk kesuksesan suatu strategi pemasaran. Rencana yang baik ialah dalam pelaksanaannya berjalan sesbaui dan tepat pada waktu yang telah ditentukan dan hasilnya sesuai dengan proyeksi. Penyelaras dapat terjadi dan kecendrungan yang terbentuk dapat ditentukan secepatnya.

2.7. Sikap Wirausaha

2.7.1. Motif prestasi sebagai ciri sikap wirausaha

David Mc.Clelland, dalam penelitiannya terhadap mahasiswa di Harvard University, membuktikan bahwa adaya hubungan antara tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi (need for achivement) pada kelompok mahasiswa yang diteliti, diukur semasa kuliah dengan pemilihan karier/pekerjaan setelah mereka tamat dan terjun kemasyarakat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bagi merea yang memiliki keinginan berprestasi lebih tinggi ternyata sekitar 66% diantaranya memilih karier sebagai pengusaha, sementara 34% lainnya memilih pekerjaan di bidang lain. sebaliknya pada mahasiswa yang mempunyai keinginan prestasi rendah, hanya


(42)

10% memilih pekerjaan sebagai pengusaha dan 90% memilih pekerjaan di bidang lain.

Selanjutnya Mc. Celland mengembangkan penelitian lainnya terhadap orang-orang diluar kampus yang terdiri dari beragam latar belakang profesi seperti guru, pengacara, pekerja bank, dokter, pengusaha, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara umum pengusaha mendapat nilai n-ach (need for achievement) lebih tinggi dibanding dengan orang-orang dengan profesi dibidang lain. Dari hasil tersebut Mc. Celland dan kawan-kawan mengambil kesimpulan bahwa, sada hubungan yang erat antara kewirausahaan dengan tingkat n-ach yang tinggi.

Dari hasil penelitiannya kemudian Mc. Celland dan kawan-kawan mengambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya meningkatkan n-ach seseorang dalam rangka mengembangkan sikap wirausaha masyarakat, yang bila dilihat dari segi ekonomi mikro dapat mendorong tumbuh dan berkembang dunia usaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian suatu negara (Mudjiarto, Wahid, 2006:26-27).

2.7.2. Ciri-Ciri Sikap Wirausaha

Telah dibahas bahwa secara umum orang yang mempunyai n-ach yang tinggi kebanyakan dari profesi wirausaha dibandingkan dengan profesi yang lainnya. Bagaimana kita mengenal ciri-ciri sikap yang mempunyai n-ach yang


(43)

tinggi dari kehidupan sehari-hari atau ciri-ciri sikap seorang wirausaha, menurut Faisol (2002, hal 42) sebagai berikut:

a. Berani mengambil resiko

Seorang wirausaha tidak menyukai suatu yang hasilnya sudah pasti dan mudah dicapai, seperti menabung uangnya atau kegiatan mengandung resiko rendah. Namun demikian juga seorang wirausaha tidak pula menyukai kegiatan dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya.

Wirausaha adalah orang yang berani mengambil risiko yang wajar yang sudah diperhitungkan, ia optimis akan berhasil, tapi bukan pasti berhasil atau gagal.

b. Kreatif dan Inovatif

Seorang wirausaha sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar atau yang bersifat rutin. Ia lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah ada sebelumnya dan senang menemukan dan mengusahakan sesuatu yang belum oernah dibuat orang sebelumnya. Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang sama dengan orang lain, tapi bukan karena ikut-ikutan, itu karena ia melihat peluangnya masih besar. Ia akan melakukan modifikasi, pengembangan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen.

Ia juga tidak mudah puas dengan apa yang telah dicapai, selalu ada ide atau gagasannya untuk mengembangkan yang telah ada. Dan, ada beberapa cara


(44)

yang mungkin ditempuh. Satu cara kelihatannya tidak mungkin, maka dicobanya cara yang lain. wirausaha adalah orang yang banyak gagasan, dan banyak akal dalam mewujudkan gagasan-gagasannya.

c. Mempunyai Visi

Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki bayangan atau gambaran masa depan yang akan dicapai. Ia mampu membuat gambaran tentang wujud masa depan yang akan diraih. Berdasarkan visi yang ditetapkan, ia mampu menyusun rencana dam strategi untuk meraihnya. Dan dengan tekun melaksanakannnya secara konsisten, meskipun banyak rintagan, kesulitan dan hambatan ataupun orang lain meragukannya.

d. Mempunyai tujuan yang berkelanjutan

Sebagai bagian dari upaya mencapai harapan masa depan atau dengan visinya, seorang wirausaha sukses mampu merumuskan tujuan yang jelas, menantang namun realitas. Baik tujuan jangka panjang, menegah, mamupun jangka pendek. Ia juga mampu untuk senantiasa melakukan evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian tujuan yang telah dirumuskan, untuk memastikan bahwa tujuan tersebut konsisten dengan visi pribadi dan perusahaan yang berkembang. Seorang wirausaha sukses tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, lebih dari itu senantiasa membuat tujuan baru yang lebih menantang.


(45)

Wirausaha yang sukses mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis (percaya dan yakin) bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan harapannya, walaupun banyak orang yang meragukan. Ketika memulai bisnis, meskipun awalnya kecil-kecilan, ia percaya bahwa apa yang dilakukan merupakan sesuatu yang tepat sehingga tanpa ragu berani mewujudkannya dan yakin pada saatnya akan sukses. Ia merasa yakin bahwa dirinya mampu memenangkan persaingan dengan cara yang sehat.

f. Mandiri

Seorang wirausaha adalah orang yang mandiri, tidak mau hidupnya tergantung dengan orang lain. ia mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pemimpin atau “bos” minimal bagi diri sendiri, terbebas dari perintah atau kontrol orang lain.

Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau memang benar-benar sudah tidak mampu untuk berbuat. Kalaupun minta tolong, maka pertolongan yang diperolehnya akan dianggap sebagai “hutang” yang nanti harus dibayar kembali.

g. Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu

Seorang wirausaha sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah putus dengan yang sudah ada. Apabila sedang menjalankan usahanya, tidak puas kalau tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Ia bekerja kalau perlu sampai 24 jam sehari dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu baginya sangat berharga.


(46)

h. Memiliki konsep diri positif

Wirausaha sejati adalah orang yang memiliki konsep diri positif. Ia adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena kritik sangat berguna bagi diri sendiri atau usahanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri negatif, akan sangat peka terhadap kritik, orang ini mudah tersinggung bahkan marah jika dikritik, karena kritik dianggap menjatuhkan harga diri.

Wirausaha sejati juga tidak bangga terhadap pujian. Keberhasilan adalah sesuatu yang wajar sebagai hasil kerja keras dan bukan untuk dibangga-banggakan. Ciri lain orang yang mempunyai konsep diri positif adalah, sanggup mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas kelebihan orang lain.

i. Berpikir Positif

Berpikir postif bagian sikap hidup sehari-hari seorang wirausaha berhasil. Ia senantiasa membiasakan diri bersikap dan berprilaku positif terhadap konsumen, karyawan, pesaing, mitra bisnis, serta kegagalan yang pernah menimpanya.

Wirausaha sukses selalu menempatkan konsumen dengan cara pandangan positif. Konsumen ibarat raja yang harus dilayani untuk memebuhi kebutuhan dan keinginannya.

Wirausaha sukses juga tidak memandang pesaing sebagai musuh, pesaing adalah teman seperjuangan, pesaing adalah teman bergaul. Walaupun tidak senang dengan kegagalan, namun seorang wirausaha sejati tidak akan berlama-lama larut


(47)

dalam kesedihannya. Kegagalan dipandangnya sebagai sukses yang tertunda, dirinya meyakini akan menemui kesuksesan di penghujung kegagalan.

j. Bertanggung Jawab Secara Pribadi

Seorang wirausaha sejati, apabila kurang atau belum berhasil mencapai tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah menyalahkan faktor-faktor diluar dirinya. Ia akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang telah diambilnya ternyata kurang/tidak tepat. Sekali berani mengambil keputusan ia akan bertanggung jawab terhadap segala akibatnya.

k. Selalu belajar dan Menggunakan Umpan Balik

Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu saha meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbeda. Ia akan mengumpulkan informasi dan mempelajari faktor-faktor apa saja dari dalam diri dan dari luar diri yang menyebabkan kegagalan. Wirausaha sukses umumnya adalah orang yang menyadari akan kelemahan dirinya dan mau belajar untuk memperbaikinya.

Ketika omset penjualan turun, ia akan mencari tahu penyebabnya. Apakah daya beli masyarakat akan turun atau ada pesaing baru. Jika faktor pesaing, maka akan dipelajari apa keunggulannya, kemudian memperbaiki kelemahannya.


(48)

Disamping kesebelas ciri-ciri sikap pribadi wirausaha tersebut masi terdapat ciri-ciri tambahan lainnya. Namun pada dasarnya tidak ada orang yang sempurna, yang memiliki seluruh ciri-ciri sikap tersebut.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitan

Bentuk penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menuruh Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2005:11).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu usaha kue basah Melati Chatering Jalan Amaliun No. 31 Medan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Melati Chatering merupakan salah satu usaha kue basah di kota Medan. Usaha kue basah Melati Chatering merupakan usaha rumahan dimana penulis melihat terdapat sesuatu yang menarik dalam diri pemilik Melati Chatering dalam mengelola usahanya.


(50)

3.3.Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel, sehingga peneliti menggunakan informan. Menurut Suyanto (2005:172), informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1. Informan kunci (Key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan Utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan kunci : Pemilik Melati Chatering.

2. Informan Utama : Anak dari pemilik Melati Chatering. 3. Informan Tambahan : Karyawan tidak tetap Melati Chatering


(51)

3.4. Defenisi Konsep

Berikut ini didefenisikan beberapa point yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian, yaitu:

1. Tingkat pendidikan

Dengan pendidikan seseorang dapat berpikir dengan melihat dari berbagai sudut pandang dan dapat membantu memecahkan masalah yang menjadi hambatan seorang wirausaha untuk menjalankan bisnisnya.

2. Nilai pribadi

Karena nilai-nilai pribadi yang sangat sulit diukur sehingga seseorang memutuskan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha.

3. Faktor umur

Merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, dalam beberapa literatur dikatakan bahwa seseorang menjadi wirausaha dimulai pada umur 25 sampai dengan 30 tahun.

4. Pengalaman kerja di masa lalu

Dengan pengalaman yang dimilikinya berarti dia sudah memiliki modal berupa pengetahuan, pengalaman serta pembelajaran yang sangat berguna bagi bisnis yang dijalankannya.


(52)

5. Berani mengambil resiko

Seorang wirausaha tidak menyukai suatu yang hasilnya sudah pasti dan mudah dicapai, seperti menabung uangnya atau kegiatan mengandung resiko rendah. Namun demikian juga seorang wirausaha tidak pula menyukai kegiatan dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya.

6. Kreatif dan Inovatif

Seorang wirausaha sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar atau yang bersifat rutin. Ia lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah ada sebelumnya dan senang menemukan dan mengusahakan sesuatu yang belum oernah dibuat orang sebelumnya.

7. Mempunyai Visi

Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki bayangan atau gambaran masa depan yang akan dicapai.

8. Mempunyai tujuan yang berkelanjutan

Seorang wirausaha sukses mampu merumuskan tujuan yang jelas, menantang namun realitas. Baik tujuan jangka panjang, menegah, mamupun jangka pendek.


(53)

9. Percaya Diri

Wirausaha yang sukses mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis (percaya dan yakin) bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan harapannya, walaupun banyak orang yang meragukannya.

10.Mandiri

Seorang wirausaha adalah orang yang mandiri, tidak mau hidupnya tergantung dengan orang lain. Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau memang benar-benar sudah tidak mampu untuk berbuat.

11.Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu

Seorang wirausaha sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah putus dengan yang sudah ada. Ia bekerja kalau perlu sampai 24 jam sehari dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu baginya sangat berharga.

12.Memiliki konsep diri positif

Wirausaha sejati adalah orang yang memiliki konsep diri positif. Ia adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena kritik sangat berguna bagi diri sendiri atau usahanya.

13.Berpikir Positif

Ia senantiasa membiasakan diri bersikap dan berprilaku positif terhadap konsumen, karyawan, pesaing, mitra bisnis, serta kegagalan yang pernah menimpanya.


(54)

14.Bertanggung Jawab Secara Pribadi

Seorang wirausaha sejati, apabila kurang atau belum berhasil mencapai tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah menyalahkan faktor-faktor diluar dirinya. Ia akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang telah diambilnya ternyata kurang/tidak tepat.

15.Menggunakan Umpan Balik

Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu saha meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbeda.

a. Teknik Pengumpulan Data

i. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informan yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.


(55)

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

c. Dokumentasi, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk gambar foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dipercaya kalau didukung oleh dokumentasi tersebut.

ii. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Adapun pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah :

a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan sata yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, intenet dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan objek penelitian.


(56)

iii. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.Analisis data kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai lapangan (Sugiyono, 2012:428-438).

a. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Anilisi dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, yang akan untuk menentukan focus penelitian.

b. Analisis selama di lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel.

Adapun aktivitas dalam analisis data di lapangan menurut model Miles and Huberman yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan data conclusion drawing/ verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi).


(57)

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisi data melalui reduksi data.Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan, pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam hal ini peneliti merangkum semua jawaban dari responden serta memilih jawaban-jawaban mana yang penting untuk di bahas sehingga hal-hal yang menurutnya tidak penting dibuang.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lain-lainnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Dalam hal ini peneliti menyajikan data informan berupa karakteristik informan, kemudian setiap jawaban yang sudah dirangkum oleh peneliti akan dianalisis pada pembahasan sehingga mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada


(58)

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam hal ini semua jawaban informan yang telah dianalisis pada pembahasan sedemikian rupa, sehingga peneliti dapat menyimpulkan bagaimana hubungan antara karakteristik wirausaha terhadap sikap wirausaha.


(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Sikap Berani Mengambil Resiko terhadap Tingkat Pendidikan

Dalam setiap kegiatan usaha, tentu tidak terlepas dari berbagai resiko yang nanti nya dapat mengganggu jalan kerja kegiatan usaha. Resiko dianggap sebagai hal yang lumah yang pasti akan terjadi dan sulit untuk dihidari. Resiko muncul secara tidak terduga, tidak direncanakan, dan akan membawa dampak yang buruk bagi suatu bisnis jika wirausaha tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola resiko. Oleh karena itu penting bagi wirausaha untuk mengelola manajemen resiko dalam usaha yang dikelolanya.

Seperti yang dijelaskan oleh Arafah (2010:16) bahwa seorang wirausaha harus berani mengambil setiap risiko dari aktifitas bisnis yang dijalankannya. Produk atau jasa yang ditawarkan ke pasar oleh seorang wirausaha harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini, dan dibutuhkan kekuatan yang besar untuk dapat memenangkan persaingan yang sangat kompleks dan kompetitif seperti saat ini.

Pemilik Melati Chatering juga menyadari bahwa usaha yang dijalankan tentu tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya resiko. Jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan, pada dasarnya tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh


(60)

apapun terhadap seberapa besar keberanian seorang wirausaha dalam mengambil resiko ketika ingin mengelola usaha. Pemilik menyadari bahwa tingkat pendidikan sebenarnya hanya sebagai kewajiban baginya untuk menempuh pendidikan dan pada akhirnya pula ia lebih memilih menjalankan usaha kue basah karena minat dan hobinya yang besar dalam bidang memasak.

Beberapa resiko bagi pemilik Melati Chatering yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, yaitu:

1. Pemilik lebih memilih menjalankan usaha kue basah dibandingkan bekerja sebagai pegawai kantoran. Hal ini beresiko pada kegagalan usaha yang bisa saja terjadi karena usaha ini ketika baru dimulai tentu beresiko gagal atau tidak laku.

2. Tekanan sosial yang beranggapan bahwa menjadi pegawai kantoran tentu lebih menjanjikan dibandingkan memilih sebagai seorang wirausaha.

Cara pemilik Melati Chatering untuk menyelesaikan resiko tersebut adalah:

1. Wirausaha yang gagal adalah wirausaha yang takut mencoba. Pemilik Melati Chatering yakin bahwa usahanya akan berjalan sukses dan tetap pada pendiriannya untuk terus berusaha walau apapun rintangannya.

2. Tekanan sosial hanya dijadikan masukan bagi pemilik Melati Chatering. Jika pendapat tersebut membangun maka dapat


(61)

dipertimbangkan oleh pemilik Melati Chatering untuk menjalankannya. Namun jika pendapat tersebut menjatuhkan maka pendapat tersebut hanya dianggap sebagai kritikan biasa dan terus fokus pada niat usaha sebelumnya.

4.2. Analisis Sikap Berani Mengambil Resiko terhadap Nilai Pribadi

Dalam kewirausahaan dikenal adanya personality type, yang artinya menurut Arafah (2010:13) yaitu secara teori setiap manusia memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, ada yang memiliki kepribadian introvert ataupun extrovert, tipe kepribadian type-A dan tipe kepribadian type-B. Adapun tipe kepribadian yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang pasti sangat mendukung kesuksesan wirausaha tersebut.

Terdapat pula istilah great person, artinya wirausaha adalah seorang yang sangat memiliki kepribadian yang agung yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, artinya kesuksesan yang dicapainya karena pengaruh dari kepribadian agung yang dimilikinya, dimana dia secara langsug dapat mengendalikan lingkungan luar yang mempengaruhinya. Antara personality type dan great person memiliki keterkaitan diantara keduanya.

Jika dikaitkan antara keberanian seorang wirausaha dalam mengambil resiko terhadap nilai pribadi dijelaskan sebagai berikut:


(62)

1. Setiap wirausaha memiliki nilai pribadi yang berbeda-beda dalam dirinya. Mereka juga memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi resiko usaha. Pemilik Melati Chatering memilih untuk lebih menerima dengan berbagai resiko dengan terus bekerja keras dan menerapkan istilah great person tersebut.

2. Jika dilihat dari personal type pemilik Melati Chatering, maka penulis melihat bahwa pemilik memliki tipe personal yang cukup baik. Dimana personality tersebut akan membuatnya lebih mudah dalam menghadapi berbagai resiko yang akan muncul. Jadi disimpulkan bahwa nilai pribadi akan berpengaruh dalam menghadapi resiko usaha nantinya.

4.3. Analisis Sikap Berani Mengambil Resiko terhadap Faktor Umur

Pemilik Melati Chatering menyadari bahwa umur dapat mempengaruhi tingkat keberanian seseorang dalam menghadapi resiko usaha. Dari hasil wawancara dengan pemilik, pada awal mula usaha ini berdiri ia masih berusia sangat muda dan dengan kondisi tidak memiliki pengalaman usaha sebelumnya. Maka berikut beberapa resiko usaha pemilik Melati Chatering jika dikaitkan dengan faktor umur, antara lain:

1. Ketika pertama sekali memutuskan menjalankan usaha kuliner, pemilik Melati Chatering masih berusia cukup muda, tidak berbekal pengalaman menjadi wirausaha sebelumnya, dan modal nekat karena modal usaha juga


(63)

tidak besar. Namun dengan semangat yang tinggi, faktor-faktor diatas tidak menjadi kendala berarti bagi pemilik usaha. Ia optimis usaha yang dijalankannya ini akan berjalan sukses.

2. Umur yang masih relatif muda masih rentan dengan berbagai godaan. Dimana godaan yang dimaksud disini adalah ketakutan yang cukup besar apakah usaha tersebut dapat berjalan, apakah dengan membuka usaha merupakan pilihan terbaik dibandingkan bekerja sebagai pegawai kantoran.

3. Umur yang sudah tua juga dianggap pemilik tidak produktif lagi dalam menjalankan usaha. Usia muda dianggap masih memiliki semangat yang lebih besar, dan dapat mengelola berbagai resiko dengan cukup baik.

4.4. Analisis Sikap Berani Mengambil Resiko terhadap Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja tentu memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan seorang wirausaha dalam mengelola manajemen resiko usahanya. Pengalaman kerja merupakan pembelajaran bagi wirausaha tersebut bagaimana seharusnya bertindak dan menjalankan usaha. Beberapa contoh keterkaitan antara sikap berani mengambil resiko dengan pengalaman kerja adalah sebagai berikut:

1. Berani mengambil resiko juga berkaitan dengan berani mengambil suatu tindakan dan keputusan, yang nantinya belum terprediksi apakah keputusan tersebut berefek baik atau malah buruk. Dengan pengalaman


(64)

kerja, pemilik Melati Chatering akan lebih terkontrol dan tertata dalam menanggapi setiap resiko yang bisa saja muncul dalam kegiatan usahanya tersebut.

2. Pengalaman dalam membuat kue, dimana tentu ada kemungkinan kue basah yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Bisa saja setelah kue tersebut jadi bentuk kue nya tidak sama seperti yang diharapkan. Penulis melihat sendiri hal ini pernah terjadi. Atau jika adonan kue yang telah diperkirakan ternyata tidak cukup untuk membuat sejumlah kue yang dipesan.

3. Pengalaman kerja juga membantu dan memudahkan setiap wirausaha dalam menjalankan manajemen resiko usahanya, termasuk pemilik Melati Chatering juga merasakan hal yang sama.

Maka cara pemilik Melati Chatering untuk menghadapi berbagai resiko yang berkaitan dengan pengalaman kerja adalah sebagai berikut:

1. Sebelum mengambil suatu keputusan dan melakukan suatu tindakan tentu sudah berdasarkan hasil yang matang dan diperkirakan apa resiko yang akan muncul kedepannya. Maka sebelum bertindak dan mengambil keputusan, pemilik Melati Chatering harus pintar memprediksi hasil dari tindakan maupun keputusannya tersebut.


(65)

2. Jika adonan kue tidak cukup dengan jumlah pesanan biasanya pemilik meminimalisir jumlah adonan yang dimasukkan kedalam loyang untuk menghemat adonan agar adonan kue tersebut cukup. Namun jika tetap tidak cukup maka mau tidak mau pemilik harus membuat adonan kue yang baru. Lalu jika hasil kue basah yang telah jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka pemilik harus membuat ulang kue tersebut. Namun apabila hasilnya tidak terlalu jauh berbeda, pemilik tidak harus membuat ulang.

3. Kesempatan menambah pengalaman memberikan banyak manfaat bagi usaha Melati Chatering.

4.5. Analisis Sikap Kreatif dan Inovatif terhadap Tingkat Pendidikan

Sikap kreatif dan inovatif dipengaruhi pula dengan tingkat pendidikan seseorang. Sebagai contoh pendidikan kuliner yang ditempuh oleh seorang wirausaha akan menciptakan pemikiran kreatif dan inovatif seseorang dalam bidang kuliner. Beberapa pengaruh sikap kreatif dan inovatif pemilik Melati Chatering terhadap tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pemilik Melati Chatering tidak berlatar belakang pendidikan kuliner namun memiliki dasar skill memasak berasal dari ibunya. Ibunya mengajarkan untuk memasak dan kebetulan pemilik sangat senang untuk memasak atau membuat kue. Dengan pengetahuan tentang membuat kue


(66)

yang banyak membantu pemilik Melati Chatering untuk mengembangkan ide-ide membuat jenis kue yang kreatif dan tentunya inovatif.

2. Tingkat pendidikan formal juga cukup membantu pemilik menciptakan ide kreatif dan inovatif. Pemikiran yang kreatif didapatnya dari pendidikan formal, sehingga pemikirannya terbiasa untuk berpikir strategik.

4.6. Analisis Sikap Kreatif dan Inovatif terhadap Nilai Pribadi

Nilai pribadi sebenarnya tidak memiliki keterkaitan yang kuat dengan nilai pribadi seorang wirausaha. Personal type dan great person yang ada dalam teori nilai pribadi hanya berpengaruh terhadap personality seorang wirausaha tersebut tanpa ada pegaruh terhadap sikap kreatif dan inovatif wirausaha tersebut.

4.7. Analisis Sikap Kreatif dan Inovatif terhadap Tingkat Umur

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan faktor umur wirausaha juga tidak memiliki hubungan dengan seberapa besar kreativitas dan inovatif wirausaha tersebut. Seorang wirausaha yang kreatif dan inovatif bebas berumur berapapun untuk menciptakan ide yang kreatif dan inovatif.

Pemilik Melati Chatering sendiri dari ia muda sampai sekarang ini terus berusaha untuk sekreatif mungkin dalam menciptakan suatu kue dan terus berinovatif terhadap produknya. Hal ini dianggap pemilik Melati Chatering sebagai suatu keharusan, yang mana agar usaha terus berjalan wirausaha tidak mungkin tidak melakukan inovasi pada produknya.


(67)

4.8. Analisis Sikap Kreatif dan Inovatif terhadap Pengalaman Kerja

Kreativitas dalam wirausaha menurut Arafah (2010:31) adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan suatu cara baru dengan memecahkan masalah dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada. Wirausaha sukses dengan menciptakan dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara yang baru.

Memiliki ide yang baru tidaklah cukup, tetapi mengubah ide tersebut menjadi produk dan jasa yang nyata atau usaha bisnis adalah langkah selanjutnya yang perlu dilakukan. Inovasi merupakan instrumen spesifik dari wirausaha, maksudnya mereka memanfaatkan perubahan sebagai peluang untuk suatu bisnis yang berbeda atau jasa yang berbeda.

Pengalaman kerja yang dimiliki oleh pemilik Melati Chatering dapat membantunya untuk menciptakan kreativitas dan inovatif. Melalui pengalaman kerja seorang wirausaha telah diajarkan bagaimana berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif, maupun bagaimana mengambil kesempatan emas dalam menghadapi suatu keadaan.

4.9. Analisis Sikap Mempunyai Visi terhadap Tingkat Pendidikan

Visi merupakan apa saja cita-cita atau yang ingin dicapai oleh pemilik untuk masa depan usahanya. Misi adalah tindakan apa saja yang harus dilakukan pemilik agar visi usaha dapat tercapai. seseorang harus menentukan visi terlebih


(68)

dahulu kemudian berfokus pada cara maupun strategi yang akan dijalankannya untuk mencapai visi.

Sebenarnya pemilik Melati Chatering tidak jelas visi seperti apa yang ingin dijalankannya. Mereka hanya menjalankan usahanya dengan baik tanpa memikirkan visi usaha kedepannya. Hal ini dikarenakan usaha Melati Chatering ini merupakan usaha kecil yang kegiatan produksi dan penjualannya dilakukannya dirumah.

Tingkat pendidikan tidak memiliki keterkaitan apapun dengan visi yang ingin dicapai pemilik Melati Chatering. Disamping karena tingkat pendidikan dianggap sebagai formalitas pendidikan dan usaha Melati Chatering ini juga tidak memiliki visi yang jelas. Jadi tidak dijumpai keterkaitan diantara keduanya.

4.10. Analisis Sikap Mempunyai Visi terhadap Nilai Pribadi

Nilai pribadi dalam wirausaha seperti yang telah dijelaskan diatas terdiri atas personal type dan great person. Namun tipe kepribadian seorang wirausaha dengan perilaku baik wirausaha tidak memiliki hubungan dengan pencapaian visi usaha pemilik Melati Chatering.

4.11. Analisis Sikap Mempunyai Visi terhadap Tingkat Umur

Tingkat umur juga tidak memiliki hubungan dengan visi seorang wirausaha dalam mencapai visi. Visi tidak tergantung dari jenis kelamin maupun


(69)

tingkat umur seseorang. Visi dapat tercapai melalui kemauan wirausaha itu sendiri untuk mencapai visi usaha.

4.12. Analisis Sikap Mempunyai Visi terhadap Pengalaman Kerja

Seharusnya semakin banyak pengalaman kerja yang telah dijalani wirausaha maka semakin dekat wirausaha tersebut dalam mencapai visinya. Hal ini dapat terjadi jika wirausaha tersebut memiliki visi yang jelas terhadap usaha yang dijalankannya dan konsisten untuk mencapai visi tersebut.

Berbeda dengan Melati Chatering seperti yang telah dijelaskan diatas, pemilik tidak memiliki visi khusus untuk mengembangkan usahanya. Usaha Melati Chatering memang terus berkembang dilihat dari bertambahnya jumlah pelanggan secara terus menerus, namun visi yang lebih besar seperti membuka toko besar dan semakin dikenal masyarakat lebih luas tidak ada.

Jadi jika dilihat dari penjelasan diatas, jelas bahwa bagi pemilik Melati Chatering visi usaha tidak memiliki hubungan yang jelas dengan pengalaman bekerja.

4.13. Analisis Tujuan Usaha terhadap Tingkat Pendidikan

Pemilik Melati Chatering tentu telah merencanakan apabila membuka usaha maka tujuan apa yang bisa ia dapat. Usaha ini cukup mendapat apresiasi dari penulis pribadi karena sudah berjalan 30 tahun dimulai dari pemilik masih


(70)

berusia muda dan kebetulan hobinya adalah memasak dan membuat berbagai jenis kue.

Tujuan pemilik membuka usaha pada awalnya karena rasa cintanya pada dunia tata boga. Pemilik sangat suka memasak, ibunya sudah mengajarkannya sejak ia duduk dibangku SMP. Lama kelamaan memasak dan membuat kue sudah mendarah daging, hobi yang sangat ia gemari adalah memasak dan tentunya membuat kue.

Mencapai target keuntungan atau profitabilitas usaha tentu saja merupakan tujuan usaha, wirausaha mana yang tidak ingin usaha yang dijalankannya memperoleh keuntungan besar. Target penjualan semestinya harus konsisten dari tahun ke tahun dan sangat baik jika pemilik mampu menaikkan keuntungan tiap tahunnya.

Tingkat pendidikan bisa membantu pemilik Melati Chatering untuk berpikir strategik tentang bagaimana mendapat keuntungan. Keuntungan dapat ditingkatkan jika pemilik memiliki pemikiran yang maju dan ide-ide cemerlang untuk meningkatkan keuntungan.

4.14. Analisis Tujuan Usaha terhadap Nilai Pribadi

Nilai pribadi yang ada didalam diri wirausaha tentu akan sangat membantu wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dapat terlihat bagaimana tipe personality dan great person seorang wirausaha dapat membantu menciptakan rasa


(1)

k) Apa harapan Melati Chatering kedepannya?

Harapan kami sebenarnya ingin membuka toko. Cuma modal nya belum cukup. Jadi sejauh ini promosi dilakukan lewat brosur agar pelanggan tau kue apa saja yang kami produksi. Kemudian juga menambah jumlah pelanggan dan keuntungan.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)