Wirausaha Aksesoris(Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)

(1)

WIRAUSAHA AKSESORIS

(Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh:

SANTA L. SIMAMORA 080905008

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Santa L. Simamora

NIM : 080905008

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : WIRAUSAHA AKSESORIS

(Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)

Medan, Oktober 2013 Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi

Dra. Nita Savitri, M. Hum

NIP : 19610125198032001 NIP : 196212201989031005 Dr. Fikarwin Zuska

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP : 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

WIRAUSAHA AKSESORIS

(Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(4)

ABSTRAK

Santa L. Simamora 2013, judul skripsi: WIRAUSAHA AKSESORIS (Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 171 halaman, 45 daftar foto, 4 daftar gambar, 1 daftar tabel, 38 daftar pustaka, serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan: “Wirausaha Aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan”. Kajian ini menjelaskan tentang pengetahuan dan strategi wirausahawan aksesoris. Strategi yang digunakan oleh para wirausahawan aksesoris sangat penting untuk menjaga kestabilan suatu usaha. Berhasil tidaknya suatu usaha tergantung pada pengetahuan dan strategi yang dilakukan oleh wirausahawan.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan, serta menjelaskan bagaimana proses dan strategi yang mereka lakukan dalam menjalankan usaha aksesoris tersebut, sehingga bisa tetap bertahan ditengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wirausaha aksesoris sebagai salah satu bagian dari ekonomi kreatif menjadi sebuah alternatif bagi sebagian orang di Pasar UD Pajus Baru Medan, untuk meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Akan tetapi tidak semua orang yang menekuni usaha aksesoris di tempat tersebut menjadi wirausaha kreatif. Sebagian orang lebih cenderung membeli barang siap pakai, untuk kemudian dijual kembali kepada pembeli. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang aksesoris. Selain itu kondisi ini juga dipengaruhi oleh budaya yang sudah melekat dalam masyarakat Kota Medan, yang pada umumnya lebih memilih pekerjaan yang instan dan menguntungkan, daripada harus melakukan suatu pekerjaan yang dianggap memerlukan sebuah proses yang relatif lama.

Namun berbeda halnya dengan sebagian orang yang berjiwa kreatif, mereka menganggap proses sebagai bagian dari alur cerita mereka dalam menghasilkan sebuah karya. Mereka tidak hanya sekedar membeli barang siap pakai saja, tetapi juga berusaha untuk membuat, dan memodifikasi aksesoris untuk dijual kepada pembeli.

Oleh karena itu, pengetahuan tentang aksesoris sangat penting bagi wirausahawan dalam memperoleh ide-ide untuk mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal. Ide-ide tersebut dapat diperoleh melalui referensi sejumlah gambar aksesoris, buku, majalah, brosur-brosur, internet, perpustakaan, jalanan, mitos atau cerita, galeri seni, fenomena dalam masyarakat, pengalaman, permintaan pelanggan, teman, dan semua aspek dari segala tempat dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi. Selain itu, melalui pengetahuan yang dimilikinya mereka bisa menyusun strategi yang dianggap dapat meningkatkan pendapatan usahanya. Setiap wirausahawan mempunyai strateginya masing-masing yang disesuaikan dengan pengetahuan, dalam konteks budaya yang dimilikinya.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Wirausaha Aksesoris (Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)” dengan baik. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, saya banyak menerima bimbingan dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak tersebut, yaitu: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP, sebagai Sekretaris Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Mariana Makmur, MA sebagai dosen penasehat akademik saya. Semoga Ibu beserta keluarga diberikan kesehatan dan kebahagiaan, serta lancar dalam menyelesaikan pendidikan S3 nya. Kepada Bapak Drs. Lister Berutu, MA, terima kasih Pak telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing saya mulai dari pengajuan proposal sampai skripsi dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi saya. Semoga Bapak beserta keluarga sehat, bahagia, dan lancar dalam menyelesaikan pendidikan S3 nya.


(6)

Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen penasehat akademik saya, Ibu Nita Savitri, M. Hum. yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing skripsi.saya. Ibu telah banyak memberikan ilmu, semangat, dan masukan-masukan yang berharga bagi saya. Semoga Ibu beserta keluarga selalu sehat, bahagia, dan lancar dalam menjalankan aktivitasnya.

Kepada Kak Nurhayati sebagai staf administrasi Departemen Antropologi FISIP USU, saya mengucapkan terima kasih banyak telah bersedia membantu kelancaran semua berkas yang dibutuhkan mulai masa perkuliahan hingga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. Serta kepada seluruh staff pegawai dan staff pengajar di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali saya dengan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan bapak dan ibu sekalian.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para informan khususnya: Pak Muslim, Pak Ojie, Ibu Iroh dan Pak Leman yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian terhadap usaha aksesorisnya. Selama ini Bapak dan Ibu telah banyak membantu saya saat melakukan penelitian di lapangan, mulai dari memberikan informasi tentang aksesoris, mengajari saya dalam proses pembuatan aksesoris, hingga berbagi pengalaman hidup bapak dan ibu yang telah menginspirasi saya. Saya juga mengucapkan terima kasih banyak atas keramahan dari bapak-bapak tukang parkir, bapak dan ibu petugas kebersihan, bapak dan ibu penjual makanan, dan seluruh karyawan toko yang namanya tidak mungkin saya sebutkan satu persatu di Pasar UD Pajus Baru Medan. Biarlah kiranya Tuhan membalas segala kebaikan bapak dan ibu sekalian.


(7)

Penghargaan terbesar dan ucapan terima kasih yang tulus saya persembahkan kepada orang tua tercinta Parulian Simamora dan Mery Hutabarat, yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga dan dukungan materil kepada saya selama ini hingga saya dapat meraih gelar sarjana. Saya sangat bersyukur dilahirkan sebagai anak mama dan bapak yang membuat saya selalu merasa disayangi dan dicintai. Doa mama dan bapak adalah perlindungan terbesar dalam hidup saya. Tidak ada harta yang dapat saya berikan untuk membalas kasih sayang dan ketulusan mama dan bapak selama ini, biarlah kiranya Tuhan Yesus yang membalas kebaikan kalian. Semoga mama panjang umur, sehat selalu, lancar rejeki, dan bahagia selamanya.

Tidak lupa kepada abang-abang dan kakak-kakakku tercinta: Gr. Jodi Simamora S. H./ S. Tambunan Spd. , E. Gultom S. E./ Sonya Simamora, Amd. dan Sophia Simamora Ssi. yang sudah memberikan dukungan moril, materil, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Kasih sayang kalian membuat saya bahagia menjadi adik kalian.

Kepada keponakan-keponakanku tersayang: Jeremia Simamora, Susan Simamora, Maria Simamora, Floren Simamora, Titin Simamora, Dela Gultom, Deborah Gultom, dan April Gultom tingkah laku kalian yang lucu-lucu dan menggemaskan membuat bersemangat dan bahagia menjadi Bou dan Tante kalian. Terima kasih juga buat seluruh keluarga besar saya yang selama ini sangat mendukung dan terus memotivasi saya ketika saya merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Buat sahabat saya: bubun Indri S. Sos, Vina Spd., tante Ruri, Nenek Deni, Silvia S.Sos. Puteri Ananda S. Sos, Berty Manurung S.Sos., Mila S. Sos. terima kasih karena selalu mengingatkan saya tentang prioritas masa depan disaat saya mulai


(8)

merasa jenuh. Terima kasih juga buat dukungnan, motivasi, semangat dan bantuan kalian selama ini. Moment yang pernah kita lalui bersama dalam suka dan duka akan selalu saya ingat, dan saya bahagia pernah mengenal kalian.

Secara khusus ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi 2008: Harni Siboro S. Sos, Riko Tanpati S. Sos, Suherman S. Sos, Febry, Mari Etta, Nesya, Ayu, Helen Lucen S. Sos, Ervina Pinem S. Sos, Iskandar, Amin, Ria S. Sos, Duma S. Sos, Bethrin S. Sos, Ruliana S. Sos, Nelson S. Sos, Radinton S. Sos, Berkat S. Sos, Kalvin S. Sos, Hezron, Sari Manurung, Mardayanti S. Sos, Taufik, Arifin, Fajri S. Sos, ramles S. Sos, Helen S. Sos, dan teman-teman 08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan dan kenangannya. Kepada kerabat Antropologi lainnya: Kak Erna S. Sos., Bang Umar S. Sos, Kak Sri Paulina S. Sos., Bang Edi S. Sos., terima kasih buat diskusi-diskusinya dan motivasi yang positif dari kakak dan abang. Saya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(9)

Riwayat Hidup

Santa L. Simamora, lahir pada tanggal 2 Januari 1990 di Seminari Sipoholon, Tapanuli Utara. Anak ke empat dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Parulian Simamora dan Mery Hutabarat. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Swasta HKBP Sipoholon pada tahun 2001. Lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sipoholon pada tahun 2004, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMK Negeri 1 Siatas Barita pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008.

Selain mengikuti pendidikan, penulis juga pernah mengikuti beberapa seminar yang pernah diselenggarakan di fakultas dan universitas, yaitu:

 CROSSING BOUNDARIES (Cross Culture Video Making Project For Peace) oleh Hikmat Budiman (Direktur The Interseksi Foundation).

 “Mandat Konstitusi untuk Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi Kerakyatan” yaitu Pameran dan Rangkaian Seminar “Ini Medan Demokrasi Bung” oleh Fadel Muhammad (Menteri Kelautan dan Perikanan RI).


(10)

Pengalaman Organisasi dan Kerja

 Anggota INSAN di Departemen Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2008.

 Anggota GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) di FISIP USU pada tahun 2009.

 Member Oriflame pada tahun 2013.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

“Wirausaha Aksesoris (Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan)” yang menjadi judul dari skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara dalam bidang Antropologi. Skripsi ini berisi kajian etnografi yang didasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara penulis di lapangan.

Secara sistematis, kajian tentang wirausaha aksesoris ini berfokus pada pengetahuan dan strategi wirausahawan aksesoris yang berada di Pasar UD Pajus Baru Medan. Berdasarkan hasil penelitian penulis, para wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dalam memaknai aksesoris yang mereka tekuni selama ini. Hal ini disebabkan karena pengetahuan, dalam konteks budaya mereka tentang aksesoris juga berbeda-beda.

Pengetahuan para wirausahawan tentang aksesoris tidak langsung diperoleh sejak lahir. Ada sebuah proses belajar yang mereka lalui, baik secara formal maupun informal. Secara formal, pembelajaran mengenai aksesoris hanya saat di Sekolah Menengah Atas, tidak sampai mendalami di Perguruan Tinggi. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, mereka lebih banyak memperoleh pengetahuan tentang aksesoris dari segi informal, yakni berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri dan orang lain.


(12)

Pembahasan tentang bagaimana para wirausahawan aksesoris dapat memperoleh ide-ide dalam membuat aksesoris dapat ditemukan dalam bab III dari skripsi ini.

Persaingan bisnis yang semakin ketat di Pasar UD Pajus Baru Medan, membuat mereka berusaha mencari cara agar terlihat lebih menarik bagi pengunjung. Di sinilah mereka membutuhkan sebuah strategi usaha, yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk dapat menarik perhatian orang lain agar mau membeli aksesoris yang mereka tawarkan. Strategi yang dilakukan disesuaikan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pengusahanya, yang bertujuan agar mereka dapat bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat dalam mencapai kesuksesan.

Pembahasan tentang strategi wirausaha aksesoris sehingga mereka bisa tetap bertahan di tengah persaingan bisnis di Pasar UD Pajus Baru Medan dapat ditemukan dalam bab IV dari skripsi ini.

Skripsi ini adalah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk perbaikan menuju kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Antropologi sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan, bagi masyarakat luas sebagai penambah wawasan dalam wirausaha aksesoris, dan juga bagi para wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan yang diteliti.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAKSI ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR FOTO... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 16

1.3. Rumusan Masalah ... 25

1.4. Maksud dan Tujuan Penulisan ... 26

1.5. Kerangka Penulisan ... 26

1.6. Metode dan Pengalaman Penelitian ... 28

BAB II SITUASI PERKEMBANGAN WIRAUSAHA AKSESORIS 2.1. Aksesoris ... 38

2.2. Industri Kreatif Aksesoris di Kota Medan ... 43

2.2.1. Sejarah Pajus ... 45

2.3. Sejarah Berdirinya OAM Aksesoris ... 53

2.3.1. Struktur Organisasi OAM Aksesoris ... 58

2.4. Sejarah Berdirinya IMEGI ... 59

2.4.1. Struktur Organisasi IMEGI ... 73

BAB III PROSES PEMBUATAN AKSESORIS... ... 76

3.1.Tujuh Tahapan Dalam Pembuatan Aksesoris ... 77

3.1.1. Bahan Baku dan Peralatan ... 78

3.1.2. Pembersihan ... 91

3.1.3. Desain/ Gambar ... 92

3.1.4. Pemotongan ... 94

3.1.5. Pembentukan ... 96

3.1.6. Penghalusan ... 102

3.1.7. Finishing/ Merapikan hasil akhir ... 103

3.2. Jenis-Jenis Aksesoris ... 106

3.2.1. Kalung……….. ... 106

3.2.2. Gelang………. ... 109

3.2.3. Cincin………. ... 111

3.2.4. Anting………... ... 112

BAB IV STRATEGI PERSAINGAN WIRAUSAHA AKSESORIS 4.1. Strategi Ekonomi Aksesoris ... 114


(14)

4.1.2. Nilai Seni ... 117

4.1.3. Nilai Ekonomi ... 119

4.1.4. Keuntungan………... ... 120

4.2. Strategi Kreatifitas ... 122

4.2.1. Strategi Produksi………... .... 123

4.2.2. Strategi Modifikasi……… ... 126

4.3 Strategi Pelayanan Prima Kepada Setiap Pelanggan ... 129

4.3.1. Garansi Barang………... ... 131

4.3.2. Pemesanan Barang………... ... 134

4.3.3. Potongan Harga………... ... 140

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 144

5.2. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA DAFTAR INFORMAN


(15)

DAFTAR FOTO

Foto 1 : Aksesoris DipajangnDalam Sebuah Lemari Terbuka Berukuran

60cm x 100cm ... 63

Foto 2 : Batok Kelapa/ Tempurung ... 79

Foto 3 : Lem Jepang (Lem Setan) dan Lem Kertas ... 80

Foto 4 : Ragum ... 81

Foto 5 : Kertas Pasir yang Kasar dan yang Halus ... 82

Foto 6 : Gergaji Tangan ... 83

Foto 7 : Flat Steanless Kiri Dilapisi Lem dan Kanan Tidak Dilapisi Lem 84

Foto 8 : Gunting ... 84

Foto 9 : Gliter ... 85

Foto 10 : Rol/ Penggaris Besi ... 85

Foto 11 : Bor Tangan ... 86

Foto 12 : Clear Semprot ... 86

Foto 13 : Obeng, Mata Gergaji, Mata Bor, Kertas, dan Spidol ... 87

Foto 14 : Sikat Gigi Bekas ... 88

Foto 15 : Tang ... 88

Foto 16 : Solder ... 89

Foto 17 : Serbuk Batok Kelapa ... 89

Foto 18 : Pasta ... 90

Foto 19 : Grafir ... 90

Foto 20 : a. Batok Kelapa Sebelum Dibersihkan b. Batok Kelapa Setelah dibersihkan ... 92

Foto 21 : a. Proses Mendesain/ Gambar Langsung Pada Batok Kelapa b. Motif Kertas Ditempelkan Pada Batok Kelapa ... 94

Foto 22 : Proses Pemotongan Bahan ... 96

Foto 23 : Proses Pembentukan dengan Menyatukan Dua Bahan dengan Lem dan Ragum ... 97

Foto 24 : Serbuk dari Hasil Pemotongan Batok Kelapa Digunakan Untuk Menutupi Celah yang Timbul dari Penyatuan Dua Buah Bahan ... 98

Foto 25 : Proses Pembentukan Cincin Bagian Dalam dengan Menggunakan Kertas Pasir Kasar yang Dibalut Pada Sebatang Kayu Rol ... 101

Foto 26 : Proses Penghalusan ... 102

Foto 27 : Kiri: Aksesoris yang Sudah Dibentuk Kanan: Aksesoris yang Sudah Dihaluskan ... 103

Foto 28 : Hasil Akhir dari Cincin ... 105

Foto 29 : Rantai Kalung yang Terbuat dari Besi Putih ... 107

Foto 30 : Kalung Tali Benang dengan Mata Kalung dari Bahan Batok Kelapa ... 108


(16)

Foto 31 : Kalung Rantai Besi Putih dengan Mata Kalung dari

Flat Steanless ... 109

Foto 32 : Model Gelang Biasa dan Model Gelang Tulis Pasta ... 110

Foto 33 : Gelang Manik-Manik, Gelang Tempel, Gelang Tali Simpul dan Gelang Tulang ... 110

Foto 34 : Cincin Belah Rotan ... 111

Foto 35 : Anting-Anting ... 113

Foto 36 : Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Bahan Produksi ... 116

Foto 37 : Kalung Etnik ... 119

Foto 38 : Gelang Batok Kelapa Dikombinasikan dengan Tali Simpul Dijual Seharga @ Rp.5000 ... 124

Foto 39 : Proses Modifikasi ... 127

Foto 40 : Aksesoris Disusun Berdasarkan Jenisnya Agar Terlihat Lebih Rapi ... 128

Foto 41 : Pak Ojie (Kanan), Sedang Melayani Pembeli (Kiri) ... 130

Foto 42 : Papan Promosi ... 136

Foto 43 : Proses Pengukiran Nama Pada Gelang ... 137

Foto 44 : Pembeli Melihat Proses Pengukiran Nama Pada Gelang ... 138


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Proses Ekonomi Aksesoris ... 14

Gambar 2: Struktur Organisasi OAM Aksesoris ... 58

Gambar 3: Struktur Organisasi IMEJI ... 73


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar


(19)

ABSTRAK

Santa L. Simamora 2013, judul skripsi: WIRAUSAHA AKSESORIS (Studi Etnografi Strategi Ekonomi Kreatif di Pasar UD Pajus Baru Medan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 171 halaman, 45 daftar foto, 4 daftar gambar, 1 daftar tabel, 38 daftar pustaka, serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan: “Wirausaha Aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan”. Kajian ini menjelaskan tentang pengetahuan dan strategi wirausahawan aksesoris. Strategi yang digunakan oleh para wirausahawan aksesoris sangat penting untuk menjaga kestabilan suatu usaha. Berhasil tidaknya suatu usaha tergantung pada pengetahuan dan strategi yang dilakukan oleh wirausahawan.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan, serta menjelaskan bagaimana proses dan strategi yang mereka lakukan dalam menjalankan usaha aksesoris tersebut, sehingga bisa tetap bertahan ditengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wirausaha aksesoris sebagai salah satu bagian dari ekonomi kreatif menjadi sebuah alternatif bagi sebagian orang di Pasar UD Pajus Baru Medan, untuk meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Akan tetapi tidak semua orang yang menekuni usaha aksesoris di tempat tersebut menjadi wirausaha kreatif. Sebagian orang lebih cenderung membeli barang siap pakai, untuk kemudian dijual kembali kepada pembeli. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang aksesoris. Selain itu kondisi ini juga dipengaruhi oleh budaya yang sudah melekat dalam masyarakat Kota Medan, yang pada umumnya lebih memilih pekerjaan yang instan dan menguntungkan, daripada harus melakukan suatu pekerjaan yang dianggap memerlukan sebuah proses yang relatif lama.

Namun berbeda halnya dengan sebagian orang yang berjiwa kreatif, mereka menganggap proses sebagai bagian dari alur cerita mereka dalam menghasilkan sebuah karya. Mereka tidak hanya sekedar membeli barang siap pakai saja, tetapi juga berusaha untuk membuat, dan memodifikasi aksesoris untuk dijual kepada pembeli.

Oleh karena itu, pengetahuan tentang aksesoris sangat penting bagi wirausahawan dalam memperoleh ide-ide untuk mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal. Ide-ide tersebut dapat diperoleh melalui referensi sejumlah gambar aksesoris, buku, majalah, brosur-brosur, internet, perpustakaan, jalanan, mitos atau cerita, galeri seni, fenomena dalam masyarakat, pengalaman, permintaan pelanggan, teman, dan semua aspek dari segala tempat dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi. Selain itu, melalui pengetahuan yang dimilikinya mereka bisa menyusun strategi yang dianggap dapat meningkatkan pendapatan usahanya. Setiap wirausahawan mempunyai strateginya masing-masing yang disesuaikan dengan pengetahuan, dalam konteks budaya yang dimilikinya.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang Strategi Wirausaha Aksesoris yang berada di Pasar UD Pajus Baru, Medan. Penelitian ini dilakukan karena berawal dari maraknya berita yang disiarkan di media elektronik maupun media cetak mengenai perkembangan kondisi perekonomian sekarang, khususnya di Indonesia yang kurang stabil dan semakin menurun1. Ketidakstabilan kondisi ini ditandai dengan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi2

1

FMEI (Forum Mahasiswa Ekonomi Indonesia), “Pengangguran akibat krisis global”,

.

Kenaikan biaya produksi secara otomatis membuat harga barang kebutuhan masyarakat ikut naik. Barang-barang kebutuhan masyarakat menjadi semakin mahal, yang menyebabkan daya beli masyarakat semakin menurun. Menurunnya daya beli masyarakat mengakibatkan perputaran roda ekonomi di Indonesia tidak berjalan dengan lancar. Ketidak lancaran tersebut membuat perekonomian di Indonesia menjadi tidak stabil. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab menurunnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS (Amerika Serikat).

Salah satu bukti ketidakstabilan perekonomian di Indonesia dapat dilihat melalui tabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar tahun 2000-2010 dari Bank Indonesia seperti berikut ini:

2

Claudia, “Kenaikan BBM dan pengaruhnya terhadap daya beli masyarakat”,

(diakses pada tanggal 21 Februari 2013)


(21)

Tabel 1.

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar tahun 2000-2010 dari Bank Indonesia.

Tahun Harga

2000 8.396

2001 10.265

2002 9.260

2003 8.570

2004 8.985

2005 9.705

2006 9.200

2007 9.125

2008 9.666

2009 9.447

2010 9.036

Sumber: Kurs Rupiah 20123

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar selalu berubah setiap tahunnya dan cenderung mengalami penurunan. Ketidakstabilan yang terjadi pada kurs rupiah di pasar valuta asing membuat harga-harga bahan pokok (sembako) naik. Kondisi ini sebenarnya tidak menjadi masalah jika dibarengi dengan pendapatan masyarakat yang tinggi juga. Namun kenyataan di lapangan tidak demikian. Aktivitas masyarakat yang beragam, dengan latar belakang yang berbeda

3

Kurs rupiah merupakan nilai mata uang rupiah saat ini yang dibandingkan dengan mata uang negara lain, misal nilai tukar rupiah sebesar Rp.9000 atas US Dollar, artinya setiap US$ 1 sama nilainya dengan Rp.9.000.

“Kurs rupiah saat krisis ekonomi “, tanggal 19 Januari 2013).


(22)

menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan ekonomi masyarakat. Hal ini membuat masyarakat mencoba meningkatkan pendapatannya salah satunya dengan cara melakukan wirausaha, seperti di bidang fashion, khususnya aksesoris.

Fashion dapat digolongkan ke dalam bagian ekonomi kreatif. Selain dapat mengangkat kekayaan budaya, juga dapat menghasilkan nilai ekonomi yang dilakukan melalui proses kreatifitas oleh masyarakat. Salah satu inovasi ekonomi kreatif yang tengah berkembang dan hangat diperbincangkan di masyarakat saat ini adalah dunia mode atau fashion. Fashion dapat diartikan sebagai sebuah gaya, cara, kebiasaan, atau mode berpakaian yang populer dalam suatu budaya4

Secara umum aksesoris dapat digambarkan sebagai suatu benda yang digunakan untuk melengkapi penampilan seseorang dan bisa dipakai oleh siapa saja. Namun dengan adanya cara pandang atau paradigma yang berbeda, aksesoris menjadi mempunyai arti yang berbeda-beda pula bagi masyarakat. Cara pandang atau

. Jenis-jenis fashion yang sering dikenakan seperti pakaian atau busana, tas, sepatu, aksesoris, dan lain sebagainya.

Aksesoris sering kali dikaitkan dengan fashion, karena dianggap dapat mendukung serta memberikan nilai tambah pada penampilan seseorang. Aksesoris bermacam-macam bentuknya mulai dari perhiasan (anting-anting atau giwang, kalung, gelang, cincin, bros, jepit/ikat rambut), hingga pelengkap pakaian lainnya (selendang, sabuk, dasi, syal, sarung tangan, dompet, sapu tangan, tas, topi, arloji, dan kacamata). Namun jenis aksesoris yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aksesoris perhiasan, seperti: anting-anting atau giwang, kalung, gelang, cincin, dan bros.

4


(23)

paradigma merupakan bagian dari kebudayaan, yang dipakai untuk melihat kehidupan. Satu kenyataan yang sama bisa menjadi berbeda, jika dilihat dari paradigma yang berbeda.

Demikian juga halnya dengan aksesoris. Jenis dan bentuknya bisa saja sama persis, tetapi fungsinya bisa menjadi tidak sama, ketika suatu kelompok tertentu memaknainya dari sudut pandang yang berbeda dengan orang lain di luar kelompoknya. Hal ini didukung dengan pendapat Cliford Gertz (1992:5), yang mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu sistem makna dari tujuan masyarakat, bukannya sandi perorangan dibenak masing-masing anggota masyarakat. Aksesoris dalam konsep ini bersifat fungsional dan menjadi bagian dari komponen kebudayaan, yang dibuat untuk suatu kepentingan pihak tertentu yang diaplikasikan secara praktis dalam menciptakan produk untuk keperluan manusia. Hal inilah yang menyebabkan pemakaian terhadap aksesoris tertentu menjadi terbatasi.

Pada jaman dulu perhiasan tidak hanya sekedar dipakai sebagai aksesoris untuk menghiasi badan agar penampilan kelihatan cantik dan menarik saja, tetapi juga difungsikan sebagai pelengkap sebuah upacara. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Bronislaw Malinowski (dalam Belshaw, 1981:15), mengenai sistem kula pada penduduk Trobriand yang berada disebelah tenggara Papua Niugini, yaitu merupakan salah satu bentuk resiprositas atau pertukaran yang saling timbal balik. Barang-barang yang menjadi objek tukar-menukar dengan upacara, secara keseluruhan dikenal sebagai vaygu’a dan dibagi dalam dua kelas, yaitu soulava dan mwali.

Soulava, berupa kalung panjang dibuat dari rangkaian kerang yang diasah, sehingga berbentuk bulat rata, yang beredar ke satu arah mengikuti arah jarum jam.


(24)

Mwali, berupa gelang dari kerang putih dan mengkilat, yang beredar ke arah yang berlawanan. Barang-barang tersebut pada saat-saat penting dapat dipakai atau dipamerkan sebagai perhiasan pribadi, namun arti pokok benda-benda tersebut adalah sebagai pengumpulan kekayaan barang-barang upacara. Barang-barang tersebut juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperluas pasangan, baik untuk menambah jumlah maupun untuk mempercepat lajunya peredaran benda-benda tersebut. Penyerahan vaygu’a dalam kula adalah suatu kejadian yang diiringi upacara yang mewah. Di luar kula, vaygu’a hanya diberikan pada kesempatan-kesempatan yang penting. Oleh karena itu, barang-barang yang berharga biasanya dihubungkan dengan kejadian-kejadian yang khusus sehingga dapat meningkatkan nilai sejarah barang-barang tersebut.

Pada proses pertukaran pemberian di sini berkaitan dengan nilai sosial. Tukar menukar yang dilakukan oleh si pemberi dan si penerima merupakan suatu bentuk kehormatan, dimana pemberi mengharapkan penerima melakukan pengembalian dengan barang yang nilainya paling tinggi. Pada saat terjadi pemberian, orang yang menerima tidak langsung membalas pemberian itu pada saat itu juga, tetapi pengembalian dari penerima dilakukan pada waktu yang berbeda. Barang yang akan dikembalikan oleh penerima tidak berupa barang yang sama dengan nilai non ekonomis yang lebih tinggi, tetapi berupa barang yang berbeda yang juga memiliki nilai prestasi yang lebih tinggi.

Pemberian dianggap sebagai suatu yang khusus, seorang penerima tidak bisa menolak pemberian tersebut, karena dapat dipandang sebagai penghinaan bagi pemberi. Penerima yang tidak mampu menerima kehormatan dari pemberi biasanya


(25)

karena kedudukannya yang lebih rendah. Ini berarti pertukaran dalam pemberian hanya berlaku pada satu kelas yang sama. Pemberian yang didasarkan perbedaan kelas hanya terjadi karena pemberi mengharapkan pengembalian dari Tuhan, dewa atau roh nenek moyang guna membangun hubungan sosial yang lebih harmonis dengan masyarakat yang menerima.

Kula, di dalam sistem upacara tidak dimaksudkan sebagai perdagangan individu. Tetapi di samping mengunjungi pasangan-pasangan kula, orang-orang juga memanfaatkan kesempatan untuk mengadakan perdagangan berupa barang-barang dagangan. Hal tersebut terjadi karena adanya keamanan yang diperoleh dengan hubungan antar pasangan, maka si pengunjung ada kemungkinan untuk mengadakan hubungan dengan orang-orang lain di desa dan berdagang dengan mereka. Kula juga bukan hanya aktivitas barter tetapi juga pemberian dan pengembalian serta norma-norma yang bersifat magis dan agama, hubungan sosial antar suku dalam masyarakat itu sendiri.

Berbeda waktu dan tempat, maka akan berbeda kebudayaan juga. Demikian halnya dengan aksesoris yang terdapat pada masa sekarang ini. Aksesoris tidak lagi hanya sebagai pelengkap upacara ritual saja. Namun aksesoris juga dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Aksesoris sebagai simbol, seperti alat media untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang menyampaikan pesan tentang dirinya sendiri melalui aksesoris yang dipakainya. Aksesoris yang menunjukkan suatu simbol tertentu sering kali menjadi tren dalam masyarakat. Tren aksesoris tersebut dapat menggambarkan kehidupan sosial, politik, religi, perasaan, dan identitas diri dari orang yang memakainya.


(26)

Salah satu contoh yang dapat kita lihat baru-baru ini adalah fenomena boyband5 dan girlband ala Korea yang kini berkembang khususnya di Indonesia.6

Oleh karena itu, yang membatasi orang menggunakan aksesoris sebenarnya bukanlah terletak pada bendanya, melainkan budaya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang digunakan untuk memaknai suatu benda tertentu. Sehingga aksesoris Hal tersebut bahkan merambat hingga dunia keartisan nasional, dengan memunculkan boyband dan girlband Indonesia seperti Cherrybelle, 7 icons, Dragon boys, SMASH, Coboy Junior, Princess, dan lain sebagainya. Fenomena tersebut menjadi tren yang banyak diikuti mulai dari kalangan anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.

Sebagai bentuk luapan perasaan mereka terhadap fenomena tersebut, para pecinta grup boyband dan girlband mencoba mengekspresikan diri mereka dengan berbagai cara. Salah satu bentuk pengekspresian mereka yang dapat diamati adalah seperti dari cara mereka berpenampilan baik itu berpakaian, mengoleksi, dan menggunakan aksesoris perhiasan (seperti kalung, gelang, cincin, anting) yang dianggap menjadi sebuah ciri khas dari boyband atau gilrband idola mereka.

Pemaknaan yang dilakukan oleh para pecinta gup boyband dan gilrband terhadap sebuah aksesoris, menyebabkan aksesoris tersebut tidak lagi hanya dilihat sebagai sebatas benda yang melengkapi penampilan orang yang memakainya saja. Mungkin orang lain diluar kelompok tersebut yang tidak memahaminya, akan mengganggap aksesoris yang menjadi ciri khas kelompok itu adalah aksesoris yang biasa-biasa saja.

5

Boyband adalah sejenis kelompok musik pop atau R&B yang terdiri dari tiga anggota atau lebih, semuanya penyanyi laki-laki muda. Sedangkan untuk perempuan disebut Girlband. Biasanya anggota boyband atau girlband selain menyanyi juga menari dalam pertunjukan mereka.

6

“Fenomena Boyband dan Girlband Indonesia”,


(27)

yang sama bisa mempunyai arti yang berbeda tergantung siapa yang melihatnya, karena berbeda situasi dan tempat dapat menyebabkan kebudayaan yang berbeda pula.

Bentuk aksesoris yang dikenakan biasanya sering juga dikaitkan dengan peran gender dari si pemakainya. Ada semacam pengetahuan yang sudah melekat secara turun temurun dalam benak masyarakat tentang mana aksesoris yang layak digunakan bagi kaum lelaki dan mana yang layak bagi kaum perempuan. Meski tidak diinformasikan secara tertulis, namun dengan melihat benda aksesoris tersentu masyarakat sudah langsung tahu mengklasifikasikan mana aksesoris untuk laki-laki dan mana aksesoris untuk perempuan.

Pengklasifikasiannya bisa dari segi bentuk, warna, corak, dan jenis suatu benda aksesoris. Aksesoris untuk laki-laki misalnya, biasanya lebih identik dengan warna-warna gelap, dimana bentuk dan coraknya lebih menonjolkan sisi maskulin (seperti: hitam, biru, abu-abu, hijau tua, merah tua, dan cokelat). Sedangkan aksesoris untuk perempuan biasanya lebih identik dengan warna-warna cerah dan lembut, dimana bentuk dan coraknya lebih menonjolkan sisi feminim (seperti: putih, merah, merah jambu/pink, kuning, biru muda, orange, hijau muda, dan ungu).

Pengklasifikasian aksesoris tersebut merupakan salah satu gambaran dari cermin kebudayaan yang ada di masyarakat Kota Medan saat ini, yang secara langsung maupun tidak langsung masih menunjukkan adanya batasan-batasan tentang apa yang layak dipakai atau digunakan oleh kaum lelaki maupun kaum perempuan. Namun batasan-batasan itu tidak berarti menjadi suatu harga mati yang harus wajib dipatuhi oleh anggota masyarakat di Kota Medan pada khususnya. Tidak berarti


(28)

aksesoris yang dianggap feminim hanya boleh dipakai oleh perempuan saja, dan aksesoris yang dianggap maskulin hanya boleh dipakai oleh laki-laki saja.

Penggolongan warna, corak, bentuk, dan jenis yang menunjukkan ciri khas dari laki-laki dan perempuan, merupakan sebuah pengetahuan yang bisa saja diturunkan oleh generasi-generasi sebelumnya maupun lingkungan mereka secara sengaja maupun tidak sengaja. Pengetahuan yang ada dalam pikiran manusia menurut James Spradley disebut dengan kebudayaan, yaitu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia dari proses belajar yang digunakan untuk menginterpretasi dunia sekelilingnya dan sebagai strategi untuk menghadapi lingkungan sekitarnya (Spradley, 1997).

Seiring dengan semakin majunya perkembangan jaman, perempuan yang berpenampilan dan memakai aksesoris dengan bentuk yang lebih maskulin atau laki-laki yang berpenampilan dan memakai aksesoris yang lebih feminim, kini bukanlah menjadi suatu hal yang mengherankan. Bahkan bagi sebagian masyarakat fenomena seperti ini sudah dianggap wajar saja. Mengingat sekarang bukan jaman “Siti Nurbaya”7

7

Sitinur Baya adalah sebuah novel sastra karya Marah Rusli, yang bercerita tentang perjodohan yang masih kental dengan adat istiadat Padang. Novel ini mengisahkan seorang gadis bernama Siti Nurbaya yang hidup hanya bersama ayahnya yang bernama Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman jatuh miskin dan terlilit hutang pada seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Karena Baginda Sulaiman tidak mampu membayar hutang-hutangnya pada sang rentenir, maka jalan satu-satunya agar hutangnya lunas adalah dengan menikahkan puterinya Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih. Saat itu Siti Nurbaya sudah mempunyai kekasih, namun demi melunasi hutang ayahnya dia pun rela dinikahkan dengan Datuk Maringgih seorang pria tua yang tidak ia cintai. Kisah ini menceritakan budaya tradisional yang masih kental, dan tidak ada kebebasan bagi seorang anak dalam menentukan pilihannya (Marah Rusli, 1990).

yang membatasi seseorang untuk bebas berpendapat. Kini jaman sudah berubah menjadi sistem demokrasi, yang berarti setiap orang bebas mengeluarkan pendapat dan mengekspresikan dirinya seperti yang orang tersebut inginkan selama hal tersebut dianggap tidak merugikan pihak lain.


(29)

Dalam masyarakat yang masih kental dan taat terhadap aturan-aturan budaya lokal dan tertutup terhadap budaya asing, mungkin hal seperti itu dianggap tabu dan dianggap tidak beradab. Namun dalam masyarakat modern yang lebih bersifat individualis dan terbuka terhadap inovasi baru, aksesoris apa yang dikenakan atau siapa yang mengenakannya tidak menjadi masalah selama itu dianggap tidak merugikan kepentingan orang lain. Kondisi seperti ini menunjukkan suatu perubahan budaya, dalam konteks ini adalah pola pikir dalam masyarakat.

Perubahan pola pikir yang demikian menjadi sangat menarik saat ada orang yang melihat fenomena yang berkembang di masyarakat dari sudut pandang positif dan menjadikannya sebagai sebuah peluang usaha yang bisa dikembangkan atau yang lebih dikenal dengan istilah berwirausaha. Menurut Iskandarini Soetadi (2010:109), wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menangkap peluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan keberhasilan. Wirausaha itu sendiri tidak terlepas dari adanya kegiatan industri kreatif, yaitu industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni rupa, film dan televisi, piranti lunak, permainan, desain fashion, kerajinan tangan, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan, penerbitan, dan desain8

Kegiatan wirausaha tersebut didukung dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 Tahun 2009, tentang pengembangan ekonomi kreatif. Dimana pada tanggal 22 Desember 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Usaha dari pengembangan

.

8


(30)

ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan pendapatan khususnya masyarakat, karena sektor ekonomi kreatif dianggap telah mampu bertahan di tengah krisis ekonomi global. Sektor kegiatan ekonomi kreatif ini sendiri dalam ilmu Antropologi merupakan salah satu bagian dari tujuh unsur kebudayaan yaitu sistem mata pencaharian hidup (Koentjaraningrat, 1990:203, 207). Sehingga ekonomi kreatif seperti wirausaha aksesoris dapat disebut juga sebagai profesi atau pekerjaan yang bergerak dibidang informal.

Meskipun demikian kesadaran dari masyarakat sendiri untuk melakukan kegiatan wirausaha juga masih minim9

Untuk menghindari resiko tersebut, tidak sedikit orangtua yang rela mengeluarkan banyak biaya hanya demi memasukkan anaknya ke lembaga . Hal ini dapat disebabkan oleh faktor budaya dalam diri masyarakat yang berbeda-beda dalam menanggapi kegiatan wirausaha itu sendiri. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa dunia wirausaha seperti melemparkan dadu, yang artinya seseorang itu tidak tahu berapa jumlah angka yang akan muncul tergantung keberuntungannya.

Demikian juga halnya dengan berwirausaha, selain dianggap membutuhkan modal yang sangat tinggi, pendapatan yang akan diperoleh juga tidak tetap dan yang lebih parahnya usaha tersebut sewaktu-waktu bisa mengalami kebangkrutan. Hal ini menjadi sebuah ketakutan yang membuat orang berpikir dua kali untuk mencobanya. Oleh karena itu, ada sebagian masyarakat yang tidak berani mengambil resiko untuk menjadi seorang wirausaha dan membiarkan dirinya menjadi pengangguran dan menunggu sampai ada lapangan pekerjaan yang terbuka untuknya.

9

Ridwan Putra, “Membangun karakter mental kewirausahaan pemuda”,

(diakses pada tanggal 24 Januari 2013).


(31)

pendidikan yang lebih tinggi, dengan harapan setelah lulus anak tersebut dapat mencari pekerjaan dengan gaji yang tetap seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), sehingga bisa meningkatkan status sosial dan ekonominya dalam masyarakat. Sangat jarang ada orang yang berpikir, setelah lulus menciptakan pekerjaan. Menurut Valentino Dinsi (2004:17), pemikiran seperti ini bisa dimaklumi dalam masyarakat kita yang mementingkan status dan kedudukan sosial yang mapan. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma tentang mencari pekerjaan sepertinya sudah menjadi budaya dan melekat dalam diri masyarakat.

Namun seiring dengan terus meningkatnya jumlah pencari kerja setiap tahunnya, mengakibatkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mencukupi yang pada akhirnya menimbulkan masalah pengangguran10

Berdasarkan hasil observasi saya diberbagai tempat di Kota Medan, pembuatan kerajinan tangan aksesoris merupakan salah satu bentuk kerajinan tangan yang lebih diminati oleh banyak orang karena proses pembuatannya relatif lebih mudah dan tidak membutuhkan jangka waktu yang lama. Berbeda halnya dengan . Hal tersebut disebabkan karena pada umumnya perusahaan besar relatif padat modal dan membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi serta pengalaman yang cukup, sedangkan industri kecil seperti kegiatan wirausaha relatif padat karya dan tidak mengharuskan pendidikan formal. Sehingga kegiatan wirausaha khususnya di bidang ekonomi kreatif aksesoris bisa menjadi salah satu alternatif lain bagi orang belum mempunyai pekerjaan.

10

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (usia 15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya (http://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis-macam-pengangguran-friksional-struktural-musiman-siklikal).


(32)

kerajinan tangan seperti lemari, kursi, meja, tas, sepatu, dan lain sebagainya yang proses pembuatannya lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

Di Medan penulis menemukan usaha ekonomi kreatif aksesoris yang dikelola oleh Pak Ojie yang lebih dikenal dengan sebutan OAM Aksesoris yang berada di Pasar UD Pajus Baru Medan, tepatnya beralamat di Jl. Letjend Drs. Djamin Ginting No. 340-A Sumber Padang Bulan. Usaha OAM (Ojie Anak Manis) Aksesoris yang berada di Pasar UD Pajus Baru Medan menjadi tempat penelitian penulis, karena dari hasil observasi penulis OAM Aksesoris adalah satu-satunya wirausaha aksesoris yang sebagian besar (kurang lebih 60%) memproduksi sendiri benda-benda aksesorisnya di Pasar UD Pajus Baru.

Mereka memproduksi kerajinan tangan sendiri berupa benda-benda aksesoris seperti kalung, gelang, pita rambut, kotak perhiasan, gantungan kunci, dan hiasan lainnya yang sebagian besar dibuat dari bahan dasar berupa barang-barang bekas yang bagi sebagian besar orang barang tersebut dianggap sampah. Barang-barang bekas yang mereka gunakan itu, seperti: batok kelapa, kotak teh, kain bekas, goni, tali sepatu, kayu, botol plastik, kaca/pecahan kaca, serbuk teh, kaleng minuman, tulang, dan lain sebagainya. Selain menggunakan bahan bekas mereka juga menggunakan besi putih, nilon, dan lain sebagainya yang mereka beli dari toko peralatan. Selain membuat aksesoris sendiri, mereka juga tidak menutup diri terhadap karya aksesoris yang dibuat oleh orang lain. Mereka juga memesan benda-benda aksesoris yang sudah jadi dari pusat pasar dan luar kota seperti Nias, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Benda-benda aksesoris yang berasal dari luar kota tersebut adalah benda-benda aksesoris yang bentuk maupun motifnya berbeda dan belum pernah mereka buat sebelumnya, dan tentu saja benda-benda tersebut memiliki keunikan tersendiri.


(33)

Jika dilihat dari sudut pandang Antropologi Ekonomi maka wirausaha aksesoris tersebut tidak hanya sebatas membuat aksesoris dan melakukan transaksi jual-beli saja, namun lebih pada mengungkapkan kejadian lain dibalik itu. Berdasarkan hasil observasi saya di lapangan, selain memperoleh keuntungan dengan adanya transaksi jual beli ini ternyata juga menjadi suatu wadah dalam menjalin tali silaturahmi, sumber informasi, dan memperluas jaringan kekerabatan, baik antara sesama wirausaha aksesoris, wirausaha dengan pembeli, maupun antara sesama pembeli itu sendiri.

Pada proses pembuatan aksesoris cara yang dilakukan adalah dengan membuat inovasi dan kreatifitas terhadap barang-barang tersebut, sehingga dapat menarik minat banyak orang, dengan demikian aksesoris yang dibuat akan memiliki nilai ekonomi yang dapat menghasilkan keuntungan. Proses perubahan dari barang tidak bernilai, menjadi memiliki nilai seni, kemudian memiliki nilai ekonomi yang menghasilkan keuntungan dapat digambarkan sebagai berikut ini:

Gambar 1.

Proses Ekonomi Aksesoris

Barang bekas/ tidak bernilai

Nilai ekonomi

Nilai seni Keuntungan

Proses pemanfaatan

budaya dengan melakukan inovasi dan kreatifitas


(34)

Hal ini berarti bahwa fenomena yang ada dalam masyarakat dapat menjadi sebuah peluang usaha dalam ekonomi kreatif dengan memanfaatkan situasi dan mengembangkan kreatifitas dan inovasi yang dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu dalam wirausaha, persepsi dalam masyarakat tentang budaya “mencari kerja” harus diubah terlebih dahulu menjadi pola pikir “pencipta lapangan kerja”. Kondisi ini dapat dicapai jika disertai dengan pemahaman dan pendidikan tentang pentingnya melakukan wirausaha kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tidak hanya sekedar mengetahui tetapi juga paham bagaimana menjadi wirausaha yang baik.

Selain itu masyarakat juga dapat diberikan pandangan tentang wirausaha ekonomi kreatif diberbagai daerah, karena hal tersebut bisa memperluas wawasan dan menjadi motivasi mereka dalam berkarya. Beberapa diantaranya seperti perkembangan industri seni rupa dan seni karya di Bali, industri kerajinan keramik dan gerabah di Yogyakarta dan industri busana dan belanja di Bandung. Ekonomi kreatif atau dikenal dengan ekonomi budaya tidak hanya berperan dalam membuka lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran saja, tetapi juga berperan dalam menggali nilai-nilai budaya dan mengembangkan semangat kreatifitas masyarakat.

Modal utama ekonomi kreatif adalah sumber daya manusia, ide, kreatifitas, dan inovasi. Jadi, meskipun industri kreatif memproduksi barang-barang yang sama khususnya benda-benda aksesoris, tetapi tetap saja akan ada perbedaan tersendiri seperti dalam hal warna, corak atau bentuk, harga, dan pelayanan kepada konsumen. Hal ini dapat disebabkan karena budaya dari setiap orang itu berbeda-beda, sehingga selera atau jenis barang yang diinginkan setiap orang dalam masyarakat untuk barang yang sama tentu juga akan berbeda, dan ini juga menentukan produksi barang yang


(35)

akan dibuat oleh seorang wirausaha di samping dari inovasi dan kreatifitas dari wirausahawan itu sendiri.

Mengingat produk yang dihasilkan mempunyai variasi yang semakin banyak dan bersifat musiman menurut peristiwa tertentu, juga mudah untuk dibajak atau ditiru oleh orang lain. Seorang wirausaha aksesoris dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, tentu harus mempunyai cara atau strategi tersendiri yang dimodifikasi sesuai dengan pengetahuan atau kebudayaan yang dimilikinya agar dapat terus bertahan dan mencapai kesuksesan. Karena dalam ekonomi kreatif yang berharga itu bukanlah bendanya, akan tetapi ide-ide untuk membuat benda aksesoris itulah yang berharga sehingga memiliki nilai seni, dan strategi usaha mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga kestabilan suatu usaha.

1.2. Tinjauan Pustaka

Kerajinan menurut Boeke (dalam Dunham, 2008:45), “Merupakan produksi untuk perdagangan lokal. Ada kontak langsung antara produsen dengan konsumen tanpa perantara pedagang professional; seringkali produksi berdasarkan pesanan; tidak ada penumpukan stok”. Kerajinan tangan (handy craft) adalah “a work produced by hand labor, a trade requiring skill of hands”11. Hal ini mengandung pengertian tentang suatu karya yang dibuat oleh seseorang berdasarkan ide-ide yang dimilikinya dengan menggunakan tangan mereka sendiri, dan memerlukan keterampilan untuk mengkreasikan kerajinan tersebut sehingga mempunyai suatu nilai12

11

“Handy Craft”, http:/arti kata.com/arti-85438-handicraft.html (Diakses tanggal 13Februari, 2012). 12

Nilai merupakan suatu konsepsi-konsepsi yang ada dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti dalam hidup (Koentjaraningrat, 1974: 31).

. Kerajinan itu sendiri adalah sebuah bagian dari ekonomi kreatif.


(36)

Menurut John Howkins, ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah ide atau gagasan13. Ahli ekonomi Paul Romer (1993) juga berpendapat, bahwa ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan dikebanyakan model-model ekonomi14

Sedangkan dalam ilmu Antropologi Ekonomi yang memusatkan studi pada gejala ekonomi dalam kehidupan masyarakat manusia. Melihat ekonomi kreatif sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aktivitas dan kreatifitas manusia dalam proses pengelolaan sumber daya-sumber daya, baik Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Alam (SDA) di bidang produksi dan jasa. Dibidang produksi pengelolaan itu berupa bahan mentah atau penyiapannya menjadi bahan setengah jadi, maupun bahan setengah jadi menjadi bahan jadi. Sedangkan di bidang jasa merupakan segala aktivitas yang terkait dengan pengelolaan sumber daya, baik langsung maupun melalui perantara.

. Melalui ide-ide kreatif yang dimiliki oleh seseorang, sesuatu bisa dijadikan bernilai lebih, sehingga menghasilkan nilai ekonomi.

Oleh karena itu, Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi yang lebih mengutamakan informasi dan kreatifitas, dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi kreatif lebih berfokus pada penciptaan barang dan jasa yang mengandalkan keahlian, bakat dan kreatifitas sebagai kekayaan intelektual yang dimiliki oleh seseorang.

13

“Ekonomi kreatif di Indonesia”,

(diakses tanggal 22 Februari 2013)

14

“Definisi ekonomi kreatif”,

(diakses tanggal 22 Februari 2013)


(37)

L. Soetrisno (dalam Ahimsa-Putra, 2003), mengatakan bahwa sektor industri termasuk ekonomi kreatif, merupakan suatu bentuk perekonomian rakyat yang mampu membantu mengurangi pengangguran, turut mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional serta berperan penting dalam proses industrialisasi. Kegiatan tersebut telah berperan dalam perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di daerah pedesaan; dalam penanggulangan kemiskinan; bahkan juga dalam peningkatan ekspor.

Kementerian Perdagangan Indonesia juga menekankan bahwa industri kreatif merupakan industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut15

1. Periklanan.

. Dengan demikian proses peningkatan nilai tambah dari hasil kekayaan intelektual berupa kreatifitas, keahlian, dan bakat individu menjadi produk yang dapat dijual sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi pelaksana dan orang yang terlibat.

Ada empat belas sektor yang dimasukan dalam ekonomi kreatif di Indonesia, yakni:

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan. Contoh: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, promosi kampanye, pemasangan poster, reklame, dan sebagainya.

15


(38)

2. Arsitektur.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro sampai dengan level mikro.

3. Pasar Barang dan Seni.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar, swalayan, internet.

Contoh: alat music, percetakan, film, seni rupa, dan lukisan. 4. Kerajinan.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Contoh: barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, bamboo, kayu, rotan, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi), porselin, kaca, marmer, kapur, tanah liat.

Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil, bukan produksi massal.

5. Desain.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 6. Fashion.


(39)

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, dan desain aksesoris mode lainnya.

7. Video, Film, dan Fotografi.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi produksi video, film dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, dan sinetron.

8. Permainan Interaktif.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.

9. Musik.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

10.Seni Pertunjukan.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misalnya: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11.Penerbitan dan Percetakan.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, majalah, koran, tabloid, dan konten digital, serta kegiatan kantor berita dan pencari berita.


(40)

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

13.Televisi dan Radio.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infortainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

14.Riset dan Pengembangan.

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha inovasi yang menawarkan penemuan ilmu teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra dan seni; serta jasa konsultasi bisnis dan manajemen16

Berdasarkan ke empat belas (14) subsekstoral industri kreatif di atas, aksesoris termasuk ke dalam bagian fashion. Fashion atau mode menurut Helen Reynolds (2011)

.

17

16

Wibisono, “Industri Kreatif”,

, tidak hanya dipahami sebagai perhiasan saja, melainkan juga jejak

(Diakses tanggal 10 Maret, 2012).

17


(41)

kehidupan yang memberikan ruang kesadaran. Dengan kata lain mode bukan sekadar perhiasan dan aksesoris, melainkan sebuah jejak kuasa, hasrat, seni dan jati diri manusia. Identitas manusia dalam lintasan sejarah dapat dengan mudah dibaca dalam jejak mode yang ditampilkan. Kreasi dalam mode mencerminkan ruh kebudayaan dan peradaban yang dirakit manusia untuk mencipta peta kehidupan.

Koentjaraningrat (1990), mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh melalui proses belajar. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan yang didapat melalui proses belajar dan juga pengalaman manusia yang ada dalam pikirannya. Sehingga apa yang didapat oleh manusia itu adalah melalui tahapan dari belajar dan tersusun sedemikian rupa dalam mind manusia itu sendiri. Dalam konsep ini, segala aktivitas manusia yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu, kreatifitas dari karya manusia berupa benda-benda aksesoris merupakan salah satu bagian dari hasil kebudayaan.

Untuk menghasilkan suatu kreatifitas, manusia harus belajar terlebih dahulu bagaimana cara membuat karya tersebut. Kemampuan tersebut diperoleh melalui proses belajar dalam interaksi sosial18

yang kemudian disesuaikan terhadap berbagai macam lingkungan yang berbeda-beda. Proses belajar ini berlangsung terus menerus dan mengalami perubahan (modifikasi) dari generasi ke generasi berikutnya sesuai dengan kebudayaan yang diperolehnya (Mintargo, 2000:81).

Februari 2013)

18

Interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto merupakan dasar proses yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok, atau antar individu dan kelompok.


(42)

Hadirnya usaha ekonomi kreatif khususnya aksesoris, tidak terlepas dari adanya kewirausahaan. Kewirausahaan sebagai suatu pola-pola perilaku seringkali dihubungkan dengan kearifan lokal yang ada disuatu daerah, karena menyangkut nilai-nilai dasar atau pandangan hidup yang dianut oleh individu-individunya atau suatu golongan sosial tertentu. Syafri Sairin (2011) mengatakan bahwa kearifan lokal dapat dipahami sebagai:

“Sebuah sistem gagasan dan ide yang merupakan milik bersama suatu kesatuan sosial; berfungsi sebagai blue print19

Dalam ekonomi kreatif tidak pernah ada kata cukup atau berpuas diri, para pelakunya selalu mencari cara untuk terus berinovasi untuk menghasilkan karya-karya baru. Hessinger mengatakan bahwa, kebutuhan terhadap inovasi itu lebih dulu ada,

atau pedoman bagi sikap dan perilaku bersama anggota kesatuan sosial tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya; berakar dari kristalisasi pengalaman hidup bersama dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya”.

Ahimsa-Putra (dalam Berutu, 2011), juga menjelaskan bahwa kearifan lokal bersifat dinamis dan variatif. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas itu tidak hanya berasal dari warisan generasi-generasi sebelumnya saja, akan tetapi juga diperoleh dari berbagai pengalaman dan pengetahuan masa kini yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, hasil kerajinan tangan dari suatu tempat yang berbeda akan memperlihatkan corak perilaku wirausaha yang berbeda pula yang disesuaikan dengan kebudayaannya.

19

Blue Print maksudnya adalah kebudayaan itu sudah ada sebelumnya, orang lain tinggal meniru saja (Kluchon, 1998). Contohnya kalung, seseorang membuat sebuah kalung dengan model yang baru tidak berarti dia murni sebagai pencipta kalung tersebut, karena jauh sebelumnya “kalung” sudah ada sejak dulu. Dia tinggal menirunya saja dan melakukan modifikasi terhadap kalung tersebut.


(43)

baru kemudian orang mencari pengetahuan. Ia mengatakan bahwa jarang sekali seseorang membuka diri terhadap pesan-pesan inovasi jika mereka belum membutuhkan inovasi tersebut. Pesan-pesan dari inovasi tersebut akan menjadi kurang maksimal jika seseorang tidak atau belum menganggap inovasi itu sesuai dengan kebutuhannya dan tidak selaras dengan sikap dan kepercayaannya. Hal seperti ini ia sebut sebagai selective perception (Hanafi, 1981).

Ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu:

1. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.

2. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya.

3. Keputusan kontingen, yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya (Hanafi, 1981). Inovasi yang dilakukan sedikit banyaknya membuat suatu perubahan-perubahan yang nyata dalam masyarakat baik itu berakibat negatif maupun berakibat positif. Oleh karena itu, para pelaku usaha industri kreatif juga harus selektif dalam membuat inovasi-inovasi baru dan akibat inovasi itu harus dikontrol. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, mereka tentu membuat suatu strategi tersendiri yang dianggap dapat memajukan usahanya dan diterima oleh masyarakat disekitarnya. Melalui strategi inilah mereka melakukan persaingan dalam menarik minat para konsumen sehingga dapat memperoleh keuntungan material (seperti uang) dan simbolik (seperti pangkat ataupun ketenaran).

Seperti pendapat G. R. Lono Lastoro Simatupang menyatakan Budaya sebagai Strategi dan Strategi Budaya, dengan strategi itu, manusia dalam melakukan berbagai


(44)

kegiatan dan waktu selalu diingatkan kembali akan sebuah nilai yang hendak dibentuk. Pada era ketika waktu dan ruang menjadi barang mewah seperti saat ini, kita harus berani menawar “bentuk” untuk memenangkan pertarungan kontrol atas diri kita sendiri dan kesediaan untuk menerima keragaman bentuk sesuai dengan ruang atau bidang kehidupan yang dimasuki (Simatupang, 2000).

Dengan demikian pemilihan strategi yang digunakan dalam menjalan suatu usaha khususnya ekonomi kreatif yang tidak lepas dari adanya inovasi-inovasi baru, tentu menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan perlu pertimbangan dengan penuh ketelitian. Sukses tidaknya suatu usaha itu tergantung pada strategi apa yang digunakan oleh pelaku usaha tersebut. Jika strategi yang digunakan tidak tepat sasaran kemungkinan usaha yang dijalankan tidak akan berkembang dengan baik, dan sebaliknya jika strategi yang digunakan tepat sasaran maka pelaku usaha dapat mencapai kesuksesan seperti yang diharapkan.

1.3. Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi wirausaha aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan agar dapat bertahan dan mencapai kesuksesan ditengah persaingan yang semakin ketat, yang dirumuskan ke dalam beberapa poin pertanyaan berikut :

a. Bagaimana mereka memperoleh ide-ide sehingga dapat membuat aksesoris sebagai bagian dari ekonomi kreatif?

b. Bagaimana strategi mereka dalam memodifikasi dan mengembangkan produknya sesuai dengan perkembangan mode saat ini?


(45)

1.4. Maksud dan Tujuan Penulisan

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan pengetahuan dari wirausaha aksesoris yang berjiwa kreatif dalam membuat, memodifikasi, serta mengembangkan produk yang mereka hasilkan. Selain itu juga bertujuan untuk menjelaskan bagaimana strategi yang mereka lakukan dalam menjalankan usaha aksesorisnya sehingga dapat tetap bertahan dalam persaingan pasar, mengingat banyaknya pedagang aksesoris di Pasar UD pajus Baru Medan. Sehingga dengan diketahuinya strategi tersebut, pembaca atau orang lain di luar kelompok tersebut dapat menambah pengetahuan dan masukan bagi mereka dalam melakukan wirausaha aksesoris.

Manfaat penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan keilmuan khususnya dalam bidang ilmu Antropologi, terutama dalam melihat realita masyarakat saat ini yang membutuhkan ide-ide yang lebih kreatif dalam berkarya khususnya dalam membuat aksesoris. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan masalah lapangan pekerjaan yang kerap terjadi di masyarakat. Selain dapat mengembangkan sebuah hobi, aksesoris juga dapat dijadikan sebuah mata pencaharian, guna memenuhi kebutuhan hidup.

Hal inilah yang dijadikan sebagai sebuah kajian dan pembelajaran. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dibidang wirausaha aksesoris, serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama di perkuliahan.

1.5. Kerangka Penulisan

Skripsi ini berisi kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara penulis, yang membahas tentang wirausaha aksesoris di Pasar UD Pajus


(46)

Baru Medan. Secara sistematis, kajian tentang wirausaha aksesoris tersebut berfokus terhadap para wirausahawan kreatif, dalam konteks orang yang membuat dan memodifikasi aksesoris di pasar UD Pajus Baru Medan. Pembahasan tentang wirausaha aksesoris tidak terlepas dari berbagai pihak yang secara langsung (seperti pembeli) maupun tidak langsung (seperti wirausaha aksesoris yang tidak membuat dan memodifikasi aksesoris) ikut serta dalam proses perkembangan usaha aksesoris tersebut, dan bagaimana sikap masyarakat dalam menanggapi keberadaan dari para wirausahawan kreatif tersebut.

Berikut diuraikan apa saja yang dibahas dalam skripsi ini, yakni:

Bab I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, kerangka penulisan, metode dan pengalaman penelitian.

Bab II Situasi Perkembangan Wirausaha Aksesoris, berisi mengenai sejarah singkat aksesoris, industri kreatif aksesoris di Kota Medan, sejarah berdirinya OAM aksesoris, serta sejarah berdirinya IMEGI.

Bab III Proses Pembuatan Aksesoris, yang berisi mengenai tahapan dalam pembuatan aksesoris dan jenis-jenis aksesoris.

Bab IV Strategi Persaingan Wirausaha Aksesoris, yang berisi mengenai strategi ekonomi aksesoris, strategi kreatifitas, dan strategi pelayanan prima kepada setiap pelanggan.

Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dari hasil hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga saran yang ditujukan kepada wirausahawan aksesoris, pihak pemerintah setempat, serta masyarakat.


(47)

1.6. Metode dan Pengalaman Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi, dimana seorang etnografer atau peneliti ikut berpartisipasi dalam melakukan kegiatan atau kebiasaan-kebiasaan hidup dari objek yang diteliti yaitu masyarakat dalam periode waktu yang lama. Penelitian etnografi meneliti suatu proses dan hasil akhir. Penelitian sebagai suatu proses, dimana saya melakukan observasi partisipasi dengan cara mengeksplorasi kegiatan dan tingkah laku sehari-hari dari informan dan mewawancarai anggota yang ikut terlibat didalamnya, seperti: pedagang, pengrajin, dan pembeli aksesoris dengan menanyakan suatu kejadian yang terjadi dan apa manfaat kegiatan tersebut dilakukan.

Metode ini digunakan agar mampu menjelaskan sesuatu hal yang di lihat dan memahami apa yang mereka katakan. Di sini informan yaitu pengrajin adalah sebagai guru yang memberikan informasi, pemahaman, dan pembelajaran bagi saya.

Melalui metode penelitian etnografi ini saya dapat membuat hasil akhir dengan memaparkan tulisan dengan gambaran detail dan mendalam mengenai objek penelitian tentang sumber ide-ide dan strategi budaya wirausaha aksesoris yang dilakukan oleh informan, sehingga usaha aksesoris tersebut dapat berkembang dan bertahan dalam mencapai kesuksesan di tengah persaingan yang semakin ketat di Pasar UD Pajus Baru Medan.

Selain itu dalam metode etnografi diperlukan teknik pengumpulan data seperti observasi partisipasi dan wawancara. Teknik observasi (pengamatan) digunakan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati suatu kejadian yang terjadi di lapangan. Hal tersebut seperti melakukan pengamatan terhadap kegiatan para wirausaha kreatif, seperti saat membuat dan modifikasi


(48)

aksesoris. Dalam hal ini yang menjadi informan saya adalah Pak Ojie sebagai pengrajin (pembuat) dan juga Pak Muslim sebagai orang yang melakukan modifikasi dan menjual aksesoris .

Observasi (pengamatan) sebenarnya sudah dilakukan sejak pertama sekali datang ke lokasi penelitian, seperti saat melihat situasi lingkungan sosial dari objek penelitian. Namun observasi yang lebih detail dilakukan pada saat proses kegiatan wirausaha, dimana informan datang ke toko, menyusun dan merapikan benda-benda aksesoris yang akan dijual, menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang digunakan pada saat membuat atau pun memodifikasi aksesoris, mengamati tingkah lakunya dalam bekerja, sikapnya saat melayani pembeli, dan interaksinya dengan lingkungan sekitar.

Selain melakukan observasi saya juga ikut berpatisipasi secara langsung dengan melakukan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pengrajin. Dimulai dari kegiatan produksi seperti proses pemilihan bahan baku, desain(menggambar), pembentukan, pemotongan, penghalusan, pengecatan dan merapikan hasil akhir yang mereka sebut sebagai proses finishing, hingga melayani pembeli yang ingin membeli benda-benda aksesoris seperti gelang, kalung, cincin, dan anting-anting. Pada awalnya saat mengamati proses pembuatan benda-benda aksesoris yang dilakukan oleh Pak Ojie itu terlihat mudah, karena beliau terlihat santai, terampil, dan piawai dalam memotong batok kelapa, plastik, almunium, besi putih, kayu, dan benda lainnya yang akan dijadikan sebuah kalung dengan menggunakan gergaji tangan hasil rakitannya sendiri. Tidak sampai lima menit kalung yang dipesan oleh dua orang pembeli sudah selesai. Pembeli tersebut terlihat puas dengan kalung pesanannya, dia tersenyum senang dan memuji hasil karya Pak Ojie.


(49)

Saya menjadi tertarik untuk mencoba melakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji tangan pada sebuah batok kelapa yang sudah kering seperti yang dilakukan oleh Pak Ojie. Setelah minta ijin terlebih dahulu, beliaupun mengijinkan saya untuk mencobanya. Namun saat mencoba sendiri melakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji tangan tersebut, ternyata prakteknya tidak semudah yang saya lihat tadi. Gergaji yang saya pegang sangat susah untuk digerakkan. Lebih dari sepuluh menit, batok kelapa yang menjadi bahan praktek untuk saya gergaji belum juga selesai. Hasil gergajian saya masih setengah dan berujung pada putusnya mata gergaji. Saya sedikit kaget melihat mata gergaji yang saya pegang putus, saya tidak menyangka bahwa mata gergaji tersebut ternyata mudah patah.

Saya meminta maaf kepada Pak Ojie dan merasa bersalah karena kurang hati-hati saat memotong batok kelapa tersebut. Namun Pak Ojie tidak marah dan tidak mempermasalahkan kalau mata gergajinya patah, malah beliau tersenyum dan menyuruh saya untuk mencobanya kembali sampai berhasil. Kemudian beliau mencontohkan kembali cara memotong batok kelapa yang benar. Beliau mengatakan dalam memotong suatu benda itu ada triknya.

Trik ini harus diperhatikan dengan baik, seperti kedua mata harus fokus pada objek yang akan dipotong. Posisi tangan juga harus diperhatikan dengan baik, tangan kanan kita yang memegang gergaji harus lurus dengan objek atau benda yang akan di potong, sedangkan tangan kiri memegang benda tersebut dengan kuat dan diusahakan agar tidak bergeser dari tempatnya, dan kecepatan tangan saat menggergaji juga harus stabil tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Beliau mengatakan bahwa posisi badan harus rileks dan jangan terlalu kaku, cara seperti itu akan mempermudah untuk


(50)

memotongnya dan menghasilkan bentuk yang lebih rapi. Setelah memperhatikan dan mengamati cara tersebut, saya akhirnya mencoba kembali dengan bersusah payah dan berhasil memotongnya setelah menghabiskan waktu dua puluh dua menit. Meski tidak serapi hasil potongan Pak Ojie namun saya cukup lega karena berhasil menyelesaikan pekerjaan saya.

Saat saya mengobservasi kegiatan pembuatan aksesoris tersebut saya hanya dapat melihat dan mengamati apa saja yang informan lakukan. Namun dengan observasi partisipasi yang mana saya ikut terlibat langsung melakukan kegiatan tersebut, saya tidak lagi hanya sekedar melihat saja tetapi juga dapat memahami dan merasakan langsung bagaimana proses pembuatan aksesoris seperti yang informan saya lakukan.

Melalui teknik observasi partisipasi ini saya dapat memaparkan serta menjelaskan bagaimana kegiatan dan kondisi yang terjadi dilapangan. Data-data dari hasil pengamatan yang diperoleh kemudian dituangkan dalam sebuah catatan kecil (field note), menggunakan alat bantu kamera digital sebagai dokumentasi gambar untuk mempermudah dalam membaca dan mengulang kembali informasi yang sudah diperoleh dilapangan. Hal ini dilakukan selain untuk melengkapi data juga untuk menjawab permasalahan penelitian.

Selain melakukan observasi partisipasi, saya juga melakukan teknik wawancara. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penjelasan yang lebih mendalam (depth interview) secara lisan dari informan yang tidak bisa diamati sendiri secara langsung. Wawancara dilakukan dengan proses tanya jawab secara langsung dan terbuka, dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (interview guide) agar lebih fokus dan topik pembicaraan lebih terarah


(51)

sesuai dengan kajian penelitian. Hasil akhir dari penelitian ini adalah bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran yang lebih detail dan mendalam (thick description) mengenai strategi wirausaha industri kreatif aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan. Untuk mendapatkan data-data tersebut, saya tentu terlebih dahulu membina rapport (hubungan yang baik) dengan informan. Saya memposisikan diri saya sebagai murid yang sedang belajar pada gurunya, yaitu informan sebagai sumber informasi saya. Saya menggunakan teknik emic view, yaitu melihat dan memahami kejadian yang terjadi di lapangan dari sudut pandang masyarakat atau informan itu sendiri. Oleh karena itu, saya menyesuaian diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan aturan yang berlaku di tempat penelitian saya dan bersosialisasi dengan orang-orang yang berkaitan dengan penelitian saya. Di sini saya berusaha untuk bersikap objektif, dengan tidak mengurangi ataupun menambahi data yang diperoleh selama proses penelitian, sehingga tidak akan mengurangi keaslian dan kevalidan data yang diperoleh dari lapangan.

Selain itu saya juga menggunakan metode snow ball, dimana informan inti (yaitu orang yang membuat dan modifikasi aksesoris) di dapatkan melalui informasi yang diperoleh dari satu orang ke orang lainnya. Sebagai upaya dalam mendukung pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan, saya akan memaparkan secara sederhana bagaimana pengalaman saya saat menemui informan dan kendala-kendala yang dialami saat melakukan penelitian. Pengalaman penelitian ini merupakan langkah awal dalam mendapatkan data yang digunakan untuk penyusunan skripsi saya.

Berawal dari diskusi saya dengan beberapa orang senior Antropologi yaitu Kak Erna, Kak Indri, dan Kak Sri Paulina di Fakultas FISIP tentang maraknya style


(52)

atau mode anak muda zaman sekarang yang kebanyakan menggunakan benda aksesoris sebagai pelengkap penampilan mereka seperti gelang, cincin, kalung, anting, gantungan kunci, dan hiasan aksesoris lainnya. Disadari atau tidak benda-benda aksesoris tersebut sering kali mengundang perhatian dari banyak orang yang melihatnya. Aksesoris yang digunakan biasanya disesuaikan dengan tempat dan kondisi yang sedang dialami oleh si pemakainya.

Menurut Kak Indri orang yang memakai aksesoris mempunyai kesan tersendiri bagi orang lain. Ada yang menunjukkan rasa kekaguman, ada yang menganggap biasa-biasa saja, dan ada juga yang menganggapnya sebagai sesuatu yang berlebihan. Mengingat kebudayaan setiap manusia itu berbeda-beda, saya mencoba untuk memahami perbedaan perpektif tersebut dari sudut pandang orang itu sendiri.

Menyadari hal tersebut saya berpikir betapa hebatnya ide orang yang membuat aksesoris tersebut, selain menjadi trend juga bisa menarik perhatian orang lain sehingga mereka mau memakainya. Jika dilihat dari ilmu Antropologi aksesoris tidak dilihat hanya sebatas sebuah benda yang menarik, unik dan mempercantik orang yang memakainya saja. Namun aksesoris merupakan hasil karya dari ide-ide pemikiran manusia yang dipadukan dengan budaya si pembuatnya. Beda orang yang membuatnya maka aksesoris yang dihasilkan tentu akan berbeda pula.

Seseorang dapat mengekspresikan perasaan senang, sedih, ataupun marah melalui aksesoris yang digunakannya, yang jika diperhatikan aksesoris tersebut terbuat dari bahan dasar seperti batok kelapa atau plastik bekas, yang bagi sebagian besar orang seringkali dianggap sampah dan dibuang begitu saja. Tetapi saat berada di tangan-tangan terampil sampah tadi berubah menjadi sebuah perhiasan aksesoris yang


(53)

cantik dan menarik. Tidak sampai di situ saja, berkat kreatifitas dari orang yang membuatnya, aksesoris tersebut juga memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan keuntungan material.

Hal ini membuat saya ingin mengetahui lebih mendalam dari mana mereka memperoleh aksesoris tersebut dan dari manakah sumber ide-ide untuk membuat aksesoris tersebut. Lalu bagaimana strategi yang digunakan si pembuat aksesoris tersebut agar tetap bertahan dan mampu menarik perhatian orang lain untuk membelinya. Untuk mendapatkan informasi tentang asal-usul aksesoris tersebut saya kemudian melakukan wawancara dengan beberapa orang yang menggunakan aksesoris, mereka mengatakan bahwa aksesoris tersebut tidak dibuat sendiri oleh mereka melainkan dibeli dari toko aksesoris yang berada di Pasar UD Pajus Baru, Medan.

Berdasarkan informasi tersebut saya akhirnya melakukan observasi kelapangan dan menemukan beberapa toko yang menjual benda aksesoris. Saya mengunjungi beberapa toko pedagang aksesoris salah satunya toko IMEJI yang sebelumnya di beri tahu oleh dari Kak Erna, bahwa toko tersebut tempat menjual benda-benda aksesoris. Setelah sampai di toko tersebut saya mencoba memperhatikan benda-benda yang dipajang di depan toko.

Di sana memang tampak di pajang benda-benda aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, jepitan rambut, anting-anting, boneka, gantungan kunci, kotak kado, jam dinding, bingkai foto, stiker, dan lain sebagainya. Seorang perempuan yang berusia sekitar 35 tahun, yang sedang menjaga toko tersebut meyapa saya dan bertanya dengan ramah “Mau beli apa mbak? Silahkan dilihat-lihat mbak”. Kemudian saya mengatakan ingin melihat-lihat dulu dan bertanya apakah benda-benda aksesoris


(54)

tersebut dibuat sendiri oleh mereka dan penjaga tersebut mengatakan tidak. Kemudian saya bertanya darimanakah mereka dapat memperoleh barang-barang tersebut dan ibu tersebut mengatakan bahwa mereka membelinya dari pusat pasar. Ekspresi ibu yang tadinya ramah tiba-tiba berubah menjadi tidak ramah dan seperti menunjukkan kecurigaan, kemudian bertanya kenapa saya menanyakan hal tersebut.

Untuk menghindari kesalahpahaman ibu tersebut saya kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari kedatangan saya ke toko tersebut yang ingin melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir, yaitu skripsi. Kemudian tiba-tiba seorang pria keluar dari toko tersebut dan bertanya apakah ada yang bisa dibantu. Saya kemudian terlebih dahulu memperkenalkan diri, setelah itu saya kembali menjelaskan maksud kedatangan saya sama seperti sebelumnya.

Berbeda dengan ibu tadi, pria tersebut memberikan respon yang ramah dan memperkenalkan dirinya Pak Muslim sebagai pemilik toko tersebut dan memberitahukan bahwa perempuan tadi adalah istrinya. Beliau bertanya kenapa saya tertarik meneliti benda-benda aksesoris tersebut. Saya mencoba menjelaskan alasan dari pertanyaan tersebut, dimana saya tertarik dengan ide-ide yang dimiliki oleh pengrajinnya yang mampu mengubah bahan mentah yang tadinya hanya dianggap sampah, namun bisa menjadi suatu tren yang dipakai oleh banyak orang.

Kemudian beliau mengatakan bahwa sebenarnya sebagian dari aksesoris yang mereka jual itu memang ada yang mereka buat sendiri, namun sebagian lagi ada yang mereka beli dari temannya dan juga dari luar kota Medan. Pak Muslim mengatakan bahwa beliau berbisnis aksesoris kurang lebih sudah dua belas tahun. Namun membuka bisnis aksesoris di kota Medan masih baru delapan tahun, yakni pada awal tahun 2004 dan masih berlanjut sampai sekarang. Beliau di bantu oleh seorang istri


(1)

Kertas Pasir : Alat ini berfungsi untuk menghaluskan permukaan benda yang belum merata.

Kuas : Alat yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa debu dari hasil pemotongan.

Lem Jepang : Sering disebut dengan lem setan, berfungsi untuk melekatkan benda yang satu dengan benda lainnya.

Modifikasi : Melakukan suatu perubahan terhadap barang yang sudah ada, menjadi lebih berbeda dari sebelumnya.

Meronce : Menjalin benang menjadi rantai kalung atau gelang.

Obeng : Alat ini berfungsi untuk membuka dan menutup benda, sehingga benda tersebut bisa lebih tertutup rapat.

Pasta : Benda yang bentuknya seperti sebuah adonan dengan beranekamacam warna, berfungsi untuk membuat kreasi pada aksesoris dalam bentuk tulisan timbul.

Ragum : Alat yang terbuat dari besi, berfungsi untuk mengapit dua benda atau lebih agar bisa menempel lebih kuat.

Rol : Penggaris, berfungsi untuk mengukur benda.

Serbuk Kayu : Serbuk atau debu hasil dari pemotongan suatu benda, berfungsi sebagai bahan cadangan untuk menutup atau mendempul bagian sambungan aksesoris yang tidak dapat tertutup rapat.

Solder : Alat yang digunakan dengan bantuan arus listrik, berfungsi untuk mengukir benda.

Tang : Alat yang berfungsi untuk menjepit atau merengangkan suatu benda.


(2)

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

WIRAUSAHA AKSESORIS DI PASAR UD PAJUS BARU MEDAN No. Isu Utama Variabel Aspek Parameter Metode Sumber

Data/Informan 1. Gambaran

Umum Lokasi Penelitian Sejarah dan Profil Wirausaha Aksesoris

•Sejak kapan OAM Aksesoris berdiri

•Apa yang melatar belakangi

sehingga Pak Ojie memilih menjadi wirausahawan aksesoris

•Struktur OAM Aksesoris

•Sejak Kapan IMEJI berdiri •Apa yang melatar

belakangi Pak Muslim sehingga memilih menjadi wirausahawan aksesoris •Struktur Organisasi IMEJI •Jenis-jenis aksesoris yang dijual Wawancara dan observasi partisipasi Para wirausahawan atau pengrajin aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan

2. Proses Pembuatan dan Modifikasi Aksesoris Tahapan dalam membuat aksesoris

•Apa sajakah

bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan dan modifikasi aksesoris

•Bagaimana proses pembuatan dan memodifikasi

aksesoris

•Darimanakah para wirausahawan dapat mengetahui cara membuat dan

Pengamatan dan

wawancara

Wirausahawan aksesoris


(3)

memodifikasi aksesoris

•Berapa lama

proses pembuatan aksesoris

dilakukan

•Darimana sajakah para wirausahawan memperoleh de-ide dalam membuat maupun memodifikasi aksesoris

•Apa saja jenis aksesoris yang dibuat dan dimodifikasi 3. Strategi

Persaingan Wirausaha Aksesoris Strategi yang digunakan wirausahawan aksesoris agar dapat tetap bertahan ditengah persaingan bisnis aksesoris yang semakin ketat •Bagaimana strategi yang dilakukan dalam proses pembuatan aksesoris •Bagaimana strategi yang dilakukan untuk menarik perhatian pembeli •Bagaimana hubungan antara sesama wirausahawan aksesoris •Adakah persaingan bisnis diantara sesama wirausahawan aksesoris, jika ada persaingan seperti apa yang terjadi •Bagaimana hubungan antara wirausahawan dengan pembeli •Bagaimana strategi Wawancara dan observasi partisipasi Wirausahawan aksesoris dan pembeli


(4)

pemasaran

aksesoris yang dilakukan

•Siapa saja yang menjadi pembeli 4 Aksesoris

sebagai ekonomi kreatif

Apa makna aksesoris bagi wirausahawan dan pembeli

•Apa makna

aksesoris bagi pembeli

•Apa makna

aksesoris bagi wirausahawan

•Adakah suka

duka yang dirasakan selama menjadi

wirausahawan aksesoris, jika ada apa saja suka duka tersebut

•Apa arti

kesuksesan bagi wirausahawan aksesoris

Wawancara dan observasi

Wirausahawan aksesoris dan pembeli


(5)

DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Amelia

Usia : 18 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa 2. Nama : Awi Usia : 40 Tahun

Pekerjaan : Wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan 3. Nama : Br. Hutahaean

Usia : 37 Tahun

Pekerjaan : Wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan 4. Nama : Br. Simbolon

Usia : 29 Tahun

Pekerjaan : Wirausahawan aksesoris dan sepatu di Pasar UD Pajus Baru Medan 5. Nama : Iroh

Usia : 32 Tahun

Pekerjaan : Wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan 6. Nama : Kardo

Usia : 22 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

7. Nama : Meli Usia : 14 Tahun Pekerjaan : Siswa SMP 8. Nama : Muslim Usia : 37 Tahun

Pekerjaan : Wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan 9. Nama : Ojie

Usia : 27 Tahun

Pekerjaan : Wirausahawan aksesoris di Pasar UD Pajus Baru Medan 10. Nama : Razakiko

Usia : 21 Tahun


(6)

11. Nama : Reza Usia : 21 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa

12. Nama : Robi Usia : 22 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa FISIP USU 13. Nama : Sumi

Usia : 40 Tahun

Pekerjaan : Pedagang PAJUS Lama 14. Nama : Susi

Usia : 17 Tahun Pekerjaan : Siswa SMA