BAB II PENGATURAN TENTANG PERATURA N PENJAGAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN (PPLP) TERKAIT DENGAN HAK MENERIMA KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I MEDAN A. Undang-Undang Terkait Dengan Pemasyarakatan: 1. Undang-undang Nomor 12 Ta

BAB II PENGATURAN TENTANG PERATURA N PENJAGAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN (PPLP) TERKAIT DENGAN HAK MENERIMA KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I MEDAN A. Undang-Undang Terkait Dengan Pemasyarakatan:

  66 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

  Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran- pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga

  67 puluh tahun yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan.

  Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab,

  68 sebagaimana diatur dalam Pasal 2.

  66 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I., Himpunan Peraturan Tentang Pemasyarakatan, (Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Jakarta, 2009), halaman 1. 67 Marlina, Hukum Penitensier (Penerbit Refika Aditama, Bandung, Cetakan Kesatu, Juni

  Dalam penjelasan Pasal 2 UU No. 12 Tahun 1995 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "Agar menjadi manusia seutuhnya adalah upaya untuk memulihkan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kepada fitrahnya dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan pribadinya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya”.

  Sistem pemasyarakatan yang dimuat dalam ketentuan Pasal 1 ayat 2 tersebut dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana didasarkan pada beberapa hal, sebagaimana termaktub dalam Pasal 5 UU yang sama menyatakan bahwa:

  Sistem pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas : a.

  Pengayoman; b.

  Persamaan perlakuan dan pelayanan; c. Pendidikan; d.

  Pembimbingan; e. Penghormatan harkat dan martabat manusia; f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan dan;

  Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang g. tertentu.

  69 Penjelasan UU No. 12 Tahun 1995, pada Pasal 5 dijelaskan sebagai berikut: a.

  Yang dimaksud dengan pengayoman adalah perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidup kepada warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.

  b.

  Yang dimaksud dengan persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang. c&d Yang dimaksud dengan pendidikan dan pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

  e. Yang dimaksud dengan penghormatan harkat dan martabat manusia adalah bahwa sebagai orang yang tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.

  f. Yang dimaksud dengan kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan adalah warga binaan pemasyarakatan harus berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga negara mempunyai kesempatan penuh

  70 untuk memperbaikinya.

  Untuk mewujudkan sistem pemasyarakatan tersebut, maka secara tegas UU No.

  12 Tahun 1995 tentang persyaratan mengatur tentang hak-hak yang dimiliki oleh narapidana. Pasal 14 UU NO. 12 Tahun 1995 menentukan bahwa: (1)

  Narapidana berhak: a.

  Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b.

  Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d.

  Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; e. Menyampaikan keluhan; f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g.

  Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan; h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya; i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi); j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; k.

  Mendapatkan pembebasan bersyarat; l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan m.

  Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

  71 berlaku.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

  Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagia hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan. Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup berrnasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan.

  Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

  72 martabat manusia.

  Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

  Setiap orang berhak atas pegakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

  Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan

  73 perlindungan yang adil dari pengadilan yang objektif dan tidak berpihak.

  Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.

  Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah. Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi,selaras dengan perkembangan zaman.

  Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum Indonesia dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima Negara Republik Indonesia. Ketentuan hukum internasional yang telah diterima Negara Republik Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum nasional. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi

  74 manusia terutama menjadi tanggung jawab Pemerintah.

B. Peraturan Pemasyarakatan Terkait Bidang Fasilitatif

  Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan, menyatakan sebagai berikut: Lembaga pemasyarakatan untuk selanjutnya dalam Keputusan ini disebut LAPAS adalah unit pelaksana tehnis di bidang Pemasyarakatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. LAPAS mempunyai tugas melaksanakan

  75 pembinaan narapidana/ anak didik.

  Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) mempunyai fungsi, yaitu melakukan pembinaan narapidana/anak didik, memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja, melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana/anak 74 Andrey Sujatmoko, Ibid. didik, melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS, dan melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

  Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Klas yaitu: (1) LAPAS Klas I, (2) LAPAS Klas IIA, dan (3) LAPAS Klas IIB. Susunan Organisasi LAPAS Klas I, terdiri dari: bagian Tata Usaha, bidang Pembinaan Narapidana, bidang Kegiatan Kerja, bidang administrasi keamanan dan tata tertib, dan kesatuan pengamanan LAPAS.

  Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga LAPAS. Bagian tata usaha mempunyai fungsi, yiatu melakukan urusan kepegawaian, melakukan urusan keuangan, dan melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga. Bagian tata usaha terdiri dari; sub bagian kepegawaian yang mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, sub bagian keuangan yang mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, dan sub bagian umum yang mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

  Bidang pembinaan narapidana mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemasyarakatan narapidana. Bidang pembinaan narapidana mempunyai fungsi, yaitu melakukan regristrasi dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana, memberikan bimbingan pemasyarakatan, dan mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana.

  Bidang pembinaan narapidana terdiri dari; a) seksi registrasi yang mempunyai tugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana, dan b) seksi bimbingan kemasyarakatan yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta memberikan latihan olah raga, peningkatan pengetahuan, asimilasi, cuti dan penglepasan narapidana. Seksi perawatan narapidana, mempunyai tugas mengurus kesehatan dan memberikan

  76 perawatan narapidana.

  Bidang Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Bidang Kegiatan Kerja mempunyai tugas, yaitu memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana, mempersiapkan fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

  Bidang Kegiatan Kerja terdiri dari a) seksi bimbingan kerja yang mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana, b) seksi sarana kerja yang mempunyai tugas mempersiapkan fasilitas sarana kerja, dan c) seksi pengelolaan hasil kerja yang mempunyai tugas mengelola hasil kerja.

  Bidang administrasi keamanan dan tata tertib mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

  Bidang administrasi keamanan dan tata tertib terdiri dari a) seksi keamanan yang mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian, dan b) seksi pelaporan dan tata tertib yang mempunyai tugas menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta

  77 mempersiapkan laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

  Kesatuan pengamanan LAPAS mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban LAPAS. Kesatuan Pengamanan LAPAS mempunyai fungsi yaitu: melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana, melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana, serta membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan. Kepala kesatuan pengamanan LAPAS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala LAPAS.

  Bagan Organisasi LAPAS KLAS I Sumber: Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyrakatan

  Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Ka. K.P.L.P Bagian Tata Usaha Sub Bag Keuangan Sub Bag Umum Sub Bag Kepewaian Bidang Kegiatan Kerja Bidang Admnistrasi Keamanan Tatib Bidang Pembinaan Napi Seksi Registrasi Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Seksi Perawatan Napi Seksi Bimbingan Kerja Seksi Sarana Kerja Seksi Pengelolaan Hasil Kerja Seksi Keamanan Seksi Pelaporan & Tata Tertib Petugas Pengamanan

C. Peraturan Pemasyarakatan Terkait Bidang Tugas Pembinaan:

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan menyatakan

  78

  sebagai berikut: Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat melakukan kegiatan pembinaan terhadap narapidana dengan system pemasyarakatan yang telah dicanangkan oleh

  Sshardjo sejak tahun 1964. Dengan demikian diharapkan lembaga pemasyarakatan dapat berfungsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan yang

  79 telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mewujudkan system pemasyarakatan.

  Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu lainnya. Kunjungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicatat dalam buku daftar kunjungan. Setiap LAPAS wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) ruangan khusus

  80 untuk menerima kunjungan. (Pasal 30 ayat 1 s/d ayat 3).

  Petugas Pemasyarakatan yang bertugas di tempat kunjungan, wajib : a. Memeriksa dan meneliti keterangan identitas diri, pengunjung; dan b.

  Menggeledah pengunjung dan memeriksa barang bawaannya.

78 Marlina, Hukum Penitensier, (Penerbit Refika Aditama, Bandung, Cetakan Kesatu, Juni

  2011), halaman 187

  Dalam hal ditemukan keterangan identitas palsu atau adanya barang bawaan yang dilarang berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pengunjung sebagaimana dimaksud diatas, untuk waktu selanjutnya dilarang dan tidak dibolehkan mengunjungi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang bersangkutan (Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2). Sedangkan Pasal 32 menyatakan bahwa kunjungan orang-orang tertentu dimungkinkan bagi terpidana mati yang permohonan grasinya

  81 ditolak.

D. Peraturan Pemasyarakatan Terkait Bidang Tugas Keamanan dan Ketertiban: 1. Pola Pembinaan Keamanan dan Keteriban (KAMTIB).

  Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M-

  02.PR.08.10 Tahun 1983 tentang Pola Pembinaan Keamanan dan Ketertiban (KAMTIB) menyatakan bahwa suasana yang aman dan tertib akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan tugas pembangunan di bidang hukum.

  Keadaan keamanan dan ketertiban (KAMTIB) perlu tetap dipelihara dan ditingkatkan di lingkungan Departemen Kehakiman dan seluruh jajarannya. Dalam rangka usaha mewujudkan, memantapkan dan meningkatkan keamanan dan ketertiban diperlukan adanya Pola Pembinaan tentang keamanan dan ketertiban.

  Ketentuan umum di dam pola pembinaan keamanan dan ketertiban menyatakan bahwa yang dimaksud dengan gedung ialah bangunan yang berfungsi sebagai kantor,

  82 tempat tinggal pegawai, tempat tahanan dan atau narapidana.

  Peralatan dan barang-barang inventaris ialah segala alat-alat dan barang-barang yang telah terdaftar sebagai barang inventaris. Arsip dan dokumen ialah naskah- naskah yang dibuat dan diterima oleh Departemen Kehakiman dn jajarannya, baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam pelaksanaan tugas. Benda sitaan negara dan barang rampasan adalah barang yang disimpan dalam RUPBASAN.

  Personil ialah pegawai Departemen Kehakiman yang diangkat sesuai Undang-undang Pokok Kepegawaian. Pimpinan ialah pimpinan suatu unit baik pegawai negeri maupun sebagai pejabat Negara. Mereka yang berada dilingkungan gedung Pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi dan Kantor/Unit-unit Pelaksana Teknis lainnya adalah para tamu, pengunjung sidang, terdakwa, tertuduh, pengacara, saksi dan sebagainya.

  Penghuni Lembaga Pemasyarakatan/RUTAN adalah mereka yang berstatus sebagai tahanan dan atau narapidana. Penghuni tahanan Imigrasi adalah mereka yang menunggu dideportasikan. Tamu ialah mereka yang menemui pejabat atau pegawai untuk suatu keperluan. Sasaran fisik lainnya antara lain ialah petugas pengadilan

  83 yang sedang melaksanakan tugas diluar gedung pengadilan.

  Sasaran dalam rangka pembinaan KAMTIB, yaitu sasaran fisik, yang melipui gedung dan lingkungan yang merupakan satu kesatuan, peralatan dan barang-barang inventaris, arsip dan dokumen, benda sitaan negara dan barang rampasan, personil, pimpinan beserta keluarganya, mereka yang berada dilingkungan gedung Pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi dan Kantor/Unit-unit Pelaksana Teknis lainnya, penghuni Lembaga Pemasyarakatan, Rutan dan tahanan Imigrasi, tamu, serta sasaran fisik

  84 lainnya.

  Sasaran non fisik yaitu pemberitaan, kebersihan, kesopanan dan sasaran non fisik dan sasaran non fisik lainnya, yaitu penegakan keamanan dan ketertiban (KAMTIB). Penegakan keamanan dan ketertiban (KAMTIB) dimaksudkan agar supaya keamanan dan ketertiban (KAMTIB) dapat berfungsi secara efektif dan effisien untuk: 1) melindungi sasaran yang tersebut dan hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang ditimbulkan oleh manusia, alam dan lingkungan, 2) menciptakan terwujudnya ketertiban dan mencegah kegiatan yang bertentangan dengan hukum, dan sistem pembinaan keamanan dan ketertiban (KAMTIB).

  Sistem pembinaan keamanan dan ketertiban (KAMTIB) disusun dan diatur yaitu: tanggung jawab keamanan dan ketertiban (KAMTIB) yang tanggung jawabnya berada ditangan kepala biro umum, para sekretaris DITJEN Pemasyarakatan, imigrasi dan BABINKUMNAS, KORMIN pada KANWIL DEPKEH, Panitera Kepala pada Pengadilan Tinggi/Pengadilan Nageri, Kepala Kantor/UPT dengan dibantu oleh DAN SATPAM. Walaupun sudah ada petugas-petugas khusus SATPAM, setiap pegawai dilingkungan Departemen Kehakiman diwajibkan ikut serta bertanggung jawab atas

  85 terwujudnya keamanan dan ketertiban dalam lingkungan masing-masing.

  Tata tertib yaitu mereka yang berada ditempat dan lingkungan kerja wajib mentaati dengan penuh kesadaran semua peraturan KAMTIB yang berlaku ditempat tersebut, yang meliputi; turut memelihara, ketertiban, kebersihan, bila terjadi peristiwa yang dapat diperkirakan akan mengganggu keamanan dan ketertiban ditempat kerja dan lingkungannya, maka mereka yang berada ditempat tersebut wajib melaporkan kepada petugas KAMTIB.

  Tugas Penjagaan adalah menjaga gedung dan seisinya baik sewaktu maupun sesudah jam kantor, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga supaya jangan terjadi kericuhan, menjaga supaya jangan terjadi pelarian, dan menjaga tata tertib perikehidupan Lembaga Pemasyarakatan, RUTAN dan tahanan Imigrasi serta membantu melaksanakan pembinaan personil terutama dalam hal disiplin pegawai, misalnya; menepati ketentuan jam kerja, pemakaian tanda pengenal dan lain sebagainya. Untuk melaksanakan tugas penjagaan tersebut diatas, maka kelompok penjagaan melakukan tugas secara bergilir, pergantian kelompok penjagaan diatur menurut keadaan dan kebutuhan, serta dalam melaksanakan pergantian jaga, kelompok lama tidak boleh meninggalkan tempat sebelum dilakukan timbang terima

  86 dengan kelompok baru selesai dengan sempurna.

  Semua pegawai penjagaan dalam menjalankan tugas harus berseragam lengkap menurut peraturan yang berlaku, dan anggota penjagaan yang sedang menjalankan tugas dilarang meninggalkan tugasnya tanpa seijin komandan jaga. Pada tiap pergantian kelompok penjagaan dilakukan timbang terima. Yang ditimbang terimakan ialah: senata api dan peluru yang disiapkan untuk penjagaan, kunci-kunci ruangan, kotak berisi obat-obatan yang disiapkan untuk penjagaan, inventaris, seperti: lampu senter, borgol, ja dinding, alat-alat kebakaran, instruksi-instruksi atasan dan lain-lain, penghuni rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, dan lain-lainnya yang perlu menjadi perhatian. Setelah ketentuan-kententuan sebagaimana tersebut diatas dilaksanakan dengan seksama, maka komandan jaga lama dan baru dengan berbaris

  87 rapi lapor kepada piket bahwa timbang terima penjagaan telah dilaksanakan.

2. Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP).

  Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga Departemen Kehakiman, Nomor: DP.3.3/17/1, Tanggal 27 Januari 1975, tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP), pada Pasal 20 huruf c mengatur tentang kunjungan bagi

  88

  penghuni lembaga pemasyarakatan, yaitu sebagai berikut : a.

  Meneliti apakah penghuni lembaga pemasyarakatan yang dikunjungi benar-benar orang yang dimaksud.

  Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka. KPLP) Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dalam melaksanakan keamanan dan tata tertib dibantu oleh regu-regu penjagaan. Masing-masing regu dipimpin oleh seorang Komandan Regu Penjagaan (Komandan Jaga). Kekuatan regu disesuaikan dengan keadaan dan keperluan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Walaupun sudah ada petugas- petugas khusus keamanan dan tata tertib, setiap pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan diwajibkan ikut serta bertanggung jawab atas terwujudnya keamanan dan tata tertib.

  Terkait dengan kunjungan keluarga bagi narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, setelah komandan jaga menerima formulir bertamu dari petugas penerima tamu, maka komandan jaga melakukan penelitian dan

88 H.L. Batubara, Sosialisasi tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP),

  pengecekan dengan memanggil narapidana yang akan dikunjungi dengan tujuan untuk memastikan secara benar apakah narapidana yang dimaksud adalah benar- benar keluarga dari pengunjung tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung dan untuk mempermudah petugas dalam melakukan

  89 pengawasan terhadap narapidana tersebut.

  Komandan Jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan mempunyai tugas, yaitu; 1) mengatur tugas semua pegawai penjagaan yang menjadi tanggung jawabnya, 2) komandan jaga mengerjakan buku jaga, (mencatat : pembagian tugas, inventaris, instruksi-instruksi, kejadian- kejadian di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dan lain sebagainya), 3) komandan jaga mengawasi dan meneliti penjagaan (pos-pos, kamar-kamar hunian Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, tempat bekerja dan sebagainya), 4) komandan jaga mengawasi dan meneliti tata tertib (pembagian makanan, kebersihan, lampu-lampu dan sebagainya), 5) Dalam hal ada kericuhan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, maka komandan jaga mengambil langkah-langkah pengamanan pertama dan segera melapor ke atasan dan lain-lain instansi yang diperlukan, 6) Segera melaporkan peristiwa- peristiwa khusus lainnya kepada atasan, 7) Wajib memeriksa dan meneliti sah tidaknya surat-surat putusan, surat perintah penahanan atau surat ketetapan (beschikking) bagi orang- orang yang akan masuk Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan jika surat-surat itu tidak sah, komandan jaga menolak atau meminta keputusan atasan/pimpinan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, 8) Memeriksa dan meneliti semua izin keluar bagi penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, 9) Memeriksa dan meneliti semua izin kunjungan bagi penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, 10) Menjadi perantara bagi tamu Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dan pegawai- pegawai lainnya, 11) Memeriksa dan meneliti semua izin keluar/masuk barang-barang dari/ke Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dan 12) Menerima dan menyimpan barang-barang titipan yang belum sempat diserahkan

  90 kepada bagian yang bersangkutan.

  Petugas jaga mempunyai tugas yaitu (1) menjaga supaya jangan terjadi pelarian di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. (2) Menjaga supaya tidak terjadi kericuhan, di dalam blok hunian maupun di aula tamu pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. (3) Menjaga tertibnya perikehidupan penghuni pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, dan (4) menjaga utuhnya gedung dan seisinya, terutama setelah tutup kantor. Regu penjagaan melakukan tugas secara bergilir.

  Penggantian regu penjagaan diatur menurut keadaan dan keperluan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Dalam melaksanakan penggantian jaga, regu lama tidak boleh meninggalkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan sebelum timbang terima dengan regu baru selesai dengan sempurna. Semua pegawai penjagaan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dalam menjalankan tugas harus

  91 berseragam lengkap menurut peraturan yang berlaku.

  Komandan jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan di dalam melakukan timbang terima harus dinyatakan secara tertulis dalam buku jaga, yaitu pos-pos penjagaan (pos utama, yaitu tempat kedudukan Komandan Jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Pos-pos pintu, yaitu tempat-tempat penjagaan dipintu gerbang, pintu-pintu lain yang menghubungkan langsung dengan luar Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dan pintu-pintu yang menghubungkan antar bagian dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan). Pos dalam, yaitu tempat-tempat penjagaan yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Beberapa pos dalam yang sejenis dan berdekatan dapat dikoordinir menjadi satu lingkungan (blok) merupakan tanggung jawab langsung Komandan Jaga. Pos atas yaitu tempat-tempat penjagaan yang ada diatas tembok keliling atau menara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  Terkait dengan pengawasan terhadap lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan termasuk pada saat kegiatan pelayanan kunjungan bagi keluarga narapidana, maka Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka. KPLP) Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan harus memperhatikan keadaan pos utama harus dilengkapi dengan; buku jaga, pesawat telepon, daftar alamat dan nomor telepon para penjabat struktural, staf maupun petugas pengamanan yang penting antara lain: Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Papan tulis untuk catatan, antara lain lalu lintas isi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan (alat-alat pemadam kebakaran (tabung pemadam kebakaran, karung, pasir, galah dan lain sebagainya). Lonceng untuk isyarat (jam, jam kontrol, denah Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, senjata dan peluru cadangan, lampu cadangan, kunci dan gembok cadangan, lampu senter, almari senjata). Pos dalam/pos lingkungan dilengkapi dengan buku jaga, buku catatan inventaris, lonceng untuk isyarat, lampu baterai, alat pemadam kebakaran. Pos atas Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

  92 dilengkapi dengan lonceng untuk isyarat, lampu senter (zoeklight).

  Penggunaan tiap-tiap bagian dan ruangan termasuk rungan pelayanan kunjungan bagi keluarga narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, harus jelas dengan papan nama dan dilarang untuk merubah tanpa izin Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan yang sedang menjalankan tugas pengamanan dilarang meninggalkan tugasnya tanpa izin Komandan Jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Pada tiap penggantian regu penjagaan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dilakukan timbang terima.

  Yang ditimbang terimakan ialah: (1) Isi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, (2) senjata api dan peluru yang disiapkan untuk petugas penjagaan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, (3) kunci-kunci, gembok- gembok, (4) inventaris lain- lainnya (lampu, senter, belenggu, alat pemadam kebakaran, tangga dan tali), (5) instruksi- Instruksi khusus dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, dan (6) dan lain-lain yang perlu menjadi perhatian petugas pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  b.

  Memeriksa dan meneliti buah tangan (kiriman) dihadapan pengunjung dan yang

  93 dikunjungi.

  Petugas pengamanan yang bertugas sebagai penerima tamu/pengunjung pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan melakukan pemeriksaan buah tangan (kiriman) yang dibawa oleh pengunjung dihadapan pengunjung dan narapidana yang dikunjungi. Hal ini bertujuan untuk transparansi dan sama-sama menyaksikan isi buah tangan tersebut serta untuk menghindari saling kecurigaan baik dari pengunjung maupun dari narapidana yang dikunjungi manakala isi buah tangah (kiriman) tersebut merupakan barang terlarang maupun benda-benda yang dilarang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  Penggeledahan buah tangan (kiriman) dititik beratkan kepada pencegahan; penyelundupan barang-barang terlarang dan membahayakan keamanan atau orang, masuknya barang-barang/makanan yang bisa menimbulkan penyakit, masuknya obat- obatan yang tidak didasarkan resep dokter bagi yang bersangkutan, dan obat-obatan yang diperkenankan masuk diserahkan kepada yang berkepentingan lewat Bagian Kesehatan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Demi pengamanan, bila perlu buah tangan (kiriman) boleh diperiksa lebih mendalam. (buah-buah dibelah, roti dibelah, bungkusan- bungkusan dibuka, kaleng dibuka dan sebagainya). Setiap kendaraan yang keluar/masuk selain diperiksa muatannya, diteliti juga bagian-bagian yang sekira dapat dijadikan tempat persembunyian barang/orang.

  c.

  Bila terdapat barang terlarang (khususnya senjata, kikir, gergaji dan sebagainya), menyita barangnya, menangguhkan sementara kunjungan dan melaporkan kepada Komandan Jaga.

  Petugas pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan yang bertugas sebagai penerima tamu tersebut diatas, apabila di dalam pemeriksaan barang bawaan oleh pengunjung ditemukan benda-bendah terlarang, seperti senjata, kikir, gergaji, dan sebagainya, maka petugas penerima tamu melakukan penyitaan terhadap barang tersebut, menangguhkan sementara kunjungan bagi narapidana yang bersangkutan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Selanjutnya petugas pengamanan yang bertugas sebagai penerima tamu segera melaporkan kejadian tersebut kepada komandan jaga yang bertugas pada saat kejadian tersebut dan Kepala Pengamanan

  94 Lembaga Pemasyarakatan (Ka. KPLP) Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  Penggeledahan pada saat layanan kunjungan bagi pengunjung dan keluarga narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Penggeledahan badan bagi wanita harus dilaksanakan oleh pegawai wanita. Jika tidak ada pegawai wanita diusahakan dari petugas hukum wanita dan bahkan bila perlu diusahakan dari istri pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Cara penggeledahan badan dilakukan sebagai berikut; dipersilahkan mengeluarkan/menyerahkan barang-barangnya dan Bila belum memungkinkan, baru diadakan penggeledahan badan dengan cara orangnya dipersilahkan membalikkan badan dan mengangkat tangannya. Selama penggeledahan kamar/ruang, penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan tidak diperkenankan ada didalam. Penggeledahan kamar/ruangan dilakukan oleh lebih dari seorang pegawai dan secara berkala dan hendaknya diperiksa juga jeruji-jeruji, kolong- kolong, dinding- dinding, surat/kertas dan sebagainya.

  d.

  Bila terdapat makanan terlarang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, maka petugas jaga mengembalikan makanan tersebut kepada

  95 pembawa/pengunjung.

  Petugas pengamanan yang melakukan pemeriksaan barang atau makanan yang dibawa oleh keluarga narapidana atau pengunjung, apabila menemukan makanan yang dilarang masuk, seperti narkoba, roti kaleng, ikan dencis, dan lain sebagainya, maka petugas mengembalikan makanan tersebut kepada pembawa makanan atau pengunjung tersebut. Hal ini dikarenakan makanan dalam kemasan kaleng dan sejenisnya apabila masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dapat membahayakan karena kaleng tersebut dapat digunakan menjadi senjata/alat untuk melukai warga binaan pemasyarakatan yang ain atau dengan penghuni lainnya baik di dalam blok hunian maupun di dalam kamar hunian Lembaga Pemasyarakatan Klas

96 I Medan.

  e.

  Meneliti dan menyaksikan penyerahan barang-barang milik penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, kepada yang mengunjungi atau pihak keluarga narapidana.

  Petugas pengamanan atau petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dalam memastikan apakah barang-barang milik narapidana yang dibawa oleh pengunjung bukan barang-barang terlarang, maka petugas pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan meneliti dan menyaksikan penyerahan barang-barang tersebut dengan tujuan untuk mencegah masuknya barang-barang haram dan benda- benda tajam, seperti narkoba, gergaji, kikir, dan sebagainya masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  Pengawasan dan penelitian terhadap penyerahan barang-barang milik narapidana yang dibawa oleh pengunjung bertujuan untuk mencegah masuknya barang-barang haram lainnya yang dapat membahayakan warga binaan pemasyarakatan tersebut serta yang paling utama adalah untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban dengan harapan terwujudnya keamanan dan ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan yang aman, kondusif, tertib dan terkendali.

  f.

  Mencegah adanya pembicaraan yang membahayakan keamanan dan tata tertib.

  Keamanan dan tata tertib yang mantap di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan adalah syarat mutlak bagi berhasilnya usaha pembinaan bagi narapidana.

  Untuk mencapai keamanan dan tata tertib di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan tersebut, perlu diadakan peraturan tata tertib dan penjagaan Lembaga Pemasyarakatan. Tanggung jawab keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan berada langsung ditangan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Untuk mewujudkan keamanan dan tata tertib, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dibantu oleh Kepala Pengamanan Lembaga

97 Pemasyarakatan (Ka. KPLP).

  Petugas pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban yang aman dan terkendali, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah adanya pembicaraan baik sesama narapidana/warga binaan pemasyarakatan maupun antara narapidana dengan pengunjung. Petugas pengamanan harus melakukan pengawasan, pengamatan dan pengawalan yang ekstra pada saat jam kunjungan pengunjung datang mengunjungi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  Petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan harus datang selambat- lambatnya 15 menit sebelum jam dinasnya. Petugas pengamanan jika berhalangan, harus memberitahukan kepada komanda jaga, terkecuali kalau sudah ada izin dari Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka. KPLP) Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Petugas jaga dilarang meninggalkan pos tanpa izin Komandan Jaga. Petugas pengamanan dilarang menjadi penghubung dari dan untuk penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, untuk keperluan apapun secara tidak sah. Petugas pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan dilarang bertindak sewenang-wenang terhadap penghuni atau narapidana. Petugas pengamanan melakukan kewajiban lain menurut peraturan perundang-udangan yang

  98 berlaku bagi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

  g.

  Membatasi kunjungan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

  Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga Departemen Kehakiman, Nomor: DP.3.3/17/1, Tanggal 27 Januari 1975, tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP) menyatakan bahwa Kepala Lembaga Pemasyarakatan mempunyai wewenang untuk menentukan jam kunjungan. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga Departemen Kehakiman, Nomor: DP.3.3/17/1, Tanggal 27 Januari 1975, tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP) tersebut telah menetapkan batas waktu berkunjung yaitu selama 15 (lima belas) menit.

  Pengunjung yang datang berkunjung untuk mengunjungi keluarganya atau narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan harus mematuhi dan melaksanakan jam berkunjung atau lamanya berkunjung. Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti akan terjadinya pelarian narapidana, pemerasan atau pungutan liar, penyeledupan narkoba, benda-bendah tajam yang akhirnya dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

E. Peraturan Lain Terkait Bidang Tugas Pemasyarakatan: 1.

   Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan.

  Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-OT.02.02 Tahun 2009 tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan menyatakan bahwa pada prinsipnya fungsi keamanan di tiap UPT dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Keamanan juga ditujukan untuk mencegah terjadinya kekerasan antar tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan, kekerasan

  99 kepada petugas dan pengunjung, dan mencegah terjadinya bunuh diri.

  Keamanan juga menjadi pendukung utama pencegahan pengulangan tindak pidana, pelarian, pencegah terjadinya kerusuhan atau pembakangan pada tata tertib, dan terhadap masuknya benda-benda yang tidak diperkenankan masuk kedalam hunian. Pengamanan juga diberikan pada tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang berpindah tempat atau keluar untuk menjalani proses pemeriksaan tertentu, seperti pemeriksaan di pengadilan, kesehatan, dan keperluan lainnya.

  Pelaksanaan pengamanan di Unit Pelasaksana Teknis (UPT) tidak dapat dipisahkan dari kepentingan Rutan/Lapas untuk menjaga tahanan dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah, kepentingan Lapas untuk mengawal proses pembinaan, dan kepentingan Rupbasan untuk mengamankan barang sitaan dan rampasan. Dalam melaksanakan fungsi pengamanan terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian petugas keamanan, di mana pengamanan dengan tindakan yang berlebihan dengan mengabaikan hak-hak dasar akan berdampak pada terganggunya

  100 keamanan dan ketertiban masyarakat di Unit Pelasaksana Teknis (UPT).

  Pengamanan yang tidak memperhatikan hak dasar tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan rentan akan pembangkangan, ketidakpatuhan dan kerusuhan. Pada konteks tersebut diatas maka keseimbangan antara keamanan dengan proses integrasi masyarakat, utamanya kepentingan narapidana dan klien pemasyarakatan menjadi perspektif yang harus dimiliki petugas. Diperlukan pula keseimbangan antara keamanan dengan hak dasar yang tidak boleh dihambat, serta keseimbangan antara keamanan dengan kebutuhan dasar tahanan seperti makan, kesehatan, aktivitas, keagamaan dan lainnya harus berjalan seiring. Keseimbangan dimaksud tentu tidak mengenyampingkan tata tertib di Unit Pelasaksana Teknis

  101 (UPT) dan senantiasa evaluasi dan ditegakkan.

  Direktorat Jenderal Pemasyarakatan juga memiliki UPT dengan pengamanan maksimum (Super Maximum Security). Namun, pada prinsipnya pengamanan maksimun diberikan pula pada tahanan, atau narapidana dengan kejahatan tertentu. Pengamanan maksimum yang diberlakukan pada tahanan dan narapidana salah satunya berupa penempatan pada ruang khusus, atau penempatan pada ruang isolasi.

  Namun demikian, sedapat mungkin pengamanan maksimum juga diimbangi dengan pemenuhan hak-hak dasar manusia.

  Setiap pelanggaran akan dikenai sanksi disiplin, salah satunya penempatan di ruang isolasi atau tutupan sunyi. Penjatuhan sanksi ini tidak lepas dari penegakan disiplin dan pengamanan. Namun demikian harus dikedepankan rasa keadilan dan tindakan yang tidak sewenang-wenang dalam penerapannya. Harus dipahami bahwa setiap orang yang dirampas kebebasannya wajib diperlakukan secara manusiawi dan dihormati harkat martabatnya.

  Aspek lainnya adalah persoalan bangunan sangat menunjang sistem pengamanan, misalnya kekuatan dan tingginya tembok pembatas, menara, pintu, kekuatan jeruji besi jendela, pintu kamar, termasuk juga rutinitas petugas dalam mengunci kamar hunian. Kebutuhan lainnya adalah sarana seperti kamera, alarm, radio, dan senjata untuk pengendalian massa yang sangat menunjang pengamanan di UPT. Perlu pula pengamanan dengan melibatkan anjing pelacak untuk pencegahan

  102 dan pengungkapan kasus narkotika dan kejahatan lainnya.

  Permasalahan saat ini sangat terkait dengan tingkat kesiapan petugas dalam menjalankan tugas-tugas pengamanan. Dalam hal pengamanan awal misalnya, petugas masih penggunaan pendekatan kekerasan dalam memperkenalkan lingkungan di UPT. Keadaan di dalam hunian akhirnya menjadi tempat yang paling tidak aman dan menyeramkan bagi tahanan, narapidana dan anak pidana. Tahanan, narapidana, dan anak pidana belum dianggap sebagai manusia yang harus dilindungi hak dasarnya. Dengan kondisi yang demikian, pembatasan ruang gerak sebagai satu- satunya penderitaan justru diperburuk dengan tindak kekerasan.

  Persoalan utama munculnya kekerasan adalah, pertama disebabkan oleh pemahaman petugas yang kurang tentang sistem pemasyarakatan dan Standard

  Minimum Rules for the Treatment of Prisoners . Misalnya pada masa pengenalan

  lingkungan (Mapenaling) yang semestinya lebih kepada orientasi tata tertib, penyampaian hak dan kewajiban serta orientasi dengan dunia luar telah bergeser pada pemahaman yang sempit, di mana kekerasan dan tindakan merendahkan martabat manusia sering terjadi dan terjadi terus-menerus. Program-program peningkatan kemampuan pengamanan yang ada pada saat sekarang masih sebatas pelatihan kesamaptaan, yang mana lebih mengedepankan disiplin dan kekuatan fisik dalam melakukan pengamanan. Untuk kedepan seharusnya perlu dipikirkan adanya suatu pelatihan pra tugas bagi petugas kemananan yang muatan pelatihannya berupa

  103 ketrampilan teknis dan pemberian wawasan tugas pokok fungsi Pemasyarakatan.

  Latihan-latihan lainnya seperti pengelolaan konflik, pengendalian massa, penembakan dan lainnya masih terbatas bahkan tidak ada. Penekanan lain yang perlu diperhatikan adalah diperlukannya pre service training (pelatihan pra tugas) bagi petugas keamanan yang hendak berdinas disetiap UPT. Selain itu, kepemilikan alat pengamanan dengan menggunakan teknologi masih terbatas, seperti kebutuhan kamera, senjata, alat detektor, serta kondisi alat pengamanan lainnya belum dimiliki oleh seluruh UPT.

  Membuat standarisasi pengamanan dengan membandingkan jumlah petugas dengan jumlah penghuni serta pengadaan alat-alat yang memiliki standar kebutuhan misalnya, alat pengendalian massa, senjata, anjing pelacak dan rompi bagi petugas, membentuk satuan-satuan khusus petugas pengamanan di setiap wilayah untuk kebutuhan peningkatan profesionalisme pengamanan dalam melaksanakan tugas pengamanan, seperti penjagaan, pengelolaan konflik, strategi mengatasi kerusuhan dan pelatihan yang berkesinambungan bagi petugas, menyempurnakan prosedur tetap pengamanan dengan melengkapi subtansi pengamanan dengan instrumen hak asasi

  104 manusia.

  105 2. Penetapan Wilayah Bebas Korupsi (WBK).

  WBK adalah wilayah pada setiap unit kerja di lingkungan kementerian yang telah melaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan kriteria penilaian penetapan area WBK baik yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung kepada publik dengan dilandasi oleh nilai-nilai kepentingan masyarakat, integritas, responsif, akuntabilitas, dan profesional (KIRAP).

  Hukum sebagai sarana rekayasa (social engineering by law) atau bisa juga sebagai alat oleh

  “agent of change.” Yang dimaksud dengan “agent of change”

  disini adalah seseorang aau beberapa orang sebagai bagian dari anggota masyarakat yang diberi amanah untuk memimpin lembaga kemasyarakatan sehingga mempunyai kesempatan untuk mengolah sistem sosial yang bersangkutan secara teratur dan terencana (social engineering atau social planning) dan perubahan tersebut selalu