BAB I PENDAHULUAN A. - Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk

  mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya, sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya, (Baharuddin & Makin, 2007). Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005). Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan tersebut.

  Perwujudan pendidikan yang lebih baik diingini oleh setiap mahasiswa agar dapat mengasah kemampuannya. Keinginan untuk mendapatkan universitas terbaik biasanya tidak didapatkan di tempat sendiri atau kota sendiri. Hal itu mengakibatkan sebagian orang harus merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas. Ada beberapa pilihan tempat tinggal untuk melanjutkan perkuliahan antara lain tinggal di kosan, dengan keluarga atau di asrama. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk tinggal di asrama dikarenakan alasan kemudahan dalam mobilitas, biaya yang jauh lebih murah dan lokasi yang lebih strategis dekat dengan kampus.

  Sebagai salah satu universitas terbaik yang ada di pulau Sumatera, Universitas Sumatera Utara memiliki fasilitas asrama untuk mahasiswa baru ataupun mahasiswa yang kurang mampu. Asrama mahasiswa terdapat di dua tempat yaitu asrama putri yang terletak di Jl. Universitas dan asrama putra yang terletak di Jl. Dr. T. Mansur di lingkungan kampus Padang Bulan.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen (Poerwadarminta, 2005). Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa jadi karena tempat tinggal asal penghuninya yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain. Ditambah lagi dengan tinggal di asrama berarti tinggal bersama dengan teman mahasiswa satu universitas bahkan berasal dari fakultas yang sama.

  Menurut Badrul (2012) mahasiswa yang tinggal di asrama adalah mahasiswa yang telah terdaftar sebagai penghuni asrama setelah menandatangani surat perjanjian penghuni asrama dan bersedia mematuhi tata tertib asrama yang di tetapkan dan wajib tinggal di asrama selama satu tahun dan tidak diperkenankan tinggal diluar asrama.

  Selain untuk alasan biayanya lebih murah, tentunya juga dengan harapan tinggal di asrama itu lebih teratur.

  “Kan selama ini yang ditahu oleh mamak dan bapak kalau tinggal di asrama itu jauh lebih teratur dibandingkan yang tinggal di kostan. Terus bisa lebih fokus sama belajar. Orangtua mengharapkannya kek gitu. Lagian uang asrama hanya lima puluh ribu per bulan udah ikut uang air sama uang listrik. Itu udah delapan kali lebih murah, atau bahkan lebih kalo dibandingkan sama anak kostan biasa. Jadi lebih irit lah..hehehehe..”

  (Komunikasi Personal, 11 Desember 2013)

  Dari hasil wawancara di atas kita dapat melihat bahwa tuntutan untuk mencapai hasil yang baik di perkuliahan pada mahasiswa penghuni asrama cukup tinggi. Orangtua yang menitipkan anaknya di sebuah asrama mengharapkan bahwa anak mereka pasti akan mencapai prestasi yang baik. Ditambah lagi tinggal di asrama dengan peraturan yang cukup ketat maka pola hidup mahasiswa juga akan lebih teratur.

  Menurut Boekaerts (dalam Susanto, 2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan tempat tinggal (keluarga, asrama atau kos). Nur (2009) juga melakukan penelitian terhadap mahasiswa yang tinggal di asrama dan tidak diasrama untuk melihat hubungan lingkungan belajar mahasiswa terhadap prestasi belajarnya. Hasilnya adalah lingkungan belajar mahasiswa di asrama dengan prestasi belajar memiliki kontribusi sebesar 45,6% dan lingkungan belajar mahasiswa tidak di asrama dengan prestasi belajar memiliki kontribusi sebesar 38,2%. Hal ini berarti lingkungan belajar mahasiswa di asrama dan tidak asrama mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, akan tetapi semakin baik lingkungan yang mendukung belajar, maka prestasi belajar yang dicapai mahasiswa akan semakin tinggi.

  Sebuah penelitian dilakukan oleh Karlin dkk. (dalam Sears dkk., 1994). Karlin mencoba membandingkan antara mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar dengan yang tinggal bertiga dalam satu kamar. Hasilnya ternyata mahasiswa yang tinggal bertiga dalam satu kamar memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh jumlah teman satu kamar terhadap peningkatan prestasi belajarnya.

  Di asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara, setiap kamar ditempati oleh tiga hingga empat orang mahasiswa dalam satu kamar. Dengan jumlah mahasiswa yang tinggal dalam satu kamar sebanyak 3 atau empat orang turut mempengaruhi pola belajar mereka baik itu secara positif maupun secara negatif.

  Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain.

  “Malulah kan kalau kawan sekamar belajar sementara aku nonton atau gak ngapa-ngapain. Nanti jadi gak enakan. Apalagi kalau kayak kawan satu kamarku yang sambil kuliah sambil kerja juga. Jadi malah terikut untuk belajar juga.”

  (Komunikasi Personal, 11 Desember 2013)

  “Kan namanya juga kawan sekamar, jadi kalau kawan belajar, ya ikutlah belajar, tapi kalau kawan nonton, agak sulit memang gak ikut nonton, jadi gak fokus, ujung-ujungnya nonton juga. hehehe..”

  (Komunikasi Personal, 13 Desember 2013) Pada beberapa mahasiswa penghuni asrama jika berhadapan dengan teman sekamar yang sedang bermain, sementara mahasiswa tersebut ingin belajar, mereka akan mengambil langkah seperti menegur atau pindah ke kamar tetangga untuk belajar.

  “Iya kak, aku kadang ku bilang aja kalo aku mau ngerjain tugas, supaya

  gak nonton. Tapi kalau gak mau juga biasanya aku yg keluar ke kamar kawan di bawah kak, daripada berantem.”

  (Komunikasi Personal, 13 Desember 2013)

  Kondisi demikian tentunya cukup mengganggu mahasiswa lain yang ingin belajar. Diperlukan pemahaman yang baik satu sama lain agar proses belajar di asrama tetap kondusif.

  “Agak kesal nya kak, tapi memang gak semua kawan di asrama yang kek

  gitu. Ada juganya yang bisa diajak kerjasama. Asal baik-baik aja ngomongnya.”

  (Komunikasi Personal, 13 Desember 2013) Hal diatas diperkuat lagi dengan tidak adanya peraturan mengenai jadwal belajar di asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Pembagian jadwal belajar diserahkan kepada mahasiswa sendiri untuk mengaturnya, (Administrator Asrama USU, 2013). Maka dengan demikian mahasiswa harus secara sadar untuk membagi waktu agar kegiatan kuliah di kampus, belajar pribadi, mengerjakan tugas, diskusi dan berorganisasi tidak tumpang tindih.

  Ginting (2003) menyatakan bahwa untuk mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self-regulated learning (Spitzer, 2000). merupakan kemampuan individu untuk dapat

  Self-regulated learning

  mengatur fungsi-fungsi yang ada dalam dirinya baik afeksi, tingkah laku dan pikiran sehingga membantu mencapai tujuan belajar yang diinginkan (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Berdasarkan definisi tersebut individu digambarkan sebagai pusat pengatur segala hal yang berhubungan dengan dirinya, dikaitkan dalam sebuah konteks realitas atau kenyataan. Artinya dalam definisi di atas disebutkan bahwa self-regulated

  

learning tidak sekedar bagaimana melakukan pengelolaan terhadap dirinya secara

  menyeluruh (afeksi, kognitif, dan tingkah laku), namun juga terkait dengan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dirinya.

  Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

  individu menjadi regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Konsep self-regulated

  

learning bukan kemampuan mental seperti intelegensi atau kemampuan akademik

  tetapi lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1998). Schunk & Zimmerman (1998) menegaskan bahwa individu yang bisa dikatakan sebagai self-regulated learners adalah individu yang secara metakognisi, motivasional dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar mereka. Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar mereka secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang mereka inginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain.

  Jika individu sudah mulai menerapkan usaha belajar secara langsung tanpa bergantung pada orang lain, maka individu sudah mampu menjadi pengatur bagi dirinya sendiri. Dengan demikian individu akan mampu menerapkan strategi- strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kesadaran individu akan kelebihan dan kelemahan dirinya di bidang akademik inilah yang disebut dengan konsep diri akademik (Gage & Berliner, 1988). Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam bidang akademik, individu diperkirakan dapat membuat strategi belajar.

  Dalam peningkatan prestasinya, mahasiswa perlu untuk menampilkan seluruh potensi akademik yang dimiliki. Hal ini dapat tercapai apabila siswa memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis (Gage & Berliner, 1988). Konsep diri akademis merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku di bidang akademik, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dikaitkan dengan self regulated learning hal yang sama juga dikemukakan oleh Cobb (2003), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi self regulated learning salah satunya adalah motivasi. Jika motivasi positif berasal dari dalam diri individu cenderung akan memberikan hasil yang positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik.

  Konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa dan mengevaluasi kemampuannya (Marsh, 2003). Skaalvik (1990) berpendapat bahwa konsep diri akademik adalah perasaan umum individu dalam melakukan yang terbaik dalam belajar dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh. Menurut Carlock (1999) konsep diri akademis mencakup pandangan diri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan konsep self regulated learning dalam kaitannya terhadap penentuan strategi belajar berdasarkan kemampuan individu. Pemahaman terhadap kemampuan akademis membawa seseorang pada pengembangan potensi yang dimiliki.

  Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

  D. MANFAAT PENELITIAN 1.

  Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, terutama mengenai self-regulated learning pada individu, khususnya konsep diri akademik individu sebagai mahasiswa dan kaitannya dengan pengembangan konsep diri akademik yang dimiliki oleh individu tersebut.

  Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan di bidang psikologi pendidikan sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

  Bagi mahasiswa yang tinggal di Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pemahaman konsep diri akademik masing-masing mahasiswa dan untuk meningkatkan self-regulated mereka.

  learning

E. SISTEMATIKA PENULISAN

  Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara maka penulisan tugas akhir ini terdiri dari:

  BAB I : merupakan pendahuluan yang berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : merupakan tinjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang dibahas.

  BAB III : merupakan metodologi penelitian yang meliputi data yang akan digunakan, variable penelitian, dan metode analisis. BAB IV : menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil penelitian yang meliputi kategorisasi data penelitian, hasil uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas, hasil penelitian, dan pembahasan.

  BAB V : merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran untuk penyempurnaan penelitian berikutnya.