Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK

DENGAN

SELF-REGULATED LEARNING

PADA MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ARTHA WIDYA RUMAHORBO

101301035

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2013/2014


(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK

TERHADAP

SELF REGULATED LEARNING

PADA MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ARTHA WIDYA RUMAHORBO 101301035

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 15 Juli 2014

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Rr. Lita Hadiati W., M.Pd, psikolog Penguji I/Pembimbing

NIP. 197002142000122002 ________

2. Dian Ulfasari, M.Psi, psikolog Penguji II

NIP. 198108242008122002 ________

3. Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi, psikolog Penguji III


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning

Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 15 Juli 2014

ARTHA WIDYA RUMAHORBO NIM 101301035


(4)

Hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa

Universitas sumatera utara

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRAK

Tinggal di asrama memberikan dampak bagi mahasiswa. Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain. Semua tergantung kepada kemampuan self regulated learning dan konsep diri akademik mahasiswanya sendiri. Hal ini terjadi karena salah satu faktor yang turut mempengaruhi proses berkembangnya kompetensi self-regulated learning adalah pengaruh sosial.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara Konsep Diri Akademik terhadap Self Regulated Learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian ini dilakukan di lingkungan asrama mahasiswa USU dengan jumlah subjek sebanyak 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua buah skala yakni skala konsep Diri Akademik yang disusun sendiri oleh peneliti menggunakan teori tiga dimensi dari konsep diri akademik Carlock (1999) dan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000). Nilai reliabilitas konsep diri akademik sebesar 0,935 dan terdiri dari 32 aitem sedangkan nilai reliabilitas self regulated learning sebesar 0,954 dan terdiri dari 52 aitem.

Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (r = 0.648). Implikasi dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsep diri akademik meningkatkan self-regulated learning.


(5)

The relationship between academis self concept with self regulated learning student in student boarder at North Sumatera University (USU)

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRACT

Living in dormitories have an impact for students. There are students who are so look roommate is studying, the students eventually come to learn. There are also so look roommate play, eventually the students also come into play. All depends on the ability of self-regulated learning and academic self-concept of students themselves. This happens because one of the factors that influence the development of self-regulated learning competence is social influence.

This study was conducted to see the relationship between the Academic Self-Concept with Self-Regulated Learning student boarder student at North Sumatra University (USU). This research was conducted in the USU student dormitories with as many as 100 people a number of subjects. The method used in this study is a quantitative method. This study uses two scales the Academic Self-concept scale were compiled by researchers using three-dimensional theory of academic self-concept Carlock (1999) and fourteen self-regulated learning strategies of Zimmerman and Martinez-Pons (in Boerkarts , Pintrich, & Zeidner, 2000). Reliability value of 0.935 academic self-concept and consists of 32 aitem while the reliability of self-regulated learning value of 0.954 and consists of 52 aitem.

Research analysis using Pearson Product Moment Correlation. Based on the analysis it was found that there is a relationship between academic self-concept with self-regulated learning in students boarder students of the University of North Sumatra (r = 0648). The implication of this study is the higher academic self-concept enhancing self-regulated learning.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara”. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, M.Pd, psikolog selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ide, kritik dan saran sehingga skripsi ini bisa selesai. Terima kasih untuk kesabaran dan perhatian ibu.

3. Bapak Zulkarnain, P.hD selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis mulai dari awal masuk perkuliahan sampai saat ini.


(7)

4. Kedua orangtua saya, J. Rumahorbo dan N. Sinaga S.Ag, juga untuk adek-adekku Jos Rumahorbo, Rizko Rumahorbo dan Rizky Rumahorbo. Terimakasih untuk perhatian dan kasih sayangnya.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah berbagi ilmu kepada peneliti selama peneliti mengenyam pendidikan di Universitas Sumatera Utara ini.

6. Seluruh pegawai Fakultas Psikologi, Kak Ari, Kak Devi, Kak Ade, Pak Iskandar dan Pak Aswan yang selalu memberikan kemudahan dalam mengurus semua keperluan administrative kampus.

7. Sahabat-sahabatku tercinta, Santri Tarigan, Tota Simbolon, Hespita Sidabutar dan Putri Pandiangan, S.Psi. Yang udah sarjana terakhir ditulis namanya. Terima kasih untuk kebersamaan kita bahkan dari awal masuk ke kampus ini. Suka duka yang dijalani bersama, dukungan, kritik saran dan bantuan yang teman-teman berikan sungguh menguatkan. Terimakasih buat semuanya.

8. Untuk KMK St. Lukas dan KMK St. Albertus Magnus, terkhusus buat Richard Sitio, Yuliana Sibarani, Serani Simare-mare dan adik-adikku yang lain (maaf tak bisa disebut satu per satu) yang membantu dalam menyebar kuesioner TO penelitian ini. Terima kasih juga untuk KMK ku, yang dikala kesibukanku kalian masih sempat mengajak aku rapat dan ngamen. Kalian memang luar biasa.

9. Teman-teman seperjuangan di psikologi 2010. Sukses buat kita semua.


(8)

10. Seluruh responden dalam penelitian ini, mahasiswa penghuni asrama mahasiswa USU beserta staf penanggungjawabnya. Kak Lestari juga terimakasih. Tanpa kesediaan kalian penelitian ini tidak akan berjalan. Terimakasih untuk kesediaan dan waktunya.

11. Semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dalam kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan saudara.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritik agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 15 Juli 2014

Penulis

Artha Widya Rumahorbo


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….i

ABSTRACT ………… ……….ii

KATA PENGANTAR ……….iii

DAFTAR ISI ………vi

DAFTAR TABEL ……….. .ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Self-Regulated Learning ... 11

1. Pengertian self-regulated learning ... 11

2. Perkembangan Self-regulated learning ... 12

3. Strategi Self-regulated learning ... 14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning ... 17

B. Konsep Diri Akademik ... 19

1. Pengertian konsep diri akademik ... 19

2. Aspek-aspek konsep diri akademik ... 21

3. Jenis-jenis konsep diri akademik ... 22

C. Mahasiswa ... 23

D. Hubungan Konsep Diri Terhadap Self-Regulated Learning ... 25


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian Kuantitatif ... 29

B. Variabel Dan Definisi Operasional ... 30

C. Populasi, Sampel, Dan Metode Pengambilan Sampel ... 31

1. Populasi………...…….. .31

2. Sampel ... 32

3. Metode pengambilan sampel ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Skala self regulated learning ... 33

2. Skala konsep diri akademik ... 35

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37

1. Validitas alat ukur ... 37

2. Reliabilitas alat ukur ... 37

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur………39

1. Skala self regulated learning ... 39

2. Skala konsep diri akademik ... 41

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 43

1. Tahap persiapan penelitian ... 43

2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 45

3. Tahap Pengolahan Data ... 45

H. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Normalitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 46

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 47


(11)

1. Gambaran umum subjek penelitian ... 47

2. Hasil penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

1. Saran Metodologis ... 60

2. Saran Praktis ... 61

DAFTAR PUSTAKA ……….…….62


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Blue Print Uji Coba Skala Self-regulated Learning 33 Tabel 2 Blue print Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik 37 Tabel 3 Blue Print Distribusi Aitem Skala Self-regulated Learning 39 Tabel 4 Blue Print Skala Self-regulated Learning 41 Tabel 5 Blue Print Distribusi Aitem Konsep Diri Akademik 42 Tabel 6 Blue Print Skala Konsep Diri Akademik 43

Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 47

Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 48 Tabel 9 Normalitas Sebaran Variabel Konsep Diri Akademi

dan Self-regulated Learning 49

Tabel 10 Uji Linearitas Data Variabel Konsep Diri Akademik

dan Self-regulated Learning 50

Tabel 11 Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan Self-regulated Learning pada Mahasiswa Penghuni

Asrama Mahasiswa USU 51

Tabel 12 Deskripsi Data Penelitian Konsep Diri Akademik 52

Tabel 13 Deskripsi Data Penelitian Self-regulated Learning 53

Tabel 14 Kategorisasi Data Konsep Diri Akademik 54


(13)

Hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa

Universitas sumatera utara

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRAK

Tinggal di asrama memberikan dampak bagi mahasiswa. Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain. Semua tergantung kepada kemampuan self regulated learning dan konsep diri akademik mahasiswanya sendiri. Hal ini terjadi karena salah satu faktor yang turut mempengaruhi proses berkembangnya kompetensi self-regulated learning adalah pengaruh sosial.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara Konsep Diri Akademik terhadap Self Regulated Learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian ini dilakukan di lingkungan asrama mahasiswa USU dengan jumlah subjek sebanyak 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua buah skala yakni skala konsep Diri Akademik yang disusun sendiri oleh peneliti menggunakan teori tiga dimensi dari konsep diri akademik Carlock (1999) dan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000). Nilai reliabilitas konsep diri akademik sebesar 0,935 dan terdiri dari 32 aitem sedangkan nilai reliabilitas self regulated learning sebesar 0,954 dan terdiri dari 52 aitem.

Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (r = 0.648). Implikasi dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsep diri akademik meningkatkan self-regulated learning.


(14)

The relationship between academis self concept with self regulated learning student in student boarder at North Sumatera University (USU)

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRACT

Living in dormitories have an impact for students. There are students who are so look roommate is studying, the students eventually come to learn. There are also so look roommate play, eventually the students also come into play. All depends on the ability of self-regulated learning and academic self-concept of students themselves. This happens because one of the factors that influence the development of self-regulated learning competence is social influence.

This study was conducted to see the relationship between the Academic Self-Concept with Self-Regulated Learning student boarder student at North Sumatra University (USU). This research was conducted in the USU student dormitories with as many as 100 people a number of subjects. The method used in this study is a quantitative method. This study uses two scales the Academic Self-concept scale were compiled by researchers using three-dimensional theory of academic self-concept Carlock (1999) and fourteen self-regulated learning strategies of Zimmerman and Martinez-Pons (in Boerkarts , Pintrich, & Zeidner, 2000). Reliability value of 0.935 academic self-concept and consists of 32 aitem while the reliability of self-regulated learning value of 0.954 and consists of 52 aitem.

Research analysis using Pearson Product Moment Correlation. Based on the analysis it was found that there is a relationship between academic self-concept with self-regulated learning in students boarder students of the University of North Sumatra (r = 0648). The implication of this study is the higher academic self-concept enhancing self-regulated learning.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya, sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya, (Baharuddin & Makin, 2007). Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005). Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan tersebut.

Perwujudan pendidikan yang lebih baik diingini oleh setiap mahasiswa agar dapat mengasah kemampuannya. Keinginan untuk mendapatkan universitas terbaik biasanya tidak didapatkan di tempat sendiri atau kota sendiri. Hal itu mengakibatkan sebagian orang harus merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas. Ada beberapa pilihan tempat tinggal untuk melanjutkan perkuliahan antara lain tinggal di kosan, dengan keluarga atau di asrama. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk tinggal di asrama dikarenakan alasan kemudahan dalam mobilitas, biaya yang jauh lebih murah dan lokasi yang lebih strategis dekat dengan kampus.


(16)

Sebagai salah satu universitas terbaik yang ada di pulau Sumatera, Universitas Sumatera Utara memiliki fasilitas asrama untuk mahasiswa baru ataupun mahasiswa yang kurang mampu. Asrama mahasiswa terdapat di dua tempat yaitu asrama putri yang terletak di Jl. Universitas dan asrama putra yang terletak di Jl. Dr. T. Mansur di lingkungan kampus Padang Bulan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen (Poerwadarminta, 2005). Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa jadi karena tempat tinggal asal penghuninya yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain. Ditambah lagi dengan tinggal di asrama berarti tinggal bersama dengan teman mahasiswa satu universitas bahkan berasal dari fakultas yang sama.

Menurut Badrul (2012) mahasiswa yang tinggal di asrama adalah mahasiswa yang telah terdaftar sebagai penghuni asrama setelah menandatangani surat perjanjian penghuni asrama dan bersedia mematuhi tata tertib asrama yang di tetapkan dan wajib tinggal di asrama selama satu tahun dan tidak diperkenankan tinggal diluar asrama.

Selain untuk alasan biayanya lebih murah, tentunya juga dengan harapan tinggal di asrama itu lebih teratur.

“Kan selama ini yang ditahu oleh mamak dan bapak kalau tinggal di asrama itu jauh lebih teratur dibandingkan yang tinggal di kostan. Terus bisa lebih fokus sama belajar. Orangtua mengharapkannya kek gitu. Lagian uang asrama hanya lima puluh ribu per bulan udah ikut uang air sama uang listrik. Itu udah delapan kali lebih murah, atau bahkan lebih kalo dibandingkan sama anak kostan biasa. Jadi lebih irit lah..hehehehe..”


(17)

Dari hasil wawancara di atas kita dapat melihat bahwa tuntutan untuk mencapai hasil yang baik di perkuliahan pada mahasiswa penghuni asrama cukup tinggi. Orangtua yang menitipkan anaknya di sebuah asrama mengharapkan bahwa anak mereka pasti akan mencapai prestasi yang baik. Ditambah lagi tinggal di asrama dengan peraturan yang cukup ketat maka pola hidup mahasiswa juga akan lebih teratur.

Menurut Boekaerts (dalam Susanto, 2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan tempat tinggal (keluarga, asrama atau kos). Nur (2009) juga melakukan penelitian terhadap mahasiswa yang tinggal di asrama dan tidak diasrama untuk melihat hubungan lingkungan belajar mahasiswa terhadap prestasi belajarnya. Hasilnya adalah lingkungan belajar mahasiswa di asrama dengan prestasi belajar memiliki kontribusi sebesar 45,6% dan lingkungan belajar mahasiswa tidak di asrama dengan prestasi belajar memiliki kontribusi sebesar 38,2%. Hal ini berarti lingkungan belajar mahasiswa di asrama dan tidak asrama mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, akan tetapi semakin baik lingkungan yang mendukung belajar, maka prestasi belajar yang dicapai mahasiswa akan semakin tinggi.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Karlin dkk. (dalam Sears dkk., 1994). Karlin mencoba membandingkan antara mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar dengan yang tinggal bertiga dalam satu kamar. Hasilnya ternyata mahasiswa yang tinggal bertiga dalam satu kamar memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu


(18)

kamar. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh jumlah teman satu kamar terhadap peningkatan prestasi belajarnya.

Di asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara, setiap kamar ditempati oleh tiga hingga empat orang mahasiswa dalam satu kamar. Dengan jumlah mahasiswa yang tinggal dalam satu kamar sebanyak 3 atau empat orang turut mempengaruhi pola belajar mereka baik itu secara positif maupun secara negatif. Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain.

“Malulah kan kalau kawan sekamar belajar sementara aku nonton atau gak ngapa-ngapain. Nanti jadi gak enakan. Apalagi kalau kayak kawan satu kamarku yang sambil kuliah sambil kerja juga. Jadi malah terikut untuk belajar juga.”

(Komunikasi Personal, 11 Desember 2013)

“Kan namanya juga kawan sekamar, jadi kalau kawan belajar, ya ikutlah belajar, tapi kalau kawan nonton, agak sulit memang gak ikut nonton, jadi gak fokus, ujung-ujungnya nonton juga. hehehe..”

(Komunikasi Personal, 13 Desember 2013)

Pada beberapa mahasiswa penghuni asrama jika berhadapan dengan teman sekamar yang sedang bermain, sementara mahasiswa tersebut ingin belajar, mereka akan mengambil langkah seperti menegur atau pindah ke kamar tetangga untuk belajar.

Iya kak, aku kadang ku bilang aja kalo aku mau ngerjain tugas, supaya gak nonton. Tapi kalau gak mau juga biasanya aku yg keluar ke kamar kawan di bawah kak, daripada berantem.”


(19)

Kondisi demikian tentunya cukup mengganggu mahasiswa lain yang ingin belajar. Diperlukan pemahaman yang baik satu sama lain agar proses belajar di asrama tetap kondusif.

Agak kesal nya kak, tapi memang gak semua kawan di asrama yang kek gitu. Ada juganya yang bisa diajak kerjasama. Asal baik-baik aja ngomongnya.”

(Komunikasi Personal, 13 Desember 2013)

Hal diatas diperkuat lagi dengan tidak adanya peraturan mengenai jadwal belajar di asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Pembagian jadwal belajar diserahkan kepada mahasiswa sendiri untuk mengaturnya, (Administrator Asrama USU, 2013). Maka dengan demikian mahasiswa harus secara sadar untuk membagi waktu agar kegiatan kuliah di kampus, belajar pribadi, mengerjakan tugas, diskusi dan berorganisasi tidak tumpang tindih.

Ginting (2003) menyatakan bahwa untuk mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self-regulated learning (Spitzer, 2000).

Self-regulated learning merupakan kemampuan individu untuk dapat mengatur fungsi-fungsi yang ada dalam dirinya baik afeksi, tingkah laku dan pikiran sehingga membantu mencapai tujuan belajar yang diinginkan (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Berdasarkan definisi tersebut individu digambarkan sebagai pusat pengatur segala hal yang berhubungan dengan dirinya, dikaitkan dalam sebuah konteks realitas atau


(20)

kenyataan. Artinya dalam definisi di atas disebutkan bahwa self-regulated learning tidak sekedar bagaimana melakukan pengelolaan terhadap dirinya secara menyeluruh (afeksi, kognitif, dan tingkah laku), namun juga terkait dengan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dirinya.

Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Konsep self-regulated learning bukan kemampuan mental seperti intelegensi atau kemampuan akademik tetapi lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1998). Schunk & Zimmerman (1998) menegaskan bahwa individu yang bisa dikatakan sebagai self-regulated learners adalah individu yang secara metakognisi, motivasional dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar mereka. Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar mereka secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang mereka inginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain.

Jika individu sudah mulai menerapkan usaha belajar secara langsung tanpa bergantung pada orang lain, maka individu sudah mampu menjadi pengatur bagi dirinya sendiri. Dengan demikian individu akan mampu menerapkan strategi-strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kesadaran individu akan kelebihan dan kelemahan dirinya di bidang akademik inilah yang disebut dengan konsep diri akademik (Gage & Berliner, 1988). Dengan mengetahui


(21)

kelebihan dan kekurangan dalam bidang akademik, individu diperkirakan dapat membuat strategi belajar.

Dalam peningkatan prestasinya, mahasiswa perlu untuk menampilkan seluruh potensi akademik yang dimiliki. Hal ini dapat tercapai apabila siswa memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis (Gage & Berliner, 1988). Konsep diri akademis merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku di bidang akademik, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dikaitkan dengan self regulated learning hal yang sama juga dikemukakan oleh Cobb (2003), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi self regulated learning salah satunya adalah motivasi. Jika motivasi positif berasal dari dalam diri individu cenderung akan memberikan hasil yang positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik.

Konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa dan mengevaluasi kemampuannya (Marsh, 2003). Skaalvik (1990) berpendapat bahwa konsep diri akademik adalah perasaan umum individu dalam melakukan yang terbaik dalam belajar dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh. Menurut Carlock (1999) konsep diri akademis mencakup pandangan diri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki.


(22)

Hal ini sejalan dengan konsep self regulated learning dalam kaitannya terhadap penentuan strategi belajar berdasarkan kemampuan individu. Pemahaman terhadap kemampuan akademis membawa seseorang pada pengembangan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, terutama mengenai self-regulated learning pada


(23)

individu, khususnya konsep diri akademik individu sebagai mahasiswa dan kaitannya dengan pengembangan konsep diri akademik yang dimiliki oleh individu tersebut.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan di bidang psikologi pendidikan sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Bagi mahasiswa yang tinggal di Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pemahaman konsep diri akademik masing-masing mahasiswa dan untuk meningkatkan self-regulated learning mereka.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara maka penulisan tugas akhir ini terdiri dari:

BAB I : merupakan pendahuluan yang berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : merupakan tinjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang dibahas.


(24)

BAB III : merupakan metodologi penelitian yang meliputi data yang akan digunakan, variable penelitian, dan metode analisis. BAB IV : menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil

penelitian yang meliputi kategorisasi data penelitian, hasil uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas, hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V : merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran untuk penyempurnaan penelitian berikutnya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Self-Regulated Learning

1. Pengertian Self-Regulated Learning

Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana seseorang peserta didik menjadi regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning.

Self-regulated learning merupakan proses dimana peserta didik mengaktifkan pikirannya, perasaan dan tindakan yang diharapkan dapat mencapai tujuan khusus pendidikan (Zimmerman, Bonner & Kovach, 2003). Selain itu Schunk & Zimmermann (1998) menegaskan bahwa peserta didik yang bisa dikatakan sebagai self-regulated learners adalah yang secara metekognisi, motivasional dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar. Peserta didik dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain.


(26)

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning merupakan sebuah proses dimana peserta didik mengatur sistem pembelajarannya sendiri dengan melibatkan kognitif, afektif, dan perilakunya sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai.

2. Perkembangan Self-regulated learning

Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated learning dimulai dari beberapa faktor yaitu:

a. Pengaruh sumber sosial: Berkaitan dengan informasi mengenai akademik yang di peroleh dari lingkungan teman sebaya.

b. Pengaruh lingkungan: Berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya, sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya secara maksimal.

c. Pengaruh personal atau diri sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri peserta didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya.

Di dalam faktor-faktor ini terdapat beberapa level berkembangnya self regulated learning,

a. Level pengamatan (observasional)

Peserta didik yang baru awalnya memperoleh hampir seluruh strategi-strategi belajar dari proses pengajaran, pengerjaan tugas, dan dorongan dari lingkungan sosial. Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik


(27)

dapat menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan self-regulated learning.

b. Level pesamaan (emultive)

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru model, namun mereka berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh karena itu, mereka mungkin menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru kata-kata yang digunakan oleh model.

c. Level kontrol diri (self-controlled)

Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh model dan sudah menggunakan proses self-reward.

d. Level pengaturan diri

Level ini merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta self-efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi yang berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak ada.


(28)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi berkembangnya self-regulated learning adalah faktor (1). Internal, berkaitan dengan kemampuan individu memunculkan dorongan dari dalam diri sendiri, dan (2). Eksternal, berkaitan dengan dukungan orangtua, lingkungan dan informasi akademik yang diterima individu. Kemudian level perkembangan self-regulated learning antara lain (1). Level pengamatan, (2). Level persamaan, (3). Level kontrol diri, (4). Level pengaturan diri.

3. Strategi Self-regulated learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning sebagai berikut.

a. Evaluasi terhadap diri (self evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.

b. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming) Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt. c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.


(29)

d. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)

Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan covert.

i. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

j. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.


(30)

k. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan pelajaran .

l. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.

m. Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

n. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung catatan sebagai sarana belajar.

Maka dapat disimpulkan strategi pengaturan diri antara lain adalah (a) Evaluasi terhadap diri (self evaluating), (b) Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), (c) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting &planning), (d) Mencari informasi (seeking information), (e) Mencatat hal penting (keeping record &monitoring), (f) Mengatur lingkungan belajar (envirotmental structuring), (g) Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating), (h) Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), (i) Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), (j) Meminta bantuan guru (seek teacher assistance), (k) Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance), (l) Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test /work), (m) mengulang catatan (review notes), dan (n) mengulang buku pelajaran (review texts book).


(31)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning

Cobb (2003) menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi dan tujuan.

a. Self efficacy

Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar (Bandura dalam Cobb, 2003). Self efficacy dapat mempengaruhi peserta didik dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Peserta didik yang memiliki self efficacy yang tinggi akan meningkatkan penggunaan kognitif dan strategi self regulated learning. Peserta didik yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi.

b. Motivasi

Menurut Cobb (2003) motivasi yang dimiliki peserta didik secara positif berhubungan dengan self regulated learning. Motivasi dibutuhkan peserta didik untuk melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Peserta didik cenderung akan lebih efisien mengatur waktunya dan efektif dalam belajar apabila memiliki motivasi belajar. Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang (intrinsic) cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Motivasi ini akan lebih kuat dan lebih stabil/menetap bila dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar diri (extrinsic). Walaupun demikian bukan berarti motivasi dari luar diri (extrinsic)


(32)

tidak penting. Kedua jenis motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar. Peserta didik kadang termotivasi belajar oleh keduanya, misalnya mereka mengharapkan pemenuhan kepuasan atas keingintahuannya dengan belajar giat, namun mereka juga mengharapkan ganjaran (reward) dari luar atas prestasi yang mereka capai.

c. Tujuan (goals)

Menurut Cobb (2003) tujuanmerupakan penetapan target apa yang hendak dicapai seseorang. Tujuanmerupakan kriteria yang digunakan peserta didik untuk memonitor kemajuan mereka dalam belajar. Tujuan memiliki dua fungsi dalam self regulated learning yaitu menuntun peserta didik untuk memonitor dan mengatur usahanya dalam arah yang spesifik. Selain itu tujuan juga merupakan kriteria bagi peserta didik untuk mengevaluasi performansi mereka. Efek dari tujuan tergantung atas hasil (outcomes) yang diharapkan. Hasil ini dapat dikategorikan menjadi dua orientasi yaitu: orientasi pada pembelajaran (learning) dan orientasi pada penampilan (performance). (Meece dalam Cobb, 2003) menjelaskan bahwa orientasi pada pembelajaran (learning goals) fokus pada proses pencapaian kemampuan dan pemahaman betapa pun sulitnya usaha yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan orientasi pada penampilan (performance goal) fokus pada pencapaian penampilan yang baik di pandangan orang lain atau penghindaran penilaian negatif dari lingkungan. Menurut Cobb (2003) learning goals menghasilkan prestasi akademik yang tinggi dan menunjukkan penggunaan strategi self-regulated learning melalui proses informasi yang mendalam (deep).


(33)

Berdasarkan uraian di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi self-regulated learning ada tiga, yaitu (a). Self-efficacy, (b). Motivasi, (c). Tujuan (goal).

B. Konsep Diri Akademik

1. Pengertian Konsep Diri Akademik

Konsep diri didefenisikan sebagai pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri (Calhoun dan Acocella, 1990). Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan terhadap penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber daya yang dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, 1969). Demikian juga Paik dan Micheal (2002) menjelaskan konsep diri sebagai sekumpulan keyakinan-keyakinan yang kita miliki mengenai diri kita sendiri dan hubungannya dengan perilaku dalam situasi-situasi tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran keyakinan yang dimiliki individu untuk menilai diri sendiri baik itu dari penampilan, perilaku, sikap, kemampuan serta sumber daya yang dimiliki oleh diri sendiri.

Untuk membantu siswa dalam menampilkan seluruh potensi yang dimiliki, maka siswa perlu memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis (Gage & Berliner, 1990). Konsep diri akademis dapat dikatakan sebagai konsep diri yang khusus berhubungan dengan kemampuan akademis siswa. Skaalvik (1990) merumuskan konsep diri akademis sebagai perasaan umum


(34)

individu dalam melakukan yang terbaik di sekolah dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh.

Hattie (dalam Kavale & Mostert, 2004) mendefinisikan konsep diri akademis sebagai penilaian individu dalam bidang akademis. Penilaian tersebut meliputi kemampuan dalam mengikuti pelajaran dan berprestasi dalam bidang akademis, prestasi yang dicapai individu, dan aktivitas individu di sekolah atau di dalam kelas. Huit (2004) juga menjelaskan bahwa konsep diri akademis menunjukkan seberapa baik performa individu di sekolah atau seberapa baik dirinya belajar. Menurut Byrne (dalam Marsh, 2000), konsep diri akademis merupakan salah satu komponen dalam peningkatan prestasi akademis.

Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. Pengertian lain dari konsep diri akademik juga dikemukakan oleh Carlock (1999) yang menyatakan bahwa konsep diri akademik merupakan pandangan diri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki.

Dari uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademis merupakan pandangan diri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki.


(35)

2. Aspek-aspek Konsep Diri Akademik

Carlock (1999) mengungkapkan bahwa aspek-aspek konsep diri akademik tidak berbeda dengan konsep diri, yaitu adanya pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademis, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai, dan sebagainya (Carlock, 1999). Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya. Akhirnya dalam membandingkan dirinya dengan anggota kelompok, individu menjuluki dirinya dengan orang lain.

b. Harapan

Ketika individu mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang siapa dirinya, ia juga mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan ia akan menjadi apa di masa depan. Carlock (1999) menyatakan bahwa individu memiliki harapan mengenai kemampuan akademis yang dimiliki seperti halnya harapan terhadap dirinya secara keseluruhan. Harapan atau tujuan individu, tentunya akan membangkitkan kekuatan yang mendorong dirinya untuk mengembanngkan kemampuannya tersebut.


(36)

c. Penilaian individu

Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Menurut Carlock (1999) bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, dan sebagainya, akan timbul perasaan-perasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Hasil pengukuran ini disebut dengan harga diri. Jika dihubungkan dengan bidang akademisnya, menurut Marsh (2003), hal ini berarti seberapa besar individu menyukai kemampuan akademisnya.

3. Jenis-jenis Konsep Diri Akademik

Carlock (1999) menyatakan konsep diri akademis terbagi atas konsep diri akademis positif dan konsep diri akademis negatif. Siswa yang memiliki konsep diri akademis yang positif akan membawa perasaan nyaman bagi siswa dalam menjalankan tugas belajarnya. Untuk siswa dengan konsep diri akademis negatif memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam berbuat kecurangan dalam tes daripada siswa dengan konsep diri akademis positif. Ini dikarenakan siswa yang memiliki konsep diri akademis positif umumnya cukup mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka menyadari dengan baik kekuatan dan kelemahannya untuk berkembang dan memperbaiki diri.


(37)

C. MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan tersebut.

Asrama merupakan bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni disetiap kamar-kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen.

Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, miasalnya apartemen. Menurut Ernest Burden, dormitory is a multiple-occupancy building which contains a series of sleeping rooms, bath rooms, and common areas (Illustrated Dictionary of Architecture).

Maka dapat disimpulkan bahwa asrama mahasiswa adalah sebuah bangunan tempat tinggal yang ditujukan untuk suatu kelompok orang yang sedang


(38)

menjalani pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Sementara mahasiswa penghuni asrama adalah sekelompok orang yang belajar di perguruan tinggi, baik universitas, institusi atau akademi yang tinggal disuatu penginapan yang disediakan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara, sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia juga memiliki asrama mahasiswa. Asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara terdapat di dua tempat yaitu asrama putri yang terletak di Jl. Universitas dan asrama putra yang terletak di Jl. Dr. T. Mansur di lingkungan kampus Padang Bulan. Asrama ini dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam melakukan aktifitas sehari-hari karena berada di dalam kampus.

a. Asrama Putri

Mahasiswa yang diperkenankan tinggal di asrama putri adalah :

1) Mahasiswa putri program reguler jenjang S1, D4 dan D3 yang telah duduk sekurang-kurangnya di semester IV serta mempunyai IPK minimal 2,50. 2) Mahasiswa yang ingin bertempat tinggal di asrama putri ini bersedia

membayar uang pangkal Rp 50.000 serta membayar iuran setiap bulan sebesar Rp 50.000 melalui kepala asrama putri.

3) Mahasiswa bersangkutan berasal dari orangtua yang tidak mampu serta berasal dari luar kota Medan.

4) Mempunyai minat dan bakat khusus di bidang tertentu seperti kesenian, olahraga, organisasi intra, serta belum menikah.


(39)

b. Asrama Putra

Mahasiswa yang diperkenankan tinggal di asrama putra adalah :

1) Mahasiswa USU dan mempunyai nomor induk (NIM tahun ajaran baru). 2) Mengisi Formulir penghuni diketahui Fakultas.

3) Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

4) Menandatangani surat pernjanjian yang disetujui unit asrama mahasiswa KKB USU dan peraturan penghunian asrama mahasiswa KKB USU. 5) Menyediakan pas photo ukuran 1,5x2 cm = 2 lembar, 3x4 = 2 lembar. 6) Membayar biaya masuk (sewa kamar Rp.75.000, uang jaminan Rp.

150.000, uang pendaftaran Rp.15.000).

D. HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN

SELF-REGULATED LEARNING

Self-regulated learning merupakan proses dimana peserta didik mengaktifkan pikirannya, perasaan dan tindakan yang diharapkan dapat mencapai tujuan khusus pendidikan (Zimmerman, Bonner & Kovach, 2003). Selain itu, Schunk & Zimmermann (1998) menegaskan bahwa peserta didik yang bisa dikatakan sebagai self-regulated learners adalah yang secara metekognisi, motivasional dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar. Peserta didik dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain.


(40)

Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-mengulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positifnya tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Schunk, dalam Schunk & Zimmerman, 1998).

Konsep self-regulated learning bukan kemampuan mental seperti intelegensi atau kemampuan akademik tetapi lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1998). Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar mereka secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang mereka inginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain. Jika individu sudah mulai menerapkan usaha belajar secara langsung tanpa bergantung pada orang lain, maka individu sudah mampu menjadi pengatur bagi dirinya sendiri. Dengan demikian individu akan mampu mengarahkan diri pada strategi-strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Kemampuan individu untuk mengarahkan diri yang dimaksud harus diimbangi dengan pemahaman akan kelebihan dan kelemahan yang ada dalam dirinya di bidang akademik. Pandangan individu tentang bagaimana dirinya sendiri di bidang akademik inilah yang disebut dengan konsep diri akademik. (Calhoun dan Acocella, 1990).


(41)

Konsep diri akademik yang dimiliki mahasiswa turut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, dimana jika mahasiswa memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan memiliki keyakinan untuk meraih prestasi. Sebaliknya jika mahasiswa memiliki pandangan yang negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan merasa tidak mampu untuk meraih prestasi (Gage & Berliner, 1988). Dalam peningkatan prestasinya, mahasiswa perlu untuk menampilkan seluruh potensi akademik yang dimiliki. Hal ini dapat tercapai apabila siswa memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis (Gage & Berliner, 1988). Dikaitkan dengan self regulated learning hal yang sama juga dikemukakan oleh Cobb (2003), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi self regulated learning salah satunya adalah motivasi. Jika motivasi positif berasal dari dalam diri individu cenderung akan memberikan hasil yang positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik.

Konsep diri akademis dapat dikatakan sebagai konsep diri yang khusus berhubungan dengan akademis siswa. Konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya (Marsh, 2003).

Pemahaman terhadap kemampuan akademis akan membawa seseorang pada pengembangan potensi yang dimiliki. Begitu juga dengan pemahaman akan kelemahan diri akan membawa diri pada peningkatan potensi dan mampu mengatasi kelemahan diri. Pemahaman terhadap kemampuan akademik yang ada


(42)

dalam diri individu juga akan mempengaruhi bagaimana individu menetapkan strategi belajar yang tepat untuk diri sendiri agar tujuan dari belajar dapat tercapai.

E. HIPOTESA

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama”. Hipotesis ini memiliki makna semakin positif konsep diri mahasiswa maka semakin baik pula kemampuan self-regulated learning mahasiswa tersebut.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Suatu penelitian agar memiliki hasil yang dapat diuji kebenaran dan dipertanggungjawabkan isinya harus disusun berdasarkan metode penelitian yang ilmiah. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan konsep diri terhadap self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menjadi pilihan peneliti karena peneliti ingin melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tergantung. Metode penelitian kuantitatif dirasa cukup tepat untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak menggunakan angka-angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data yang diperoleh sampai kepada penampilan hasilnya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Azwar (2010), penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerical yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis). Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Korelasional yaitu penelitian atau penelaahan hubungan dua variabel atau lebih pada suatu situasi atau


(44)

sekelompok subjek ( Soekidjo, 2002 ); yaitu untuk mencari hubungan antara konsep diri akademik terhadap self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 1997).

B. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL Variabel Y : Self-regulated learning

Definisi Operasional : merupakan kemampuan individu untuk mengatur diri dalam belajar dengan mengaktifkan pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai tujuan belajar dengan menerapkan strategi-strategi evaluasi terhadap diri, mengatur dan mengubah materi pelajaran, membuat rencana dan tujuan belajar, mencari informasi, mencatat hal penting, mengatur lingkungan belajar, konsekuensi setelah mengerjakan tugas, mengulang dan mengingat, meminta bantuan teman sebaya, meminta bantuan guru, meminta bantuan orang dewasa, mengulang tugas atau test sebelumnya, mengulang catatan, mengulang buku pelajaran.

Dalam penelitian ini, self-regulated learning akan diukur dengan menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons tersebut. Tinggi rendahnya self-regulated learning dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala self-regulated learning. Semakin tinggi skor skala yang


(45)

diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki self-regulated learning yang tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki self-regulated learning yang rendah.

Variabel X : Konsep Diri Akademik

Definisi Operasional : Konsep diri akademik adalah bagaiman individu melihat dirinya sendiri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Konsep diri akademik diungkap dari skala konsep diri akademik yang disusun berdasarkan aspek pengetahuan, harapan dan penilaian individu. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, maka semakin positif konsep diri akademik yang dimiliki, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin negatif pula konsep diri akademik yang dimiliki.

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

Menurut Hadi (2000), populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat yang sama atau ciri-ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang tinggal di asrama mahasiswa baik asrama putra maupun asrama putri angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013.


(46)

2. Sampel

Menurut Hadi (2000), sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi. Sampel dari penelitian ini berjumlah 100 orang. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tidak dalam masa Penundaan Kegiatan Akademik.

3. Metode Pengambilan Sampel

Untuk memperoleh sampel penelitian dalam penelitian ini digunakan teknik nonprobability dimana tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel (Hadi, 2000). Teknik nonprobability yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidentalsampling. Incidental sampling diperoleh semata-mata dari keadaan-keadaan insidental atau kebetulan. Setiap orang yang ditemui di lapangan yang memenuhi karakteristik subjek penelitian ini akan ditanya kesediaannya mengisi skala.


(47)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan ada dua jenis, skala yang pertama adalah Skala Konsep Diri Akademik dan yang kedua adalah Skala Self-regulated learning yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Skala yang digunakan adalah skala model Likert. Setiap item dalam skala ini akan diberikan 5 pilihan jawaban mulai dari SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (netral), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai) tergantung pilihan jawaban mana yang paling menggambarkan keadaan sampel.

1. Skala Self-regulated Learning

Self-regulated learning akan diukur dengan menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) yaitu: (1) Evaluasi terhadap diri (self-evaluating), (2) Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), (3) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), (4) Mencari informasi (seeking information), (5) Mencatat hal penting (keeping record & monitoring), (6) Mengatur lingkungan belajar (environtmental structuring), (7) Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating), (8) Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), (9) Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), (10) Meminta bantuan guru (seek teacher assistance), (11) Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance), (12) Mengulang tugas atau test


(48)

sebelumnya (review test/work), (13) mengulang catatan (review notes), dan (14) mengulang buku pelajaran (review text book).

Setiap aitem dalam skala self-regulated learning terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (netral), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek.

Skala disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1–5. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: STS=1, TS=2, R=3, S=4, SS=5. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: STS=5, TS=4, R=3, S=2, SS=1.

Blue print aitem uji coba skala self-regulated learning dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Blue Print Uji Coba Skala Self-regulated Learning

No Strategi Aitem Total Bobot

Favo Unfavo 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) 28, 29,

57

1, 56 5 7,14%

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)

27, 30 2, 55, 58 5 7,14% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal

setting & planning)

26, 31, 59

3, 54 5 7,14%

4. Mencari informasi (seeking information) 25, 32, 60

4, 53 5 7,14%

5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

24, 33, 61

5, 52 5 7,14%

6. Mengatur lingkungan belajar (environtmental structuring)

23, 34, 62

6, 51 5 7,14%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating)

22, 35, 63

7, 50 5 7,14%

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

21, 36, 64

8, 49 5 7,14%


(49)

assistance) 65 10. Meminta bantuan guru (seek teacher

assistance)

19, 38, 66

10, 47 5 7,14% 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult

assistance)

18, 39, 67

11, 46 5 7,14% 12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

(review test/work)

17, 40, 68

12, 45 5 7,14% 13. mengulang catatan (review notes) 16, 41,

69

13, 44 5 7,14% 14. mengulang buku pelajaran (review text

book)

15, 42, 70

14, 43 5 7,14%

TOTAL 42 28 70 100%

2. Skala Konsep Diri Akademik

Konsep diri akademik akan diukur dengan menggunakan skala konsep diri akademik yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tiga dimensi dari konsep diri akademik Carlock (1999) yaitu :

a. Pengetahuan

Pengetahuan meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademis, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai, dan sebagainya (Carlock 1999). Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya. Akhirnya dalam membandingkan dirinya dengan anggota kelompok, individu menjuluki dirinya dengan orang lain.

b. Harapan

Ketika individu mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang siapa dirinya, ia juga mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan ia akan menjadi apa di masa depan. Carlock (1999) menyatakan bahwa individu


(50)

memiliki harapan mengenai kemampuan akademis yang dimiliki seperti halnya harapan terhadap dirinya secara keseluruhan. Harapan atau tujuan individu, tentunya akan membangkitkan kekuatan yang mendorong dirinya untuk mengembanngkan kemampuannya tersebut.

c. Penilaian individu

Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Menurut Carlock (1999) bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, dan sebagainya, akan timbul perasaan-perasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Hasil pengukuran ini disebut dengan harga diri. Jika dihubungkan dengan bidang akademisnya, menurut Marsh (2003), hal ini berarti seberapa besar individu menyukai kemampuan akademisnya.

Setiap aitem dalam skala konsep diri akademikterdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (netral), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1–5. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: STS=1, TS=2, R=3, S=4, SS=5. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: STS=5, TS=4, R=3, S=2, SS=1.

Blue print aitem uji coba skala konsep diriakademik dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:


(51)

Tabel 2. Blue Print Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik

No Dimensi Aitem Total Bobot

Favorable Unfavorable 1. Pengetahuan 1, 2, 25, 26, 27,

31, 33, 48, 52, 58

3, 4, 28, 29, 30, 32, 34, 47, 49, 55

20 33.33%

2. Pengharapan 5, 6, 19, 20, 21, 35, 37, 46, 53, 59

7, 8, 22, 23, 24, 36, 38, 45, 50, 56

20 33.33%

3. Penilaian 9, 10, 13, 14, 15, 39, 41, 44, 54, 60

11, 12, 16, 17, 18, 40, 42, 43, 51, 57

20 33.33%

TOTAL 30 30 60 100%

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas alat ukur

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar, 2000). Di dalam penelitian ini dilakukan uji validitas berdasarkan validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional (professionaljudgement) dalam proses telaah soal. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas alat ukur

Karena penelitian ini bersifat kuantitatif maka analisa data yang digunakan adalah alat analisis yang bersifat kuantitatif yaitu model statistik. Sesuai dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel X (konsep diri akademik), dan variabel Y (self-regulated learning), maka peneliti menggunakan teknik analisa product moment oleh Pearson.


(52)

Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Formulasi koefisien korelasi Product Moment dari Pearson digunakan bagi tes-tes yang setiap aitemnya diberi skor kontiniu. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2000). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package For the Social Science) versi 17.0 for Windows.

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar,2000). Dalam penelitian ini digunakan batasan rix ≥ 0.40. Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.

Setelah melalui uji daya beda aitem, peneliti melakukan pengujian reliabilitas. Menurut Azwar (2000), reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi


(53)

internal, yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik yang digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Teknik koefisien alpha untuk menguji reliabilitas alat ukur dihitung dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Setelah menyusun alat ukur maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan kepada 85 mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang tinggal dalam kostan.

1. Skala Self-regulated Learning

Uji coba skala Self-regulated Learning menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan jumlah aitem yang diujicobakan adalah sebanyak 70 aitem. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala self-regulated learning ini akan dijelaskan dalam tabel 3.

Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Self-regulated Learning

No Strategi Aitem Total Bobot

Favo Unfavo 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) 28, 29,

57

1, 56 5 7,14% 2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran

(organizing and transforming)

27, 30 2, 55, 58 5 7,14% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal

setting & planning)

26, 31, 59


(54)

60 5. Mencatat hal penting (keeping record &

monitoring)

24, 33, 61

5, 52 5 7,14%

6. Mengatur lingkungan belajar

(environtmental structuring)

23, 34, 62

6, 51 5 7,14%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating)

22, 35, 63

7, 50 5 7,14%

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

21, 36, 64

8, 49 5 7,14%

9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

20, 37, 65

9, 48 5 7,14% 10. Meminta bantuan guru (seek teacher

assistance)

19, 38, 66

10, 47 5 7,14% 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult

assistance)

18, 39, 67

11, 46 5 7,14% 12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

(review test/work)

17, 40, 68

12, 45 5 7,14% 13. mengulang catatan (review notes) 16, 41,

69

13, 44 5 7,14% 14. mengulang buku pelajaran (review text

book)

15, 42, 70

14, 43 5 7,14%

TOTAL 42 28 70 100%

Keterangan :

Nomor yang ditebalkan adalah aitem yang gugur.

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 70 aitem skala konsep diri akademik diperoleh 52 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0.40 ). Nil ai koefisien alpha sebesar 0,954. Koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,415 hingga 0,716.

Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4.


(55)

Tabel 4. Blue Print Skala Self-regulated Learning

No Strategi Aitem Total Bobot

Favo Unfavo 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) 23, 24,

40

39 4 7.69%

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)

22, 1, 38, 41 4 7.69% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal

setting & planning)

21, 25, 42

2, 37 5 9.61% 4. Mencari informasi (seeking information) 20, 43 3 3 5.79% 5. Mencatat hal penting (keeping record &

monitoring)

19, 26, 44

4 4 7.69%

6. Mengatur lingkungan belajar

(environtmental structuring)

45 5 2 3.84%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating)

18, 46 6 3 5.79%

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

17, 27, 47

7, 36 5 9.61% 9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer

assistance)

16, 28, 48

3 5.79%

10. Meminta bantuan guru (seek teacher assistance)

29, 49 8, 35 4 7.69% 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult

assistance)

9 1 1.92%

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

15, 30, 50

10, 34, 5 9.61% 13. mengulang catatan (review notes) 14, 31,

51

11 4 7.69%

14. mengulang buku pelajaran (review text book)

13, 32, 52

12, 33, 5 9.61%

TOTAL 32 20 52 100%

2. Skala Konsep Diri Akademik

Uji coba skala Konsep Diri Akademik menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan jumlah aitem yang diujicobakan adalah sebanyak 60 aitem. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala konsep diri akademikini akan dijelaskan dalam tabel 5.


(56)

Tabel 5. Blue Print Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Akademik

No

Dimensi Aitem Total Bobot

Favorable Unfavorable

1. Pengetahuan 1, 2, 25,

26, 27, 31, 33, 48, 52, 58

3, 4, 28, 29, 30, 32, 34, 47, 49, 55

20 33.33%

2. Pengharapan 5, 6, 19,

20, 21, 35, 37, 46, 53, 59

7, 8, 22, 23, 24, 36, 38, 45, 50, 56

20 33.33%

3. Penilaian 9, 10, 13,

14, 15, 39, 41, 44, 54, 60

11, 12, 16, 17, 18, 40, 42, 43, 51, 57

20 33.33%

TOTAL 30 30 60 100%

Keterangan :

Nomor yang ditebalkan adalah aitem yang gugur.

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 60 aitem skala konsep diri akademik diperoleh 32 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0.40 ). Nilai koefisien alpha sebesar 0,935. Koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,425 hingga 0,695.

Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 6.


(57)

Tabel 6. Blue Print Skala Konsep Diri Akademik No

Dimensi Aitem Total Bobot

Favorable Unfavorable

1. Pengetahuan 30, 1, 15, 16, 17,

18, 27,

7 21.87%

2. Pengharapan 10, 11, 20,

24, 31,

12, 13, 14, 19, 25, 28,

11 34.37%

3. Penilaian 2, 4, 5, 6,

21, 32,

3, 7, 8, 9, 22, 23, 26, 29,

14 43.75%

TOTAL 12 20 32 100%

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian a. Pembuatan alat ukur

Sebelum alat ukur dibuat maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan aspek-aspek dari suatu alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu skala konsep diri akademik dan skala self-regulated learning. Skala konsep diri akademik yang dirancang sendiri oleh peneliti peneliti berdasarkan tiga dimensi dari konsep diri Carlock (1999) . Skala konsep diri akademik ini terdiri dari 60 aitem. Skala self-regulated learning juga dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan atas empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons. Skala self-regulated learning terdiri dari 70 aitem.


(1)

Lampiran 2 : Buklet skala pengambilan data

Kata Pengantar

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerjasama dari anda dalam mengisi skala ini.

Skala ini terdiri dari sejumlah pernyataan, cara menjawab skala ini akan dijelaskan di dalam petunjuk pengisian skala dan kemudian periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada nomor yang tidak diisi (terlewatkan).

Tidak ada jawaban yang dianggap salah dalam skala ini, yang diharapkan adalah jawaban yang paling mendekati keadaan anda yang sesungguhnya.

Saya sangat mengharapkan anda memberikan jawaban yang jujur, terbuka dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Semua jawaban dan identitas anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Kesediaan anda merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini, untuk itu saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Hormat saya,

Artha Rumahorbo 101301035


(2)

Identitas Diri

Nama/Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin* : L/P *Lingkari yang perlu

Petunjuk Pengisian

Berikut ada sejumlah pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan pernyataan berdasarkan keadaan diri Anda yang sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan Anda. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 4 pilihan, yaitu:

 SS : Pernyataan Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda  S : Pernyataan Sesuai dengan keadaan diri Anda

 TS : Pernyataan TidakSesuai dengan keadaan diri Anda  STS : Pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda Contoh Pengisian:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya enggan bertanya pada senior tentang materi

pelajaran X

Jika ingin mengganti jawaban, Anda dapat melakukannya seperti ini:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya enggan bertanya pada senior tentang materi

pelajaran X X

Pastikan tidak ada nomor yang terlewati!


(3)

Skala I

NO Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tidak menerapkan berbagai strategi untuk mempertajam ingatan dalam belajar

2. Akibat kesibukan saya yang padat, saya tidak memiliki waktu untuk belajar

3. Saya tidak tertarik mencari bahan kuliah tambahan untuk melengkapi bahan kuliah yang ada

4. Saya tidak menandai topik-topik yang penting ketika membaca buku pelajaran

5. Pada saat mengikuti kuliahn, saya lebih memilih tempat duduk di belakang daripada di depan

6. Saya langsung mengumpulkan tugas tanpa memeriksa jawabannya kembali

7. Saya tidak tertarik mempelajari ulang tugas-tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran

8. Bila saya kurang memahami tugas yang diberikan dosen, saya membiarkan tugas tersebut tanpa penyelesaian

9. Saya enggan bertanya pada senior tentang materi pelajaran

10. Saya merasa tidak perlu mengulang kembali materi pelajaran yang telah disampaikan dosen

11. Bila saya tidak dapat menghadiri perkuliahan saya tidak melengkapi catatan kuliah yang tertinggal 12. Saya tidak mencari buku acuan yang

direkomendasikan oleh dosen

13. Saya memanfaatkan perpustakaan untuk mencari buku tambahan dan melengkapi materi yang diberikan dosen

14. Saya selalu mencatat penjelasan dosen

15. Saya mereview kembali hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan bersama teman-teman

16. Saya sering mengajak teman untuk berdiskusi materi pembelajaran

17. Saya membaca materi pelajaran berulang-ulang 18. Saya harus bisa mengerjakan tugas tepat waktu

19. Saya mencatat dan menyimpan hasil diskusi kelompok 20. Saya berusaha mencari bahan kuliah tambahan untuk

melengkapi bahan kuliah yang saya miliki

21. Saya menentukan target IP yang harus saya peroleh di setiap semester

22. Materi kuliah yang diberikan hari ini, telah saya pelajari sehari sebelumnya agar dapat memahaminya


(4)

dengan baik

23. Jika mendapatkan nilai yang rendah dalam ujian, saya akan menambah waktu belajar saya

24. Jika target nilai tidak tercapai, saya mencari tahu penyebabnya

25. Saya menentukan target nilai setiap mata kuliah yang saya ambil

26. Saya menggarisbawahi hal-hal yang penting sebagai kata kunci ketika membaca materi pelajaran

27. Saya menggunakan cara-cara yang unik untuk

memudahkan saya dalam mengingat materi pelajaran 28. Saya melakukan diskusi kelompok dengan teman agar

bisa menyelesaikan tugas yang sulit

29. Bertanya pada dosen akan memberikan jawaban yang memuaskan

30. Saya mencoba mengerjakan kembali soal-soal ujian yang tidak bisa saya selesaikan agar lebih

memahaminya

31. Saya memeriksa kembali apakah catatan kuliah yang saya miliki sudah lengkap atau belum

32. Saya menggunakan sumber bacaan lain selain buku teks supaya lebih memahami suatu materi yang disampaikan dosen

33. Saya hanya menggunakan satu saja buku pedoman utama

34. Saya tidak tertarik mempelajari ulang materi kuliah di rumah

35. Jika saya belum mengerti mengenai suatu topik pelajaran, saya akan diam saja

36. Saya tidak punya waktu untuk mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya

37. Saya tidak mempersiapkan hal-hal yang diperlukan sebelum mengikuti perkuliahan

38. Saya menunda belajar dan memilih pergi bersama pacar/teman walaupun esok hari ada ujian

39. Setelah mempelajari suatu materi kuliah, saya tidak tertarik untuk menguji seberapa jauh saya memahami isi materi tersebut

40. Saya menyimpan hasil ujian/tes/kuis untuk

mengetahui sejauh mana kemajuan saya dalam belajar 41. Saya belajar jika ada ujian saja

42. Saya menentukan batas waktu dalam menyelesaikan tugas kuliah

43. Jika salah dalam menjawab soal ujian, saya berusaha mencari tahu jawaban yang benar


(5)

44. Saya mencatat hal-hal penting dari setiap topik materi yang akan diujikan

45. Saya menata tempat/ruang belajar agar membuat saya nyaman dalam belajar

46. Saya memeriksa kembali tugas yang telah saya kerjakan untuk memastikan bahwa saya

mengerjakannya dengan benar

47. Saya berlatih mengerjakan soal latihan agar mudah mengingat suatu materi

48. Saya meminta bantuan teman untuk menguji apakah saya telah menguasai materi yang akan diujikan 49. Saya bertanya pada dosen jika kurang memahami

suatu materi kuliah

50. Menjelang ujian, saya mempelajari ulang tugas-tugas dan soal-soal terdahulu yang berkaitan dengan materi pelajaran

51. Saya membaca catatan berulang kali supaya lebih mudah mengingat pelajaran yang akan diujikan besok 52. Saya menyimpan buku dan materi kuliah lainnya

dengan rapi agar mudah menemukannya saat diperlukan

Skala II

NO Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tidak suka mengerjakan tugas kuliah

2. Saya mampu mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh di bangku kuliah dalam kehidupan sehari-hari

3. Saya tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan 4. Saya menikmati setiap pekerjaan yang saya lakukan

dalam belajar

5. Saya merasa bahwa saya adalah mahasiswa yang cerdas

6. Hasil yang saya peroleh dalam perkuliahan saya terapkan dalam masyarakat

7. Apa yang saya lakukan selalu tampak tidak baik 8. Saya tidak bisa menyelesaikan semua tugas

perkuliahan dengan baik

9. Saya tidak belajar sebanyak yang saya bisa lakukan 10. Orang tua saya puas dengan hasil perkuliahan saya 11. Saya sudah mendekati pencapaian cita-cita saya 12. Saya tidak memiliki target yang pasti untuk menjadi

orang sukses

13. Saya tidak yakin dengan masa depan saya


(6)

15. Mengikuti tes adalah hal yang sulit bagi saya

16. Saya tidak punya talenta yang baik dalam mata kuliah yang saya ikuti

17. Saya kesulitan membuat ringkasan dari suatu tulisan ilmiah

18. Saya tidak tahu bagaimana menulis sebuah tulisan ilmiah

19. Saya belum bisa memastikan akan menjadi apa saya dimasa yang akan datang

20. Saya sudah bisa membayangkan akan seperti apa saya dimasa depan

21. Saya punya talenta yang baik dalam bidang yang saya geluti saat ini

22. Saya jarang menerapkan ilmu saya kepada masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari

23. Saya kurang menikmati perkuliahan yang saya lakukan saat ini

24. Saya memiliki target yang jelas agar bisa menjadi orang sukses

25. Saya sering memprediksikan bahwa saya akan gagal dalam ujian

26. Tidak peduli seberapa banyak usaha saya, saya tidak akan berhasil

27. Saya kesulitan dalam membuat suatu tulisan ilmiah 28. Orang tua saya tidak puas dengan hasil yang saya

peroleh

29. Saya kesulitan menerapkan ilmu yang saya peroleh dalam kehidupan sehari-hari

30. Saya termasuk mahasiswa yang kompeten dalam bidang saya

31. Saya akan menjadi orang yang sukses menerapkan ilmu yang saya peroleh di perkuliahan

32 Saya bisa mengatur dengan baik waktu belajar saya

PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA JANGAN ADA YANG TERLEWATKAN!


Dokumen yang terkait

Pengaruh Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Yang Aktif Berorganisasi Di Universitas Sumatera Utara

15 117 62

Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja.

8 55 146

Hubungan antara Self-efficacy dengan Self-regulated Learning pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

10 89 124

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

5 30 219

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MAHASISWA Hubungan Antara Self-Regulated Learning Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

Case Processing Summary - Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. - Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

0 0 10

Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

0 4 12

Hubungan antara self-regulated learning dan stres akademik pada mahasiswa - USD Repository

1 0 118