Koridor Jalan Perniagaan Sebagai Tujuan Wisata Belanja Kota Medan
KORIDOR JALAN PERNIAGAAN SEBAGAI TUJUAN WISATA BELANJA KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH
HILDA SYARIKA NST 100406039
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
KORIDOR JALAN PERNIAGAAN SEBAGAI TUJUAN WISATA BELANJA KOTA MEDAN
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
HILDA SYARIKA NST 100406039
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
PERNYATAAN
KORIDOR JALAN PERNIAGAAN SEBAGAI TUJUAN WISATA BELANJA KOTA MEDAN
SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014 Penulis,
(4)
Judul Skripsi : Koridor Jalan Perniagaan Sebagai Tujuan Wisata Belanja Kota Medan
Nama Mahasiswa : Hilda Syarika Nst Nomor Pokok : 100406039 Departemen : Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
(Dr. Beny O Y Marpaung, ST, MT.)
Koordinator Skripsi,
Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc
Ketua Program Studi,
Ir. N. Vinky Rahman, MT
(5)
Telah diuji pada Tanggal : 14 Juli 2014
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Dr. Beny O Y Marpaung, ST, MT. Anggota Komisi Penguji : 1. Andalucia, ST, MSc.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat, serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Koridor Jalan Perniagaan Sebagai Tujuan Wisata Belanja Kota Medan” dengan baik. Shalawat beserta salam juga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.
Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan, bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu penullis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Beny O Y Marpaung, ST, MT. selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang selalu mencurahkan rizki-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Papa dan Mama yang senantiasa selalu memberikan dukungan yang sangat besar dan telah membantu baik materi maupun moril serta doanya.
3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. Selaku Ketua Jurusan Arsitektur USU. 4. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. dan Ir. Bauni Hamid, M.DesS.
selaku koordinator skripsi yang selalu memberikan arahan, informasi dan bimbingan kepada penulis.
5. Seluruh staff pengajar, Bapak Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.
6. Isa, Nurul dan seluruh keluarga besar yang telah mendukung dan memberi motivasi penulis dalam berbagai hal.
7. Suami penulis, Arfian Amin Nst yang selalu membantu dan memberi semangat bagi penulis serta telah sabar menghadapi penulis selama menyelesaikan skripsi ini
8. Teta, Kak Dedek, Tya dan Indhi sebagai sahabat penulis yang selalu memberikan motivasi dan selalu ada setiap saat untuk penulis.
9. Puding, Papan, Anka dan Reni yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis kapanpun di manapun dalam suka maupun duka. 10.Teman teman stambuk 2010 yang telah menemani saya selama menempuh
(7)
11.Serta semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan pada kesempatan kali ini karena keterbatasan penulis namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.
Seperti kata pepatah bahwa tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.
Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, Juli 2014 Penulis
(8)
ABSTRAK
KORIDOR JALAN PERNIAGAAN SEBAGAI TUJUAN WISATA BELANJA KOTA MEDAN
Kota Medan merupakan kota tersbesar ketiga setelah kota Jakarta dan Surabaya. Di kota ini sendiri memiliki beberapa tempat wisata salah satunya wisata belanja. Wisata belanja yang paling terkenal di kota Medan adalah koridor jalan Perniagaan. Wisatawan lokal, wisatawan mancanegara maupun penduduk lokal kota Medan sendiri cukup sering datang ke koridor jalan ini. Koridor jalan Pernigaan memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dari waktu ke waktu. Hal ini bisa disebabkan dikarenakan koridor jalan ini memiliki daya tarik tersendiri, dilihat dari segi aktivitas, daya tarik, aksesbilitas ataupun fasilitas yang terdapat di koridor jalan Perniagaan. Koridor jalan Perniagaan juga dapat mendukung pariwisata di kota Medan, jadi ini merupakan hal yang penting untuk membuat tempat ini menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Koridor Jalan, Aktivitas, Daya Tarik, Aksesbilitas, Fasilitas ABSTRACT
Medan city is the third largest city after Jakarta and Surabaya. In the city itself has several tourist attractions and one of them is shopping. The most famous shopping tour in the city of Medan is Perniagaan Street Corridor. Local travelers, foreign tourists and local residents of Medan city itself is quite often come to this street corridor. Pernigaan Street Corridor has a high level of activity. This could be due to the street corridor which has its own charm in terms of activity, attraction, accessbility or facilities that located at Perniagaan Street Corridor.Perniagaan Street Corridor can be one of the the main income for the tourist sector in Medan, so it is important thing to make it as a better place in the future.
(9)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 3
1.5Kerangka Berfikir... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Koridor ... 6
2.1.1 Koridor Komersil ... 7
2.1.1.1 Elemen-elemen Koridor Komersil ... 7
2.2 Wisata ... 9
2.2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 12
(10)
2.2.3 Aksesbilitas ... 16
2.2.4 Pengembangan Pariwisata ... 17
2.3 Studi Banding ... 18
2.3.1 Malioboro Yogyakarta ... 18
2.4 Konsep Teori ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Variabel Penelitian ... 21
3.3 Populasi/Sampel ... 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4.1 Data Primer ... 25
3.4.2 Data Sekunder ... 27
3.5 Kawasan Penelitian ... 27
3.5.1 Koridor Jalan Perniagaan ... 27
3.5.2 Koridor Jalan Perniagaan dari Waktu ke Waktu ... 29
3.6 Metode Analisa Data ... 30
(11)
4.1 Koridor Jalan Perniagaan sebagai Koridor Berbelanja ... 32
4.1.1 Proporsi Bangunan di Koridor Jalan Perniagaan ... 32
4.1.2 Kesatuan Bangunan Koridor Jalan Perniagaan ... 33
4.2 Aktivitas di Koridor Jalan Perniagaan ... 35
4.2.1 Someting to buy ... 36
4.3Daya Tarik di Koridor Jalan Perniagaan ... 39
4.3.1 Fasad dan Ekspresi Bangunan Koridor Jalan Perniagaan ... 40
4.3.2 Landmark Koridor Jalan Perniagaan ... 42
4.3.3 Keindahan Lingkungan Koridor Jalan Perniagaan ... 42
4.3.4 Fungsi Koridor Jalan Perniagaan ... 43
4.4 Aksesbilitas di Koridor Jalan Perniagan ... 45
4.4.1 Fasilitas Parkir Koridor Jalan Perniagaan ... 46
4.4.2 Pedestrian di Koridor Jalan Perniagaan ... 49
4.4.3 Sirkulasi Pencapaian ... 50
4.5 Fasilitas di Koridor Jalan Perniagaan ... 54
4.5.1 Fasilitas Kuliner ... 56
(12)
4.5.3 Keamanan ... 59
4.6 Kesimpulan Analisa ... 61
BAB V KESIMPULAN ... 62
5.1 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
(13)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
2.1 Pendapat dari Pakar tentang Pariwisata ... 9
2.2 Jenis Tempat Wisata Berdasarkan Jansen-Verbeke ... 13
2.3 Faktor-Faktor Daya Tarik Perkotaan (Hall, 2003) ... 14
2.4 Permasalah Aksesbilitas di Suatu Tempat Objek Wisata ... 17
3.1 Variabel Peneltian Berdasarkan Teori Gunawan (2007) Griffin (2012) dan Bromley dan Thomas (1999) ... 22
4.1 1 Kesimpulan Analisa Koridor Jalan Perniagaan dari Aspek Aktivitas, Daya Tarik, Aksesbilitas dan Fasilitas ... 61
(14)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1.1 Diagram kerangka berfikir penelitian koridor jalan Perniagaan ... 5
2.1 Jalan Maliobor yang Menjadi Wisata Belanja Khas Yogyakarta ... 18
2.2 Suasana Malioboro pada Siang dan Malam Hari ... 19
2.3 Diagram konsep teori ... 20
3.1 Gambar peta koridor jalan Perniagaan ... 27
3.2 Gambar ruko di Perniagaan ... 28
3.3 Gambar Parkiran di koridor Perniagaan ... 28
3.4 Gambar suasana di koridor Perniagaan ... 28
4.1 Proporsi Tinggi Bangunan dengan Lebar Jalan di Koridor Jalan Pernigaan .. 33
4.2 Bangunan Ruko Yang Didominasi dengan Dagangan Tekstil ... 33
4.3 Peta Bangunan Komersil di Koridor Jalan Perniagaan ... 34
4.4 Bangunan Permukimam Penduduk (Tjong Afie) yang Terletak di antara Bangunan Komersil ... 34
4.5 Aktivitas Berbelanja yang Mendominasi Koridor Jalan Perniagaan ... 35
(15)
4.7 Peta Perdagangan Satuan dan Grosir di Koridor Jalan Perniagaan ... 37
4.8 Grafik Motivasi Berbelanja Para Pengunjung... 38
4.9 Grafik Daerah Asal Pengunjung di Koridor Jalan Perniagaan ... 39
4.10 Fasad Bangunan di Sepanjang Jalan Koridor Jalan Perniagaan ... 40
4.11 Grafik Daya Tarik di Koridor Jalan Perniagaan ... 41
4.12 Lingkungan di Sekitar Koridor Jalan Perniagaan ... 43
4.13 Grafik Alasan Berbelanja Barang Dagangan Tekstil di Koridor Jalan Perniagaan ... 44
4.14 Grafik Transportasi yang Digunakan oleh Pengunjung Koridor Jalan Perniagaan ... 46
4.15 Keberadaan Parkir yang Hampir Memakan Setengah Jalan Perniagaan ... 47
4.16 Fasilitas Parkir yang Menutupi Etalase Pertokoan... 48
4.17Grafik Permasalahan Aksesbilitas yang Sering Terjadi di Koridor Jalan Perniagaan ... 48
4.18 Perabot Jalan yang Berada pada Pedestrian di Koridor Jalan Perniagaan .... 49
4.19Para Pedagang yang Berjualan di dalam Pedestrian ... 50
4.20 Kondisi Kemacetan di Jalan Palang Merah ... 51
(16)
4.22 Kondisi Jalan di Jalan Perniagaan ... 52
4.23 Kemacetan yang Sering Terjadi di Koridor Jalan Perniagaan ... 52
4.24 Grafik Persepsi Masyarakat Mengenai Aksesbilitas di Koridor Jalan Perniagaan ... 53
4.25 Grafik Fasilitas di Koridor Jalan Perniagaan ... 55
4.26 Fasilitas Kuliner yang Tersedia di Koridor Jalan Perniagaan ... 56
4.27Grafik Fasilitas yang Paling Sering Dikunjungi oleh Pengunjung di Koridor Jalan Perniagaan ... 57
4.28 Hotel Kesawan Melalui Jalan Perniagaan ... 58
4.29 Hotel Grand Aston Melalui Jalan Perniagaan ... 58
4.30Tukang Parkir yang Bertugas Mengatur dan Menjaga Kendaraan ... 59
(17)
ABSTRAK
KORIDOR JALAN PERNIAGAAN SEBAGAI TUJUAN WISATA BELANJA KOTA MEDAN
Kota Medan merupakan kota tersbesar ketiga setelah kota Jakarta dan Surabaya. Di kota ini sendiri memiliki beberapa tempat wisata salah satunya wisata belanja. Wisata belanja yang paling terkenal di kota Medan adalah koridor jalan Perniagaan. Wisatawan lokal, wisatawan mancanegara maupun penduduk lokal kota Medan sendiri cukup sering datang ke koridor jalan ini. Koridor jalan Pernigaan memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dari waktu ke waktu. Hal ini bisa disebabkan dikarenakan koridor jalan ini memiliki daya tarik tersendiri, dilihat dari segi aktivitas, daya tarik, aksesbilitas ataupun fasilitas yang terdapat di koridor jalan Perniagaan. Koridor jalan Perniagaan juga dapat mendukung pariwisata di kota Medan, jadi ini merupakan hal yang penting untuk membuat tempat ini menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Koridor Jalan, Aktivitas, Daya Tarik, Aksesbilitas, Fasilitas ABSTRACT
Medan city is the third largest city after Jakarta and Surabaya. In the city itself has several tourist attractions and one of them is shopping. The most famous shopping tour in the city of Medan is Perniagaan Street Corridor. Local travelers, foreign tourists and local residents of Medan city itself is quite often come to this street corridor. Pernigaan Street Corridor has a high level of activity. This could be due to the street corridor which has its own charm in terms of activity, attraction, accessbility or facilities that located at Perniagaan Street Corridor.Perniagaan Street Corridor can be one of the the main income for the tourist sector in Medan, so it is important thing to make it as a better place in the future.
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kota Medan adalah kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya, yang dahulunya kota ini disebut dengan Tanah Deli. Populasi kepundudukan kota Medan saat ini sudah mencapai 2 juta jiwa. Kota Medan sendiri memiliki berbagai macam ragam suku di dalamnya, diantaranya suku Batak, Jawa, Tiong hoa, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Aceh. Karo dan Tamil. Dengan perkembangan yang begitu cepat, kota Medan sedang dalam tahap sebagai kota metropolis, dengan gedung-gedung pencakar langit yang terdapat dimana-mana..
Di kota Medan memiliki berbagai macam tempat wisata. Salah satu tempat wisata di kota Medan yang wajib dikunjungi adalah Mesjid Raya, Istana Maimun, Tjong Afie, Danau Linting dan sebagainya. Kebanyakan turis wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang, akan mendapatkan beberapa pilihan wisata yaitu seperti wisata bangunan bersejarah, wisata religi, wisata kuliner dan wisata belanja. Salah satu tempat wisata belanja yang terkenal di kota Medan adalah koridor jalan Perniagaan. Koridor jalan Perniagaan ini merupakan tempat wisata belanja yang paling sering dikunjungi wisatawan maupun masyarakat kota Medan sendiri. Wisatawan Asia Tenggara terutama Malaysia dan Singapore adalah wisatawan yang paling sering mengunjungi tempat ini. Walaupun koridor jalan Perniagaan sudah berdiri dari zaman Belanda tetapi kawasan ini masih sangat aktif dan sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung.
(19)
Koridor jalan Perniagaan ini merupakan tempat berbelanja barang-barang tekstil ataupun kuliner kota Medan yang sudah berdiri lebih 100 tahun tetapi masih digemari oleh masyarakat kota Medan maupun turis lokal dan mancanegara Koridor jalan Perniagaan ini sangat ramai dikunjungi saat menjelang lebaran. Letak koridor ini berada pada jantung kota Medan, atau hanya beberapa ratus meter di selatan Lapangan Merdeka. Lebih tepatnya lagi lokasinya berada di daerah kesawan yang merupakan kawasan bersejarah kota Medan. Dikalangan masyarakat kota Medan koridor jalan Perniagaan ini menyebutnya dengan nama Pasar Ikan. Nama Pasar ikan sendiri tidak mencerminkan dengan apa yang diperjual belikan di dalamnya, masyarakat awam akan menyangka bahwa apa yang diperjual belikan di pasar tersebut berupa bahan pangan ataupun hasil laut. Penamaan pasar ini sendiri rasanya sangat tidak sesuai dengan fungsi dari pasar tersebut.
Pasar ikan merupakan salah satu kejayaan pada masa lalu tetapi masih bertahan hingga sekarang. Perdagangan di tempat ini terdiri dari beragam etnik, sesuai dengan masyarakat kota Medan yang beretnik. Namun keturunan Arab juga cukup menonjol. Sedangkan pedagang Tionghoa umunya menjual tekstil dan bahan pakaian.
Dikarenakan pariwisata amat penting dalam kehidupan perkotaan, maka kita sebagai masyarakat kota Medan terutama perlu mengetahui mengapa koridor jalan perniagaan bisa menjadi salah satu kawasan wisata belanja di kota Medan. Karena bisa dilihat dan dirasakan sendiri bahwa koridor jalan ini jauh dari kata nyaman dan rapi tetapi masih sangat digemari dan aktif hingga sekarang. Karena
(20)
hal tersebut, maka memotivasi peneliti melakukan penelitian yang akan mengkaji beberapa teori tentang pariwisata perkotaan yang menyebabkan mengapa koridor jalan Perniagaan masih aktif hingga sekarang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan mengambil judul penelitian tentang “ Koridor Jalan Perniagaan Sebagai Tujuan Wisata Belanja Kota Medan”. 1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah yang menjadi daya tarik koridor jalan Perniagaan sehingg koridor ini masih sering dikunjungi oleh pengunjung dan wisatawan?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Menemukan apa alasan pengunjung mengunjungi koridor jalan Perniagaan
Menemukan apa yang menjadi daya tarik pengunjung di korido jalan Perniagaan
Batasan Penelitian ini adalah berada dalam koridor pengamatan dan interpretasi peneliti atas hasil observasi dan kuisioner dari kenyataan yang terdapat di koridor jalan Perniagaan yang ditemukan.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :
Bagi Penulis, penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar dan sebagai suatu kesempatan dalam menerapkan ilmu yang di dapat dari
(21)
teori-teori dan ilmu yang dipelajari saat perkuliahan sekaligus sebagai bahan perbandingan antara hal-hal teoritis dan praktis guna menambah wawasan ilmu pengetahuan
Bagi Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi ataupun memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian sejenis dengan mengembangkan data yang ada.
Bagi perusahaan ataupun Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan pariwisata perkotaan.
(22)
1.5Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan suatu proses berfikir peneliti dari awal penelitian hingga dapat memecahkan masalah penelitan dan mendapatkan penemuan dari yang diteliti, proses berfikir tersebut digambarkan dalam sebuah diagram (Gambar 1.1). Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini.
Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya aktivitas di koridor jalan Perniagaan menjadi isu yang penting di
kota Medan untuk diteliti
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui apa alasan pengunjung mengunjungi koridor jalan Perniagaan Mengetahui apa yang menjadi
daya tarik koridor jalan ini Mengetahui dan memahami
objek rancangan melalui informasi yang didapat Memperoleh dasar-dasar teori
yang berkaitan dengan bjek rancangan METODOLOGI Mix Method (Kuantitatif dan Kualitatif) ANALISA Analisa Deskriptif KESIMPULAN AKHIR PENEMUAN TEORI Jacobs (1995) Bromley dan Thomas (1999)
Yoeti (1996)
PERUMUSAN MASALAH
Mengapa koridor jalan Perniagaan masih sering dikunjungi oleh mayarakat lokal ataupun wisatawan?
Apakah faktor-faktor yang menyebabkan koridor jalan Perniagaan masih sangat aktif dan memiliki aktivitas yang tinggi?
PENGUMPULAN DATA
Kuisioner Observasi
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Koridor
Koridor adalah sebuah jalan yang diapit oleh dinding dari sebelah kiri maupun kanan yang merupakan ruang-ruang di sekitar jalan. Jalan dianggap sebagai area komunikasi yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya yang mempunyai fungsi saling terikat satu sama lain (Krier,Darmawan,2003). Sedangkan menurut Spreiregen (1965) , koridor adalah salah satu komponen dari urban yang berbentuk linear yang tertutup di kedua sisinya tetapi dipersatukan oleh dinding-dinding di sekitarnya.
Jacobs (1995) mengatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam perancangan koridor, yaitu sebagai berikut :
1. Adanya perbandingan proporsi antara tinggi bangunan dengan lebar jalan
2. Mempunyai fungsi yang jelas
3. Bangunan di sekitar koridor memiliki kesatuan yang saling melengkapi
Jadi dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa koridor merupakan elemen perkotaan yang berbentuk linear, yang dibentuk oleh beberapa dinding disekitarnya dan berfungsi sebagai komunikasi publik.
(24)
Koridor jalan perniagaan adalah salah satu koridor yang berfungsi sebagai tempat komersil dan pariwisata di kota Medan. Berikut akan dijelaskan beberapa pengertian dari koridor komersil dan koridor pariwisata.
2.1.1 Koridor Komersil
Koridor komersil adalah kumpulan dari toko ritel, yang melayani area perdagangan yang berada di sepanjang jalan tunggal (Philadelphia,2009). Koridor komersil adalah suatu tempat pengembangan ekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi, yang digunakan untuk menarik pengunjung dan investor (Seidman,2001). Koridor komersil sering digunakan untuk menggambarkan kebangkitan aktivtas ritel yang dianggap kurang terbenahi (Sutto,2010).
Jalan utama biasanya sering juga digunakan sebagai koridor komersil. Menurut National Trust for Historic Preservation (2012) koridor komersil bertujuan untuk meremajakan kawasan perdesaan, aset dan kebutuhan pasar, pemulihan bangunan bersejarah yang kurang berkembang.
Mc Gee dan Yeung dalam Awaty (2007) bahwa suatu sektor perdangangan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada di sekitar kawasan dimana para pedagang beraktivitas
Dari beberapa kutipan diatas maka dapat disimpulkan koridor komersil adalah koridor jalan yang berfungsi sebagai tempat perniagaan yang mempunyai dampak besar terhadap aspek ekonomi.
2.1.1.1 Elemen-Elemen Koridor Komersil
Berikut ini adalah beberapa elemen yang teradapat di koridor komersial menurut PPS (Project for Public Space) adalah sebagai berikut :
(25)
1. Kenyamanan dan identitas
a. Menciptakan budaya lokal dan identitas
b. Adanya elemen penanda sebagai informasi kepada pengunjung
c. Adanya ruang duduk untuk para pengunjug,lansekap, elemen pencahayaan yang baik, dan perabot jalan yang memberikan kemanan dan kenyamanan 2. Aksesbilitas
a. Kemudahan untuk menyebrang dan melintasi jalan
b. Mengakomodasi dan memberikan kenyamanan pada pejalan kaki c. Adanya transportasi publik
3. Fungsi dan aktivitas
a. Keragaman aktivitas seperti toko, tempat makan, dan lainnya b. Pengunjung betah berada di koridor ini
c. Aktifitas di koridor mengundang pengunjung lain berkunjung ke koridor ini
4. Mendukung fungsi sosial
a. Masyarakat dapat berkumpul di ruang koridor b. Adanya rasa memiliki terhadap koridor
c. Adanya wadah untuk melakukan kegiatan di kondisi apapun
Dapat dilihat bahwa koridor jalan Pernigaan salah satu koridor komersil yang belum memiliki keseluruhan dari elemen yang dijelaskan. Koridor jalan Perniagaan memiliki fungsi dan aktivitas tapi belum memenuhi elemen-elemen lainnya.
(26)
2.2Wisata
Wisata menurut Holloway (1994) adalah sebuah kegiatan rekreasi untuk menghabiskan waktu luang.Sedangkan Cooper (1993) mengartikan pariwisata adalah sebagai berikut :
“tourits is temporary movement to destination outside the normal home
and workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created
to cater for the needs of touris” (Cooper, et al, 1993).
Dari kalimat di atas dapat diartikan bahwa, suatu kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang mempunyai jarak dan waktu yang tertentu juga aktifitas sehari-hari seperti bekerja, berbisnis, dan yang lainnya, tetapi aktivtas tersebut di luar kegiatan yang melibatkan banyak pihak terutama dalam penggunaan fasilitas yang berhubungan dengan kepariwisataan.
No Pendapat Pengertian Wisata
1 Yoeti (1997) Pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilakukan dalam waktu tertentu dan dilakukan secara berpindah-pindah dari suatu tempat menuju tempat lain, dengan tujuan untuk menikmati perjalanan tersebut guna rekreasi juga bertamsya. Unsur yang paling penting dalam teori ini adalah perjalanan, aktivitas, tempat, waktu dan pemenuhan kebutuhan.
2 Schulard dalam Yoeti (1996) Pariwisata merupakan rangkaian aktivitas yang berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi, seperti adanya alur masuk dan keluar orang-orang asing ke daerah, kota maupun Negara.
3 Karyono (1997) Pariwisata adalah rangkaian dari beberapa kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara individual maupun kelompok di Negara sendiri ataupun Negara lain.
(27)
Dari kutipan di atas oleh para pakar dan ahli yang menjelaskan definisi dari pariwisata maka dapat diambil kesimpulan bahwa wisata merupakan rangkaian dari beberapa aktivitas yang dilakukan oleh individu maupun sekolompok yang bertujuan untuk rekreasi dari suatu tempat menuju tempat lain. Selain itu dapat disimpulkan bahwa, pelaku yang melakukan wisata akan memerlukan barang dan jasa dari awal mula pergi hingga sampai di tujuan wisata tersebut dan kembali lahi ke tempat asalnya.
Menurut Richard P Bogozzi (2001) mengatakan bahwa ada beberapa alat informasi yang bisa digunakan dalam mempromosikan suatu tempat wisata yaitu dari orang ke orang, dari orang ke tayangan komersil seperti iklan di media elektronik, orang ke produk media massa seperti brosur dan lain sebagainya dan orang ke travel agency
Menurut Tuerac (2008) ada beberapa kriteria pariwisata berdasarkan bentuknya yaitu sebagai berikut :
1. Kriteria berdasarkan daerah asal dan daerah tujuan Pariwisata lokal
Pariwisata mancanegara
2. Kriteria berdasarkan jumlah wisatawan Pariwisata individual
Pariwisata kelompok
3. Kriteria berdasarkan perencanaan pariwisata Pariwisata terencana
(28)
Pariwisata tidak terencana 4. Kriteria berdasarkan musim wisata
Pariwisata terus-menerus Pariwisata terbatas
5. Kriteria berdasarkan waktu kunjungan
Pariwisata dalam jangka waktu yang sangat lama Pariwisata dalam jangka waktu lama
Pariwisata dalam jangka waktu singkat 6. Kriteria berdasarkan transportasi
Dengan kereta api Dengan kendaraan darat Dengan transportasi laut Dengan transportasi udara
Transportasi lainnya (berjalan, bersepeda dan lain sebagainya) 7. Kriteria berdasarkan aspek sosial
Pariwisata privat Pariwisata sosial
8. Kriteria berdasarkan umur dan pekerjaan wisatawan Pariwisata anak muda
Spesifikasi untuk pariwisata dewasa Spesifikasi untuk pariwisata orang tua 9. Kriteria berdasarkan tujuan wisata
(29)
Pariwisata musiman Dan lain sebagainya
Dari beberapa kriteria diatas maka dapat kita lihat bahwa koridor jalan Perniagaan termasuk kedalam semua kriteria terkecuali berdasarkan umur dan pekerjaan wisatwan dikarenakan koridor jalan Perniagaan dapat dikunjungi oleh semua kalangan umur, mau tua ataupun muda.
2.2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik orang untuk berkunjung, dan dapat dibedakan menurut skala jangkauan tarikannya, menurut fungsi atau statusnya (primer atau sekunder) ataupun menurut kepimilikannya (Gunawan,2007).
Bromley dan Thomas (1999) mengatakan bahwa suatu objek wisata memiliki beberapa unsur yaitu adalah sebagai berikut :
1. Estetis, rekreatif, menarik dan prestisius
2. Adanya daya tarik campuran seperti fungsi, seni arsitektur dan kegiatan di ruang publik
3. Keberadaan landmark kawasan yang berbedan dengan tempat wisata lainnya
4. Fasad bangunan yang menarik 5. Ekspresi bangunan yang tepat
Dari beberapa unsure daya tarik diatas maka dapat dilihat bahwa di koridor jalan Perniagaan memiliki unsure yang menarik para pengunjung sehingga koridor tersebut masih memiliki aktivitas yang tinggi di dalamnya.
(30)
Ada juga yang mengatkan bahwa suatu tempat wisata memiliki elemen primer, elemen sekunder dan elemen tambahan. Teori tersebut juga dijelaskan dalam tabel berikut ini.
ELEMEN PRIMER ELEMEN SEKUNDER
1. TEMPAT AKTVITAS FASILITAS BUDAYA - Museum - Galeri Seni - Teater
FASILITAS HBURAN - Kasino - Festival - Klub Malam
2. TEMPAT REKREASI FISIKAL
- Bangunan Gereja - Bangunan
Bersejarah
- Taman dan Kawasan Hijau - Air, Saluran, Tepi
Sungai
CIRI SOSIAL BUDAYA - Cerita Rakyat - Bahasa
- Suasana Hidup - Adat Istiadat
- Hotel dan Fasilitas Tempat Makan
- Pasar
- Fasilitas Belanja ELEMEN TAMBAHAN - Parkir
- Penanda Jalan - Peta Kawasan
Tabel 2.2 Jenis Tempat Wisata Berdasarkan Jansen-Verbeke (1995)
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa koridor Jalan Perniagaan termasuk kedalam elemen primer yaitu bangunan bersejarah yang terdapat di sepanjang koridor ini. Koridor jalan Perniagaan juga termasuk kedalam elemen sekunder yaitu pasar dan fasilitas berbelanja yang merupakan tujuan dan aktivitas utama di dalam koridor jalan Perniagaan.
(31)
Berikut ini adalah beberapa faktor suatu tempat objek wisata dapat menarik pengunjung ataupun wisatwan :
Faktor Penarik Umum Faktor Penarik Khusus/Spesifik Unik dan Menarik Tempat yang memberikan pengalaman
yang menarik dan unik Daya tarik cultural dan sightseeing Landmark yang terkenal
Arsitektur yang menarik Catatan sejarah
Penduduk yang ramah
Perbedaan budaya dan tata cara kehidupan
Hiburan Kehidupan malam
Belanja
Musik hidup, teater dan seni Peristiwa yang menarik
Makanan dan Akomodasi Hotel bagus, restoran yang unik Makanan khusus
Tabel 2.3 Faktor-faktor Daya Tarik Perkotaan Page an Hall (2003) dalam Myra Gunawan (2007)
Tabel di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa koridor jalan Perniagaan memiliki beberapa faktor yang terdapat di atas, seperti adanya faktor yang unik dan menarik di sekitar koridor, adanya hiburan untuk berbelanja dan yang terakhir adalah terdapatnya akomodasi makanan di koridor jalan Perniagaan yang mungkin bisa menjadi faktor pengunjung datang berkunjung ke koridor tersebut.
(32)
Beda halnya dengan Kotler (1993) dalam Gunawan (2007) yang menyebutkan bahwa suatu daya tarik objek wisata dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Keindahan alam 2. Sejarah
3. Tempat pasar budaya 4. Rekreasi dan hiburan 5. Tempat olahraga 6. Acara dan festival
7. Monumen, bangunan, patung dan lain sebagainya
Bisa dilihat dari beberapa kelompok di atas bahwa koridor jalan Perniagaan termasuk kedalam kelompok tempat pasar budaya, dikarenakan menjadi salah satu aktivitas tertinggi di koridor tersebut adalah berbelanja barang-barang tekstil ataupun kain khas dari kota Medan.
2.2.2 Fasilitas
Keberadaan fasilitas di suatu tempat objek wisata adalah salah satu pendukung untuk menarik para pengunjung dan wisatawan. Bromley dan Thomas (1999) mengatakan bahwa suatu fasilitas perdagangan memiliki dua hal yaitu :
1. Ketersediaan barang dan jasa yang memenuhi target pasarnya
2. Tersedianya fasilitas penunjang sarana yaitu seperti, telepon umum, toilet umum, tempat makan dan penunjang lainnya yang disediakan untuk menunjang tempat wisata tersebut
(33)
2.2.3 Aksesbilitas
Akses di dalam pariwisata merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dikarenakan aktivitas di dalam pariwisata tergantung dari transportasi dan komunikasi karena waktu dan jarak adalah hal yang mempengaruhi keinginan wisatawan berkunjung ke tempat wisata. Unsur yang penting di aksesbilitas adalah transportasi seperti frekuensi penggunaannya, kecepatan tansportasi yang mengakibatkan jarak dari tempat asal menuju ke tempat wisata.
Selain transportas hal yang perlu diperhatikan di dalam aksesbilitas adalah prasarana seperti jalan, parkir, statsiun dan lain sebagainya. Kondisi prasarana yang baik akan mengakbatkan transportasi yang optimal. Bromley dan Thomas (1999) mengatakan bahwa suatu aksesbilitas yang baik adalah apabila kemudahan dalam pencapaian ke kawasan tersebut, tidak mengalami kesulitan yang dipengaruhi oleh kondisi jalan dan sirkulasi kendaraan (lancar tidaknya arus sirkulasi kendaraan).
Di dalam pariwisata ada beberapa permalsahan aksesbilitas yang biasanya di dapat di tempat objek wisata tersebut. Berikut ini adalah beberapa permasalah yang di dapat di suatu tempat objek wisata.
Masalah Data yang Dibutuhkan
Kemacetan lalu lintas pada jam tertentu Mencari jalur alternatif untuk mengurangi kemacetan tersebut Peran transportasi dalam budaya Adanya transportasi khas daerah untuk
menarika para pengunjung dan wisatawan
Alternatif transportasi Adanya transportasi umum yang menjadi salah satu pilihan menuju
(34)
tempat wisata
Keamanan jalur wisata Masalah keamanan terkait dengan pejalan kaki dan kendaraan
Tabel 2.4 Permasalahan Aksesbilitas di Suatu Tempat Objek Wisata , Turnbull, Griffin (2012).
Dari beberapa permasalahan yang terdapat di tabel atas, maka kita dapat melihat bahwa kondisi di jalan Perniagaan memiliki beberapa permasalahan yang perlu dibahas. Apa sajakah yang menjadi permasalah aksesbilitas yang terdapat di koridor tersebut berdasarkan tabel di atas.
2.2.4 Pengembangan Pariwisata
Adapun pengembangan suatu tempat wisata agar dikunjungi oleh para pengunjung wisatawan menurut Yoeti (1996) adalah sebagai berikut ini :
1. Tenpat wisata tersebut mempunyai daya tarik seperti atraksi wisata yang berbeda dari tempat wisata lainnya atau bisa disebut dengan “something to
see”
2. Tempat wisata tersebut banyak melakukan aktivitas yang dapat dilihat dan disaksikan dengan disertai fasilitas yang memadai atau bisa disebut
“something to do”
3. Tempat wisata tersebut menyediakan barang-barang dagangan terutama kerajinan tangan rakyat ataupun souvenir dari tempat wisata tersebut, atau
bisa disebut juga dengan “something to buy”
Ketiga unsur tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk mengembangkan koridor jalan Perniagaan dengan tidak melupakan promosi koridor tersebut.
(35)
2.3 Studi Banding
2.3.1 Malioboro (Yogyakarta)
Jalan Malioboro merupakan salah satu kawasa jalan bersejarah dari tiga jalan di Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakrta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta (Gambar 2.1). Jalan ini merupakan salah satu wisata belanja yang terkenal di kota Yogyakarta.
Gambar 2.1 Jalan Maliobor yang Menjadi Wisata Belanja Khas Yogyakarta Terdapat banyak beberapa objek beresejatah di kawasan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vedeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Keramaian di Jalan Malioboro ini disemarakkan oleh para pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan. Pedagang kaki lima tersebut menjajakan kerajinan khas jogja seperti batik, ayaman rotan, kulit, perak, bambu, kaos dengan tulisan yang unik serta warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan khas jogja seperti gudeg yang sangat terkenal (Gambar 2.2). Para pedagang kaki lima ini ada yang berjualan dengan menggelar dagangannya di atas lantai, meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastic di lantai. Walapun
(36)
demikian paa pedagang tersebut tetap ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Jalan ini juga sebagai tempat berkumpulnya para seniman jogja yang sering mengekspresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, happening art, pantomime dan lain lain si sepanjang jalan.
Pedestian di jalan ini cukup sempit dikarenakan terdapat para pedagang kaki lima yang berjualan di pinggiran pedestrian tersebut. Sehingga ketika para pengunjung ramai,pedestrian tersebut cukup padat dengan pengunjung yang saling berdesakan.
Gambar 2.2 Suasana Malioboro pada Siang dan Malam Hari
Walapun demikian jalan Malioboro ini masih juga terdapa pertokoan yang seperti pertokoan di kota-kota lainnya yang menjual merk-merk besar maupun merk lokal. Jalan ini juga mempunyai tempat penukaran uang, bank maupun hotel melati ataupun hotel bintang lima. Terdapat pula becak khas jogja untuk para pengunjung maupun wisatawan yang ingin berkeliling kota Yogyakarta.
2.4 Konsep Teori
Konsep teori merupakan gambaran teori yang menjadi dasar penelitan yang digambarkan dengan sebuah diagram yang diambil dari kajian pustaka dalam
(37)
penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan sebuaha diagram konsep teori yang menjelaskan teori pariwisata perkotaan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
AKTIVITAS Yoeti (1996) AKSES Bromley dan Thomas (1999) FASILITAS Bromley dan Thomas (1999) DAYA TARIK Bromley dan Thomas (1999) -Fasad Bangunan -Landmark -Fungsi -Lingkungan Something to buy
Tempat Makan Penginapan Keamanan Transportasi Sirkulasi Pencapaian Parkir Pedestrian
Gambar 2.3 Diagaram konsep teori KORIDOR
BERBELANJA
Jacobs (1995)
-Proporsi Bangunan -Kesatuan Bangunan
(38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian koridor jalan Perniagaan ini adalah penilitian deskriptif dengan menggunakan metode mix method yaitu pencampuran dua metodologi yaitu antara metodologi kuantitatif dan metodologi kualitatif . Teori yang menadasari penelitian ini adalah Gunawan (2007) tentang daya tarik suatu tempat wisata dan Griffin (2012) tentang permasalahan aksesbilitas di tempat wisata. Metodologi kuantitatif adalah suatu metode yang sistematis ataupun terukur terhadap fakta-fakta yang ada di lapangan. Sedangkan metodologi kualitatif adalah suatu metode yang cenderung menggunakan analisa dengan berlandaskan teori yang berkaitan lalu dihubungkan dengan keadaan di lapangan.
Dalam penelitian ini, metode kuantitatif yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuisioner kepada pengunjung dan wisatawan yang mengunjungi koridor jalan Perniagaan. Adapun metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengobservasi atau berinterpretasi suatu faka-fakta yang ada di lapangan lalu dianalisa kembali dengan teori Gunawan (2007) dan Griffin (2012).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini ditemukan peneliti berdasarkan kajian pustaka yang terdapat di dalam bab sebelumnya mengenai teori Gunawan (2007) mengenai
(39)
komponen yang dimiliki oleh suatu tempat wisata dan teori Griffin (2012) mengenai permasalahan aksesbilitas di tempat wisata.
Tabel 3.1 Variabel Peneltian Berdasarkan Teori Yoeti (1996),Jacobs (1995) dan Bromley dan Thomas (1999)
TEORI INTERPRETASI VARIABEL
DATA YANG DIPERLUKAN
METODOLOGI
Yoeti (1996), Jacobs (1995) dan Bromley dan Thomas
(1999) Koridor Berbelanja Sutau perancangan koridor memiliki beberapa syarat yaitu adanya proporsi bangunan, adanya fungsi dan kesatuan bangunan -Proporsi Bangunan -Kesatuan Bangunan Mengidentifikasi persayaratan perancangan suatu koridor dengan meilhat teori yang terkait
Kuantitatif -Observasi lapangan dengan melihat apakah koridor jalan Perniagaan telah memenuhi persayaratan perancangan suatu koridor Aktivitas Di suatu tempat
wisata memiliki rangkaian aktivitas untuk menunjang perkembangan pariwisata di tempat wisata tersebut -Something to buy Mengidentifikasi aktivitas yang terjadi di sepanjang koridor jalan Perniagaan dengan cara mengobservasi lapangan dan menyebarkan kuisioner Kualitatif dan Kuantitatif -Observasi lapangan dengan melihat aktivitas
apa saja yang terjadi di koridor
jalan Perniagaan -Menyebarkan kuisioner dengan pengunjung dan wisatawan tentang aktivitas yang dilakukan di
koridor jalan Perniagaan Daya tarik Adanya atraksi
alam ataupun
-Fasad Bangunan
Mengidentifikasi apa saja daya
Kuantitatif dan Kualitatif
(40)
daya tarik di dalam sebuah tempat wisata yang berbeda dari tempat lain
-Landmark -Fungsi
-Lingkungan
tarik dari koridor jalan perniagaan dengan menyebarkan kuisioner -Menyebarkan kuisioner kepada pengunjung dan wisatawan tentang daya tarik
koridor jalan Perniagaan Aksesbilitas Akses dan
transportasi merupakan salah
satu hal penting untuk mendukung suatu tempat wisata Transportasi -Sirkulasi Pencapaian -Parkir -Pejalan Kaki
Mendata apa saja akses terdekat dan
transportas yang tersedia Kuantitatif dan Kualitatif -Menyebarkan kuisioner kepada pengunjung dan wisatawan berkenaan dengan aksesbiitas di koridor jalan Periagaan Fasilitas Terdapatnya
fasilitas rumah makan dan penginapan untuk mendukung suatu tempat wisata -Fasiitas Penginapan -Fasilitas Tempat makan -Keamanan Mendata fasilitas kuliner dan tempat penginapan terdekat dari koridor jalan Perniagaan dengan cara observasi lapangan dan menyebarkan kuisioner Kualitatif dan Kuantitatif -Observasi lapangan dengan menganalisa fasilitas yang tersedia di koridor
jalan Perniagaan -Menyebarkan kusioner kepada pengunjung dan wisatawan tentang fasilitas yang mereka dapat di koridor jalan Perniagaan
3.3 Populasi/Sampel
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif atau mix method. Dimana penelitan tersebut menggunakan metode kuisioner dan observasi.
(41)
Pengambilan sampel yang akan di ambil menggunakan random sampling,
sehingga banyak peluang yang menjadi anggota sampel dikarenakan juga ketersediaan waktu yang ada. Untuk jumlah sampelnya sendiri mengambil teori Frankel Wallen (1993) yang mengatakan bahwa suatu peneltian deskriptif yang jumlah populasinya tidak diketahui maka minimal sampel sebanyak 100 sampel. Adapun dalam penyebaran kuisioner, kriteria dalam menentukan populasi/sampel adalah sebagai berikut :
1. Orang tersebut pengunjung koridor jalan Perniagaan 2. Orang tersebut wisatawan baik lokal maupun mancanegara
Berikutnya dalam melaksanakan metode observasi koridor jalan Perniagaan, dimana observasi tersebut merupakan interpretasi peneliti dalam melihat fakta-fakta yang ada di lapangan. Adapun diobservasi yang akan dilihat di koridor jalan Perniagaan adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan perancangan koridor jalan Perniagaan
2. Aktivitas yang dilakukan di koridor jalan Perniagaan
3. Fasilitas yang tersedia di sepanjang koridor jalan Perniagaan
4. Fungsi dan Daya Tarik dari koridor jalan Perniagaan
(42)
3.4 Metoda Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dan cara memperoleh data tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1Data Primer
Data primer yang di dapat dalam penelitian ini adalah data hasil kuisioner dan data hasil dari pengamatan lapangan. Adapun isi pertanyaan kuisioner yang akan disebarkan adalah sebagai berikut:
Atraksi (Daya Tarik)
1. Menurut Anda, apakah yang menjadi daya tarik di koridor jalan Perniagaan?
2. Menurut Anda, apakah keunikan yang terdapat di koridor jalan Perniagaan sehingga Anda ingin berkunjung
3. Menurut Anda, apa yang bisa diingat dari ke khasan wisata belanja di koridor jalan Perniagaan?
4. Menurut Anda, Apakah yang membuat koridor jalan Perniagaan layak dijadikan wisata belanja kota Medan?
Aksesbilitas
1. Saran transportasi apakah yang Anda gunakan untuk menuju koridor jalan Perniagaan?
(43)
2. Permasalahan akses apa yang menggangu Anda ketika mengunjungi koridor jalan Perniagaan?
3. Menurut Anda, apakah akesebilitas di koridor jalan Perniagaan telah memadai?
Fasilitas
1. Apakah Anda berkunjung ke koridor jalan Pernigaan dikarenakan fasilitasnya?
2. Fasilitas apa yang sering Anda gunakan di koridor jalan Perniagaan? 3. Menurut Anda, apakah fasilitas yang tersedia di koridor jalan Perniagaan
ini telah memadai? Menurut Anda, apakah keamanan di koridor jalan Perniagaan tekah memadai?
Aktivitas
1. Kegiatan apa yang sering Anda lakukan di koridor jalan Perniagaan? 2. Apakah tujuan berbelanja Anda ke koridor jalan Perniagaan?
3. Apakah kenyamanan untuk beraktivitas di koridor jalan Perniagaan telah memadai?
Selanjutnya dalam melakukan observasi, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Data jenis aktivitas yang dilakukan di koridor jalan Perniagaan
(44)
3. Data dari permasalahan aksesbilitas yang ada
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yang didapat dari penelitian ini adalah peta kawasan dan studi literatur.
Di dalam penelitian ini, untuk memperoleh data peta kawasan penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Peneliti mendata karakteristik pengunjung ataupun wisatawan
2. Peneliti mendata peta koridor jalan Perniagaan
3.5Kawasan Penelitian
3.5.1Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Pernigaan ini terletak di antara jalan Ahmad Yani dan jalan Stasiun Kereta Api yang dimana jalan tersebut sangat dekat dengan kawasan Kesawan (Gambar 3.1). Koridor jalan ini merupakan salah satu ikon kota Medan. Koridor jalan Perniagaan ini adalah salah satu jalan yang memiliki aktifitas yang tinggi dikarenakan terdapat banyak bangunan ruko komersil yang digunakan sebagai pusat perdangan tekstil di kota Medan (Gambar 3.2). Koridor jalan Perniagaan saat ini juga merupakan salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke kota Medan (Gambar 3.3). Wisatawan yang sangat sering mengunjungi koridor jalan ini adalah wisatawan Asia Tenggara terutama Malaysia.
(45)
Gambar 3.1Peta Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Perniagaan ini juga lebih dikenal di masyarakat kota Medan dengan sebutan pasar ikan (Gambar 3.4). Nama pasar ikan sendiri sangat berbeda dari barang dagangan yang diperjual belikan di dalamnya. Itu dikarenakan koridor jalan Perniagaan ini sudah berdiri dari 100 tahun yang lalu tetapi masih sangat digemari oleh wisatwan terutama masyarakat kota Medan sendiri.Berikut merupakan beberapa gambaran suasan koridor jalan Perniagaan.
Gambar 3.2 Ruko di Perniagaan
Gambar 3.3 Parkiran di koridor Perniagaan
Gambar 3.4Suasana di koridor Perniagaan
(46)
3.5.2 Koridor Jalan Perniagan dari Waktu ke Waktu
Koridor jalan Perniagaan meruakan pasar yang bersejarah di kota Medan. Koridor jalan ini telah berdiri dari tahun 1890 hingga sekarang. Dahulunya koridor ini merupakan salah satu pasar di kota Medan yang dibangun oleh Tjong Afie bersaudara atas permintaan dari Pemerintah Belanda. Tjong Afie bersaudara menyebarkan pasar ke berbagai daerah di kota Medan dan salah satunya berada di koridor jalan Perniagaan.
Koridor jalan Perniagaan ini dahulunya menjua barang dagangan hasil laut dari Belawan yang diangkut dengan tongkang melalui Sungai Deli. Bukan hanya hasil laut saja yang di jual pada saat itu, tetapi sayur mayur dan barang pangan lainnya juga di jual di pasar ini.
Pada tahun 1933, peta perniagaan kota Medanpun telah berubah dikarenakan Pemerintah Belanda telah membangun pasar yang lebih besar yaitu pusat pasar atau yang lebih kita kenal dengan pasar sentral. Dikarenakan Sungai Deli juga lama kelamaan tidak bisa dilayari, sehingga hasil laut dibawa melalui transportasi darat.Barang dagangan koridor jalan Perniagaanpun berangsur-angsur pindah ke Pusat Pasar. Koridor jalan Perniagaan ini mulai berkembang setelah tahun 1949 yaitu saat agresi militer Belanda II. Banyak kain-kain yang berasal dari Penang, Malaysia masuk ke kota Medan.. Pada tahun 1950, para pedagang barang tekstil orang Tionghoa yang beradai di Jalan Cirebon atau yang lebih kita kenal dengan pasar Hongkong tidak diperbolehkan berdagang lagi di jalan tersebut. Sehingga mereka dipindahkan oleh Pemerintah ke jalan koridor
(47)
Perniagaan. Semenjak saat itu tidak ada lagi yang berdangang barang tekstil di jalan Cirebon. Hingga akirnya, barang dagangan di jalan koridor Perniagaan ini lama kelamaan menjadi berubah menjadi barang tekstil (Sumber : BWS Badan Warisan Sumatera)
3.6 Metoda Analisa Data
Adapun metode analisa yang dipakai untuk metoda kuantitaif adalah analisa deksriptif. Dimana analisa tersebut didasarkan pada pendekatan statistik. l. Dalam penelitian ini juga akan menganalisis hubungan atau tidak berhubungannya antara variabel dengan teori yang berkaitan. Berikut adalah analisa-analisa yang akan dilakukan di dalam penelitian ini:
1. Ananlisa Koridor : Analisa ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengobservasi koridor jalan Perniagaan telah memenuhi suatu persyaratan perancangan koridor. Hasil dari analisa berupa data hasil observasi.
2. Analisa Aktivitas : Analisa ini akan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menyebarkan kuisioner dan mengobservasi koridor jalan Pernigaan. Hasil dari analisa ini berupa diagram hasil kuisioner dan data hasil observasi.
3. Analisa Fasilitas: : Analisa ini akan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menyebarkan kuisioner dan mengobservasi koridor jalan Pernigaan. Hasil dari analisa ini berupa diagram hasil kuisioner dan data hasil observasi.
(48)
4. Analisa Daya Tarik Koridor Jalan Perniagaan : : Analisa ini akan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menyebarkan kuisioner dan mengobservasi koridor jalan Pernigaan. Hasil dari analisa ini berupa diagram hasil kuisioner dan data hasil observasi.
5. Analisa Aksesbilitas : Analisa ini akan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menyebarkan kuisioner dan mengobservasi koridor jalan Pernigaan. Hasil dari analisa ini berupa diagram hasil kuisioner dan data hasil observasi.
(49)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Koridor Jalan Perniagaan sebagai Koridor Berbelanja
Koridor jalan Perniagaan merupakan salah satu koridor komersil di kota Medan yang sering dikunjungi oleh wisawatan lokal, wisatawan mancanegara maupun penduduk lokal kota Medan sendiri. Koridor ini memiliki aktivitas dan pengunjung yang tinggi dari waktu ke waktu.
Adapun kriteria suatu perancangan koridor menurut Jacobs (1997) adalah adanya proporsi tinggi bangunan dengan lebar jalan, adanya fungsi yang jelas dan adanya kesatuan bangunan yang saling melengkapi. Dari beberapa kriteria persyaratan tersebut akan dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini.
4.1.1 Proporsi Bangunan di Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Perniagaan terdiri dari bangunan ruko yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun lamanya. Adapun tinggi bangunan ruko di koridor ini adalah 2-5 lantai dengan lebar jalan depannya delapan meter (Gambar 4.1). Tinggi bangunan dengan lebar jalan di koridor jalan Perniagaan telah memiliki proporsi yang cukup tetapi masih diperlukan pelebaran jalan sehingga koridor terlihat lebih luas dan nyaman untuk pengunjung maupun kendaraan.
(50)
Gambar 4.1 Proporsi Tinggi Bangunan dengan Lebar Jalan di Koridor Jalan Pernigaan
4.1.2 Kesatuan Bangunan Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Perniagaan telah memiliki kesatuan bangunan yang saling melengkapi. Hal tersebut dapat dilihat dengan bangunan-bangunan yang didominasi dengan bangunan ruko. Adapun barang dagangan diperdagangkan adalah barang tekstil Gambar 4.2).
(51)
Hal tersebut dapat dilihat pada peta (Gambar 4.3) yang menunjukkan bahwa hampir seluruh bangunan di koridor jalan Perniagaan adalah bangunan komersil, namun masih ada juga terdapat bangunan permukiman yang merupakan bangunan belakang dari Tjong Afie (Gambar 4.4) yang letaknya di antara bangunan-bangunan komersil yang ada.
Gambar 4.3 Peta Bangunan Komersil di Koridor Jalan Perniagaan
Gambar 4.4 Bangunan Permukimam Penduduk (Tjong Afie) yang Terletak di antara Bangunan Komersil
Bangunan Komersil Permukiman
(52)
Jadi dapat diartikan bahwa koridor jalan Perniagaan telah memenuhi kriteria persyaratan perancangan. Koridor jalan Perniagaan telah memiliki proporsi tinggi bangunan dan lebar jalan yang cukup, fungsi yang jelas yaitu sebagai koridor komersi dan memiliki kesatuan bangunan yang didominasi oleh bangunan ruko.
4.2 Aktivitas di Koridor Jalan Perniagaan
Menurut Mc Gee dan Yeung dalam Awaty (2007) mengatakan bahwa suatu sektor perdangangan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada di sekitar kawasan dimana para pedagang beraktivitas. Koridor jalan Perniagan merupakan salah satu sektor perdagangan di kota Medan yang bisa dilihat memiliki tingkat pengunjung dan aktivitas yang cukup tinggi terutama di hari libur dan menjelang lebaran. Sektor perdangan sangat erat hubungannya dengan perniagaan atau jual beli. Aktivitas perniagaan yang paling sering dilihat di koridor jalan Perniagaan adalah berbelanja (Gambar 4.5). Berbelanja merupakan aktivitas yang sangat dominan apabila berada di koridor jalan Perniagaan.
G Ga
(53)
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil kuisioner (Gambar 4.6) yang menyatakan bahwa motivasi utama para pengunjung di koridor jalan Perniagaan didominasi dengan kegiatan berbelanja (69%). Sedangkan responden lain memilih untuk menemani teman berbelanja (10%), hanya melihat-lihat suasana (14%), dan wisata kuliner(7%).
Gambar 4.6 Diagram Motivasi Utama Pengunjung di Koridor Jalan Perniagaan
Jadi bisa dikatakan bahwa motivasi utama pengunjung yang didominasi dengan berbelanja merupakan salah satu aspek penting di koridor jalan Perniagaan sehingga koridor ini tetap memiliki aktivitas yang tinggi dari waktu ke waktu
4.2.1 Something to Buy
Koridor jalan Perniagaan merupakan salah satu tempat wisata kota Medan yang sering dikunjungi oleh wisatwan manca negara maupun lokal. Adapun aktivitas yang biasa mereka lakukan adalah berbelanja. Wisatawan tersebut menjadikan koridor jalan ini bukan hanya untuk tempat berbelanja pribadi tetapi untuk oleh-oleh dari kota Medan. Maka dari itu, koridor jalan Perniagaan adalah tempat wisata berbelanja di kota Medan yang memiliki keunikan tersendiri dari segi fungsinya.
(54)
Adapun barang-barang yang diperjual belikan adalah barang dagangan tekstil yang hampir rata-rata diperjual belikan. Barang dagangan tekstil di tempat ini juga dapat dibeli melalui satuan maupun secara grosir. Banyak pedagang lain datang ke koridor jalan ini untuk urusan bisnis maupun perkerjaan mereka. Jika dilihat dari satu jalan Perniagaan, dimulai dari masuk jalan Palang Merah hingga Lapangan Merdeka, rata-rata bangunan ruko menjual barang dagangan tekstil dengan harga satuan. Sedangkan jalan-jalan kecil atau gang-gang yang menuju jalan Kereta Api maupun jalan Ahmad Yani, rata-rata bangunan ruko tersebut menjual barang dagangan tekstil secara grosiran (Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Peta Perdagangan Satuan dan Grosir di Koridor Jalan Perniagaan
Bisa dilihat bahwa, kebanyakan ruko di koridor jalan Perniagaan menjual barang dagangan tekstil secara satuan. Jadi bisa diartikan bahwa banyak
Dagangan Tekstil Satuan
Dagangan Tekstil Grosiran
(55)
pengunjung yang datang ke koridor jalan Perniagaan lebih kepada keperluan pribadi. Hal tersebut juga terlihat dar hasil kuisioner (Gambar 4.8) yang didapat bahwa pengunjung berbelanja ke koridor jalan Perniagaan dikarenakan adanya keperluan pribadi (73%). Sedangkan selebihnya adalah keperluan bisnis (18%) dan oleh-oleh dari kota Medan (9%).
Gambar 4.8 Grafik Motivasi Berbelanja Para Pengunjung
Pengunjung di Koridor jalan Perniagaan juga memiliki daerah asal pengunjung yang variatif. Dimulai dari penduduk kota Medannya sendiri, lalu penduduk luar kota seperti binjai, tanjung pura, langkat, dan lain sebagainya. Ada juga wisatawan asing yang sering berkunjung ke koridor jalan Perniagaan terutama wisatawan yang berasal dari Malaysia. Bisa dilihat bahwa hampir setiap hari terdapat wisatawan Malaysia yang berada di koridor jalan Perniagaan.
Tetapi dari hasil kuisioner yang didapat (Gambar 4.9) bahwa penduduk lokal kota Medan sendiri yang paling banyak berkunjung ke koridor jalan Perniagaan (64%). Selebihnya adalah wisatawan lokal (22%) dan wisatawan mancanegara (14%).
(56)
Gambar 4.9 Grafik Daerah Asal Pengunjung di Koridor Jalan Perniagaan
Penduduk lokal kota Medan sendiri sudah sangat tidak asing dengan koridor jalan Perniagaan. Koridor ini bisa dikatakan telah berdiri sejak lama sehingga telah menjadi kebiasaan ataupun budaya berbelanja tekstil di kota Medan. Hal tersebut bisa menyebabkan mengapa penduduk lokal kota Medan sendiri lebih mendominasi dibandingkan wisatawan lainnya. Terutama penduduk kota Medan paling sering berbelanja barang tekstil yang disebabkan adanya keperluan pesta ataupun acara lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Sulaeman dalam Awaty (2007) bahwa perilaku konsumtif atau berbelanja juga dipengaruhi oleh faktor budaya yang diciptakan oleh manusia untuk penenti ke generasi selanjutnya. Maka bisa disebabkan perilaku konsumtif penduduk kota Medan sudah menjadi budaya dari generasi sebelumya yang saat itu koridor jalan Perniagaan telah menjadi salah satu sektor perdagangan barang-barang tekstil di kota Medan.
4.3 Daya Tarik di Koridor Jalan Perniagaan
Daya tarik di koridor jalan Perniagaan akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung sehingga datang ke koridor jalan Perniagaan sesuai
(57)
dengan teori Bromley dan Thomas (1999) yang menyatak terdapat beberapa faktor daya tarik di suatu tempat wisata yaitu lingkungan estetis dan rekreatif, adanya fungsi campuran, terdapat landmark yang berbeda dari tempat lain,fasad dan ekspresi bangunan yang menarik. Dari beberapa faktor diatas maka faktor tersebut akan dijadikan indikator dalam penelitian ini.
4.3.1 Fasad dan Ekpresi Bangunan Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Perniagaan telah berdiri lebih dari seratus tahun lamanya. Jadi bisa dilihat bahwa bangunan-bangunan ruko di sepanjang koridor ini merupakan bangunan zaman dahulu disaat Belanda masih menjajah. Pada masa itu bangunan-bangunan sangat kental dengan era kolonial seperti kesawan. Tetapi jika dilihat di koridor jalan Perniagaan, tidak terdapat ciri-ciri dari bangunan peninggalan kolonial (Gambar 4.10). Ruko-ruko di koridor jalan Perniagaan ini lebih cenderung kepada ruko pecinan yang tidak terlalu diatur kembali.
Gambar 4.10 Fasad Bangunan di Sepanjang Jalan Koridor Jalan Perniagaan
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa fasad bangunan di koridor jalan Perniagaan tidak estetis maupun menarik. Ekspresi bangunan yang terkesan
(58)
berantakan dilihat dari keseragaman bentuk jendela maupun warna ruko yang kurang menarik untuk dilihat oleh para pengunjung. Bentuk bangunan yang berbeda-beda dan kurang rapi memberikan kesan yang tidak teratur. Bisa dilihat bahwa ruko di Jalan Perniagaan kurang dilestarikan dan dijaga oleh para pengguna maupun organisasi yang mengolah tempat ini.
Bromley dan Thomas (1999) mengatakan fasad yang menarik adalah satu faktor penarik para pengunjung dan wisatawan. Tetapi jika dilhat kondisi fasad koridor jalan Perniagaan bukan menjadi sala satu faktor penarik bagi para pengunjung datang ke koridor jalan Perniagaan. Dikarenakan fasaa bangunan di koridor ini tidak estetis, rekreatif maupun menarik. Hal tersebut juga diperkuat dari hasil kuisioner yang didapat (Gambar 4.11) bahwa fasad banguna bukan menjadi daya tarik bagi para pengunjung dan wisatawan di koridor jalan Perniagaan.
0 20 40 60 80 100
Barang tekstil yang … Suasana lingkungan
Sejarah koridor Bangunan ruko Lainnya
Gambar 4.11 Grafik Daya Tarik di Koridor Jalan Perniagaan
Dapat dilihat bahwa responden yang menjawab bangunan ruko hanya 3%. Jadi bisa diartikan bahwa fasad bangunan di koridor jalan Perniagaan bukan faktor penarik bagi para pengunjung maupun wisatawan.
(59)
4.3.2 Landmark Koridor Jalan Perniagaan
Menurut Bromley dan Thomas (1999) bahwa suatu tempat wisata harus memiliki landmark yang berbeda dari tempat lain sehingga landmark tersebut menjadi simbol ciri khas tempat tersebut. Tetapi jika kita lihat ke koridor jalan Perniagaan, koridor ini tidak memiliki landmark ataupun monumen tersendiri. Secara fisik. Koridor jalan Perniagaan hanya terdiri dari bangunan ruko-ruko dan pedagang yang berjualan di sepanjang jalan. Hal tersebut bisa dijadikan pertimbangan untuk memberikan landmark tersendiri sehingga koridor ini memiliki ciri khas bagi para wisatawan lokal maupun manca negara ketika berkunjung ke kota Medan.
4.3.3 Keindahan Lingkungan Koridor Jalan Perniagaan
Keindahan lingkungan yang estetis, rekreatif dan menarik juga merupakan salah satu faktor daya tarik para pengunjung menurut Bromley dan Thomas (1999). Jika dilihat ke koridor jalan Perniagaan , lingkungan di sekitar koridor tidak estetis maupun menarik. Terdapat banyak sampah-sampah dan ketidak teraturan kendaraan di sepanjang jalan ini Bukan hanya itu saja, lingkungan di sekitar koridor jalan Perniagaan kurang adanya penghijauan sehingga terkesan gersang dan tidak nyaman bagi para pengunjung. Bisa dilihat hampir tidak ada pohon ataupun tumbuhan selama berada di koridor jalan Perniagaan hanya beberapa pot bunga kecil yang tidak dijaga (Gambar 4.12).
(60)
Gambar 4.12 Lingkungan di Sekitar Koridor Jalan Perniagaan
Lingkungan sekitar koridor jalan Perniagaan juga bukan salah satu faktor daya tarik bagi para pengunjung dan wisatawan. Dikarenakan bisa dilihat bahwa lingkungan di sekitar koridor tidak terawat maupun menarik. Penghijaun sendiri juga belum memenuhi sehinggapara pengunjung merasa tidak nyaman dan kepanasan apabila berlama-lama di koridor jalan Perniagaan ini. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil kuisioner seperti yang dilihat pada grafik sebelumnya (Gambar 4.11) bahwa lingungan sekitar koridor juga merupakan salah satu daya tarik di koridor jalan Perniagaan (11%).
4.3.4 Fungsi Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Perniagaan terdiri dari bangunan ruko komersil yang terletak di sepanjang jalan Perniagaan. Adapun barang dagangan yang dijual adalah barang tekstil, dimulai dari bahan bakal baju, alat-alat sholat, baju batik, baju kebaya dan lain sebagainya. Fungsi koridor jalan Perniagaan ini juga dapat dilihat dengan jelas yaitu sebagai fungsi komersil. Hampir rata-rata pengunjung yang berada di koridor jalan ini melakukan aktivitas perdagangan yaitu berbelanja.
(61)
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan barang-barang dagangan tekstil disini menjadi pilihan berbelanja bagi wisatawan lokal, wisatawan mancanegara maupun penduduk lokalnya sendir adalah harga yang lebih murah dibanding tempat lain di kota Medan, variasi tekstil yang lebih banyak, kefektifan berbelanja dikarenakan barang tekstil yang tersedia sudah lengkap dan minimalnya pilihan berbelanja tekstil di kota Medan. Dari beberapa faktor barang dagangan tekstil diatas berdasarkan hasil kuisioner (Gambar 4.13) bahwa barang dagangan tekstil yang paling variatif merupakan alasan utama pengunjung datang ke koridor jalan Perniagaan (53%).
Gambar 4.13 Grafik Alasan Berbelanja Barang Dagangan Tekstil di Koridor Jalan Perniagaan
Menurut Spillane dalam Tambun (2013) bahwa suatu tempat perbelanjaan dapat bersaing dengan tempat lain salah satu faktornya dikarenakan persaingan harga. Tetapi jika dilhat ke koridor jalan Perniagaan alasan pengunjung berbelanja tekstil ke koridor jalan Perniagaan adalah dagangan tekstil yang paling
(62)
variatif bukan dikarenakan barang yang lebih murah. Teori tersebut tidak sesuai dengan keadaan di koridor jalan Perniagaan.
Setelah dilakukan pengamatan bahwa fungsi komersil di koridor jalan Perniagaan merupakan faktor daya tarik sesuai dengan teori Bromley dan Thomas (1999) yang mengatakan fungsi dan kegiatan di dalam suatu tempat wisata merupakan salah satu faktor daya tarik bagi para pengunjung ataupun wisatawan. Karena bisa dilihat aktivitas sektor perniagaan terlihat sangat jelas yaitu berbelanja yang sangat dominan ketika berada di koridor jalan Perniagaan. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil kuisioner (Gambar 4.11) sebelumnya bahwa berbelanja barang dagangan tekstil adalah daya tarik bagi para pengunjung maupun wisatawan (83%).
4.4 Aksesbilitas di Koridor Jalan Perniagaan
Aksesbilitas di koridor jalan Perniagaan ini membahas mengenai transportasi pengunjung, pencapaiannya, fasilitas parkir yang tersedia, permasalahan aksesbilitas yang ada hingga pedestriannya. Pembahasan tersebut akan menjadi indikator dalam penelitian ini.
Adapun transportasi yang biasa digunakan pengunjung menurut dari hasil kuisioner (Gambar 4.14) adalah kendaraan pribadi (68%). Ada juga pengunjung ataupun wisatawan menggunakan transportasi umum (21%) dan taksi (8%). Tetapi sedikit pengunjung yang berjalan kaki (3%) menuju koridor jalan Perniagaan. Pengunjung yang biasanya berjalan kaki, berada di daerah kawasan yang dekat dengan jalan Perniagaan.
(63)
Gambar 4.14 Grafik Transportasi yang Digunakan oleh Pengunjung Koridor Jalan Perniagaan
Menurut Bromley dan Thomas (1999) bahwa suatu aksesbilitas yang baik adalah apabila kemudahan dalam pencapaian ke kawasan tersebut, tidak mengalami kesulitan yang dipengaruhi oleh kondisi jalan dan sirkulasi kendaraan (lancar tidaknya arus sirkulasi kendaraan). Maka dari itu aksesbilitas ini akan membahas mengenai kemudahan pengunjung dalam mencapai jalan Perniagaan.
4.4.1 Fasilitas Parkir Koridor Jalan Perniagaan
Banyak permasalahan mengenai aksesbilitas di koridor jalan Perniagaan, salah satunya adalah masalah parkir. Koridor jalan Perniagaan sendiri memiliki fasilitas parkir yang berada di jalan utama , yang keberadaan parkir itu sering mengalami kemacetan diakibatkan hampir memakan setengah jalan Perniagaan (Gambar 4.15). Kendaraan yang melewati jalan Perniagaan ini haru menunggu kendaraan lain yang ingin parkir sehingga terjadilah kemacetan tersebut. Bisa dikatakan bahwa keberadaan parkir kendaraan di tengah jalan tersebut sangat menggangu kendaraan lain juga menggangu pengunjung yang berada di koridor
(64)
jalan Perniagaan. Pengunjung yang ingin menyebrang jalan sangat susah diakibatkan parkir tersebut.
Fasilitas parkir di koridor jalan Perniagaan juga pada waktu tertentu masih belum bisa memadai keseluruhan pengunjung. Terutama pada waktu libur dan menjelang lebaran ketika para pengunjung cukup ramai datang ke koridor jalan Perniagaan. Sehingga masih banyak pengunjung yang harus parkir di luar dari jalan Perniagaan dan harus berjalan kaki sedikit untuk menuju jalan ini.
Gambar 4.15 Keberadaan Parkir yang Hampir Memakan Setengah Jalan Perniagaan
Keberadaan parkir di jalan utama tersebut bukan hanya mengakibatkan kemacetan juga dapat menutupi etalase pertokoan (Gambar 4.16). Sehingga pengunjung yang berada di kendaraan jika melewati jalan Perniagaan tidak dapat melihat etalase pertokoan dengan jelas. Pengunjung yang berada di sebrang jalan juga tidak dapat melihat dengan jelas, mereka harus menyebrangi jalan dahulu baru bisa dapat melihat etalase pertokoan.
(65)
Gambar 4.16 Fasilitas Parkir yang Menutupi Etalase Pertokoan
Sesuai dengan perkatan Griffin (2012) yang mengatakan bahwa permasalahan yang sering timbul di tempat wisata adalah permasalahan kemacetan, permasalahan transportasi umum, permasalahan keamanan dan permasalahan transportasi khusus di tempat wisata tersebut. Dari beberapa permasalahan tersebut permasalahan kemacetan yang diakibatkan parkir merupakan masalah utama yang harus segera diperbaiki. Hal tersebut diperkuat dari hasil kuisioner (Gambar 4.17) yang mengatakan bahwa permasalah parkir merupakan permasalahan yang sering terjadi bagi para pengunjung maupun wisatawan (43%).
Gambar 4.17 Grafik Permasalahan Aksesbilitas yang Sering Terjadi di Koridor Jalan Perniagaan
(66)
4.4.2 Pedestrian di Koridor Jalan Perniagaan
Jalur pejalan kaki atau pedestrian merupakan salah satu hal penting dalam koridor komersil. Seperti yang dikatakan oleh PPS (Place for Public Space) bahwa kenyamanan pejalan kaki merupakan elemen dari koridor komersil. Koridor jalan Perniagaan sendiri memiliki pedestrian yang lebarnya sebesar dua meter. Pedestrian ini dapat dilalui oleh satu sampai dua individu.
Terdapat banyak permasalahan pedestrian yang terjadi di koridor jalan Perniagaan, salah satunya adalah banyaknya perabot jalan yang diletakkan di dalam pedestrian tersebut (Gambar 4.18). Perabot jalan tersebut sangat menggangu pejalan kaki yang lewat. Sebaiknya perabot jalan tersebut lebih ditata ulang dengan rapi sehingga pejalan kaki lebih nyaman berada di dalamnya.
Gambar 4.18 Perabot Jalan yang Berada pada Pedestrian di Koridor Jalan Perniagaan
Bukan hanya keberadaan perabot jalan, tetapi para pedagang juga sering berjualan di pedestrian tersebut (Gambar 4.19). Para pedagang memanfaatkan
(67)
pedestrian menjadi area berjualan bagi mereka sehingga pejalan kaki sangat tidak nyaman ketika berada di pedestrian ini. Seharusnya para pedagang diberikan area khusus untuk berjualan agar pedestrian dapat dimanfaatkan sebagai trotoar pejalan kaki dengan baik dan nyaman.
Gambar 4.19 Para Pedagang yang Berjualan di dalam Pedestrian
4.4.3 Sirkulasi Pencapaian
Jika kita lihat ke koridor jalan Perniagaan para pengunjung dapat mencapai koridor ini hanya melalui jalan Palang Merah. Koridor jalan Perniagaan ini bergerak satu arah dimulai dari jalan Palang Merah hingga menuju Lapangan Merdeka Jalan Palang Merah itu sendiri juga satu arah yang biasanya sangat sering terjadi kemacetan jika ingin mencapai jalan Perniagaan (Gambar 4.20).
(68)
Gambar 4.20 Kondisi Kemacetan di Jalan Palang Merah
Koridor jalan Perniagaan ini juga berada di antara jalan Ahmad Yani dan jalan Kereta Api, tetapi untuk dapat mencapai kedua jalan ini hanya dapat di lalui jika melewati koridor jalan Perniagaan dengan arah kendaraan satu arah menuju kedua jalan tersebut (Gambar 4.21).
Gambar 4.21 Sirkulasi Kendaraan Mencapai Koridor Jalan Perniagaan Jalan Ahmad Yani
Jalan Palang Merah Jalan Kereta Api Lapangan Merdeka
(69)
Kondisi jalan di jalan Perniagaan bisa dikatakan baik dengan lebar jalan delapan meter (Gambar 4.22). Seharusnya jalan tersebut dapat dilalui oleh dua kendaraan tetapi dikarenakan adanya parkir yang hampir memakan setengah jalan, menyebabkan sering terjadinya kemacetan (Gambar 4.23).
Gambar 4.22 Kondisi Jalan di Jalan Perniagaan
Gambar 4.23 Kemacetan yang Sering Terjadi di Koridor Jalan Perniagaan
Menurut Bromley dan Thomas (1999) yang mengatakan bahwa suatu aksesbilitas yang baik adalah apabila kemudahan dalam pencapaian ke kawasan tersebut, tidak mengalami kesulitan yang dipengaruhi oleh kondisi jalan dan
(70)
sirkulasi kendaraan (lancar tidaknya arus sirkulasi kendaraan). Jika dilihat ke koridor jalan Perniaaan, masih sering terjadi kemacetan atau tidak lancarnya sirkulasi menuju jalan Perniagaan. Hal itu disebabkan oleh kendaraan yang parkir hampir mengambil setengah jalan sehingga jalan Perniagaan yang satu arah tersebut hanya dapat dilalui oleh satu kendaraan. Bila dilihat dari teori tersebut maka bisa disimpulkan bahwa aksesbilitas di koridor jalan Perniagaan belum dikatakan baik. Pernyataan tersebut juga diperkuat dari hasil kuisioner yang didapat (Gambar 4.24) bahwa aksesbilitas di koridor jalan Perniagaan masih dikatakan kurang memadai (68%).
Gambar 4.24 Grafik Persepsi Masyarakat Mengenai Aksesbilitas di Koridor Jalan Perniagaan
Walaupun aksesbilitas di koridor jalan Perniagaan dikatakan belum baik ataupun kurang memadai, tidak menjadi alasan pengunjung untuk tidak datang ke koridor jalan Perniagaan. Bisa di lihat bahwa koridor jalan Perniagaan masih sering dikunjungi dan masih memiliki aktivitas yang cukup tinggi dari waktu ke waktu. Hal tersebut bisa dikarenakan minimnya pilihan berbelanja tekstil di kota
(71)
Medan sehingga koridor jalan Perniagaan masih menjadi pilihan utama berbelanja barang dagangan tekstil di kota Medan.
Berbelanja barang dagangan tekstil di koridor jalan Perniagaan telah menjadi budaya bagi peduduk kota Medan. Hal tersebut dikatakan oleh Robbins (2001) bahwa persepsi masyarakat terhadap memilih ataupun mengunjungi suatu tempat dikarenakan adanya inisiatif, kesadaran lingkungan, proses komunikasi dan minimalisasi pilihan. Jadi dapat diartika bahwa berbelanja di koridor jalan Perniagaan telah menjadi budaya penduduk kota Medan yang dikarenakan minimnya pilihan berbelanja barang dagangan tesktil di kota Medan.
4.5 Fasilitas di Koridor Jalan Perniagaan
Koridor jalan Perniagaan memilik beberapa fasilitas yaitu fasilitas tempat makan, fasilitas penginapan terdekat. Suatu tempat wisata sangat erat hubungannya dengan fasilitas yang tersedia di dalamnya. Menurut Bromley dan Thomas (1999) mengatakan di suatu tempat harus memiliki dua hal, yang pertama adalah tersedianya barang dan jasa memenuhi target pasarnya dan yang kedua adalah adanya sarana penunjang seperti toilet, tempat makan dan lain sebagainya.
Jika dilihat ke koridor jalan Perniagaan, koridor tersebut telah memenuhi target pasarnya karena bisa dilihat bahwa aktivitas yang tinggi di koridor tersebut dan kepadatan pengunjung yang sangat tinggi terutama di hari libur. Tetapi untuk fasilitas penunjang belum mencukupi kebutuhan pengunjung, salah satunya adalah toilet umum. Pengunjung yang ini pergi ke toilet umum harus memasuki pertokoan terlebih dahulu baru menemukan keberadaan toilet.Hasil kuisioner
(72)
yang didapat (Gambar 4.25) juga menyatakan bahwa fasilitas di koridor jalan Perniagaan kurang memadai (71%). Jawaban tersebut hampir lebih dari setengah responden yang memilih jawaban tersebut.
Gambar 4.25 Grafik Fasilitas di Koridor Jalan Perniagaan
Meskipun dari kebutuhan target pasar telah terpenuhi tetapi untuk fasilitas penunjang belum cukup terpenuhi dengan baik. Keberadaan fasilitas di jalan Perniagaan bukan menjadi alasan pengunjung untuk datang ke koridor jalan Perniagaan tetapi lebih kepada jasa yang terpenuhi. Walaupun demikian koridor jalan ini masih sering dikunjungi oleh pengunjung maupun wisatawan.
Hal tersebut bisa disebabkan oleh persepsi masyarakat akan minimanya pilihan berbelanja barang dagangan tekstil dan budaya dari masyarakat kota Medannya sendiri. Seperti halnya yang dikatakan oleh oleh Robbins (2001) bahwa persepsi masyarakat terhadap memilih ataupun mengunjungi suatu tempat dikarenakan adanya inisiatif, kesadaran lingkungan, proses komunikasi dan minimalisasi pilihan.
(73)
4.5.1 Fasilitas Kuliner
Fasilitas kuliner sangat erat hubungannya dengan sektor perdagangan terutama tempat perbelanjaan. Seperti yang diungkapkan oleh Gunawan (2007) bahwa faktor penarik suatu tempat dikarenakan adanya tempat perbelanjaan dan fasilitas makanan khusus. Jadi bisa dilihat mengapa suatu tempat makan memiliki keterikatan dengan suatu tempat perbelanjaan.
Koridor jalan Perniagaan sendiri memiliki beberapa fasilitas kuliner khusus yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung (Gambar 4.26). Fasilitas kuliner tersebut adalah martabak, rujak, sate padang, es tebu, mie ayam akong acim, es campur dan lain sebagainya. Ketika berada di koridor jalan Perniagaan tempat fasilitas kuliner ini pasti paling banyak dikunjungi.
Gambar 4.26 Fasilitas Kuliner yang Tersedia di Koridor Jalan Perniagaan
Fasilitas kuliner di koridor jalan Perniagaan memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Hal tersebut juga dilihat dari kuisioner (Gambar 4.27) yang ada bahwa fasilitas yang paling sering digunakan atau dikunjungi oleh pengunjung adalah tempat makan (41%). Hampir setengah dari responden yang menjawab hal tersebut.
(1)
koridor jalan Perniagaan memiliki aspek fungsi dan kegiatan. Fungsi koridor ini sendiri sebagai fungsi komersil yang menjual barang-barang tekstil merupakan faktor yang menyebabkan koridor ini sering dikunjungi oleh pengunjung dan wisatawan.
Dari segi aspek aksesbilitas Menurut Bromley dan Thomas dalam Rahim (2014) mengatakan bahwa suatu aksesbilitas yang baik adalah apabila kemudahan dalam pencapaian ke kawasan tersebut, tidak mengalami kesulitan yang dipengaruhi oleh kondisi jalan dan sirkulasi kendaraan (lancar tidaknya arus sirkulasi kendaraan). Jika dilihat di koridor jalan Perniagaan, pengunjung ataupun wisatawan masih sulit untuk mencapai koridor jalan ini. Itu disebabkan oleh sirkulasi kendaraan yang kurang tertata rapi teruatama permasalahan parkir yang menyebabkan kemacetan. Permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil kuisioner yang didapat. Walaupun demikian, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi pengunjung datang ke koridor jalan Perniagaan.
Koridor jalan Perniagaan ini juga memiliki beberapa fasilitas seperti tempat makan, tempat penginapan terdekat dan lainnya. Menurut Bromley dan Thomas dalam Rahim (2014) mengatakan bahwa fasilitas di suatu tempat harus memiliki dua hal, yang pertama adalah tersedianya barang dan jasa memenuhi target pasarnya dan yang kedua adalah adanya sarana penunjang seperti toilet, tempat makan dan lain sebagainya. Koridor jalan Perniagaan ini telah memenuhi persayaratan yang pertama dikarenakan aktivitas yang sangat tinggi dikoridor ini. Sedangkan untuk persyaratan yang kedua koridor jalan Perniagaan belum memenuhi keselurahan prasarana penunjang seperti toilet umum dan keamanan.
(2)
Walapun demikian, permasalahan tersbebut bukan menjadi faktor penarik pengunjung datang ke koridor jalan Perniagaan.
5.1 Saran
Koridor jalan Perniagaan perlu memperhatikan kenyamanan dalam beraktivitas bagi para pengunjung terutama dari segi penghijauan dan pedestrian. Dengan adanya penghijauan maka dapat memberikan kesan lebih sejuk apabila berada di koridor jalan Perniagaan. Sedangakan untuk pedestriannya, lebih memperbaiki keadaanya paving block, sehingga pengunjung yang datang tidak mudah tersandung. Para pedagang yang berjualan di sekitar pedestrian, juga perlu di alihkan daerah jualannya sehingga tidak menggangu para pengunjung. Penataan perabot jalan juga perlu diperhatikan, sehingga pedestrian di koridor jalan Perniagaan lebih terlihat rapi dan bersih.
Dari aspek daya tarik, perlunya perbaikan fasad bangunan sehingga lebih estetis dan rekreatif. Sedangkan untuk aksesbilitasnya sendiri, perlunya menata ulang fasilitas parkir sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Dan untuk aspek fasilitasnya sendiri, adanya penambahan fasilitas-fasilitas penunjang untuk kebutuhan pengunjung di koridor jalan Perniagaan seperti toilet umum.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Allan B, Jacobs (1995) Great Street. DEKR Corporation, United State America
Awaty, Dwi Nopi (2007) Hubungan Antara Eksistensi Aktivitas Perdagangan dan
Permasalahan Lalu Lintas di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa, Semarang
Bromley R. D.F, Thomas C. J (1999) Retail Revitalization and Small Town
Centres : The Contribution of Shopping Linkages. Pergamon, UK
Econsult Corporation (2009) Commercial Corridors : A Strategic Investmen
Framework for Philadelphia, Philadelphia
Gunawan, Myra P (2007) Leisure, Rekreasi, Pariwisata dalam Berbagai Dimensi
Metropolitan. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung, Bandung, pp. 49-64
Hamzah, Amran & Ismail, Hairul (2008), A Design of Nature Culture Based
Tourism Corridor,pp. 12-14
I, Popescu & A, Corbos R (2010), The Role of Urban Tourism in the Strategical
Development of Brasov Area, Romania, pp. 1-5
Ismail H. N, Hamzah A (2008) A Design of Nature Culture Based Tourism
Corridor. Universitas Teknologi Malaysia, Kelantan
Maryani, Enok (2007) Warisan Budaya (Culture Heritage) Masikah Menjadi
(4)
Mutfianti, Ririn Dina (2009), Konsep Penataan Koridor Kalimas Surabaya
Berdasarkan Potensi Roh Lokasi (Spirit of Place),pp. 10-12
Nelson, Kris (2012), Understanding Strategies and Tactics in Commercial
Corridor Revitalization. University of Minnesota Research , Minnesota
Pothof, Rolf (2006), Urban Heritage Tourism A Case Study of Dubrovnik, United Kingdom, pp. 14-19
Saraswati, Tienneke (2013), Karakteristik Daya Tarik Wisata dan Wisatawan di
Kabupaten Belitung, repository. upi. Edu, pp. 5-7
Sinulingga, Sukaria (2011) Metodologi Penelitian, USU Press, Medan
Soigon Morin Hotel (2008), Tranforming GMS Economic Corridors Into Tourism
Roads Fostering Local Development, Tourism Workshop, Hue Vietnam
Turnbull Katherine, Griffin Greg (2012) Transportation dan Tourism. Texas Transportation Institute, Texas
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Allan B, Jacobs (1995) Great Street. DEKR Corporation, United State America
Awaty, Dwi Nopi (2007) Hubungan Antara Eksistensi Aktivitas Perdagangan dan
Permasalahan Lalu Lintas di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa, Semarang
Bromley R. D.F, Thomas C. J (1999) Retail Revitalization and Small Town
Centres : The Contribution of Shopping Linkages. Pergamon, UK
Econsult Corporation (2009) Commercial Corridors : A Strategic Investmen
Framework for Philadelphia, Philadelphia
Gunawan, Myra P (2007) Leisure, Rekreasi, Pariwisata dalam Berbagai Dimensi
Metropolitan. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung, Bandung, pp. 49-64
Hamzah, Amran & Ismail, Hairul (2008), A Design of Nature Culture Based
Tourism Corridor,pp. 12-14
I, Popescu & A, Corbos R (2010), The Role of Urban Tourism in the Strategical
Development of Brasov Area, Romania, pp. 1-5
Ismail H. N, Hamzah A (2008) A Design of Nature Culture Based Tourism
Corridor. Universitas Teknologi Malaysia, Kelantan
Maryani, Enok (2007) Warisan Budaya (Culture Heritage) Masikah Menjadi
(6)
Mutfianti, Ririn Dina (2009), Konsep Penataan Koridor Kalimas Surabaya
Berdasarkan Potensi Roh Lokasi (Spirit of Place),pp. 10-12
Nelson, Kris (2012), Understanding Strategies and Tactics in Commercial
Corridor Revitalization. University of Minnesota Research , Minnesota
Pothof, Rolf (2006), Urban Heritage Tourism A Case Study of Dubrovnik, United Kingdom, pp. 14-19
Saraswati, Tienneke (2013), Karakteristik Daya Tarik Wisata dan Wisatawan di
Kabupaten Belitung, repository. upi. Edu, pp. 5-7
Sinulingga, Sukaria (2011) Metodologi Penelitian, USU Press, Medan
Soigon Morin Hotel (2008), Tranforming GMS Economic Corridors Into Tourism
Roads Fostering Local Development, Tourism Workshop, Hue Vietnam
Turnbull Katherine, Griffin Greg (2012) Transportation dan Tourism. Texas Transportation Institute, Texas