HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA
HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA
M. Ikhwan K, Tri Wahyu Rahmawati
Abstrak
Seksual secara umum adalah memahami dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin. Seksual dapat berpengaruh ke perilaku yang dapat menyimpang jika para remaja tidak memiliki pengetahuan yang baik karena dalam hubungan seks bukan hanya alat kelamin dan daerah erogen (mudah terangsang) dan juga tidak hanya daya tarik dan panca indera yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku remaja tentang seksual di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010.Desain penelitian adalah analitik crossectional. Populasinya seluruh siswa-siswi kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebanyak 121 siswa dengan sampel 60 siswa diambil dengan teknik
Simple Random Sampling . Data dikumpulkan dengan kuesioner pengetahuan 15 pertanyaan dan sikap
dengan kuesioner 13 pernyataan diolah dengan analisis deskriptif disajikan dalam bentuk diagram pie dan table.
Hasil analisis dengan korelasi Spearman didapatkan ada hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri (p
value = 0,000 < 0,05), tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (-0,711) artinya semakin baik
pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual.Dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan diperlukan untuk memperbaiki sikap negatif menjadi sikap positif dalam upaya memperbaiki perilaku remaja. Disarankan pihak sekolah memberikan pembelajaran mengenai seksual melalui KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang seksual.
.
Kata Kunci : pengetahuan, perilaku, seksual, remaja Abstract
Sexual in general realize and detect everything related to sex organ. sexual can influential to
behaviour that can deviate if adolescent doesn't has erudition either due in coitus bot merely sex organ and
region erogen (easy angsang) and also not only fascination and the five senses that come along to
impersonate but also psikologis and emotion.This watchfulness aim is to detects erudition connection towards adolescent behaviour about sexual at
SMA Dharma Wanita I Pare district pare regency kediri year 2010. Watchfulness design analytic
crossectional. the population entire siswa-siswi class xii at SMA Dharma Wanita I is Pare district Pare
regency kediri as much as 121 students with sample 60 students is taken with technique Simple Random
Sampling. Data is gatherred with kuesioner erudition 15 questions and attitude with kuesioner 13 statements
is cultivated with descriptive analysis is presented in the form of diagram pie and table.Analysis result with correlation spearman got there sexual erudition connection towards class
adolescent sexual behaviour xii at SMA Dharma Wanita I Pare district Pare regency Kediri (p value = 0,000
< 0,05, connection levels belongs enough strong and negative (-0,711) mean more gooder erudition more
doesn't do sexual behaviour.Inferential that erudition enhanced be be need to repair negative attitude be positive attitude in the
effort repair adolescent behaviour. Suggested school side gives study hits sexual passes kie (communication,
information, education) to increase adolescent erudition about sexual, attitude cognizance and adolescent
behaviour so that cares and responsible in the life.Keyword: erudition, behaviour, sexual, adolescent Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015 urnal AKP
56
urnal AKP
Seksualitas dapat diartikan maksud dan motif dalam diri manusia, sehingga ada hubungan dengan perilaku seksual. Jika pengetahuan seseorang tentang seks kurang, maka dapat berpengaruh terhadap perilakunya yang menyimpang misalnya hamil di luar nikah, tetapi jika pengetahuannya baik maka perilakunya tidak menyimpang, karena setiap orang mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang dalam arti sempit disebut libido (nafsu syahwat, nafsu birahi).(www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_14Seks
Pranikah.pdf/145_14SeksPranikah.html). Perilaku
seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat, karena setiap golongan masyarakat memiliki persepsi yang berbeda. (http://etd.eprints.ums.ac.id/357/). Banyak remaja yang menyukai bacaan dan melihat film-film porno, hal ini akan mendorong remaja terjebak dengan kegiatan seks yang haram. Faktor– faktor tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah misalnya aborsi, dan pernikahan dini/pranikah.
(http://osolihin.wordpress.com/2007/03/21/perilak u-seks-remaja-makin-bebas/ ) .
Angka kejadian aborsi di Indonesia berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun. Kasus tersebut ada sekitar 60.861.350 yang terjadi pada remaja berusia 10–24 tahun. Angka pernikahan dini (menikah sebelum berusia 16 tahun) hampir dijumpai di seluruh propinsi Indonesia. Sekitar 10% remaja putri yang berusia 15-19 tahun melahirkan anak pertamanya sehigga resiko kematian bayi 30% lebih tinggi dibandingkan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia 20 tahun atau lebih, (GOI & UNICEF, 2000). Survei terhadap 3.978 atau 0,4% remaja yang menikah pada usia 15–24 tahun di 4 propinsi (Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Lampung) dan 5% remaja perempuan yang pernah menikah mengaku bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah (GOI & UNICEF, 2000). Di SMA Dharma Wanita 1 PARE pada tahun 2008– 2009 terdapat 4 siswa yang mempunyai kasus hamil di luar nikah, dan hampir setiap tahunnya kasus tersebut (hamil di luar nikah) ada dan terdapat 1 siswa dengan kasus aborsi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan atau mendapat informasi yang akurat tentang seksualitas. (FCI, 2000).
Ketertarikan antar lawan jenis dapat berpengaruh ke perilaku yang dapat menyimpang baik sehingga dapat berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup, karena dalam hubungan seks bukan hanya alat kelamin dan daerah erogen (mudah terangsang) dan juga tidak hanya daya tarik dan panca indera yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi, oleh karena itu pengetahuan tentang seksual sangat penting untuk menjaga agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pada remaja adalah berkembangnya organ seksual dan pengaruh media (televisi) pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari, misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
Menghadapi penundaan perkawinan ini para remaja menyalurkan nafsu birahinya yang dilakukan secara semberono, (Ida Bagus, 1998). Hubungan seks yang bebas sudah tentu akan menimbulkan akibat yang tidak diinginkan yaitu kehamilan yang belum dikehendaki,
(http://osolihin.wordpress.com/2007/03/21/perilak u-seks-remaja-makin-bebas/) .
Untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 yaitu dengan cara KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang seksual, kesadaran sikap dan perilaku remaja agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupannya, (BKKBN, 2002). Advokasi atau dukungan dapat mengubah persepsi remaja agar pendidikan seks yang tidak bertanggung jawab dan hanya menjurus ke pornografi. Agar sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif, maka diperlukan strategi yang tepat. Strategi tersebut memberikan stimulant kepada remaja agar timbul partisipasi aktif melalui kegiatan yang sudah ada tanpa membuat kelompok baru, mewujudkan peningkatan peran remaja (siswa) melalui kegiatan–kegiatan positif yang dilaksanakan oleh remaja sendiri, sekolah memberikan penyuluhan tentang pengetahuan seksual, sekolah bertindak
57 Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015 Latar Belakang
urnal AKP
Pare Kabupaten Kediri sebanyak 121 siswa, sampel penelitian sebanyak 60 siswa dengan teknik sampling simple random sampling.
18; 30% 42; 70% Laki-Laki Perempuan
Berdasarkan diagram di atas diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu ada 42 responden (70%) dari total 60 responden.
Kabupaten Kediri dapat dilihat pada diagram berikut.
a. Jenis kelamin Responden Distribusi frekuensi jenis kelamin remaja di SMA Dharma Wanita Pare
1. Data Umum
Hasil
yang diberikan oleh subyek dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
confidentiality (azas kerahasiaan) yaitu informasi
Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini meliputi prinsip informed concent dengan memberikan lembar kesediaan menjadi responden setelah mendapatkan informasi secukupnya; prinsip anonymity , yaitu bahwa identitas (nama dan alamat) responden tidak akan diungkapkan dalam hasil penelitian; serta
tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan jumlah untuk mengukur pengetahuan sejumlah 15 soal dan jumlah pertanyaan untuk mengukur perilaku seksual sebanyak 13 soal. Pengolahan data dilakukan melalui tahap editing, coding, scoring dan tabulating. Setelah dilakukan pengolahan data kemudian dilakukan uji stastistik SPSS 17 menggunakan uji spearman corelation. Disini peneliti menggunakan taraf kesalahan α 0,05.
choise atau kuesioner yang jawabannya sudah
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan menggunakan kuesioner. bentuk pertanyaan tertutup (closed ended) yaitu multiple
08 Maret 2011 sampai tanggal 08 April 2011. Pengambilan data dilakukan pada hari Jum’at tanggal 08 April 2011 pukul 15.30 WIB. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas
tersebut dan mencoba menggali masalah apa yang sampai dapat remaja tersebut melakukan hal tersebut, memberikan saran untuk menghindari hubungan seks di luar nikah dan menyarankan agar berhati–hati dalam hal berpacaran. Maka pendidikan seks sangat diperlukan, sehingga terdapat pengertian yang benar tentang berbagai masalah hubungan seksual.
I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Lama penelitian dilakukan selama 1 bulan mulai tanggal
yang menekankan pada waktu pengukuran hanya satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel bebas (variabel independent) adalah Pengetahuan Seksual dan variabel terikat (variabel dependent) adalah Perilaku Seksual Remaja. Penelitian dilakukan pada kelas XII di SMA Dharma Wanita
Analitik crossectional yaitu jenis desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik crossectional.
Desain Penelitian
c. Menganalisa tentang hubungan antara pengetahuan seksual dengan perilaku seksual remaja kelas XII di SMA Dharma Wanita 1 Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
b. Mengidentifikasi perilaku seksual pada remaja kelas XII di SMA Dharma Wanita 1 Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
a. Mengidentifikasi pengetahuan seksual pada remaja kelas XII di SMA Dharma Wanita 1 Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
2. Tujuan Khusus
1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual remaja kelas XII di SMA Dharma Wanita 1 Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Seksual Terhadap Perilaku Seksual Remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri “.
58 Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
urnal AKP
Berdasarkan grafik di atas diketahui ada kecenderungan semakin baik pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual dan sebaliknya. Kecenderungan tersebut sebesar 48,5% (R 2 Linear = 0,485). Hasil analisis dengan korelasi
48; 80% 11; 18% 1; 2% Kurang Cukup Baik 14; 22,6% 48; 77,4% 0; 0,0% 0; 0,0% Tidak pernah Kadang-Kadang Sering Sangat Sering
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah suatu usaha yang mendasari seseorang berfikir secara ilmiah, sedang tingkatannya tergantung pada ilmu pengetahuan atau dasar pendidikan orang
Didapatkannya hampir seluruh responden memiliki pengetahuan tentang seksual kategori kurang dapat disebabkan berbagai faktor. Salah satunya terkait dengan karakteristik responden berupa jenis kelamin. Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu ada 42 responden (70%) dari total 60 responden. Berdasarkan penelitian didapatkan pada umumnya anak perempuan kurang memiliki perhatian khusus terhadap masalah seksual sehingga kurang tertarik untuk mempelajarinya.
1. Pengetahuan Remaja tentang Seksual Berdasarkan diagram 2 diketahui hampir seluruh responden memiliki pengetahuan tentang seksual kategori kurang yaitu ada 48 responden (80%) dari total 60 responden.
Pembahasan
Spearman didapatkan ada hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri (p value = 0,000 < 0,05), tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (-0,711) artinya semakin baik pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual.
Hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual seksual remaja di SMA Dharma Wanita Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dapat dilihat pada diagram berikut.
a. Pengetahuan Distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang seksual di SMA Dharma
c. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual
Berdasarkan diagram di atas diketahui hampir seluruh responden perilaku seksualnya (dalam bentuk bersentuhan dan berciuman) termasuk kategori kadang- kadang yaitu sebanyak 48 responden (77,4%) dari total 60 responden.
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dapat dilihat pada diagram berikut.
b. Perilaku Seksual Distribusi frekuensi perilaku seksual remaja di SMA Dharma Wanita Pare
Berdasarkan diagram 2 di atas diketahui hampir seluruh responden pengetahuannya tentang seksual termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 48 responden (80%) dari total 60 responden.
Wanita Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dapat dilihat pada diagram berikut.
59 Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
urnal AKP
Faktor yamg mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) ada empat yaitu pendidikan, pengalaman, intelegensi dan pemberian informasi.
Faktor lain terkait dengan kurangnya pendidikan seksual pada remaja di sekolah hingga saat ini yang belum memberikan materi pembelajaran mengenai pendidikan seksual kepada siswa. Hal ini disebabkan masih adanya kontroversi antara kelompok yang setuju dengan adanya pendidikan seksual kepada remaja dan ada pula kelompok yang menentangnya. Oleh karena itu pihak pendidikan juga belum berani memberikan tambahan pembelajaran seksual kepada siswa SMA. Pada akhirnya remaja yang ingin mengetahui seksual akan mencari informasi dari berbagai sumber yang belum terjamin validitasnya. Pada akhirnya yang didapatkan cenderung seksual ditinjau dari aspek keindahan, kenikmatan yang justru membawa kepada perilaku seksual yang negatif.
2. Perilaku Seksual Remaja Berdasarkan diagram 3 diketahui hampir seluruh responden memiliki perilaku seksual remaja (bersentuhan dan berciuman) dengan kategori kadang-kadang yaitu ada
48 responden (77,4%) dari total 60 responden. Perilaku adalah aktivitas dari manusia mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want) yang saling tumpang tindih dengan aspek lain (Hidayana M Irwan, dkk, 2004). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini dapat beragam, perilaku seksual setidaknya meliputi empat tahap (Kinsey et.al.1965 dalam Fedyani et.al.1997), yaitu bersentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan, sentuhan kulit pria wanita bukan muhrim dengan sengaja serta dengan niat yang tidak baik atau membangkitkan birahi, berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga ciuman bibir dengan mempermainkan lidah (deep kissing ), bercumbu (petting), menyentuh bagian sensitif dan mengarah pada pembangkitan mengedipkan bulu mata hingga pasangan terasa geli, ciuman ini misalnya di pipi, ujung bibir, dahi atau perut. Ciuman belakang telinga dengan cara perlahan, lalu dengan suara geraman dan dengungan mesra menuju ke lehernya kemudian gigit lehernya dengan perlahan sampai menemukan mulut. Berhubungan kelamin (sexual intercourse) berupa hubungan seksual, khususnya coitus.
Didapatkannya hampir seluruh responden memiliki perilaku seksual remaja (bersentuhan dan berciuman) dengan kategori kadang-kadang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berkembangnya seksual remaja akan diikuti dengan hasrat seksual (libido) sehingga menimbulkan keinginan untuk berhubungan seksual. Pada tahap awal remaja akan melakukan seksual dalam tahap ringan yang akhirnya menuju pada hubungan seksual dalam arti coitus. Tahap ringan dimaksud adalah dimulai dengan sentuhan (touching). Pada umumnya remaja mulai berani untuk saling bersentuhan dengan lawan jenisnya yang dianggap sebagai pacar. Di awali dengan sentuhan ini jika saling mendapatkan respon maka akan berlanjut kepada berpegangan tangan sampai berpelukan. Pada akhirnya remaja akan cenderung berlanjut kepada ciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga ciuman bibir dengan mempermainkan lidah (deep
kissing ), bercumbu (petting), menyentuh
bagian sensitif dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual.
3. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual
Berdasarkan diagram 4.4 diketahui ada hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri (p value = 0,000 < 0,05), tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (-0,711) artinya semakin baik pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual.
Perilaku menurut menurut Lawrence Green (1980) dikutip Notoatmodjo (2003) dipengaruhi faktor predisposisi, pemungkin dan penguat. Faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan faktor yang mendahului terwujud perilaku seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
60 Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
urnal AKP
2. Tenaga Kesehatan Disarankan tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang seks kepada remaja dengan mempertimbangankan aspek pengetahuan dan perilaku remaja dengan cara memberikan penyuluhan setiap 1 bulan sekali kesekolahan.
Salemba Medika
Tehnik Penulisan Ilmiah , Surabaya :
Alimul, Aziz, H.(2003). Riset Keperawatan dan
4. Bagi Peneliti Disarankan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya dalam membahas permasalahan yang berkaitan dengan seksual dan perilaku remaja terhadap seksual tersebut.
3. Institusi Pendidikan Kesehatan Disarankan agar pihak pendidikan melaksanakan pembelajaran seksual melalui penyuluhan kepada masyarakat setiap 1 bulan sekali dan melakukan modifikasi kurikulum khususnya tentang seksual.
1. Bagi pihak sekolah Disarankan pihak sekolah memberikan pembelajaran mengenai seksual melalui KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang seksual, kesadaran sikap dan perilaku remaja agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupannya.
Green ini maka pengetahuan dapat dikatakan sebagai faktor pendahulu bagi perilaku seseorang. Menurut Snehandu B. Kar (1983) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku adalah ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information). Jadi jelas bahwa informasi yang secara konsep menjadi sumber pengatahuan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku.
Saran
3. Jadi hasil analisis dengan korelasi Spearman didapatkan ada hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p value = 0,000 < 0,05), tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (- 0,711) artinya semakin baik pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual.
2. Dari hasil identifikasi perilaku remaja tentang seksual di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun seksualnya (dalam bentuk bersentuhan dan berciuman) termasuk kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 48 responden (77,4%), kategori tidak pernah sebanyak 14 responden (22,6%), sedangkan kategori sering dan sangat sering sebanyak 0 responden (0%) dari total 60 responden.
1. Dari hasil identifikasi pengetahuan remaja tentang seksual di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010 yaitu hampir seluruh responden pengetahuannya tentang seksual termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 48 responden (80%), kategori cukup yaitu sebanyak 11 responden (18%), dan dengan kategori baik sebanyak 1 responden (2%) dari total 60 responden.
Kesimpulan
Didapatkannya ada hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan sesuai dengan hasil penelitian didapatkan hampir seluruh responden memiliki pengetahuan tentang seksual kategori kurang yaitu ada 48 responden (80%) dari total 60 responden. Kurangnya pengetahuan tentang seksual ini akan berpengaruh terhadap keberanian remaja untuk melakukan hubungan seksual dalam arti mulai dari bersentuhan, berpegangan tangan, berciuman atau bahkan coitus. Terlihat sesuai dengan hasil penelitian didapatkan hampir seluruh responden memiliki perilaku seksual remaja (bersentuhan dan berciuman) dengan kategori kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang pengetahuannya kurang cenderung berani bersentuhan bahkan sampai berciuman. Terbukti pula sesuai dengan hasil analisis diketahui tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (-0,711) artinya semakin baik pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
61 Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
- -seks-remaja-makin-bebas/ (Download, 2 Oktober 2010).
Jakarta : CV Sagung Setyo. Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling , Jakarta : Trans Info Media.
http://dokteriwan.blogspot.com. (Download, 13 Oktober 2010). http://www.inspirasikan.wordpress.com.html (Download, 22 Oktober 2010).
(Download, 12 Oktober 2010).
http://pikkrr- alhikmah.blogspot.com/2010/06/pengetahua n-seksual-secara-dini-dapat.html .
http://etd.eprints.ums.ac.id/375/ (Download, 31 September 2010). http://osolihin.wordpress.com/2007/03/21/perilaku
(Download, 31 September 2010).
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_14SeksP ranikah.pdf/145_14SeksPranikah.html
Revisi 1. Kediri : Pustaka Pelajar. Widyastuti, Yani, dkk. (2009), Kesehatan Reproduksi , Yogyakarta : Fitramaya.
Nursalam dan Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan.
urnal AKP
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed. 1. Surabaya : Salemba Medika.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan
Penelitian Kesehatan , Ed. Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prisip – Prinsip Dasar, Ed. 2.
Jakarta : Rineka Cipta. Bagus, Ida. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita , Jakarta : Arcan..
Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Revisi.