T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemandirian dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran TIK (Studi Kasus pada Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga) T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama yaitu penelitian
mengenai peningkatan kemandirian. Penelitian yang berjudul upaya meningkatkan
kemandirian belajar siswa dalam Pembelajaran matematika melalui model
cooperative Learning tipe kepala bernomor terstruktur (kurniawati,2010) Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika melalui
penggunaan model Cooperative Learning tipe Kepala Bernomor Terstruktur pada
siswa SMP N 2 Sewon tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Kepala
Bernomor Terstruktur di kelas VIII D SMP N 2 Sewon dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa, rata-rata kemandirian belajar siswa mengalami
peningkatan dari 63,57% di siklus I menjadi 81,34% di siklus II. Penelitian terkait
yang selanjutnya berjudul Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
SMP melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (Syahbana,2012). Nilai
gain diperoleh dari rumus Meltzer dengan hasil : untuk kelas eksperimen nilai gain
minimum = -0,60 dan maksimum = 1, sedangkan untuk kelas kontrol nilai gain
minimum = -0,20 dan maksimum = 1. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional. Kedua
penelitian tersebut telah membuktikan bahwa kemandirian dan kemamuan bepikir
kritis dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran. Adapun penelitian yang
berkaitan dengan metode inkuiri, penelitian yang dilakukan oleh Prayitno H.M
(Prayitno,2012) yang melakukan penelitian mengenai penggunaan metode inkuiri

8

dalam pembelajaran IPA. Dari penelitian tersebut, terbukti bahwa penggunaan
metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi perubahan lingkungan
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa SD N 1 dan 3 Sidomulyo Kecamatan
Banjar jero Kabupaten Blora. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Sri Mulyati dan
Aman (Mulyati, 2012) yang dalam penelitiannya berhasil meningkatkn kualitas
pembelajaran Sejarah Asia tenggara Baru melalui penerapaan metode inkuiri di
jurusan pendidikan sejarah FIS UNY. Stategi inkuiri yang diterapkan diawali dengan
strategi ekspositori yang menempatkan peranan besar dosen dalam pembelajaran
terutama dalam hal membina, mengarahkan, membimbing, memberi tindakan, dan
mengevaluasi serta refleksi, dan diakhiri dengan strategi inkuiri yang menuntut

kemandirian mahasiswa dalam proses mencari, menemukan, dan memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan masalah masalah yang diajukan oleh dosen.
Kedua penelitian terakhir dapat menjadi acuan peneliti untuk menciptakan sebuah
kegiatan belajar mengajar dengan metode inkuiri apakah mampu meningkatkan
kemandirian dan kemampuan berpikir kritis .

2.2 Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Teknologi Informasi

dan Komunikasi

(TIK) mencakup dua aspek,

yaitu

Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.Teknologi Informasi, meliputi
segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi,
dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke yang lainnya (Purwanti,2012). Karena itu, teknologi Informasi

dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan dan
mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, dan transfer informasi antar media.
Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah
(Mawar,2012):

9

1. Menyadarkan

siswa

akan

potensi

perkembangan

teknologi


informasi

dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi
untuk mengevaluasi dan
mempelajariTeknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sep
anjang hayat.
2. Memotivasi

kemampuan

siswa

untuk

mengantisipasi perkembangan

Teknologi

sehingga


melaksanakan

siswa

bisa

bisa

beradaptasi

Informasi

dan

dan

Komunikasi,

dan menjalani


aktifitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.
3. Mengembangkan

kompetensi

siswa

dalam

menggunakan

Teknologi

Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan
berbagai aktifitas dalam kehiduan sehari- hari.
4. Mengembangkan
dan Komunikasi,
menarik,


kemampuan
sehingga

dan mendorong

belajar

proses
siswa

berbasis

pembelajaran
terampil

dalam

Teknologi
dapat


lebih

Informasi
optimal,

berkomunikasi,terampil

mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.
5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif,
dan bertanggungjawab

dalam

penggunaan

Teknologi

Informasi


dan

komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari –hari.

2.3 Metode Inkuiri
2.3.1 Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Piaget yang dikutip Wafi Rifatul Himmah (Himmah,2009) metode
inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuannya yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik.

10

Metode inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka
dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan perilaku.

Wina sanjaya (Sanjaya,2008) mengemukakan metode inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan
dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini
siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru
dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas
untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan
dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi (Ida, 2010).

2.3.2 Sintaks Inkuiri
Tahap

Tingkah Laku Guru


Tahap 1
Observasi untuk menemukan

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang

masalah

memungkinkan siswa menemukan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan masalah
penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang

Tahap 2 Merumuskan masalah

disajikannya

11

Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis
terhadap masalah yang telah dirumuskannya

Tahap 3 Mengajukan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk merencanakan
Tahap 4 Merencanakan

pemecahan masalh, membantu menyiapkan alat dan

pemecahan masalah (melalui

bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja

eksperimen atau cara lain)

yang tepat

Tahap 5 Melaksanakan
eksperimen (atau cara

Selama siswa bekerja, guru membimbing dan

pemecahan masalh yang lain)

memfasilitasi
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang

Tahap 6 Melakukan pengamatan

hal-hal yang penting dan membantu mengumpilkan dan

dan pengumpulan data

mengorganisasi data
Guru membantu siswa menganalisis data supaya

Tahap 7 Analisis data

menemukan suatu konsep
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan

Tahap 8 Penarikan kesimpulan

berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang

dan penemuan

ingin ditanamkan

Tabel 2.1 Sintaks Inkuiri
2.3.3 Prinsip - prinsip Inkuiri
Dalam pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru, yaitu sebagai berikut :
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir, karena inkuiri didasari oleh teori kognitif
yang menekankan arti penting proses internal seseorang. Dengan demikian,
pembelajaran inkuiri selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada
proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dalam pembelajaran inkuiri bukan
ditentukan oleh penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran, tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inkuiri ini yang dinilai
adalah

proses

menemukan

sendiri

hal

12

baru

dan

proses

adaptasi

yang

berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki siswa
b. Prinsip Interaksi
Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi siswa
dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Kegiatan
pembelajaran selama menggunakan pendekatan inkuiri ditentukan oleh interaksi
siswa. Keseluruhan proses pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri,
percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara
aktif. Guru hanya perlu menjadi fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Guru juga harus
memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang
lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
c. Prinsip Bertanya
Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan-pertanyaan
yang dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna.
Selama pembelajaran inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau
mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat
bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan
mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri,
dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang harus
dilakukan guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh

13

otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran
aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk
mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi
pelajar sepanjang hayat.

2.3.4 Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasardasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru
dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas
untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan
dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi (Ardi, 2013). Inkuiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang,
peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang
logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas guru
adalah

menyediakan

ruang

untuk

memberikan

kesempatan

kepada

siswa

mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.
Dengan demikian, peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri (Ida,2010) adalah :
1. Motivator
Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
14

2. Fasilitator
Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
3. Penanya
Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan
pada diri sendiri.
4. Administrator
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.
5. Pengarah
Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
6. Manajer
Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder
Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan
semangat inkuiri pada siswa

2.3.5 Tahapan Pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri ada tahap tahapannya antara lain tahap orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2008).
Pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah
tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena
15

itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada
setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

2.3.6 Sasaran Pembelajaran Inkuiri
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah:
16

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran ,
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri

1.4 Kemandirian
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mandiri adalah ”berdiri sendiri”.
Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang
lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar,
bersikap, berbangsa maupun bernegara (Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1990).
Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak
tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam
menyelesaikan masalah belajarnya sendiri (Yamin, 2008:15). Kemandirian belajar
akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan,
mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran
yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini
kemandirian belajar siswa diukur dengan menggunakan angket kemandirian belajar
siswa dengan indikator (riyanti,2009) :
1. kesadaran untuk belajar mandiri,
2. memiliki perencanaan untuk belajar,
3. memiliki kedisiplinan dalam belajar,
4. memiliki tujuan belajar,
5. percaya diri, dan
6. memiliki tanggung jawab dalam belajar

2.5 Berpikir Kritis
Berpikir adalah suatu proses dialektis. Artinya selama proses berpikir, pikiran
mengadakan tanya jawab dengan pikiran itu sendiri untuk dapat meletakkan
hubungan-hubungan antara pengetahuan dengan tepat (Sujanto, 2004: 56).
17

Menurut Ennis dan Costa (dalam Suryadi dan Herman, 2008: 20) berpikir kritis
merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat
membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan
tentang apa yang diyakini atau dilakukan.
Ennis

yang dikutip Liliasari (liliasari,2012) mengatakan berpikir kritis

merupakan bagian dari pola berpikir kompleks/ tingkat tinggi yang bersifat
konvergen. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisi
argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap tiap makna interprestasi, untuk
mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi serta
memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
Paul & Elder (2011) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses
menganalisa dan menilai pemikiran dengan sebuah pandangan untuk memperbaiki
pemikiran yang didasarkan pada sebuah tujuan. Ia juga menyatakan bahwa dalam
berpikir kritis pengetahuan merupakan struktur paling dasar dalam berpikir dan
standar intelektual yang paling utama untuk berpikir.
Langkah-langkah berpikir kritis serta 12 keterampilan- keterampilan dalam
berpikir kritis (Twelve Essential critical thinking , sebagai berikut:
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem).
a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
c. Memilih informasi yang relevan.
d. Merumuskan/memformulasi masalah.
2. Menilai informasi yang relevan.
a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar /judgment
b. Mengecek konsistensi
c. Mengidentifikasi asumsi
d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat
(semantic slanting).
18

f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
3. Pemecahan Masalah/ Penarikan kesimpulan.
a. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil.

2.6 Kerangka Berpikir
Kemandirian dan
kemampuan
berpikir kritis
meningkat

KELAS
EKSPERI
MEN

Pembelajaran
dengan metode
inkuiri
Observasi
Awal

KELAS
KONTROL

Observasi
Akhir
Pembelajaran
dengan metode
konvensional
Kemandirian dan
kemampuan
berpikir kritis
rendah

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

19

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25