Analisis Perencanaan Obat di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode

pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuannya adalah untuk mengetahui
secara jelas dan lebih mendalam tentang perencanaan obat di instalasi farmasi
RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman yang
berlokasi di Jalan Negara Km. 58 No. 315 Serdang Bedagai, Sumatera Utara,
dengan pertimbangan : kurang optimalnya perencanaan obat di instalasi farmasi
RSUD Sultan Sulaiman.
3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan survei pendahuluan sampai dengan
penelitian yaitu dimulai pada bulan Agustus 2016 s/d Mei 2017.
3.3

Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang
mampu memberi informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu
pelaksanaan perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman. Jadi
yang menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah 6 informan yang terdiri
dari direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi, kepala

Universitas Sumatera Utara

bidang pelayanan medik dan keperawatan, kepala seksi penyusunan program, dan
staf perencanaan bagian obat di RSUD Sultan Sulaiman.
3.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara mendalam merupakan salah satu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung kepada informan.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap kelengkapan data-data yang
berhubungan dengan penelitian.
3.5

Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu :
1. Data primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang

dikumpulkan melalui hasil wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan
menggunakan pedoman wawancara dan observasi/pengamatan.
2. Data sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen rumah sakit seperti profil rumah sakit, laporan
penggunaan obat, dan referensi dari buku-buku serta hasil penelitian yang
berhubungan dengan perencanaan obat di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

3.6

Instrumen Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian

adalah peneliti sendiri. Dalam melakukan wawancara mendalam (indepth
interview), instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara yang berisi
daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan dibicarakan, dan
dalam melakukan observasi, instrumen yang digunakan berupa lembar check list
observasi. Untuk memperjelas informasi yang akan diperoleh, digunakan alat
bantu berupa alat perekam suara dan alat tulis.
3.7


Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Adapun
triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan
triangulasi teknik.
Menurut Sugiyono (2012), triangulasi sumber berarti mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi sumber
dilakukan peneliti dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan
menanyakan pertanyaan yang sama kepada beberapa informan yang berbeda.
Triangulasi sumber didapat dari informan yang berbeda jabatannya namun masih
dalam serangkaian tugas pokok dan fungsi dalam perencanaan obat di instalasi
farmasi rumah sakit.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi

Universitas Sumatera Utara

teknik dilakukan peneliti dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan
observasi (Sugiyono, 2012).

3.8

Metode Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012) analisis data

kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu :
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, tabel, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

Universitas Sumatera Utara

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL

4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1

Sejarah Singkat RSUD Sultan Sulaiman
RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai didirikan pada tahun

2006 yang merupakan peningkatan dari puskesmas rawat inap Sei Rampah, dan
resmi berfungsi sejak diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal
06 Januari 2007. RSUD Sultan Sulaiman ditetapkan sebagai rumah sakit umum
kelas C berdasarkan Kepmenkes RI No. 001/Menkes/SK/I/2008 tanggal
02 Januari 2008 dan sudah beroperasional dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sejak tahun 2008 berdasarkan Kepmenkes RI
No.HK.07.06/III/01/2008 tanggal 02 Januari 2008.
RSUD Sultan Sulaiman merupakan rumah sakit milik pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai wilayah kerja 17 kecamatan dan
243 desa, dengan jumlah penduduk sebesar 599.151 jiwa dengan luas wilayah
1.900,22 km2. Rumah sakit ini terletak di ibukota kabupaten, dalam wilayah kerja
Kecamatan Sei Rampah, tepatnya di jalan Negara Km 58 No. 315, Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Jarak RSUD Sultan Sulaiman ke ibukota
Propinsi Sumatera Utara (Medan) berkisar ±62 km. Rumah sakit ini terletak di
areal tanah seluas 20.200 m2 dengan luas bangunan 6.386 m2, yang terdiri dari 23

sarana gedung.
Secara geografis, Kabupaten Serdang Bedagai terletak di jalur lintas
Sumatera, sehingga daerah Serdang Bedagai termasuk daerah rawan kecelakaan,

Universitas Sumatera Utara

dan hal ini menjadi peluang untuk perawatan dan tindakan medis bagi korban
kecelakaan lalu lintas. Selain itu, Kabupaten Serdang Bedagai juga termasuk
daerah rawan bencana, dan hal ini memerlukan eksistensi RSUD Sultan Sulaiman
sebagai sarana penyedia pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam.
4.1.2

Visi, Misi dan Motto RSUD Sultan Sulaiman
RSUD Sultan Sulaiman mempunyai visi dan misi yang berorientasi pada

rencana pembangunan nasional, pembangunan kesehatan Indonesia, dan rencana
pembangunan serta kebijakan daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun visi,
misi dan motto pelayanan RSUD Sultan Sulaiman adalah:
1. Visi
Visi RSUD Sultan Sulaiman adalah “Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Terbaik”.
2. Misi
Misi RSUD Sultan Sulaiman, yaitu :
a. Pelayanan Prima
b. SDM Berkompeten dan Profesional
c. Peralatan Medis Sesuai IPTEK Kedokteran
d. Sistem Pelayanan Terstandar dan Terjangkau
3. Motto
RSUD Sultan Sulaiman memiliki motto : “SERASI”, yaitu :
S : Senyum
E : Empati
R : Ramah

Universitas Sumatera Utara

A : Amanah
S : Sigap
I : Ikhlas
4.1.3


Struktur Organisasi RSUD Sultan Sulaiman
Penyelenggaraan RSUD Sultan Sulaiman tentunya membutuhkan tim

penyelenggaraan yang tersusun dalam suatu struktur organisasi rumah sakit. Tim
penyelenggaraan ini diharapkan mampu mengoperasionalkan rumah sakit sesuai
dengan program kerja dan kegiatan yang sudah disusun di RSUD Sultan
Sulaiman. Susunan organisasi RSUD Sultan Sulaiman terdiri dari :
1. Direktur
2. Bidang pelayanan medis dan keperawatan
a. Seksi pelayanan medis
b. Seksi keperawatan
c. Seksi bina asuhan, mutu dan ketenagaan
3. Bidang perencanaan dan pengembangan
a. Seksi penyusunan program
b. Seksi pendidikan dan pelatihan
c. Seksi monitoring dan evaluasi
4. Bagian tata usaha
a. Sub bagian umum
b. Sub bagian kepegawaian
c. Sub bagian keuangan


Universitas Sumatera Utara

5. Unit-unit non struktural
a. Satuan pengawas intern
b. Komite
4.1.4

Sumber Daya Manusia RSUD Sultan Sulaiman
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di rumah sakit terdiri dari :

a. Tenaga kesehatan yang meliputi dokter spesialis, dokter umum, perawat,
apoteker, bidan, analis kesehatan, asisten apoteker, ahli gizi, fisiotherapi,
radiographer dan perekam medis.
b. Tenaga non kesehatan yaitu bagian keuangan, administrasi, personalia, dan
lain-lain.
Berikut kondisi SDM di RSUD Sultan Sulaiman tahun 2016 dengan
jumlah 406 orang:
Tabel 4.1 Kondisi SDM di RSUD Sultan Sulaiman
No.
Klasifikasi Pendidikan
PNS
T. Kontrak
1.
Dokter Spesialis
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
3
1
Dokter Spesialis Anak
7
0
Dokter Spesialis Obgyn
1
1
Dokter Spesialis THT
4
0
Dokter Spesialis Anasthesi
3
0
Dokter Spesialis Mata
1
0
Dokter Spesialis Kulit Kelamin
1
1
Dokter Spesialis Paru
1
0
Dokter Spesialis Jiwa
0
0
Dokter Spesialis Bedah
1
2
Dokter Spesialis Patologi Klinik
1
0
Dokter Spesialis Saraf
1
0
Dokter Spesialis Jantung
0
1
Dokter Spesialis Orthopedi
0
1
2.
Master Kesehatan
3
0
Master Sains
2
0
3.
Master Pendidikan
1
0
4.
Dokter Umum
24
2
5.
Dokter Gigi
3
0

Universitas Sumatera Utara

No.
6.
7.
8.
9.
10.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

4.1.5

Tabel 4.1 (Lanjutan)
Klasifikasi Pendidikan
PNS
D-III Bidan
12
D-I Bidan
4
D-III Perawat
6
SPK
0
S-I Keperawatan
30
Perawat Gigi
2
Analis Kesehatan
2
SMAK
1
Ahli Gizi
5
Apoteker
7
Radiologi
2
Psikologi
2
Anasthesi
1
Rekam Medik
4
Fisiotherapy
1
SKM
12
Analis Kesehatan Lingkungan
0
Elektro Medik
2
Komputer
1
Sarjana Ekonomi
3
Sarjana Hukum
1
Sarjana Teknik
1
Sarjana Agama Islam
0
Sarjana Sastra Inggris
0
D-III Keuangan
0
D-III Perpajakan
0
D-III Kimia Industri
0
SMU/SLTA
1
SMP/SLTP
0
SD
0
Jumlah Keseluruhan
164

T. Kontrak
37
0
84
1
10
0
1
1
0
0
0
0
0
1
3
1
0
0
3
10
1
1
1
3
1
1
1
64
2
2
242

Pelayanan Kesehatan di RSUD Sultan Sulaiman
Pelayanan kesehatan di RSUD Sultan Sulaiman mengarah pada pelayanan

rujukan secara paripurna seperti halnya pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit
kelas C. Jenis pelayanan yang diberikan di RSUD Sultan Sulaiman adalah sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Pelayanan rawat jalan (poliklinik terpadu)
RSUD Sultan Sulaiman memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan yang
berguna dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Pelayanan yang diberikan terdiri dari beberapa spesialisasi pelayanan yang dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Klinik spesialis penyakit dalam
b. Klinik spesialis penyakit anak
c. Klinik spesialis penyakit bedah
d. Klinik spesialis penyakit obstetri dan kandungan
e. Klinik spesialis penyakit kulit dan kelamin
f. Klinik spesialis penyakit mata
g. Klinik spesialis penyakit paru
h. Klinik spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
i. Klinik spesialis jiwa
j. Klinik spesialis anasthesi
k. Klinik spesialis umum
l. Klinik spesialis gigi dan mulut
m. Klinik spesialis forensik
n. Klinik spesialis kardiologi
o. Klinik spesialis syaraf
p. Klinik spesialis orthoped

Universitas Sumatera Utara

2. Pelayanan rawat inap
Selain pelayanan kesehatan rawat jalan, RSUD Sultan Sulaiman juga
memberikan pelayanan kesehatan rawat inap dalam hal penyelenggaraan
pelayanan opname dan pemulihan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
RSUD Sultan Sulaiman mempunyai beberapa kelas perawatan opname yang
dikategorikan sebagai berikut :
a. Ruang perawatan VIP (terdiri dari 8 tempat tidur)
b. Ruang perawatan kelas I (terdiri dari 16 tempat tidur)
c. Ruang perawatan kelas II (terdiri dari 24 tempat tidur)
d. Ruang perawatan kelas III (terdiri dari 88 tempat tidur)
3. Pelayanan gawat darurat (24 jam)
Dalam hal pelayanan kesehatan emergency RSUD Sultan Sulaiman juga
menyediakan pelayanan gawat darurat yang beroperasi 24 jam. Hal ini sangat
membantu dalam pemberian pelayanan kesehatan pasien terutama dalam
penanganan kasus-kasus emergency, sehingga angka kematian pasien dapat
diturunkan. Dalam pelayanan kesehatan di ruang gawat darurat, pihak RSUD
Sultan Sulaiman sudah menyediakan tenaga kesehatan yang dibutuhkan seperti
halnya dokter umum, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan penunjang lainnya
yang siap melayani pasien 24 jam.
4. Pelayanan bedah sentral (ruang operasi)
RSUD

Sultan

Sulaiman

sudah

mampu

melakukan

tindakan

operasi/pembedahan yang didukung dengan adanya tenaga dokter spesialis seperti
dokter spesialis bedah, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan dokter

Universitas Sumatera Utara

anasthesi yang mampu untuk melakukan tindakan operasi. Jenis pelayanan operasi
yang sudah pernah dilakukan adalah tindakan bedah umum dan tindakan bedah
gynekologi.
5. Pelayanan khusus
RSUD Sultan Sulaiman sudah menyediakan layanan khusus untuk
melayani pasien yang dikategorikan sebagai berikut :
a. Pelayanan rawat inap intensif (Intensive Care Unit, ICU)
b. Pelayanan rawat inap bayi baru lahir (neonatologi)
c. Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) untuk HIV
d. Unit CST (Care Support and Treatment) bagi penderita HIV/AIDS
e. Unit DOTS untuk penanganan pasien TBC
6. Pelayanan penunjang medis
RSUD Sultan Sulaiman sudah memiliki sarana penunjang medis yang
dijabarkan sebagai berikut :
a. Instalasi farmasi
b. Instalasi patologi klinis (laboratorium)
c. Instalasi gizi
d. Instalasi radiologi
e. Instalasi rehabilitasi medis
f. Unit Transfusi Darah (UTD)
g. Instalasi pemeliharaan rumah sakit (IPRS)
h. Instalasi kamar jenazah
i. Laundry

Universitas Sumatera Utara

j. Unit rekam medis
k. Instalasi pengolahan air limbah
7. Pelayanan umum
Sebagai fasilitas pelayanan masyarakat, RSUD Sultan Sulaiman juga
menyediakan fasilitas layanan umum yang dapat dinikmati masyarakat baik
pasien yang datang berobat maupun keluarga pasien yang datang berkunjung.
Bentuk pelayanan umum yang ada di RSUD Sultan Sulaiman dirincikan sebagai
berikut :
a. Sarana parkir
b. Musholla
c. Transportasi ambulans
d. Kantin
4.1.6

Kunjungan Pasien ke RSUD Sultan Sulaiman
RSUD Sultan Sulaiman sudah memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat sejak tahun 2008. Masyarakat sudah banyak menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada d irumah sakit tersebut. Hal ini tampak dari jumlah kunjungan
pasien yang datang berobat semakin bertambah selama kurun waktu 4 tahun
terakhir. Demikian pula dari jenis penyakit yang ditangani di rumah sakit yang
cenderung semakin beraneka ragam. Berikut gambaran kunjungan pasien periode
tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Gambaran kunjungan pasien tahun 2015-2016 di RSUD Sultan
Sulaiman
Tahun
Jenis Kunjungan Kategori Pasien
2015
2016
Jumlah
Jumlah
Rawat Jalan
Umum
3237
4417
BPJS
9033
14817
Total
12270
19234
Rawat Inap
Umum
375
449
BPJS
1382
1563
Total
1757
2012

4.2

Instalasi Farmasi RSUD Sultan Sulaiman
Instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman sebagai salah satu pelayanan

penunjang medis di rumah sakit. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang apoteker.
Jumlah SDM di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman sebanyak 16 orang, yang
terdiri dari kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi dengan 2 orang staf
gudang, kepala apotek instalasi farmasi dengan 8 orang staf, kepala farmasi
Instalasi Gawat Darurat (IGD), operator dan administrasi. Berdasarkan tingkat
pendidikan, SDM di instalasi farmasi terdiri dari 5 orang apoteker, 5 orang asisten
apoteker, 2 orang magister farmasi, 3 orang sarjana dan 1 orang lulusan SMU.
Struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman seperti pada
bagan berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan
Sulaiman

4.3

Karakteristik Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, yang terdiri dari

direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi, kepala
bidang pelayanan medik dan keperawatan, kepala seksi penyusunan program serta
staf perencanaan bagian obat di RSUD Sultan Sulaiman. Karakteristik masingmasing informan disajikan pada tabel berikut.

1.
2.

Kode
Informan
Informan 1
Informan 2

3.

Informan 3

4.

Informan 4

5.

Informan 5

6.

Informan 6

No.

Tabel 4.3 Karakteristik informan
Jenis
Umur
Pendidikan
Keterangan
Kelamin
(tahun)
Laki-laki
41
Dokter
Direktur rumah sakit
Perempuan
33
Apoteker
Kepala
instalasi
farmasi
Laki-laki
31
Master
Kepala
gudang
farmasi
instalasi farmasi
Laki-laki
44
Dokter
Kepala
bidang
pelayanan medik dan
keperawatan
Laki-laki
35
D3
Kepala
Seksi
Penyusunan Program
Perempuan
36
Apoteker
Staf
Perencanaan
bagian Obat

Universitas Sumatera Utara

4.4

Wawancara Pelaksanaan Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi
RSUD Sultan Sulaiman
RSUD Sultan Sulaiman memiliki instalasi farmasi dengan salah satu

kegiatannya adalah melakukan perencanaan obat. Berdasarkan hasil penelitian di
RSUD Sultan Sulaiman dengan melakukan wawancara mendalam terhadap
direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi, kepala
bidang pelayanan medik dan keperawatan, kepala seksi penyusunan program serta
staf perencanaan program bagian obat, diperoleh hasil sebagai berikut.
4.4.1 Pernyataan Informan tentang Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara mengenai Sumber Daya Manusia (SDM)
perencana obat, diperoleh informasi meliputi orang-orang yang terlibat dalam
perencana obat, tugas dan tanggung jawab masing-masing SDM dalam
perencanaan obat dan pelatihan yang diberikan kepada SDM perencana obat,
dengan hasil sebagai berikut.
4.4.1.1 Pernyataan Informan tentang SDM Perencana Obat
Tabel 4.4 Matriks pernyataan informan tentang SDM perencana obat
Informan
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Pernyataan
Saya berikan wewenang ke bagian farmasi untuk membuatnya,
tapi koordinasi sama kepala bagian medik. Lalu diserahkan dan
koordinasi ke perencanaan. Jadi yang buat kesimpulan, bagian
perencanaan rumah sakit yaitu seksi penyusunan program kami.
Nanti mereka menghadap sama direktur.
Tidak ada tim. Yang buat kepala farmasi sama kepala gudang.
SK juga tidak ada. Kita yang buat karena wewenangnya ada di
berikan ke bagian instalasi farmasi. Kami juga ada menerima
usulan obat dari bagian yanmed.
Kita tidak ada pakai tim. Saya dengan kepala farmasi, sifatnya
mengusulkan ke bagian perencanaan rumah sakit untuk
diadakan. SK penunjukan ke kami itu tidak ada.
Yang buat perencanaan obat itu dari farmasi. Tapi saya ada juga

Universitas Sumatera Utara

Informan 5

Informan 6

mengajukan usulan yang diminta dokter itu ke farmasi.
Tim perencanaan rumah sakit secara global yang ada, dan khusus
untuk obat saya serahkan ke staf perencanaan obat langsung.
Nanti yang buat jumlah kebutuhannya dari farmasi, lalu diajukan
ke kami, nanti pemesanan kan melalui kami.
Ada tim perencanaan rumah sakit, saya adalah stafnya bagian
perencanaan rumah sakit yang khusus bidang obat saat ini. Tapi
yang buat jumlah kebutuhannya dari farmasi.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
perencanaan obat tidak dilakukan oleh suatu tim, karena tidak adanya tim
perencanaan obat yang secara resmi dibentuk oleh direktur di rumah sakit. Tidak
ada juga Surat Keputusan (SK) penunjukkan secara tertulis kepada instalasi
farmasi untuk menjadi perencana obat. Jadi perencanaan obat di rumah sakit
dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan kepala gudang farmasi dengan
wewenang yang diberikan oleh direktur secara lisan. Dalam melakukan
perencanaan obat, kepala instalasi farmasi akan melakukan koordinasi dengan
bagian pelayanan medik, jika ada permintaan obat dari dokter yang diajukan
kepada bagian pelayanan medik. Lalu usulan rencana kebutuhan obat akan
diajukan kepada kepala seksi penyusunan program dan staf perencanaan bagian
obat untuk dilakukan pengadaan obat dengan melakukan koordinasi terlebih
dahulu dengan direktur.
4.4.1.2 Pernyataan Informan tentang Tugas dan Tanggung Jawab dalam
Perencanaan Obat
Tabel 4.5 Matriks pernyataan informan tentang tugas dan tanggung
jawab dalam perencanaan obat
Informan

Pernyataan

Informan 1

Ya yang bertanggung jawab semua ini. Termasuk masalah
pengeluaran dana itu, itu semua tanggungjawab direktur.
Ibu memantaulah pengeluaran obat dari depan dari apotik

Informan 2

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

Informan 4
Informan 5

Informan 6

pelayanan, itulah ibu rekap-rekap, di farmasi ini cuma
menentukan jumlah kebutuhan aja. Kami yaudah nanti
mengusulkan, tergantung orang atas juga menyetujuinya berapa.
Orang itu yang mesan kan, kami tinggal menunggu, menerima
barang, mendistribusikan itu aja.
Kalau saya merekapkan, sifatnya mengusulkan. Kami menerima
usulan dari yanmed juga. Kalau secara mendasar, dari farmasi
diusulkan ke bagian perencanaan, finalnya disana. berapa jumlah
yang bisa dipesan oleh perencanaan dikoordinasikan ke kami
lagi. Ya dikasitau misalnya dana kita kurang nih, atau ada
berbagai macam lah alasannya, nanti diberitahukan lagi, kira-kira
yang bisa masih dipotong jumlahnya, nah mereka koordinasikan.
Kalo saya perannya mengajukan usulan yang diminta dokter itu,
karna dokter-dokter kan ada juga yang ke kami komunikasi.
Untuk obat, saya tugasnya untuk pemesanan. Jadi jumlah
pemesanan tergantung kami. Dari jumlah kebutuhan yang
diajukan farmasi, selama anggaran kita cukup, kita pesan
semuanya. Kalau tidak cukup, kita sesuaikan dengan kebutuhan
skala prioritas, kita koordinasikan dengan farmasinya lagi.
Saya membantu untuk melakukan pemesanan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
tugas dan tanggung jawab masing-masing sumber daya manusia yang berperan
dalam perencanaan obat adalah kepala instalasi farmasi dengan tugas dan
tanggung jawabnya yaitu memantau obat-obat yang keluar dari apotik farmasi,
melakukan rekap data pemakaian obat, dan membuat usulan rencana kebutuhan
obat yang akan datang bersama dengan kepala gudang farmasi. Bagian farmasi
juga berkoordinasi dengan bagian pelayanan medik, karena para dokter sebagai
user ada juga yang mengajukan permintaan obat kepada bagian pelayanan medik.
Tugas dan tanggung jawab bagian penyusunan program dan staf perencanaan
bagian obat adalah menerima usulan kebutuhan obat yang diajukan farmasi lalu
akan memutuskan mengenai berapa jumlah obat yang akan diadakan karena
tergantung dari dana rumah sakit yang tersedia. Jika dana tidak mencukupi, maka
dilakukan pengurangan jumlah obat yang akan diadakan dengan melakukan

Universitas Sumatera Utara

koordinasi kembali dengan bagian farmasi. Sebelum melakukan pengadaan obat,
bagian seksi penyusunan program akan melaporkan kepada direktur rumah sakit
dan meminta persetujuannya, sesuai dengan tugas direktur rumah sakit yaitu
sebagai penanggungjawab dalam pengeluaran dana di rumah sakit.
4.4.1.3 Pernyataan Informan tentang Pelatihan mengenai Perencanaan Obat
Tabel 4.6 Matriks pernyataan informan tentang pelatihan mengenai
perencanaan obat
Informan
Informan 1
Informan 2

Informan 3

Pernyataan
Kalau pelatihan untuk farmasi ada, sudah pernah diberikan.
Kalau pelatihan ada, tapi ibu memang belum pernah ikut, karena
ibu kan baru ini. Pelatihannya setau ibu ada mengenai evaluasi
penggunaan obat, kepala farmasi sebelumnyalah yang pernah
ikut.
Kalau pelatihan, sama kepala farmasi sebelumnya ada lah, karena
dia kepalanya. Kalau dalam setahun kita gak bisa tentukan
berapa kali, tergantung dana dari diklat ada apa nggak untuk itu,
kadang bisa setahun itu nggak ada pelatihan untuk farmasi.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
sudah ada dilakukan pelatihan untuk farmasi yang biasanya diikuti oleh kepala
instalasi farmasi yang sebelumnya, dan pelatihan yang diberikan mengenai
evaluasi penggunaan obat. Akan tetapi, belum ada dilakukan pelatihan bagi staf
farmasi yang lainnya, karena masih tergantung dari dana yang tersedia.
4.4.2 Pernyataan Informan tentang Prosedur
Berdasarkan hasil wawancara mengenai prosedur perencanaan obat,
diperoleh informasi meliputi prosedur tertulis untuk melakukan perencanaan obat,
alur perencanaan obat dan waktu perencanaan obat dilakukan, dengan hasil
sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

4.4.2.1 Pernyataan Informan tentang Prosedur Tertulis dalam Perencanaan
Obat
Tabel 4.7 Matriks pernyataan informan tentang prosedur tertulis dalam
perencanaan obat
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3

Informan 5
Informan 6

Pernyataan
Kalau tertulis nggak ada.
Prosedur perencanaan yaa, kalo secara tertulis gak ada.
Prosesnya kami lakukan sesuai sama yang dari dulu udah ada.
Gak ada prosedur untuk melakukan perencanaan secara tertulis.
Kalau sebelum saya juga udah seperti itu gitu, jadi kami
meneruskan.
Kalau tertulisnya sih tidak ada.
Untuk secara tertulisnya nggak ada, memang udah dari dulu
begitu.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diperoleh informasi
bahwa tidak ada prosedur tertulis mengenai tahapan perencanaan kebutuhan obat
di rumah sakit. Perencanaan obat dilakukan oleh bagian farmasi dengan
melanjutkan alur tahapan perencanaan obat yang telah ada sebelumnya.
4.4.2.2 Pernyataan Informan tentang Alur dalam Perencanaan Obat
Tabel 4.8 Matriks pernyataan informan tentang alur dalam perencanaan
obat
Informan

Pernyataan

Informan 1

Jadi direncanakan obat itu kan berdasarkan permintaan obat dari
user, kunjungan pasien, maka keluarlah perkiraan angka yang
dibuat bagian farmasi. Diajukanlah ke bagian perencanaan untuk
dilakukan pemesanan. Tapi nanti sebelum itu mereka menghadap
ke direktur dulu.
Dari form permintaan tiap user, trus kami rekap. Baru sesuaikan
sama konsumsi yang lalu, penyakit terbanyak juga. Habis itu
kami usulkan ke bagian perencanaan untuk diadakan.
Kita setiap awal atau akhir tahun, kita membagikan form
permintaan obat kepada seluruh user pengguna yang nanti diisi
dari setiap ruangan, apasih kebutuhan mereka. Baru itu akan
dikumpulkan di gudang farmasi, dan kita rekap. Setelah itu
kepala farmasi mengajukan ke bagian perencanaan rumah sakit
untuk diadakan. Jadi, farmasi hanya mengumpulkan, merekap

Informan 2

Informan 3

Universitas Sumatera Utara

Informan 4
Informan 5

Informan 6

permintaan obat, mengusulkan, menerima, menyimpan dan
mendistribusikan.
Awalnya dari permintaan dokter, user. nanti farmasi merekap,
lalu kasih ke bagian perencanaan untuk pemesanan obatnya.
Tahapan obat disini alur pertamanya dari adanya beberapa
permintaan dari user. Setelah itu direkap pihak farmasi, baru
dipesan. Cuman apa yang diminta user tetep di filter di
perencanaan. Dan nanti kita kaitkan dengan anggaran rumah
sakit.
Awalnya dari permintaan user tadi, tapi tidak semua apa yang
dokter minta, rumah sakit sediakan, itu semua tergantung dengan
budget dan dana. Obat-obat yang diluar e-katalog, itu tergantung
rumah sakit, kalau rumah sakitnya sanggup untuk
mengadakannya, kita pesen juga. Kan utamanya itu e-katalog.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diperoleh informasi
bahwa alur perencanaan obat di rumah sakit dimulai dari bagian farmasi
membagikan form permintaan obat kepada seluruh user yaitu melalui kepala
ruangan di RSUD Sultan Sulaiman, pada setiap awal tahun atau akhir tahun untuk
mengetahui obat apa yang mereka butuhkan. Lalu form permintaan tersebut akan
dikumpulkan di gudang farmasi, dan akan dibuat rekapannya. Lalu setelah usulan
rencana kebutuhan obat itu selesai dibuat, maka bagian farmasi akan
mengajukannya kepada bagian perencanaan rumah sakit yaitu bagian seksi
penyusunan program. Lalu pihak penyusunan program akan melakukan
pengecekan apakah obat tersebut termasuk obat yang ada di e-katalog atau non ekatalog. Dalam pengadaan obat akan diutamakan obat yang terdapat di e-katalog,
dan untuk obat non e-katalog juga akan tetap dilakukan pemesanan tetapi
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Setelah dilakukan pemesanan, pihak
farmasi akan menunggu obat tersebut sampai di rumah sakit. Setelah obat sampai
di rumah sakit, akan diterima dan disimpan di gudang farmasi, lalu didistribusikan
sesuai kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

4.4.2.3 Pernyataan Informan tentang Waktu Melakukan Perencanaan Obat
Tabel 4.9 Matriks pernyataan informan tentang waktu melakukan
perencanaan obat
Informan
Informan 2

Informan 3

Informan 5

Pernyataan
Itu rencana kebutuhan obat pertahun. Itu biasanya dibuat waktu
ada pemberitahuan orang Kemenkes, itu kan mintanya biasanya
bulan-bulan enam. Ehmm untuk yang tahun 2017 sudah dikirim,
berarti ini kami mau buat yang untuk tahun 2018 lah. Tapi
biasanya setiap bulan pun ibu rasa ini juga orang itu ehm setiap
bulannya ada pertemuan dibahas lagi nanti dirombak lagi. Ini kan
bisa juga kadang sekali sebulan gak pertahun lagi.
Dari farmasi sendiri ada di minta RKO kementrian kesehatan
setiap tahunnya, itu juga sebagai dasarlah, kebutuhan obat kita.
Untuk di rumah sakit ini, per triwulan kita buat, ya seperti itu
sih. Dan itu kan setiap bulan kita lihat juga ada obat yang
kosong, ya kalau memang obat itu memang obat itu fast moving
ya terus kita minta lagi.
Kita buat sih triwulan. Cuma kalau apabila ada yang mendesak,
urgent, langsung kita pesan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa instalasi
farmasi melakukan perencanaan obat di rumah sakit setiap tahun yang disebut
rencana kebutuhan obat per tahun, yang biasanya dibuat pada pertengahan tahun
atau pada saat ada permintaan dari Kementerian Kesehatan. Rencana kebutuhan
obat per tahun itu, akan dilakukan pengadaan setiap tiga bulan, dengan melihat
sisa stok obat, kecepatan penggunaan obat dan juga kebutuhan obat di rumah
sakit. Akan tetapi jika ada ada stok obat yang kosong dan kebutuhan obat yang
mendesak, maka akan langsung diajukan permintaan kebutuhan obat untuk
diadakan.
4.4.3 Pernyataan Informan tentang Metode Perencanaan Obat
Tabel 4.10 Matriks pernyataan informan tentang metode perencanaan obat
Informan

Pernyataan

Informan 2

Kita pakai konsumsi, melihat dari konsumsi obat yang terbanyak
itu. Tapi ada juga pake epidemiologi, dilihat dari sepuluh

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

penyakit terbsesar.
Kalau metodenya itu, metode konsumsi terbanyak. Habis itu
epidemiologinya sepuluh penyakit apa namanya itu kan, disini
kan kita sudah bisa taulah itu bahwa obat-obat yang fast moving
yang memang setiap hari atau setiap bulannya itu pasti keluar
kencang ya itu kita banyakkan permintaannya.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
metode yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat di rumah sakit adalah
metode konsumsi yaitu dengan melihat konsumsi obat terbanyak dan juga metode
epidemiologi dengan melihat sepuluh penyakit terbesar di rumah sakit.
4.4.4 Pernyataan Informan tentang Data
Berdasarkan hasil wawancara mengenai data perencanaan obat, diperoleh
informasi meliputi data apa saja yang digunakan untuk melakukan perencanan
obat dan sumber data tersebut diperoleh, dengan hasil sebagai berikut.
4.4.4.1 Pernyataan Informan tentang Data dalam Perencanaan Obat
Tabel 4.11 Matriks pernyataan informan tentang data perencanaan obat
Informan

Pernyataan

Informan 2

Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada daftar obat-obatan, stok
awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa,
obat yang mengalami kekosongan, pemakaian rata-rata perbulan,
perkembangan pola kunjungan, data jumlah penduduk yang
dilayani, data jumlah kunjungan kasus penyakit, daftar obat
esensial nasional. untuk anggaran pihak farmasi tidak tahu.
Data-data yang kami pakai untuk menyusun perencanaan itu ada
daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat
yang kadaluarsa, obat yang kosong, pemakaian rata-rata tahunan,
perkembangan pola kunjungan, data jumlah penduduk yang
dilayani, data jumlah kunjungan kasus penyakit, daftar obat
esensial nasional. Ada juga melihat alokasi dana dan anggaran
yang tersedia tapi itu bukan dari farmasi, dari perencanaan.

Informan 3

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
data-data yang dibutuhkan untuk menyusun rencana kebutuhan obat di rumah

Universitas Sumatera Utara

sakit adalah daftar obat-obat yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan,
pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang mengalami kekosongan,
pemakaian rata-rata tahunan, perkembangan pola kunjungan, data jumlah
penduduk yang dilayani, data jumlah kunjungan kasus penyakit dan Daftar Obat
Esensial Nasional. Untuk data alokasi dana dan anggaran yang tersedia untuk
kebutuhan obat di rumah sakit diketahui oleh bagian perencanaan, sedangkan
bagian farmasi tidak mengetahuinya.
4.4.4.2 Pernyataan Informan tentang Sumber Data dalam Perencanaan Obat
Tabel 4.12 Matriks pernyataan informan tentang sumber data dalam
perencanaan obat
Informan
Informan 2

Informan 3

Informan 5
Informan 6

Pernyataan
Data-data itu ada di gudang farmasi semuanya, dari kartu stok.
Untuk daftar obat yang dibutuhkan itu datanya kami dapat dari
form permintaan dokter. Kalo perkembangan pola kunjungan ini
didapat dari apotik depan, data jumlah penduduk yang dilayani
sama data jumlah kunjungan kasus penyakit dari rekam medis.
Data-datanya ada di gudang farmasi, dari kartu stok. daftar obat
yang dibutuhkan itu dari form permintaan dokter yang diberikan
farmasi ke user. Kalo perkembangan pola kunjungan ini dari
apotik depan, data jumlah penduduk yang dilayani sama data
jumlah kunjungan kasus penyakit dari rekam medis. alokasi dana
dan anggaran yang tersedia itu perencanaan yang tau.
Kalau anggaran kita (bagian perencanaan rumah sakit) tahu
berapa jumlahnya, farmasi tidak tahu menahu masalah anggaran.
Untuk anggaran, kami bagian perencanaan yang mengetahuinya.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
data-data yang digunakan untuk melakukan perencanaan obat diperoleh dari kartu
stok yang ada di gudang farmasi. Tetapi untuk data berupa perkembangan pola
kunjungan, diperoleh dari apotik pelayanan farmasi, dan untuk data berupa jumlah
penduduk yang dilayani dan jumlah kunjungan kasus penyakit diperoleh dari
bagian rekam medis. Untuk data mengenai anggaran yang tersedia diketahui oleh

Universitas Sumatera Utara

pihak perencanaan rumah sakit atau bagian seksi penyusunan program, sedangkan
pihak farmasi tidak mengetahui mengenai alokasi dana dan anggaran yang
disediakan untuk kebutuhan obat di rumah sakit.
4.4.5 Pernyataan Informan tentang Pemilihan Jenis Obat
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pemilihan jenis obat, diperoleh
informasi meliputi cara memilih jenis obat yang digunakan di rumah sakit, dan
mengenai formularium rumah sakit, dengan hasil sebagai berikut.
4.4.5.1 Pernyataan Informan tentang Cara Pemilihan Jenis Obat
Tabel 4.13 Matriks pernyataan informan tentang cara pemilihan jenis obat
Informan
Informan 2

Informan 3

Pernyataan
Obat yang ada di rumah sakit kita usahakan harus sesuai dulu
sama e-katalog. Diutamakan obat-obat yang ada di e-katalog
itulah, generik ya. Ada juga yang kadang nanti enggak, itu
berdasarkan dari form permintaan dokter.
Obat yang digunakan di rumah sakit disesuaikan dengan ekatalog. Ada juga dari form permintaan obat yang diberikan
kepada seluruh user, dokter.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
pemilihan jenis obat yang digunakan di rumah sakit dilakukan dengan
menyesuaikan jenis obat dengan yang ada pada e-katalog dan diutamakan
menggunakan obat yang generik, karena dalam pemesanan obat saat ini dilakukan
melalui e-katalog. Selain itu juga berdasarkan pada form permintaan dari dokter.
4.4.5.2 Pernyataan Informan tentang Formularium Rumah Sakit
Tabel 4.14 Matriks pernyataan informan tentang formularium rumah sakit
Informan

Pernyataan

Informan 1

Ada formularium di rumah sakit ini. Udah dibentuk, udah dibuat,
cuman masih belum berjalan secara maksimal. Karena kita masi
berkembang ini. Yang menyusun formularium itu orang farmasi.

Universitas Sumatera Utara

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Jadi formularium itu berdasarkan DPHO juga.
Draftnya udah ada, udah dikasi ke bagian yanmed. Cuma sampai
saat ini belum ada tindak lanjutnya. Apakah itu sudah sah
menjadi formularium, belum ada konfirmasi. Formularium ini
dibuat berdasarkan e-katalog. Dari form permintaan dokter juga.
Formularium rumah sakit itu sudah diajukan oleh bagian KFT,
tahun 2016, di bulan Juli kalau nggak salah saya. Tapi belum
diadakan sampai saat ini. Kalau format sudah siap kita
sampaikan, tapi realisasi belum ada sampai sekarang. Dasar
acuannya obat yang terus dipakai, formularium nasional, obat
yang ada di e-katalog.
Sudah, sudah ada kita buat draft formularium rumah sakit,
sebagai standard yang digunakan oleh rumah sakit kita.
Formularium itukan dibuat oleh komite farmasi dan terapi.
Acuannya dengan pertimbangan usulan dari dokter-dokter
spesialis. Panduan pembuatannya juga berdasarkan e-katalog.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
draft formularium rumah sakit sudah disusun dan sudah diajukan oleh Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) kepada bagian pelayanan medik. Draft formularium
rumah sakit tersebut dibuat berdasarkan pada Daftar Plafon Harga Obat (DPHO),
e-katalog, formularium nasional dan usulan dari para dokter. Akan tetapi, draft
formularium rumah sakit yang sudah diajukan tersebut, belum disahkan menjadi
formularium rumah sakit.
4.4.6 Pernyataan Informan tentang Perhitungan Jumlah Obat
Tabel 4.15 Matriks pernyataan informan tentang perhitungan jumlah obat
Informan

Pernyataan

Informan 2

Oh, itu berdasarkan kebutuhan sebelumnya ya kan disini.
Biasanya kita lihat juga jumlah kunjungan, kan kalo meningkat
kan biasanya bisa ditambah 10% gitu kan. Ibu garis besarnya
ajalah ya. Untuk menentukan sisa stock, tiap akhir bulan, nanti
kan didapat stock per 31 desembernya. Nah kalau pemakaian
rata-rata per bulan, itu dari ini pengeluaran resep sekali sebulan
kan dihitung baru nanti setiap bulan itu direkap baru dibagi 12.
Kalau jumlah kebutuhan tahun 2017 inilah kan ada rumusnya
pemakaian rata-rata perbulan dikali 18. Gak tau ibu kenapa 18,
ini uda dari kemenkesnya sendiri formatnya. Kalau rencana

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

kebutuhan tahun 2017 nya itu jumlah kebutuhan dikurang sisa
stock. Untuk pengadaan tahun 2017nya Kira-kira ditambah
sekitar 10% dari yang rencana kebutuhan dari rumah sakit.
Biasanya yang melakukan perhitungan ini, kepala farmasi,
dengan ada juga bantuan dari kepala gudang.
Dari farmasi sih mengajukan perencanaan itu jenis, jumlah.
Untuk mengetahui jumlahnya misalnya 50, itu dari kecepatan
penggunaannya itu kan kita kan melihat dari kartu stock, itu
muncul tuh jumlah akhir kita tuh berapa yang ada digudang. Ya
dari rekapan itulah kita oh yang ini udah sedikit lagi, yang sedikit
lagi itu langsung kita buat permintaan lagi seperti itu. Untuk
menentukan angkanya itu kita melihat dari yang sebelumnya kita
perkirakan, jumlah pasien kita meningkat biasanya kita lebihkan
sekitar 10% dari yang jumlah sebelumnya. Ya itu tergantung
juga apakah obat itu fast moving atau slow moving. Kalau yang
slow moving kita bisa perkirakan, kita mintanya paling sekitar 2
hingga 5% ajalah.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
pihak farmasi yaitu kepala instalasi farmasi dibantu dengan kepala gudang farmasi
melakukan perhitungan jumlah rencana kebutuhan obat untuk tahun yang akan
datang. Dalam melakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat untuk tahun yang
akan datang, digunakan format yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu
dengan menggunakan data sisa stok pada akhir tahun sebelumnya dan pemakaian
rata-rata per bulan. Perhitungan sisa stok didapatkan dari stock opname yang
dibuat tiap akhir bulan, maka akan didapatkan jumlah akhirnya untuk per 31
Desember. Perhitungan pemakaian rata-rata per bulan diperoleh dari hasil rekap
pengeluaran resep setiap bulannya dan dibagi dua belas. Dilakukan penghitungan
jumlah kebutuhan untuk tahun berikutnya dengan menggunakan rumus pemakaian
rata-rata per bulan dikali dengan 18. Penghitungan rencana kebutuhan tahun
depan dilakukan dengan menggunakan rumus jumlah kebutuhan dikurang dengan
sisa stok. Dan untuk penghitungan rencana pengadaan tahun depan dilakukan

Universitas Sumatera Utara

dengan penambahan sekitar 10% dari rencana kebutuhan tahun depan di rumah
sakit. Tapi penambahan tersebut tergantung dari jenis obat fast moving dan slow
moving. Untuk obat fast moving dilakukan penambahan 10%, sedangkan untuk
obat slow moving dilakukan penambahan sekitar 2-5% saja. Pihak farmasi tidak
ada melakukan perhitungan mengenai waktu tunggu obat.
4.4.7 Pernyataan Informan tentang Kendala dalam Perencanaan Obat
Tabel 4.16 Matriks pernyataan informan tentang kendala dalam
perencanaan obat
Informan

Pernyataan

Informan 2

Kendala ya. Kalau perencanaan ini mungkin gak ada kendalanya.
Paling kalau data yang kita butuhkan ini gak lengkap. Berapa
yang nyampe sama kita gak sesuai sama yang kita usulkan, itu
aja kendalanya.
Ya kalau kendalanya ya mungkin keterlambatan obat yang
masuklah. Keterlambatan biasanya bisa sekitar sebulan, dua
bulan terlambat obat masuknya. Kadang ada obat yang kita minta
bisa dipenuhi, ada juga yang tidak.

Informan 3

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
kendala dalam perencanaan obat adalah jika data yang dibutuhkan untuk
melakukan perencanan obat tidak lengkap, jika terjadi keterlambatan obat yang
sampai ke rumah sakit, dan jika jumlah obat yang diadakan tidak sesuai dengan
jumlah obat yang diajukan permintaannya, sehingga mengakibatkan terjadinya
kekosongan stok obat di rumah sakit.
4.4.8 Pernyataan Informan tentang Kekosongan Obat
Tabel 4.17 Matriks pernyataan informan tentang kekosongan obat
Informan

Pernyataan

Informan 2

Ya sering la dek. Biasanya karena obatnya lama nyampe, kadang
lama di pemesanan. Kadang berapa yang diusulkan, gak
semuanya ini kan tercapai. Gak sesuai inilah, yang kita harapkan.

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Informan 6

Kalo ada kekosongan biasanya kami beritahu stok obat yang
kosong ke dokter. Solusinya, biasanya kami kan yang pelayanan
ini melapor lagi, konsultasi lagi sama dokternya, apakah bisa di
gantikan dengan alternatif yang lain yang sama gitu kan
indikasinya. Atau misalnya gak perlu kali yauda gak usah
diresepkan gitu aja. Ya ini juga ada keluhan pasien karena
obatnya nggak ada, cuma di resepkan juga gitu keluar kalau perlu
kali. Mau gak mau pasienlah yang beli keluar.
Iya ada terjadi, ya mungkin karna keterlambatan obat yang
masuklah. Keterlambatan biasanya bisa sekitar sebulan, dua
bulan terlambat obat masuknya. Kadang ada obat yang kita minta
bisa dipenuhi, ada juga yang tidak. Kalau pas diresepkan obatnya
gak ada, caranya menjelaskan pada pasien itu, biasanya kalau
pasien umum, pasien sendiri yang membeli ke apotik luar. Tetapi
kalau pasien BPJS, obatnya tidak ada, kita paling konfirmasi ke
dokter dulu, kalau memang memungkinkan obat itu diganti
dengan obat yang lain, dengan jenis sama dan fungsinya juga
sama, kita usahakan itu dahulu. tapi kalau memang tidak bisa,
paling pihak farmasi akan mengajukan ke pihak manajemen,
gimana, apakah obat itu akan diusahakan atau tidak.
Iya ada kekosongan obat. Itu bisa karena pasien kan banyak. Bisa
juga kadang-kadang stok habis, jadi artinya kita setting
perencanaan untuk tiga bulan stok bertahan. Inikan tergantung
penggunaan. Makin banyak pasien, makin banyak penggunaan
obat itu. Jadi yang harusnya stoknya tiga bulan, jadi dua bulan.
Kita usul lagi ini untuk pemesanan berikutnya.
Kalau di rumah sakit, kalau kekosongan ini tidak terjadi. Kita
pesan, di distributor itu tidak ada bahannya, makanya tidak
dikirim. Dan kalo anggaran rumah sakit cukup, gak ada masalah,
kita bisa pesen langsung. Kalau dana kita tidak ada, gimana kita
mau mengadakannya, kan. Saat ini kalau obat yang dibutuhkan
tidak ada di rumah sakit, biasanya kita pesan langsung beli ke
apotek, hanya saja dibatasi, berapa butuhnya, tidak boleh lebih,
tidak menumpuk.
Kalau itu mungkin dari penyedia ya, kalau yang kita pesan gak
bisa disediakan mereka. Kalo ada obat-obat yang diluar ekatalog. Kan utamanya itu e-katalog. Nanti kalo stok obatnya gak
ada di rumah sakit kita akan usahakan dibeli diluar. Hanya
dibatasi jumlahnya, tidak berlebihan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa
kekosongan stok obat di rumah sakit terjadi antara lain karena keterlambatan obat
yang dipesan untuk sampai ke rumah sakit, jika obat yang diajukan permintaan

Universitas Sumatera Utara

kebutuhannya tidak dapat diadakan, jika jumlah obat yang diadakan tidak sesuai
dengan jumlah obat yang diajukan permintaannya, jika anggaran rumah sakit yang
tersedia tidak mencukupi untuk pembelian obat, dan juga jika ada obat yang tidak
masuk dalam e-katalog. sehingga mengakibatkan terjadinya kekosongan stok obat
di rumah sakit. Untuk mengatasi kekosongan obat di rumah sakit tersebut, maka
dokter akan segera diberitahu oleh pihak farmasi agar tidak meresepkan obat yang
tidak ada stoknya di gudang farmasi rumah sakit. Akan tetapi jika obat tersebut
sudah diresepkan oleh dokter, solusi yang dilakukan adalah untuk pasien umum,
maka pasien sendiri yang akan membeli obat yang diresepkan tersebut ke apotik
luar. Tetapi jika pasien BPJS, maka pihak farmasi akan melakukan koordinasi
kembali ke dokter yang meresepkan obat tersebut, agar jika memungkinkan untuk
mengganti obat tersebut dengan alternatif obat lain yang jenis dan fungsinya
sama. Akan tetapi jika tidak bisa diganti, dan obat itu sangat dibutuhkan oleh
pasien, maka pihak farmasi akan mengajukan surat permintaan obat kepada
direktur rumah sakit melalui pihak seksi penyusunan program, bahwa obat
tersebut benar-benar dibutuhkan pada hari itu juga. Dan pihak seksi penyusunan
program yang akan memutuskan apakah obat tersebut akan diadakan atau tidak,
dan jika diadakan maka dilakukan pembelian secara langsung tetapi sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan dan tidak berlebihan, agar tidak terjadi penumpukan.
4.4.9 Pernyataan Informan tentang Obat yang kadaluarsa
Tabel 4.18 Matriks pernyataan informan tentang obat yang kadaluarsa
Informan

Pernyataan

Informan 2

Obat yang kadaluarsa itu bisa ada yang karna itu jenis obat slow
moving, pola penyakit berubah jadinya obatnya numpuk, gak
dipake. Untuk itu dipisahkan sudah pasti, ada tempat khususnya,

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

dibuat sesuai dengan setiap tahunya. Mulai dari awal rumah sakit
dibuka, sampai dengan saat ini, belum ada pemusnahannya.
Seharusnya itu sudah bisa dimusnahkan, cuman memusnahkan
itu tidak hanya segampang itu, ada prosesnya lagi.
Obat yang kadaluarsa ya bisa karena expired date nya kurang
dari dua tahun, sudah gitu jenisnya slow moving. Obat kadaluarsa
itu kita pisahkan kita buat laporannya tersendiri ya itu setiap
tahun kita laporkan, tapi sampai saat ini obat kadaluarsa itu
belum dimusnahkan, karna untuk pemusnahan obat kadaluarsa
itu harus ada perda. Dan peraturan daerah yang mengatur tentang
obat kadaluarsa itu belum ada sampai ke kita. Jadi obat yang
kadaluarsa masih ada kita simpan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa obat
yang kadaluarsa di rumah sakit terjadi antara lain karena obat tersebut merupakan
jenis obat slow moving, pola penyakit berubah sehingga obat tersebut menumpuk
dan expired date obat tersebut kurang dari dua tahun. Untuk obat yang mengalami
kadaluarsa di rumah sakit, belum ada dilakukan pemusnahan, karena RSUD
Sultan Sulaiman merupakan rumah sakit daerah dan untuk pemusnahannya harus
ada peraturan daerah mengenai pemusnahan obat yang kadaluarsa. Tetapi
mengenai peraturan tersebut belum ada sampai ke RSUD Sultan Sulaiman. Jadi
obat yang kadaluarsa tersebut hanya dipisahkan tempatnya dan dikelompokkan
sesuai dengan tahun kadaluarsanya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

5.1

Masukan (Input)
Menurut Azwar (1996), masukan (input) adalah kumpulan bagian atau

elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk dapat berfungsinya
sistem tersebut. Dalam mencapai suatu tujuan, input memegang peranan penting.
Apabila input tidak berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan proses juga tidak
berjalan lancar. Dalam perencanaan kebutuhan obat, yang dikategorikan sebagai
input yaitu sumber daya manusia, prosedur, metode dan data.
5.1.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen utama suatu
organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas
organisasi, dengan adanya SDM maka organisasi dapat mencapai tujuan
organisasi. Salah satu faktor keberhasilan suatu kegiatan manajemen yaitu
tersedianya SDM yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. SDM
yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak terampil, mengakibatkan pelayanan
tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.
SDM yang bertugas dalam merencanakan kebutuhan obat menjadi faktor
yang sangat berpengaruh dalam proses perencanaan obat. Menurut Kemenkes RI
(2010a), tim perencanaan obat terpadu merupakan suatu kebutuhan dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana melalui koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi antar pihak yang terkait dengan perencanaan obat. Tim

Universitas Sumatera Utara

perencanaan obat terpadu di rumah sakit dibentuk melalui Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit.
Hal ini sejalan dengan penelitian Astuti (2011), yang menyata