Hotel dan Mall Elektronik Kota Lhokseumawe Chapter III VI

30

BAB III
METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR
Kajian pada perancangan ini berdasarkan atas metode deskriptif analisis.
Metode ini berupa paparan/deskripsi yang terjadi saat ini disertai dengan literaturliteratur yang mendukung teori-teori yang dikerjakan.
Analisa data bisa dilakukan secara kuantitatif. Dengan menggunakan
metode deskriptif yang membahas teknik-teknik pengumpulan, pengolahan atau
analisa dan penyajian terhadap sekelompok data. Analisis data secara kualitatif
dilakukan berdasarkan logika dan argumentasi yang bersifat ilmiah. Langkahlangkah ini meliputi survey objek-objek komparasi, lokasi tapak untuk
mendapatkan data-data dan komparasi yang berhubungan dengan objek
perancangan.
3.1 Ide Perancangan
Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Hotel dan Mall
Elektronik Kota Lhokseumawe, diuraikan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
pertama, proses pencarian ide. Proses pencarian ide dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pencarian ide/gagasan dengan menyesuaikan informasi seberapa besar
peluang perancangan Hotel dan Mall Elektronik Kota Lhokseumawe
mengakomodasi keinginan masyarakatnya sehingga lahirlah suatu gagasan
untuk merencanakan fasilitas Hotel dan Mall Elektronik.


Universitas Sumatera Utara

31

2. Pemantapan ide perancangan melalui penelusuran informasi dan data-data
arsitektural maupun non-arsitektural dari berbagai pustaka dan media
sebagai bahan perbandingan dalam pemecahan masalah.
3. Dari

pengembangan

ide

perancangan

yang

diperoleh


kemudian

diekspresikan dalam bentuk sebuah gambar.
3.2 Pengumpulan Data
Tahap selanjutnya yaitu pengumpulan data dan pengolahan data. Data
yang dianalisis untuk perancangan ini ada dua macam, yaitu data primer dan
data sekunder. Dalam pengumpulan data primer dan data sekunder,
digunakan metode yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh melalui proses pengambilan data
secara langsung pada lokasi, dengan cara sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan sistematis mengenai hal-hal
penting terhadap obyek serta pengamatan terhadap masalah-masalah
yang ada secara langsung. Dengan adanya survei lapangan didapat
data-data yang sistematis melalui kontak langsung dengan masyarakat
yang ada di sekitar tapak, yaitu dengan melakukan indentifikasi
karakter-karakter


masyarakat

guna

mengetahui

kedudukannya

Universitas Sumatera Utara

32

terhadap bangunan. Pelaksanaan survei ini dilaksanakn secara
langsung. Survei ini berfungsi untuk mendapatkan data berupa:


Kondisi alam dan kondisi fisik kawasan perancangan




Pengamatan

aktivitas,

dokumentasi

gambar

dengan

menggunakan kamera.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengambil gambar dari obyek yang diteliti. Pengambilan gambar
obyek dilakukan dengan menggunakan kamera atau dengan sketsa
gambar. Metode ini dilakukan untuk memperkuat metode sebelumnya,
yaitu metode observasi, agar lebih memperjelas data-data yang akan
digunakan dalam analisis.
2. Data Sekunder
Yaitu data atau informasi yang berkaitan langsung dengan obyek

perancangan tapi sangat mendukung program perancangan, meliputi:
a. Studi pustaka/studi literatur
Metode pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan
menggunakan atau mengambil dari buku-buku dan internet sebagai
sumber bacaan dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas. Data yang diperoleh dari studi pustaka ini, baik dari
teori, pendapat ahli, serta peraturan dan kebijakan pemerintah menjadi
dasar perencanaan sehingga dapat memperdalam analisa.

Universitas Sumatera Utara

33

Data yang diperoleh dari penelusuran literatur bersumber dari data
internet, buku, majalah, brosur/pamflet, film dokumenter, dan aturan
kebijakan pemerintah. Data ini meliputi:


Data atau literatur tentang kawasan dan tapak yang terpilih
berupa peta wilayah, peraturan pemerintah yaitu RDRTK Kota

Lhokseumawe.

data

ini

selanjutnya

digunakan

untuk

menganalisis kawasan tapak


Literatur tentang proyek yang diambil, yaitu Hotel dan Mall
Elektronik




Literatur mengenai tema regionalisme daerah setempat

b. Studi Komparasi
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai bangunan
sejenis dan tema sejenis yang ada.
Dalam pengumpulan data dan pengolahan data, data sekunder
diperoleh tanpa pengamatan langsung tetapi menunjang proses kajian
terhadap permasalahan. Data-data tersebut diolah dan dianalisa hingga
diperoleh alternatif konsep.
Pengumpulan data kondisi eksisting terhadap unsur-unsur yang ada
di tapak, berikut interaksinya sehingga memunculkan masalah yang lebih
spesifik. Evaluasi dilakukan melalui tahap informasi kondisi tapak, daya
dukung tapak dan lingkungan berikut potensinya.

Universitas Sumatera Utara

34

3.3 Analisis
Tahap selanjutnya yaitu tahap analisis. Dalam proses analisis,

dilakukan pendekatan-pendekatan yang merupakan suatu tahapan kegiatan
yang terdiri dari rangkaian telaah terhadap kondisi kawasan rencana. Metode
yang digunakan dalam analisis terdiri dari analisis makro dan analisis mikro.
Analisis makro merupakan analisis dalam skala kawasan yaitu analisa
kawasan. Sedangkan analisa mikro merupakan analisis terhadap tapak
perencanaan, meliputi analisis tapak, analisis fungsi, analisis pelaku, analisis
aktivitas, analisis ruang, analisis bentuk dan tampilan serta analisis struktur
dan utilitas. Untuk memunculkan nilai-nilai pada rancangan, maka
dipertimbangkan untuk memakai nilai-nilai sebagai berikut:
a. Nilai keselarasan dengan alam
b. Nilai perlindungan
c. Nilai interaksi
d. Nilai keindahan
e. Nilai tidak berlebihan
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis melalui pendekatan
programatik perancanan, yaitu dengan menggunakan teori-teori perancangan
arsitektur yang berkaitan dengan perancangan Hotel dan Mall Elektronik
Kota Lhokseumawe serta nilai-nilai di atas sebagai dasar analisis yang akan
diintegrasikan sebagai berikut:


Universitas Sumatera Utara

35

1. Analisis Tapak
Analisis

tapak

dimulai

dengan

mengidentifikasi

tapak

perancangan terhadap hubungan bangunan yang dirancang dengan
kondisi sekitar.
Analisis tapak pada perancangan Hotel dan Mall Elektronik Kota

Lhokseumawe ini menghasilkan program tapak yang berkaitan dengan
fungsi dan fasilitas yang akan diwadahi pada tapak perancangan.
Analisa ini meliputi analisis pengaruh iklim, analisis pandangan dan
orientasi, analisis pencapaian, analisis sirkulasi, analisis kebisingan,
analisis vegetasi dan analisis zoning tapak.
2. Analisis Fungsi
Analisis kedua menggunakan metode analisis fungsi, yaitu
kegiatan penentuan ruang yang mempertimbangkan fungsi dan tuntunan
aktivitas yang diwadahi oleh ruang. Dalam proses ini yang dianalisis
adalah analisa pelaku dan aktivitas (meliputi tipe aktivitas, tuntunan
aktivitas, alur aktivitas), analisa ruang, analisa persyaratan ruang,
analisa besaran ruang dan organisasi ruang.
3. Analisis aktivitas
Metode analisis aktivitas sangat berubungan dengan analisis
fungsi, karena analisis ini dilakukan setelah fungsi-fungsi ditentukan.
Analisis ini dicapai dengan menganalisis aktivitas yang dilakukan
pengunjung mulai dari masuk tapak lalu ke bangunan sampai keluar
tapak.

Universitas Sumatera Utara


36

4. Analisis Pelaku
Selanjutnya yaitu analisis pelaku, analisis pelaku ditentukan dari
analisis fungsi ruang dalam bangunan. Analisis ini dicapai dengan
menentukan aktivitas pengguna tapak atau rancangan dan penduduk
sekitar, mulai dari masuk hingga keluar tapak.
5. Analisis Ruang
Analisis ruang berupa analisis persyaratan ruang, sirkulasi ruang,
organisasi ruang, pola hubungan antar ruang, besaran ruang dan zoning
ruang. Analisis ini dilakukan setelah fungsi, aktivitas dan pelaku dalam
bangunan ditentukan.
6. Analisis Bentuk dan Tampilan
Analisis bentuk dan tampilan dilakukan setelah analisis tapak,
fungsi, aktivitas, pelaku dan ruang telah ditentukan. Analisis ini dicapai
dengan pemunculan karakter bangunan yang serasi dan saling
mendukung. Analisa ini berupa analisa tatanan ruang, bentuk ruang,
besaran dan organisasi ruang. Yang akhirnya berujung pada analisis
bentuk dan tampilan bangunan keseluruhan.
7. Analisa Sistem Bangunan
Analisa ini berkaitan dengan bangunan, tapak dan lingkungan
sekitarnya. Analisa struktur meliputi sistem struktur dan bahan yang
digunakan. Sedangkan analisa utilitas meliputi sistem penyediaan air
bersih,

sistem

drainase,

sistem

pembuangan

sampah,

sistem

Universitas Sumatera Utara

37

pencahayaan, sistem penghawaan, sistem jaringan listrik, sistem
keamanan, sistem komunikasi dan sistem penangkal petir.
3.4 Konsep
Tahap perancangan selanjutnya yaitu menentukan konsep tapak dan
bangunan. Dalam konsep ini, hasil analisis yang menghasilkan hubungan
konsep yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun konsep
perancangan. Konsep ini meliputi regionalisme daerah setempat sebagai
konsep dasar perancangan, konsep tapak, konsep ruang, konsep bentuk dan
tampilan bangunan dan konsep struktur dan utilitas.

Universitas Sumatera Utara

38

BAB IV
KAWASAN PERANCANGAN
4.1 Lokasi Perencanaan
4.1.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Perencanaan
Berikut beberapa faktor yang sebaiknya kita perhatikan, sebagai bahan
pertimbangan strategi memilih tempat usaha.
a. Tingkat keramaian lalu lalang kendaraan
Perhatikan arus lalu lalang kendaraan atau pejalan kaki yang lewat, karena hal
ini juga mempengaruhi jenis usaha yang cocok di daeah tersebut. Untuk daerah
yang dilalui pejalan kaki, usaha toko kelontong atau usaha minuman dingin cocok
untuk dibangun di daerah tersebut. Sedangkan untuk lokasi yang banyak dilalui
kendaraan bermotor, bisa mencoba usaha bengkel yang lebih dibutuhkan.
Sesuaikan jenis usaha kita dengan para konsumen yang lalu lalang di lokasi
tersebut. Selain itu perhatikan arus balik (arah pulang kantor), sehingga
mempermudah konsumen jika ingin mampir. Mereka tidak perlu dipusingkan
dengan memutar balik kendaraan atau menyebrang.
b. Banyaknya usaha di sekitar lokasi
Semakin banyak usaha yang ada di sekitar lokasi, maka konsumen yang
datang ke lokasi tersebut juga semakin ramai. Karena di lokasi tersebut terdapat
berbagai macam usaha yang menyediakan produk yang berbeda pula, sehingga
para konsumen lebih tertarik datang ke lokasi yang terdapat berbagai macam
usaha. Misalnya saja lokasi pasar, atau mall yang selalu ramai pengunjung.

Universitas Sumatera Utara

39

c.

Lokasi usaha yang tingkat kompetisinya rendah
Jika di lokasi tersebut sudah banyak usaha yang sejenis dengan usaha kita,

sebaiknya lokasi ini dihindari. Namun jika kita yakin karena posisinya yang
sangat strategis, kita harus siap bersaing dengan menciptakan inovasi baru yang
dapat membedakan usaha kita dengan usaha lain yang sejenis.
d. Aksessibilitas
Usahakan pilih lokasi yang mudah di akses oleh para konsumen. Jika
memungkinkan, pilih lokasi usaha yang dilalui transportasi umum. Agar
konsumen yang tidak memiliki kendaraan pribadi juga bisa menjangkau lokasi
usaha kita.
4.1.2 Lokasi Perencanaan

LOKASI SITE

Gambar 4.1 lokasi perencanaan
Sumber:
http://wikimapia.org/#lang=en&lat=5.175752&lon=97.129558&z=17&m=b&sear
ch=kota%20lhokseumawe%2C%20aceh

Universitas Sumatera Utara

40

Lokasi perencanaan terletak di antara jalan Merdeka Timur dan Merdeka
Barat, Kota Lhokseumawe.
4.1.3 Batas dan Dimensi Lahan

U

Gambar 4.2 site dan dimensinya
Sumber: penulis
Batasan Site:
Utara: Sungai Cunda
Selatan: Pasar Cunda
Timur: Pertokoan
Barat: Pertokoan

Universitas Sumatera Utara

41

4.1.4 Alasan Pemilihan Lokasi


Site berada di antara dua jalan primer, sehingga memudahkan pengunjung
untuk mengunjungi lokasi.



Lokasi perencanaan terletak di antara pemukiman dan pusat perbelanjaan.



Telah tersedia infrastruktur yang dapat mendukung pembangunan.

4.2 Peraturan Tata Bangunan Setempat
Berdasarkan RDTR kota Lhokseumawe, lokasi berada pada zona
perdagangan dan jasa.
Intensitas bangunan dengan ketentuan:
- KDB maksimal 80 %
- KLB maks 1 – 3
- Ketinggian maks 4-5 lantai
Menyediakan lahan parkir dalam bangunan (off street)
Jadi,
- KDB maksimal 80 %
- KLB maks 1 – 3
-

Ketinggian maks 4 lantai

Jadi, luas lahan yang boleh terbangun adalah 80% x 10.000 m2= 8.000 m2
Luas lantai antara 1-3.
jadi, luas lantai yang boleh dibangun adalah 3 x 10.000 m2 = 30.000 m2.
Garis sempadan bangunan adalah ½ n + 1 = ½ x 12 +1 = 7 m

Universitas Sumatera Utara

42

4.3 Analisa Tapak
4.3.1 Pencapaian Bangunan

Lokasi diapit oleh
jalan Primer yaitu Jln.
Merdeka Timur dan
Merdeka
Barat
sehingga
memudahkan
pencapaian
ke
bangunan.

SITE
Di sekitar lokasi sudah
tersedia
jalan
lingkungan
sehingga
memudahkan
pengunjung
untuk

Gambar 4.3 analisa pencapaian
Sumber: penulis
Lokasi ini terletak diantara dua jalan utama di Kota Lhokseumawe, yaitu
Jl. Merdeka Timur dan Jl. Merdeka Barat. Kedua jalan ini merupakan akses
masuk dan keluar Kota Lhokseumawe, sehingga lokasi perencanaan ini menjadi
lokasi yang sangat bagus dari sisi pencapaian karena dapat diakses dari mana saja.

Universitas Sumatera Utara

43

4.3.2 View dan Kontur

Kontur di lokasi
ini relatif datar.
Sehingga sangat
memudahkan
dalam
pembangunan.

Sungai yang
ada di sisi site
menjadi nilai
tambah
sisi
view
dari
bengunan.

View ke lokasi dari
jembatan ini sangat
menarik.
Akan
terlihat
bangunan
secara keseluruhan

Gambar 4.4 analisa kontur dan view
Sumber: penulis
Site ini sangat bagus dari sisi view. Walaupun hanya pada dari satu sisi
(jembatan dan sungai), namun itu sudah sangat mencukupi bagi pengunjung untuk
mengetahui adanya bangunan di lokasi ini.

Universitas Sumatera Utara

44

4.3.3 Kebisingan dan Infrastruktur

Gambar 4.5 analisa kebisingan dan infrastruktur
Sumber: penulis
Jalan yang ada di Kota Lhokseumawe tidak seperti jalanan yang ada di
Kota-Kota besar yang banyak terjadi kemacetan. Justru sebaliknya, karena Kota
Lhokseumawe adalah Kota kecil, maka arus kendaraan terbilang lengang. Selain
itu, karena letak lokasinya di antara dua jalan utama, maka memudahkan
pencapaian ke sarana infrastruktur.
4.3.4 Vegetasi
Site merupakan area datar yang pepohonannya hanya terletak di tepi sungai
saja. Selain itu, lokasi ini juga ditumbuhi oleh rerumputan yang dapat
dipertahankan di dalam proses perancangan.

Universitas Sumatera Utara

45

4.4 Analisa Pengguna
4.4.1 Hotel
Analisis sirkulasi pengguna hotel sejak check in

Skema 4.1 analisis sirkulasi pengguna hotel sejak check in
Sumber: penulis

Analisis sirkulasi dari penghuni hotel selama berada di hotel

Skema 4.2 analisis sirkulasi dari penghuni hotel selama berada di hotel
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

46

Analisis sirkulasi tamu dari penghuni hotel

Skema 4.3 analisis sirkulasi tamu dari penghuni hotel
Sumber: penulis
Analisis sirkulasi pengunjung hotel (pengguna fasilitas hotel)

Skema 4.4 analisis sirkulasi pengguna fasilitas hotel
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

47

Analisis sirkulasi dari karyawan hotel

Skema 4.5 analisis sirkulasi karyawan hotel
Sumber: penulis
4.4.2 Mall Elektronik
Penerimaan


Pengelola

Skema 4.6 analisis kegiatan peneriamaan (pengelola)
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

48



Pengunjung

Skema 4.7 analisis kegiatan peneriamaan (pengunjung)
Sumber: penulis
Pameran


Pengelola

Skema 4.8 analisis kegiatan pameran (pengelola)
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

49



Pengunjung

Skema 4.9 analisis kegiatan pameran (pengunjung)
Sumber: penulis
Penjualan


Pengelola

Skema 4.10 analisis kegiatan penjualan (pengelola)
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

50



Pengunjung

Skema 4.11 analisis kegiatan penjualan (pengunjung)
Sumber: penulis
4.5 Analisis Ruang dan Bentuk

View
bangunan
yang akan
dimanfaatkan
dalam
perancangan

Gambar 4.6 analisa ruang dan bentuk
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

51

Pada analisis tapak telah dibahas bahwa lokasi memiliki akses pencapaian
yang sangat bagus. Selain itu, terdapat potensi view yang sangat menarik dari
kedua jalan yaitu Jln Merdeka Timur dan Jln Merdeka Barat. Sungai yang terdapat
di sisi lokasi juga menjadi potensi view yang dapat dimanfaatkan di perancangan
bangunan.
4.6 Analisis Struktur dan Utilitas Bangunan
Analisis struktur dan utilitas bangunan berkaitan dengan sistem operasi
suatu bangunan. Dengan pertimbangan KLB, maka perlu dipertimbangkan
struktur dan utilitas yang cocok digunakan untuk bangunan ini. Pertimbangan
struktur juga dilakukan dalam penentuan konfigurasi kamar apakah menerapkan
sistem double loaded ataupun single loaded yang disesuaikan dengan modul
kolom yang dipakai. Penyesuaian ini penting mengingat perbedaan fungsi pada
lantai 1 dan 2 yang bersifat umum, dengan fungsi yang berada di atasnya, yang
bersifat lebih privat.
Adapun pertimbangan utilitas yang dilakukan terkait dengan peletakan
elemen transportasi vertikal dengan akses yang memadai bagi seluruh pengguna
bangunan. Selain itu, elemen penanggulangan keadaan darurat seperti tangga
darurat ataupun sprinkler menjadi beberapa pertimbangan yang penting dalam
kasus perancangan ini.

Universitas Sumatera Utara

52

BAB V
HASIL PERANCANGAN
5.1 Konsep
5.1.1 Ide Awal/Ide Konseptual
Perancangan mengambil konsep awal dari lokasi tapak dan potensi
yang ada di dalamnya. Beberapa hal yang menjadi perhatian khusus di
dalam tapak antara lain, yaitu keberadaan lokasi yang diapit oleh 2 jalan
utama, potensi sungai yang terdapat di tepi tapak, view dari arah
jembatan ke lokasi dan nilai strategis tapak yang berada di lokasi pusat
aktivitas.
Keberadaan 2 buah jalan yang mengapit lokasi tapak akan
mempengaruhi konsep massa bangunan, dimana tidak ada bangunan
yang terkesan membelakangi kedua jalan tersebut. Konsep lainnya
adalah keberadaan sungai yang terletak di sebelah utara tapak.
Keberadaan sungai ini, ingin “dihadirkan” ke dalam view tapak,
sehingga menjadi salah satu nilai jual positif. Pemanfaatannya adalah
dengan membuat bangunan “terbuka” pada sisi bangunan yang
menghadap sungai.
Selain itu, nilai regional setempat juga akan diangkat dalam proses
perancangan ini, tetapi tetap mengikuti peraturan bangunan yang
berlaku pada lokasi tapak.

Universitas Sumatera Utara

53

5.1.2 Konsep Tapak
a. Pengelompokan Fungsi
Dalam perancangan ini ada tiga fungsi besar yang akan
diwadahi, yaitu fungsi akomodasi, konvensi, dan komersial. Fungsi
akoodasi berupa fasilitas kamar hotel, restoran dan ruang penunjang
lainnya. Fungsi ini merupakan fungsi utama dari keseluruhan
kompleks bangunan dan akan memenuhi lebih dari setengah luasan
total dari bangunan ini. Fungsi yang kedua adalah fungsi konvensi
sebagai salah satu fungsi pendukung kegiatan para pebisnis.
Keberadaan dari fungsi konvensi sendiri juga dapat menjadikan
bangunan ini menjadi salah satu tujuan dalam menyelenggarakan
kegiatan yang berkaitan dengan MICE (Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition). Fungsi konvensi terdiri dari ruang
pertemuan dan ruang pameran (eksibisi). Fungsi besar ketiga yang
diwadahi adalah fungsi komersial. Fungsi ini yaitu Mall Elektronik
yang terdiri dari retail-retail barang-barang elektronik, restoran,
sauna dan pusat kebugaran (fitness center). Fungsi ini bersifat umum
yang dapat dinikmati oleh siapapun. Dengan adanya beberapa fungsi
pada satu gedung, perlu diperhatikan aspek keamanan dan
kenyamanan. Hal ini akan berpengaruh ke dalam proses pemintakan
(zoning) di dalam tapak. Dilihat dari hirarkinya, fungsi akomodasi
membutuhkan privasi paling besar, diikuti oleh fasilitas konvensi
dan yang paling publik adalah fasilitas komersial.

Universitas Sumatera Utara

54

Konsep pengelompokkan fungsi ini akan memisahkan tiga
bagian besar ini menjadi beberapa bagian pada bangunan (seperti
terlihat pada gambar di bawah).

HOTEL

MALL

Gambar 5.1 pemintakan bangunan berdasarkan fungsi
Sumber: penulis
Fungsi Mall dan fasilitas penunjang diletakkan di lantai 1 dan
2. Kedua lantai ini bersifat umum yang dapat dinikmati oleh siapa
saja. Fungsi Hotel diletakkan pada lantai 3, 4 dan 5. Area ini bersifat
privasi, karena hanya pengguna hotel yang bisa naik ke lantai
tersebut.
b. Pencapaian ke Dalam Tapak dan Sirkulasi di Luar Bangunan
Pencapaian ke dalam tapak dibuka pada dua bagian dari
tapak, yaitu jalur masuk utama dari arah utara (di depan tapak yang
menghadap ke sungai) dan jalur masuk sekunder dari sisi selatan
tapak.

Universitas Sumatera Utara

55

JALAN MASUK
SEKUNDER

JALAN MASUK UTAMA

Gambar 5.2 sirkulasi di dalam tapak
Sumber: penulis
c. Konsep Penataan Massa dan Penataan Ruang Luar
Pada bangunan Mall, bentukan massa mengikuti bentuk
lahan, sedangkan pada bangunan Hotel, bentukan massa mengarah
ke jalan sekunder. Sehingga muka bangunan akan terlihat dari jalan.

Universitas Sumatera Utara

56

MUKA
BANGUNAN

Gambar 5.3 muka bangunan terhadap daerah sekitar
Sumber: penulis

Gambar 5.4 gubahan massa
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

57

5.1.3 Konsep Bangunan
a. Selubung Bangunan, Material dan Penampilan Bangunan
Selubung (fasade) bangunan mengambil konsep elemen
arsitektur aceh yaitu berupa ornamen-ornamen yang menghiasi
seluruh fasade bangunan. Untuk menjawab permasalahan perbedaan
ketinggian antara Mall dan Hotel, maka digunakan ornamen yang
berbeda pada kedua fungsi tersebut (seperti pada gambar di bawah
ini).

Gambar 5.5 tampak depan
Sumber: penulis
b. Konsep Pola Ruang
Pola ruang yang terdapat dalam bangunan ini antara lain pola
ruang double loaded (melayani dua sisi) pada lantai yang terdapat
kamar hotel dan pola ruang single loaded pada massa bangunan
komersial.

Pola

ruang

double

loaded

digunakan

dengan

pertimbangan efektifitas lantai bangunan yang diisi dengan jumlah
kamar hotel yang banyak. Pola single loaded diterapkan pada bagian

Universitas Sumatera Utara

58

bangunan komersial dengan pertimbangan arah pelayanan yang
memang hanya searah saja.
5.1.4 Konsep Struktur
Pada struktur bangunan ini banyak berkaitan dengan maksimalisasi
ruang sehingga diperoleh ruang yang efektif untuk kegiatan komersial.
Konsep struktur pada bangunan ini menggunakan konsep struktur
bangunan yang memiliki modul 10 x 10 m. Pemilihan modul ini dinilai
sebagai yang paling efisien untuk mengakomodasi kebutuhan kamarkamar hotel serta parkir yang ada di lantai basement.
5.1.5 Konsep Utilitas

Gambar 5.6 konsep utilitas hotel
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

59

Gambar di atas merupakan denah tipikal kamar hotel serta bagianbagian yang menjadi lubang shaft (berwarna merah) dari area utilitas.
Utilitas bangunan hotel banyak bersinggungan dengan jalur pemipaan
perkamar yang kemudian disalurkan ke lantai bawah. Pada lantai
tipikal, shaft tersebut masih bergerak lurus, sampai pada lantai dua,
shaft tersebut kemudian dibelokkan dan dikumpulkan pada titik tertentu
untuk untuk digerakkan ke lantai basement. Selanjutnya shaft tersebut
dialirkan ke STP (Sewage Treatment Plan).

Gambar 5.7 konsep utilitas lantai 2
Sumber: penulis

Universitas Sumatera Utara

60

Pada bangunan ini, digunakan beberapa jenis transportasi vertikal
yang tersebar sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya di dalam
bangunan ini, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.8 transportasi vertikal
Sumber: penulis
Warna biru pada gambar menunjukkan letak dari transportasi
vertikal pada bangunan. Beberapa jenis transportasi vertikal antara lain
lift, elevator dan tangga yang tersebar pada beberapa titik dalam
bangunan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan dalam bangunan. Tangga
yang ada di bangunan ini diletakkan di sisi pintu keluar yang juga
digunakan sebagai tangga darurat.

Universitas Sumatera Utara

61

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Beberapa aspek yang menjadi cakupan kesimpulan dalam tugas ini antara
lain:
Konteks kawasan
Perancangan bangunan pada kawasan urban harus memperhatikan 2 aspek,
yaitu:


Efisiensi dalam perancangan lahan
Hal ini berkaitan dengan faktor ekonomi (seperti harga tanah terlalu
mahal) dan juga faktor peraturan bangunan yang diterapkan di
kawasan ini.



Konsteks kawasan di sekitar bangunan
Bangunan di daerah urban tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki kaitan
dan pengaruh dengan bangunan-bangunan sekitarnya. Sehingga
perancangan di kawasan urban seharusnya lebih memberi efek positif
daripada efek negatif ataupun masalah kepada lingkungan dan
masyarakat sekitarnya.

Konteks Arsitektur
Kesimpulan untuk perancangan bangunan komersial terkait dengan konteks
arsitektur antara lain memperhatikan aspek berikut:

Universitas Sumatera Utara

62



Potensi ekonomi
Perancangan bangunan Hotel dan Mall Elektronik dikategorikan
sebagai bangunan komersial, erat kaitannya dengan aspek ekonomi
(karena tujuan utamanya adalah untuk mencari keuntungan sebesarbesarnya). Sehingga perancangan bangunan komersial harus mampu
melihat potensi dan tren ekonomi yang sedang terjadi dan kemudian
mewadahinya.



Sistem operasional bangunan
Perancangan bangunan juga perlu menyesuaikan dengan sistem
operasional yang diterapkan oleh pengelola nantinya. Perancangan
hendaknya memberikan kemudahan dan efisiensi dalam pelaksanaan
sistem operasional bangunan.



Estetika
Perancangan bangunan perlu memberikan perhatian yang cukup besar
pada elemen estetika bangunan karena tampilan ataupun wajah yang
diberikan menjadi daya tarik yang meningkatkan nilai jual suatu
bangunan. Selain itu, tampilan yang memperhatikan estetika juga
dapat memberi kesan tertentu pada pencitraan (branding) dari
bangunan yang bersangkutan, seperti terkesan mewah, elegan,
ataupun terkesan rileks.

Universitas Sumatera Utara

63

Konteks Tugas Perancangan
Dalam konteks tugas perancangan, kesimpulan yang diperoleh dari proses
pengerjaan tugas antara lain:


Aspek kepatuhan terhadap peraturan bangunan (peraturan yang
berlaku secara umum dan peraturan yang berlaku untuk jenis
bangunan tertentu) yang telah ditetapkan oleh instansi terkait.



Aspek kepatuhan terhadap standar perancangan. Standar dan ukuran
tidak bersifat mengikat seperti halnya peraturan bangunan sehingga
tidak memberikan sanksi ataupun intensif apabila dilanggar ataupun
dijalankan. Akan tetapi, kepatuhan terhadap standar dalam suatu
perancangan

merupakan

suatu

upaya

untuk

menghadirkan

kenyamanan dan efisiensi bagi penggunaan bangunan.
6.2 Saran
Saran untuk pelaksana Studio Proyek


Perlu adanya kesempatan yang lebih besar kepada mahasiswa untuk
berkonsultasi dengan calon dosen pembimbing pada masa persiapan tugas
proyek sehingga mahasiswa menerima masukan-masukan yang cukup
dalam mempersiapkan tugas proyeknya dan menghindari kesalahan dan
kekurangan pada masa pengerjaan tugas proyek.

Saran untuk mahasiswa Studio Proyek


Penggunaan gambar impresi ataupun preseden-preseden sangat dianjurkan
sebagai sarana komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing
dalam masa asistensi tugas proyek. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan

Universitas Sumatera Utara

64

dapat lebih intens untuk menjadikan preseden-preseden yang telah
dibangun sebagai referensi dalam merancang.


Pembuatan jadwal pengerjaan tugas proyek secara pribadi oleh mahasiswa
cukup membantu dalam proses berjalannya studio proyek. Selain itu,
mahasiswa sangat disarankan untuk bekerja secara teratur agar progresnya
baik.

Universitas Sumatera Utara