Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang
dapat diamati secara langsung dan tidak langsung (Kholid, 2014). Menurut
ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme
terhadap lingkungannya.
Perilaku manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni perilaku
dasar (umum) sebagai mahkluk hidup dan perilaku mahkluk sosial. Perilaku
dalam arti umum, memiliki arti berbeda dengan perilaku sosial, perilaku sosial
adalah perilaku spesifik yang diarahkan pada orang lain. Penerimaan perilaku
sangat tergantung pada norma-norma sosial dan diatur oleh berbagai sarana

kontrol sosial (Sunaryo, 2014)
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

9
Universitas Sumatera Utara

10

merespons, maka teori Skinner ini disebut teori ―S-O-R‖ atau Stimulus –
Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoadmodjo, 2007)
1.

Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu:

10
Universitas Sumatera Utara


11

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b.

Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka
dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat
kesehatan yang seoptimal mungkin.

c.

Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
terpelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.


2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan,
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari
mengobati sendiri (self treatment) sampai mencapai pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,
keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja,
air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

11
Universitas Sumatera Utara

12

World Health Organization menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu adalah :

1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
objek (objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang
lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan
tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang
lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.


12
Universitas Sumatera Utara

13

4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai
dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran,


penciuman,

rasa,

dan raba.

Sebagian

besar

pengetahuan

menusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang
lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour)
(Notoatmodjo, 2007).
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: 1) cara tradisional atau non ilmiah, dan 2) cara modern atau cara ilmiah.
1.

Cara tradisional atau non ilmiah untuk memperoleh pengetahuan

13
Universitas Sumatera Utara

14

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik
dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
a. Cara Coba Salah (trial-error)
Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata
yang lebih dikenal ―trial and error‖. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. Apabila

kemungkinan kedua gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan
ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal, maka dicoba kembali dengan
kemungkinan keempat, sampai masalah tersebut terpecahkan. Itulah sebabnya
maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau
metode coba-salah atau coba-coba.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di
dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa lebih
dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
dikemukakannya sudah benar.

14
Universitas Sumatera Utara

15


c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Cara ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah lain
yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal
menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha
untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.
d. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dapat
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya.
2.

Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan ini lebih sistematis, logis,

dan ilmiah. Cara ini diseut metode penelitian ilmiah atau lebih lebih populer

disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Mula-mula ia mengadakan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan.
Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan
akhirnya diambil kesimpulan umum. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat

15
Universitas Sumatera Utara

16

penvcatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni:
a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
c. Gejala-hejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri
atau unsur-unsur yang pasti ada suatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan
dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang
dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan
metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara
proses berpikir deduktif-induktif-verivikatif seperti yang dilakukan oleh Newton
dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini kita
kenal

dengan

metode

penelitian

ilmiah

(scientific

research

method)

(Notoadmodjo, 2010).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam
enam tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2012):
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

16
Universitas Sumatera Utara

17

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu,
‖tahu‖ ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain :

menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan,

menyatakan,

dan

sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi mengenai objek tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek

atau

materi

harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan tindakan reuse dan
reduse dalam penggunaan plastik.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip atau materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya (real condition). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat melakukan tindakan
reuse reduse dalam kehidupan sehari – hari dengan benar.

17
Universitas Sumatera Utara

18

d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau
memisahkan materi/objek ke dalam komponen-komponen lain tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi atau masalah/ objek yang diketahui dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja : dapat

mengambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis

menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun dapat
merencanakan, dapat merigankan, dapat menyusuaikan, dapat meringkaskan,
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang

ditentukan

sendiri,

atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya : dapat menafsirkan
sebab-sebab tingginya jumlah konsumsi plastik.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

18
Universitas Sumatera Utara

19

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas, misal: tentang penyakit
(penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan

reaksi

yang

bersifat

emosional

terhadap

stimulus

sosial

(Notoatmodjo, 2007).
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Allport (1954) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
19
Universitas Sumatera Utara

20

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan
(Notoadmodjo, 2007), yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau
mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

20
Universitas Sumatera Utara

21

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio
psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap
merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respons
konkret. Beberapa karakteristik sikap:
a. Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi, dan bertindak.
b. Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi).
c. Sikap relatif lebih menetap, dibanding emosi dan pikiran.
d. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek.
Adapun ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, atau
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula
sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu dibentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.

21
Universitas Sumatera Utara

22

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang
membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.
Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula
menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Seseorang tahu bahwa tingkah laku anak
kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap
sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada
orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya
tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara
sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud
pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat
hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan
kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan
sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman
dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua
pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia

22
Universitas Sumatera Utara

23

tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak
perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek
tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi
sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap
seseorang, kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang
tersebut. Dengan mengetahui keadaan sikap itu, kita akan mengetahui pula
mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah
sikap-sikap tersebut.
Pengukuran sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau
responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang
terkait dengan faktor risiko kesehatan. Misalnya: bagaimana pendapat atau
penilaian responden terhadap penyakit demam berdarah, anak dengan gizi buruk,
tentang lingkungan, tentang gizi makanan, dan seterusnya. Pengukuran sikap juga
dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metode penelitian yang digunakan,
diantaranya wawancara, angket, diskusi kelompok terfokus, dan sebagainya.
2.1.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi
23
Universitas Sumatera Utara

24

dari suaminya, ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau
mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan (Notoadmodjo,
2007).
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

24
Universitas Sumatera Utara

25

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice)
kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behaviour). Oleh
sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas,
yakni:
a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
Tindakan

atau

perilaku

ini

mencakup:

a)

pencegahan

penyakit,

mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu
sekali, dan b) penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk
dokter,berobat ke fasilitas kesehatan yang tepat, dan sebagainya.
b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatanTindakan atau
perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, dan sebagainya.
c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC),
membuang sampah di tempat sampah, dan sebagainya.
Pengukuran tindakan adalah mengetahui hal apa yang dilakukan oleh
responden terhadap terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara
peningkatan kesehatan, cara memperoleh pengobatan yang tepat, dan sebagainya.
Mengukur perilaku terbuka, praktik atau tindakan, relatif lebih mudah bila
dibandingkan dengan mengukur perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Sebab

25
Universitas Sumatera Utara

26

praktek atau tindakan mudah diamati secara konkret dan langsung maupun
melalui pihaak ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktik
prakttik dapat dilakukan melalui dua metoda, yakni:
a. Langsung:

mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti

secara langsung.
b. Tidak langsung: tidak secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti
(respoonden). Oleh sebab itu metoda pengukuran secara tidak langsung ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni: (1) metode meningat kembali
atau (recall), (2) melalui orang ketiga atau orang lain yang ―dekat‖ dengan
subjek atau responden, dan (3) melalui ―indikator‖ (hasil perilaku) responden.
2.2 Plastik
Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi
pilihan bagi konsumen. Plastik menjadi salah satu bahan yang dapat kita temui di
hampir setiap barang dikarenakan plastik sangat mudah didapat dan fleksibel
penggunaannya. Mulai dari wadah makanan, pengemasan, botol minum, kantong
plastik, alat makan (sendok, garpu, piring, mangkok, gelas).
Banyak

konsumen

yang menggunakan plastik sebagai pengemas

makanan, namun ada juga konsumen yang khawatir akan dampak penggunaan
plastik terutama plastik kresek hitam dan kemudian beralih menggunakan kertas
cokelat sebagai pengemas makanan. Tapi tanpa disadari, kertas cokelat tersebut
juga sudah dilapisi plastik dan ini menunjukkan betapa populernya penggunaan
plastik dalam kehidupan sehari-hari (Siregar, 2011).

26
Universitas Sumatera Utara

27

Umumnya setiap wadah plastik dicantumkan tanda atau kode angka yang
menandakan pembuatan kemasan plastik. Kode-kode itu dikeluarkan oleh SPI
(Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat dengan tujuan mengeluarkan
simbol atau kode yang mengidentifikasi plastik, dan kemudian diadopsi oleh
lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International
Organization for Standardization) di ikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA
(Food & Drugs Administration), EFSA (European Food Safety Authority), dan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009).
2.2.1 Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik
A. Termoset
Plastik termoset adalah jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang atau
dicetak, contohnya saran atau poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering
digunakan untuk botol-botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang
terdapat pada peralatan dapur seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati
jagung untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan (Fadli, 2012).
B. Termoplastik
Plastik termoplastik adalah jenis plastik yang dipakai untuk mengemas
atau kontak dengan bahan makanan dan dapat didaur-ulang/dicetak kembali,
contoh plastik kresek dan plastik lainnya (Fadli, 2012). Untuk melindungi
konsumen dari bahaya yang ditimbulkan oleh proses daur ulang plastik ini, maka
diciptakanlah sebuah standar penggunaan kemasan plastik.
Standar penggunaan ini telah dikembangkan oleh asosiasi industri plastik
di Amerika Serikat dengan melakukan pengkodean jenis plastik. Kode yang
27
Universitas Sumatera Utara

28

mengacu pada standar penggunaan plastik tersebut biasanya ada di bagian bawah
wadah plastik berupa cetakan timbul bergambar panah yang membentuk segitiga
dengan sebuah angka di dalamnya (simbol daur ulang). Angka ini menunjukkan
jenis plastik dan keamanan penggunaannya.
1.

PET — Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur

ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) di bawah segitiga. Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan
polyester. Biasa dipakai untuk

botol plastik yang jernih/transparan/tembus

pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman
lainnya. Tidak untuk air hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya
untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu
>600C, hal ini akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan
meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Di
dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3 (antimoni
trioksida), yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan
pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung
senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan
mengalami : iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini
meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak
mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga
usia 12 bulan.

28
Universitas Sumatera Utara

29

2. HDPE — High Density Polyethylene
a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene)
di bawah segitiga.
b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum,
dan lain-lain.
c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan
karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,
buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak pada
suhu 750C.
3. V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang.
a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botolbotol, sulit di daur ulang.
b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang
dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan
makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150C.
c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

29
Universitas Sumatera Utara

30

d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung
lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
e. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak
mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena
atau bahan alami (daun pisang misalnya).

4. LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE
(low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari
minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botolbotol yang lembek.
a.

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada suhu
700C.

b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat
makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas
dengan bahan ini.
5. PP — Polypropylene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP. PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk
yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.

30
Universitas Sumatera Utara

31

b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,
keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus
uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak, stabil
terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500C.
c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk
menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS — Polystyrene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. PS
(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker
dari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.
c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh
lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu
950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan.
d. PS yang lunak berbentuk seperti busa,

biasanya berwarna putih, lunak,

mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini dapat
melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah
sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau
minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll.
e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.
f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan
untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan
panas.

31
Universitas Sumatera Utara

32

g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan
styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
i.

Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah
reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit
didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang
sangat panjang dan lama.

j.

Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode
angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara
dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini
akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.

7. OTHER
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER
Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC polycarbonate, Nylon)
b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan plastik kemasan.
c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita
(sippy cup).

32
Universitas Sumatera Utara

33

d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan
dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada
ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.
e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah

ke dalam minuman atau

makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan
botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus
atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak
digunakan lagi.
f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi.
h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan.
2.2.2 Kantong Plastik
Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis plastik
LDPE (Low Density Polyethylene) dan termasuk ke dalam kode daur ulang
nomor 4. Sifat LDPE ini kuat, tembus cahaya, fleksibel dan daya proteksi
terhadap uap air tergolong baik.
dihancurkan

alami

oleh

LDPE dapat didaur ulang tetapi sulit

alam

sehingga dalam jangka panjang dapat

menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Kantong plastik terbuat dari
penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Kantong

plastik

yang

33
Universitas Sumatera Utara

34

beredar di masyarakat memiliki bagian ukuran dari mulai 15 cm, 17 cm, 24
cm, 28 cm, 40 cm hingga 50 cm dengan ketebalan 0,01 mm dan 0,03 mm.
Kantong plastik pun memiliki berbagai warna yaitu hitam, putih, biru,
merah, kuning, merah putih dan hitam putih.
Kantong plastik pada umumnya berbahaya bagi lingkungan, kantong
plastik berwarna memiliki ketebalan yang lebih tipis dibandingkan kantong
plastik berwarna hitam. Sehingga, kantong plastik berwarna lebih memungkinkan
untuk hancur dengan cepat dibandingkan kantong plastik hitam. Tetapi, dalam
kehidupan

sehari-hari

kantong plastik yang sangat sering digunakan oleh

masyarakat adalah kantong plastik hitam karena lebih kuat, ini disebabkan
karena kandungan zat kimia dan pewarna yang tedapat pada kantong plastik
hitam lebih banyak dibandingkan kantong plastik berwarna, sehingga kantong
plastik hitam tidak mudah robek dan sangat berbau plastik. Kantong plastik
dapat mencemari lingkungan karena kandungan zat kimia yang terdapat pada
kantong plastik ini dapat diserap lingkungan.
2.2.3 Dampak dan Bahaya Penggunaan Kantong Plastik terhadap Kesehatan
Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah
(Koswara, 2006):
1.

Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA
dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang
cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama
kanker hati.

34
Universitas Sumatera Utara

35

2.

Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker.
Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu menimbulkan
cacat lahir pada tikus yang memakannya.

3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan
hati (liver) pada hewan.
4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya
seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol,
isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin, bispenol
dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan
terutama mulut, tenggorokan dan lambung.
Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:
1.

Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang
populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu
ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen.
Benzen termasuk larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan.
Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat
ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa
memicu kanker pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).

2.

Timbal (Pb)

merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang

merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya merupakan
bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.

35
Universitas Sumatera Utara

36

3.

Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam
plastik yang bersifat karsinogenik (Winarno, 1994).

4.

Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu
sistem endokrin (Anonimous, 2009).

5.

Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC) merupakan
zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan memperbesar
resiko pada kehamilan (Anonimous, 2008).

6.

Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil (PCB) yang ditambahkan sebagai
bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai satic agent
dan ikut menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas sangat
dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala keracunan
PCB ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan
pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat
mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada
keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan
kanker hati (Anonimous, 2009).

7.

Ancaman lain kemasan plastik adalah pigmen warna pada kantong plastik
kresek yang bisa bermigrasi ke dalam makanan. Pada kantong plastik yang
berwarna-warni sering tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. Begitu
juga dengan plastik yang tidak berwarna, perlu diwaspadai penggunaanya.
Semakin jernih, bening dan bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat
kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia
(Koswara, 2006).

36
Universitas Sumatera Utara

37

2.2.4 Dampak dan Bahaya Penggunaan Kantong Plastik terhadap
Lingkungan
Dari segi lingkungan, plastik sangat berbahaya karena plastik memiliki
sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan
waktu 500 tahun agar dapat terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong
plastik yang ditimbun di tempat pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air
tanah sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia (Anonim 2008). Tentang
bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated
biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang
sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500
tahun. Hal ini berakibat antara lain:
a. Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
b. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan
membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
c. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
d. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
e. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara
di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu
meyuburkan tanah.
f. Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan
akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.

37
Universitas Sumatera Utara

38

g. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik. Konsumsi berlebih
terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar.
Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit
terdegradasi (non-biodegradable). Biasanya limbah plastik yang sudah tidak
berguna akan dibuang atau dibakar. Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai oleh mikroorganisme
sehingga akan menumpuk dan menjadi sarang penyakit dan mengganggu
ekosistem sekitar. Sedangkan pembakaran sampah yang tidak menggunakan
teknologi tinggi dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat
menghasilkan senyawa kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama
dioksin.
Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan
masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah
jika dioksin diterima tetap sehingga dioksin

akan mengendap dalam tubuh

manusia walaupun dalam satuan takaran kecil. Dioksin menimbulkan kanker,
bertindak sebagai pengacau hormon, diteruskan dari ibu ke bayi selama menyusui
dan mempengaruhi sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut,
dioksin dengan demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar anak yang
sangat peka terhadap pencemaran udara (Chandra, 2009).

38
Universitas Sumatera Utara

39

2.3 Kemasan Styrofoam
Kemasan styrofoam adalah kemasan makanan dari merek dagang Dow
Chemichals yang berbahan dasar

expandable polystyrene

atau

foamed

polystyrene (FPS) yang tergolong dalam plastik polistiren (PS) atau yang
memiliki kode-6 dalam pengkodean plastik (BPOM, 2009).
Styrofoam terbuat dari polystyrene yaitu polimer yang tersusun dari
banyak monomer (styrene). Untuk menjadi styrofoam, maka ditiupkan udara ke
dalam polystyrene

dengan

menggunakan

blowing agents

yang disebut

khloroflourokarbon (CFC) sehingga membentuk buih (foam) (Khomsan, 2003).
Dalam penggunaannya sebagai kemasan makanan, styrofoam memiliki
beberapa sifat yang menjadi keunggulannya, diantaranya relatif tahan bocor,
praktis dan mampu menjaga suhu makanan dengan baik, jadi makanan panas akan
tetap panas di dalam styrofoam (Khomsan, 2003).
2.3.1 Bahan Pembuat Styrofoam
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10%
gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu,

blowing agent yang digunakan

adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon
maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih
ramah lingkungan.
Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi.
Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense
pada

tekanan

dan

suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk

melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku,
39
Universitas Sumatera Utara

40

transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik.
Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat
khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah,
mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara.
2.3.2 Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Kesehatan
Menurut Khomsan

(2003), masyarakat khususnya konsumen sering

beranggapan bahwa bila sesuatu itu sudah ada dimana-mana dan dipakai oleh
banyak orang, maka sesuatu tersebut pasti aman. Demikian pula dengan
penggunaan styrofoam yang semakin meluas saat ini, sedikitpun tidak
memunculkan kekhawatiran apakah penggunaan styrofoam aman atau tidak untuk
kesehatan.
Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun 1930-an,
diketahui bahwa bahan dasar styrofoam (styrene) dan bahan aditif lainnya seperti
butadien yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang
berfungsi sebagai pemlastis (plasticizer) ternyata bersifat mutagenik (mampu
mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang pembentukan sel kanker)
(Yuliarti,2007).
Penelitian di Rusia pada tahun 1975 menemukan adanya gangguan
menstruasi pada wanita yang bekerja dan selalu menghirup styrene dalam
konsentrasi rendah. Gangguan menstruasi tersebut menyangkut siklus menstruasi
yang tidak teratur dan terjadinya pendarahan berlebihan (hypermenorrhea) ketika
menstruasi. Styrene juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi
wanita (penurunan kesuburan bahkan mandul) (Khomsan, 2003).
40
Universitas Sumatera Utara

41

Pada tahun 1986, National Human Adipose Tissue Survey di Amerika
Serikat (AS) mengungkapkan bahwa 100% jaringan lemak penduduk Amerika
mengandung styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai
8-350 ng/g. Konsentrasi styrene 350 ng/g adalah sepertiga dari ambang batas
yang dapat memunculkan gejala neurotoxic (gangguan syaraf). Neurotoxicakan
menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, nervous dan kadar hemoglobin
rendah. Hemoglobin (Hb) adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran
sangat penting yaitu mengangkut dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Penurunan kadar hemoglobin pada tubuh

(anemia)

akan menyebabkan

kekurangan oksigen (O2) pada sel-sel tubuh dan menimbulkan gejala letih, lesu
dan lemah (3L). Anemia kronis dapat berakibat fatal seperti kematian (2003).
Studi di New Jersey (AS) menemukan bahwa 75% air susu ibu (ASI) telah
terkontaminasi styrene dan dapat dibayangkan bahwa bayi-bayi yang belum
pernah makan atau minum menggunakan wadah
mengkonsumsi (terpapar)

styrene

styrofoam

ternyata dapat

melalui ASI ibunya. Penelitian ini juga

mengungkapkan bahwa pada ibu-ibu yang sedang mengandung, styrene dapat
bermigrasi ke janin melalui plasenta, sedangkan pada anak-anak, styrene dapat
mengakibatkan kehilangan kreativitas (pasif) dan karsinogenik (2003).
Sifat styrene yang memiliki titik lebur rendah dan lunak pada suhu 90⁰95⁰C menyebabkan styrofoam dapat lunak pada suhu 102⁰-106⁰C. Penggunaan
styrofoam sebagai wadah untuk memanaskan makanan yang mengandung vitamin
A akan melarutkan styrene yang ada di dalamnya. Pemanasan akan memecah
vitamin A menjadi toluene dan toluene ini adalah pelarut styrene (2003).

41
Universitas Sumatera Utara

42

2.3.3 Dampak dan Bahaya Penggunaan Styrofoam terhadap Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan,

styrofoam

juga sering

menimbulkan masalah pada lingkungan dan tidak ramah lingkungan. Kemasan
plastik jenis polystyrene ini sering menimbulkan masalah pada lingkungan karena
sifatnya yang tidak dapat diuraikan secara alami dan sulit didaur ulang sehingga
tidak diminati oleh pemulung. Proses daur ulang styrofoam yang telah dilakukan
selama ini sebenarnya hanyalah dengan menghancurkan styrofoam lama
kemudian membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali
menjadi wadah makanan dan minuman. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat
setiap tahun diproduksi 3 juta ton bahan ini, tetapi hanya sedikit yang didaur
ulang, sehingga sisanya masuk ke lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh
alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan menjadi sumber sampah yang
mencemari lingkungan, baik lingkungan air maupun tanah (InfoPOM, 2008).

42
Universitas Sumatera Utara

43

2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik
responden:
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Suku
d. Jumlah uang saku
Perilaku Mahasiswa
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Sumber
Informasi
Minimalisir Kantong
Plastik dan Styrofoam

Sesuai dengan teori atribusi yang disampaikan oleh ahli Heider, skema di
atas menggambarkan karakteristik responden (yakni umur, jenis kelamin, suku,
dan jumlah uang saku) dan sumber informasi yang mempengaruhi perilaku
maha

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Mahasiswa Dalam Menggunakan Plastik Dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

46 185 124

Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011

6 79 130

Pengaruh Penggunaan Minuman Berenergi Dikalangan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2010

34 140 43

Perilaku Penjual Makanan Yang Menggunakan Plastik dan Styrofoam di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara Tahun 2010

19 135 71

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 0 18

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 1 2

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 0 8

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 48

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

3 10 2

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 1 7