Gambaran Perilaku Mahasiswa Dalam Menggunakan Plastik Dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

(1)

GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN PLASTIK DAN STYROFOAM SEBAGAI KEMASAN MAKANAN

DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2012

Skripsi

Oleh : FERI FADLI NIM: 071000075

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN PLASTIK DAN STYROFOAM SEBAGAI KEMASAN MAKANAN

DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FERI FADLI NIM: 071000075

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN PLASTIK DAN STYROFOAM SEBAGAI KEMASAN MAKANAN

DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : FERI FADLI

NIM: 071000075

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 31 Mei 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19611031 198903 1 001 Ketua Penguji

(Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes) NIP. 196909221994032002

Penguji I

(Ir.Evinaria, M.Kes) NIP. 196803201993032001 Penguji II

(dr. Linda T. Maas, MPH) NIP. 195210221980032002

Penguji I

(Drs. Eddy Syahrial, MS) NIP. 195907131987031001


(4)

ABSTRAK

Penggunaan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan merupakan contoh perilaku yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Penggunaan plastik dan styrofoam meningkat secara signifikans dan banyak digunakan sehingga menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara program reguler yang aktif angkatan 2008-2011 dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan faktor internal responden yakni golongan umur 20-25 tahun sebanyak 44 orang (50,6%), jenis kelamin perempuan sebanyak 73 orang (83,9%), suku Batak sebanyak 35 orang (40,2%), dan jumlah uang saku per bulan Rp. 500.000 – 1.000.000 sebanyak 61 orang (70,1%). Faktor eksternal responden yakni mengikuti masyarakat umum menggunakan plastik dan styrofoam sebanyak 55 orang (63,2%), mendapatkan informasi dan meniru anggota keluarga sebanyak 43 orang (49,4%), dan mendapatkan informasi tentang plastik dan styrofoam dari bahan perkuliahan sebanyak 63 orang (72,2%). Kategori pengetahuan responden umumnya berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 84 orang (96,6%), kategori sikap responden umumnya baik yaitu sebanyak 68 orang (72,8%), kategori tindakan responden umumnya kurang yaitu sebanyak 57 orang (62,5%).

Dari hasil penelitian disarankan kepada mahasiswa semester dua dan empat agar menggunakan internet untuk mendapatkan informasi mengenai plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan serta informasi tentang penggunaan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan pada bahan perkuliahan lebih diperbanyak lagi.


(5)

ABSTRACT

The usage of plastic and styrofoam as food packaging is behavioral example which damage and pollute the environment. The usage of plastic and styrofoam increase significantly and widely used thus causing health and environmental problems. The research aims to know the description of student’s behavior in using plastic and styrofoam as food packaging at Public Health Faculty of Sumatera Utara University in 2012.

The type of this research is descriptive study with a survey method. The population in this study are all students of Public Health Faculty of Sumatera Utara University with active regular program grade 2008-2011 with number of sample as 87 people. Presentation of data using frequency distribution tables.

The results shows that internal factors of respondents with age range as 20-25 years old as 44 person (50.6%), female as 73 person (83.9%), Batak tribe as 35 person (40.2%), and the amount of money per month as Rp. 500.000 – 1.000.000 as 61 person (70.1%). External factors which are following the society to use plastic and styrofoam as 55 person (63.2%), obtaining information and replicate the siblings as 43 person (49.4%), and getting information about plastic and styrofoam from the lecture material as 63 person ( 72.2%). Knowledge category of respondents is generally stays at medium level as 84 person (96.6%), attitude category stays at good level as 68 person (72.8%), and action category is generally stays at less level as 57 person (62.5%) .

From the research, it is suggested the second and fourth grade students to use internet to get information about plastic and styrofoam as food packaging as well as the information about plastic and styrofoam as food packaging on lecture material over again reproduced.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Feri Fadli

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan / 31 Agustus 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 6 (enam) dari 6 (enam) bersaudara Alamat Rumah : Jl. Sudirman (Ex. Merdeka) No. 200b

Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan : 1. 1994-2000 : SD Negeri 142430 Padangsidimpuan 2. 2000-2003 : SLTP Negeri 3 Padangsidimpuan 3. 2003-2006 : SMA Negeri 2 Padangsidimpuan 4. 2007-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Mahasiswa Dalam Menggunakan Plastik Dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2012”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, nasehat dan arahan kepada Penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ir.Evinaria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada Penulis.

5. Ibu dr. Linda T. Maas, MPH, selaku Dosen Penguji I yang sangat membantu dalam memberikan kritik, saran dan masukan kepada Penulis.

6. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada Penulis.

7. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan Dosen PKIP Khususnya yaitu Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes, Ibu Drs. Syarifah, MS, Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD., serta pegawai di Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu Penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

8. Ibu Indra Chahaya S., Ir., Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi masukan, saran, dan dukungan selama Penulis kuliah di FKM USU.

9. Teristimewa kepada orang tua Penulis, alm. Darmansyah Piliang dan Hj. Nenny Harahap, serta saudara/i Penulis Lenni Sahfitri, Lena Saraswati, Safril Saiful Haq, Sahreni Devita, Ilpa Mahrani, abang/kakak ipar Mustofa Siregar, Sannip Hasibuan, abang alm. Sulaiman, dan Manna Lubis, juga untuk keponakan tercinta Irfan, Alfin, sikembar Kayla dan Nayla, Ayu, Andri, Aulia, Anggi, Sindy, Bunga, dan Kaisar Daffa, terima kasih atas dukungan serta kasih sayang yang telah diberikan kepada Penulis.

10. Beberapa sahabat yang membantu langsung proses pengerjaan skripsi ini: Muhammad Iqbal Damanik, Rina Mahyurni, Arnold Maruli, Agustiar Muslim, dan Helda Miantari, terimakasih atas segala bantuan dan diskusi yang diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Beberapa orang dan tim yang mendorong dan memotivasi Penulis sehingga mampu mendapatkan pengalaman dan prestasi yang tidak bisa dilupakan, Ibu Dosen Pembimbing Skripsi, Tim USU Green Day, Tim Trust By Danone USU, Tim USU IMT GT Varsity Carnival, USU Debating Society, Inkubs USU, dan para junior, terimakasih untuk semuanya.

12. Semua pihak yang telah membantu, baik bantuan dukungan, saran, doa, kerjasama dan masukan-masukan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik itu dalam penulisan kata, penyusunan kalimat dan juga tidak menutup kemungkinan dalam penyajian data. Oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pembaca. Amin.

Medan, Juli 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku ... 7

2.1.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan ... 8

2.1.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap ... 11

2.1.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan ... 15

2.2. Bentuk-bentuk Perilaku ... 16

2.3. Teori Perilaku Atribusi (Faktor Internal – Eksternal) ... 17

2.4. Kemasan Plastik ... 19

2.4.1. Jenis dan Sifat Fisio-Kimia Plastik ... 20

2.4.2. Pemilihan Kemasan Plastik Sebagai Kemasan ... 24

2.4.3. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan ... 26

2.4.4. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Lingkungan ... 28

2.5. Kemasan Styrofoam ... 30

2.5.1. Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Kesehatan ... 30

2.5.2. Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Lingkungan ... 32

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35


(10)

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Data Primer ... 38

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5. Defenisi Operasional ... 39

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 41

3.6.1. Aspek Pengukuran ... 41

3.6.2. Instrumen ... 41

3.7. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 43

3.6.1. Metode Pengolahan Data ... 43

3.6.2. Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Faktor Internal ... 46

4.2.1. Umur ... 46

4.2.2. Jenis Kelamin ... 47

4.2.3. Suku ... 47

4.2.4. Jumlah Uang Saku ... 48

4.3. Faktor Eksternal ... 48

4.3.1. Kelompok Referensi ... 58

4.3.2. Keluarga ... 49

4.3.1. Media Informasi ... 49

4.4. Pengetahuan Responden ... 50

4.5. Sikap Responden ... 57

4.6. Tindakan Responden ... 60

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Faktor Internal ... 65

5.1.1. Umur ... 65

5.1.2. Jenis Kelamin ... 66

5.1.3. Suku ... 66

5.1.4. Jumlah Uang Saku ... 66

5.2. Faktor Eksternal ... 67

4.3.1. Kelompok Referensi ... 67

4.3.2. Keluarga ... 68

4.3.1. Media Informasi ... 68

5.3. Pengetahuan Responden ... 69

5.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari Plastik ... 69

5.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari Plastik ... 70

5.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Larangan Pemerintah Menggunakan Plastik Kresek Sebagai Pembungkus Makanan ... 71 5.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Dampak Penggunaan Plastik


(11)

Bagi Kesehatan ... 72 5.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Proses Pelarutan Bahan

Berbahaya Dari Plastik Pada Makanan Di Dalam Kemasan ... 73 5.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengurangi Dampak

Penggunaan Plastik ... 74 5.3.7. Pengetahuan Responden Tentang Cara Meminimalisir Sampah

Plastik ... 75 5.3.8. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari Styrofoam ... 75 5.3.9. Pengetahuan Responden Tentang Suhu Yang Diperbolehkan Untuk

Mengemas Makanan Pada Styrofoam ... 76 5.3.10. Pengetahuan Responden Tentang Kemampuan Styrofoam Sebagai

Pengemas Makanan Untuk Jenis Makanan ... 77 5.3.11. Pengetahuan Responden Tentang Alasan Styrofoam Sebagai

Kemasan Makanan ... 77 5.3.12. Pengetahuan Responden Tentang Dampak Lingkungan Dari

Pemakaian Styrofoam ... 78 5.3.13. Pengetahuan Responden Tentang Cara Menghindari Bahaya

Styrofoam ... 79 5.4. Sikap Responden ... 80 5.5. Tindakan Responden ... 84

5.5.1. Tindakan Responden Membawa Belanja Sendiri Untuk

Mengurangi Sampah Plastik ... 84 5.5.2. Tindakan Responden Menggunakan Kembali Sampah Plastik... 84 5.5.3. Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Secara

Sembarangan ... 85 5.5.4. Tindakan Responden Melapisi Plastik Dengan Daun Pisang ... 85 5.5.5. Tindakan Responden Menggunakan Pembungkus Makanan Selain

Plastik Dan Styrofoam ... 86 5.5.6. Tindakan Responden Menyarankan Pedagang Untuk Melapisi

Styrofoam ... 86 5.5.7. Tindakan Responden Sering Membeli Makanan Dengan Styrofoam 87 5.5.8. Tindakan Responden Mengkonsumsi Makanan Panas Yang

Dikemas Pada Styrofoam ... 87 5.5.9. Tindakan Responden Membuang Sampah Styrofoam Secara

Sembarangan ... 88 5.5.10. Tindakan Responden Melapisi Wadah Styrofoam Dengan Kertas 89 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 93 6.2. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 95


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... 46 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... 47 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Suku Di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... 47 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Uang Saku Per Bulan

Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Referensi Dalam

Menggunakan Plastik dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan ... . 48 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Keluarga Dalam

Menggunakan Plastik dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan ... 49 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Media Informasi

Dalam Menggunakan Plastik dan Styrofoam Sebagai Kemasan

Makanan ... 49 Tabel 4.8. Defenisi Dari Kemasan Plastik ... 50 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari

Plastik ... 50 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Plastik ... 50 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Larangan

Pemerintah Menggunakan Plastik Kresek Sebagai Pembungkus

Makanan ... 51 Tabel 4.12. Dampak Penggunaan Kemasan Plastik Bagi Kesehatan ... 51 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Dampak

Penggunaan Plastik Bagi Kesehatan ... 52 Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Proses Pelarutan

Bahan Berbahaya Dari Plastik Pada Makanan Di Dalam Kemasan ... 52 Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Cara

Mengurangi Dampak Penggunaan Plastik ... 53 Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Cara

Meminimalisir Sampah Plastik ... 53 Tabel 4.17. Defenisi Dari Kemasan Styrofoam ... 54 Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari

Styrofoam ... 54 Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Suhu Yang

Diperbolehkan Untuk Mengemas Makanan Pada Styrofoam ... 54 Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Kemampuan

Styrofoam Sebagai Pengemas Makanan Untuk Jenis Makanan ... 55 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan

Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan ... 55 Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Dampak


(13)

Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Cara

Menghindari Bahaya Styrofoam ... 56 Tabel 4.24. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Plastik Dan

Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan ... 57 Tabel 4.25. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan Tentang

Plastik Dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan ... 57 Tabel 4.26. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Plastik Dan Styrofoam

Sebagai Kemasan Makanan ... 60 Tabel 4.27. Tindakan Responden Membawa Kemasan Belanja Sendiri Untuk

Mengurangi Sampah Plastik ... 60 Tabel 4.28. Tindakan Responden Menggunakan Kembali Sampah Plastik ... 60 Tabel 4.29. Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Secara

Sembarangan ... 61 Tabel 4.30. Tindakan Responden Melapisi Plastik Dengan Daun Pisang ... 61 Tabel 4.31. Tindakan Responden Menggunakan Pembungkus Makanan Selain

Plastik Dan Styrofoam ... 61 Tabel 4.32. Tindakan Responden Menyarankan Pedagang Untuk Melapisi

Styrofoam ... 62 Tabel 4.33. Tindakan Responden Sering Membeli Makanan Dengan Styrofoam ... 62 Tabel 4.34. Tindakan Responden Mengkonsumsi Makanan Panas Yang

Dikemas Pada Styrofoam ... 62 Tabel 4.35. Tindakan Responden Membuang Sampah Styrofoam Secara

Sembarangan ... 63 Tabel 4.36. Tindakan Responden Melapisi Styrofoam Dengan Kertas ... 63 Tabel 4.37. Kategori Tindakan ... 64


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Output SPSS

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 4 Surat Telah Melakukan Penelitian dari FKM USU


(15)

ABSTRAK

Penggunaan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan merupakan contoh perilaku yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Penggunaan plastik dan styrofoam meningkat secara signifikans dan banyak digunakan sehingga menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara program reguler yang aktif angkatan 2008-2011 dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan faktor internal responden yakni golongan umur 20-25 tahun sebanyak 44 orang (50,6%), jenis kelamin perempuan sebanyak 73 orang (83,9%), suku Batak sebanyak 35 orang (40,2%), dan jumlah uang saku per bulan Rp. 500.000 – 1.000.000 sebanyak 61 orang (70,1%). Faktor eksternal responden yakni mengikuti masyarakat umum menggunakan plastik dan styrofoam sebanyak 55 orang (63,2%), mendapatkan informasi dan meniru anggota keluarga sebanyak 43 orang (49,4%), dan mendapatkan informasi tentang plastik dan styrofoam dari bahan perkuliahan sebanyak 63 orang (72,2%). Kategori pengetahuan responden umumnya berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 84 orang (96,6%), kategori sikap responden umumnya baik yaitu sebanyak 68 orang (72,8%), kategori tindakan responden umumnya kurang yaitu sebanyak 57 orang (62,5%).

Dari hasil penelitian disarankan kepada mahasiswa semester dua dan empat agar menggunakan internet untuk mendapatkan informasi mengenai plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan serta informasi tentang penggunaan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan pada bahan perkuliahan lebih diperbanyak lagi.


(16)

ABSTRACT

The usage of plastic and styrofoam as food packaging is behavioral example which damage and pollute the environment. The usage of plastic and styrofoam increase significantly and widely used thus causing health and environmental problems. The research aims to know the description of student’s behavior in using plastic and styrofoam as food packaging at Public Health Faculty of Sumatera Utara University in 2012.

The type of this research is descriptive study with a survey method. The population in this study are all students of Public Health Faculty of Sumatera Utara University with active regular program grade 2008-2011 with number of sample as 87 people. Presentation of data using frequency distribution tables.

The results shows that internal factors of respondents with age range as 20-25 years old as 44 person (50.6%), female as 73 person (83.9%), Batak tribe as 35 person (40.2%), and the amount of money per month as Rp. 500.000 – 1.000.000 as 61 person (70.1%). External factors which are following the society to use plastic and styrofoam as 55 person (63.2%), obtaining information and replicate the siblings as 43 person (49.4%), and getting information about plastic and styrofoam from the lecture material as 63 person ( 72.2%). Knowledge category of respondents is generally stays at medium level as 84 person (96.6%), attitude category stays at good level as 68 person (72.8%), and action category is generally stays at less level as 57 person (62.5%) .

From the research, it is suggested the second and fourth grade students to use internet to get information about plastic and styrofoam as food packaging as well as the information about plastic and styrofoam as food packaging on lecture material over again reproduced.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 ditetapkan enam Program Pembangunan Kesehatan, diantaranya adalah Program Lingkungan Sehat dan Perilaku Sehat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terus berlangsung lebih dari empat dekade ini berakumulasi sedemikian luas, sehingga kini manusia berhadapan dengan masalah lingkungan yang kompleks (Adiwibowo, 2006).

Isu-isu lingkungan juga menarik perhatian dunia internasional. Bagi negara China, masalah lingkungan global bukan hanya isu sains atau isu teknis, tetapi lebih merefleksikan sebagai hal yang sangat penting menyangkut keberlangsungan kehidupan masyarakat dan akan sangat berkaitan dengan masalah pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pemerintah China dalam mengimplementasikan kebijakan mengenai masalah lingkungan hidup dalam kebijakan luar negerinya dengan


(18)

membentuk beberapa lembaga yang khusus menangani masalah lingkungan hidup (Faripasha, 2009).

Di Singapura, school of art, design, and media Nanyang Technological University menerapkan green building yang merupakan refleksi perhatian terhadap lingkungan. Semua dinding menggunakan kaca yang ditujukan sebagai penerangan ruangan, sedangkan atap dirancang sebagai ruang pertemuan informal dengan ide linier. Atap ini menciptakan ruang terbuka, melindungi bangunan, mendinginkan udara sekitar dan menampung air hujan untuk irigasi lansekap. Desainer menciptakan wastafel yang menggunakan air yang terbuang untuk menyiram tanaman (Saligheh, 2011).

Di Malaysia, Universiti Sains Malaysia (USM) menjadi universitas negeri pertama yang sukses menerapkan kebijakan melarang penggunaan kemasan makanan dari styrofoam pada 1 januari 2008. Saat ini, kampanye anti styrofoam atau lebih dikenal sebagai kampanye “Peti Mati Putih” tidak hanya sukses pada level nasional saja namun juga mencapai level internasional. Banyak mahasiswa USM yang menjadi relawan dan mengedukasi masyarakat tentang kebijakan lingkungan ini. Tidak hanya kampanye “Peti Mati Putih” yang sukses, sekarang ini Kampus Sejahtera juga terkenal dengan formulanya, Kampus Sejahtera = keberlanjutan. Apa saja hal terkait dengan pembangunan berkelanjutan, akan menarik mahasiswa datang ke universitas ini untuk mendapatkan informasi (Wei, 2008).

Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan cenderung praktis. Perilaku yang tidak


(19)

mendukung kebersihan dan kesehatan lingkungan membuat manusia mengalami kerugian dari kegiatan yang dilakukan. Kerusakan yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia (Keraf, 2002).

Penggunaan kemasan plastik dan styrofoam merupakan contoh perilaku yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Kemasan makanan dari plastik seperti plastik kresek berwarna sering digunakan banyak orang karena harganya murah, praktis dan mudah didapat. Di Indonesia kemasan plastik mulai mendominasi industri makanan dan menempati porsi 80% dari seluruh jenis kemasan makanan (Sulchan & Endang, 2007).

Kemasan plastik tersebut yaitu Polietilen tereftalat (PET), Polivinil klorida (PVC), Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polistirena (PS), Polikarbonat (PC) dan Melamin. Diantara kemasan plastik tersebut salah satu jenis yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen pada saat ini adalah jenis polistirena, terutama styrofoam (Info POM, 2008).

Styrofoam merupakan kemasan berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan. Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan terhadap suhu panas dan dingin, membuat masyarakat lupa pada dampak dan efek bagi lingkungan serta kesehatan tubuh manusia (Khomsan, 2003).


(20)

Penelitian Lanita tahun 2006, serta Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta tahun 2005 (BBPOM), mengungkapkan bahwa zat-zat pengawet mayat (formalin) juga ditemukan pada plastik kemasan makanan dan styrofoam. Pengemas berbahan dasar resin atau plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Formalin pada plastik atau styrofoam merupakan senyawa-senyawa yang secara inheren terkandung dalam bahan ini. Zat racun ini akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas. Oleh karena itu, makanan yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik atau styrofoam. Hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kemasan styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan diberi alas yang terbuat dari plastik (Anonimous, 2006).

Selain itu, penggunaan kemasan plastik dan styrofoam dapat menimbulkan masalah kesehatan karena jenis bahan ini melepaskan senyawa karsinogenik yang mampu merangsang pertumbuhan sel kanker. Risiko gangguan kesehatan yang dibawa bahan plastik atau styrofoam sangat berdampak bagi kesehatan anak-anak, karena organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. Apalagi, sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan kanker (Mimi, 2002).

Penggunaan plastik dan styrofoam meningkat secara signifikans dan banyak digunakan sehingga menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Banyak orang dari berbagai profesi menggunakan kemasan plastik dan styrofoam, termasuk mahasiswa. Perilaku mahasiswa yang cenderung praktis diduga sebagai salah satu penyebab masalah lingkungan yang terjadi pada berbagai fakultas.


(21)

Pada survey pendahuluan yang dilakukan oleh Penulis, ditemukan bahwa masih banyak mahasiswa yang memakai plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di lingkungan fakultas. Berdasarkan hal ini, Penulis ingin mengetahui tentang gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor internal responden (yakni Umur, Jenis Kelamin, Suku, dan Jumlah Uang Saku) dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

2. Untuk mengetahui faktor eksternal responden (yakni Kelompok Referensi, Keluarga, dan Media Informasi) dalam menggunakan plastik dan styrofoam


(22)

sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

4. Untuk mengetahui tingkat sikap mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

5. Untuk mengetahui tingkat tindakan mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

5.3. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi tentang gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Sarwono, 1993).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.


(24)

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

2.1.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan


(25)

yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.

2. Pemahaman (Comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami atau harus dapat menjelaskan objek (materi), menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.


(26)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).


(27)

2.1.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954) dalam Soekidjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :


(28)

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(29)

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu dibentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Seseorang tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa


(30)

dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut. Dengan mengetahui keadaan sikap itu, kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).


(31)

2.1.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003). Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Bentuk-Bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor


(32)

(psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari:

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude).

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

A. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

B. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Dari


(33)

penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Teori Perilaku Atribusi (Faktor Internal – Eksternal)

Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus internal maupun stimulus aksternal. Namun demikian, sebagian besar dari perilaku individu itu sebagai respons terhadap stimulus eksternal. Hal ini sejalan dengan teori atribusi yang disampaikan oleh Heider (1958) yang mengemukakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi bagaimana orang mempersepsi perilakunya maupun perilaku orang lain.

Teori atribuasi memberikan penjelasan mengenai penyebab perilaku tersebut. Menurut Heider, perilaku orang dapat dijelaskan melalui dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Atribusi internal melihat bahwa perilaku itu merupakan


(34)

tanggung jawab internal individu atau kelompok itu sendiri, sedangkan atribusi eksternal melihat bahwa perilaku lebih disebabkan oleh faktor luar. Ada 3 teori atribusi, yaitu:

1. Theory of Correspondent Inference

Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).

2. Model of Scientific Reasoner

Harrold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku seseorang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naif. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu, adalah:

a. Distinctiveness

Konsep ini merujuk pada bagaiman seorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda. Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.

b. Konsistensi

Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon smaa untuk stimulus yang


(35)

sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.

c. Konsensus

Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu melibatkan oranglain sehubungan dengan stimulus yang sama.

Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada 3 atribusi, yaitu:

a. Atribusi Internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.

b. Atribusi Eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.

c. Atribusi Internal-Eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus rendah, dan konsistensi tinggi.

3. Konsensus

Ada dua macam dimensi pokok:

a. Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal. b. Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

2.4. Kemasan Plastik

Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan bagi konsumen. Banyak konsumen yang menggunakan plastik sebagai pengemas makanan, namun ada juga konsumen yang khawatir akan dampak


(36)

penggunaan plastik terutama plastik kresek hitam dan kemudian beralih menggunakan kertas cokelat sebagai pengemas makanan. Tapi tanpa disadari, kertas cokelat tersebut juga sudah dilapisi plastik dan ini menunjukkan betapa populernya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari (Siregar, 2011).

Kelebihan dari kemasan plastik yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak berkarat, dapat diberi warna dan harganya yang murah seakan membutakan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan zat-zat penyusun dari plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tidak cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zat-zat penyusun tersebut cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Koswara, 2006).

2.4.1. Jenis dan Sifat Fisio-Kimia Plastik A. Termoset

Plastik termoset adalah jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang atau dicetak, contohnya saran atau poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan untuk botol-botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terdapat pada peralatan dapur seperti Teflon dan Ediblefilmdari amilosa pati jagung untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan (Wikipedia, 2009).

B. Termoplastik

Plastik termoplastik adalah jenis plastik yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan bahan makanan dan dapat didaur-ulang/dicetak kembali, contoh plastik kresek dan plastik lainnya (Wikipedia, 2009).


(37)

Untuk melindungi konsumen dari bahaya yang ditimbulkan oleh proses daur ulang plastik ini, maka diciptakanlah sebuah standar penggunaan kemasan plastik. Standar penggunaan ini telah dikembangkan oleh asosiasi industri plastik di Amerika Serikat dengan melakukan pengkodean jenis plastik. Kode yang mengacu pada standar penggunaan plastik tersebut biasanya ada di bagian bawah wadah plastik berupa cetakan timbul bergambar panah yang membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya (simbol daur ulang). Angka ini menunjukkan jenis plastik dan keamanan penggunaannya.

1. Poliester atau Polietilen Treptalat (PET/PETE)

PET/PETE biasa terdapat pada botol plastik transparan seperti pada kemasan air mineral atau minuman yang siap untuk diminum seperti minuman ringan yang bersoda (terkarbonasi). Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker bila digunakan dalam jangka panjang.


(38)

2. Polietilen (PE-HD/HDPE)

Biasa dipakai untuk botol plastik susu yang berwarna putih susu, Tupperware, galon air minum dan lain-lain. Botol plastik jenis HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.

3. Polivinil Klorida (PVC/C)

Ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol plastik-botol plastik. PVC mengandung DEHA (Diethyl Hydroxylamine) yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini meleleh pada suhu -15°C. 4. Low Density Poliethilena (LDPE/PE-LD)

Biasa digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lunak. Kemasan plastik jenis ini sulit dihancurkan tapi dapat didaur ulang. Bahan


(39)

plastik ini cocok dan baik digunakan sebagai kemasan makanan maupun minuman, karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan maupun minuman yang dikemas dengan bahan jenis ini.

5. Polipropilen (PP)

Biasanya plastik ini digunakan untuk packing makanan kering (snack), sedotan, kantong obat, tempat makanan dan botol minum bayi. Plastik ini biasanya berwarna transparan, bening, tembus pandang, tahan terhadap suhu tinggi (150⁰C) sehingga dapat dipakai untuk mensterilkan bahan pangan dan dapat pecah meski tidak melukai penggunanya sehingga cocok untuk peralatan makan bayi.

6. Polistiren (PS)

Polistiren termasuk kemasan sekali pakai, contoh: cup, sendok plastik dan styrofoam. Kandungan kimia pada polistiren berbahaya bagi kesehatan manusia. Styrene bisa bercampur dengan makanan saat makanan panas dan berminyak dimasukkan ke dalam wadah ini (BPOM, 2009), hal ini disebabkan sifat styrene yang lunak pada suhu 90-95⁰C. Styrene berbahaya untuk jaringan otak, sistem saraf, dan dianggap sebagai bahan pemicu kanker (karsinogenik) pada tubuh.


(40)

7. OTHER (Termoplastik selain kelompok etilen)

Polikarbonat (PC) biasanya digunakan untuk botol galon air minum dan sebagai salah satu bahan untuk perlengkapan makanan dan minuman (melamin) yang dapat digunakan sampai 140⁰C (Wikipedia, 2009).

2.4.2. Pemilihan Kemasan Plastik Sebagai Kemasan

Selain dengan melihat pengkodean yang telah ditetapkan, aman-tidaknya wadah plastik (food grade dan non-food grade) bisa diketahui dari simbol atau pertanda khusus yang tertera di wadah plastik tersebut, diantaranya (Anonimous, 2010):

1. Simbol Food Grade:

Bergambar gelas dan garpu, artinya wadah tersebut aman digunakan untuk makanan dan minuman.

2. Simbol Non-Food Grade:

Gambar garpu dan gelas dicoret, artinya wadah tersebut tidak didesain untuk makanan karena kandungan zat kimia di dalamnya bisa membahayakan kesehatan.

3. Simbol Microwave Save

Gambar garis bergelombang, artinya wadah aman untuk digunakan sebagai penghangat makanan di dalam microwave karena tahan suhu yang tinggi.


(41)

4. Simbol Non-Microwave

Gambar garis bergelombang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan untuk menghangatkan makanan di dalam microwave karena tidak tahan suhu yang tinggi atau panas.

5. Simbol Oven Save

Gambar oven (dua garis horizontal), artinya aman digunakan sebagai penghangat makanan di dalam oven. Meski terbuat dari plastik, wadah ini tahan terhadap suhu tinggi.

6. Simbol Non-Oven

Gambar dua garis horizontal dicoret, artinya wadah tidak tahan suhu tinggi. 7. Simbol Grill Save

Gambar pemanggang atau grill (tiga segitiga terbalik), artinya wadah aman digunakan untuk suhu tinggi.

8. Simbol Non-Grill Save

Gambar pemanggang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan untuk memanggang.

9. Simbol Freezer Save

Gambar bunga salju, artinya wadah aman digunakan untuk menyimpan makanan atau minuman dengan suhu rendah atau beku.

10. Simbol Non-Freezer Save

Gambar bunga salju dicoret, artinya wadah tidak boleh untuk disimpan dalam lemari pendingin.


(42)

11. Simbol Cut Save

Gambar pisau, artinya wadah aman digunakan sebagai alas saat memotong bahan-bahan makanan.

12. Simbol Non-Cut Save

Gambar pisau dicoret, artinya tidak untuk wadah memotong. 13. Simbol Dishwasher Save

Gambar gelas terbalik, artinya wadah aman untuk dicuci dalam mesin pencuci. 14. Simbol Non-Dishwasher Save

Gambar gelas dicoret, artinya gelas harus dicuci manual. 2.4.3. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan

Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah (Koswara, 2006):

1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati. 2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan

memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker. Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.

3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati (liver) pada hewan.

4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat


(43)

organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin, bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.

Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:

1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).

2. Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.

3. Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam plastik yang bersifat karsinogenik (Winarno, 1994).

4. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu sistem endokrin (Anonimous, 2009).

5. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC) merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan memperbesar resiko pada kehamilan (Anonimous, 2008).

6. Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil (PCB) yang ditambahkan sebagai bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai satic agent dan ikut


(44)

menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas sangat dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati (Anonimous, 2009).

7. Ancaman lain kemasan plastik adalah pigmen warna pada kantong plastik kresek yang bisa bermigrasi ke dalam makanan. Pada kantong plastik yang berwarna-warni sering tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. Begitu juga dengan plastik yang tidak berwarna, perlu diwaspadai penggunaanya. Semakin jernih, bening dan bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia (Koswara, 2006).

2.4.3. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Lingkungan

Dari segi lingkungan, plastik sangat berbahaya karena plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 500 tahun agar dapat terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong plastik yang ditimbun di tempat pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia (Anonim 2008).

Tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Hal ini berakibat antara lain:


(45)

• Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.

• PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

• Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.

• Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.

• Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.

• Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.

Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Biasanya limbah plastik yang sudah tidak berguna akan dibuang atau dibakar. Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai oleh mikroorganisme sehingga akan menumpuk dan menjadi sarang penyakit dan mengganggu ekosistem sekitar. Sedangkan pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin (Chandra, 2009).

Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah jika dioksin diterima tetap sehingga dioksin akan mengendap dalam tubuh manusia


(46)

walaupun dalam satuan takaran kecil. Dioksin menimbulkan kanker, bertindak sebagai pengacau hormon, diteruskan dari ibu ke bayi selama menyusui dan mempengaruhi sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin dengan demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar anak yang sangat peka terhadap pencemaran udara (Chandra, 2009).

2.5. Kemasan Styrofoam

Kemasan styrofoam adalah kemasan makanan dari merek dagang Dow Chemichals yang berbahan dasar expandable polystyrene atau foamed polystyrene (FPS) yang tergolong dalam plastik polistiren (PS) atau yang memiliki kode-6 dalam pengkodean plastik (BPOM, 2009). Styrofoam terbuat dari polystyrene yaitu polimer yang tersusun dari banyak monomer (styrene). Untuk menjadi styrofoam, maka ditiupkan udara ke dalam polystyrene dengan menggunakan blowing agents yang disebut khloroflourokarbon (CFC) sehingga membentuk buih (foam) (Khomsan, 2003). Dalam penggunaannya sebagai kemasan makanan, styrofoam memiliki beberapa sifat yang menjadi keunggulannya, diantaranya relatif tahan bocor, praktis dan mampu menjaga suhu makanan dengan baik, jadi makanan panas akan tetap panas di dalam styrofoam (Khomsan, 2003).

2.5.1. Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Kesehatan

Menurut Khomsan (2003), masyarakat khususnya konsumen sering beranggapan bahwa bila sesuatu itu sudah ada dimana-mana dan dipakai oleh banyak orang, maka sesuatu tersebut pasti aman. Demikian pula dengan penggunaan styrofoam yang semakin meluas saat ini, sedikitpun tidak memunculkan kekhawatiran apakah penggunaan styrofoam aman atau tidak untuk kesehatan. Berdasarkan


(47)

berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa bahan dasar styrofoam (styrene) dan bahan aditif lainnya seperti butadien yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang berfungsi sebagai pemlastis (plasticizer) ternyata bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang pembentukan sel kanker) (Yuliarti, 2007).

Penelitian di Rusia pada tahun 1975 menemukan adanya gangguan menstruasi pada wanita yang bekerja dan selalu menghirup styrene dalam konsentrasi rendah. Gangguan menstruasi tersebut menyangkut siklus menstruasi yang tidak teratur dan terjadinya pendarahan berlebihan (hypermenorrhea) ketika menstruasi. Styrene juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi wanita (penurunan kesuburan bahkan mandul) (Khomsan, 2003).

Pada tahun 1986, National Human Adipose Tissue Survey di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa 100% jaringan lemak penduduk Amerika mengandung styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai 8-350 ng/g. Konsentrasi styrene 350 ng/g adalah sepertiga dari ambang batas yang dapat memunculkan gejala neurotoxic (gangguan syaraf). Neurotoxic akan menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, nervous dan kadar hemoglobin rendah. Hemoglobin (Hb) adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran sangat penting yaitu mengangkut dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Penurunan kadar hemoglobin pada tubuh (anemia) akan menyebabkan kekurangan oksigen (O2) pada sel-sel tubuh dan menimbulkan gejala letih, lesu dan lemah (3L). Anemia kronis dapat berakibat fatal seperti kematian (2003). Studi di New Jersey (AS) menemukan bahwa 75% air susu ibu (ASI) telah terkontaminasi


(48)

styrene dan dapat dibayangkan bahwa bayi-bayi yang belum pernah makan atau minum menggunakan wadah styrofoam ternyata dapat mengkonsumsi (terpapar) styrene melalui ASI ibunya. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pada ibu-ibu yang sedang mengandung, styrene dapat bermigrasi ke janin melalui plasenta, sedangkan pada anak-anak, styrene dapat mengakibatkan kehilangan kreativitas (pasif) dan karsinogenik (2003).

Sifat styrene yang memiliki titik lebur rendah dan lunak pada suhu 90⁰-95⁰C menyebabkan styrofoam dapat lunak pada suhu 102⁰-106⁰C. Penggunaan styrofoam sebagai wadah untuk memanaskan makanan yang mengandung vitamin A akan melarutkan styrene yang ada di dalamnya. Pemanasan akan memecah vitamin A menjadi toluene dan toluene ini adalah pelarut styrene (2003).

Keterpaparan benzena dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan penyakit pada kelenjar tiroid, kerusakan sum-sum tulang belakang, anemia, penurunan sistem imun tubuh, kehilangan kesadaran bahkan kematian. Pada wanita, zat ini dapat berakibat buruk terhadap siklus menstruasi, mengancam kehamilan, dan menyebabkan kanker payudara juga kanker prostat (Anonimous, 2009).

2.5.2. Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Lingkungan

Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga sering menimbulkan masalah pada lingkungan dan tidak ramah lingkungan. Kemasan plastik jenis polystyrene ini sering menimbulkan masalah pada lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan secara alami dan sulit didaur ulang sehingga tidak diminati oleh pemulung. Proses daur ulang styrofoam yang telah dilakukan selama ini sebenarnya


(49)

hanyalah dengan menghancurkan styrofoam lama kemudian membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat setiap tahun diproduksi 3 juta ton bahan ini, tetapi hanya sedikit yang didaur ulang, sehingga sisanya masuk ke lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan menjadi sumber sampah yang mencemari lingkungan, baik lingkungan air maupun tanah (InfoPOM, 2008).

Sementara itu, CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam, meskipun bukan gas yang beracun, memiliki sifat mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun (Sulchan & Endang, 2007). Dalam pembuatan styrofoam ternyata 90% CFC yang digunakan akan dilepaskan di atmosfer yang kemudian akan mengikis lapisan ozon. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan stratosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanker (Khomsan, 2003).

Menurut Presiden National Wildlife Federation, sebuah cup terbuat dari styrofoam mengandung 10 pangkat 18 molekul CFC. Ketika mereka terpecah karena radiasi ultraviolet, maka setiap molekul CFC akan menghancurkan 100.000 molekul ozon (Khomsan, 2003).


(50)

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Sesuai dengan teori atribusi yang disampaikan oleh ahli Heider, skema di atas menggambarkan faktor internal (yakni umur, jenis kelamin, suku, dan jumlah uang saku) dan faktor eksternal (yakni kelompok referensi, keluarga, dan media informasi) yang mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

Faktor Internal:

− Umur

− Jenis Kelamin

− Suku

− Jumlah Uang

Saku Pengetahuan

Mahasiswa Dalam Menggunakan Kemasan Plastik dan Sikap Mahasiswa Dalam Menggunakan Kemasan Plastik dan Tindakan Mahasiswa Dalam Menggunakan Kemasan Plastik dan Faktor Eksternal: − Kelompok Referensi − Keluarga − Media Informasi


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey untuk mengetahui gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada asumsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu fakultas yang berkecimpung dalam bidang kesehatan, dimana mahasiswa di dalamnya mempelajari tentang segala aspek tentang kesehatan dan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kesehatan, sehingga penelitian ini dirasakan sesuai jika dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selain itu, dari hasil observasi awal Peneliti, perilaku pemeliharaan kesehatan dan perilaku kesehatan lingkungan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara juga masih rendah.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2012 di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara tahun 2012.


(52)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara program reguler yang aktif angkatan 2008-2011 yang terdata di bagian pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yaitu sebanyak 875 orang. Jumlah mahasiswa program reguler setiap stambuknya adalah sebagai berikut :

Tabel Distribusi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera UtaraProgram Reguler Tahun 2008-2011

No. Stambuk

Jumlah mahasiswa

Total Jumlah mahasiswa Laki-laki

(L)

Perempuan (P)

1. 2008 47 144 191

2. 2009 42 128 170

3. 2010 61 157 218

4. 2011 52 244 296

Total Populasi 875

3.3.2. Sampel

Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai berikut :


(53)

dimana:

N : Besar populasi N : Besar sampel

D : Galat pendugaan (0,1)

Z : Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645) P : Proporsi populasi (ditentukan : 0,5)

maka besar sampel :

dari hasil perhitungan, maka sampel minimal sebanyak 87 mahasiswa.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis dilakukan dengan metode proporsional random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap stambuk agar setiap mahasiswa memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap stambuk.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah sampel pada tiap-tiap stambuk sebagai berikut :


(54)

2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi pada tiap-tiap stambuk sebagai berikut :

Tabel 3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap stambuk berdasarkan proporsi No. Stambuk Perhitungan Sampel Jumlah Sampel

1 2008 19

2 2009 17

3 2010 22

4 2011 29

JUMLAH 875 87

3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing tiap kelompok stambuk dengan cara pengundian (pencabutan nomor) dan nomor populasi yang terpilih diwawancarai sebagai responden.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.


(55)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, buku-buku, jurnal dan majalah.

3.5. Defenisi Operasional

1. Faktor Internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.

a. Umur adalah lama hidup mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai tahun pada saat penelitian dilakukan.

b. Jenis kelamin adalah kategori mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang didasarkan pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

c. Suku adalah sesuatu yang menjadi karakteristik mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara berdasakan etnis tertentu.

d. Jumlah Uang Saku adalah besaran kuantitatif untuk pengeluaran sehari-hari mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai responden.

2. Faktor Eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.


(56)

a. Kelompok Referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh terhadap perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.

b. Keluarga adalah orangtua, kakak, adik, anak, atau saudara mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai responden.

c. Media Informasi adalah instrumen perantara informasi yang diperoleh oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai responden dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai responden dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.

5. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai responden dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan.

6. Plastik adalah material atau bahan yang digunakan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam mengemas makanan tertentu


(57)

sebagai responden, dalam penelitian ini plastik yang dimaksud adalah plastik kresek.

7. Styrofoam adalah material atau bahan yang digunakan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang berbahan dasar polystyrene atau busa styrene dalam mengemas makanan tertentu sebagai responden.

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran

3.6.1. Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Peneliti.

3.6.2. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang tertinggi dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006), yaitu:

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang ada. 2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 % dari seluruh skor yang

ada.

3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai < 45% dari seluruh skor yang ada. Dalam hal ini pengukuran pada pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat dilakukan dengan cara berikut:


(1)

a.

Mengganti dengan wadah kaca (1)

b.

Memberikan pelapis agar makanan tidak berkontak langsung dengan kemasan

syrofoam

(2)

c.

Menggunakan kemasan

syrofoam

secara bebas (0)

B.

Sikap responden dalam menggunakan kemasan plastik dan styrofoam

Pilihlah jawaban dari pertanyaan berikut

dengan cara memberikan tanda ceklis /

centrang (

√) pada kolom yang telah disediakan.

SIKAP

No. Pertanyaan Setuju Ragu-ragu Tidak

Setuju 1. Plastik kresek sebaiknya tidak bersentuhan

langsung dengan makanan 3 2 1

2. Penggunaan keranjang belanja dapat mengurangi

jumlah sampah kemasan plastik 3 2 1

3. Kemasan plastik tidak berbahaya jika tidak

digunakan secara berulang 3 2 1

4. Plastik kresek mengandung bahan kimia berbahaya 3 2 1 5. Produk kemasan plastik memiliki kelebihan yang

praktis, murah dan fleksibel 3 2 1

6. Sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk

mencegah pencemaran lingkungan 1 2 3

7. Kemasan plastik aman untuk semua jenis makanan 1 2 3 8. Kemasan plastik dan styrofoam lebih aman

dibanding kertasuntuk membungkus makanan 1 2 3

9. Kemasan styrofoam aman untuk mengemas

makanan berlemak dan berminyak. 1 2 3

10. Proses pembuatan styrofoam dapat meningkatkan

gas CFC (

Clorofluoro carbon

)

3 2 1

11. Penggunaan kemasan styrofoam tidak bisa

menyebabkan penyakit kanker 1 2 3

12. Styrofoam dapat luruh pada makanan panas 3 2 1 13. Sampah kemasan styrofoam mudah didaur ulang 1 2 3 14. Kemasan styrofoam sebaiknya hanya digunakan

untuk sekali pakai 3 2 1

15.

Sampah kemasan styrofoam sebaiknya tidak dibuang secara sembarangan untuk mengurangi pencemaran tanah


(2)

C.

Tindakan responden dalam menggunakan kemasan plastik dan styrofoam

Pilihlah jawaban

Ya

atau

Tidak

dari pertanyaan berikut

dengan cara memberikan

tanda ceklis / centrang (

√) pada kolom yang telah disediakan.

No.

TINDAKAN

Ya Tidak

1. Apakah membawa Anda kemasan belanja sendiri untuk mengurangi

sampah kemasan plastik? 2 1

2. Apakah Anda menggunakan kembali sampah kemasan plastik sisa

kegiatan? 2 1

3. Apakah Anda membuang sampah kemasan plastik secara sembarangan? 1 2 4. Apakah Anda melapisi kemasan plastik dengan daun pisang jika

digunakan sebagai kemasan makanan? 2 1

5. Apakah Anda menggunakan pembungkus makanan selain plastik dan

styrofoam? 2 1

6. Apakah Anda menyarankan pedagang untuk melapisi kemasan

styrofoam agar tidak bersentuhan langsung dengan makanan? 2 1 7. Apakah Anda sering membeli makanan dengan kemasan styrofoam? 1 2 8. Apakah Anda mengkonsumsi makanan panas yang dikemas pada

styrofoam? 1 2

9. Apakah Anda membuang sampah styrofoam secara sembarangan? 1 2 10. Apakah Anda melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan

sebagai kemasan makanan? 2 1

2. Faktor Eksternal

Pilihlah jawaban

Ya

atau

Tidak

dengan cara memberikan tanda ceklis / centrang

(

√) pada kolom yang telah disediakan.

FAKTOR EKSTERNAL

No. Kelompok Referensi Ya Tidak

1. Apakah Anda mengikuti komunitas lingkungan dalam mengurangi pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

2. Apakah sahabat Anda memberikan ajakan dalam mengurangi pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

3. Apakah Anda meniru orang lain dalam mengurangi pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

No. Keluarga Ya Tidak

1. Apakah anggota keluarga Anda memberikan ajakan untuk mengurangi pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

2. Apakah Anda mendapatkan informasi mengenai dampak pemakaian kemasan plastik dan styrofoam dari anggota keluarga?

3. Apakah Anda melakukan diskusi dengan anggota keluarga tentang dampak pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?


(3)

pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

No. Media Informasi Ya Tidak

1. Apakah Anda menggunakan internet dalam mencari informasi tentang dampak pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

2. Apakah Anda menonton program televisi tentang dampak pemakaian kemasan plastik dan styrofoam?

3. Apakah Anda membaca bahan perkuliahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang kemasan plastik dan styrofoam?

4. Apakah Anda mendapatkan informasi mengenai kemasan plastik dan


(4)

Lampiran 2:

Output SPSS

Frequencies

Sta tis tics

8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Va lid M issing N

u mu r

re sp on de n je nis ke la m in suku ba ng sa ju m la h u an g saku p er b ulan

kom un itas ling kun ga n sah ab at

m asyara ka t u mu m

a jaka n kelua rga

in fo rm asi d ari ke lu arg a

d isku si

kelua rga m en iru in te rne t te le visi b ah an p erkulia ha n ju rn al ilmiah

Frequency Table

umur responden

43 49,4 49,4 49,4

44 50,6 50,6 100,0

87 100,0 100,0

< 20 tahun 20-25 tahun Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jenis kelamin

14 16,1 16,1 16,1

73 83,9 83,9 100,0

87 100,0 100,0

Laki-laki Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

suku bangsa

35 40,2 40,2 40,2

12 13,8 13,8 54,0

14 16,1 16,1 70,1

9 10,3 10,3 80,5

17 19,5 19,5 100,0

87 100,0 100,0

Batak Jawa Minang Melayu Lainnya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jumlah uang saku per bulan

24 27,6 27,6 27,6

61 70,1 70,1 97,7

2 2,3 2,3 100,0

87 100,0 100,0

< Rp.500.000

Rp.500.000-1.000.000 > Rp.1.000.000 Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

komunitas lingkungan

8 9,2 9,2 9,2

79 90,8 90,8 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

sahabat

38 43,7 43,7 43,7

49 56,3 56,3 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

masyarakat umum

55 63,2 63,2 63,2

32 36,8 36,8 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

ajakan keluarga

39 44,8 44,8 44,8

48 55,2 55,2 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

informasi dari keluarga

43 49,4 49,4 49,4

44 50,6 50,6 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

diskusi keluarga

39 44,8 44,8 44,8

48 55,2 55,2 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

meniru

44 50,6 50,6 50,6

43 49,4 49,4 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

internet

62 71,3 71,3 71,3

25 28,7 28,7 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

televisi

54 62,1 62,1 62,1

33 37,9 37,9 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

bahan perkuliahan

63 72,4 72,4 72,4

24 27,6 27,6 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jurnal ilmiah

31 35,6 35,6 35,6

56 64,4 64,4 100,0

87 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2008 Terhadap Makanan yang Mengandung Natrium

4 58 63

Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011

6 79 130

Perilaku Penjual Makanan Yang Menggunakan Plastik dan Styrofoam di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara Tahun 2010

19 135 71

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 0 18

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 1 2

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 0 8

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 1 35

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 48

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

3 10 2

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 1 7