Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011

(1)

PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN

MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP

POLA MAKAN VEGETARIAN TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH

SURYANI

071000082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ABSTRAK

Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan seseorang dimana hanya memakan makanan nabati. Orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan bahan alami semakin meningkat. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang nantinya diharapkan dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi. Hal itu berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian tetapi belum mau menjalankannya

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dibentuk suatu kelompok pendekatan teman sebaya yang memberikan/membahas informasi mengenai pola makan yang sehat pada umum dan pola makan vegetarian khususnya dan sebaiknya keluarga lebih memperhatikan pola makan mahasiswa FKM USU karena tingkat kepedulian keluarga terhadap pola makan mereka masih kurang.


(3)

ABSTRACT

Vegetarian diet is a way of eating which is eat vegetables dan fruits only. Those who adopt a vegetarian diet has become increasingly. This happen because the awareness of the need for healthy lifestyle with natural ingredients is increasing. The Public Health Faculty students of university north sumatera are agent of change whose hopefully be able to change Indonesian people into healthy society. In order to improve public health degree, The Public Health Faculty students need to know about health lifestyles called vegetarian diet which is emerging in the community..

The research aimed to investigate the behavior of the Public Health Faculty students about vegetarian diet in 2011. This research is quantitative-descriptive. The total number of sample is 63 which is choosen by simple random sampling technique. Data are presentated use frequency distribution tables.

The result showed that the characteristics of the Public Health Faculty students have a greater effect on vegetarian pattern than that of source of information. The reference group of friends strongly effect Public Health Faculty students behavior on vegetarian diet. The practise of Public Health Faculty students about vegetarian diet still remained at the level perception. It means that they only know the vegetarian diet but not implement it.

Based on the research suggested to organize a peer group approach to provide information about a health diet general and inparticular the vegetarian diet and families should payment attention on University of North Sumatera Public Health Faculty student eating pattern because the level of the concern on they diet is still lacking.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri

Nama : Suryani

Tempat/ tanggal lahir : Kabanjahe/ 07 Juni 1989

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Menikah Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Letnan Abdul Kadir No. 11 Kabanjahe

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994 − 1995 : TK. Methodist Kabanjahe 2. Tahun 1995 − 2001 : SD Methodist Kabanjahe 3. Tahun 2001 − 2004 : SLTP Methodist Kabanjahe 4. Tahun 2004 − 2007 : SMA Negeri 1 Kabanjahe 5. Tahun 2007 − 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011”.

Selama Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan material dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peda kesemaptan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU

3. dr. Linda T. Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Lita Sri Andayani, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, memberikan banyak saran dan ilmu, serta dukungan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis

7. Seluruh staf pengajar di FKM-USU, terima kasih untuk bimbingan serta ilmu yang telah diberikan selama ini, dan juga terima kasih untuk Bang Hendro

Lukito yang telah banyak membantu dalam hal administrasi.

8. Ir. Indra Chahaya, Msi, selaku Dosen Penasehat Akademik bagi penulis


(6)

9. Secara khusus buat Orangtua Penulis, Teh Kong Thuan (Momar) dan Tan Moi Juan (Megawati) yang penulis sangat sayangi, terima kasih atas segala perhatian, semangat dan dukungan material dan moral.

10. Buat adikku Henny terima kasih atas dukungan dan doanya.

11. Para sahabat Ita Novita, Dewi, Peranika Pakpahan, Arif K Lola, Kak Nova

Yanti Siregar, SKM, Kak Nelly Rosmery Panggabean, SKM, Kak Beta Liana Putri NSt, yang telah banyak memberi dukungan, semangat dan terima

kasih untuk kebersamaan, canda tawa, suka duka, saran dan kritikan yang membangun, makasih untuk persahabatannya. makasih buat segala dukungannya.

12. Teman-teman PBL (Agustini Tampubolon, Grace Ilona Manalu, Zuhrina,

Kak Uly, SKM) dan teman-teman LKP serta teman-teman peminatan PKIP

(Kak Nabila, Day, Bang Sukardi, Addlinsyah, Putra, Juni, Mustajudin) dan seluruh teman-teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan memilikikekurangan baik dari isi maupun penulisan, namun penulis berharap semoga skripsi ini bapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus, 2011

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... i-a ABSTRACT ... i-b DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perilaku ... 8

2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan ... 8

2.1.2.PerubahanPerilaku... ... 14

2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)... 15

2.1.4. Proses Adopsi Perilaku ... 16

2.2. Sayur-sayuran dan Buah-buahan ... 17

2.2.1. Manfaat sayur dan buah ... 17

2.3. Metabolisme ... 18

2.4. Pola Makan Vegetarian ... 19

2.3.1. Pengertian Pola Makan vegetarian ... 19

2.3.2. Sejarah Vegetarian ... 20

2.3.3. Manfaat Vegetarian ... 21

2.3.4. Tipe Vegetarian ... 23

2.3.5. Alasan Orang Menjadi Vegetarian ... 24

2.3.6.1. Alasan agama ... 24

2.3.6.2.Alasan Keuangan ... 26

2.3.6.3. Alasan Kesehatan ... 27

2.3.6.4. Alasan Etika ... 28

2.3.6.5. Alasan Lingkungan ... 29

2.4. Hasil Penelitian Lain ... 30

2.6. Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33


(8)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1. Data Primer ... 36

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.5 Definisi Operasional ... 36

3.6. Instrumen dan Cara Pengukuran ... 37

3.6.1. Instrumen ... 37

3.6.2. Cara Pengukuran ... 37

3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 45

3.7.1. Metode Pengolahan Data ... 45

3.7.2. Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 46

4.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 47

4.3. Gambaran sumber Informasi Responden ... 48

4.4. Gambaran Perilaku Responden ... 52

4.4.1. Pengetahuan Responden ... 52

4.4.2. Sikap Responden ... 62

4.4.3. Kelompok Referensi Responden ... 69

4.4.4. Niat Responden ... 72

4.4.5. Tindakan Responden ... 77

BAB V PEMBAHASAN ... 84

5.1. Gambaran Karakteristik ... 84

5.2. Gambaran Sumber Informasi ... 85

5.3. Pengetahuan ... 87

5.4. Sikap ... 91

5.5. Kelompok Referensi ... 94

5.6. Niat ... 95

5.7. Tindakan ... 97

BAB VI SARAN DAN KESIMPULAN... 102

6.1. Kesimpulan ... 102

6.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik... 52 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Informasi yang Paling Disukai

Ketika Melihat Media Cetak/elektronik... 53 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Sumber

Informasi Mengenai Pola Makan Vegetarian... 53 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Sumber

Informasi yang Baik Untuk Menyampaikan Informasi Mengenai Pola Makan Vegetarian... 54 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Cara

Penyampaian Informasi yang Diberikan Orang Tua Responden Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 55 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Cara

Penyampaian Informasi yang Diberikan Teman Responden Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 56 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Sumber Informasi Responden Terhadap Pola

Makan Vegetarian... 56 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang

Manfaat Sayur dan Buah ... 57 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang

Pengertian Vegetarian ... 58 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pola

Makan Vegetarian... 58 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden

Tentang Manfaat Vegetarian ... 59 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa yang Boleh

Bervegetarian... 59 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Memberikan Jawaban Siapa yang

Boleh Bervegetarian ... 60 Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Apakah Vegetarian


(10)

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Vegetarian Merupakan Salah Satu Alternatif Hidup Sehat ... 61 Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Vegetarian

Tidak Merupakan Salah Satu Alternatif Hidup Sehat ... 62 Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang

Alasan Orang Bervegetarian ... 62 Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang

Agama yang Menganjurkan Vegetarian ... 63 Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang

Alasan Kesehatan Orang Bervegetarian ... 63 Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang “4

sehat” yang Dikonsumsi Vegetarian ... 64 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 64 Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pola Makan

Vegetarian ... 67 Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 68 Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Terhadap Pola Makan

Vegetarian ... 75 Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi Responden Terhadap Pola Makan

Vegetarian ... 75 Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 78 Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi niat Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 78 Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Alasan Pertama

Orang Memilih Pola Makan Vegetarian ... 80 Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Apakah Orang Terdekat Tahu

Vegetarian Merupakan Suatu Pilihan Pola Makan Sehat ... 81 Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Tentang Tanggapan Orang Terdekat Mengenai


(11)

Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Bentuk Dukungan Dari Orang Terdekat Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 82 Tabel 4.32. Distribusi Frekuensi Niat Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 82 Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Apakah Responden

Selalu Berusaha Menerapkan Pola Makan Sehat ... 83 Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Usaha

yang Dilakukan Dalam Menerapkan Pola Makan Sehat ... 84 Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Apakah Mereka

Menjalani Pola Makan Vegetarian ... 84 Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Ada atau Tidaknya

Kemudahan Memilih Pola Makan Vegetarian ... 87 Tabel 4.37. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang

Kemudahan Memilih Pola Makan Vegetarian ... 87 Tabel 4.38.Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Ada atau Tidaknya

Kendala Memilih Pola Makan Vegetarian ... 88 Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang

Kendala Memilih Pola Makan Vegetarian ... 89 Tabel 4.40. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian... 89


(12)

ABSTRAK

Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan seseorang dimana hanya memakan makanan nabati. Orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan bahan alami semakin meningkat. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang nantinya diharapkan dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi. Hal itu berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian tetapi belum mau menjalankannya

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dibentuk suatu kelompok pendekatan teman sebaya yang memberikan/membahas informasi mengenai pola makan yang sehat pada umum dan pola makan vegetarian khususnya dan sebaiknya keluarga lebih memperhatikan pola makan mahasiswa FKM USU karena tingkat kepedulian keluarga terhadap pola makan mereka masih kurang.


(13)

ABSTRACT

Vegetarian diet is a way of eating which is eat vegetables dan fruits only. Those who adopt a vegetarian diet has become increasingly. This happen because the awareness of the need for healthy lifestyle with natural ingredients is increasing. The Public Health Faculty students of university north sumatera are agent of change whose hopefully be able to change Indonesian people into healthy society. In order to improve public health degree, The Public Health Faculty students need to know about health lifestyles called vegetarian diet which is emerging in the community..

The research aimed to investigate the behavior of the Public Health Faculty students about vegetarian diet in 2011. This research is quantitative-descriptive. The total number of sample is 63 which is choosen by simple random sampling technique. Data are presentated use frequency distribution tables.

The result showed that the characteristics of the Public Health Faculty students have a greater effect on vegetarian pattern than that of source of information. The reference group of friends strongly effect Public Health Faculty students behavior on vegetarian diet. The practise of Public Health Faculty students about vegetarian diet still remained at the level perception. It means that they only know the vegetarian diet but not implement it.

Based on the research suggested to organize a peer group approach to provide information about a health diet general and inparticular the vegetarian diet and families should payment attention on University of North Sumatera Public Health Faculty student eating pattern because the level of the concern on they diet is still lacking.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI (Depkes RI, 1999).

Ungkapan “Anda adalah apa yang anda makan” (You are what you eat) kini kian nyata kebenarannya. Berbagai penelitian secara saksama bertahun-tahun membuktikan betapa gizi dalam makanan yang dikonsumsi secara menetap menentukan kondisi fisik dan mental seseorang. Namun, pengertian “makan” bukan hanya berarti jenis makanan itu sendiri, melainkan juga pola makannya. Makanan yang baik jika dikonsumsi dengan cara yang salah bisa berakibat tidak baik (Bangun, 2003).

Pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang secara optimal sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. Perkembangan zaman yang semakin canggih tidak hanya memberi dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia, tetapi juga menyisakan banyak dampak negatif khususnya masalah kesehatan. Gaya hidup modern yang tidak sehat, dan diikuti dengan tidak teraturnya pola makan, mengakibatkan tingkat kesehatan manusia semakin merosot. Menjamurnya masakan siap saji hingga penambahan bahan pengawet, pewarna dan perasa buatan pada makanan, juga kerap menjadi pemicu berkembangnya penyakit


(15)

degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes melitus dan penyakit lainnya (Yuliarti, 2009).

Pada beberapa dekade terakhir, penyakit degeneratif telah menggeser posisi penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Pola diet kurang sehat dan seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta kurang buah dan sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Kusharisupeni, 2010).

Adapun upaya yang dapat dilakukan manusia untuk hidup sehat tanpa meninggalkan dunia modern yang dijalaninya adalah dengan berusaha menyelaraskan diri dengan alam. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menerapkan pola makan vegetarian (Bangun, 2003).

Pada dasarnya, pola makan vegetarian merupakan suatu pengaturan makanan yang baik. Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan dimana hanya memakan tumbuhan dan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti daging, unggas, ikan atau hasil olahannya (Chairuny, 2004).

Istilah vegetarian diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton di Northwood Villa, Kent, Inggris. Vegetarian ini sendiri yang semula merupakan ajaran agama/ kepercayaan, berkembang menjadi gaya hidup masyarakat. Bahkan alasan orang mengonsumsi vegetarian telah berkembang dan mentransformasi diri dari alasan kesehatan, etika sampai menyentuh lingkungan (Suprapto, 2009).

Di samping itu, orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan


(16)

bahan alami semakin meningkat. Buah dan bahan makanan sayuran menjadi primadona dibandingkan dengan daging-dagingan yang berlemak yang sering dituduh sebagai penyebab datangnya sakit (Bodhikirti, 2009).

Di sisi yang lain banyak anggapan bahwa pola makan vegetarian tidak sehat. Ini dikarenakan adanya mitos-mitos yang tidak benar terhadap pola makan vegetarian sehingga penolakan mengonsumsi makanan nabati (vegetarian) menjadi luas. Salah satu alasan penolakan terhadap pola makan vegetarian adalah karena alasan kekurangan nutrisi tubuh, misalnya kekurangan protein, zat besi, dan vitamin B12, badan menjadi cepat lemas, dan lelah. Ada juga yang beranggapan menyiapkan makanan vegetarian itu repot, rasanya hambar, dan tidak banyak variasi (Bodhikirti, 2009).

Akan tetapi, di zaman yang serba modern ini, hal di atas tidak perlu dikhwatirkan lagi. Dapat kita lihat dari banyaknya depot/rumah makan yang menyediakan masakan vegetarian dimana selalu dipenuhi dan dipadati oleh pengunjung. Sehingga orang yang bervegetarian tidak akan mengalami kendala dalam memenuhi menu makan sehari-hari atau merasa bosan dengan menu yang monoton karena begitu banyak pilihan menu yang ditawarkan restoran/rumah makan tersebut. Bahkan informasi mengenai makanan vegetarian yang sehat dan bergizi dapat dilihat dan dibaca pada toko buku dan dapat dipraktekkan langsung di rumah. Pola makan vegetarian bila dilakukan dengan benar dan mengikuti anjuran, dapat dipraktekan oleh siapapun, bahkan untuk bayi, balita, remaja, dewasa dan orang lanjut usia (Bodhikirti, 2009).

Hasil survei tahun 1997 melaporkan 1% penduduk Amerika Serikat adalah vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% pada tahun 2003. Penduduk Inggris dengan pola vegetarian sebanyak 3% pada tahun 1987 dan


(17)

meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%, Newspoll Survey pada tahun 2000 melaporkan terdapat 2% penduduk Australia vegetarian dan 18% penduduk lebih menyukai makanan vegetarian. Sementara itu di India, tahun 2003, terdapat lebih dari 50% penduduk adalah vegetarian (Kusharisupeni, 2010).

Statistik terhadap anak-anak berbeda tergantung sumber-sumbernya. Menurut survei Vegetarian Resource Group di tahun 2005 atas lebih dari 1200 orang-orang muda memperkirakan bahwa 3% dari mereka yang berusia 8-18 tahun (sekitar 1,5 juta anak-anak) adalah vegetarian dan 1% nya adalah vegetarian murni. Terdapat peningkatan jumlah orang-orang termasuk anak-anak yang memilih makanan-makanan vegetarian. Sedangkan survei dari CDC (The Centers for Disease Control) baru-baru ini atas sekitar 9.000 orang tua dan wali mendapati bahwa 367.000 anak-anak dibawah usia 18 tahun atau sekitar 1 dari 200 adalah vegetarian (Ltaminsyah, 2009).

Data-data menunjukkan bahwa orang dengan pola makan vegetarian umumnya lebih sehat dan berumur panjang dibanding mereka yang non vegetarian. Sebagai contohnya, penelitian pada tahun 2009 di bulan Maret oleh The American Dietetic Association pada lebih dari 500.000 orang-orang yang berusia 50-71 tahun di Amerika dan didapati bahwa orang-orang dewasa yang mengonsumsi paling banyak daging merah lebih berkemungkinan untuk meninggal dalam waktu lebih dari 10 tahun lebih cepat daripada mereka yang paling sedikit mengonsumsi daging merah, kebanyakan karena penyakit kardiovaskular dan kanker (Ltaminsyah, 2009).

Bukti lain dapat dilihat pada bangsa Eskimo yang sebagian besar hidup dari daging dan lemak cepat sekali menjadi tua, rata-rata usia hidup mereka hanya 27,5 tahun. Begitu juga dengan Bangsa Krigis, suatu bangsa Nomad di Rusia Timur dimana


(18)

usia mereka jarang melampaui 40 tahun. Sebaliknya penelitian yang di lakukan oleh para antropologi terhadap suku-suku bangsa yang tidak memakan daging, memiliki kesehatan cemerlang, daya tahan, dan umur panjang, misalnya oleh suku-suku bangsa Hunza di Pakistan, suku bangsa Otonomi di Mexico dan penduduk asli barat daya Amerika (Bangun, 2003).

Dari segi konsumsi terhadap makanan vegetarian, telah ada penelitian oleh bagian pemasaran perusahaan Mintel bahwa penjualan produk-produk vegetarian yang diolah, seperti susu kedelai, yogurt kedelai dan sosis-sosis vegetarian untuk sarapan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sekitar 15% dari tahun 2003. Sekarang ini, bahkan Burger King juga telah menawarkan burger-burger vegetarian (Ltaminsyah, 2009).

Di Indonesia sendiri, jumlah vegetarian juga mengalami peningkatan. Jumlah vegetarian yang terdaftar di Indonesia Vegetarain Society (IVS) saat berdiri tahun 1998 adalah sekitar 5000 anggota dan meningkat menjadi 60.000 anggota pada tahun 2007. Angka ini merupakan sebagian kecil dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena tidak semua vegetarian mendaftar menjadi anggota (Kusharisupeni, 2010).

Restoran/rumah makan vegetarian semakin berjamur di berbagai daerah di Indonesia. Seperti di Jakarta, jumlah rumah makan vegetarian mencapai sekitar 100 rumah makan sedangkan di Medan mencapai sekitar 34 rumah makan. Dengan jumlah restoran/rumah makan yang banyak dapat kita lihat bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap pola makan vegetarian semakin meningkat (Ekazamov, 2009).

Adapun penelitian vegetarian di Indonesia oleh Susianto pada tahun 2008 pada 148 balita (75 vegetarian, 73 non vegetarian) yang dipilih secara purposive sampling


(19)

dan diperoleh bahwa tidak ada balita vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi buruk.

Di Medan juga dilakukan penelitian di Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI) Medan oleh Mimi Chairuny (2004) untuk melihat pola penyakit pada wanita vegetarian sebanyak 30 orang dan non vegetarian sebanyak 30 orang. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan didapat bahwa 3 orang (10%) wanita vegetarian dan 4 orang (13,33%) wanita non vegetarian menderita penyakit ISPA. Sedangkan jumlah penderita hipertensi pada wanita vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%) dan wanita non vegetarian sebanyak 4 orang (13,33%) dan jumlah penderita penyakit jantung koroner pada wanita vegetarian sebanyak 1 orang (3,33%) sedangkan pada wanita non vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%).

Mahasiswa adalah intelektual terdidik dimana masa depan bangsa terletak di tangan mereka. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan (change of agent) diharapkan dapat memajukan bangsa. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang sangat berperan dalam masyarakat dimana mahasiswa FKM USU diharapkan untuk dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian. Untuk itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang “Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Makan Vegetarian tahun 2011”


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap pola makan vegetarian tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan vegetarian Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang dipelajari selama masa perkuliahan di FKM USU.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang pola makan vegetarian.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu :

a. Pengetahuan (kognitif)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan: 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yag dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya.


(22)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Apllication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(23)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

3. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

5. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.


(24)

6. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

7. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid dkk, 2007).

b. Sikap (afektif)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).

Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.

Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.


(25)

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu : 1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif,

tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya

dilayani olah manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana

yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi nilai lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat


(26)

sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut (Ahmadi, 1999).

Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ini.

4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).

c. Tindakan (psikomotor)

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).


(27)

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.


(28)

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perubahan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)

Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku manusia secara umum. Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan (Maulana, 2009).

Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), niat (intention) dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui niat orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting (Maulana, 2009).

Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang-orang mengikuti pikiran tersebut. Jika


(29)

orang yang dianggap penting (kelompok referensi) menyetujui tindakan tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku (Maulana, 2009).

Theory of reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makanan, penggunaaan kondom, latihan kebugaran (fitness) dan olahraga (Maulana, 2009).

Bagan Theory of Reason Action (TRA)

2.1.4. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

Keyakinan terhadap perilaku

Sikap

Keyakinan nomatif

Norma subjektif


(30)

2. Interest (ketertarikan), dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek).

3. Evaluation (mempertimbangkan baik tidaknya stimulus bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah baik.

4. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila adopsi perilaku tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Sayur-sayuran dan buah-buahan

2.2.1. Manfaat sayur-sayuran dan buah-buahan

Gerakan kembali ke alam menjadi salah satu faktor pendorong konsumsi buah-buahan dan sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat dan berumur panjang. Kondisi ini secara tidak langsung menumbuhkan masyarakat baru yaitu pengkonsumsi buah-buahan dan sayuran. Sayur dan buah-buah-buahan merupakan sumber makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan sumber karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini, mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes. Sayuran yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun singkong, daun katuk, daun pepaya, genjer dan daun kelor (Fenny, 2011).


(31)

Di dalam sayuran dan buah juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai antioksidan. Antioksidan dalam sayur dan buah bekerja dengan cara mengikat lalu menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun. Alpokat, apel, belimbing, jambu, jeruk, mangga, pepaya kaya akan vitamin A. Sedangkan kecambah atau tauge merupakan sumber vitamin E (Fenny, 2011).

Buah-buahan pada umumnya kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat besi (Fe). Buah-buahan yang kaya kalsium adalah buah salak, sawo, jeruk nipis, arbei, nangka, pala dan srikaya (Fenny, 2011).

2.3. Metabolisme

Metabolisme adalah proses pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi atau untuk pembentukan struktur tubuh. Suatu rentetan reaksi kimia dari awal hingga akhir yang terjadi dalam metabolisme dinamakan jalur metabolisme. Jalur metabolisme terdiri atas reaksi-reaksi anabolisme dan katabolisme. Reaksi anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan lebih besar dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak dan gliserol menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi protein. Proses anabolisme memerlukan energi (Almatsier, 2004).

Reaksi katabolisme adalah reaksi yang memecah ikatan kompleks menjadi ikatan lebih sederhana. Reaksi katabolisme biasanya melepaskan energi. Contoh reaksi katabolisme adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa, trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta protein menjadi asam amino (Almatsier, 2004).


(32)

2.4.Pola Makan Vegetarian

2.4.1. Pengertian Pola makan vegetarian

Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni sebagai kata benda dan kata sifat. Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang berpantang makan daging dan hanya makan sayur-mayur serta bahan makanan nabati lainnya. Vegetarian sebagai kata sifat berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging (Bangun,2003).

Istilah 'vegetarian' diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton dan lain-lain, di Northwood Villa, Kent, Inggris. Saat itu adalah pertemuan pengukuhan dari Vegetarian Society Inggris (Suprapto, 2009).

Kata Vegetarian ini berasal dari bahasa Latin vegetus berarti keseluruhan, sehat, segar, hidup. Penyebutan secara umum mereka yang tidak makan daging sebelum tahun 1847 sebagai 'Pythagorean' atau mengikuti 'Sistem Pythagorean'. Definisi asli dari 'vegetarian' adalah dengan atau tanpa telur atau produk olahannya. Definisi ini masih digunakan hingga sekarang oleh Vegetarian Society. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka terbitan tahun 2005, vegetarian adalah orang yang karena alasan agama atau kesehatan hanya memakan sayur-sayuran dan hasil tumbuh-tumbuhan.

Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dan Sri Karjati (1985) yang dikutip oleh Chairuny (2004) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat. Pola makan dalam penelitian ini tidak memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tetapi lebih kepada kebiasaan makan seseorang dalam masyarakat.


(33)

Di Indonesia secara tradisional suku bangsa Jawa tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging dan gemar mengkonsumsi tahu dan tempe dalam menu mereka sehingga dapat dikatakan menjalankan diet semi vegetarian. Orang Yogyakarta memiliki tingkat harapan hidup yang tertinggi di Indonesia karena banyak mengkonsumsi makanan berbahan dasar kedelai tersebut (Bangun, 2003).

2.4.2. Sejarah Vegetarian

Menilik dari sejarahnya, kaum vegetarian diduga sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Saat itu dikenal suatu kelompok kecil warga yang hanya gemar menyantap makanan berupa sayuran dan buah-buahan. Vegetarian semakin dikenal luas setelah beberapa aliran keagamaan di Asia Timur mengajarkan tidak menyembelih hewan untuk dimakan dengan berbagai alasan contohnya adanya kepercayaan bahwa dengan menyembelih hewan maka seseorang kelak akan bereinkarnasi menjadi makhluk tingkatan paling rendah. Selain itu kaum Buddist di Jepang percaya bahwa dengan memakan daging hewan maka tubuh mereka akan mengandung racun yang baru akan hilang setelah 8 hari. Tentang anjuran vegetarian juga disinggung dalam kesusastraan religi di India seperti Kitab Mahabharata juga pada aliran Yoga. Intinya pilihan untuk vegetarian berangkat dari rasa welas asih terhadap nyawa makhluk hidup lain seperti hewan, dan berarti dengan membunuh hewan maka tubuh yang memakan dagingnya akan tercemari (Suprapto, 2009).

Pada abad kelima sebelum Masehi. Orang-orang yang bervegetarian disebut 'vitagorian' alias pengikut Phytagoras, ilmuwan jenius dan ahli matematika, yang ternyata juga vegetarian. Istilah vegetarian sendiri baru muncul seribu tahun kemudian, tahun 1800an. Pada 1847 kata vegetarian mulai diperkenalkan, saat berdirinya UK


(34)

Vegetarian Society. Itu adalah organisasi vegetarian modern pertama, di Inggris (Suprapto, 2003).

2.4.3. Manfaat Vegetarian

Adapun manfaat menjadi vegetarian adalah sebagai berikut Siddhi (2009) : 1. Umur panjang (longevity)

Banyak penelitian menunjukan bahwa secara umum, seorang vegetarian bisa hidup 5 sampai 20 tahun lebih lama dibandingkan dengan orang biasa (non vegetarian). Selain itu mereka memilki kualitas kehidupan yang lebih baik.

2. Resiko penyakit jantung koroner rendah

Karena rendahnya kandungan lemak dan kolesterol pada makanan vegetarian, resiko penyakit jantung koroner menjadi lebih rendah. Resiko penyakit kematian pada penyakit jantung bagi vegetarian hanya setengah lebih kecil dibanding dengan non vegetarian.

3. Resiko penyakit kanker berkurang

Menjadi seorang vegetarian menurut British Medical Journal dapat mengurangi 50% - 76% dari semua penyakit kanker. Kematian akibat kanker banyak dihubungkan pada kegemukan dan makanan berlemak tinggi serta berserat rendah pada makanan hewani. Vitamin A dan C juga dapat melindungi dari kanker kolon. Diet makanan yang berlemak rendah bisa melindungi dari kanker prostat dan kanker payudara.


(35)

Makanan yang berserat tinggi akan memperlancar pengolahan makanan dalam sistem pencernaan sehingga mengurangi resiko gangguan pencernaan seperti: kanker usus, ambeien, usus buntu, konstipasi dan lain-lain.

5. Mengurangi osteoporosis

Konsumsi protein yang rendah dan lebih banyak vitamin D dan kalsium bisa mempertinggi densitas tulang pada vegetarian Sedangkan makanan hewani dapat meningkatkan resiko osteopororsis dan rematik. Konsumsi protein yang tinggi biasanya juga diikuti dengan konsumsi lemak yang tinggi. Konsumsi lemak yang tinggi mempengaruhi adsorpsi kalsium ke dalam tulang sehingga tulang lebih mudah mengalami pengeroposan yang disebut dengan osteoporosis.

6. Menghindari obesitas

Makanan vegetarian yang rendah lemak dan tinggi serat akan mengurangi resiko obesitas. Dengan demikian resiko penyakit lain juga akan menurun.

7. Mencegah dan mengurangi Hipertensi

Makanan vegetarian yang kaya dengan kalsium seperti: pisang, seledri, sayur hijau, tempe yang terbukti dapat mengurangi tekanan darah. Penelitian membuktikan tekanan darah orang yang bervegetarian rata rata 110/70mmHg. Bahkan penderita hipertensi mengubah dietnya menjadi vegetarian terbukti dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna.

8. Stamina (endurance)

Sumber yang paling baik untuk stamina adalah makanan yang berkabohidrat. Makanan vegetarian kaya dengan karbohidrat sehingga menyediakan energi yang berlimpah untuk aktivitas sehari-hari.


(36)

2.4.4. Tipe Vegetarian

Tipe vegetarian dapat dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat kekuatannya meninggalkan konsumsi produk hewani. Ada kelompok yang paling ketat tidak hanya meninggalkan produk hewani, mereka hanya makan bagian tanaman yang dipanen tanpa merusak tanaman pokoknya. Mereka menolak makan kentang atau bayam karena cara memanennya harus mencabut seluruh tanamannya. Bahkan mereka juga tidak mau menggunakan bahan asal hewan dalam bentuk apapun dalam kehidupan sehari-harinya.

Ada pula kelompok yang paling longgar, mereka masih mengkonsumsi jenis daging tertentu dan meninggalkan daging merah (daging dari hewan mamalia) atau daging yang menurut agama/ kepercayaan harus dihindari dan tidak boleh dikonsumsi. Sehingga kita jangan heran pada saat ada hidangan daging tertentu tidak dikonsumsi mereka lebih memilih makanan dari unsur nabati tapi pada momen yang lain mengkonsumsi daging lainnya.

Pengelompokkan Vegetarian yang lazim dikenal di masyarakat ada tiga (Yuliarti, 2009), yaitu:

1. Pesco/pollo Vegetarian (semi vegetarian) adalah kelompok yang masih mengonsumsi produk daging tertentu misalnya daging ayam dan ikan tapi meninggalkan kelompok daging merah.

2. Lacto-ovo Vegetarian adalah kelompok yang masih mengonsumsi telur dan produk susu dan menghindari segala jenis daging termasuk ikan. Penyebutan kelompok yang mengonsumsi susu tapi tidak mengonsumsi telur disebut lacto vegetarian,


(37)

sedangkan yang mengonsumsi telur tapi tidak mengonsumsi susu disebut ovo vegetarian.

3. Vegan adalah Vegetarian murni yang hanya mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok ini sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani maupun turunannya, termasuk gelatin, keju, yogurt. Mereka juga menghindari madu, royal-jeli dan produk turunan serangga. Bahkan sebagian penganut vegan menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani.

2.4.5. Alasan Orang menjadi Vegetarian 2.4.5.1. Alasan agama

Ada beberapa agama di dunia ini menganjurkan umatnya untuk menjadi seorang Vegetarian, seperti agama Buddha, Hindu dan Advent.

1. Agama Buddha

Terlepas dari segala macam pertimbangan yang ada. Sisi baik Vegetarian tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan dipuja oleh para bijak. Maka sepatutnya latihan ini perlu dikembangkan. Agama budha tidak mewajibkan umatnya untuk menjadi vegetarian, tetapi menyarankan. Buddha merupakan guru para dewa dan manusia, memiliki cinta kasih tanpa batas. Artinya pancaran cinta kasih tidak hanya untuk manusia saja, tetapi semua makhluk tanpa batas, termasuk pada hewan. Lebih lanjut di kitab Jataka 37, berbunyi : "Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, ia merasa kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, di bawah, dan di sekelilingnya, tak terbatas di mana pun. "Sementara itu, apa akibatnya bila seorang umat Buddha membunuh binatang dan dipersembahkan kepada para Bhikkhu?” Buddha


(38)

menyatakan bahwa perbuatan demikian dikategorikan sebagai perbuatan buruk yang menimbun karma buruk (Siddhi, 2009).

2. Agama Hindu

Agama hindu menganjurkan umatnya untuk bervegetarian, tetapi tidak diwajibkan menjadi vegetarian. Dalam Weda, setiap bentuk kehidupan dinyatakan mempunyai kesadaran dan energi dan setiap kehidupan dianggap suci. Bersama dengan pemahaman tentang karma, pandangan ini melandasi vegetarianisme yang berawal di India. Weda juga mengajurkan hidup hemat sumber daya, sebagai bagian dari tugas manusia untuk memelihara alam. Yajur Weda mengatakan, “Jangan melukai makhluk yang hidup di bumi, di udara, dan dalam air”. Juga dikatakan “Hendaknya kamu tidak menggunakan tubuh yang diberikan Tuhan untuk membunuh makhluk Tuhan, apakah itu manusia, hewan atau apapun” (D. Ghindwani, 2010).

Vegetarian dalam Hindu disebut pola makan satvika yaitu pola makan yang mengonsumsi makanan yang bersifat segar dan alami, direbus dan tidak mempunyai rasa yang tajam seperti sayuran, biji-bijian dan buah. Pola makan ini dipercaya meningkatkan prana (kehidupan), kekuatan mental dan menajamkan intelek (D. Ghindwani, 2010).

3. Umat Advent

Umat advent memasukkan tiga tuntutan kesehatan pada “persyaratan keanggotaannya”, yakni tidak menggunakan tembakau dalam bentuk apa pun, menghindari minuman beralkohol, dan menghindari daging pada makanan mereka. Jemaat mereka dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan menjadi vegetarian. selain itu, mereka juga didorong untuk melakukan kebiasaan-kebiasaaan sehat lainnya, termasuk


(39)

mengonsumsi biji-bijian padi yang utuh, mengurangi gula putih, bebas mengonsumsi sayur dan buah, menghindari makanan yang mengandung bumbu dan penyedap, makan sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan ideal, mengindari teh dan kopi dan makanan berkafein lainnya.

Sebuah riset menunjukkan perbandingan kesehatan dan perilaku orang-orang Advent di California dengan penduduk California secara keseluruhan menunjukkan bahwa orang-orang advent secara dominan lebih sedikit mengidap berbagai penyakit, seperti jantung, kanker, stroke. Selain itu orang Advent di California memiliki usia harapan hidup yang lebih tinggi dari penduduk California (bukan Advent) (Bangun, 2003).

2.4.5.2. Alasan Keuangan

Keadaan kondisi krisis ekonomi global mengubah gaya kehidupan orang. Ekonomi yang semakin sulit membuat orang melakukan penghematan dalam banyak hal, termasuk makanan. Orang mulai mengurangi makan di restoran atau di luar rumah. Mereka mulai ke pasar atau supermarket membeli kebutuhan pangan, termasuk sayur-sayuran yang harganya relatif lebih murah daripada daging ada dan memasak di rumah. Bahkan pada sebagian masyarakat pedesaan maupun masyarakat tertentu, mereka tidak terlalu banyak mengonsumsi daging sebaliknya gemar mengonsumsi tahu dan tempe dalam menu mereka sehari-hari sehingga dapat dikatakan mereka menjalankan diet semi vegetarian (Siddhi, 2009).

2.3.5.3. Alasan Kesehatan

Kesehatan merupakan harta yang berharga bagi manusia. Meskipun orang memiliki harta, kedudukan atau kesuksesan kalau kesehatan menurun bahkan terjangkit


(40)

penyakit yang kronis semua perolehan tersebut tidak dapat menggantikan kesehatan. Sementara bagi mereka yang ekonominya menengah ke bawah, biaya kesehatan relatif tinggi bahkan banyak timbulnya penyakit-penyakit baru salah satunya dari makanan. Akibatnya orang mulai hati-hati dalam mengonsumsi makanan. Beberapa orang mulai memilih pola makan vegetarian, karena makanan daging mengandung lemak jenuh berkolesterol tinggi dan banyak berita mengenai hewan-hewan tertentu yang terjangkit virus yang membahayakan manusia, seperti : kasus virus sapi gila, kasus virus flu unggas yang menyerang ayam dan bebek di Hong Kong (1998) sampai ke Indonesia, kasus virus babi Jepang (Japanese encephalitis virus) yang melanda Malaysia dan kasus-kasus lainnya (Siddhi, 2009).

Beberapa dokter yang tergabung dalam The Physician Committee for Responsible Medicine (PCRM) dengan ahli-ahli gizi yang dalam American Dietetic Association (ADA) pada tahun 1991 bersama-sama merevisi diet “4 Sehat 5 Sempurna” menjadi “4 sehat” yaitu:

1. Palawija seperti: beras, gandum, kentang, sagu, jagung, oat, jali- jali dan umbi-umbian seperti singkong, ketela, talas, roti, mie, bihun dan sebagainya. Kelompok ini sangat kaya akan serat makanan, karbohidrat kompleks sekaligus protein, vitamin B kompleks dan mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, seng. Palawija dianjurkan dikonsumsi 4 porsi sehari.

2. Sayur-sayuran yang merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup lengkap dan juga serat makanan yang sangat penting untuk kelancaran pencernaan, penyerapan kolesterol dan bahan-bahan beracun serta memperbesar volume tinja. Sayuran dianjurkan dikonsumsi 3 porsi sehari.


(41)

3. Buah-buahan yang merupakan sumber yang sangat kaya serat makanan, vitamin C dan beta karoten serta fitokimia untuk mencegah berbagai penyakit kanker. Buah-buahan dianjurkan dikonsumsi 3 porsi sehari.

4. Legum merupakan kelompok yang terdiri dari kacang-kacangan dan polong termasuk hasil olahan seperti : tahu, tempe, susu kedelai dan gluten. Kelompok ini merupakan sumber protein yang sehat dan lengkap yang bersumber dari asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat, asam linolenat, kaya dengan lesitin, vitamin B kompleks, vitamin A, C, E dan mineral. Legum dianjurkan dikonsumsi 2 porsi sehari (Siddhi, 2009).

2.4.5.4. Alasan Etika

Banyak orang yang masih memandang dan menganggap hewan sebagai makhluk yang kurang berharga. Keberadaan mereka adalah untuk manusia sehingga orang bebas menyalahgunakan, memanfaatkan, mengeksploitasi bahkan menyiksa mereka. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya menampilkan kisah-kisah hewan yang berjasa pada kehidupan manusia. Mereka tidak hanya membantu pemiliknya bahkan ada pula yang sampai menyelamatkan nyawa manusia. Gerak-gerik hewan yang begitu menarik, lucu dan membawa tawa. Ini menambah simpatik bahkan beberapa orang pun mengurangi makanan dari unsur hewan secara perlahan-lahan bahkan ada yang langsung hidup vegetarian. Sehingga semakin meningkat jumlah vegetarian.

Keberadaan hewan-hewan ada alasannya. Mereka pun merupakan penghuni bumi, kita tidak mempunyai hak untuk membunuh mereka. Ada beberapa penelitian


(42)

yang mengatakan bahwa hewan kadang dapat menyembuhkan sakit pada manusia, bahkan ada beberapa jenis hewan dipakai untuk pengobatan sakit manusia.

2.4.5.5. Alasan Lingkungan

Lingkungan dipakai sebagai alasan karena pemakaian energi untuk menghasilkan daging teramat mahal dan merusak alam, antara lain :

1. Polusi air

Pupuk dan pembuangan kotoran dari tempat penyimpanan ternak, peternakan ayam, dan fasilitas pemberian makanan lain kepada ternak dapat menyebabkan polusi persediaan air.

2. Polusi udara

Tiga puluh juta ton gas metana yang menimbulkan pemanasan global berasal dari pupuk di dalam kolam pembuangan kotoran ternak.

3. Pengikisan tanah

Hampir 40 persen produksi biji-bijian dunia dan lebih dari 70 persen di Amerika Serikat diberi makan kepada ternak. Untuk setiap pon (setengah kilogram) daging, unggas, telur, dan susu yang kita produksi, ladang pertanian kehilangan kira-kira lima pon permukaan tanah (Siddhi, 2009).

2.5.Hasil penelitian-penelitian lain

a. Nutrient Intakes and Eating Behavior see of Vegetarian and Non Vegetarian Women

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 1995 di daerah metropolitan di sebelah barat Kanada bertujuan untuk membandingkan gizi yang masuk antara wanita yang bervegetarian dan tidak bervegetarian dengan umur antara 20-40


(43)

tahun, dengan BMI (Body Mass Index) antara 18-25, tidak merokok dan melakukan olahraga 7 jam dalam atau kurang dari seminggu. Responden yang tidak bervegetarian (22 orang) memakan daging 3 kali atau lebih dalam seminggu dan yang bervegetarian (23 orang) tidak memakan daging, ikan dan unggas selama 2 tahun atau lebih.

Analisis data dilakukan dengan membandingkan kelompok yang bervegetarian dengan kelompok yang tidak bervegetarian menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola makan wanita di bagian barat Kanada telah sangat mendekati pola makan yang sehat. Kelompok yang bervegetarian memiliki kadar protein dan kolestrol yang lebih rendah, dan memiliki kadar karbohidrat dan serat yang lebih tinggi daripada yang tidak bervegetarian.

b. Status Gizi Balita Vegetarian Lacto-Ovo dan Non Vegetarian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi anak balita vegetarian lacto-ovo dan non vegetarian di Jakarta pada bulan Februari sampai Maret 2008 dengan desain cross sectional (potong lintang). Sampel berjumlah 148 balita (75 vegetarian dan 73 non vegetarian) yang diambil secara sengaja dari playgroup dan TK “Mutiara Bangsa”.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara status gizi balita vegetarian lacto-ovo dengan balita non vegetarian. Penghasilan keluarga merupakan hal yang paling dominan yang berhubungan dengan status gizi balita vegetarian lacto-ovo. Sedangkan hal yang paling dominan terkait dengan balita non vegetarian adalah penyakit infeksi.

c. Gambaran Kadar Hemoglobin, Pola Konsumsi, Serta Pola Penyakit pada Wanita Vegetarian dan Non Vegetarian di Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI) Medan Tahun 2004


(44)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin, pola konsumsi, serta pola penyakit pada wanita vegetarian dan non vegetarian di Keluarga Maitreya Indonesia (KVMI) Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) terhadap 30 orang responden vegetarian dan 30 orang responden non vegetarian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hb ≥ normal pada wanita vegetarian 24 orang (80%) dan < normal 6 orang (20%). Kadar Hb ≥ normal pada wanita non vegetarian 19 orang (63,33%) dan < normal 11 orang (36,67%). Konsumsi Fe ≥ AKG pada wanita vegetarian 25 orang (83,33%) dan < AKG 5 orang (16,67%), konsumsi Fe ≥ AKG pada wanita non vegetarian 22 orang (73,33%) dan < AKG 8 orang (26,67%). Konsumsi protein ≥ AKG pada wanita vegetarian 26 orang (86,67%) dan < AKG 4 orang (13,33%), konsumsi protein ≥ AKG pada wanita non vegetarian 20 orang (66,67%) dan < AKG 10 orang (33,33%). Wanita vegetarian yang menderita ISPA 3 orang (10%) dan non vegetarian 4 orang (13,33%). Wanita vegetarian yang menderita hipertensi 2 orang (6,67%) dan jantung koroner 1 orang (3,33%), wanita non vegetarian yang menderita hipertensi 4 orang (13,33%) dan jantung koroner 2 orang (6,67).


(45)

2.6.Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Perilaku atau tindakan pola makan vegetarian terbentuk dari adanya niat terhadap pola makan vegetarian. Niat ini dibentuk oleh sikap terhadap pola makan vegetarian dan norma subjektif responden yaitu kelompok referensi (keluarga, teman dan tokoh idola). Sikap terhadap pola makan vegetarian dipengaruhi oleh kepercayaan normatif untuk mengikuti pola makan vegetarian yaitu pengetahuan dari responden dan pengetahuan tentang pola makan vegetarian itu didapat dari faktor internal (karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan uang saku) dan faktor eksternal (sumber-sumber informasi yang berasal dari keluarga, teman, media cetak, media elektronik dan internet).

Tindakan :

Pola makan vegetarian

Sumber Informasi

Sikap Pengetahuan

Niat Kelompok

referensi :

− Keluarga − Teman − Tokoh idola

Karakteristik :

- Jenis Kelamin - Uang saku


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Makan Vegetarian tahun 2011.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

a. Mahasiswa FKM USU merupakan agen perubah yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. FKM USU adalah fakultas yang bertujuan untuk menciptakan sarjana yang berkualitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

c. Belum pernah dilakukan penelitian seperti ini di FKM USU.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari tahun 2011 (survei pendahuluan) sampai bulan Mei tahun 2011 di Medan.

3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FKM USU program reguler yang aktif angkatan 2006-2010 yang terdata di bagian pendidikan FKM USU


(47)

yaitu sebanyak 820 orang. Jumlah mahasiswa program reguler setiap stambuknya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. distribusi mahasiswa FKM USU program reguler tahun 2006-2010

No. Stambuk Jumlah Populasi

1 2006 90

2 2007 162

3 2008 187

4 2009 163

5 2010 218

Total Populasi 820

1.3.2. Sampel

Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow (1994), sebagai berikut :

Dimana :

N : Besar populasi n : Besar sampel

d : Galat pendugaan (0,1)

Z : Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645) P ; Proporsi populasi (ditentukan : 0,5)

Z² . P (1-P) . N N =


(48)

Maka besar sampel :

(1,645)² . 0,5 (1-0,5) . 820 n =

(0,1)² . (820-1) + (1,645)² . 0,5 (1-0,5)

554,74 n =

8,87

n = 62,54 63 orang

Dari hasil perhitungan maka sampel minimal sebanyak 63 mahasiswa.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis dilakukan dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap stambuk agar setiap mahasiswa memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap stambuk. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan persentase berdasarkan perbandingan besar sampel dengan jumlah populasi yaitu: 63

Proporsi = = 7,7% 820

2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi yang ada pada tiap-tiap stambuk sebagai berikut :


(49)

Tabel 3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap stambuk berdasarkan proporsi

No. Stambuk Jumlah

Populasi

Proporsi (%) Jumlah Sampel

1 2006 90 7,7 7

2 2007 162 7,7 12

3 2008 187 7,7 14

4 2009 163 7,7 13

5 2010 218 7,7 17

JUMLAH 820 63

3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing kelompok populasi (berdasarkan stambuk) dengan cara pengundian (pencabutan nomor) dan nomor populasi yang terpilih diwawancarai sebagai responden.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa FKM USU dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari FKM USU, buku-buku, jurnal dan majalah.

3.5. Defenisi Operasional

1. Karakteristik adalah hal-hal yang melekat pada diri responden yang dapat membedakannya dari responden lain, yang terdiri dari :

a. Jenis kelamin adalah karakteristik pada manusia yang dibedakan atas dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

b. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden setiap bulannya yang didapat dari orang tua ataupun keluarganya.


(50)

2. Sumber informasi adalah asal/sumber keterangan-keterangan yang diperoleh responden baik melalui media cetak, media elektronik, keluarga dan teman mengenai pola makan vegetarian.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pola makan vegetarian.

4. Sikap adalah respon/ penilaian responden terhadap pola makan vegetarian.

5. Kelompok referensi adalah kumpulan orang–orang yang ikut memengaruhi atau menumbuhkan niat responden untuk memilih pola makan vegetarian.

6. Niat adalah keinginan responden untuk memilih pola makan vegetarian. 7. Tindakan adalah memilih pola makan vegetarian

8. Pola makan vegetarian adalah cara makan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari dimana hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan.

3.6. Instrumen dan cara pengukuran 3.6.1. Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri dari data karakteristik responden, sumber informasi dan data perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap, kelompok acuan, niat dan tindakan responden terhadap pola makan vegetarian,

3.6.2. Cara pengukuran

Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan. Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari 70 pertanyaan yang terdiri dari 5


(51)

pertanyaan mengenai sumber informasi, 19 pertanyaan pengetahuan, 16 pertanyaan sikap, 8 pertanyaan kelompok referensi, 7 pertanyaan niat dan 15 pertanyaan tindakan.

a. Pengukuran Sumber Informasi

Sumber informasi diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran sumber informasi berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. • Untuk pertanyaan 1 nilai tertingginya dalah 3, dengan kriteria jawaban :

- jawaban < 2, skor : 1 - jawaban 2-3, skor : 2 - jawaban > 3, skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 2 dan 3 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban :

- jawaban < 4, skor : 1 - jawaban 4-7, skor : 2 - jawaban >7, skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 4 dan 5 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban :

- jawaban 1 skor : 1 - jawaban 2 skor : 2 - jawaban 3 skor : 3

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 15. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :


(52)

a. Sumber informasi baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu > 11 .

b. Sumber informasi sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu 7 - 11.

c. Sumber Informasi kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu < 7.

b. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 19 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan

• Untuk pertanyaan nomor 1 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban : - jawaban < 3 skor : 1

- jawaban 3-4 skor : 2 - jawaban > 4 skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 2, 8B dan 10 nilai tertingginya adalah 3, dengan jawaban dapat lebih dari satu.

• Untuk pertanyaan nomor 3, 5, 8A, 11, 13, 14, 15, 16, 17 dan 18 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban :

- jawaban benar, skor : 3

- jawaban mendekati benar, skor : 2 - jawaban salah, skor : 1

• Untuk pertanyaan nomor 4 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban : - jawaban < 4 skor : 1


(53)

- jawaban 4-6 skor : 2 - jawaban > 6 skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 9 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban : - jawaban < 3 skor : 1

- jawaban 3-4 skor : 2 - jawaban > 4 skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 7 nilai tertingginya adalah 2. • Untuk pertanyaan nomor 6 nilainya adalah 1.

• Untuk pertanyaan nomor 12 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban : - jawaban 1 skor : 1

- jawaban 2-3 skor : 2 - jawaban > 3 skor : 3

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 54. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 54 yaitu > 40.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 54 yaitu 25 - 40.

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 54 yaitu < 25.


(54)

c. Pengukuran Sikap

Sikap diukur melalui 16 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan sikap yaitu Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4, sehingga total nilainya adalah sebesar 64.

Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 64 yaitu > 48.

b. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32 yaitu 30-48.

c. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32 yaitu < 30.

d. Pengukuran Kelompok Referensi

Kelompok referensi diukur melalui 8 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran kelompok referensi berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. • Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 nilai tertingginya adalah 2.

• Untuk pertanyaan nomor 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai tertingginya adalah 3.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 22 Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :


(55)

a. Kelompok referensi baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu 16 >.

b. Kelompok referensi sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu 10 – 16.

c. Kelompok referensi kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu < 10.

e. Pengkuran Niat

Niat diukur melalui 7 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran niat berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan

• Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3 dan 7 nilai tertingginya adalah 3.

• Untuk pertanyaan nomor 4 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban : - jawaban < 3 skor : 1

- jawaban 3-5 skor : 2 - jawaban > 5 skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 5 dan 6 nilai tertinggi adalah 2.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 19. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Niat baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 19 yaitu > 14.

b. Niat sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 4 yaitu 9 – 15.


(56)

c. Niat kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 4 yaitu < 9.

f. Pengukuran Tindakan

Tindakan bagi yang bervegetarian diukur melalui 14 pertanyaan sedangkan bagi yang tidak bervegetarian diukur melalui 7 pertanyaan (nomor 1, 2, 3, 12, 13, 14 dan 15) dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran tindakan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.

• Untuk pertanyaan nomor 1, 3, 10, 11, 12 dan 14 skor tertinggi 2.

• Untuk pertanyaan nomor 2, 6 dan 7 nilai tertingginya adalah 3, dengan jawaban dapat lebih dari satu.

• Untuk pertanyaan nomor 4 dan 5 nilai tertingginya adalah 3.

• Untuk pertanyaan nomor 9 dan 13 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban :

- jawaban < 3 skor : 1 - jawaban 2-4 skor : 2 - jawaban > 4 skor : 3

• Untuk pertanyaan nomor 15 nilai tertingginya adalah 3, dengan kriteria jawaban: - jawaban < 3 skor : 3

- jawaban 2-4 skor : 2 - jawaban > 4 skor : 1


(1)

NIAT

1. Jika ada orang yang bervegetarian sedang makan di depan Anda, apakah yang terlintas dalam pikiran Anda?

a. Kasihan dengan makanan yang sangat sederhana (3)

b. Sangat tertarik dan mencoba mencari tahu mengapa dia bervegetarian (2)

c. Orang itu sedang menjalankan pola makan yang sehat (1)

2. Bagaimana pandangan Anda mengenai pola makan vegetarian?

a. Vegetarian merupakan salah satu alternatif pola makan sehat (3) b. Vegetarian adalah pola makan yang tidak memiliki manfaat bagi

kesehatan (2)

c. Tidak memiliki pandangan apapun (1)

3. Jika ada orang yang mengajak Anda untuk memilih vegetarian, apakah tanggapan Anda?

a. Merasa sangat tertarik dan ingin mencobanya (2)

b. Merasa sangat tertarik, ingin mencari berbagai informasi mengenai pola makan vegetarian dan kemudian menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (3)

c. Tidak mau memilih pola makan vegetarian (1)

4. Menurut anda, apa alasan pertama orang untuk memilih pola makan vegetarian? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Dianjurkan keluarga (1)

b. Dianjurkan teman (1)

c. Hanya ingin mencoba (1)

d. Vegetarian bermanfaat bagi kesehatan (1)

e. Anjuran Agama (1)

f. Untuk mengurangi pemanasan global (1)

g. Kasihan terhadap hewan yang disembelih (1)

5. Apakah orang-orang terdekat Anda tahu bahwa vegetarian merupakan suatu pilihan pola makan sehat?

a. Tahu (2)

b. Tidak tahu (1)

6. Apakah tanggapan mereka terkait dengan hal tersebut?

a. Mendukung (2)

b. Tidak mendukung (1)

7. Jika mendukung, apakah bentuk dukungan yang Anda dapatkan dari orang-orang terdekat Anda?

a. Sering mengajak untuk mengikuti pola makan vegetarian (3) b. Sering membantu mancarikan informasi mengenai pola makan vegetarian (2)

c. Tidak ada, hanya sebatas mendukung saja (1)

Penilaian :

Jawaban >3 skor : 1 Jawaban 3-5 skor : 2 Jawaban >5 skor : 3


(2)

TINDAKAN

1. Apakah kamu selalu berusaha untuk menerapkan pola makan yang sehat?

a. Ya (2)

b. Tidak (1)

2. Jika ya, apakah usaha Anda didalam menerapkan pola makan sehat? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Memakan sayur dan buah-buahan setiap hari (1)

b. Menjauhi makanan yang mengandung daging merah (1)

c. Memakan makanan dengan menu yang seimbang (1)

3. Apakah Anda menjalani pola makan vegetarian?

a. Ya (2)

b. Tidak (lanjut ke pertanyaan 11) (1)

4. Sudah berapa lama Anda bervegetarian ?

a. 3 – 1 tahun (1)

b. 1-3 tahun (2)

c. > 3 tahun (3)

5. Termasuk tipe vegetarian yang manakah Anda ?

a. Vegetarian murni (3)

b. Lacto/ovo vegetarian (2)

c. Semi vegetarian (1)

6. Makanan apa sajakah yang Anda konsumsi agar tetap sehat ? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Memakan sayur-sayuran yang cukup (1)

b. Memakan buah-buahan yang cukup (1)

c. Memakan palawija dan legum yang cukup (1)

d. Lain-lain, sebutkan.... (1)

7. Dimana Anda mendapatkan makanan vegetarian selama ini? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Memasak sendiri (1)

b. Dimasakkan orang lain (rantangan) (1)

c. Membeli di restoran atau rumah makan vegetarian (1)

Penilaian :

Jawaban 1 skor : 1 Jawaban 2 skor : 2 Jawaban 3 skor : 3

Penilaian :

Jawaban 1 skor :1 Jawaban 2 skor : 2 Jawaban 3 skor : 3

Penilaian :

Jawaban 1 skor : 1 Jawaban 2 skor : 2 Jawaban 3 skor : 3


(3)

8. Manfaat yang Anda rasakan selama vegetarian? (jawaban boleh lebih dari 1)

a. Tubuh terasa lebih segar dan bersemangat (1)

b. Bebas dari penyakit degeneratif (1)

c. Berat badan terkontrol dengan baik (1)

d. Tingkat emosi yang stabil (1)

e. Stamina bertambah (1)

9. Apakah Anda pernah memberikan informasi mengenai vegetarian kepada keluarga atau teman ?

a. Pernah (2)

b. Tidak pernah (1)

10. Apakah Anda pernah mengajak keluarga/teman untuk bervegetarian?

a. Ya (2)

b. Tidak (1)

11. Menurut Anda, apakah ada kemudahan dalam memilih pola makan vegetarian?

a. Ada (1)

b. Tidak ada (2)

12. Menurut Anda, apakah kemudahan memilih pola makan vegetarian ? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Keluarga dan teman mendukung (1)

b. Mudah membuat makanan vegetarian (1)

c. Bahan makanan vegetarian mudah didapat (1)

d. Informasi mengenai vegetarian banyak (1)

e. Sudah banyak restoran/rumah makan yang menyediakan makanan vegetarian

(1)

13. Menurut Anda, Apakah ada kendala dalam memilih pola makan vegetarian?

a. Ada (1)

b. Tidak ada (2)

14. Jika ada, menurut Anda, apakah kendalanya? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Keluarga dan teman tidak mendukung (1)

b. Sulit membuat makanan vegetarian (1)

c. Bahan makanan vegetarian sulit didapat (1)

d. Informasi tentang vegetarian sedikit (1)

e. Sulit mendapatkan restoran/rumah makan yang menyediakan

makanan vegetarian (1)

Frequencies

Penilaian :

Jawaban < 3 skor : 1 Jawaban 3-4 skor : 2 Jawaban >4 skor : 3

Penilaian :

Jawaban <3 skor : 1 Jawaban 3-4 skor : 2 Jawaban >4 skor : 3

Penilaian :

Jawaban <3 skor : 1 Jawaban 3-4 skor : 2 Jawaban >4 skor : 3


(4)

Jenis Kelamin

N Valid 63

Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Perempuan 53 84.1 84.1 84.1

Laki-laki 10 15.9 15.9 100.0 Total 63 100.0 100.0

Frequencies

Uang Saku

N Valid 63

Missing 0

Uang Saku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <500.000 18 28.6 28.6 28.6

500.000-1.000.000 39 61.9 61.9 90.5

>1.000.000 6 9.5 9.5 100.0

Total 63 100.0 100.0

Frequencies

Sumber Informasi

N Valid 63

Missing 0

Tingkat Sumber Informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sumber Informasi Kurang 4 6.3 6.3 6.3

Sumber Informasi Sedang 55 87.3 87.3 93.7 Sumber Informasi Baik 4 6.3 6.3 100.0

Total 63 100.0 100.0


(5)

Tingkat Pengetahuan

N Valid 63

Missing 0

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pengetahuan Sedang 27 42.9 42.9 42.9

Pengetahuan Baik 36 57.1 57.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

Frequencies

Tingkat Sikap

N Valid 63

Missing 0

Tingkat Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sikap Kurang 1 1.6 1.6 1.6

Sikap Sedang 58 92.1 92.1 93.7

Sikap Baik 4 6.3 6.3 100.0

Total 63 100.0 100.0

Frequencies

Tingkat Kelompok Referensi

N Valid 63

Missing 0

Tingkat Kelompok Referensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kelompok Referensi Kurang 15 23.8 23.8 23.8

Kelompok Referensi Sedang 44 69.8 69.8 93.7 Kelompok Referensi Baik 4 6.3 6.3 100.0

Total 63 100.0 100.0


(6)

Tingkat Niat

N Valid 63

Missing 0

Tingkat Niat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Niat Sedang 46 73.0 73.0 73.0

Niat Baik 17 27.0 27.0 100.0

Total 63 100.0 100.0

Frequencies

Tingkat Tindakan

N Valid 63

Missing 0

Tingkat Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tindakan Sedang 50 79.4 79.4 79.4

Tindakan Baik' 13 20.6 20.6 100.0


Dokumen yang terkait

Pengaruh Stres Terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU)

41 243 97

Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Obesitas Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Obesitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011

2 64 95

Pola Adaptasi Dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara)

22 169 120

Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

3 19 112

Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 6

Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 14

Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 1 7

Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 33

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 0 18

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

0 1 2