Analisis Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Yang Dibiayai Oleh Keuangan Dana Desa di Kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan 2015-2016
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1
Defenisi Partisipasi
Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “ Participation “ yang artinya
pengambilan bagian atau pengikutsertaan.
Menurut Juliantara (2002:87),
Partisipasi adalah bekerjanya suatu system pemerintahan dimana tidak ada
kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan dari rakyat, sedangkan arah
dasar yang akan dikembangkan adalah proses pemberdayaan.Menurut Domai
(2011), Partisipasi Adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun
kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan
,pelaksanaan,
dan
pemantauan
kebijakan-kebijakan
yang
langsung
mempengaruhi kehidupan mereka.Sedangkan menurut Adisasmita (2006),
partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan dan pelibatan anggota
masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan, perencanaan, dan
pelaksanaan (implementasi) program/proyek yang dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa defenisi menurut para ahli diatas, bisa disimpulkan
bahwa partisipasi merupakan pengambilan bagian atau kterlibatan anggota
masyarakat dengan cara memberikan dukungan (tenaga, pikiran maupun
materi) dan bertanggung jawab terhadap setiap keputusan yang telah diambil
demi tercapai nya tujuan yang telah ditentukan bersama. Partisipasi atau
peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari
9
Universitas Sumatera Utara
ketersedian dan kemauan anggota masyarakat untuk berkontribusi dalam
iplementasi program/proyek yang telah dilaksanakan.
Arnstein (1969), lewat typologi nya yang dikenal dengan tingkatan partisipasi
masyarakat
(the ladder of citizen participation), menerangkan tingkat
partisipasi masyarakat yang berdasarkan pada kekuatan masyarakat untuk
menentukan suatu produk akhir. arnsteinjuga menekankan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat mendasar antara bentuk peran serta yang bersifat semu
(empety ritual) dengan bentuk peran serta yang mempunyai kekutaan nyata
(real power) yang diperlukan untuk mempengaruhi hasil akhir dari suatu
proses.
Arnstein menggambarkan partisipasi masyarakat sebagai suatu pola
bertingkat (ladder patern) yang terdiri dari 8 tingkat, dimana tingkat paling
bawah merupakan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah, kemudian
tingkat yang paling atas merupakan tingkat dimana partisipasi masyarakat
sudah sangat besar dan kuat. Yang dikatakan delapan tingkat mengurut dari
bawah ke atas adalah manipulation ( memanipulasi), Therapy (memulihkan),
Informing (menginformasikan), Consultation (merundingkan), Placation
(mendiamkan), Partneship (bekerjasama), Delegated power (pendelegasian
wewenang), dan Citizen Control (masyarakat mengontrol).
Arnstein mengelompokkan 8 anak tangga tersebut menjadi 3 bagian. Jika
diurutkan dari tangga terbawah,bagian pertama merupakan Nonparticipation (
10
Universitas Sumatera Utara
tidak ada partisipasi), bagian Kedua Tokenism (delusive), dan bagian ketiga
Citizen Power (Publik berdaya).
Gambar 2.1
Tangga Partisipasi Masyarakat
Citizen Control
Citizen Power
DelegatedPower
Partnership
Placation
Tokenism
Consultation
Informing
Therapy
Non Participation
Manipulation
Sumber : Arnstein, 1999, diolah
Bagian Pertama, merupakan Nonparticipation (tidak ada partisipasi) yang
terdiri dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa
sengaja menghapus segala bentuk partisipasi masyarakat. Di tingkat Manipulation
(memanipulasi), mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari
masyarakat. Fungsinya, ketika mereka mengajukan program, maka para wakil
masyarakat tadi harus selalu mensetujuinya.Sedangkan masyarakat tidak diberitahu
11
Universitas Sumatera Utara
tentang hal tersebut.Pada tingkat Therapy (memulihkan), mereka sedikit memberitahu
masyarakat tentang beberapa programnya yang telah di setujui oleh wakil
masyarakat.Masyarakat hanya bisa mendengarkan saja.
Bagian Kedua, Tokenism (delusif) yang terdiri dari informing, Consultation, dan
Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra, tidak lagi
menghalangi partisipasi masyarakat.Namun kenyataannya berbeda, benar partisipasi
masyarakat
dibiarkan,
namun
mereka
mengabaikannya
dan
mereka
tetap
mengeksekusi rencananya semula. Saat berada di tingkat informing (informasi),
mereka menginformasikan macam-macam program
yang akan dan sudah
dilaksanakan umumnya hanya dikomunikasikan searah, dan masyarakat belum dapat
melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung. Untuk tingkat Consultation
(merundingkan), mereka berdikusi dengan banyak elemen masyarkat
tentang
berbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan tetapi mereka yang mempunyai
kuasa memutuskan, apakah saran dan kritik dari masyarakat dipakai atau tidak. Lalu
pada tingkat Placation ( mendiamkan), mereka berjanji melakukan berbagai saran dan
kritik dari masyarakat, namun mereka diam-diam menjalankan rencananya semula.
Dan bagian ketiga, citizen power (masyarakat berdaya) yang terdiri dari Partnership,
Delegated Power, dan Citizen Control.Saat Partisipasi masyarakat telah mencapai
Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar melakukan peran
serta masyarakat dalam berbagai hal.
12
Universitas Sumatera Utara
Ketika di tingkat Partnership (bekerjasama), meraka memperlakukan masyarakat
selayaknya rekan kerja.Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi
aneka kebijakan masyarakat.naik ke tingkat Delegated Power(pendelegasian
wewenang), mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada masyarakat.
contoh, masyarakat mempunyai hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Dan
Terakhir tingkat yang paling tinggi yaitu Citizen Control ( msyarakat Mengontrol),
masyarakat yang lebih mendominasi ketimbang mereka, bahkan sampai dengan
mengevaluasi kinerja mereka, partisipasi masyarakat yang ideal tercipta ditingkat ini.
Conyers (1991), menyatakan ada 3 alasan utama mengapa Partisipasi
Masyarakat itu sangat penting dalam pembangunan, yaitu :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mepunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut.
3. Partisipasi merupakan suatu gak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Defnisi Pembangunan
Menurut Todaro (2000:18) menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena
semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi
dan keuangan dari kehidupan manusia. Selanjutnya Todaro
(2000:20)
mendefinisikan pembanunan merupakan suatu proses multidimensial yang
meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembagalembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan, dan pemberantasan kemiskinan. Menurut Gant dalam Suryono
(2001:31) tujuan pembangunan ada 2 yaitu :
1. Pada hakekatnya pembangunan bertujian untuk menghapuskan kemiskinan
2. menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup
bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
menurut Tjokroamidjojo (1971:195-196)
program pembangunan merupakan
suatu rencana operasional tahunan yang akan memuat program-program sektoral
tertentu yang dimaksud untuk mendukung pencapaian tujuan rencana. Suatu
program
yang
dianggap
baik
seringkali
mempumyai
unsure
inovatif
(pembaharuan), adanya suatu inisiatif baru, pendekatan eksperimentil dan
aplikasi-aplikasi gagasan baru.Program-program juga dipergunakan untuk
memecahkan masalah.Keadaan-keadaan yang merupakan hambatan-hambatan
atau kelemahan-kelemahan dalam masyarakat, sering ditanggulangi dengan suatu
14
Universitas Sumatera Utara
program.Memulai suatu program, dapat menarik perhatian dan dukungan dari
masyarakat kemudian mengembangkan motivasi dan inisiatif.
Selain itu menurut Tjokroamidjojo suatu program yang baik harus memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tujuan yang dirumuskan cukup jelas.
2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten dan atau proyek-proyek yang
saling berkaitan untuk mencapai program seefektif mungkin.
4. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungankeuntungan yang diharapkan akan dihasilkan program tersebut.
5. Hubungan dengan kegiatan-kegitan lain dalam usaha pembangunan dan
program pembangunan lainnya. Suatu program pembangunan tidak berdiri.
6. Berbagai
upaya
dibidang
manajemen,termasuk
penyediaan
tenaga,
pembiayaan, dan lain-lain untuk melakanakan program tersebut.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.
Korten (1983), menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan.faktot-faktor
tersebut
dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
15
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor internal, yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartsipasi dalam suatu kegiatan
berupa kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi.
2. Faktor eksternal, yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.
Menurut Plummer dalam Suryawan (2004), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah tingkah
laku individu yang berhubungan erat atau dintentukan oleh ciri-ciri sosiologis
seperti :
1. Jenis Kelamin
Masyarakat beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai
pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan, sehingga partisipasi
yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan akan
berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya system pelapisan sosial yang
terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini
akan menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban antara proa dan wanita. Di
dalam system pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan pria dianggap
memiliki ak istimewa dibandingkan dengan golongan wanita, sehingga
kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Usia
Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar
senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda yang
berbeda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan
mengambil keputusan. Usia dianggap berpengaruh pada keaktifan seseorang
untuk
berpartisipasi.
Dalam
hal
ini
golongan
tua
dianggap
lebih
berpengalaman dan akan lebih banyak memberikan pendapat dalam
menetapkan keputusan.
3. Tingkat Pendidikan
Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan
dalam masyarakat. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya
mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta
cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting,
karena
dengan
pendidikan
yang
diperoleh,seseorang
lebih
mudah
berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap dalam inovasi.
4. Tingkat Penghasilan
Penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan
jarang melakukan kerja fisik sendiri.
Sementara penduduk yang dengan
berpenghasilan sedikit atau disebut pas-pasan akan cenderung berpartisipasi
dalam hal tenaga. Besarnya tingkat Prnghasilan akan memberi peluang yang
17
Universitas Sumatera Utara
lebih besar lagi bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat peghasilan ini
mempengaruhi kemampuan financial masyarakat untuk berinovasi.
5. Mata Pencaharian
Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih
meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk
berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Sering kali alasan yang mendasar
pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap
pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. Tingkat pekerjaan ini
berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian,
dikatakan
bahwa
mata
pencaharian
dapat
mempengaruhi
dapat
partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan
berpengaruh terhadap waktu luang seeorang.
6. Kepercayaan Terhadap Budaya Tertentu
Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi
agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta
metodologi yang digunakan. Sering kali kepercayaan yang dianut dapat
bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
18
Universitas Sumatera Utara
2.3 Tahapan Partisipasi Masyarakat
Menurut Soetomo (2010:13) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan yang dilandasi
oleh kesadaran dan determinasi. Dalam hal ini menjelaskan bahwa dalam
pembangunan desa harus disertai dengan adanya keterlibatan masyarakat dan
dan ikut serta dalam pembangunan.
Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian
ulang kekuasan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan
dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat
sesuai dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat
dilihat dalam proses pengambilan keputusan.
Cohen dan Uphoff (1979), membagi partisipasi dalam beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan (pengambil keputusan), diwujudkan dengan bentuk
keikutsertaan
dan
keaktifan
masyarakat
dalam
rapat.
Partisipasi
masyarakat pada tahap ini sangat mendasar sekali, terutama karena yang
diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan, yang menyangkut
kepentingan bersama. partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini
dilihat dari kehadiran rapat, diskusi, sambungan pemikiran, tanggapan
atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.
19
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan kelanjutan dari
rencana yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini Uphoff
menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan dapat dilakukan
melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan konstribusi yang
berwujud tenaga, uang, barang, material, maupun informasi.
3. Tahap evaluasi/pengawasan, Partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap penting sebab merupakan umpan balik yang dapat memberi
masukan
demi
perbaikan
pelaksanaan
pembangunan
selanjutnya,
Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program
secara menyeluruh, Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program telah sesuai dengan yang ditetapkan atau ada
penyimpangan.
4. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksaan proyek. Dengan
melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin
besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti pembangunan tersebut
berhasil mengenai sasaran. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat
dari tiga segi, yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya,
dan manfaat pribadi.
20
Universitas Sumatera Utara
2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Prasarana Desa
Menurut Nurmandi (1999), jenis prasarana yang termasuk prasarana
publik adalah meliputi jaringan jalan, transportasi umum, system air bersih,
system air limbah, manajemen persampahan, jaringan drainase, pencegahan
banjir, instalasi listrik dan telpon. Jenis Dari Infrastruktur dalam bantuan
keuangan dana desa yang ada di desa kecamatan sei dadap diantaranya adalah
pembangunan drainase, dan pembangunan jaringan jalan. Penyedian sebuah
infrastruktur merupakan salah satu aspek pengembangan wilayah yang
pengelolaannya melibatkan berbagai stakeholder. Masyarakat dapat terlibat
langsung dalam setiap tahapan pengeloaan (perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan ) pembangunan sarana prasarana, namun dalam ruang lingkup
yang relative terbatas.
Pada tahap perencanaan diharuskan untuk menyertakan anggota-anggota
dalam
berbagai
kelompok
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat
setempat.Selama ini, berlandaskan pada paradigma lama yang bersifat topdown.Kegiatan perencanaan pembangunan prasarana ditentukan oleh pihak
luar dengan asumsi bahwa warga dianggap tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan untuk merencanakan pembangunan. Persoalan kemudian, pakah
memang demikian adanya, bahwa apbil perencnaan dan pelaksanaan
pembangunan dilakukan oleh pihak luar, warga akan mampu dan memperoleh
manfaat yang sebaik-baiknya dala pengelolaan prasarana sehingga mereka
21
Universitas Sumatera Utara
akan mampu pula untuk meningkatkan kesejahteraannya. Jawabannya tidak
demikian, berbagai studi menunjukkan bahwa berbagai konflik sosial yang
menjurus pada disintegrasi sosial makin besar dan merusak demikian hebat.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan berpegang pada penyampaian
kebenaran (truth), ketepatan (appropriateness), kejujuran/ketulusan (sincerity),
transparansi (transparency), kesesuaian(equality) dan kepercayaan. Ada 2
prinsip dalam pelaksanaan pembangunan diantaranya adalah :
1. Prinsip Partisipatif, harus dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan ini
bukanlah milik segolongan orang atau kepentingan pihak tertentu saja,
tetapi merupakan kepentingan bersama dan merupakan hasil keputusan
bersama yang hasilnya akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak yang
berkepentingan
2. Prinsip warga sebagai pelaksana dan orang luar sebagai fasilitator. Dalam
pelaksanaan kegiatan orang luar harus menyadari bahwa mereka hanya
berperan sebagai fasilitator dan bukannya guru, penyuluh atau instruktur,
serta pelaksana kegiatan tersbut (purba 2005).
Sedangkan menurut Sujamto (1989), tahap pengawan adalah ukuran atau
patokan untuk membandingkan dan menilai apakah kegiatan yang diawasi itu
berjalan sesuai yang semestinya atau tidak.Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan adalah segi daya guna dan hasil guna penyelengaraan
22
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan.Tujuan
umum
pengawasan
adalah
untuk
mengetahui,
menggambarkan dan mengevaluasi proses pelaksanaan. Sedangkan tujuan
khusus adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efesiensi pelaksanaan
pembangunan secara menyeluruh, mengetahui dan mengukur antara
pelaksanaan di lapangan sesuai dengan standar yang diharapkan, mengkaji
kesesuaian tindakan actor yang terlibat sesuai fungsintya disemua tingkatan,
mengetahui gambaran indikasi adanya perubahan sosial ekonomi, masyarakat
baik positif maupun negatif, memperoleh rekomendasi kebijaksanaan, dan
membangun system monitoring yang dapat diandalkan untuk program
pembangunan selanjutnya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Suhendar
(2012),
dalam
penelitiannya
berjudul
“Partisipasi
Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
mandiri
di
Desa
Karyasari
Kecamatan
Sukaresmi
Kabupaten
Padeglang”.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui partiipasi
masyarakat dalam PNPM Mandiri pada tahun 2009-2012.Teori yang
digunakan dalam Penelitian ini adalah teori partisipasi masyarakat menurut
Cohen dan uphoff.Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Teknik analisis data menggunakan
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan Hasil
penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
23
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam PNPM Mandiri di Desa Karyasari tahun 2009-2011 sangat
kurang, hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dan ajakan dari
aparatur Desa Karyasari.
Bryan
Rapi,(2013)
dalam
penelitiannya
berjudul
“Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan Melalui PNPM-PPIP
di Desa Munte Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan”.
Bertujuan
untuk
mengukur
tingkat
partisipasi
msyarakat
terhadap
pemangunan infrastruktur jalan perkebunan yang ada di Desa Munte.Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif dengan hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi berada pada
kategori sedang.Dalam tahap perencanaan sebagian besar responden kurang
aktif dalam berpartisipasi dengan alasan sibuk bekerja.Tahap pelaksanaan
responden terbanyak berada pada situasi tidak aktif berpartisipasi dengan
alasan panitia program pembangunn infrastruktur pedesaan tidak konsisten
dengan hasil rapat atau keputusan yang diambil dalam tahap perencanaan
yang berbeda dengan pelaksanaanya.sedangkan tahap pengawasan hanya satu
responden yang tidak aktif dalam tahap ini dengan alasan sibuk bekerja.
Stepanus Francisco (2015) dalam penelitiannya berjudul “Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Desa Marunsu Kecamatan
Samalantan Kabupaten Bengkayang”.bertujuan untuk menganalisis tingkat
24
Universitas Sumatera Utara
partisipasi masyrakat dalam pembangunan desa di Desa Marumsu Kecamatan
Samalantan Kabupaten Bengkayang yang dikaji dari 4 aspek partisipasi
masyarakat, yaitu: partisipasi dalam pengambilan keputusan/perencanaan,
partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan
hasil pembangunan, dan partisipasi dalam evaluasi hasil pembangunan.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif
kualitatif
dengen
pengumpulan
data
dengan
melakukan
wawancara,dokumentasi dan observasi lapangan dengan tujuan untuk
mendapatkan data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan
sosial jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan
masalah yang diteliti, sehingga penelitian ini berusaha untuk menggambarkan
keadaan fenomena yang sedang terjadi dimasyarakat.
Abd.azis Muthalib,dkk (2016). dalam penelitiannya berjudul “Analisis
Partiisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa
Wawolesea Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara”. bertujuan untuk
mengukur tingkat Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yang ada
di Desa wawolesea. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan data primer yang diperoleh
secara langsung di lapangan sebanyak 20 responden. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tingakat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
25
Universitas Sumatera Utara
desa di Desa Wawolesea sesuai masing-masing indikator. Dimana tingkat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa berada pada kategori sangat
tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa yaitu faktor intern dn ekstern. faktor intern berupa
kesadaran dari masyarakat itu sendiri,pendidikan, dan pendapatan masyarakat.
2.6Kerangka Konseptual
Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan
gambaran untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Tahap awal
dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber dari data
primer dan data sekunder . Kerangka Konseptual ini menggambarkan
bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Yang Di
Biayai Oleh Keuangan Dana Desa Di Kecamatan Sei Dadap yang dapat
dilihat melalui tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan (sutami,2009). Selanjutnya, dilakukan tabulasi silang antara
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi (jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan penghasilan) dengan ketiga tahapan kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana hubungan sosial ekonomi dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang di biayai oleh Keuangan
Dana Desa di Kecamatan Sei Dadap, maka secara ringkas kerangka pemikiran
teoritis yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
26
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan yang dibiayai oleh
Keuangan Dana Desa di
Kecamatan Sei Dadap
Partisipasi Masyarakat
Distribusi Frekuensi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengawasan
Sosial Ekonomi Masyarakat
Tabulasi Silang
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pendapatan
Gambar 2.6
Kerangka Konseptual
27
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis
Menurut Soeratno (2000:22), hipotesis adalah suatu pendapat atau
kesimpulan yang sifatnya masih sementara yang artinya belum bernilai
( mencapai) kebenarannya. Hipotesis nol adalah hipotesis negatif yang
menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus di uji
kebenarannya dengan analisis statistik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat
dengan tahapan partisipasi dalam pembangunan.
H1 : Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan
tahapan partisipasi dalam pembangunan
28
Universitas Sumatera Utara
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1
Defenisi Partisipasi
Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “ Participation “ yang artinya
pengambilan bagian atau pengikutsertaan.
Menurut Juliantara (2002:87),
Partisipasi adalah bekerjanya suatu system pemerintahan dimana tidak ada
kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan dari rakyat, sedangkan arah
dasar yang akan dikembangkan adalah proses pemberdayaan.Menurut Domai
(2011), Partisipasi Adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun
kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan
,pelaksanaan,
dan
pemantauan
kebijakan-kebijakan
yang
langsung
mempengaruhi kehidupan mereka.Sedangkan menurut Adisasmita (2006),
partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan dan pelibatan anggota
masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan, perencanaan, dan
pelaksanaan (implementasi) program/proyek yang dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa defenisi menurut para ahli diatas, bisa disimpulkan
bahwa partisipasi merupakan pengambilan bagian atau kterlibatan anggota
masyarakat dengan cara memberikan dukungan (tenaga, pikiran maupun
materi) dan bertanggung jawab terhadap setiap keputusan yang telah diambil
demi tercapai nya tujuan yang telah ditentukan bersama. Partisipasi atau
peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari
9
Universitas Sumatera Utara
ketersedian dan kemauan anggota masyarakat untuk berkontribusi dalam
iplementasi program/proyek yang telah dilaksanakan.
Arnstein (1969), lewat typologi nya yang dikenal dengan tingkatan partisipasi
masyarakat
(the ladder of citizen participation), menerangkan tingkat
partisipasi masyarakat yang berdasarkan pada kekuatan masyarakat untuk
menentukan suatu produk akhir. arnsteinjuga menekankan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat mendasar antara bentuk peran serta yang bersifat semu
(empety ritual) dengan bentuk peran serta yang mempunyai kekutaan nyata
(real power) yang diperlukan untuk mempengaruhi hasil akhir dari suatu
proses.
Arnstein menggambarkan partisipasi masyarakat sebagai suatu pola
bertingkat (ladder patern) yang terdiri dari 8 tingkat, dimana tingkat paling
bawah merupakan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah, kemudian
tingkat yang paling atas merupakan tingkat dimana partisipasi masyarakat
sudah sangat besar dan kuat. Yang dikatakan delapan tingkat mengurut dari
bawah ke atas adalah manipulation ( memanipulasi), Therapy (memulihkan),
Informing (menginformasikan), Consultation (merundingkan), Placation
(mendiamkan), Partneship (bekerjasama), Delegated power (pendelegasian
wewenang), dan Citizen Control (masyarakat mengontrol).
Arnstein mengelompokkan 8 anak tangga tersebut menjadi 3 bagian. Jika
diurutkan dari tangga terbawah,bagian pertama merupakan Nonparticipation (
10
Universitas Sumatera Utara
tidak ada partisipasi), bagian Kedua Tokenism (delusive), dan bagian ketiga
Citizen Power (Publik berdaya).
Gambar 2.1
Tangga Partisipasi Masyarakat
Citizen Control
Citizen Power
DelegatedPower
Partnership
Placation
Tokenism
Consultation
Informing
Therapy
Non Participation
Manipulation
Sumber : Arnstein, 1999, diolah
Bagian Pertama, merupakan Nonparticipation (tidak ada partisipasi) yang
terdiri dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa
sengaja menghapus segala bentuk partisipasi masyarakat. Di tingkat Manipulation
(memanipulasi), mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari
masyarakat. Fungsinya, ketika mereka mengajukan program, maka para wakil
masyarakat tadi harus selalu mensetujuinya.Sedangkan masyarakat tidak diberitahu
11
Universitas Sumatera Utara
tentang hal tersebut.Pada tingkat Therapy (memulihkan), mereka sedikit memberitahu
masyarakat tentang beberapa programnya yang telah di setujui oleh wakil
masyarakat.Masyarakat hanya bisa mendengarkan saja.
Bagian Kedua, Tokenism (delusif) yang terdiri dari informing, Consultation, dan
Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra, tidak lagi
menghalangi partisipasi masyarakat.Namun kenyataannya berbeda, benar partisipasi
masyarakat
dibiarkan,
namun
mereka
mengabaikannya
dan
mereka
tetap
mengeksekusi rencananya semula. Saat berada di tingkat informing (informasi),
mereka menginformasikan macam-macam program
yang akan dan sudah
dilaksanakan umumnya hanya dikomunikasikan searah, dan masyarakat belum dapat
melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung. Untuk tingkat Consultation
(merundingkan), mereka berdikusi dengan banyak elemen masyarkat
tentang
berbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan tetapi mereka yang mempunyai
kuasa memutuskan, apakah saran dan kritik dari masyarakat dipakai atau tidak. Lalu
pada tingkat Placation ( mendiamkan), mereka berjanji melakukan berbagai saran dan
kritik dari masyarakat, namun mereka diam-diam menjalankan rencananya semula.
Dan bagian ketiga, citizen power (masyarakat berdaya) yang terdiri dari Partnership,
Delegated Power, dan Citizen Control.Saat Partisipasi masyarakat telah mencapai
Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar melakukan peran
serta masyarakat dalam berbagai hal.
12
Universitas Sumatera Utara
Ketika di tingkat Partnership (bekerjasama), meraka memperlakukan masyarakat
selayaknya rekan kerja.Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi
aneka kebijakan masyarakat.naik ke tingkat Delegated Power(pendelegasian
wewenang), mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada masyarakat.
contoh, masyarakat mempunyai hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Dan
Terakhir tingkat yang paling tinggi yaitu Citizen Control ( msyarakat Mengontrol),
masyarakat yang lebih mendominasi ketimbang mereka, bahkan sampai dengan
mengevaluasi kinerja mereka, partisipasi masyarakat yang ideal tercipta ditingkat ini.
Conyers (1991), menyatakan ada 3 alasan utama mengapa Partisipasi
Masyarakat itu sangat penting dalam pembangunan, yaitu :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mepunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut.
3. Partisipasi merupakan suatu gak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Defnisi Pembangunan
Menurut Todaro (2000:18) menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena
semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi
dan keuangan dari kehidupan manusia. Selanjutnya Todaro
(2000:20)
mendefinisikan pembanunan merupakan suatu proses multidimensial yang
meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembagalembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan, dan pemberantasan kemiskinan. Menurut Gant dalam Suryono
(2001:31) tujuan pembangunan ada 2 yaitu :
1. Pada hakekatnya pembangunan bertujian untuk menghapuskan kemiskinan
2. menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup
bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
menurut Tjokroamidjojo (1971:195-196)
program pembangunan merupakan
suatu rencana operasional tahunan yang akan memuat program-program sektoral
tertentu yang dimaksud untuk mendukung pencapaian tujuan rencana. Suatu
program
yang
dianggap
baik
seringkali
mempumyai
unsure
inovatif
(pembaharuan), adanya suatu inisiatif baru, pendekatan eksperimentil dan
aplikasi-aplikasi gagasan baru.Program-program juga dipergunakan untuk
memecahkan masalah.Keadaan-keadaan yang merupakan hambatan-hambatan
atau kelemahan-kelemahan dalam masyarakat, sering ditanggulangi dengan suatu
14
Universitas Sumatera Utara
program.Memulai suatu program, dapat menarik perhatian dan dukungan dari
masyarakat kemudian mengembangkan motivasi dan inisiatif.
Selain itu menurut Tjokroamidjojo suatu program yang baik harus memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tujuan yang dirumuskan cukup jelas.
2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten dan atau proyek-proyek yang
saling berkaitan untuk mencapai program seefektif mungkin.
4. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungankeuntungan yang diharapkan akan dihasilkan program tersebut.
5. Hubungan dengan kegiatan-kegitan lain dalam usaha pembangunan dan
program pembangunan lainnya. Suatu program pembangunan tidak berdiri.
6. Berbagai
upaya
dibidang
manajemen,termasuk
penyediaan
tenaga,
pembiayaan, dan lain-lain untuk melakanakan program tersebut.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.
Korten (1983), menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan.faktot-faktor
tersebut
dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
15
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor internal, yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartsipasi dalam suatu kegiatan
berupa kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi.
2. Faktor eksternal, yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.
Menurut Plummer dalam Suryawan (2004), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah tingkah
laku individu yang berhubungan erat atau dintentukan oleh ciri-ciri sosiologis
seperti :
1. Jenis Kelamin
Masyarakat beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai
pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan, sehingga partisipasi
yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan akan
berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya system pelapisan sosial yang
terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini
akan menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban antara proa dan wanita. Di
dalam system pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan pria dianggap
memiliki ak istimewa dibandingkan dengan golongan wanita, sehingga
kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Usia
Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar
senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda yang
berbeda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan
mengambil keputusan. Usia dianggap berpengaruh pada keaktifan seseorang
untuk
berpartisipasi.
Dalam
hal
ini
golongan
tua
dianggap
lebih
berpengalaman dan akan lebih banyak memberikan pendapat dalam
menetapkan keputusan.
3. Tingkat Pendidikan
Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan
dalam masyarakat. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya
mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta
cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting,
karena
dengan
pendidikan
yang
diperoleh,seseorang
lebih
mudah
berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap dalam inovasi.
4. Tingkat Penghasilan
Penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan
jarang melakukan kerja fisik sendiri.
Sementara penduduk yang dengan
berpenghasilan sedikit atau disebut pas-pasan akan cenderung berpartisipasi
dalam hal tenaga. Besarnya tingkat Prnghasilan akan memberi peluang yang
17
Universitas Sumatera Utara
lebih besar lagi bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat peghasilan ini
mempengaruhi kemampuan financial masyarakat untuk berinovasi.
5. Mata Pencaharian
Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih
meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk
berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Sering kali alasan yang mendasar
pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap
pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. Tingkat pekerjaan ini
berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian,
dikatakan
bahwa
mata
pencaharian
dapat
mempengaruhi
dapat
partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan
berpengaruh terhadap waktu luang seeorang.
6. Kepercayaan Terhadap Budaya Tertentu
Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi
agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta
metodologi yang digunakan. Sering kali kepercayaan yang dianut dapat
bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
18
Universitas Sumatera Utara
2.3 Tahapan Partisipasi Masyarakat
Menurut Soetomo (2010:13) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan yang dilandasi
oleh kesadaran dan determinasi. Dalam hal ini menjelaskan bahwa dalam
pembangunan desa harus disertai dengan adanya keterlibatan masyarakat dan
dan ikut serta dalam pembangunan.
Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian
ulang kekuasan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan
dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat
sesuai dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat
dilihat dalam proses pengambilan keputusan.
Cohen dan Uphoff (1979), membagi partisipasi dalam beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan (pengambil keputusan), diwujudkan dengan bentuk
keikutsertaan
dan
keaktifan
masyarakat
dalam
rapat.
Partisipasi
masyarakat pada tahap ini sangat mendasar sekali, terutama karena yang
diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan, yang menyangkut
kepentingan bersama. partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini
dilihat dari kehadiran rapat, diskusi, sambungan pemikiran, tanggapan
atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.
19
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan kelanjutan dari
rencana yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini Uphoff
menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan dapat dilakukan
melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan konstribusi yang
berwujud tenaga, uang, barang, material, maupun informasi.
3. Tahap evaluasi/pengawasan, Partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap penting sebab merupakan umpan balik yang dapat memberi
masukan
demi
perbaikan
pelaksanaan
pembangunan
selanjutnya,
Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program
secara menyeluruh, Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program telah sesuai dengan yang ditetapkan atau ada
penyimpangan.
4. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksaan proyek. Dengan
melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin
besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti pembangunan tersebut
berhasil mengenai sasaran. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat
dari tiga segi, yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya,
dan manfaat pribadi.
20
Universitas Sumatera Utara
2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Prasarana Desa
Menurut Nurmandi (1999), jenis prasarana yang termasuk prasarana
publik adalah meliputi jaringan jalan, transportasi umum, system air bersih,
system air limbah, manajemen persampahan, jaringan drainase, pencegahan
banjir, instalasi listrik dan telpon. Jenis Dari Infrastruktur dalam bantuan
keuangan dana desa yang ada di desa kecamatan sei dadap diantaranya adalah
pembangunan drainase, dan pembangunan jaringan jalan. Penyedian sebuah
infrastruktur merupakan salah satu aspek pengembangan wilayah yang
pengelolaannya melibatkan berbagai stakeholder. Masyarakat dapat terlibat
langsung dalam setiap tahapan pengeloaan (perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan ) pembangunan sarana prasarana, namun dalam ruang lingkup
yang relative terbatas.
Pada tahap perencanaan diharuskan untuk menyertakan anggota-anggota
dalam
berbagai
kelompok
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat
setempat.Selama ini, berlandaskan pada paradigma lama yang bersifat topdown.Kegiatan perencanaan pembangunan prasarana ditentukan oleh pihak
luar dengan asumsi bahwa warga dianggap tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan untuk merencanakan pembangunan. Persoalan kemudian, pakah
memang demikian adanya, bahwa apbil perencnaan dan pelaksanaan
pembangunan dilakukan oleh pihak luar, warga akan mampu dan memperoleh
manfaat yang sebaik-baiknya dala pengelolaan prasarana sehingga mereka
21
Universitas Sumatera Utara
akan mampu pula untuk meningkatkan kesejahteraannya. Jawabannya tidak
demikian, berbagai studi menunjukkan bahwa berbagai konflik sosial yang
menjurus pada disintegrasi sosial makin besar dan merusak demikian hebat.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan berpegang pada penyampaian
kebenaran (truth), ketepatan (appropriateness), kejujuran/ketulusan (sincerity),
transparansi (transparency), kesesuaian(equality) dan kepercayaan. Ada 2
prinsip dalam pelaksanaan pembangunan diantaranya adalah :
1. Prinsip Partisipatif, harus dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan ini
bukanlah milik segolongan orang atau kepentingan pihak tertentu saja,
tetapi merupakan kepentingan bersama dan merupakan hasil keputusan
bersama yang hasilnya akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak yang
berkepentingan
2. Prinsip warga sebagai pelaksana dan orang luar sebagai fasilitator. Dalam
pelaksanaan kegiatan orang luar harus menyadari bahwa mereka hanya
berperan sebagai fasilitator dan bukannya guru, penyuluh atau instruktur,
serta pelaksana kegiatan tersbut (purba 2005).
Sedangkan menurut Sujamto (1989), tahap pengawan adalah ukuran atau
patokan untuk membandingkan dan menilai apakah kegiatan yang diawasi itu
berjalan sesuai yang semestinya atau tidak.Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan adalah segi daya guna dan hasil guna penyelengaraan
22
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan.Tujuan
umum
pengawasan
adalah
untuk
mengetahui,
menggambarkan dan mengevaluasi proses pelaksanaan. Sedangkan tujuan
khusus adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efesiensi pelaksanaan
pembangunan secara menyeluruh, mengetahui dan mengukur antara
pelaksanaan di lapangan sesuai dengan standar yang diharapkan, mengkaji
kesesuaian tindakan actor yang terlibat sesuai fungsintya disemua tingkatan,
mengetahui gambaran indikasi adanya perubahan sosial ekonomi, masyarakat
baik positif maupun negatif, memperoleh rekomendasi kebijaksanaan, dan
membangun system monitoring yang dapat diandalkan untuk program
pembangunan selanjutnya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Suhendar
(2012),
dalam
penelitiannya
berjudul
“Partisipasi
Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
mandiri
di
Desa
Karyasari
Kecamatan
Sukaresmi
Kabupaten
Padeglang”.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui partiipasi
masyarakat dalam PNPM Mandiri pada tahun 2009-2012.Teori yang
digunakan dalam Penelitian ini adalah teori partisipasi masyarakat menurut
Cohen dan uphoff.Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Teknik analisis data menggunakan
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan Hasil
penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
23
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam PNPM Mandiri di Desa Karyasari tahun 2009-2011 sangat
kurang, hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dan ajakan dari
aparatur Desa Karyasari.
Bryan
Rapi,(2013)
dalam
penelitiannya
berjudul
“Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan Melalui PNPM-PPIP
di Desa Munte Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan”.
Bertujuan
untuk
mengukur
tingkat
partisipasi
msyarakat
terhadap
pemangunan infrastruktur jalan perkebunan yang ada di Desa Munte.Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif dengan hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi berada pada
kategori sedang.Dalam tahap perencanaan sebagian besar responden kurang
aktif dalam berpartisipasi dengan alasan sibuk bekerja.Tahap pelaksanaan
responden terbanyak berada pada situasi tidak aktif berpartisipasi dengan
alasan panitia program pembangunn infrastruktur pedesaan tidak konsisten
dengan hasil rapat atau keputusan yang diambil dalam tahap perencanaan
yang berbeda dengan pelaksanaanya.sedangkan tahap pengawasan hanya satu
responden yang tidak aktif dalam tahap ini dengan alasan sibuk bekerja.
Stepanus Francisco (2015) dalam penelitiannya berjudul “Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Desa Marunsu Kecamatan
Samalantan Kabupaten Bengkayang”.bertujuan untuk menganalisis tingkat
24
Universitas Sumatera Utara
partisipasi masyrakat dalam pembangunan desa di Desa Marumsu Kecamatan
Samalantan Kabupaten Bengkayang yang dikaji dari 4 aspek partisipasi
masyarakat, yaitu: partisipasi dalam pengambilan keputusan/perencanaan,
partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan
hasil pembangunan, dan partisipasi dalam evaluasi hasil pembangunan.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif
kualitatif
dengen
pengumpulan
data
dengan
melakukan
wawancara,dokumentasi dan observasi lapangan dengan tujuan untuk
mendapatkan data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan
sosial jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan
masalah yang diteliti, sehingga penelitian ini berusaha untuk menggambarkan
keadaan fenomena yang sedang terjadi dimasyarakat.
Abd.azis Muthalib,dkk (2016). dalam penelitiannya berjudul “Analisis
Partiisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa
Wawolesea Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara”. bertujuan untuk
mengukur tingkat Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yang ada
di Desa wawolesea. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan data primer yang diperoleh
secara langsung di lapangan sebanyak 20 responden. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tingakat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
25
Universitas Sumatera Utara
desa di Desa Wawolesea sesuai masing-masing indikator. Dimana tingkat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa berada pada kategori sangat
tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa yaitu faktor intern dn ekstern. faktor intern berupa
kesadaran dari masyarakat itu sendiri,pendidikan, dan pendapatan masyarakat.
2.6Kerangka Konseptual
Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan
gambaran untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Tahap awal
dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber dari data
primer dan data sekunder . Kerangka Konseptual ini menggambarkan
bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Yang Di
Biayai Oleh Keuangan Dana Desa Di Kecamatan Sei Dadap yang dapat
dilihat melalui tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan (sutami,2009). Selanjutnya, dilakukan tabulasi silang antara
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi (jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan penghasilan) dengan ketiga tahapan kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana hubungan sosial ekonomi dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang di biayai oleh Keuangan
Dana Desa di Kecamatan Sei Dadap, maka secara ringkas kerangka pemikiran
teoritis yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
26
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan yang dibiayai oleh
Keuangan Dana Desa di
Kecamatan Sei Dadap
Partisipasi Masyarakat
Distribusi Frekuensi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengawasan
Sosial Ekonomi Masyarakat
Tabulasi Silang
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pendapatan
Gambar 2.6
Kerangka Konseptual
27
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis
Menurut Soeratno (2000:22), hipotesis adalah suatu pendapat atau
kesimpulan yang sifatnya masih sementara yang artinya belum bernilai
( mencapai) kebenarannya. Hipotesis nol adalah hipotesis negatif yang
menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus di uji
kebenarannya dengan analisis statistik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat
dengan tahapan partisipasi dalam pembangunan.
H1 : Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan
tahapan partisipasi dalam pembangunan
28
Universitas Sumatera Utara