Pemanfaatan Pati Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca linn) Sebagai Bahan Pengisi Tablet Paracetamol 500mg Chapter III V

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
1. Timbangan Digital

Sartorius

2. Oven

Memmert

3. Termometer

Fischer

4. Alat-alat gelas

Pyrex


5. Hot Plate
6. Wadah Stainless
7. Ayakan mesh 12
8. Ayakan Mesh 14
9. Moisture Analyzer

Mettler Toledo

10. Hardness tester

pharma test

11. Disentegration tester

Pharma Test

12. Alu dan lumpang
13. Seperangkat alat FTIR
14. Seperangkat Alat cetak tablet


Erweka

15. Dissolution Tester

Hanson

16. Alat Uji Waktu Alir
17. Penggaris
18. HPLC

Waters

19. Spektofotometer

Agilent

20. Seperangkat alat uji waktu alir

Copley


Universitas Sumatera Utara

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
-

Kulit Pisang Kepok

-

Asam Sitrat

-

Natrium Metabisulfit

-

Acetaminophen


Heibei Jiheng

-

Lactosum

Meggle

-

Talcum Venetum

Guangxi Longguang

-

Mg Stearas

PeterGreven


-

Aquadem

KF

-

Amylum Maydis

Cheiljedang

3.3 ProsedurPenelitian
3.3.1 Pembuatan Tepung Kulit Pisang

Kulit pisang di pisahkan dari buah pisang, kemudian kulit pisang dicuci hingga
bersih. Kulit yang telah dikupas dipotong kecil kecil, kemudian direndam dengan
asam sitrat 0,5% selama 10 menit, kemudian diblender hingga menjadi bubur kulit
pisang. Selanjutnya bubur diperas dengan kain blacu untuk mendapatkan ekstrak

pati dan air. Ekstrak pati yang diperoleh dibiarkan 24 jam dan wadah ditutup
dengan plastik sampai membentuk endapan. Pati hasil pengendapan selanjutnya
direndam dengan Natrium Metabisulfit 1%, endapan dicuci dengan air 2 kali
sampai dihasilkan pati bewarna putih (putih kekuningan). Pati yang diperoleh
dikering pada suhu 60ºC selama 24 jam, kemudian dihaluskan

dan diayak

kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator. Pati kulit pisang yang
diperoleh setelah dilakukan pengujian dengan larutan iodine membentuk larutan
bewarna biru dianalisa dengan menggunakan Spektokopi FT-IR.

3.3.2 Pembuatan Tablet Paracetamol

Dipanaskan aquadem selama 10 menit, kemudian larutkan sebanyak 10 gram
povidon kedalam 20 ml aquadem yang telah dipanaskan, lalu aduk hingga larut

Universitas Sumatera Utara

sempurna. Dimasukkan kedalam wadah stainless Acetaminophen sebanyak 166,667

gram, pati kulit pisang sebanyak 16,667 gram, laktosa sebanyak 1,667 gram dan
masukkan larutan povidon sedikit demi sedikit, bilas wadah bekas larutan povidon
dengan 8 ml aquadem. Granul yang terbentuk kemudian diayak dengan
menggunakan ayakan mesh 12. Dikeringkan kemudian diayak dengan ayakan mesh
14. Ditambahkan

talkum

sebanyak 1,667 gram dan pati kulit pisang kering

sebanyak 1,667 gram, lalu ditambahkan Mg Stearat sebnyak 1,667 gram. Granul
yang dihasilkan kemudian dilakukan uji preformulasi tablet dan dicetak dengan
mesin pencetak tablet. Diulangi perlakuan yang sama untuk tablet dengan pengisi
pati jagung.

3.3.3. Uji Preformulasi Tablet
3.3.3.1 Uji waktu alir
Granul tablet paracetamol ditimbang sebanyak 100 gram kemudian
dimasukkan kedalam corong pengukur yang tertutup bagian bawahnya. Dibuka
penutup corong secara perlahan-lahan dan biarkan granul keluar lewat corong

bagian bawah dengan menggunakan alat pencatat waktu (stopwatch), kemudian di
catat waktu yang digunakan dan diulangi sebanyak 3 kali.

3.3.3.2. Uji Sudut Diam
Granul tablet paracetamol ditimbang sebanyak 100 gram kemudian
dimasukkan kedalam corong pengukur yang tertutup bagian bawahnya. Dibuka
penutup corong secara perlahan-lahan dan biarkan granul keluar lewat corong
bagian bawah. Ditampung granul yang jatuh dengan kertas grafik kemudian diukur
tinggi dan diameter kerucut yang terbentuk dan dihitung sudut diamnya. Diulangi
percobaan sebanyak 3 kali.

3.3.3.3 Uji Tap Density
Dimasukkan granul kedalam gelas ukur 25 ml lalu diketuk ketuk gelas ukur
sebanyak 20 kali. Dicatat pengurangan massa

dalam gelas ukur dan

dihitung.diulangi percobaan sebanyak 3 kali

Universitas Sumatera Utara


3.3.4 Uji Fisik Tablet
3.3.4.1 Uji Keseragaman Bobot

Tablet ditimbang tablet sebanyak 20 buah kemudian dihitung rata-rata dari 20 tablet
tersebut. Ditimbang satu persatu sebanyak 10 kali, kemudian dihitung rata-rata dari
10 tablet tersebut. Ditimbang tablet sebanyak 20 buah kemudian dihitung rata-rata
dari 20 tablet tersebut.

3.3.4.2 Uji Kekerasan Tablet

Tablet diletakkan pada alat Hardnes Tester dalam keadaan berdiri, tunggu beberapa
menit maka alat akan membaca kekerasan tablet tersebut. Kemudian letakkan tablet
pada posisi tidur, tunggu beberapa menit maka alat akan membaca kekerasan dan
diameter tablet.

3.3.4.3 Uji Keregasan

Keregasan =


x100%

A : Berat Tablet sebelum diputar
B : Berat Tablet setelah diputar

Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dimasukkan kedalam alat Frabliator tester, tablet
diputar dengan Frabliator tester selama 240 detik, kemudian tablet yang telah di
putar di timbang kembali.

Universitas Sumatera Utara

3.3.4.4 Uji Waktu Hancur Tablet

Sebanyak 6 buah tablet dimasukkan masing-masing ke dalam basket pada alat
Desintegration Tester, tunggu beberapa menit sampai tablet larut sempurna dalam
basket.

3.3.4.5 Uji Disolusi

Asp

Kadar

=

Bst
x

Ast

600
x

Bsp

Asp

: Absorbansi Sampel

Ast

: Absorbansi Standart

Bst

: Berat Standart

Bsp

: Berat Sample

Kst

: Konsentrasi Standart

900
x

500

x

Kst

100

a. Pembuatan Larutan Buffer Phospat pH 5,8
Sebanyak 68.10 gram KH2PO4 ditimbang lalu dimasukkan kedalam beaker 500 ml,
ditambahkan 18 ml NaOH 2N sambil diaduk sampai larut, ditambahkan
aquademineralisata sampai 1 L
b. Pembuatan Larutan Standart
Sebanyak 55,56 mg baku kerja paracetamol dimasukkan kedalam labu ukur,
ditambahkan 20 ml Buffer Phospat pH 5,8 (pelarut) lalu diultrasonic selama 10
menit, add dengan pelarut sampai tanda batas. Sebanyak 1 ml larutan dipipet lalu
dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu add dengan pelarut sampai tanda
batas.
c. Larutan Sampel

Universitas Sumatera Utara

Sebanyak 6 tablet ditimbang satu persatu, lalu catat hasilnya. Kemudian isi
tabung disolusi dengan media (Buffer Phospat) masing-masing 900ml, lalu
panaskan media hingga suhu

37oC, setelah suhu sesuai masukkan tablet yang

telah ditimbang, lalu tekan tombol start pada alat. Setelah selesai ambil sampel
dengan menggunaka spuit 50ml lalu pindahkan kedalam beaker 50ml. Dipipet
larutan sebanyak 1ml kedalam labu ukur 100ml lalu add dengan buffer phospat
pH 5,8 sampai tanda batas, larutan siap dianalisa dengan spektofotometri pada
panjang gelombang 243nm.

3.3.4.6 Uji Kadar Paracetamol









AUCsp

: Luas area sampel

AUCst

: Luas area standart

Bst

: Bobot standart paracetamol yang ditimbang

Bsp

: Bobot Sampel

Kbp

: Kadar baku pembanding paracetamol

Pengukuran kadar parcetamol dilakukan dengan menggunakan HPLC (High
Pressure Chromatography) dengan panjang gelombang 243 nm, volume injeksi 20
µl flowrate 1,2 ml/menit dan menggunakan fase diam kolom Bondpack C18 (3.9 x
300 mm) serta fase gerak Metanol:aquaabidest (1:3)

a. Pembuatan Pelarut dan Fase gerak
Pelarut

: Metanol : Aquabidest (1:3)

Fase gerak

: Metanol : Aquabidest (1:3), saring dan bebas gaskan

Universitas Sumatera Utara

b. Pembuatan Larutan Standart
Sebanyak 50 mg baku pembanding sekunder paracetamol ditimbang lalu
dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 20 ml pelarut lalu ultrasonic
selama 15 menit, setelah 15 menit laruta dibiarkan dingin lalu diaadkan dengan
pelarut sampai garis batas, larutan yang telah diadd dipipet sebnyak 1 ml
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan pekarut hingga
garis batas, larutan disaring dengan saringan millipore 0,45 µm lalu dimasukkan
kedalam botol vial dan diinject kedalam HPLC.

c. Larutan Sampel
Sebanyak 20 tablet paracetamol ditimbang kemudian digerus, kemudian serbuk
yang telah digerus ditimbang ±60 mg (setara 60mg x 500/600 = 50 mg
paracetamol) dan dimasukkan kedalam labu ukur 100ml, kedalam labu ukur
ditambahkan pelarut sebanyak 20ml kemudian dihomogenkan dengan ultrasonic
bath selama 15 menit, setelah 15 menit larutan dibiarkan dingin kemudian diaad
dengan pelarut, larutan yang telah di add kemudian dipipet 1ml dan dimasukkan
kedalam labu ukur 50ml kemudian di add dengan pelarut sampai garis batas,
larutan yang telah di add kemudian di saring dengan saringan millipore 0,45 µm
lalu dimasukkan kedalam botol vial dan diinject kedalam HPLC.

Universitas Sumatera Utara

3.4 Bagan Penelitian
3.4.1. Pembuatan Tepung Kulit Pisang

Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Pembuatan Tablet Parasetamol dengan Pengisi Pati Kulit Pisang

Universitas Sumatera Utara

3.4.3. Pembuatan Tablet Parasetamol dengan Pengisi Pati Jagung

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pati
Pati yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil isolasi pati yang diperoleh
dari kulit buah pisang kepok (Mussa paradiasica linn) dimana dari 1 kg kulit buah
pisang yang digunakan diperoleh 50 g (5%) pati kulit pisang. Pati yang dihasilkan
adalah pati kulit pisang berbentuk serbuk agak kasar bewarna putih kekuningan Uji
kualitatif dari larutan pati menggunakan pereaksi larutan iodine memberikan
larutan warna biru. Dari spectrum hasil analisis spektroskopi FT-IR, pati hasil
isolasi memberikan spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan
gelombang 3268,27 cm-1 ; 2917,06 cm-1 ; 1148,95 cm-1 (Gambar 4.1)

Gambar 4.1 Spektrum FT-IR Pati Kulit Pisang

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Pati Jagung
Spektrum pati kulit pisang yang ditunjukkan dari hasil analisis spektrokopi
FT-IR memberi dukungan bahwa pati yang diperoleh memiliki gugus O-H
dengan munculnya puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3268,27 cm1
, didukung dengan munculnya gugus C-H stretching pada bilangan 2917,06 cm1
dan 1148,95 cm-1 yang menunjukkan gugus C-O-C (Gambar 4.1), begitu pula
pada spektrum pati jagung (Gambar 4.2) yang memiliki gugus O-H pada daerah
bilangan gelombang 3230.04 cm-1, gugus C-H streching pada bilangan 2924.04
cm-1 dan 1149.11 cm-1 yang menunjukkan gugus C-O-C. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil isolasi yang diperoleh adalah benar pati kulit pisang.
4.2 Tablet Paracetamol
Granul yang telah selesai dicampur dengan menggunakan metode granulasi
basah, terlebih dahulu dilakukan uji preformulasi. Uji preformulasi meliputi uji
organoleptis, waktu alir,tap density dan sudut diam. Granul dengan pengisi pati
kulit pisang menghasilkan granul bewarna kecoklatan dan tidak berbau. Dari uji
preformulasi diperoleh hasil seperti tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Uji preformulasi
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

Uji Preformulasi
Waktu Alir Sudut Diam Tap Density
7 detik
24,41 º
18,5 %
5 detik
29,75 º
11,8 %

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 4.1 dapat dilihat granul dengan pengisi pati kulit pisang dan pati jagung
mempunyai waktu alir yang baik yaitu ≤10 detik, dimana pada umumnya serbuk
dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100g serbuk yang diuji mempunyai
waktu alir ≤10 detik (Sulaiman,2007). Meksipun memiliki waktu alir yang baik
akan tetapi sudut diam pati kulit pisang dan pati jagung berbeda, dimana pati
jagung memiliki sudut diam yang lebih besar dibandingkan pati kulit pisang dimana
pati kulit pisang memiliki sudut diam dengan kategori sangat baik sedangkan pati
jagung memiliki sudut diam kategori baik. Menurut sulaiman 2007 evaluasi baik
atau tidaknya serbuk bisa dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.2 Kategori serbuk yang baik
Sudut Diam
40

Sifat Alir
Sangat Baik
Baik
Sedang
Sangat Jelek

Dari tabel 4.1 juga dapat dilihat tap density pati kulit pisang dan pati jagung
berbeda dimana tap density pati jagung lebih kecil bila dibandingkan dengan tap
density pati kulit pisang, tetapi tap density kedua pati tersebut dikatakan baik.
Menurut Sulaiman 2007 serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika indeks
pemampatannya kurang dari 20%. Besarnya nilai tap density pati kulit pisang
dikarenakan pati kulit pisang memiliki bentuk partikel yang memanjang atau
mendatar seperti pada lampiran 5, dimana suatu zat yang memiliki bentuk partikel
yang memanjang atau mendatar cenderung memberikan serbuk dengan porositas
tinggi dimana semakin tinggi porositas maka jarak antar patikel semakin besar dan
nilai tap density semakin besar pula sedangkan pati jagung memiliki bentuk partikel
bulat, dimana bentuk partikel yang bulat memiliki porositas yang lebih rendah
sehingga menghasilkan tap density yang rendah (Moechtar,1990)
Uji Sifat Fisik Tablet
4.3.1 Keseragaman Bobot

Hasil keseragaman bobot diperoleh dengan menimbang 20 tablet paracetamol
secara bersamaan kemudian dihitung rata-rata dari 20 tablet tersebut, kemudian
menimbang bobot tablet satu persatu hingga sepuluh tablet dan dihitung rata rata
tablet tersebut. Hasil uji keseragaman bobot 20 tablet dapat dilihat pada tabel 4.3,
dan uji bobot sepuluh tablet pada tabel 4.4
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesergaman Bobot 20 tablet
Bahan Pengisi

Bobot 20 Tablet (g)

Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

11,67456
12,27899

Bobot rata-rata
(mg)
583,728
611,395

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4 Hasil Uji Bobot 10 tablet
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang

Pati Jagung

Bobot 10
Tablet (mg)
590,79
596,30
593,16
603,63
594,43
588,40
589,46
582,20
593,88
584,71
602,44
596,06
610,11
611,28
613,13
608,04
608,70
611,32
598,86
614,35

Bobot rata-rata
(mg)
591,696

RSD (%)
1,03

607,429

1,02

Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman
kadar/kandungan zat aktif. Dengan asumsi bahwa kita mempunyai campuran massa
yang akan dikempa, yang tercampur homogen (merupakan campuran homogen)
maka setelah dikempa menjadi tablet, apabila tablet yang dihasilkan memiliki bobot
yang seragam dapat dipastikan akan memiliki kadar yang seragam pula (Sulaiman,
2007).
Dari tabel 4.4 tablet dengan pengisi pati jagung menunjukkan
penyimpangan 1,02% dan tablet dengan pengisi pati kulit pisang 1,03%, nilai ini
memenuhi persyaratan dimana tidak ada satu tablet yang menyimpang sebesar
10%. Dari hasil pada table 4.4 dapat diketahui tablet dengan bahan pengisi pati
kulit pisang merupakan campuran yang homogen.
Pada tabel 4.3 dapat dilihat tablet dengan pengisi pati kulit pisang memiliki
bobot yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tablet dengan pengisi pati
jagung hal ini dikarenakan pati kulit pisang memiliki nilai porositas yang tinggi
dimana apabila nilai porositas serbuk tinggi maka akan menghasilkan bobot tablet
yang rendah (Moechtar,1990).
4.3.2

Uji Kekerasan

Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat hardnes tester
memberikan hasil seperti tabel 4.5

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5 Hasil Uji Kekerasan
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

Kekerasan (N)
32,5
51,1

Uji kekerasan tablet didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, Secara umum tablet biasa yang
baik mempunyai kekerasan antara 4-10 kg atau 39,226– 98,067 N. Dari tabel 4.5
dapat dilihat tablet dengan pengisi kulit pisang tidak memenuhi persyaratan
kekerasan tablet dimana kekerasan tablet dengan pengisi kulit pisang 32,5 N. Hal
ini dipengaruhi oleh tap density granul yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Granul
dengan tap density besar memiliki kompaktibilitas yang rendah dan akan
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang rendah.
4.3.3

Uji Keregasan

Pengujian keregasan tablet paracetamol dengan menggunakan alat uji keregasan
tablet (friability tester) diperoleh data seperti tablet 4.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Keregasan
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

W1
11,637
12,298

W2
11,298
12,189

Keregasan
(%)
2,913
0,886

Uji keregasan atau kerapuhan tablet berhubungan dengan kehilangan bobot
akibat abrasi yang terjadi akibat abrasi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan semakin besar massa tablet yang hilang. Tablet dianggap baik
apabila kerapuhannya tidak lebih dari 1% (Sulaiman,2007). Dari hasil pada tabel
4.6 tablet dengan bahan pengisi Pati kulit pisang memiliki nilai kerapuhan yang
tinggi yaitu 2.913%, nilai ini diatas syarat nilai kerapuhan untuk tablet sedangkan
dengan pengisi pati jagung diperoleh nilai 0,886%. Dari hasil ini tablet dengan
bahan pengisi pati kulit pisang akan rentan rusak selama massa pengemasan dan
distribusi, hal ini dipengaruhi oleh nilai tap density granul yang besar sehingga
granul susah dimampatkan. Kekerasan tablet juga mempengaruhi keregasan, tablet
dengan kekerasan yang rendah akan menghasilkan tablet yang sangat rapuh
(Keregasan Tinggi).

Universitas Sumatera Utara

4.3.4

Uji Waktu Hancur Tablet

Hasil pengujian waktu hancur tablet dapat dilihat dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Waktu Hancur
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

Waktu Hancur
(menit)
01:36
05:43

Uji waktu hancur dilakukan agar komponen obat sepenuhnya tersedia untuk
diabsorpsi dalam saluran pencernan, maka tablet harus hancur dan melepaskan
obatnya untuk dilarutkan kedalam tubuh. Waktu yang diperbolehkan untuk
menghancurkan tablet tidak bersalut dan bersalut enterik adalah tidak lebih dari 15
menit (Depkes,1979). Dari tabel 4.6 diperoleh waktu hancur pada tablet dengan
pengisi pati kulit pisang 01:36 menit dan 05:43 menit untuk tablet dengan pengisi
pati jagung. Ini menadakan pati kulit pisang mempercepat waktu hancur tablet.
Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh nilai tap density, nilai tap density yang tinggi
menunjukkan didalam granul terdapat banyak ronga udara, dengan adanya rongga
udara pelarut atau air akan mudah masuk kerongga tersebut dan dengan cepat
menghancurkan tablet.
4.3.5

Uji Disolusi

Hasil uji disolusi diperoleh dengan menganalisa larutan hasil uji disolusi dengan
alat Spektofotometri. Absorban yang diperoleh dihitung untuk mendapatkan
konsentrasi larutan hasil disolusi. Hasil pemeriksaan dengan Spektrofotometri dapat
dilihat pada lampiran 1dan perhitungan disolusi dapat dilihat pada lampiran2. Hasil
uji disolusi dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Uji Disolusi
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

Hasil Uji Disolusi (%)
86,73
97,44

Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Dalam
tabel 4.8 dapat dilihat tablet dengan pengisi pati jagung menghasilkan nilai disolusi
97,44% sedangkan dengan pengisi pati kulit pisang 86,73%. Hasil ini memenuhi
persyaratan sesuai dengan Farmakope Indonesia dimana dalam waktu 30 menit
harus larut tidak kurang dari 80% (Q) parasetamol C H NO₂.

Universitas Sumatera Utara

4.3.6

Uji Penentuan Kadar

Penentuan Kadar dilakukan dengan metode HPLC (High Presure
Chromatography). Hasil pengujian kadar dapat dilihat pada tabel 4.9 dan Lampiran
3.
Tabel 4.9 Hasil Uji Penentuan Kadar
Bahan Pengisi
Pati Kulit Pisang
Pati Jagung

Kadar (%)
99,798
101,453

Menurut farmakope Indonesia Tablet Parasetamol mengandung
parasetamolC H NO₂,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Pada tabel 4.9 dapat dilihat kadar tablet dengan
pengisi pati jagung 101.453% dan tablet dengan pengisi pati kulit pisang 99,798%
nilai ini memenuhi persyaratan dalam farmakope indonesia.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pemanfaatan Pati Kulit
Pisang Kepok sebagai bahan pengisi tablet paracetamol 500 mg maka dapat
disimpulkan :
a. Granul dengan bahan pengisi pati kulit pisang memiliki hasil preformulasi
yang kurang baik bila dibandingkan dengan granul dengan bahan pengisi
pati jagung, dimana nilai tap density granul dengan pengisi kulit pisang
sebesar 18,53%, waktu alir 5 detik dan sudut diam 25,01%. Tablet dengan
pengisi pati kulit pisang menghasilkan tablet dengan kekerasan yang lebih
rendah dan lebih rapuh serta lebih cepat hancur dibandingkan dengan
tablet dengan pengisi pati jagung
b. Hasil uji sifat fisik tablet dengan pengisi pati kulit pisang yaitu bobot ratarata 591,696 ; kekerasan 32,5N ; keregasan 2,913% ; waktu hancur 01:36
menit ; disolusi 86,73% ; kadar 99,798. Sedangkan sifat fisik tablet dengan
pengisi pati jagung menghasilkan bobot rata-rata 607,429 ; kekerasan 51,1
N ; keregasan 0,886% ; waktu hancur 05:43 menit : disolusi 97,44% ;
kadar 101,453%.

5.2

Saran
a. Perlu dilakukan Reformulasi agar menghasilkan tablet dengan kekerasan
yang memenuhi pesyratan dalam Farmakope Indonesia
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pati kulit pisang sebagai
pengisi tablet dengan variasi formula yang lebih beragam

Universitas Sumatera Utara