Gambaran Identitas Etnis Suku Simalungun di Sidamanik

LAMPIRAN

97
Universitas Sumatera Utara

1
REKONSTRUKSI

98
Universitas Sumatera Utara

REKONSTRUKSI I Partisipan I
REFLEKSI

TANYA/JAWAB
R
E
R

E


R
E
R
E

R
E
R

E

ANALISA/KODING

: Bapak ngertinya bahasa
Partisipan memahami
simalungun?
bahasa Simalungun
: mengerti
W1.W.ep.051116.A1
: lalu bahasa sehari-hari yang

Partisipan lebih sering
digunakan apakah
menggunakan
bahasasimalungun?
percampuran bahasa
: tiga jenis lah, toba, bahasa
Toba-Simalungun
Indonesia, simalungun. Di
W1.W.ep.051116.A2
kantor bahasa Indonesia, di
Menggunakan bahasa
rumah bahasa toba, di gereja
Simalungun bergantung
bahasa simalungun.
pada situasinya
: jika bertemu dengan kawanW1.W.ep.051116.A3
kawan pakai bahasa apa?
: diluar bahasa toba
: lebih sering?
: toba. Kadang toba kadang

simalungun, campurcampurlah.
: jika bertemu dengan orang
simalungun?
: menggunakan bahasa
simalungun
: kenapa di Sidamanik lebih
Simalungun telah
banyak orang menggunakan
mengalami erosi
bahasa toba daripada bahasa
W1.W.ep.051116.A4
simalungun itu sendiri?
Simalungun memiliki rasa
: simalungun telah mengalami
malu untuk
erosi. Simalungun sekarang
mempertahankan bahasa
sudah erosi. Simalungun
mereka
sekarang sudah heterogen,

W1.W.ep.051116.A5
tidak seperti orang nias
Orang simalungun
simalungun itu ada rasa malu,
mengalami erosi, dengan
kalau orang simalungun jumpa
tidak mempertahankan
sama marga simalungun enam
bahasa Simalungun
orang atau tujuh orang, datang
W1.W.ep.051116.A6
orang batak, batak toba, yang
enam orang itu berbahasa
bahasa toba. Padahal enam
lawan satu, bangsa
simalungun seperti itu dia.
jumpa beberapa komunitas
suku karo, datang orang karo
mereka trus berbahasa karo.
99

Universitas Sumatera Utara

R
E

R

E

R

E

R
E

R
E
R


E

Tidak dipertahankannya
bahasanya.
: itu karna malu?
: bukan karna malu, ntah
karna apalah itu. Itu erosinya.
Tidak dipertahankan
simalungunnya.
: seperti bapak, kenapa bapak
kalau bicara dengan orang lain
tidak menggunakan bahasa
simalungun?
: itu tadi, sebenarnya ingin
seperti itu. Kalau di Raya
kami bahasa simalungun. Tapi
kalau sidamanik ntah kenapa.
: jadi dari ompung-ompung
dulu menggunakan bahasa
simalungunnya atau bahasa

lain?
: belum, campur-campur juga.
Cuma toba bukan seperti
tobanya Tapanuli Utara ada
sepertinya kemiripan bahasa
dengan samosir. Bahasa toba
yang kita adopsi sekarang
kayak bahasa toba samosir,
toba simmalungun yang
datang kemari.
: itu apakah membentuk
budaya baru?
: nggak. Cuma secara tak
langsung, sadar tak sadar toba
samosir yang merantau ke
simalungun
: berarti udah jadi kebiasaan
ya?
: iya.
: bagaimana lah perasaan

orang bapak selaku orang
simalungun melihat lebih
banyak penggunaan bahasa
toba daripada simalungun itu
sendiri?
: prihatin. Seperti saya
mengikuti sebuah organisasi
di simalungun ini. Sebenarnya

Partisipan tidak
mengetahui mengapa dia
tidak menggunakan
bahasa Simalungun di
Sidamanik
W1.W.ep.051116.A7

orangtua partisipan juga
tidak menggunakan
bahasa Simalungun
W1.W.ep.051116.A8

Secara tidak sadar orang
Simalungun menggunakan
bahasa Toba
W1.W.ep.051116.A9
Orang Simalungun
menjadi terbiasa
menggunakan bahasa
Toba
W1.W.ep.051116.A10

Partisipan merasa prihatin
dengan Simalungun
W1.W.ep.051116.A11
Sebuah organisasi yang
diikuti partisipan
menuntut untuk
menggunakan bahasa
Simalungun
W1.W.ep.051116.A12


100
Universitas Sumatera Utara

R
E

R
E

R
E

di tuntut untuk menggunakan
Partisipan merasa sedih
bahasa simalungun, namun
dan berusaha untuk
dalam konteks komunikasi
mendongkrak ahap
lebih banyak menggunakan
Simalungun

bahasa toba. Itu yang saya
W1.W.ep.051116.A13
tidak suka. Jika di evaluasi,
Partisipan tidak memiliki
sedih kita sebenarnya. Tidak
teman untuk berjuang
ada yang bagaimana agar
mepertahankan
bahasa simalungun itu,
Simalungun
gimana agar “ Ahap
W1.W.ep.051116.A14
Simalungun” itu bisa
Orang Simalungun tidak
sepenuh hati untuk
terdongkrak di sidamanik ini.
bersama membangun
Tidak ada teman untuk
berjuang. Sebenarnya ada tapi
Simalungun
setengah-setengah, setegah
W1.W.ep.051116.A15
hatinya dikasih, nggak peduli
Orang Simalungun lebih
tentang simalungun. Termasuk mementingkan diri sendiri
W1.W.ep.051116.A16
juga jika kita naik keatas, ada
pepatah simalungun
“Holiskon Laklak,
Sopalipahu. Age mahua halak,
asal ma ulang ahu”. Artinya
kan mementingkan dirinya
sendiri, itulah simalungun.
: identitas simalungun sudah
mulai hilang?
: itu tadi erosi. Salah satu
contoh nyata hanya di gereja.
Pengkhotbah menggunakan
bahasa simalungun, si
pendengar bisik-bisikan
dengan bahasa toba. Itu masih
di forum gereja. Keluar gereja
semua itu pakai bahasa toba.
Ngeri.
: karakter orang simalungun?
Orang Simalungun plin: orang simalungun itu plinplan dan mudah
plan. Karena orang
terprovokasi budaya lain
simalungun mudah
W1.W.ep.051116.A17
terprovokasi oleh suku asing,
Orang Simalungun lebih
kita katakan mereka lebih
mudah menggunakan
fasih menggunakan bahasa
bahasa Toba
toba. Ompung aja pakai
W1.W.ep.051116.A18
bahasa toba di rumah.
Orang Simalungun apatis,
: ada lagi?
tidak memiliki kepedulian
: apatis. Sudah tidak memiliki
dengan ahap Simalungun

101
Universitas Sumatera Utara

R

E

R

E

R

E

R
R

kepedulian lagi dengan “Ahap
Simalungun”. Seperti marga
SISADAPUR seharusnya
mengembangkan “Ahap
Simalungun”. Karena orang
simalungun itu tidak mau
mempertahankan simalungun
itu, makanya miris, ngeri
orang simalungun itu.
: jadi apakah sebenarnya
orang simalungun tidak
masalah dengan keberadaan
budaya lain disini?
: tidak,sejauh ini sih nggak.
Nggak di usik juga
keberadaan mereka.
seharusnya dihargailah
budayanya.
: siapa? Orang toba yang harus
menghargai atau orang
simalungun?
: orang simalungun lah. Kayak
tadi lah kan aku pakai gotong
itu tadi waktu pertandingan
tadi, di bilang istriku “ngapain
kau pakai-pakai itu, macam
orang apa kau”. hah itulah
kan, itukah suatu tantangan
itu, padahal saya tadi
terbayang nya apa di pikiran
orang, pandangan orang lain.
Tapi itulah tantangannya.
: lalu apakah orangtua
sekarang mengajarkan bahasa
simalungun?
: tidak lagi. Lebih banyak
menggunakan bahasa
Indonesia
: okelah Pak. Terimakasih
untuk waktunya
: oke sama-sama

W1.W.ep.051116.A19
Partisipan merasa miris
dan ngeri dengan orang
Simalungun yang tidak
mau mempertahankan
Simalungun
W1.W.ep.051116.A20

Orang Simalungun
terbuka dengan budaya
asing yang datang ke
Simalungun
W1.W.ep.051116.A21
Menurut partisipan orang
Simalungun harus mau
menunjukkan
identitasnya, misalnya
dengan menggunakan
gotong
W1.W.ep.051116.A22
Orangtua tidak lagi
mengajarkan bahasa
Simalungun kepada anakanaknya
W1.W.ep.051116.A23

102
Universitas Sumatera Utara

REFLEKS
I

Lalu yang
tidak ke
gereja
bagaimana?

TANYA/JAWAB
R
: selamat siang, BapaTua
E
: siang
R
: bagaimana kabarnya, Tua?
Sehat?
E
: Ya beginilah..(tertawa).
Sudah lumayan lah. Sehat.
R
: baiklah Tua, jadi tujuanku
melakukan wawancara adalah
untuk penelitian skripsiku,
Tua. Tentang kebudayaan
Simalungun. aku ingin melihat
identitas etnis suku
Simalungun, Tua.
E
:hmm..yaa kalau tentang
identitas etnis, hmmm..itu
tentang ahapnya. Ahap (rasa
atau keyakinan akan budaya
suku sendiri) disini ya apa
yang ada di dalam (memegang
dada) diri kita ini. Nggak bisa
kita bilang identitas itu
tortornya misalnya,
makanannya, tariannya itu
semua tergantung yang ada di
dalamnya ahapnya itu tadi
begitu. Eee..itulah yang ada
disini itu yang perlu
sebenarnya. Ahap itu tadi.
R
: Menurut Tua situasi budaya
Simalungun sekarang seperti
apa, sudah semakin merosost
atau bagaimana?
E
: gimana yaa… budaya
Simalungun itu sudah apa
namanya itu, istilah
kebudayaan itu, sudah
bercampurlah gitu..apa
istilahnya itu? Sudah mulai
bercampur gitu. Kayak itulah
kan, gotong sekarang kan udah
lepes (bentuknya lebih kecil
seperti topi, gotong asli
Simalungun berbentuk kerucut
yang ditopang dengan

ANALISA/KODING

Partisipan dalam keadaan
sehat
W2.W.ep.140417.A1

Menjelaskan tujuan di
lakukannya wawancara
W2.W.ep.140417.A2
Ornamen, tarian dan
sebagainya bukan
merupakan identitas etnis
melainkan Ahap
Simalungun
W2.W.ep.140417.A3

Kebudayaan Simalungun
sudah bercampur
W2.W.ep.140417.A4
Bentuk gotong dan ulos
Simalungun sudah di
modifikasi
W2.W.ep.140417.A5

Simalungun sudah
berakulturasi
W2.W.ep.140417.A6

103
Universitas Sumatera Utara

R
E

R

E

selembar karton, namun
gotong sekarang tidak lagi
menggunakan karton untuk
membentuk kerucut), mana ada
seperti itu budaya Simalungun
selama ini kalau gotong, kaya
udah gotongnya sumatera
barat, baru pakaian-pakaiannya
pun sudah di permodern kan,
kalau dulu ulos itu, di uloskan
kalau sekarang sudah di jahit
kan kayak rok kan..yah
semakin modern lah gitu
budayanya. Asimilasinya
istilahnya kalau agak
bercampur itu, bercampur
dengan budaya tetangga
: akulturasi?
: hmm..berakulturasi,
berasimilasi gitu kan, jadi
bercampurlah
: tujuan aku mengambil ini
Partisipan tidak setuju jika
karena banyak artikel dan
Simalungun dikatakan
informasi yang menyatakan
merosot kebudayaannya
bahwa budaya Simalungun
dikarenakan sudah
semakin merosot, kita seperti
bercampur dengan budaya
tidak mau menunjukkan lagi
lain
budaya kita begitu, Tua.
W2.W.ep.140417.A7
: bukan merosot..artinya
Simalungun juga harus
gimana yahh..merosot karena
berbaur supaya tidak
bercampurnyah budaya lain,
terisolir
itu tadi yang Tua bilang sudah
W2.W.ep.140417.A8
terpengaruh dia. Adanya
Budaya Simalungun tidak
bagusnya kadang-kadang kan,
di tinggalkan oleh orang
kalau dia semakin modern gitu,
Simalungun
bercampur dengan budaya lain
W2.W.ep.140417.A9
pun adanya bagusnya. Sama
kayak budayanya Indonesia
ini, kalau nggak mau menerima
unsur budaya luar kan, kurang
bagus juga, ya harus mau
berakulturasi gitu kan. Biar
jangan apa dia itu..apa
namanya itu, terisolir, harus
berbaur dengan budaya lainnya
kan gitu. Bukannya merosot

104
Universitas Sumatera Utara

R

E

R

E

R

E

karena di tinggalkan.
: lalu bagaimana dengan
Karakter orang
karakter orang Simalungun
Simalungun yang lemah
Tua? Apakah menjadi faktor
lembut juga turut menjadi
yang mempengaruhi juga?
faktor yang
: karakternya kan lemahmempengaruhi
lembut kan gitu. Susah
keberadaan budaya
sebenarnya mengambil hatinya
Simalungun itu sendiri
orang Simalungun,
W2.W.ep.140417.A10
hmmm..tetapi sebaik dapat
Karakter norang
hatinya itu, mudah menguasai,
Simalungun sama seperti
itu kalau Simalungun. kalau
rumah adat Simalungun,
dulu yah waktu berorganisasi
tampak luar sangat sulit
di HIMAPSI itu dilambangkan
untuk di masuki, tetapi
dengan rumah adat
ketika berada di dalam
Simalungun itu. Kalau rumah
sangat lapang/luas seperti
adat Simalungun itu kan, kalau
orang Simalungun yang
mau masuk kita kan susah,
tamak tertutup dari luar
naik tangga dulu, pintunya
namun baik/lapang dada
kecil harus tunduk (jalan
hatinya
merunduk), tapi kalau sudah
W2.W.ep.140417.A11
sampai di dalam luas dia, mau
kemanapun kita bisa. Yahh
begitulah artinya jiwa orang
Simalungun itu, mau
memasuki jiwa orang
Simalungun susah, mengambil
hatinya orang Simalungun tapi
kalau sudah dapat, sudah
masuk gampang
menguasainya.
: berarti Tua nggak setuju
Partisipan tidak setuju jika
kalau di bilang kebudayaan
Simalungun di katakan
Simalungun itu merosot
merosot
begitu?
W2.W.ep.140417.A12
: Kalau di bilang
merosot…ee..kurang setuju.
Tetapi gitu, memang betul
bahwa sudah bercampur
dengan budaya lain, bercampur
itu bukan berarti merosot gitu
maksudnya.
: menurut Tua sendiri masih
Makanan dan bahasa
ada nggak hal-hal yang kita
merupakan hal-hal yang
pertahankan sampai sekarang
sudah mulai tidak di
: makanan, bahasa itu harus,
budayakan

105
Universitas Sumatera Utara

dan itu memang hanya di
daerah-daerah tertentu yang
bisa mempertahankan bahasa
itu, itu ada kemerosotannya
kan gitu. Dan satu-satunya
lembaga yang bisa
mempertahankan itu hanya
gereja, GKPS. Kalau yang
lainnya itu, ntahlah enta
partuha maujana, ntah
HIMAPSI, KEMPSI, itu
organisasi-organisasi
Simalungun yah. HIMAPSI
(Himpunan Mahasiswa
Pemuda Simalungun),
KEMPSI (Komite Nasional
Pemuda Simalungun), PMS
(Partuha Maujana
Simalungun), da nada satu lagi.
Itu semua nggak bisa kita
harapkan, untuk
mempertahankan budaya
Simalungun itu, seperti bahasa
Simalungun, walaupun
memang mereka itu berusaha
kan gitu, tapi kalau dikalangan
mereka sendiri belum tentu,
contohnya kalau di HIMAPSI
lah, katakanlah di Medan sana,
belum tentu orang itu sama
orang itu bahasa Simalungun.
kalau sama Simalungun dia,
mau bahasa Toba. Beda
dengan orang Karo, 2 orang
disitu orang Karo, 6 orang
Simalungun, 10 orang Toba,
kalau orang itu 2 nomong
bahasa Karo..kan gitu,
dipertahankannya bahasanya
itu. Hah begitu nggak bisa
dapat, nggak kita peroleh di
tengah-tengah warga
Simalungun. jadi satu-satunya
yang konstan bahasa
Simalungun itu hanya GKPS
lah, melalui kebaktian-

W2.W.ep.140417.A13
Gereja menjadi satu
lembaga yang mampu
mempertahankan
W2.W.ep.140417.A14
Organisasi-organisasi dan
tokoh Simalungun sudah
tidak bisa diharapkan
untuk mengajak
masyarakat
mempertahankan
kebudayaan Simalungun
W2.W.ep.140417.A15
Hanya gereja yang
mampu mempertahankan
kebudayaan Simalungun
melalui kebaktiankebaktian
W2.W.ep.140417.A16
Kebudayaan Simalungun
menngalami penurunan
W2.W.ep.140417.A17
Jika orang Simalungun
mengadakan pesta
pernikahan bahasa dan
ritual (pemberian
jambar/daging kepada
tondong) nya
menggunakan ritual Toba
W2.W.ep.140417.A18
Hanya di daerah-daerah
tertentu yang mampu
mempertahankan
kebudayaan Simalungun
seperti di Raya
W2.W.ep.140417.A19

106
Universitas Sumatera Utara

R
E

kebaktian kan gitu. Jadi itu ada
penurunan memang, itulah dari
segi bahasanya, dari bahasa
budayanya juga, ada
penurunan nggak bisa di
pertahankan, sehingga dia
harus menerima pengaruh dari
budaya lain. Contoh disini
ajalah kita lihat yakan, kalau
Simalungun berpesta,
Simalungunnya laki-laki,
Simalungunnya perempuan
tapi kalau martonggo raja
(acara yang dilakukan sebelum
hari pesta yang ditentukan
berlangsung, tujuannya untuk
mempersiapkan keperluan
pesta, seperti penggunaan
fasilitas pesta), bahasa Toba di
gunakan, jambarnya ( berupa
makanan seperti ikan atau
daging yang di bagikan kepada
kerabat pihak perempuan dan
laki-laki pada saat pesta/acara
berlangsung) pun sudah
jambar Toba, ada yang dibelah
kepalanya kadang-kadang, ada
yang ekornya dikasih sama
tulangnya (tulang = adik/abang
dari Ibu kita).
:ohh.. kalau Simalungun itu
nggak bisa ya, Tua?
: nggak bisa. Kalau di
Simalungun ekor itu nggak
bisa di kasih sama tondong
(keluarga yang memberikan
anak perempuannya kepada
marga lain untuk dijadikan
isteri) gitulah. Kalau sama
tulang itu kan kepala gitulah.
Kadang-kadang pun kalau kita
lihat disinipun sudah merosot
gitulah, bisa juga kita terima
itu. Lalu mengapa bisa seperti
itu,yah karena memang karena
pengaruh dari budaya lain

107
Universitas Sumatera Utara

R
E

R

E

R
E

cukup kuat, seperti di Raya,
yahh hanya daerah-daerah
tertentu lah yang memang
masih bisa mempertahankan
budaya itu.
:Jadi kalau di Sidamanik ini
bisa, Tua?
: nggak bisa, sudah bercampur
disini, disini sudah simto
katanya “Simalungun-Toba”,
tidak ada lagi sudah campur
dia. Jadi adat simto katanya.
Kayak di Tambun Raya sana
pun udah bahasanya pun udah
nggak tau lagi kita cemana,
kayak “do..lak songoni ma
hanima” sonima bahasa Toba
hanima bahasa Simalungun
kan gitu.
: selain bahasa gitu Tua, yang
gitu kita tidak mulai
tunjukkan?
: pakaian-pakaiannya. Itu
tadilah gotong itu. Gotong
itulah yang lepes itulah, gotong
apa namanya baru-baru ini.
Gotong sillapei namanya,
selama ini nggak ada itu. Yang
ada itu bulang sillapei (jika
pada umumnya bulang
berbentuk seperti rumah adat,
bulang sillapei hanya dikaitkan
di kepala tanpa menggunakan
jepitan, ditapeikan (di
letakkan) di atas kepala dan
juga memiliki fungsi berbeda
bergantung pada siTuasinya).
Bulang silappei biasanya di
pake oppung-oppung ke
ladang, hah yang gini..aaa..gitu
(memperagakan cara memakai
bulang sillapei) gitu bulang
sillapei. Nah, muncullah
gotong sillapei.
: kalau yang lain Tua?
: kalau musiknya, adanya alat

Di Sidamanik sendiri
sudah tidak bisa
mempertahankan
kebudayaan Simalungun
karena sudah bercampur
dengan kebudayaan lain
W2.W.ep.140417.A20

Pakaian, gotong sudah
tidak di tunjukkan
W2.W.ep.140417.A21

Musik Simalungun hanya
di gunakan pada acara-

108
Universitas Sumatera Utara

R
E
R
E

musiknya, tapi udah kayak
acara tertentu seperti saur
menghilang gitu. Paling kalau
matua
acara-acara saur maTua
W2.W.ep.140417.A22
(upacara kematian suku
Simalungun, untuk orangTua
Pemain musik tradisional
yang seluruh anak-anaknya
Simalungun sudah tidak
sudah menikah) baru muncul
ada lagi
dia, itupun nggak..yahh kalau
W2.W.ep.140417.23
sekarang ini lebih mengarah ke
musik modern dia. Pemain
musik pun sudah jarang, musik
tradisional ya, kalau musik pop
itu masih da satu-satu, yang
nanyi lagu-lagu Simalungun itu
kan. Kalau kayak musik apa
itu..eee…gonrang sudah
jaranglah, kecuali upacaraupacara tertentu dia,
umpamanya, acara-acara saur
matua, acara-acara…apa
namanya itu…ulang tahun
kabupaten.
: lalu dampaknya apa Tua?
: hilang lah itu..apa namanya
Dampaknya semakin
itu..kepribadiannya itu
hilang dan terkikis yang
: kepribadian Simalungun
mengakibatkan hilangnya
: makin hilanglah,makin
identitas Simalungun/
terkikislah cici-ciri
ahap Simalungun
Simalungun itu, yang
W2.W.ep.140417.A24
mengakibatkan hilangnya
Rumah adat juga semakin
identitas. Makin lama nanti
jarang hanya di daerah
nggak ada lagi perasaan kita
tertentu seperti di Purba
kita ini orang Simalungun.
dan museum Simalungun
hilanglah ahap itu. Karena
di siantar
budayanya sudah tergerus.
W2.W.ep.140417.A25
Kayak apa loh rumah-rumah
adat sudah semakin jarang kan
Peranan dari organisasi
gitu tinggal yang di Purba
sudah semakin melempem
sanalah..hmmm. yang disiantar
W2.W.ep.140417.A26
pun ntah cemana itu. Yang di
Organisasi Simalungun
Raya pun ntah udah cemana.
dahulu sering
Memang peranan-peranan dari
mengadakan bimbingan,
organisasi ini pun sudah
seminar,dan lomba cipta
semakin melempem dia.
lagu Simalungun
Contohnya kalau kita lihat
W2.W.ep.140417.A27
HIMAPSI, apalah gerakan
Sampai saat ini tidak ada

109
Universitas Sumatera Utara

R
E

HIMAMPSI ini sekarang
gerakan yang di tunjukkan
untuk melestarikan adat
organisasi untuk
budaya Simalungun, palingan
melestarikan budaya
sekarang itu mereka bergerak
Simalungun
pada saat penerimaan
W2.W.ep.140417.A28
mahasiswa baru, atau pada saat
Padahal organisasi
natal, mau bikin natalan. Kalau tersebut yang seharusnya
dulu, kalau HIMAPSI
menjadi harapan untuk
mengadakan bimbingan,
melestarikan kebudayaan
mengadakan seminar, seminarSimalungun
seminar apa itu adat budaya
W2.W.ep.140417.A29
Gereja menjadi harapan
Simalungun, mengadakan cipta
untuk tetap melestarikan
lagu. Masa-masa kamilah dulu
itu, tahun-tahun 80an lomba
kebudayaan Simalungun
cipta lagu Simalungun, ada
W2.W.ep.140417.A30
seminar adat budaya
Simalungun, ada bimbingan
kepada muda-mudi
Simalungun. dan kalau dulu di
kampus itu, diwajibkan
berbahasa Simalungun, kalau
sama-sama anggota HIMAPSI
wajib, nggak bisa kalau nggak
bahasa Simalungun. makanya
saya dulu, nama saya di IKIP
Medan, bukan Eden Si Ambia
(kawan), karena sering “naha
do ambia” jadi kawan-kawan
Tua dulu banyak si ambia
juga..”ambiaa” katanya
(tertawa). Ambia itukan artinya
kawan kalau bahasa
Simalungun. nama saya pun
juga berubah, karena saya dulu
pun keTua HIMAPSI di IKIP
dua periode itu.
: kalau sekarang HIMAPSI
masih berdiri ya Tua?
: masih ada. Cuma
itulah…gerakannya samapai
sekarang nggak ada. Gitu juga
KEMPSI nggak ada. Tua juga
nggak ada kegiatankegiatannya yang seenggaknya
mau melestarikan adat budaya
Simalungun ini, kurang

110
Universitas Sumatera Utara

R
E

R
E

sekalilah. Sebetulnya memang
yang mempertahankan itu kan
sebenaranya inilah kan
organisasi-organisasi ini.
Inipun Cuma inilah GKPS lah.
Itupun sekarang, sudah
semakin banyak kan di GKPS
kebaktian-kebaktian berbahasa
Indonesia. Yahh lama-lama
nanti jadi bahasa Indonesia
kebaktiannya. (tersenyum).
: sejauh ini tindakan Tua untuk
menangani hal ini seperti apa?
: yahh gitulah…sudah nggak
ada lagi tenaga, sudah sakitsakitan. Saya kan ketua
partuha maujana Simalugun
Pematang Sidamanik. Tapi
itulah, siTuasinya, repot kerja,
kesehatan kurang, nggak
bergerak juga kan gitu. Yahh
itulah, paling-paling yang bisa
kita buat, paling kalau ada
acara-acara yang sifatnya
berbau Simalungun, ya palingpaling Tua ajarin kan
gitu…..yah
begininya..begitunya. kayak
kemarin itu orangTuanya si
Rencus meninggal kan,
bingung orang itu, yah masuk
Tua, beri penjelasan..beginibegini
: jadi kasih masukan-masukan
gitu ya Tua?
: apa yang harus dilakukan,
misalnya memasukkan
jenazahnya ke petinya. Apa
yang harus dilaksanakan kalau
mau memasang torsa
(memasangkan ulos pada
tubuh) Tua ajarinlah itu
bagaimana mangalo-alo
tondong (menyambut orang
yang dianggak sebagai Raja,
dalam hal ini besan kita). Hah

Kondisi kesehatan
partisipan menjadi
penghalang untuk
mengembangkan
kebudayaan Simalungun
W2.W.ep.140417.A31
Tindakan yang mungkin
dapat di lakukan adalah
dengan mengajari/
berbagi pengetahuan
tentang tata cara ritual
Simalungun pada saat ada
pesta atau acara
Simalungun
W2.W.ep.140417.A32

111
Universitas Sumatera Utara

R

E

orang itu nggak ngerti, tapi
mau budaya Simalungun. jadi,
masuklah Tua kan. Tapi
kadang-kadang karena
repotnya itulahh..ada lagi?
(tersenyum)
: sudah Tua, sekian aja
pembicaraan kita. Terimakasih
Tua untuk waktunya
: iya..iya..terimakasih (tertawa)

Ucapan terimakasih
W2.W.ep.140417.A33

112
Universitas Sumatera Utara

REKONSTRUKSI I Partisipan II

REFLEKSI
R
E
R
E
R
E
R

E

R
E

TANYA/JAWAB
: selamat sore kela
: sore…
: bagaimana kabarnya?
: baik, sehat
: mau tanya-tanya lagi soal
Simalungun aku kela
: iya..iya
: mengenai anggapan dululah
mengenai budaya Simalungun
secara umum?
: yaa..kalau budaya
Simalungun..hmm..mengenai
budaya Simalungun
ya..eee..kalau..ini apa dulu
yang dikasih ini langsung ke
plus-minusnya atau gimana?
: ya terserah saja, anggapanpendapat secara umum saja
: (tertawa) yaa..kalau aku ya
bangga ya, terus kita harus
bangga kan dengan suku
sendiri bukan berarti kita itu
bangga bukan merendahkan
suku oranglain juga sih..gitu.
seperti yang sudah saya
singgung sebelumnya kan, ada
keprihatinan juga sebenarnya
tapi kita tetap harus…yahh..
dan punya keunikan tersendiri
yang tidak bisa kita samakan
dengan oranglain, ya meskipun
orang sering bilang ada
persamaannya..gitu..ada
persamaannya, ada ininya,
bahwa mereka akarnya dari
sini ada salah satu suku bilang
seperti itu, tapi jelas kita punya
perbedaan dan beberapa tokoh,
sejarah juga mengatakan
bahwa kita memang adalah asli
suku Simalungun itu sendiri.

ANALISA/KODING
Partisipan dalam keadaan
baik
W2.W.JC.170517.A1
Partisipan merasa bangga
dengan suku sendiri
W2.W.JC.170517.A2
Ada keprihatinan
terhadap kebudayaan
Simalungun
W2.W.JC.170517.A3
Banyak orang yang
mengatakan Simalungun
memiliki kesamaan
dengan budaya lain,
namum partisipan
mengganggap berbeda
W2.W.JC.170517.A4
Simalungun memiliki
kekhasan yang
membedakannya dengan
budaya lain
W2.W.JC.170517.A5

113
Universitas Sumatera Utara

R

E

Artnya bahwa kita bangga
punya suku kita itu sendiri
dengan ragam budayanya dan
berbagai kekhasan budayanya
ada perbedaan dengan budaya
lain, ada khasnya begitu.
: terus bagaimana situasi
budaya Simalungun itu sendiri
saat ini?
: yahhh..kita sudah mulai
kehilangan identitas kita
sebagai orang Simalungun.
saya melihat memang budaya
kita Simalungun itu, ahap kita
itu ada kelemahannya, ahap
kita itu Simalungun itu
kelemahannya paling besar itu.
yaa..kalau sekarang sudah
mulai mengalami, kalau
dibilang mengalami krisis, bisa
di bilang seperti itu terutama di
generasi muda ya mengalami
krisis,yahh bukan Cuma
generasinya mudanya
orangtuanya pun nggak mau
menunjukkan identitasnya, jadi
mau bagaimana. Lihat tokohtokoh Simalungun ini kan..tahu
sendiri lah.susah memang.
Kalau di Raya masih
terpelihara budaya itu, tapi
itupun sudah mulai... Yang
saya maksudkan itu adalah satu
yang spesifik itu adalah
bahasanya, karena apapun kita
mau belajar budaya segala
macam, adat-istiadatnya harus
mengerti dulu bahasanya. Nah,
karena bahasa ini kan yang
paling maksimal itu ternyata di
kampung. Pergumulan orangorang yang di perantauan ini
yang sudah mengalami krisis
itu terhadap bahasa, karena
anak-anaknya di sekolah nggak
dapat itu pelajaran bahasa kan,

Kelemahan Simalungun
terletak pada ahapnya
W2.W.JC.170517.A6
Budaya Simalungun saat
ini sudah mengalami
krisis
W2.W.JC.170517.A7
Budaya Simalungun
mulai bergeser sedikit
demi sedikit di berbagai
daerah Simalungun
W2.W.JC.170517.A8
Salah satu yang tampak
adalah penggunaan
bahasa Simalungun
W2.W.JC.170517.A9
Yang masih kental terasa
penggunaan bahasa
hanya di perkampungan
W2.W.JC.170517.A10
Pergumulan orang di
perantauan adalah tidak
adanya pelajaran
mengenai bahasa daerah
W2.W.JC.170517.A11
Orang-orang sekarang
lebih banyak
menggunakan bahasa
Indonesia, sehingga
anak-anak tidak bisa
belajar bahasa daerah
W2.W.JC.170517.A12
Percuma jika mengetahui
tutur, adat bila tidak
mengerti akan bahasanya
W2.W.JC.170517.A13

114
Universitas Sumatera Utara

R
E

R
E
R

nah dirumah memang kita
tanda tanya juga pakai bahasa
Indonesia kan, jadi dimana
mereka mengecap itu.
Sehingga kalaupun kita masuk
ke gereja misalnya dari yang
Kristen, mereka malah
menggunakan karena nggak
ngerti jadi ujung-ujungnya
masuk ke kebaktian yang
bahasa Indonesia kalau ada,
tapi kalau nggak ada mereka
akan pergi ke gereja-gereja
yang memang mencari atau
terikat dengan kebaktian
bahasa Indonesia gitu. Hah jadi
nggak mungkin kita ngerti adat
partuturan atau apa, adat
pernikahan, adat kematian
segala macam kalau kita nggak
ngerti bahasanya.
: lalu kenapalah bisa seperti
itu?
: yak karena regenerasi dari
orangtua ke anak-anak. Siapa
coba yang kita harapkan
mengajarkan itu ke anak-anak,
apa orang lain, kan nggak
mungkin, hah itu..eee..kalau
kita biarkan…eee…sering kita
bilang budayakan-budayakan,
dirumah sendiri pakai bahasa
Simalungun misalnya seperti
itu, jadi kapan itu mau
terealisasi, kita
mempertahankan. Bahkan
pernah ada orang yang bilang,
kalau kayak gini, janganjangan kita bisa hilang nanti
bahasanya. Kalau nggak
di..artinya itukan bahasa ibu,
nggak di ajarkan ya susah.
: kalau Sidamanik ini daerah
asli Simalungun kan?
: iya..
: hmmm…tapi dari yang kita

Jika orang Simalungun
tidak mampu
mempertahankan budaya
maka semakin lama
budaya Simalungun akan
hilang
W2.W.JC.170517.14

Partisipan menganggap
bahwa Simalungun di
Sidamanik menjadi
kelompok minoritas

115
Universitas Sumatera Utara

E

R

E

lihat dan rasakan, mengapa
kebudayaan Simalungun
kurang menonjol di Sidamanik
ini?
: kalau menurut aku sih,
banyak orang yang…eee..ini
permasalahan mayoritas dan
minoritas ya. Kita memang jadi
minoritas disini, Simalungun
itu sendiri jadi minoritas. Yahh
karena orang Simalungunnya
nggak mau menunjukkan. Saya
bilang tadi..ahap kita itu
lemah..gituloh. nggak ada
kemauan ataupun keinginan
menonjolkan atau
melestarikan.jadi mau gimana.
Tapi kalau dilihat ada juga
saya pikir ada juga
pengaruhnya ini perkebunan
ini.
Memaksa..eee…transmigrantransmigran masuk,
sehingga…eee…memang
terjadi percampuran berbagai
budaya, jadi bercampur
jadinya. Malah memang yang
lebih menonjol itu terkadang
ialah dari Toba, itu disini,
padahal ini adalah daerah asli
Simalungun, Harajaon
Simalungun juga disini yahh
kalaupun bercampur yah harus
bisa kita sebenarnya tetap
berjuang gitukan. Setidaknya
maulah gitu. Ini..yahh seperti
yang kita lihat sendirilah.
Prihatin kita dek.
:hmmm..yaa selain itu tadi,
selain perkebunan ada hal-hal
lain mungkin yang
mempengaruhi?
: apa ya…yaa.. satu
perkawinan juga, perkawinan
kan, perkawinan antar etnis.
Banyak orang Simalungun

W2.W.JC.170517.A15
Simalungun menjadi
minoritas karena ahap
yang lemah
W2.W.JC.170517.A16
Dikarenakan perkebunan
teh yang membuat para
transmigran datang ke
Sidamanik
W2.W.JC.170517.A17
Budaya yang paling
menonjol adalah Toba
W2.W.JC.170517.A18
Partisipan merasa
prihatin dengan keadaan
Simalungun
W2.W.JC.170517.A19

Faktor lainnya yang turut
mempengaruhi adalah
adanya pernikahan antar
etnis
W2.W.JC.170517.A20
orang Simalungun tidak
menggunakan bahasa
Simalungun dikarenakan

116
Universitas Sumatera Utara

menikah dengan orang Toba.
Adek saya pun kan menikah
dengan orang Toba marga
Siregar kan. Baru apa yaa..eee..
gak tau karena apa kita lebih
banyak disitu orang Jawa
misalnya orang jawa makanya
kita takut mereka nggak ngerti
karena kita bahasa
Simalungun, mungkin ada
sebagian seperti itu, dan para
tetua-tetua juga pernah
mengatakan seperti
itu..eee..memang pada
faktanya, kita lebih suka
bahasa orang kita seperti
itukan, sehingga bahasa kita
sendiri kita lupa gitu, nggak
jadi menonjol jadinya, padahal
kita punya keunikan. Dan itu
kalau saya melihat, kalau kita
mau belajar lagi tentang bahasa
Simalungun yang asli itu, itu
semua ada di bible (kitab suci
agama Kristen) sebenarnya,
bible Simalungun, disitu
semua. Maka yang bisa kita
katakan konsisten menjaga
keaslian, kemurnian bahasa itu
adalah di bible itu jadinya,
khusus orang Simalungun,
cuma kan orang Simalungun
ini nggak semua Kristen ada
juga yang muslim. Dan kalau
bisa di apa….eee..hampir
setengah-setengah sebenarnya,
karena orang Simalungun
bawah sana rata-rata muslim.
Kita liat juga pelestarian
bahasanya dari partuha
maujana (pemuka/tokoh)
misalnya belum ada program
yang gencar dan kalau adapun
partuha maujana buat,toh juga
kembali lagi ke kita orangorang Simalungun. Karena

takut orang lain tidak
mengerti makna/artinya
W2.W.JC.170517.A21
Salah satu hal yang
masih konsisten menjaga
keaslian bahasa
Simalungun adalah
melalui bible
W2.W.JC.170517.A22
Namun bible hanya
digunakan orang Kristen,
sedangkan Simalungun
tidak hanya orang
Kristen melainkan ada
muslim juga
W2.W.JC.170517.A23
Tokoh Simalungun tidak
membuat program untuk
mengajak masyarakat
melestarikan budaya
Simalungun
W2.W.JC.170517.A24
Pengajaran bahasa
Simalungun sangat
penting
W2.W.JC.170517.A25

117
Universitas Sumatera Utara

setiap pendidikan di keluarga
itu memang perlu, termasuk
bahasa itu tadi. Okelah nggak
semua orang ngerti tentang
adat, partuturan apa segala
macam, bagaimana pernikahan
atau apa karena memang
bahasanya.
R
: ada nggak sih dari dalam diri
orang Simalungun itu, sifatnya
atau apanya gitu yang
membuat mereka nggak mau
menunjukkan identitas
mereka?
E
: yahh berdasarkan buku-buku
dan saya juga sih merasa
seperti itu, memang ada
perasaan seperti itu, kalau kita
pakai bahasa Simalungun nanti
orang itu nggak ngerti. Dan
kita memang lebih mudah
memahami bahasa orang lain,
artinya kita lebih mudah
untuk..eee…apa namanya
itu..eee.. mengadaptasi. Itu
seakan-akan kita lebih mudah
mengerti. Saya juga nggak tau
kenapa itu, lebih mudah
mengerti bahasa orang
daripada orang mengerti
bahasa kita..gitu..nggak tau
kenapa itu (tertawa..dan
menoleh kesamping). Saya
sendiri pun seperti itu, kalau
berbicara memang jaranglah
menggunakan bahasa
Simalungun. jadi
yahhh..susahlah.
R
: bagaimana sifat orang
Simalungun?
E
: sifatnya…secara umum.
Secara umum ya…eee…lebih
dekat ke Jawa sih. (tersenyum)
kita ini terbuka, baik sama
orang. Lihat opung
kita..oppungmulah.

Orang Simalungun lebih
mudah
memahami/mengadaptasi
bahasa budaya lain
W2.W.JC.170517.A26

Orang Simalungun
memiliki sifat yang
sopan, segan dan hormat
dengan orang lain
W2.W.JC.170517.A27
Tidak suka menyinggung
perasaan orang lain dan

118
Universitas Sumatera Utara

R

E

eee..intinya masih ada rasa
sopan, segan, hormat Cuma
nggak terlalu, dan apa yang
dialami kebanyakan kita
pendam sendiri, takut nanti
menyinggung perasaan orang
lain, takut itu-takut ini
langsung blak-blakan kan.
Hmm kayak itulah “domma
mangan ham” (sudah makan
kamu), “domma”(sudah)
padahal belum,takut
dipandang maruk/rakus
gitukan, takut dipandang
orang apa..ee..melarat..gitu
kan. “udah makan” “udah”
padahal belum, takut
dipandang orang nggak ada
: tertarik dengan yang tadi
mengenai gereja, kalau orang
Simalungun yang Kristen bisa
mempertahankan budaya
melalui gereja, lalu bagaimana
dengan yang simalungun nonKristen?
: betul juga..seperti yang saya
katakana sebelumnya, nggak
semua kSimalungun itu
Kristen. yahh..memang kalau
yang muslim nggak begitu
mereka menggunakan budaya
Simalungun itu..itu yang saya
lihat. kita lihatlah upacara
kematian mereka lebih
kekeagamaan. Hanya
beberapa orang Simalungu di
Sidamanik ini yang tetap
menggunakan adat
Simalungun untuk upacara
kematiannya. Sisanya nggak
ada. Mungkin dari
situlah..banyak juga kita lihat
kan pemain musik..seperti
Nadra (sebuah kelompok yang
memainkan alat musik

lebih suka memendam
perasaan sendiri
W2.W.JC.170517.A28
Tidak suka di pandang
maruk/rakus
W2.W.JC.170517.A29

Simalungun tidak hanya
orang Kristen saja
W2.W.JC.170517.A30
Orang muslin tidak
menggunakan adat
Simalungun dalam ritual
adat mereka, hanya
beberapa
W2.W.JC.170517.A31
Pemain alat musik
tradisional Simalungun
banyak yang beragama
muslim
W2.W.JC.170517.A32

119
Universitas Sumatera Utara

R
E

tradisional Simalungun).
mereka masih adalah..Flasido
itupun banyak orang kita
muslim sebenarnya. Mungkin
dengan bernyanyi atau
memainkan alat musik itu.
kalau dulu Pak
Rasiun..taukan..almarhum..ke
pala sekolah SMP dulu. Kalau
dia di sekolah dulu dengan
tari-tarian Simalungun itu
selalu dibuat sama
beliau..kalau kamu lihat 17
agustus kita selalu
menampilkan itu. pakaiannya
pun massih ada..Cuma kalau
sekarang sudah nggak ada
lagi..yahh..kepala sekolah
sekarang kan..kalau bapak itu
dulu gencar itu tetap
mempertahankan
Simalungun..karna dia
Damanik kan. Rondang
Bittang kita selalu tampil.
Juara-juara juga..yahh
mungkin itulah dek. Kalau
seperti yang kamu
bilang..sudah jaranglah. Kita
Kristen mungkin gerejalah.
: mengetahui nggak sih tentang
adat-istiadat Simalungun?
: pastilah tahu..saya kan dulu
dibesarkan di Raya..jadi masih
ketal dengan budaya
Simalungun..walaupun
sekarang sudah…eeee….adatadat banyak tau kalau
adat..tahu.. contohnya kalau
ada pernikahan misalnya
kan..tentang kematian. Saya
selalu buat tombuan juga kan
buat orang-orang yang nggak
tau orang-orang kan pesan
sama saya kalau nggak sama
bang Marlon. Karena sedikit
orang Simalungun yang tau

Partisipan mengetahui
mengenai kebudayaan
Simalungun
W2.W.JC.170517.A33

120
Universitas Sumatera Utara

R

E

membuat. Upacara adat saur
matua yahh
taulah..makanya…padahal
orangtua kita, orangtua saya
sendiri sebagai seorang tokoh,
termasuk partuha maujana
Simalungun dan orang-orang
yang memelihara adatnya
seperti itu. Jadi saya mulai
belajar juga karena agak aneh
juga kan, bapak kita partuha
maujana kita nggak ngerti
makanya, lumayan mengerti
tentang partuturan, tentang
siapa-siapa aja keluarga kita,
ketika begitu ada nanti
misalnya pesta, baik dukacita
maupun sukacita siapa yang
patut/berhak datang disitu itu
sudah kita tanya,n nah jadi
sedikit banyak sudah tahu.
Adat itu kan termasuk
bahasanya, kulinernya, caracara membuat kuliner, kayakkayak buat hinasumba kita
sudah pelajar, ayam nabinatur
kita sudah pelajari bagaimana
caranya gitu kan. Jadi, untuk
sempurna dia susah. Kayak
ayam itu misalnya kayak buat
ayam nabinatur katanya nggak
boleh sisa, harus semua masuk.
Orang-orang yang hafal tentang
itu, adalah orang-orang yang
sering jadi seksi parhobas
(orang yang dipilih untuk
menyiapkan makanan seperti
memasak, menata hidangan
dan membagikan makanan
pada saat acara berlangsung)
di pesta misalnya. Kalau sering
ikut kesitu dia pasti ngerti.
: Selain bahasa, apakah ada
yang lain yang turut
menghilang?
: yang lain?

Budaya marharoan
bolon, gotong royong
dan mangandung sudah
mulai di tinggalkan

121
Universitas Sumatera Utara

R

E

R
E

R

: yah hal lain yang mulai tidak
kita budayakan, mulai nggak
Nampak?
: ohh…yang nggak kita
budayakan lagi….ee…apa
yaa…eee.sudah banyak sih
kalau budaya, budaya
marharoan bolon itukan
termasuk juga kebiasaan orang
Simalungun, itu apa..ee.saling
membantu/gotong
royong/kerja, misalnya satu
hari diladang ini, tapi nggak
dibayar, bayarnya adalah
pergantian tenaga iya seperti
itu.kan memang nggak ada lagi
kan memang. System pertanian
kan juga sudah mulai maju
kan. Ngapain marharoan
bolon, kalau satu hari
selesainya satu hektar dengan
traktor (mesin untuk
membajak sawah). Baru
apalagi ya…baru kalau
misalnya lagi budaya
mangandung (ritual
kematian,jika ada keluarga
yang meninggal akan ada
keluarga seperti orangtua yang
menangis sambil menyanyikan
sebuah lagu).
: bukannya itu masih ada?
: di sebagian masih ada, tapi
sebagian lagi mana ada lagi.
Hmmm..jadi banyak yang
bergeser karena perkembangan
zaman, peralatan-peralatan
dapur kalau dulu kan pakai
sumbah (tempat menyimpan
air yang terbuat dari bambu).
Itu bukan kelalaian kita, tapi
karena perkembangan zaman
juga itu jadi terhapus. Untuk
rumah-rumah juga, kalau dulu
masih ada kepala kerbau
: oohh ornament-ornamen

W2.W.JC.170517.A34

Tidak lagi menggunakan
ornamen-ornamen
Simalungun sebagai
hiasan rumah
W2.W.JC.170517.A35

122
Universitas Sumatera Utara

E

R

E

R

E

Simalungun?
: hhmm.ornamen-ornamen
Simalungun itu sudah jarang,
anak muda jarang
penguasaannya, aksaranya
juga. Oke kalau di sekitaran
Pemkab Simalungun ini masih
dipeliharalah, tapi ada juga
orang Simalungun di
perantauan tidak mempelajari
itu, sesuai dengan kebijakan
Pemkabnyalah yak an.
:kalau di sekolah masih ada
pelajaran muatan lokal la gitu
yakan, nah dampak yang
dirasakan dan untuk generasi
selanjutnya bagaimana?
: kalau saya ya sekarang
memang belum terlalu
berdampak ya, belum
berdampaklah, karena sebagian
besar kita tahu bahasa dan
adatnya juga, jadi
yaa..harusnya kita memikirkan
dampaknya bagi orang-orang
yang nggak mengerti,
bagaimana mereka nanti,
apakah mereka nanti akan lebih
pintar dengan bahasa yang lain
daripada bahasa sendiri
padahal mereka asli
Simalungun. Ketika kita tanya,
ternyata dia orang Simalungun
gitu. Makanya lagu-lagu itu
juga Simalungunnya, tapi
bahasanya nggak tau.
: (tertawa) tindakan yang
dilakukan untuk melestarikan
kebudayaan Simalungun?
Tindakan-tindakan yang
sebelumnya pernah lakukan?
:yahh makanan itul;ah paling.
tindakan..ee..kita belum ada
buat tindakan yang secara
formal sih, karena kita melihat
survey di lapangan juga kan

Partisipan khawatir
dengan generasi
selajutnya yang sama
sekali tidak mengetahui
tentang budaya dan
bahasa Simalungun
W2.W.JC.170517.A36

Tindakan yang pernah
dilakukan adalah tetap
menggunakan bahasa
Simalungun dalam
pekerjaan dan
mengajarkan maknanya
bagi mereka yang tidak
paham akan bahasanya
W2.W.JC.170517.A37

123
Universitas Sumatera Utara

R

paling itu ketika
kita..eee..dalam pekerjaan,
ketika kita menyampaikan
suatu bahasa, apakah mereka
mengerti, apalagi bahasa yang
asli, apalagi banyak disini yang
percampuran, kalau bahasanya
yang totok, maka kita akan
jelaskan apa artinya. Masih
kisaran seperti itu yang masih
kita lakukan, karena saya pikir,
kalau saja setiap keluarga mau,
nggak usah ada formal-formal,
kuncinya ada di keluarga
semua, ini dirumah tangga ini,
disininya pendidikan dasarnya
mengenai apapun itu, termasuk
mengenai budaya, masa kita
harapkan oranglain untuk
mengajak generasi kita,
menjelaskan itu, kalau kita
sendiri tahu, memang kita
nggak menutup kemungkinan
dari orang itu, tapi kalau kita
bisa kenapa nggak karena bisa
jadi boomerang. Kita ajarin
anak orang, emang untuk apa
dia itu,emang dipakai itu nanti
untuk tingkat nasional.
Sekarang itu bahasa-bahasa
yang perlu dipakai itu adalah
bahasa…apaa..bahasa
internasional lah, inggris,
jepang, china, makanya nggak
ada orang yang les bahasa
Simalungun kan. Dan orang
untuk apa kan begitu, karena
nggak dipakai untuk nasional
bahkan internasional Cuma
untuk kalangan pribadi gituloh,
nah disitu kita
lemahnya..hhmm.jadi kunci
utamanya itu dikeluarga sih
sebenarnya.
: sarana dan prasarana yang
masih ada di Simalungun?

Partisipan mengganggap
keluarga sebagai kunci
utama dalam
mengajarkan dan
mengajak untuk
mengenal kebudayaan
kepada generasi muda
W2.W.JC.170517.A38

Rumah Bolon dan
museum Simalungun

124
Universitas Sumatera Utara

E

R
E

R
E

: itu masih ada peninggalan
Rumah Bolon (rumah besar =
istana raja) di Pematang Purba
dan museum Simalungun yang
ada di Siantar itulah kalau
secara umum
: kalau di Sidamanik ini?
: eee..di Sidamanik ini, saya
kurang tahu dimana bekas
peninggalan Kerajaan Nagur
disini. Paling kuburan opung
naihorsiklah. Itupun kan bukan
peninggalan kebudayaan
kan.itulah dek,
: baiklah kela terimakasih atas
waktunya
:Okee..Diateitupa
(terimakasih)

sebagai bukti
peninggalan kerajaan
Simalungun
W2.W.JC.170517.A39

Ucapan terimakasih
W2.W.JC.170517.A40

125
Universitas Sumatera Utara

REFLEKSI
R

E
R

Faktor yang
membuat
kebudayaan
Simalungun
hilang?

E
R

E

TANYA/JAWAB
ANALISA/KODING
: Sebelumnya selamat pagi,
Partisipan dalam
Kela? (Makkela / kela :
keadaan sehat
panggilan untuk suami dari W1.W.jc.160417.A1
saudara perempuan ayah kita).
Apa kabarnya?
: sehat..sehat
: jadi kela aku sedang melakukan
Menjelaskan tujuan
penelitian untuk skripsi ku wawancara di lakukan
tentang
identitas
suku W1.W.jc.160417.A2
Simalungun, kela. Identitas etnis
itu yang tentang perasaan kita
dan komitmen kita tentang etnis
kita. Nah, dari banyak informasi
yang di kumpulkan bahwa
Simalungun sekarang sudah
mengalami pergulatan identitas.
: nggak jelas.
: heeh. Jadi, nah karena itulah
Partisipan prihatin
kenapa aku tertarik untuk
dengan keadaan
meneliti tentang ini gitu, kela.
Simalungun saat ini
Nah, pertama bagaimana lah W1.W.jc.160417.A3
anggapan kela tentang budaya
Simalungun?
Partisipan dibesarkan
: yahh..jadi kalau menurut saya, masih kental dengan
saya pribadi memang sangat
budaya Simalungun
prihatin. Karena begini, kalau W1.W.jc.160417.A4
saya dulu di besarkan di
Raya,eee..masih kental dengan
Setelah besar
budaya Simalungun dan setelah
partisipan kost di
saya besar saya selalu kost dulu rumah orang Tapanuli
kalau
saya
sekolah,
saya W1.W.jc.160417.A5
mencoba kost di rumahnya
Tapanuli, karena saya melihat
Ahap Simalungun
memang budaya kita Simalungun memiliki kelemahan
itu,
ahap
kita
itu
ada W1.W.jc.160417.A6
kelemahannya, ahap kita itu
Simalungun itu kelemahannya
Kelemahan
paling besar itu, tidak suka
Simalungun yang
menonjolkan
diri.
Padahal
paling besar adalah
menonjolkan diri itu sangat
tidak mau
penting kadang-kadang. Kedua,
menonjolkan diri
ahap kita itu yang paling jelek W1.W.jc.160417.A7
yang paling tidak bagus saya
liat..eee..tidak mau menunjukkan
Orang Simalungun
kemampuannya
ataupun
juga tidak mau
keahliannya, dan itu kadangmenunjukkan

126
Universitas Sumatera Utara

kadang
yang
buat
kita kemampuan/keahliann
ketinggalan. Padahal mungkin
ya yang membuat
kan lebih..lebih hebat daripada Simalungun menjadi
oranglain. Tapi karena kita
ketinggalan
enggan
menunjukkan W1.W.jc.160417.A8
kemampuan kita, karena ahap
tadi, ahap Simalungun itu. Jadi,
Ahap Simalungun
mempelajari itulah dulu saya
kelemahan orang
mulai SMA saya coba kost
Simalungun
dirumahnya orang Tapanuli, W1.W.jc.160417.A9
karena saya mau mencoba
Partisipan kost
mengubah karakter saya, karena
dirumah Tapanuli
memang dari rumah pun saya
agak sungkan gitu mengeluarkan
untuk merubah
pendapat, itulah dulu cara saya.
karakternya
Makanya waktu sekolah di SMA W1.W.jc.160417.A10
negeri 2 saya coba kost
Orang Simalungun
dirumahnya Tapanuli, waktu
sungkan untuk
kuliah dulu di UNIMED..di IKIP
mengeluarkan
dulu saya coba juga dirumahnya
pendapat
orang
Tapanuli.
Kebetulan
penempatan saya dulu kan di W1.W.jc.160417.A11
Muara kan, di Tapanuli. Itu juga
dulu yang bisa memperubahi Pekerjaan partisipan
cukup mampu
karakter saya jadi lebih..lebih
apalah..bisa meninggalkan ahap merubah karakternya
yang pemalu
yang pemalu tadi..agak sungkan
mengeluarkan pendapat, terus W1.W.jc.160417.A12
kadang-kadang kita tidak berani
bertanya ataupun apakan, karena Simalungun sungkan
mengeluarkan
ahap tadi itulah menurut saya
kelemahannya dan memang pendapat, tidak berani
bertanya
setelah saya tinggal di Sidamanik
ini, yang paling saya prihatinkan W1.W.jc.160417.A13
itu tadi orang Simalungun disini
jarang mau atau tidak ada
Ahap menjadi
kelemahan orang
kemauan untuk menunjukkan
Simalungun
identitasnya. Kita cobalah kita
nggak usah kita sebut oknum- W1.W.jc.160417.A9
oknumnya, adanya beberapa
yang
kita
katakan Orang Simalungun di
tokohlah..tokohnya dia. Tapi Sidamanik tidak mau
menunjukkan
bayangkanlah di adatnya sendiri,
identitasnya
di upacara adatnya sendiri nggak
W1.W.jc.160417.A10
berani
dia
menunjukkan
identitasnya yang sebenarnya,

127
Universitas Sumatera Utara

padahal dia sudah tokoh. Tapi Tokoh Simalungun di
artinya kita nggak usah sebutkan Sidamanik tidak mau
oknum-oknumnyalah, tapi itulah
menunjukkan
salah satu kelemahan orang
identitasnya di
Simalungun,
tidak
mampu
adatnya
menunjukkan identitasnya yang W1.W.jc.160417.A11
sebenarnya. Jadi kami pernah
gini, adek saya, ito saya, botou
Kelemahan orang
(panggilan untuk orang yang
Simalungun tidak
memiliki marga/boru yang sama mampu menunjukkan
dengan kita) saya yang nomor
identitasnya
dua paling kecil kawin dulu di W1.W.jc.160417.A12
Banjarmasin, pestanya dulu di
Banjarmasin, karena Bapak (red:
Saudari perempuan
orangtua partisipan) dulu ingin
partisipan menikah
menunjukkan sebagai orang
dengan orang Toba
Simalungun, maka dulu Bapak W1.W.jc.160417.A13
saya dulu mengharuskan kami
pakai gotong dan bulang Ayah partisipan tetap
membawa budaya
(penutup kepala untuk laki-laki
Simalungun
dan perempuan bagi orang
Simalungun).
Padahalkan W1.W.jc.160417.A14
memang kalau orang Simalungun
Di Simalungun
kalau menikahkan boru (anak
hukumnya, jika
perempuan) itukan nggak perlu
menikahkan anak
pakai gotong atau bulang. Tapi
perempuan tidak
karena
Bapak dulu
ingin
diharuskan
menunjukkan identitasnya orang
Simalungun di Banjarmasin, menggunakan pakaian
adat Simalungun
karena kebetulan botou saya itu
menikah dengan orang Toba kan (bulang atau gotong)
marga Siregar. Karena Bapak W1.W.jc.160417.A15
ingin menunjukkan identitasnya
Ayah partisipan
itu di Banjarmasin yahh kami
langgar sedikit kebiasaan itu, tapi melanggar kebiasaan
untuk menunjukkan itu tadi
yang ada yang ada
hanya untuk
identitas. Artinya, seharusnya
menunjukkan
orang Simalungun itu jangan
malu menunjukkan identitasnya, identitasnya sebagai
orang Simalungun
walaupun kita langgar sedikit
kebiasaan itu, kalau memang W1.W.jc.160417.A16
untuk hal yang bagus kenapa
Orang Simalungun
mesti sungkan kan gitu, itulah
jangan malu
kelemahan yang paling utama.
menunjukkan
Kedua, kelemahan yang paling
identitasnya walau
besar
juga
tidak
mau

128
Universitas Sumatera Utara

membiasakan
diri
untuk
melanggar sedikit
berbahasa Simalungun. cobalah
kebiasaan yang ada
sekarang, saya tertarik dulu W1.W.jc.160417.A17
dengan ucapannya Ibu Arlizah
(salah seorang guru di SMP
Kelemahan orang
Negeri I Sidamanik), karena Ibu Simalungun sungkan
itukan dulu orangtuanya punya untuk menunjukkan
warung
di
Simpang
ini.
identitasnya
Hmmm…kalau
Ibu
Arlizah W1.W.jc.160417.A18
bilang, “Pak dulu kalau waktu
anak-anak, dirumah kami itu
Kelemahan yang
paling besar adalah
bahasa
Simalungunnya
tidak membiasakan
ngomongnya orang, kenapa
sekarang nggak bisa lagi yah?”
diri berbahasa
katanya. Justru dia yang bertanya
Simalungun
sama saya, kenapa..karena diapun W1.W.jc.160417.A19
pernah ngomong Simalungun
sama saya “yahh..kok tau bahasa Seorang dari suku lain
pernah bertanya
Simalungun?” “orang dirumah
mengapa tidak
kami
dulu,
orang-orang
Simalungun semua kok” , karena menggunakan bahasa
Simalungun
termasuklah dulu itu opung
kalian kan, termasuklah dulu W1.W.jc.160417.A20
tulang MK,
gamot.
Nah, Orang dari suku lain
mengerti bahasa
sementara
itu
sekarang
Simalungun karena
keturunannya itu termasuk lah
sering mendengar
bapak Purba (slah seorang tokoh
orang Simalungun
Simalungun
di
Sidamanik)
kan..kan
nggak
jauh-jauh berbahasa Simalungun
bapaklah
satu,
yah..kepala ketika dia masih kecil
sekolah kami kan. Kan masih ada W1.W.jc.160417.A21
generasinya disini. Cobalah dulu,
Opung-opung dulu
nggak bisa di teruskannya
masih sering
kebiasaan orangtuanya dulu.
Coba orang itu dulu berkumpul
menggunakan
di warungnya pak Daman, terus menggunakan bahasa
Simalungun ketika
orang itu berbahasa Simalungun
berkomunikasi
seperti orangtuanya dulu, kan
nggak ada masalah sebetulnya, W1.W.jc.160417.A22
tapi kalau orang itu jumpa sudah
Namun keturunanpakai bahasa Tapanuli. Jadi mau
keturunannya tidak
bagaimana kita. Jadi, kayak
lagi berbahasa
sayalah, saya masih asli dari
Simalungun
Raya, kalau saya ngomong
W1.W.jc.160417.A23
Simalungun orang itu jawabnya
dengan bahasa Toba, kan susah.

129
Universitas Sumatera Utara

Jadi,
itulah
kelemahanKeturunannya tidak
kelemahan besar. Kita nggak mampu meneruskan
mau menunjukkan jadi diri kita
kebiasaan orangtua
yang sebenarnya, nggak mau kita
dulu
mempertahankan jati diri kita W1.W.jc.160417.A24
yang sebenarnya. Kayak Bapak
Purba lah, kan sudah termasuk
Jika orangtua
Tokoh di Sidamanik ini, tapi
sekarang bertemu
orang
itupun
nggak
mau
lebih sering
menunjukkan identitasnya yang menggunakan bahasa
sebenarnya, jadi kita ini hanya
Tapanuli
berbahasa Simalungun hanya di W1.W.jc.160417.A25
gereja. Bayangkanlah kalau
hanya di gereja, keluar dari
Kelemahan orang
gereja, nggak lagi. Jadi itulah
Simalungun tidak
kelemahan yang paling besar.
menunjukkan dan
Jadi, kalau sekarang ini, suku mempertahankan jati
dirinya
Simalungun mengalami erosi
identitas..atau disini mengalami W1.W.jc.160417.A26
pergulatan identitas memang
itulah
penyebabnya,
orang Seorang tokoh tidak
mau menunjukkan
Simalungun itu sendiri yang
identitasnya
tidak
mau
menunjukkan
identitasnya. Kenapa orang Karo, W1.W.jc.160417.A27
dua orangpun orang itu jumpa
nggak mau orang itu ngomong Menggunakan bahasa
yang lain. Justru kalau orang itu Simalungun hanya di
gereja
ada tiga, ada satu orang
Simalungun, mereka pasti bahasa W1.W.jc.160417.A28
Kelemahan orang
Karo. Kenapa orang itu bisa,
kenapa
kita
nggak..kan Simalungun tidak mau
gitu..itulah. banyak kita lihat
mempertahankan
identitas
sekarang,
banyak
partuha
Maujana (tokoh Simalungun) W1.W.jc.160417.A29
yang sebagai pemangku adat
Simalungun nggak bisa di
Orang Simalungun
mengalami
harapkan membangun kembali
erosi/pergulatan
identitas Simalungun itu. Jadi itu
identitas
kele