T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB II

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Komunikasi
Komunikasi mengacu kepada tindakan oleh satu orang atau lebih, mengirim
serta menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan atau noise, terjadi dalam suatu
konteks tertentu serta tedapat kesempatan umpan balik.
Menurut DeVito (1996) komunikasi memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut :
1. Menemukan, Salah satu tujuan komunikasi yang utama adalah penemuan
diri atau

personal discover . Apabila kita berkomunikasi dengan orang

lain, kita akan belajar untuk mengenali diri sendiri, persepsi atas diri kita
pada kenyataannya diperoleh dari apa yang telah kita pelajari selama
berkomunikasi dengan orang lain.
2. Berhubungan, Salah satu motivasi yang paling kuat dalam berkomunikasi
adalah berhubungan dengan orang lain dan memeliharanya, kita ingin
merasa nyaman, merasa disayangi dan dicintai serta disukai oleh orang lain.
3. Meyakinkan, dengan berkomunikasi, kita dapat merubah sikap lawan
komunikasi kita dengan bahasa-bahasa yang bersifat mengajak,

mempengaruhi dan menekan orang lain untuk berpikir maupun melakukan
suatu hal tertentu.
4. Bermain, kita menggunakan perilaku komunikasi kita juga untuk bermain,
menghibur diri maupun orang lain, membuat orang lain merasa senang dan
dekat dengan kita, mengajak orang lain untuk merasakan kesenangan adalah
salah satu tujuan utama komunikasi. (masi ada tambahan).

2.2. Komunikasi dalam komunitas
Komunikasi dalam komunitas adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
di dalam komunitas tersebut baik formal maupun informal (De Vito,1997 : 340), apabila
komunitas semakin besar, maka demikian pula dengan pola komunikasinya juga akan
lebih kompleks, sebagai gambaran pada sebuah komunitas yang beranggotakan hanya 4
1

(empat) orang akan lebih sederhana komunikasinya dibandingkan dengan komunitas
yang beranggotakan seribu orang.
Dalam Komunikasi pada sebuah komunitas terdapat arah arus informasi ke atas
dan ke bawah (De Vito, 1997). Arus komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim
dari tingkat hirarki yang lebih rendah (anggota komunitas) ke tingkat atas (pemimpin
komunitas). Arus komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat

hierarki yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Selain kedua arah komunikasi tersebut, terdapat juga arah komunikasi yang
lateral, artinya arah komunikasi yang sejajar, antar teman, antar pemimpin perusahaan
dan sebagainya, komunikasi komunitas pada arah ini memperlancar pertukaran informasi
karena komunikator dan komunikan berada pada derajat tingkatan hierarki yang sama.
2.3. Pengertian Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang
seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Proses
pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individu-individu yang
kedudukannya setara.
Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan
berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama,
adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang
biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.
Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah
geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme
yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta
mengembangkan kemampuan kelompoknya.
2.4. Pengambilan Keputusan Kelompok

Keyakinan bahwa dua kepala lebihbaik daripada satu yang diperlihatkan sistem juri
telah lama diterima sebagai komponen dasar sistem hukum amerika Utara dan banyak
negara lain. Keyakinan ini telah berkembang hingga satu titik sehingga, pada hari ini,

2

banyak keputusan dalam organisasi yang dibuat oleh kelompok, tim, atau komite. Dalam
bagian ini, kita mendiskusikan pengambilan keputusan kelompok.
Pengambilan keputusan kelompok dapat secara luas digunakan dalam organisasi,
tetapi apakah hal tersebut mengimplikasikan bahwa keputusan-keputusan kelompok
lebih disukai dibandingkan yang dibuat oleh seorang individu sendirian? Jawaban untuk
pertanyaan ini bergantung pada sejumlah faktor. Marilah kita mulai dengan melihat pada
keunggulan dan kelemahan pengambilan keputusan kelompok.
Keunggulan pengambilan keputusan kelompok. Kelompok dapat menghasilkan
informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan menjumlahkan sumber-sumber

daya dari beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan ke dalam
proses pengambilan keputusan. Selain masukan yang lebih banyak, kelompok dapat
membawa heterogenitas kedalam proses pengambilan keputusan. Mereka menawarkan
semakin meningkatkanya keragaman pandangan. Hal ini membuka kesempatan terhadap


lebih banyak pendekatan alternatif untuk dipertimbangkan. Akhirnya, Kelompok dapat
meningkatkan penerimaan atas sebuah solusi. Banyak keputusan gagal setelah pilihan
terahkir dibuat karena orang-orang tidak menerima solusi tersebut. Anggota kelompok
yang berpartisipasi dalam pengambilan sebuah keputusan kemungkinan akan mendukung
keputusan tersebut dengan antusias dan mendorong orang lain untuk menerimanya.
Kelemahan pengambilan keputusan kelompok. Selain dari kelebihan-kelebihan yang
telah diketahui, keputusan kelompok memiliki kekurangan-kekurangan. Keputusan
kelompok lebih memakan waktu karena kelompok-kelompok biasanya membutuhkan
waktu lebih banyak untuk mencapai sebuah solusi dibandingkan dengan bila seorang
individu yang mengambil keputusa tersebut. Keinginan para anggota kelompok untuk
diterima dan dianggap sebagai aset di dalam kelompok tersebut dapat berakibat
menghentikan perbedaan pendapat yang ada. Akhirnya keputusan kelompok menderita
dengan adanya tanggung jawab ambigu. Dalam keputusan individual, sudah jelas siapa
yang bertanggung jawab untuk hasil akhirnya. Dalam sebuah keputusan kelompok,
tanggung jawab dari anggota tunggal tidak jelas.
2.5. Pemikiran Kelompok
Group think merupakan proses berpikir dan mengambil keputusan ketika kelompok
menghadapi keputusan yang penuh stres, mereka lebih memperhatikan adanya
3


kesepakatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang
dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive avoidance,
yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan.
Konsep groupthink merupakan hasil kohesivitas dalam kelompok yang pertama kali
dibahas secara mendalan oleh Kurt Lewin di tahun 1930 sejak itu groupthink dilihat
sebagai variable penting untuk efektivitas kelompok.
Kemudian groupthink dirumuskan menjadi teori groupthink dari penelitian panjang
oleh Irvin L Janis. Melalui karya “victims of groupthink : A Psychological Study of
Foreign Decisions and Fiascoes (1972)”, Janis menggunakan istilah groupthink untuk
menunjukan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu),
kerika usaha-usaha yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata
mufakat (kebulatan suara) telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatifalternatif tindakan secara realistis. Dari sinilah groupthink dapat didefinisikan sebagai
satu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukan tumbuhnya
kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan
oleh tekanan-tekanan kelompok (mulyana, 1999).
Sementara groupthink menurut Rakhmat (2005) adalah proses pengambilan keputusan
yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, dimana anggota-anggota berusaha
mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak
efektif lagi.

Dalam devinisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan
menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih
spesifikasi terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar
kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat
merugikan kelompok (Sarwoni, 1999). Selanjutnya diperjelas oleh Janis , bahwa
kelompok yang sangat kompak (cohesiveness) dimungkinkan terlalu banyak menyimpan
atau mengivfestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompok ini, sehingga
mengorbankan proses keputusan yang baik dari proses tersebut.
Kelompok dapat menghindari groupthink dengan dua tahap: discouranging leader
bias, dan menghindari isolasi kelompok. Kelompok jangan sampai dominan, dan
memberikan kepada anggota untuk mengkritik. Untuk menhindari isolasi kelompok,
4

rencana kebijakan kelompok dapat dibagi kedalam sub group yang berbeda dengan
pemimpin semula.
Lahirnya groupthink didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi
kelompok yang telah dikembangkan oleh Raimond Cttel, yaitu melalui penelitian yang di
fokuskan pada kepribadia kelompok sebagai tahap awal. Teori yang dibangun
menunjukan bahwa terdapat pola-pola tetap dari perilaku keompok yang dapat
diprediksi, yaitu:

1. Sifat-sifat dari kepribadian kelompok
2. Struktur internal antara anggota
3. Sifat keanggotaan kelompok
Temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan anatara pribadi dengan kelompok.
Hal ini lah yang memunculkan satu hipotesis dari jenis untuk menguji dari beberapa
kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusan-kepotusan yang dibuat kelompok.
Hasil pengujian ilmiah yang dilakukan Janis. Menunjukan bahwa terdapat suatu
kondisi yang mengarah pada munculnya keputusan kelompok yang tinggi, tetapi tidak
dibarengi dengan hasil keputusan keompok yang baik (ineffective output.) Asumsi
penting dari groupthink. Sebagaimana dikemukakan West Turner (2007) adalah :
1. Terdapat kondisi-kondisi didalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas
tinggi.
2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat
kompleks.

Hasil akhir analisa Janis, menunjukan beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok
dalam membuat keputusan, yaitu:
1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.


5

2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi
dievaluasi atau dikaji ulang.
3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah
dipertimbangkan kembali.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.
5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias
pada pihak anggota.
6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain
akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan antissipasinya.
7. Saran kebijakn tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.
Ilustrasi analisa Janis selanjutnya mengungkapkan kondisi nyata suatu kelompok yang
dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukan delapan gejala perilaku
kelompok sebagai berikut:
1. Persepsi yang keliru (illusions),Bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak akan
terkalahkan.
2. Rasionalitas kolektif,dengan cara membenarkan hal-hal yang salah sebagai masuk
akal.

3. Percaya pada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok.
4. Stereotip terhadap kelompok lain (menganggap buruk kelompok lain).
5. Tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat
kelompok.
6. Sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari konsensus kelompok.
7. Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat.
8. Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi
yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok
(mindguards).

6

Sejalan dengan itu, teori mengenai keputusan kelompok yang dikembangkan oleh
Hirokawa, memberikan beberapa kontribusi pemikiran mengenai kesalahan keputusan yang
menganggap sepele penyimpulan dari suatu proses pengambilan keputusan, yaitu:
1. Penafsiran yang tidak akurat terhadap suatu permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok.
2. Sumber gangguan dalam proses pengambilan keputusan, terletak pada ketidak
tepatan menentukan sasaran dan objek yang dikaji.
3. Ketidak tepatan menentukan taraf kualitas penafsiran mengenai baik-buruk dan

benar-salah.
4. Kelompok sengaja dibiarkan membangun ketidakakurasian dalam mengambil
informasi dan sumbernya, kadang kala terjadi penampilan terhadap informasi yang
bernilai valid dan sebaliknya. Sedangkan banyak informasi bahkan tidak tertata
atau terseleksi dengan baik dan semakin membingungkan, namun informasi yang
kurang berarti justru dengan mudah terungkap.
5. Kelompok boleh jadi melakukan kesalahan dengan alasan keliru dalam menyerap
informasi dari sumbernya, namun hal ini dapat teratasi dengan pendekatan
komunikatif dari para anggotanya.
Berdasarkan penelitian yang berkembang pada periode selanjutnya, diperoleh
hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu
(Sarwono, 1999):
1. Faktor Anteseden
Kalau hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok,
maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau
hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka
keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
2. Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam
pikiran kelompok, daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak.

3. Faktor Ikatan Sosial-Emosional

7

Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan
pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang diikatnya lugas dan berdasarkan
tugas belaka cenderung lebih rendah ikiran kelompoknya.
4. Toleransi Terhadap Kesalahan
Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan-kesalahan dibiarkan dari pada tidak
ada toleransi atas kesalahan kesalahan yang ada.
Setelah dilakukan pengujian atas berbagai hipotesis tersebut, serta didukung oleh
data-data historis dari peristiwasukses di Amerika khususnya disebabkan oleh proses yang
baik dalam pembuatan keputusan kelompok, maka ada beberapa saran untuk pemimpin
kwlompok pwrlu melaksanakan aktifitas dengan mengkondisikan kelompok seperti berikut
ini.
1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran
kelompok dengan sengja konsekuensinya.
2. Ditekankan adanya keberpihakan atas posisi yang lain.
3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan
dan menguraikan keraguan.
4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.
5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat
kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal
dari setiap anggota.
6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain
(saingan), dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan
ataupun kemungkinan lain yang dinilai membahayakan.
7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk
mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda.
8. Menyediakana waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghindari
pertemuan kelompok, guna mengkritisi atau menokal pandangan kelompok.

8

9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan
secara terbuka diforum lain, dengan catatan semata-mata hasilnya untuk kelompok.
10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent),
untuk bekerja secara bersama-sama dalam memecahkan suatu persoalan.
Proses pembuatan keputusan yang menggunakan kiat-kiat tersebut, dapat memakan
waktu yang panjang. Namun manfaat yang dapat diperoleh sangat luar biasa, yaitu
kepastian mengurangi kesalahan sampai tingkat terendah dari proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran lebih nyata, bahwa untuk
mencapai keputusan kelompok yang baik, maka pikiran kelompok harus diubah menjadi
pikiran tim. Sedangkan untuk memperoleh pelaksanaan prosedur yang baik dan akurat,
sedapat mungkin dikurangi desakan yang disarkan pada alasan keterbatasan waktu
(Sarwono, 1999).
2.6. Penelitian sebelumnya
NO
1

PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Indah Ratnasari, 2014,

Dengan menggunakan metode studi kasus pada

DinamikaKomunikasi

Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK),penelitian

KelompokdalamProses

ini

bertujuan

untuk

mendeskripsikan

dinamika

Pengambilan keputusan (Studi komunikasi kelompok dalam prosespengambilan
Kasus di Himpunan Pedagang keputusan pada kasus Himpunan Pedagang Pasar
Pasar Klewer Surakarta

Klewer Surakarta pascakebakaran 27 Desember 2014

Pasca Kebakaran 27 Desember berdasarkan groupthink theory. Selain itu, penelitian
2014 berdasarkan Groupthink inibertujuan untuk mengidentifikasi aspek dinamika
Theory)

komunikasi kelompok Himpunan Pedagang
Pasar Klewer Surakarta.

2

Rebekka Rismayanti, 2013, Penelitian

ini

dilatarbelakangi

oleh

perlunya

Analisa dinamika komunikasi keterlibatan suatu tim kerjauntuk membantu public
tim

kerja

public

relation relations dalam membuat suatu event atau acara. Tim

berdasarkan groupthink theory kerja merupakan kelompok pekerja yang berasal dari
(studi deskriptif terhadap kerja berbagai divisi yang berbeda yang berkumpul lalu
tim public relations dalam mengatur dan menyelesaikan sejumlah tugas secara

9

perencanaan

event

malam bersama-sama dalam menangani suatu proses dalam

pergantian tahun baru 2013 di organisasi. Salah satu faktor penting yang dapat
Hotel Jayakarta Lombok)

menjadi penentu kualitas dari sebuah tim adalah
dinamika komunikasi yang terjadi di dalamnya.
Dinamika komunikasi pada sebuah tim atau kelompok
kecil merujuk pada interaksi tatap muka dan
pertukaran informasi yang terjadi antar anggota,
dalam

melakukan

tugas

pribadi,

melengkapi

kebutuhan personal dan mencapai tujuan bersama.
Groupthink merupakan teori yang dipakai sebagai
acuan dasar untuk meneliti dinamika komunikasi tim
kerja public relations Hotel Jayakarta Lombok dalam
rangka perencanaan event malam pergantian tahun
baru 2013. Peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam agar peneliti dapat menemukan fakta-fakta
yang tidak terlihat, namun dirasakan oleh anggota tim,
seperti groupthink theory yang memang berfokus
pada hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan oleh
anggota tim pada saat bekerja dan berdiskusi dengan
timnya.

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

dinamika komunikasi tim kerja public relations Hotel
Jayakarta Lombok dalam rangka perencanaan event
malam pergantian tahun baru 2013 mengalami adanya
beberapa kondisi groupthink yang menyebabkan
beberapa anggota tim lebih memilih untuk diam
dibandingkan mengemukakan pendapatnya saat rapat
berlangsung. Meskipun begitu, tidak semua kondisi
dan gejala yang dipaparkan dalam teori terjadi saat
rapat. Pada dasarnya, semua anggota tim tetap saling
menjaga keutuhan tim dengan saling mengisi dan
tidak ada yang mendominasi. Segala tugas yang
diberikan oleh ketua tim, didiskusikan bersama, dicari
jalan keluar yang terbaik dan dilaksanakan sesuai

10

dengan tugas departemen masing-masing.
3

Widyanti

Nur

Shabrina Dari

hasil

analisis

yang

dilakukan,

ternyata

Kusmaryo, 2014, Groupthink kohesivitasdalamkomunitasJali-Jaliyang
dan Komunikasi Kelompok menyebabkanterbentuknya
Out-Group

(Studi

Kasus dalamKomunitasJali-Jali.

groupthink
Kemudian

di

groupthink

Fenomena Groupthink dalam tersebutterbentuksikapstereotypekomunitasJaliBerkomunikasi
Kelompok

dengan Jaliterhadapmahasiswalokal (out-group) yang rata-

Out-Group

di rata beretnisJawa

Kalangan Komunitas Jali-Jali
Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta).

2.7. Kerangka Berpikir

Komunitas RAC Salatiga

Permasalahan Komunitas

Groupthink

11

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24