T1 Judul Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Proses Bisnis dan Implementasi Aplikasi pada Layanan Interconnect Over Cloud

Analisis Proses Bisnis dan Implementasi Aplikasi pada Layanan
Interconnect Over Cloud

ARTIKEL ILMIAH

Peneliti :
Robertus Adi Dwianto 672011028.
Indrastanti R. Widiasari, M.T.
Sri Winarso Martyas Edi, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Juni 2015

Analisis Proses Bisnis dan Implementasi Aplikasi pada Layanan
Interconnect Over Cloud
1)

Robertus Adi Dwianto, 2)Indrastanti Ratna Widiasari, 3)Sri Winarso Martyas Edi


Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)672011028@student.uksw.edu 2)indrastanti@staff.uksw.edu 3)winarso@staff.uksw.edu
Abstract
Cloud Computing is a development in the world of computing, Cloud Computing is a
technology that provides computing needs in the form of services with centralized management.
With this condition of Cloud Computing technology today it creates the service on Cloud
Computing that called Interconnect Over Cloud, the service allows users of Cloud Computing in
order to connect two or more different providers of Cloud Computing services. With a large
number of Cloud Computing service providers and users of Cloud Computing service is make a
chance of business opportunities for service providers to take advantage this momentum, so its
needed for analysis to look at the business opportunities on Cloud Computing services.
Keyword : Cloud computing, interconnect over cloud, analysis, business opportunities
Abstrak

Cloud Computing adalah sebuah perkembangan di dalam dunia komputasi, Cloud
Computing merupakan teknologi yang menyediakan kebutuhan komputasi dalam bentuk layanan
dengan pengelolaan terpusat. Dengan perkembangan teknologi Cloud Computing saat ini maka

terciptalah layanan pada Cloud Computing yaitu Interconnect Over Cloud, layanan ini
memungkinkan pengguna Cloud Computing agar dapat menghubungkan dua atau lebih penyedia
layanan Cloud Computing yang berbeda. Banyaknya penyedia layanan Cloud Computing dan juga
banyaknya pengguna layanan ini membuka peluang bisnis bagi penyedia layanan Cloud
Computing untuk dapat memanfaatkan momentum ini sehingga diperlukan analisis untuk melihat
peluang bisnis yang bisa didapat pada layanan Interconnect Over Cloud.

Kata Kunci : Cloud computing, interconnect over cloud, analisis, peluang bisnis

1

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
3
Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2

1. Pendahuluan
Pada saat ini, seiring dengan berkembangnya IT terutama pada negara –
negara maju, menjadikan para peneliti berlomba – lomba untuk menemukan

inovasi baru. Para peneliti terus mencoba untuk mengembangkan teknologi yang
sudah ada agar menjadi lebih bermanfaat dan dapat lebih effisien diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari. Berawal dari sebuah super komputer yang sudah
diciptakan yang dalam pandangan orang awam komputer tersebut dapat dikatakan
sudah dapat memenuhi kebutuhan komputasi saat ini namun tidak dalam
pandangan peneliti mereka masih menganggap bahwa teknologi tersebut masih
kurang mampu untuk melakukan komputasi baik saat ini ataupun masa depan
sehingga munculah teknologi Cloud Computing.
Cloud Computing, disadari atau tidak telah mengubah dunia bisnis dan
industri secara drastis seperti yang dikenal sekarang. Tidak hanya dari segi
perusahaan – perusahaan IT namun juga dari segi pemakai atau user mulai
mengarahkan perhatian ke Cloud Computing. Perusahaan – perusahaan akan
memulai untuk berpindah ke server Cloud karena lebih cost-efficient, yang berarti
tidak perlu membeli peralatan yang mahal seperti software atau hardware, tidak
perlu mempekerjakan teknisi IT untuk maintenance, dan meminimalisir kegagalan
server hinga 75% [1].
Contoh penyedia jasa Cloud adalah jasa Cloud milik Google seperti Google
Mail, Google Drive, Google Map, Google Calendar, dan Youtube. Google Drive
adalah salah satu contoh layanan yang disediakan oleh Google yang
memungkinkan pengguna untuk dapat menyimpan, mengakses dan berbagi file

yang dimiliki pengguna dimana saja dan kapan saja. Permasalahan terjadi ketika
dua buah Cloud server yang berbeda dicoba untuk dihubungkan, contoh adalah
Cloud server milik Google yang tidak dapat dihubungkan dengan Cloud server
lainnya seperti Cloud server milik Amazon dikarenakan perbedaan protokol pada
tiap – tiap server.
Berdasarkan penjelasan dan perkembangan mengenai Cloud Computing
dan Interconnect Over Cloud maka dalam penelitian ini akan dirancang sebuah
penelitian mengenai apa itu Interconnect Over Cloud dan simulasi Interconnect
Over Cloud sederhana serta penerapan sebuah aplikasi yang dapat dipakai
menggunakan layanan Interconnect Over Cloud, sehingga dapat ditarik
kesimpulan tentang peluang bisnis yang bisa didapat di dalam layanan
Interconnect Over Cloud itu sendiri yang nantinya dapat digunakan dan
dikembangkan sehingga dapat membantu pemakai dan penyedia jasa Cloud dalam
konektifitas antar Cloud.

2. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dijelaskan bahwa
Komputasi Awan melalui konsep virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar
lainnya dapat mengurangi biaya teknologi informasi, menyederhanakan
pengelolaan layanan teknologi informasi, dan mempercepat penghantaran

layanan. Selain itu, dalam artikel tersebut juga menyebutkan bahwa masih tetap

terdapat jenis – jenis layanan yang menjadi sangat effisien bila dilakukan dengan
Cloud Computing [1]
Penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa pemahaman yang baik tentang
perbedaan klasifikasi Cloud Computing Delivery Service merupakan hal yang
sangat berharga sebagai pengetahuan dasar dalam memahami sistem Cloud
Computing bagi seluruh pengguna. Selain itu, dalam artikel ini juga menyebutkan
bahwa Cloud Computing Delivery Service sangat diperlukan mengingat model
bisnis mana yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan, sehingga pada saat salah
satu layanan Cloud Computing ini dipilih dapat dipergunakan dengan aman dan
nyaman oleh pengguna [2]. Penelitian lain yang meneliti mengenai seberapa besar
peluang bisnis Cloud Computing di masa depan dikemukakan oleh Moedjiono.
Moedjiono mengatakan bahwa ilmuwan, akademisi, dan praktisi/professional
bidang komputer perlu mewaspadai dan mengikuti kecenderungan perkembangan
teknologi ini untuk bisa ikut berkontribusi dan mendayagunakan secara tepat
sesuai kebutuhan organisasi modern [3].
Cloud Computing merupakan perkembangan dari teknologi grid computing
dan virtualisasi [4]. Pengertian sederhana Cloud Computing adalah teknologi
komputasi yang memanfaatkan sumber daya secara bersama – sama melalui

sebuah jaringan internet maupun intranet. National Institute of Standards and
Technology (NIST) mendefinisikan Cloud Computing sebagai model yang
memungkinkan untuk mengakses kumpulan sumber daya komputasi (server ,
media penyimpanan, aplikasi) darimana saja secara nyaman dan sesuai
permintaan yang dapat disediakan secara cepat [5]. Cloud Computing adalah
teknologi yang memanfaatkan layanan internet menggunakan pusat server yang
bersifat virtual [6]. Skema Cloud Computing ditunjukan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Skema Cloud Computing [7]

Interconnect Over Cloud adalah sebuah fitur di dalam layanan Cloud
Computing, fitur ini memungkinkan konektifitas antar dua atau lebih layanan
Cloud Computing.
Fitur ini adalah fitur baru yang masih dan terus
dikembangkan, salah satunya oleh Google. Google Interconnect adalah sebuah
fitur yang dikembangkan oleh Google, fitur ini memungkinkan layanan Cloud

Computing milik Google untuk dapat berkomunikasi dengan penyedia layanan
Cloud Computing lainnya, namun hingga saat ini tidak seluruh penyedia layanan
dapat berkomunikasi melalui Google Interconnect.

Port dalam dunia komputer dapat dibagi menjadi dua, physical dan virtual,
contoh dari physical port adalah Ethernet Port, USB Port, Serial Port, sedangkan
virtual port adalah bagian dari sebuah jaringan TCP/IP. Port ini memungkinkan
untuk berkomunikasi tanpa mengganggu kinerja dari physical port [8]. Virtual
Port memiliki 65.536 port yang dapat dipilih dan digunakan [9]. Setiap program
di komputer yang menggunakan internet dalam kata lain adalah program yang
bekerja secara online telah diprogram untuk melakukan pengiriman paket melalui
port tertentu. Kadang port yang dipilih sudah ditentukan oleh pembuat program
tersebut, namun ada juga yang memakai port standar sesuai dengan fungsi dari
software atau aplikasi yang dipakai, saat ini penggunaan port universal sudah
banyak diimplementasikan untuk menghubungkan banak perangkat, contoh dari
port universal adalah : HTML memakai port 80, FTP menggunakan port 21,
Email POP3 menggunakan port 110, MSN Messenger memakai port 6901 dan
6891 sampai 6900 [9].
Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai Cloud
Computing dan proses bisnis pada Cloud Computing maka akan dilakukan analisis
proses bisnis dan implementasi aplikasi pada layanan Interconnect Over Cloud.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai proses – proses bisnis yang dapat
terjadi melalui kuesioner yang telah disebar pada kepada 100 responden meliputi
sebagian dosen dan mahasiswa, selain itu akan dilakukan simulasi sederhana

mengenai fitur Interconnect Over Cloud. Dalam simulasi ini akan menggunakan
dua buah server sebagai server cloud dan server aplikasi menggunakan dua
internet service provider (ISP) yang berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa
kedua server ini sebagai dua buah cloud server yang berbeda.

3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pengambilan
data yang nantinya digunakan untuk analisa proses bisnis dan metode untuk
implementasi, Metode pengambilan data yang digunakan adalah data primer. Data
primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian dalam hal
ini adalah pengguna layanan Cloud Computing yang ada di Universitas Kristen
Satya Wacana. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
disebar di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana, responden berasal dari
sebagian dosen dan mahasiswa yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 bendel sehingga terdapat 100
responden yang mengisi, kuesioner tersebut berisikan pertanyaan seputar Cloud
Computing dan survey mengenai Cloud Computing dalam kehidupan sehari –
hari, setelah kuesioner terisi dan terkumpul, maka dilakukan pengolahan data
yang nantinya dijadikan bahan acuan untuk kesimpulan dari simulasi Interconnect
Over Cloud ini.

Pertanyaan pertama dalam kuesioner mengenai pengetahuan mengenai
konsep Cloud Computing, pada pertanyaan ini dapat diketahui berapa banyak
responden yang telah mengetahui tentang konsep Cloud Computing, dengan

semakin banyaknya responden yang mengetahui konsep Cloud Computing, pada
pertanyaan ini dapat terlihat berapa responden yang benar – benar telah mengerti
mengenai konsep Cloud Computing dan responden yang hanya memakai layanan
Cloud Computing tanpa mengerti konsep dari Cloud Computing itu sendiri. Dari
pertanyaan ini, dapat dilakukan analisa terhadap tingkat ketertarikan masyarakat
terhadap teknologi Cloud Computing itu sendiri. Semakin tinggi jumlah
responden yang mengenal teknologi Cloud Computing, maka semakin tinggi pula
ketertarikan masyarakat terhadap teknologi ini. Pertanyaan ke-dua adalah survey
dari responden yang memiliki layanan Cloud Computing pribadi, dalam hal ini
yang dimaksudkan adalah kepemilikan akun atau penggunaan layanan Cloud
Computing, jumlah responden yang menjawab memiliki layanan Cloud
Computing berlanjut pada pertanyaan berikutnya sedangkan yang menjawab tidak
memiliki layanan Cloud Computing berhenti pada pertanyaan nomor dua.
Semakin banyak jumlah pengguna layanan Cloud Computing maka semakin
membuat penyedia layanan Cloud Computing untuk berlomba – lomba
menawarkan yang terbaik dari layanan yang ditawarkan. Semakin banyak jumlah

pengguna layanan Cloud Computing maka semakin membuat jasa penyedia Cloud
Computing semakin diminati oleh masyarakat luas.
Setelah didapat responden yang memiliki layanan Cloud Computing,
dilanjutkan pada pertanyaan ke-tiga yaitu jumlah layanan Cloud Computing yang
dimiliki oleh responden. Pada pertanyaan ini didapatkan berapa jumlah
responden yang memiliki layanan Cloud Computing lebih dari satu penyedia
layanan Cloud Computing. Semakin banyak jumlah layanan Cloud Computing
yang dimiliki oleh satu responden, maka semakin tinggi kebutuhan masyarakat
terhadap fitur, fungsi, dan fasilitas pada layanan Cloud yang ditawarkan.
Pertanyaan ke-empat adalah survey mengenai penyedia layanan yang paling
sering dipakai oleh responden sehingga didapatkan penyedia layanan yang paling
sering dipakai oleh responden. Pada pertanyaan ke-lima, membahas mengenai
jenis layanan yang paling sering dipakai oleh responden, terdapat tiga jenis
layanan yaitu Software as a Service (SaaS), Infrastructure as a Service (IaaS) dan
Platform as a Service (PaaS). Pada ke-dua pertanyaan ini menunjukan jenis
layanan dan penyedia layanan apa saja yang paling sering digunakan oleh
responden sehingga didapatkan jenis layanan yang lebih dibutuhkan oleh
responden.
Pertanyaan ke-enam membahas tentang tingkat pentingnya Cloud
Computing bagi responden. Hasil yang didapatkan menunjukan pentingnya

sebuah Cloud Computing untuk responden dilanjutkan dengan pertanyaan ketujuh mengenai tingkat kepuasan terhadap layanan Cloud Computing yang
digunakan saat ini oleh rsponden. Pada dua pertanyaan ini, maka didapatkan data
mengenai seberapa penting dan seberapa puaskah responden terhadap layanan
Cloud Computing saat ini. Pertanyaan ke-delapan membahas mengenai fitur
Interconnect Over Cloud, pada pertanyaan ini dijelaskan mengenai apa itu
Interconnect Over Cloud dan surver kepada responden mengenai fitur tersebut
apakah dibutuhkan atau tidak, sehingga didapatkan data mengenai kebutuhan
fitur Interconnect Over Cloud oleh responden. Selanjutnya pada pertanyaan kesembilan berisikan survey mengenai penyedia layanan yang digunakan mengenai

ketersediaan fitur Interconnect Over Cloud, jika responden menjawab bahwa
penyedia layanan yang dimiliki sudah memiliki fitur tersebut, maka lanjut pada
pertanyaan berikutnya namun jika tidak maka responden berhenti pada pertanyaan
ke-sembilan. Data yang didapat menunjukan tingkat kebutuhan responden
terhadap fitur Interconnect Over Cloud, semakin banyak responden yang
membutuhkan fitur Interconnect Over Cloud maka peluang bisnis dari fitur ini
juga semakin besar. Pada pertanyaan ke-10 responden yang menjawab diambil
dari responden pada pertanyaan ke-sembilan yang menjawab bahwa fitur
Interconnect Over Cloud sudah tersedia pada penyedia layanan yang dimiliki.
Pada pertanyaan ini dapat diketahui mengenai penggunaan fitur Interconnect Over
Cloud oleh responden apakah responden telah menggunakan fitur tersebut atau
belum. Pada pertanyaan ini, responden yang menjawab belum menggunakan fitur
Interconnect Over Cloud berhenti pada pertanyaan ke-10 sedangkan responden
yang menggunakan fitur Interconnect Over Cloud lanjut menjawab pertanyaan
ke-11. Jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah memiliki fitur
Interconnect Over Cloud dan jumlah pengguna yang telah menggunakan fitur ini
dapat menjadi acuan mengenai proses bisnis yang dapat terjadi pada fitur
Interconnect Over Cloud . Pertanyaan ke-11 berisikan tentang tingkat kepuasan
mengenai fitur Interconnect Over Cloud yang telah disediakan oleh penyedia
layanan yang digunakan responden sehingga didapatkan data mengenai tingkat
kepuasan responden terhadap fitur Interconnect Over Cloud yang telah ada pada
penyedia layanan Cloud Computing yang dimiliki. Tingkat kepuasan terhadap
fitur Interconnect Over Cloud juga dapat menjadi acuan terhadap proses bisnis
yang dapat terjadi pada fitur ini. Pertanyaan ke-12 berisikan survey mengenai
tingkat kebutuhan fitur Interconnect Over Cloud. Responden yang menjawab
pertanyaan ini diambil dari responden yang memiliki akun atau menggunakan
layanan Cloud Computing sehingga didapatkan data mengenai pentingnya fitur
Interconnect Over Cloud dalam sebuah layanan Cloud Computing. Data yang
diambil dari pertanyaan ini menjadi sebuah kesimpulan terhadap kebutuhan
terhadap fitur Interconnect Over Cloud pada layanan Cloud Computing yang
digunakan responden.
Metodologi penelitian yang digunakan untuk tahap implementasi adalah
metode PPDIOO yang dikembangkan oleh CISCO. Metode ini digunakan karena
dalam penelitian ini dilakukan implementasi aplikasi serta dilakukan optimasi
sehingga memberikan hasil yang optimal. Tahapan-tahapan dalam metode
PPDIOO diantaranya adalah prepare, plan, design, implement, operate, optimize.

Gambar 2. Metode PPDIOO [10].

Dalam penelitian ini, tahap prepare atau persiapan dan perencanaan
dilakukan secara bersama, karena antara persiapan dan perencanaan keduanya
saling berhubungan dan menjadi dasar yang harus diperhatikan sehingga tahap
selanjutnya menjadi lebih terarah. Dalam penelitian Implementasi Interconnect
Over Cloud ini hal-hal yang dilakukan dalam persiapan adalah melakukan studi
pustaka dan membuat rencana kerja. Pada tahap prepare juga dilakukan analisis
awal, analisis awal didapat dari kuesioner yang disebar berjumlah 100 rangkap,
responden meliputi sebagian dosen dan mahasiswa pada lingkup Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga, kuesioner berikut meliputi 12 pertanyaan
mengenai Cloud Computing dan penggunaanya.
Dari data yang telah
dikumpulkan dapat diketahui bahwa sebanyak 77% atau sebanyak 77 orang dari
total 100 orang telah memiliki atau menggunakan layanan Cloud Computing
membuktikan bahwa layanan Cloud Computing telah diketahui dan digunakan
oleh sebagian besar orang, dalam hal ini responden yang diambil adalah
mahasiswa dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, dengan data ini maka
dapat terlihat bahwa pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan
cukup banyak seperti ditunjukan oleh Gambar 3.

Kepemilikan Layanan Cloud Computing
Pribadi
100

77

23

50
0
Ya

Tidak

Gambar 3. Grafik Kepemilikan Cloud Computing

Sebanyak 88.3% atau sejumlah 68 responden dari 77 responden yang
menggunakan Cloud Computing memakai sebanyak dua atau tiga dan bahkan ada
yang mempunyai lebih dari empat penyedia layanan Cloud Computing, dari data
tersebut membuktikan bahwa sebagian besar responden memiliki dan
menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing seperti

ditunjukan Gambar 4, maka dapat disimpulkan bahwa selain banyaknya
responden yang memiliki atau menggunakan penyedia layanan Cloud Computing
lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing jumlah penyedia layanan
Cloud Computing saat ini juga sudah dapat dikatakan cukup banyak.

Jumlah Penyedia Layanan Cloud Computing
Yang Digunakan
28

30

24

20

12

9
10

4

0
1

2

3

4

Lebih dari 4

Gambar 4. Grafik Jumlah Penyedia Layanan Cloud Computing yang dipakai

Sebanyak 61% responden menganggap bahwa Cloud Computing penting,
sebanyak 27.3% menganggap bahwa Cloud Computing sangat penting,
menunjukan bahwa lebih dari 50% responden pengguna Cloud Computing
memerlukan layanan tersebut dalam kehidupan sehari – hari seperti ditunjukan
oleh Gambar 5. Dengan data ini dapat diukur seberapa tinggi tingkat kepentingan
layanan Cloud Computing hadir di tengah – tengah masyarakat.

Seberapa Penting Layanan Cloud Computing
47

50
40
30
20
10
0

21
9
0
Sangat Penting

Penting

Biasa

0

Tidak Penting Sangat Tidak
Penting

Gambar 5. Grafik Tingkat Kepentingan Cloud Computing

Pada Gambar 6 menunjukan bahwa sebanyak 79.2% dari jumlah
responden yang menggunakan layanan Cloud Computing memerlukan adanya
fitur Interconnect Over Cloud, Interconnect Over Cloud adalah fitur yang
memungkinkan dua buah layanan Cloud Computing untuk dapat saling
berkomunikasi. Fitur ini dirasa sangat diperlukan bagi sebagian besar responden.

Apakah Membutuhkan Fitur Interconnect
Over Cloud
100
61
50
16
0
Ya

Tidak

Gambar 6. Grafik Kebutuhan Interconnect Over Cloud

Sebanyak 37.7% responden menjawab bahwa penyedia layanan Cloud
Computing yang digunakan saat ini telah memiliki fitur Interconnect Over Cloud,
data ini didapat dari responden yang memakai Google sebagai penyedia layanan
Cloud Computing, Google sendiri saat ini telah membuat sebuah fitur
Interconnect Over Cloud yang bernama Google Interconnect. Sedangkan sebesar
62.3% lainnya tidak memiliki fitur Interconnect Over Cloud seperti ditunjukan
oleh Gambar 7. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini penyedia
layanan Cloud Computing yang telah menggunakan fitur Interconnect Over Cloud
masih sedikit.

Apakah Penyedia Layanan Cloud Computing
Yang Dipakai Telah Menggunakan Fitur
Interconnect Over Cloud
29

48

Ya

Tidak

10
1

Gambar 7. Grafik Fitur Interconnect Over Cloud pada Penyedia Layanan

Pada Gambar 8, sebanyak 20 dari 29 responden yang menggunakan
layanan Cloud Computing dimana layanan tersebut terdapat fitur Interconnect
Over Cloud atau 69% responden menggunakan fitur tersebut, dan sisanya tidak
menggunakan fitur tersebut. Google telah membuat fitur Interconnect Over
Cloud bernama Google Interconnect pada layanan Cloud Computing miliknya,
pengguna fitur ini bisa dikatakan cukup banyak, dilihat dari data yang didapat,
lebih dari separuh dari total responden telah memakai fitur ini, namun kurangnya
sosialisasi terhadap fitur ini dan keterbatasan partner juga masih membatasi fitur
ini bisa berjalan dengan baik. Dengan data ini membuktikan bahwa meskipun
fitur Interconnect Over Cloud ini masih terbilang baru, namun minat masyarakat
untuk mencoba dan menggunakan fitur ini terbilang cukup tinggi.

Gambar 8. Grafik Pengguna Fitur Interconnect Over Cloud

Sebanyak 64.9% dari total responden yang memiliki layanan Cloud
Computing pribadi merasa bahwa fitur Interconnect Over Cloud penting dan
sebanyak 23.4% responden menyatakan bahwa fitur tersebut dirasa sangat penting
seperti ditunjukan oleh Gambar 9.

Seberapa Penting Fitur Interconnnect
Over Cloud
50

60
40

18

20

3

6

0

0
Sangat Penting

Penting

Biasa

Tidak Penting Sangat Tidak
Penting

Gambar 9. Grafik Tingkat Kepentingan Interconnect Over Cloud

Dari simpulan data yang telah terkumpul, dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Jumlah pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan cukup tinggi
karena Cloud Computing dianggap sebagai hal yang penting dalam kehidupan
sehari - hari, banyak pengguna layanan Cloud Computing yang memiliki atau
menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing. Interconnect
Over Cloud adalah sebuah fitur baru di dalam layanan Cloud Computing, fitur ini
memungkinkan sebuah penyedia layanan Cloud Computing dapat berkomunikasi
dengan layanan Cloud Computing lainnya. Dari data yang didapat terlihat bahwa
kebutuhan akan fitur Interconnect Over Cloud saat ini cukup tinggi namun tidak
diiringi dengan jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah
menyediakan fitur ini, tingginya minat responden terhadap fitur ini juga dapat
terlihat pada data yang menunjukan mengenai jumlah responden yang
menggunakan fitur Interconnect Over Cloud. Setelah tahap Prepare dirasa cukup,
tahapan lain yang harus di lakukan adala Plan. Hal yang dilakukan dalam tahap
ini adalah analisis kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak yang
digunakan.
Perangkat lunak yang digunakan dalam simulasi ini adalah Windows Server
2008 R2 yang digunakan sebagai sistem operasi pada server 1 yang berfungsi
sebagai Active Directory, Open SUSE Linux Enterprise Server 10 SP1 yang
digunakan sebagai sistem operasi pada server 2 atau server aplikasi, Cisco Video
Surveillance Operation Manager yang digunakan sebagai aplikasi yang
diimplementasikan pada server 2, VMWare 8.0.2 yang digunakan sebagai Virtual
Machine dari server 2, IIS 7 dan PHP Manager yang digunakan sebagai web
server yang diimplementasikan pada server 2. Perangkat keras yang digunakan
pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi Hardware yang digunakan

Hardware
Server 1

Spesifikasi
-

Server 2

-

Keterangan

Processor Intel Core 2 Duo Berfungsi
sebagai
E6300 1,86GHz
server database atau
RAM 2 GB
cloud server 1
1 buah Gigabit Ethernet Card
80 GB SATA Hard Disk
Processor Intel Core i5 M460 Berfungsi
sebagai
Arrandale 2,53GHz
server aplikasi atau
cloud server 2
RAM 2 GB
1 buah Gigagbit Ethernet
Card
20 GB SATA Hard disk

Komputer server database dan server aplikasi merupakan server yang
dibangun dalam satu pc dan satu laptop. Keduanya menjadi server cloud yang
berdiri sendiri – sendiri yang nantinya dipakai sebagai server database dan server
aplikasi.
Setelah persiapan hardware dan software pada tahap Plan selesai,
selanjutnya masuk pada tahapan Design. Design merupakan tahap perancangan
topologi jaringan yang digunakan. Topologi jaringan fisik yang digunakan dalam
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 10. Design merupakan tahap awal
sebelum membangun sistem secara keseluruhan. Sebelum sistem dibangun
diperlukan adanya blue print, sehingga sistem bisa dibangun dengan baik.
Membuat topologi jaringan adalah hal yang dilakukan dalam tahap ini, sehingga
bisa terlihat gambaran sederhana bagaimana sistem nantinya diaplikasikan.

Gambar 10. Perancangan Topologi

Pada Gambar 10 terdapat dua Cloud server , peran masing – masing Cloud
server adalah sebagai server database dan server aplikasi. Pada server database

di tanamkan Active Directory yang digunakan pada aplikasi yang tertanam pada
server 2 sebagai user untuk login kedalam aplikasi yang ada pada server 2 dan
Web Service menggunakan IIS7 sehingga server 1 mempunyai dua fitur yaitu Web
Service dan Active Directory dimana fitur Web Service pada server 1 menjadikan
server 1 dapat dikatakan sebagai sebuah Cloud. Server database dan server
aplikasi berada dalam dua jaringan yang berbeda, menggunakan dua IP public
yang berbeda sehingga bisa dikatakan bahwa server database dan server aplikasi
adalah dua cloud server yang berdiri sendiri – sendiri. Masing – masing fisik PC
server mempunyai satu ethernet card dan konfigurasi pengalamatan IP dari
masing – masing ethernet card tersebut ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengalamatan IP tiap Server

Komputer

Network Card

IP Address

Server 1

Eth 0

Server 2

Eth 0

222.124.21.115
103.26.128.85

Tahap Implementasi adalah tahap membangun sistem yang telah
dirancang, dalam hal ini implementasi yang dilakukan adalah pembuatan Active
Directory dan user pada server 1 yang nantinya digunakan sebagai database user
untuk login pada server 2, pembuatan web server pada server 1, implementasi
aplikasi pada server 2, menghubungkan antar kedua server, dan menambahkan
user pada aplikasi
Setelah tahap implementasi selesai, maka dalam tahap ini dilakukan
ujicoba terhadap interconnect over cloud yang telah dibuat, sisi client masuk ke
server aplikasi sehingga didapatkan sebuah aplikasi yang dapat berjalan pada sisi
client, aplikasi didapatkan dari server aplikasi dimana aplikasi tersebut
menggunakan server 1 sebagai database untuk login menggunakan Active
Directory pada server 1. Pada tahap operate juga dilakukan analisis terhadap
sistem yang berjalan. Analisa yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
sistem telah bekerja sesuai dengan landasan teori yang dibuat.
Langkah terakhir adalah tahap optimize. Pada tahap ini dilakukan ujicoba
terakhir dari aplikasi yang digunakan sebagai media percobaan simulasi
interconnect over cloud ini. Setelah itu dilakukan pencocokan hasil dari simulasi
ini dengan data dari kuesioner yang telah dibagikan kepada beberapa responden
sehingga didapatkan kesimpulan berdasarkan pengamatan dari data yang
didapatkan dari kuesioner dengan data yang didapatkan dari simulasi ini.

4. Hasil dan Pembahasan
Implementasi yang dilakukan meliputi pembuatan Active Directory dan
implementasi aplikasi pada Cloud yang berbeda. Penggunaan Active Directory
pada cloud 1 ditujukan sebagai database user yang nantinya digunakan dalam
aplikasi VSOM pada cloud 2 dan Web Server yang ditujukan agar Cloud 1 dapat
disebut sebagai Cloud Computing. Setelah Active Directory terpasang dan
implementasi aplikasi berhasil dilakukan, maka dilakukan pengujian untuk

melakukan pengujian fitur Interconnect Over Cloud dengan cara melakukan
pengujian login.
Langkah awal yang disiapkan dalam pembuatan Active Directory ini
adalah instalasi Windows Server 2008 R2, setelah Windows Server siap
digunakan, langkah selanjutnya adalah pembuatan forest. Forest adalah suatu
wadah atau tempat untuk menampung banyak domain dalam suatu server , setelah
forest terbentuk, langkah selanjutnya adalah pembuatan domain, dalam penelitian
ini, domain yang digunakan bernama server.cloud. Active Directory kemudian
dibuat di dalam domain server.cloud yang telah dibuat sehingga server saat ini
memiliki Active Directory di dalam sebuah forest dimana di dalam forest tersebut
terdapat sebuah domain bernama server.cloud. Setelah pembuatan Domain dan
Active Directory selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian IP Public pada
server ini.
Setelah tahapan pembuatan Domain dan Active Directiory selesai, langkah
selanjutnya adalah pembuatan user , dalam tahap ini user yang dibuat nantinya
dipakai sebagai user yang dapat digunakan untuk login pada aplikasi Cisco Video
Surveillance Operation Manager (VSOM) 6.3.2.Pada tahap ini dibuat tiga user,
masing – masing user nantinya diberikan previledges yang berbeda – beda untuk
mengakses VSOM.
Masing –masing user diberikan previledges sebagai
Administrator, Operator, dan Super User. User pertama yang dibuat diberikan
previledges sebagai Administrator, user ke dua diberikan previledges sebagai
Operator sedangkan user ke tiga diberikan previledges sebagai Administrator dan
Operator sehingga disebut Super User.
Pembuatan user pertama menggunakan username “skripsi 1” dan
password “skripsi1”, berada pada domain server.cloud, sehingga terbentuk sebuah
user dengan username “skripsi 1” dan password “skripsi1” yang nantinya
digunakan oleh VSOM demikian juga untuk user ke dua dan ke tiga, user ke dua
menggunakan username “skripsi 2” dan password “skripsi2” sedangkan pada user
ke tiga menggunakan username “skripsi 3” dan “skripsi3” sehingga terdapat tiga
user seperti ditunjukan Gambar 11.

Gambar 11. Hasil Pembuatan Seluruh User.

Setelah pembuatan user maka langkah selanjutnya adalah pembuatan Web
Server, Web Server ini nantinya menjadi salah satu fitur tambahan pada Server 1,
sehingga jika IP dari Server 1 diakses dari luar jaringan maka menampilkan
tampilan web dapat dikonfigurasi pada server 1 sesuai dengan keinginan, pada
langkah ini pembuatan Web Server menggunakan Internet Information Service
(IIS 7). Langkah pertama adalah instalasi IIS 7 pada server 1, installasi IIS 7 pada
Windows Server 2008 R2 menggunakan cara yang berbeda dengan Windows
Desktop seperti Windows 7, Windows 8, dan lain sebagainya. Instalasi IIS 7 pada
Windows Server dilakukan melalui Server Manager pada Windows Server
dengan cara menambahkan Role. Setelah IIS7 terpasang pada Server 1, yang
dilakukan selanjutnya adalah implementasi halaman web pada IIS7, file Hyper
Text Markup Language (HTML) yang diimplementasikan berada pada folder
C:\inetpub\wwwroot.
VSOM atau Video Surveillance Operation Manager adalah sebuah
software yang diciptakan oleh Cisco sebagai sebuah software yang membantu
dalam manajemen dan mengkonfigurasi video secara effisien dan efektif. VSOM
diimplementasikan pada sebuah Virtual Machine (VM), sistem operasi yang
digunakan adalah Open SUSE.
Konfigurasi awal dalam implementasi VSOM adalah pemberian IP Public
pada VM yang telah dibuat, VSOM yang tersedia telah diberikan user dan
password default yaitu “root” untuk username dan “secur4u” untuk password.
Tampilan login VSOM dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Tampilan Login Open SUSE.

Pemberian IP dilakukan melalui panel YAST, pada panel ini terdapat
beberapa menu untuk untuk konfigurasi pada Open SUSE. Untuk menambah IP,
yang kita lakukan adalah mengedit alamat IP pada network card yang ada pada
hardware tersebut. Setelah pemberian IP selesai, pengujian berikutnya adalah
mencoba untuk melakukan koneksi antar dua server.
Setelah dua Server terkoneksi, maka langkah selanjutnya adalah
penggabungan ke dua buah Server . Langkah ini bertujuan untuk mengambil user

yang ada pada Server Active Directory sehingga dapat digunakan untuk login
pada VSOM. Langkah awal adalah melakukan konfigurasi LDAP pada VSOM
melalui PC Client, LDAP atau Lightweight Directory Access Protocol adalah
protokol client/server yang digunakan untuk mengakses dan mengelola direktori
informasi. LDAP membaca dan mengedit melalui jaringan IP dan berjalan
langsung di atas TCP/IP menggunakan format string sederhana untuk transfer
data (Janssen, Cory, 2010).
Untuk melakukan konfigurasi LDAP pada VSOM, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah membuka console VSOM atau Video Surveillance
Management Console (VSMC) melalui client, untuk membuka console dari
VSOM, yang harus dilakukan adalah mengakses IP VSOM dari client. IP yang
harus diakses adalah http://222.124.21.115/vsmc sehingga didapatkan tampilan
seperti pada Gambar 13 yang nantinya diperlukan autentifikasi untuk masuk ke
dalam console tersebut menggunakan username “root” dan password “secur4u”.

Gambar 13. Tampilan Login VSMC.

Setelah masuk ke halaman Operation Manager pada VSMC, langkah
selanjutnya adalah mengenalkan Active Directory pada VSOM, pada halaman
tersebut terlihat pengaturan seperti, tipe autentifikasi, host name, host port, dan
domain control. Tipe autentifikasi yang digunakan adalah LDAP Server, host
name adalah alamat Server Active Directory, sehingga host name yang diisi
adalah IP Server Active Directory yaitu 103.26.128.85, host port yang digunakan
adalah 389, port 389 adalah port yang digunakan LDAP, domain control adalah
nama domain dari Server Active Directory yaitu server.cloud hingga didapatkan
tampilan seperti Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan Operation Manager.

Setelah berhasil pada tahap sebelumnya, maka VSOM sudah terhubung ke
Server Active Directory. Langkah selanjutnya adalah mengenalkan user yang ada
pada Server Active Directory, karena VSOM tidak dapat langsung mengenali user
yang ada pada Server Active Directory lain. Langkah pertama untuk mengenalkan
user yang ada pada Server Active Directory adalah mengakses alamat IP VSOM
yaitu http://222.124.21.115 yang menampilkan tampilan login untuk masuk ke
dalam VSOM dengan menggunakan username “root” dan password
“secur4u”seperti ditunjukan oleh Gambar 15.

Gambar 15. Tampilan Login VSOM.

Setelah berhasil masuk ke dalam VSOM, maka langkah selanjutnya adalah
menambahkan user pada VSOM, untuk menambahkan user , yang harus
dikenalkan pada VSOM adalah nama user yang ada pada Server Active Directory.
Pada langkah ini terdapat beberapa pengaturan untuk mengenalkan user yang ada
pada Server Active Directory antara lain pengaturan User Name dan Roles yang

diterapkan pada user tersebut. Terdapat dua buah Roles yang dapat dipilih, antara
lain Administrator dan Operator seperti terlihat dalam Gambar 16.

Gambar 16. Tampilan Add Roles.

Roles yang dipakai berbeda – beda pada tiap user , user pertama diberikan
Roles sebagai Administrator , user ke dua diberikan Roles sebagai Operator dan
user ke tiga diberikan Roles sebagai Administrator dan Operator. User pertama
adalah user skripsi 1, user ke dua adalah user skripsi 2 dan user ke tiga adalah
user skripsi 3 sehingga didapatkan tiga user yang telah dikenalkan dalam VSOM.
Untuk mengetahui apakah fitur Interconnect Over Cloud berjalan, maka
diperlukan percobaan untuk mengetahuinya. Setelah user pada Active Directory
dikenalkan pada VSOM, maka langkah selanjutnya adalah uji coba login VSOM
menggunakan user pada Active Directory.
User yang ada telah diberikan Roles yang berbeda – beda sebagai indikator
bahwa hasil uji coba login tersebut berhasil. Pada uji coba menggunakan user
pertama, yaitu skripsi 1, menggunakan username “skripsi 1” dan password
“skripsi1” seperti yang telah dibuat pada Server Active Directory. Pada Gambar
17 terlihat bahwa deskripsi yang muncul setelah login pada sebelah kanan atas
bernama “skripsi user satu”, deskripsi tersebut terdapat pada konfigurasi add user
pada tahap sebelumnya.

Gambar 17. Tampilan Menu User skripsi 1.

Pengujian berikutnya juga dilakukan pada ke dua user yang tersisa yaitu user
ke dua dan user ke tiga. Melakukan login menggunakan user dan password yang
sama dengan yang ada pada Server Active Directory. Perbedaan dari seluruh user
yang berhasil login adalah pada tampilan menu, dimana tiap user mempunyai
Roles yang berbeda, sesuai dengan yang telah dipilih pada langkah sebelumnya,
menu yang tampil berbeda, antara Administrator, Operator, dan keduanya atau

disebut Super User, tampilan dari ke dua user ditunjukkan oleh Gambar 18 dan
Gambar 19.

Gambar 18. Tampilan Menu User skripsi 2

Gambar 19. Tampilan Menu User skripsi 3

Setelah tahap pengujian login maka dilanjutkan dengan tahap optimize yaitu
uji coba terakhir dari seluruh sistem yang telah dibangun. User mengakses server
1 menggunakan web browser dengan menembak IP server 1 sehingga terdapat
tampilan seperti pada Gambar 20.

Gambar 20. Tampilan Web Server pada Server 1

Gambar 20 adalah tampilan dari Web Server yang ada pada server 1, pada
tampilan tersebut terdapat sebuah tombol yaitu VSOM Access, apabila user
menekan tombol tersebut, maka user diarahkan menuju server 2 dimana terdapat
aplikasi VSOM di dalamnya sehingga terdapat tampilan seperti pada Gambar 15.
Pada Gambar 15 terdapat sebuah autentifikasi untuk login, autentifikasi
tersebut meliputi user dan password, user dan password diambil dari Active
Directory yang ada pada server 1 menggunakan port 389, dalam percobaan

simulasi sederhana ini dapat diambil kesimpulan bahwa fitur Interconnect Over
Cloud dapat dibuat menggunakan port universal dalam penelitian yang saya
lakukan adalah port 80 dan 389.

5. Simpulan
Dari simpulan data yang telah terkumpul, dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Jumlah pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan cukup tinggi
karena Cloud Computing dianggap sebagai hal yang penting dalam kehidupan
sehari - hari, banyak pengguna layanan Cloud Computing yang memiliki atau
menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing. Interconnect
Over Cloud adalah sebuah fitur baru di dalam layanan Cloud Computing, fitur ini
memungkinkan sebuah penyedia layanan Cloud Computing dapat berkomunikasi
dengan layanan Cloud Computing lainnya. Dari data yang didapat terlihat bahwa
kebutuhan akan fitur Interconnect Over Cloud saat ini cukup tinggi namun tidak
diiringi dengan jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah
menyediakan fitur ini, tingginya minat responden terhadap fitur ini juga dapat
terlihat pada data yang menunjukan mengenai jumlah responden yang
menggunakan fitur Interconnect Over Cloud. Dari analisis awal maka dibuatlah
sebuah simulasi sederhana mengenai Interconnect Over Cloud.
Pada tahap implementasi menunjukan bahwa dua buah penyedia layanan
Cloud Computing dapat saling terhubung menggunakan protokol universal.
Protokol yang digunakan adalah protokol Lightweight Directory Access Protocol
(LDAP), yaitu port 389 pada Server 1, untuk penggunaan port selain port LDAP
yaitu 389, dapat juga diimplementasikan menggunakan port universal lain seperti
port 80 yang digunakan untuk HTML, port 21 yang digunakan untuk FTP, port
110 yang digunakan untuk Email POP3, dan port 6901 dan 6891 sampai 6900
yang digunakan untuk MSN Messenger. Selain menggunakan port universal,
dapat juga menggunakan Aplication Programing Interface (API), API adalah
sekumpulan perintah, fungsi dan protocol yang disediakan oleh sistem komputer
atau library program yang berfungsi untuk mensupport sebuah program
berkomunikasi dengan sistem operasi atau hardware. Cisco yang selama ini
dikenal selalu membuat protocol tertutup seperti OSPF masih dapat terhubung
dengan perangkat lain menggunakan port universal, hal ini membuktikan bahwa
Interconnect Over Cloud mudah dibuat dan hemat menggunakan universal
protocol.

6. Daftar Pustaka
[1] Sudaryono, Diah Aryani dan Ira Tyas Ningrum, 2012, Cloud Computing :
Teori dan Implementasinya dalam Dunia Bisnis dan Pemasaran, Journal
CCIT. Volume 5 No. 2.
[2] Afdhal, 2013, Studi Perbandingan Layanan Cloud Computing, Jurnal
Rekayasa Elektrik. Volume. 10 No. 4.
[3] Moedjiono, 2010, Cloud Computing : Gelombang Informatisasi Layanan
Dunia Bisnis Masa Depan, Jurnal TELEMATIKA MKOM. Volume 2 No. 2.

[4] Mohammed, Arif, 2009, A History of Cloud Computing,
http://www.computerweekly.com/Articles/2009/06/10/235429/A-history-ofcloud-computing.htm. Diakses tanggal 4 Februari 2015 pukul 18.44 WIB.
[5] Mell Peter, Grance Timothy, 2011, The NIST Definition of Cloud
Computing, U.S Department of Commerce Special Publication 800-145.
[6] Syaikhu, Akhmad, 2012, Komputasi Awan (Cloud Computing) Perpustakaan
Pertanian, Jurnal Pustakawan Indonesia. Volume 10 No. 1.
[7] Johnson, Thomas, 2013, All data stored on cloud computing services can be
accessed
by
US
government
without
a
warrant,
http://endthelie.com/2013/01/30/all-data-stored-on-cloud-computingservices-can-be-accessed-by-us-government-without-a-warrant/.
Diakses
tanggal 8 Februari 2015 pukul 13.03 WIB.
[8] Rouse,
Margaret,
2005,
Port,
http://searchnetworking.techtarget.com/definition/port. Diakses tanggal 7
Februari 2015 pukul 11.24 WIB.
[9] Bauer,
Jason,
2003,
How
to
Port
Forward
a
Router ,
http://portforward.com/english/routers/port_forwarding/. Diakses tanggal 21
Februari 2015 pukul 16.43 WIB.
[10] Occhiogrosso, Stephen. J, The Cisco PPDIOO Life Cycle, http://ccie-ornull.net/tag/ppdioo/. Diakses pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 11.31
WIB.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65