Introduksi Teknologi Pertanian Ramah Lin
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI1
Sunarti, Heri Junedi dan Endriani2
ABSTRAK
Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep
pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah
lingkungan. Usaha tani berbasis reuse, reduce dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk
membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat meningkatkan ketahananya terhadap
serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca panen. Tujuan kegiatan introduksi
teknologi pertanian ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1) Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan.
(2) Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia. (3)
Meningkatkan pengetahuan petani peternak tentang produksi. Metode pelaksanaan kegiatan
penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah
ternak sapi menjadi trichokompos, demonstrasi penerapan 3R, melaksanakan percontohan dan
pendampingan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis organik di lahan
petani demonstrator, serta melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani.
Penerapan introduksi teknologi budidaya jagung dapat mencapai produktivitas (potensi hasil)
sebesar 6,78 t/ha. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar
Rp.12.930.000,00 dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan
sebesar Rp.2.400.000,00 dengan R/C ratio 0,33. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan
produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat meningkatkan pendapatan sebesar
Rp.10.530.000,00/ha dari teknologi petani.
Kata kunci: Introduksi teknologi, pertanian ramah lingkungan, reuse, reduce, recycle.
PENDAHULUAN
Usaha budidaya tanaman ramah lingkungan adalah usaha budidaya yang dilakukan
dengan prinsip tidak merusak lingkungan dan mencemari lingkungan terkait dengan aspek
pemanfaatan sumber daya alam, pembuangan limbah dan keamanan lingkungan sekitarnya.
Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep
pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah
lingkungan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007).
Perkembangan ekonomi global dan regional menuntut petani khususnya petani pangan
dan sayuran untuk melakukan usaha tani tidak hanya mendapatkan produksi tinggi tetapi juga
harus mempertimbangkan kualitas produksi dan dukungan usaha taninya. Hal ini karena
semakin besarnya keinginan konsumen akan produk sayuran yang bermutu dengan tingkat
keamanan pangan yang tinggi serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang pelestarian lingkungan. Menurut Sumarno (2008), usaha tani berbasis reuse, reduce
dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat
1
2
Dibiayai Dana DP2M Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2012
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
meningkatkan ketahananya terhadap serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca
panen.
Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan
petani, karena dapat memaksimalkan pemakaian bahan-bahan yang ada di sekitar petani dan
menekan biaya usaha tani (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007). Beberapa
komponen 3R yang dilakukan dalam rangka mengelola pertanaman sayuran yang ramah
lingkungan adalah:
Reduce (mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang
lain.
Penerapan prinsip 3R ini dalam menangani limbah dan meningkatkan produksi dan
pendapatan petani, juga merupakan program Pemerintah Provinsi Jambi dalam menuju Jambi
Emas 2015 (Badan Pusat Statistik 2009). Dengan prinsip 3R dalam pendampingan petani
berarti petani mitra dan Perguruan Tinggi ikut dalam menunjang program pemerintah.
Pertanian dominan yang diusahakan petani di Desa Kasang Pudak meliputi tanaman palawija
(jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman sayuran
(mentimun, kacang panjang, gambas, tomat, bayam. Namun produksi tanaman ini masih
rendah, sementara petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia setiap musim tanam.
Disamping itu petani umumnya masih melakukan teknik budidaya secara konvensional.
Disamping sebagai petani sayuran dan palawija, masyarakat tani di daerah ini juga memelihara
sapi potong, terdapat sekitar 15 ekor sapi pada satu rumah tangga. Limbah ternak ini disamping
mencemari lingkungan melalui aroma amoniak, juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk
meningkatkan produktivitas lahan usaha tani masyarakat Desa Kasang Pudak.
Penerapan konsep 3R dalam mengelola limbah/sampah yang bersumber dari kandang
ternak adalah menjadikannya kompos, pengomposan kotoran ternak merupakan proses daur
ulang (recycle) limbah. Usaha tani palawija dan sayuran yang ramah lingkungan dengan
pemilihan jenis-jenis tanaman yang tepat serta spesifik lokasi, dirasa cukup bijaksana dalam
upaya optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi
masyarakat mandiri secara ekonomis di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Tujuan kegiatan introduksi teknologi pertanian
ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan; (2)
Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida
kimia dan pupuk kimia; (3) Meningkatkan pengetahuan
petani peternak tentang produksi zero waste, (4)
Meningkatkan kemampuan manajerial petani dalam
berusahatani.
METODE PELAKSANAAN
Peserta
Peserta kegiatan IbM atau Mitra Perguruan Tinggi pada program IbM ini adalah
kelompok tani sayuran ”Lentera” yang beranggotakan 24 orang petani sayuran, yang diketuai
oleh Sunarko, dan kelompok tani ”Jaya Makmur” yang beranggotakan 21 orang , diketuai oleh
Jumadi. Kedua kelompok tani ini berada di wilayah Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh
Ulu Kabupaten Muaro Jambi, walaupun secara administratif terletak pada satu desa namun
secara akses transportasi kedua kelompok tani mitra terletak pada jarak lebih dari 25 km satu
sama lainnya.
Penerapan kegiatan introduksi teknologi pertanian berbasis 3R dilaksanakan di Desa
Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, yaitu pada kelompok tani
“Lentera” dan “Jaya Makmur”. Waktu pelaksanaan kegiatan selama 8 bulan yaitu dari bulan
April 2012 sampai Desember 2012.
Lokasi dan waktu
Introduksi teknologi melalui program IbM dilaksanakan di Desa Kasang Pudak
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Pelaksanaan kegiatan sekitar
8 bulan, yaitu dari April 2012 sampai November 2012.
Pelaksanaan Kegiatan IbM
Metode pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut:
1. Pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah ternak sapi menjadi trichokompos, tujuannya
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman petani tentang lingkungan bersih,
menambah keterampilan petani mengolah limbah ternak menjadi kompos, serta
penerapannya pada lahan usaha tani;
2. Demonstrasi penerapan 3R pada skala rumah tangga dan menstimulan wanita tani dalam
penerapan 3 R dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tujuannya agar ibu rumah tangga dan
remaja puteri dapat dan mampu memilah sampah, mendaur ulang dan/atau menggunakan
kembali;
3. Melaksanakan percontohan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis
organik di lahan petani demonstrator dengan melibatkan seluruh anggota kursus, yang
mencakup kegiatan pembuatan pupuk kompos, olah tanah konservasi, penentuan bidang
olah dan pemberian pupuk organik;
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
4. Melaksanakan pendampingan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi
usaha tani ramah lingkungan bebas pupuk dan pestisida kimia di lahan milik petani itu
sendiri;
5. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani, dengan cara pertemuan
dengan anggota kelompok tani baik di lapangan maupun di ruangan, serta mendiskusikan
perkembangan di lapangan;
6. Melakukan evaluasi keberhasilan program, dengan indikator hasil panen dan analisis usaha
tani.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dan informasi serta upaya untuk memahami kebutuham masyarakat
tani serta respon petani di lokasi kegiatan menggunakan tehnik PRA (Paticipatory rural
appraisal). Prinsip dasar dari PRA adalah: (1) melibatkan seluruh kelompok secara repressif;
(2) masyarakat lokasi demonstrasi sebagai pelaku utama; (3) menerapkan prinsip tringulasi; (4)
berorientasi praktis; (5) mengoptimal hasil; (6) santai informal, dan (7) prinsip demokratis.
Data ekonomi dikumpulkan dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Untuk
mengetahui respon petani dilakukan wawancara secara semi struktural. Data agronomis
dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan. Deskripsi teknologi 3R dibandingkan
dengan teknologi petani disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Lingkup
kegiatan
Jenis data
Metode
Pelaksanaan
Metode Analisis
Persiapan
Data calon petani
PRA
Deskriptif, kualitatif
Pelaksanaan
Aspek teknis
FRK
Deskriptif, kualitatif
Ekonomi
Trichokompos
Hasil Tanaman
FRK
Deskriptif, kualitatif
Keragaan
Aspek teknis, produktivitas,
sosek, hasil
FRK dan PRA
Deskriptif, kualitatif,
kuantitatif
Kelembagaan
kelompok tani
Program/usaha
Keterkaitan dengan
kelembagaan penunjang
FRK dan PRA
Deskriptif, kualitatif,
FRK
Deskriptif, kualitatif
Desimenasi
Umpan balik dan respon
petani, pemda terkait untuk
pengembangan
Paket Teknologi yang Diterapkan
Sesuai dengan hasil sosialisasi, pelatihan dan petunjuk teknis di lapangan tentang cara
budidaya jagung ramah lingkungan sesuai cara petani dan cara tanam yang diperbaiki disajikan
pada Tabel 2.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Tabel 2. Paket teknologi konvensional cara petani dan introduksi teknologi 3R
Limbah ternak sapi
Teknologi konvensional
(cara petani )
Tidak diolah
Pengolahan tanah
Sempurna
Teknologi Introduksi
(ramah lingkungan-3R)
Diolah menjadi
trichokompos
Minimum
Varietas jagung
lokal
berlabel
Jarak tanam
100x40cm
benih 2-3 biji/lubang
Jagung 75x25cm,
benih 1 biji/lubang
Pola tanam
Monokultur, terus menerus
Polikultur, tanam
berseling
Aplikasi pupuk kimia
Urea, SP36 dan KCl
Urea, SP36 dan KCl
Dosis pupuk
Seadanya
1/2 dosis anjuran
Trichokompos 5 ton/ha
Aplikasi pupuk organik
Tidak ada
Aplikasi pestisida
pestisida kimia
Pestisida nabati
Pengendalian gulma
Manual
Manual
Pengendalian OPT
tradisional
Sesuai PHT ramah
lingkungan
Variabel
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif ditujukan untuk memperoleh
gambaran secara holistik, sedangkan analisis kualitatif ditujukan untuk mengukur peubah
kuantitatif menggunakan parameter statistik sederhana seperti persentase, nilai maksimum,
minimum dan nilai rataan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis terhadap
input dan output dari usahatani (B/C ratio).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi
Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan
Kumpeh Ulu, terletak pada lokasi yang cukup strategis, jarak tempuh ke ibu kota kecamatan
sekitar 10 km, ke ibu kota Kabupaten sekitar 40 km dan ke ibu kota propinsi sekitar 15 km.
Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Kasang Pudak ke Kota Jambi sangat dekat
sehingga memudahkan dan memperlancar keluar masuknya teknologi dan pengetahuan.
Petani di lokasi IbM melaksanakan ushatani hanya pada musim penghujan saja
sedangkan pada musim kemarau petani membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan
baik. Petani menanam tanaman pangan maupun sayuran secara monokultur, di antara sayuran
yang ditanam petani adalah bayam, kangkung, kacang panjang, pare, gambas, mentimun,
terong, dan lain-lain. Disamping itu petani juga menanam tanaman palawija seperti jagung,
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
kacang tanah dan kedelai. Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya sayuran
adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan
penyemprotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham bahwa
sebelum pemanenan tidak boleh dilakukan penyemprotan pestisida karena akan
membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak
miskin hara.
Petani di Desa Kasang Pudak ini, khususnya pada kelompok tani Lentera umumnya
memelihara ternak sapi 13-15 ekor per rumah tangga. Satu ekor sapi dalam satu hari
menghasilkan kotoran ± 20 kg, satu rumah tangga menghasilkan limbah kotoran sapi 260-300
kg per hari. Namun potensi limbah/sampah dari kandang ternak ini hanya ditimbun saja di
dekat kandang tanpa ada usaha mengolahnya menjadi kompos. Dalam kondisi demikian
tentunya berdampak besar terhadap kesehatan manusia dan tanaman, karena kotoran dan sisa
pakan ternak tanpa diproses lebih lanjut merupakan media penyebarluasan patogen, jamur,
parasit dan bibit tanaman liar yang merugikan tanaman.
Introduksi Teknologi Usahatani Ramah Lingkungan
Upaya untuk membantu terciptanya lingkungan hidup yang sehat dimulai dari peran
serta wanita, khususnya ibu rumah tangga dan remaja putri dalam pengelolaan sampah dan
pengelolaan menjadi kompos pada khususnya, namun demikian kegiatan ini harus didukung
sepenuhnya oleh masyarakat. Kita harus menyebarluaskan pengetahuan tentang cara-cara
penanganan sampah rumah tangga yang di waktu-waktu mendatang makin penting, mengingat
kualitas maupun kuantitas sampah yang diproduksi rumah tangga makin beragam dan ada
kecenderungan makin sulit penanganannya. Hal-hal yang perlu diungkapkan ketika kita
membicarakan penanganan sampah rumah tangga dan limbah adalah memperjelas materi
sampah rumah itu sendiri, cara penanganannya secara umum, sampah yang dapat dikomposkan
dan cara pengomposannya.
Tabel 3. Tingkat respon petani terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan berbasis 3R
Jenis kegiatan
Jumlah peserta
Partipatif (%)
Sosialisasi pilah sampah rumah tangga
40
>90%
Pelatihan mengubah barang bekas
43
100%
menjadi barang berguna
Pelatihan membuat trichokompos
36
90%
Petani demonstrator
4
100%
Demplot jagung var. sweet corn
2
100%
Demplot sayur organik
2
100%
Keberlanjutan program
Berlanjut
Berlanjut
Aktivitas peserta
Selama mengikuti kegiatan pelatihan dan demonstrasi teknologi melalui program IbM
ini peserta pelatihan secara umum sangat menikmati. Memiliki motivasi yang tinggi dan
mempunyai pengharapan yang sangat positif atas kegiatan IbM yang dilakukan. Dalam proses
pelatihan sering terjadi diskusi dan tanya jawab, saling memberikan pandangan dan harapan ke
depan yang lebih baik. Disamping itu petani pada kedua kelompok tani juga bersedia dan
sangat responsif terhadap keberlanjutan program. Tingkat partisipatif peserta disajikan pada
Tabel 3.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Keragaan Pertumbuhan Tanaman
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa paket introduksi lebih baik dibandingkan
paket petani. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa keunggulan paket introduksi
terletak pada homogenitas pertumbuhan tanaman sedangkan paket petani pertumbuhan
tanaman tidak homogen. Dari semua parameter pengamatan yang dilakukan memperlihatkan
perbedaan, mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol, demikian juga
hasil serta komponen hasil paket introduksi memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang
lebih baik dari paket petani. Hasil tertinggi diperoleh pada paket introduksi 6,78 t/ha sedangkan
paket petani hanya 3,22 t/ha terjadi peningkatan 3,56 t/ha atau (31,73%) bila menggunakan
paket introduksi (Tabel 4).
Tabel 4. Pertumbuhan dan hasil tanaman kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan
kering
Hasil Pengamatan
Parameter pengamatan
Introduksi teknologi
Cara petani
Tinggi tanaman (cm)
266,76
168,44
Tinggi letak tongkol (cm)
148,65
140,88
Lingkaran tongkol (cm)
16,34
13,90
Jumlah baris/tongkol
15,68
14,08
Jumlah biji/baris
39,65
30,56
Berat 100 biji (g)
31,76
27,22
Produktivitas (t/ha)
6,78
3,22
Paket introduksi teknologi yang dicobakan lebih tinggi dari laporan Badan Pusat
Statistik (2009) 3,64 t/ha dan hasil paket introduksi juga lebih tinggi dari hasil penelitian
Mawardi dan Edi (2007) menggunakan varietas yang sama 5,3 t/ha. Terjadinya perbedaan
pertumbuhan, hasil dan komponen hasil pada aplikasi teknologi budidaya jagung pada lahan
petani demonstrator diduga disebabkan oleh (a) berbedanya populasi tanaman; (b) berbedanya
jumlah, waktu dan sumber pupuk yang digunakan. Paket introduksi menggunakan jarak tanam
75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, sedangkan paket petani menggunakan jarak tanam
75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam. Dengan berbedanya jarak tanam akan membedakan
jumlah populasi dan diduga berpengaruh terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada
pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian juga halnya pemupukan pada paket introduksi
pupuk yang digunakan Urea 150 kg, SP-36 50 kg, KCl 50 kg dan 5000 kg pupuk trichokompos
per hektar, sedangkan pada paket petani Urea 300 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar.
Pemberian pupuk pada lahan introduksi setengah dosis anjuran, sedangkan pada paket petani
sesuai anjuran pada umur 15 hari sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemberian pupuk
organik pada teknologi introduksi juga diduga memberikan pertumbuhan dan produksi
tanaman yang lebih baik, hal yang sama dikemukakan oleh Bawolye (2006) bahwa penggunaan
pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam budidaya tanaman merupakan kebutuhan pokok
disamping penggunaan pupuk kimia. Selanjutnya Amril et al. (2001) menyatakan penggunaan
pupuk kandang yang diinkubasi dengan trichoderma pada tanaman dapat mengurangi
penggunaan pupuk kimia sampai (25%).
Kelayakan Ekonomis
Secara umum usahatani jagung dengan teknologi introduksi, lebih menguntungkan
dibanding teknologi petani. Walaupun dari komponen biaya terlihat bahwa teknologi introduksi
lebih tinggi dari teknologi petani, namun dari segi produktivitas lebih tinggi sehingga dapat
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
memberikan keuntungan kepada petani. Total biaya yang diperlukan pada teknologi introduksi
adalah sebesar Rp.7.410.000/ha, dimana terjadi penambahan biaya untuk pupuk trichokompos
seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis usahatani jagung pada lahan introduksi teknologi
Uraian
Penerimaan
Produksi (t/ha) @3000
Biaya bahan
Benih (kg/ha) @110000
Urea @1200
SP36 @1600
KCl @8000
Trichokompos @4000
Pestisida nabati (l/ha) @10.000
Pestisida kimia @38.000
Sub total
Tenaga kerja
Olah tanah (HTK) @70000
Menanam (HOK) @25000
Memupuk (HOK) @25000
Menyiang (HOK) @25000
Pengendalian OPT (HOK)
Panen (HOK) @25000
Angkut (HTK) @35000
Prosesing (HOK) @35000
Sub total
Total biaya
Pendapatan
R/C ratio
MBCR
Petani demonstrator
Volume
Nilai (Rp)
Petani non demonstrator
Volume
Nilai (Rp)
6,78
20.340.000
3,22
9.660.000
20
150
50
50
5000
10
0
2.200.000
180.000
80.000
400.000
2.000.000
100.000
0
4.960.000
30
300
100
100
0
0
5
3.300.000
360.000
160.000
800.000
0
0
190.000
4.810.000
350.000
300.000
200.000
500.000
125.000
500.000
175.000
300.000
2.450.000
7.410.000
12.930.000
1,74
5
12
8
20
5
20
5
12
350.000
300.000
200.000
500.000
125.000
500.000
175.000
300.000
2.450.000
7.260.000
2.400.000
0,33
5
12
8
20
5
20
5
12
71,2
Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi adalah sebesar
Rp.12.930.000/ha, sedangkan teknologi petani sebesar Rp.2.400.000/ha. Perbedaan keuntungan
yang sangat menyolok disebabkan oleh tingkat produktivitas yang dicapai. Nilai indek R/C
ratio menunjukkan bahwa teknologi introduksi dapat memberikan tambahan keuntungan yaitu:
dengan R/C ratio 1,74 sedangkan teknologi petani dengan R/C ratio sebesar 0,33. Hal ini
berarti bahwa tambahan input Rp.100,- pada teknologi introduksi memberikan keuntungan
sebesar Rp.174,- sedangkan teknologi petani memberikan keuntungan sebesar Rp.33,Teknologi petani secara finansial masih menguntungkan, tapi jauh lebih kecil dibandingkan
keuntungan petani yang menerapkan teknologi introduksi.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Introduksi teknologi pada budidaya jagung memberikan dampak positif kerena
keuntungannya cukup memadai dan MBCR nilai yang dicapai cukup tinggi yaitu 71,20 (nilai
kelayakan finansial MBCR >1) sehingga teknologi yang diterapkan sangat layak untuk
diusahakan oleh petani (Tabel 5).
KESIMPULAN
1. Penerapan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan pada budidaya jagung dapat
mencapai produktivitas (potensi hasil) sebesar 6,78 t/ha;
2. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar Rp.12.930.000,dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan sebesar
Rp.2.400.000,- dengan R/C ratio 0,33;
3. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat
meningkatkan pendapatan sebesar Rp.0.530.000,-/ha dari teknologi petani;
4. Perbaikan teknologi budidaya jagung perlu dilakukan, untuk peningkatan produktivitas
lahan dan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Amril, B., F. Nurdin, Yulimasni, Syafril, M. Arsyad, dan A. Warman, dan S. G. Dewi. 2001.
Pengkajian Teknologi Menunjang Agribisnis Sayuran di Sumatera Barat. Laporan hasil
Pengkajian BPTP Sukarami.
Badan Pusat Statistik, 2009. Provinsi Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Jambi Kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi.
Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Sumber: IRRI Rice Knowledge Bank
(masukan dari V.Balasubramanian dan M.Bell).http://www.pustaka-deptan.go.id/
publikasi/wr276057.pdf [30 Agustus 2008].
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2007. Pedoman Standar Minimal BPP
Model di Sumatera Barat, Sumatera Barat.
Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT Jagung
Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Lokakarya Percepa-tan Penerapan IPTEK
dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan
Pertanian. Jambi.
Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi
Jambi. Pemda Provinsi Jambi.
Sumarno, 2008. Konsep Usahatani Lestari dan Ramah Lingkungan. Makalah Seminar HasilHasil Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi Malang, 8-9 Maret
2008.
ISSN: 1410-0770
41
INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI1
Sunarti, Heri Junedi dan Endriani2
ABSTRAK
Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep
pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah
lingkungan. Usaha tani berbasis reuse, reduce dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk
membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat meningkatkan ketahananya terhadap
serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca panen. Tujuan kegiatan introduksi
teknologi pertanian ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1) Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan.
(2) Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia. (3)
Meningkatkan pengetahuan petani peternak tentang produksi. Metode pelaksanaan kegiatan
penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah
ternak sapi menjadi trichokompos, demonstrasi penerapan 3R, melaksanakan percontohan dan
pendampingan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis organik di lahan
petani demonstrator, serta melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani.
Penerapan introduksi teknologi budidaya jagung dapat mencapai produktivitas (potensi hasil)
sebesar 6,78 t/ha. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar
Rp.12.930.000,00 dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan
sebesar Rp.2.400.000,00 dengan R/C ratio 0,33. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan
produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat meningkatkan pendapatan sebesar
Rp.10.530.000,00/ha dari teknologi petani.
Kata kunci: Introduksi teknologi, pertanian ramah lingkungan, reuse, reduce, recycle.
PENDAHULUAN
Usaha budidaya tanaman ramah lingkungan adalah usaha budidaya yang dilakukan
dengan prinsip tidak merusak lingkungan dan mencemari lingkungan terkait dengan aspek
pemanfaatan sumber daya alam, pembuangan limbah dan keamanan lingkungan sekitarnya.
Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep
pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah
lingkungan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007).
Perkembangan ekonomi global dan regional menuntut petani khususnya petani pangan
dan sayuran untuk melakukan usaha tani tidak hanya mendapatkan produksi tinggi tetapi juga
harus mempertimbangkan kualitas produksi dan dukungan usaha taninya. Hal ini karena
semakin besarnya keinginan konsumen akan produk sayuran yang bermutu dengan tingkat
keamanan pangan yang tinggi serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang pelestarian lingkungan. Menurut Sumarno (2008), usaha tani berbasis reuse, reduce
dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat
1
2
Dibiayai Dana DP2M Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2012
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
meningkatkan ketahananya terhadap serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca
panen.
Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan
petani, karena dapat memaksimalkan pemakaian bahan-bahan yang ada di sekitar petani dan
menekan biaya usaha tani (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007). Beberapa
komponen 3R yang dilakukan dalam rangka mengelola pertanaman sayuran yang ramah
lingkungan adalah:
Reduce (mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang
lain.
Penerapan prinsip 3R ini dalam menangani limbah dan meningkatkan produksi dan
pendapatan petani, juga merupakan program Pemerintah Provinsi Jambi dalam menuju Jambi
Emas 2015 (Badan Pusat Statistik 2009). Dengan prinsip 3R dalam pendampingan petani
berarti petani mitra dan Perguruan Tinggi ikut dalam menunjang program pemerintah.
Pertanian dominan yang diusahakan petani di Desa Kasang Pudak meliputi tanaman palawija
(jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman sayuran
(mentimun, kacang panjang, gambas, tomat, bayam. Namun produksi tanaman ini masih
rendah, sementara petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia setiap musim tanam.
Disamping itu petani umumnya masih melakukan teknik budidaya secara konvensional.
Disamping sebagai petani sayuran dan palawija, masyarakat tani di daerah ini juga memelihara
sapi potong, terdapat sekitar 15 ekor sapi pada satu rumah tangga. Limbah ternak ini disamping
mencemari lingkungan melalui aroma amoniak, juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk
meningkatkan produktivitas lahan usaha tani masyarakat Desa Kasang Pudak.
Penerapan konsep 3R dalam mengelola limbah/sampah yang bersumber dari kandang
ternak adalah menjadikannya kompos, pengomposan kotoran ternak merupakan proses daur
ulang (recycle) limbah. Usaha tani palawija dan sayuran yang ramah lingkungan dengan
pemilihan jenis-jenis tanaman yang tepat serta spesifik lokasi, dirasa cukup bijaksana dalam
upaya optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi
masyarakat mandiri secara ekonomis di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Tujuan kegiatan introduksi teknologi pertanian
ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan; (2)
Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida
kimia dan pupuk kimia; (3) Meningkatkan pengetahuan
petani peternak tentang produksi zero waste, (4)
Meningkatkan kemampuan manajerial petani dalam
berusahatani.
METODE PELAKSANAAN
Peserta
Peserta kegiatan IbM atau Mitra Perguruan Tinggi pada program IbM ini adalah
kelompok tani sayuran ”Lentera” yang beranggotakan 24 orang petani sayuran, yang diketuai
oleh Sunarko, dan kelompok tani ”Jaya Makmur” yang beranggotakan 21 orang , diketuai oleh
Jumadi. Kedua kelompok tani ini berada di wilayah Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh
Ulu Kabupaten Muaro Jambi, walaupun secara administratif terletak pada satu desa namun
secara akses transportasi kedua kelompok tani mitra terletak pada jarak lebih dari 25 km satu
sama lainnya.
Penerapan kegiatan introduksi teknologi pertanian berbasis 3R dilaksanakan di Desa
Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, yaitu pada kelompok tani
“Lentera” dan “Jaya Makmur”. Waktu pelaksanaan kegiatan selama 8 bulan yaitu dari bulan
April 2012 sampai Desember 2012.
Lokasi dan waktu
Introduksi teknologi melalui program IbM dilaksanakan di Desa Kasang Pudak
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Pelaksanaan kegiatan sekitar
8 bulan, yaitu dari April 2012 sampai November 2012.
Pelaksanaan Kegiatan IbM
Metode pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut:
1. Pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah ternak sapi menjadi trichokompos, tujuannya
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman petani tentang lingkungan bersih,
menambah keterampilan petani mengolah limbah ternak menjadi kompos, serta
penerapannya pada lahan usaha tani;
2. Demonstrasi penerapan 3R pada skala rumah tangga dan menstimulan wanita tani dalam
penerapan 3 R dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tujuannya agar ibu rumah tangga dan
remaja puteri dapat dan mampu memilah sampah, mendaur ulang dan/atau menggunakan
kembali;
3. Melaksanakan percontohan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis
organik di lahan petani demonstrator dengan melibatkan seluruh anggota kursus, yang
mencakup kegiatan pembuatan pupuk kompos, olah tanah konservasi, penentuan bidang
olah dan pemberian pupuk organik;
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
4. Melaksanakan pendampingan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi
usaha tani ramah lingkungan bebas pupuk dan pestisida kimia di lahan milik petani itu
sendiri;
5. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani, dengan cara pertemuan
dengan anggota kelompok tani baik di lapangan maupun di ruangan, serta mendiskusikan
perkembangan di lapangan;
6. Melakukan evaluasi keberhasilan program, dengan indikator hasil panen dan analisis usaha
tani.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dan informasi serta upaya untuk memahami kebutuham masyarakat
tani serta respon petani di lokasi kegiatan menggunakan tehnik PRA (Paticipatory rural
appraisal). Prinsip dasar dari PRA adalah: (1) melibatkan seluruh kelompok secara repressif;
(2) masyarakat lokasi demonstrasi sebagai pelaku utama; (3) menerapkan prinsip tringulasi; (4)
berorientasi praktis; (5) mengoptimal hasil; (6) santai informal, dan (7) prinsip demokratis.
Data ekonomi dikumpulkan dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Untuk
mengetahui respon petani dilakukan wawancara secara semi struktural. Data agronomis
dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan. Deskripsi teknologi 3R dibandingkan
dengan teknologi petani disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Lingkup
kegiatan
Jenis data
Metode
Pelaksanaan
Metode Analisis
Persiapan
Data calon petani
PRA
Deskriptif, kualitatif
Pelaksanaan
Aspek teknis
FRK
Deskriptif, kualitatif
Ekonomi
Trichokompos
Hasil Tanaman
FRK
Deskriptif, kualitatif
Keragaan
Aspek teknis, produktivitas,
sosek, hasil
FRK dan PRA
Deskriptif, kualitatif,
kuantitatif
Kelembagaan
kelompok tani
Program/usaha
Keterkaitan dengan
kelembagaan penunjang
FRK dan PRA
Deskriptif, kualitatif,
FRK
Deskriptif, kualitatif
Desimenasi
Umpan balik dan respon
petani, pemda terkait untuk
pengembangan
Paket Teknologi yang Diterapkan
Sesuai dengan hasil sosialisasi, pelatihan dan petunjuk teknis di lapangan tentang cara
budidaya jagung ramah lingkungan sesuai cara petani dan cara tanam yang diperbaiki disajikan
pada Tabel 2.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Tabel 2. Paket teknologi konvensional cara petani dan introduksi teknologi 3R
Limbah ternak sapi
Teknologi konvensional
(cara petani )
Tidak diolah
Pengolahan tanah
Sempurna
Teknologi Introduksi
(ramah lingkungan-3R)
Diolah menjadi
trichokompos
Minimum
Varietas jagung
lokal
berlabel
Jarak tanam
100x40cm
benih 2-3 biji/lubang
Jagung 75x25cm,
benih 1 biji/lubang
Pola tanam
Monokultur, terus menerus
Polikultur, tanam
berseling
Aplikasi pupuk kimia
Urea, SP36 dan KCl
Urea, SP36 dan KCl
Dosis pupuk
Seadanya
1/2 dosis anjuran
Trichokompos 5 ton/ha
Aplikasi pupuk organik
Tidak ada
Aplikasi pestisida
pestisida kimia
Pestisida nabati
Pengendalian gulma
Manual
Manual
Pengendalian OPT
tradisional
Sesuai PHT ramah
lingkungan
Variabel
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif ditujukan untuk memperoleh
gambaran secara holistik, sedangkan analisis kualitatif ditujukan untuk mengukur peubah
kuantitatif menggunakan parameter statistik sederhana seperti persentase, nilai maksimum,
minimum dan nilai rataan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis terhadap
input dan output dari usahatani (B/C ratio).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi
Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan
Kumpeh Ulu, terletak pada lokasi yang cukup strategis, jarak tempuh ke ibu kota kecamatan
sekitar 10 km, ke ibu kota Kabupaten sekitar 40 km dan ke ibu kota propinsi sekitar 15 km.
Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Kasang Pudak ke Kota Jambi sangat dekat
sehingga memudahkan dan memperlancar keluar masuknya teknologi dan pengetahuan.
Petani di lokasi IbM melaksanakan ushatani hanya pada musim penghujan saja
sedangkan pada musim kemarau petani membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan
baik. Petani menanam tanaman pangan maupun sayuran secara monokultur, di antara sayuran
yang ditanam petani adalah bayam, kangkung, kacang panjang, pare, gambas, mentimun,
terong, dan lain-lain. Disamping itu petani juga menanam tanaman palawija seperti jagung,
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
kacang tanah dan kedelai. Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya sayuran
adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan
penyemprotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham bahwa
sebelum pemanenan tidak boleh dilakukan penyemprotan pestisida karena akan
membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak
miskin hara.
Petani di Desa Kasang Pudak ini, khususnya pada kelompok tani Lentera umumnya
memelihara ternak sapi 13-15 ekor per rumah tangga. Satu ekor sapi dalam satu hari
menghasilkan kotoran ± 20 kg, satu rumah tangga menghasilkan limbah kotoran sapi 260-300
kg per hari. Namun potensi limbah/sampah dari kandang ternak ini hanya ditimbun saja di
dekat kandang tanpa ada usaha mengolahnya menjadi kompos. Dalam kondisi demikian
tentunya berdampak besar terhadap kesehatan manusia dan tanaman, karena kotoran dan sisa
pakan ternak tanpa diproses lebih lanjut merupakan media penyebarluasan patogen, jamur,
parasit dan bibit tanaman liar yang merugikan tanaman.
Introduksi Teknologi Usahatani Ramah Lingkungan
Upaya untuk membantu terciptanya lingkungan hidup yang sehat dimulai dari peran
serta wanita, khususnya ibu rumah tangga dan remaja putri dalam pengelolaan sampah dan
pengelolaan menjadi kompos pada khususnya, namun demikian kegiatan ini harus didukung
sepenuhnya oleh masyarakat. Kita harus menyebarluaskan pengetahuan tentang cara-cara
penanganan sampah rumah tangga yang di waktu-waktu mendatang makin penting, mengingat
kualitas maupun kuantitas sampah yang diproduksi rumah tangga makin beragam dan ada
kecenderungan makin sulit penanganannya. Hal-hal yang perlu diungkapkan ketika kita
membicarakan penanganan sampah rumah tangga dan limbah adalah memperjelas materi
sampah rumah itu sendiri, cara penanganannya secara umum, sampah yang dapat dikomposkan
dan cara pengomposannya.
Tabel 3. Tingkat respon petani terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan berbasis 3R
Jenis kegiatan
Jumlah peserta
Partipatif (%)
Sosialisasi pilah sampah rumah tangga
40
>90%
Pelatihan mengubah barang bekas
43
100%
menjadi barang berguna
Pelatihan membuat trichokompos
36
90%
Petani demonstrator
4
100%
Demplot jagung var. sweet corn
2
100%
Demplot sayur organik
2
100%
Keberlanjutan program
Berlanjut
Berlanjut
Aktivitas peserta
Selama mengikuti kegiatan pelatihan dan demonstrasi teknologi melalui program IbM
ini peserta pelatihan secara umum sangat menikmati. Memiliki motivasi yang tinggi dan
mempunyai pengharapan yang sangat positif atas kegiatan IbM yang dilakukan. Dalam proses
pelatihan sering terjadi diskusi dan tanya jawab, saling memberikan pandangan dan harapan ke
depan yang lebih baik. Disamping itu petani pada kedua kelompok tani juga bersedia dan
sangat responsif terhadap keberlanjutan program. Tingkat partisipatif peserta disajikan pada
Tabel 3.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Keragaan Pertumbuhan Tanaman
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa paket introduksi lebih baik dibandingkan
paket petani. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa keunggulan paket introduksi
terletak pada homogenitas pertumbuhan tanaman sedangkan paket petani pertumbuhan
tanaman tidak homogen. Dari semua parameter pengamatan yang dilakukan memperlihatkan
perbedaan, mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol, demikian juga
hasil serta komponen hasil paket introduksi memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang
lebih baik dari paket petani. Hasil tertinggi diperoleh pada paket introduksi 6,78 t/ha sedangkan
paket petani hanya 3,22 t/ha terjadi peningkatan 3,56 t/ha atau (31,73%) bila menggunakan
paket introduksi (Tabel 4).
Tabel 4. Pertumbuhan dan hasil tanaman kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan
kering
Hasil Pengamatan
Parameter pengamatan
Introduksi teknologi
Cara petani
Tinggi tanaman (cm)
266,76
168,44
Tinggi letak tongkol (cm)
148,65
140,88
Lingkaran tongkol (cm)
16,34
13,90
Jumlah baris/tongkol
15,68
14,08
Jumlah biji/baris
39,65
30,56
Berat 100 biji (g)
31,76
27,22
Produktivitas (t/ha)
6,78
3,22
Paket introduksi teknologi yang dicobakan lebih tinggi dari laporan Badan Pusat
Statistik (2009) 3,64 t/ha dan hasil paket introduksi juga lebih tinggi dari hasil penelitian
Mawardi dan Edi (2007) menggunakan varietas yang sama 5,3 t/ha. Terjadinya perbedaan
pertumbuhan, hasil dan komponen hasil pada aplikasi teknologi budidaya jagung pada lahan
petani demonstrator diduga disebabkan oleh (a) berbedanya populasi tanaman; (b) berbedanya
jumlah, waktu dan sumber pupuk yang digunakan. Paket introduksi menggunakan jarak tanam
75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, sedangkan paket petani menggunakan jarak tanam
75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam. Dengan berbedanya jarak tanam akan membedakan
jumlah populasi dan diduga berpengaruh terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada
pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian juga halnya pemupukan pada paket introduksi
pupuk yang digunakan Urea 150 kg, SP-36 50 kg, KCl 50 kg dan 5000 kg pupuk trichokompos
per hektar, sedangkan pada paket petani Urea 300 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar.
Pemberian pupuk pada lahan introduksi setengah dosis anjuran, sedangkan pada paket petani
sesuai anjuran pada umur 15 hari sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemberian pupuk
organik pada teknologi introduksi juga diduga memberikan pertumbuhan dan produksi
tanaman yang lebih baik, hal yang sama dikemukakan oleh Bawolye (2006) bahwa penggunaan
pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam budidaya tanaman merupakan kebutuhan pokok
disamping penggunaan pupuk kimia. Selanjutnya Amril et al. (2001) menyatakan penggunaan
pupuk kandang yang diinkubasi dengan trichoderma pada tanaman dapat mengurangi
penggunaan pupuk kimia sampai (25%).
Kelayakan Ekonomis
Secara umum usahatani jagung dengan teknologi introduksi, lebih menguntungkan
dibanding teknologi petani. Walaupun dari komponen biaya terlihat bahwa teknologi introduksi
lebih tinggi dari teknologi petani, namun dari segi produktivitas lebih tinggi sehingga dapat
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
memberikan keuntungan kepada petani. Total biaya yang diperlukan pada teknologi introduksi
adalah sebesar Rp.7.410.000/ha, dimana terjadi penambahan biaya untuk pupuk trichokompos
seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis usahatani jagung pada lahan introduksi teknologi
Uraian
Penerimaan
Produksi (t/ha) @3000
Biaya bahan
Benih (kg/ha) @110000
Urea @1200
SP36 @1600
KCl @8000
Trichokompos @4000
Pestisida nabati (l/ha) @10.000
Pestisida kimia @38.000
Sub total
Tenaga kerja
Olah tanah (HTK) @70000
Menanam (HOK) @25000
Memupuk (HOK) @25000
Menyiang (HOK) @25000
Pengendalian OPT (HOK)
Panen (HOK) @25000
Angkut (HTK) @35000
Prosesing (HOK) @35000
Sub total
Total biaya
Pendapatan
R/C ratio
MBCR
Petani demonstrator
Volume
Nilai (Rp)
Petani non demonstrator
Volume
Nilai (Rp)
6,78
20.340.000
3,22
9.660.000
20
150
50
50
5000
10
0
2.200.000
180.000
80.000
400.000
2.000.000
100.000
0
4.960.000
30
300
100
100
0
0
5
3.300.000
360.000
160.000
800.000
0
0
190.000
4.810.000
350.000
300.000
200.000
500.000
125.000
500.000
175.000
300.000
2.450.000
7.410.000
12.930.000
1,74
5
12
8
20
5
20
5
12
350.000
300.000
200.000
500.000
125.000
500.000
175.000
300.000
2.450.000
7.260.000
2.400.000
0,33
5
12
8
20
5
20
5
12
71,2
Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi adalah sebesar
Rp.12.930.000/ha, sedangkan teknologi petani sebesar Rp.2.400.000/ha. Perbedaan keuntungan
yang sangat menyolok disebabkan oleh tingkat produktivitas yang dicapai. Nilai indek R/C
ratio menunjukkan bahwa teknologi introduksi dapat memberikan tambahan keuntungan yaitu:
dengan R/C ratio 1,74 sedangkan teknologi petani dengan R/C ratio sebesar 0,33. Hal ini
berarti bahwa tambahan input Rp.100,- pada teknologi introduksi memberikan keuntungan
sebesar Rp.174,- sedangkan teknologi petani memberikan keuntungan sebesar Rp.33,Teknologi petani secara finansial masih menguntungkan, tapi jauh lebih kecil dibandingkan
keuntungan petani yang menerapkan teknologi introduksi.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770
41
Introduksi teknologi pada budidaya jagung memberikan dampak positif kerena
keuntungannya cukup memadai dan MBCR nilai yang dicapai cukup tinggi yaitu 71,20 (nilai
kelayakan finansial MBCR >1) sehingga teknologi yang diterapkan sangat layak untuk
diusahakan oleh petani (Tabel 5).
KESIMPULAN
1. Penerapan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan pada budidaya jagung dapat
mencapai produktivitas (potensi hasil) sebesar 6,78 t/ha;
2. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar Rp.12.930.000,dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan sebesar
Rp.2.400.000,- dengan R/C ratio 0,33;
3. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat
meningkatkan pendapatan sebesar Rp.0.530.000,-/ha dari teknologi petani;
4. Perbaikan teknologi budidaya jagung perlu dilakukan, untuk peningkatan produktivitas
lahan dan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Amril, B., F. Nurdin, Yulimasni, Syafril, M. Arsyad, dan A. Warman, dan S. G. Dewi. 2001.
Pengkajian Teknologi Menunjang Agribisnis Sayuran di Sumatera Barat. Laporan hasil
Pengkajian BPTP Sukarami.
Badan Pusat Statistik, 2009. Provinsi Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Jambi Kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi.
Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Sumber: IRRI Rice Knowledge Bank
(masukan dari V.Balasubramanian dan M.Bell).http://www.pustaka-deptan.go.id/
publikasi/wr276057.pdf [30 Agustus 2008].
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2007. Pedoman Standar Minimal BPP
Model di Sumatera Barat, Sumatera Barat.
Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT Jagung
Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Lokakarya Percepa-tan Penerapan IPTEK
dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan
Pertanian. Jambi.
Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi
Jambi. Pemda Provinsi Jambi.
Sumarno, 2008. Konsep Usahatani Lestari dan Ramah Lingkungan. Makalah Seminar HasilHasil Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi Malang, 8-9 Maret
2008.