Akulturasi Komunikasi Antar Budaya (1)

Akulturasi Komunikasi Antar Budaya
Posted by mega sufriana on 09.32 in Artikel Singkat, ilmu komunikasi | 2 komentar

Pembahasan ini merupakan bagian terakhir dari trilogi komunikasi antar budaya. Edisi
sebelumnya telah sama-sama kita bahas tentang Unsur-unsur Komunikasi dan Homofil dan
Heterofili dalam Komunikasi Antar Budaya. Akultrasi merupakan suatu proses yang
dilakukan imigran untuk menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang
akhirnya mengarah kepada asimilasi. Asimilasi merupakan derajat tertinggi akultrasi yang secara
teoritis mungkin terjadi. Bagi kebanyakan imigran, asimilasi mungkin merupakan tujuan
sepanjang
hidup.
Menurut Wikipedia, Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: saat budaya
Rap dari negara asing digabungkan dengan Bahasa Jawa, menghasilkan perpaduan nge-rap
dengan
menggunakan
bahasa
Jawa.
Thomas Glick (1997) akulturasi adalah proses pergantian budaya yang diset dalam gerakan dari

pertemuan sistem budaya yang otonom. Hal tersebut menghasilkan sebuah peningkatan
persamaan antara satu dengan yang lainnya. Robert Redfield, Ralph Linton dan Melville
Herskovits dalam American Antropologist (1936) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan
sebuah hasil ketika dua kelompok budaya dari individu-individu saling bertukar perbedaan
budaya, timbul dari keberlanjutan perjumpaan pertama. Dimana terjadi perubahan dari pola asli
kebudayaan
dari
kedua
kelompok
tersebut.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan akultrasi adalah pembauran antara dua
budaya yang berbeda yang akan menghasilkan sebuah peningkatan persamaan antara satu
dengan
yang
lainnya.
Dalam proses komunikasi antara imigran dan pribumi misalnya, akulturasi terjadi melalui
identifikasi dan internalisasi lambang-lambang masyarakat pribumi yang signifikan dengan halhal yang non-pribumi (imigran). Sebagaimana orang-orang pribumi memperoleh pola-pola
budaya pribumi lewat komunikasi, seorang imigran pun memperoleh pola-pola budaya pribumi

melalui komunikasi. Seorang imigran akan mengatur dirinya untuk mengetahui dan diketahui

dalam berhubungan dengan orang lain, dan itu dilakukannya lewat komunikasi. Proses trial and
error selama akulturasi sering mengecewakan dan menyakitkan. Dalam banyak kasus, bahasa
asli
imigran
sangat
berbeda
dengan
bahasa
asli
masyarakat
pribumi.
Masalah-masalah komunikasi lainnya meliputi masalah komunikasi non-verbal, seperti
perbedaan-perbedaan dalam penggunaan dan pengaturan ruang, jarak antar pribadi, ekspresi
wajah, gerak mata, gerak tubuh lainnya, dan persepsi tentang penting tidaknya prilaku nonverbal. Orang belajar berkomunikasi dengan berkomunikasi. Tentunya melalui pengalamanpengalaman berkomunikasi yang terus menerus dan beraneka ragam, seorang imigran secara
bertahap memperoleh mekanisme komunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi
lingkungannya. Kecakapan berkomunikasi yang telah diperoleh imigran lebih lanjut menentukan
seluruh akulturasinya.
Potensi
Akulturasi
Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu, tetapi beraneka ragam,

tergantun pada potensi akulturasi yang dimiliki imigran sebelum berimigrasi. Kemiripan antara
budaya asli (imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor terpenting yang
menunjang
potensi
akulturasi.
Di antara faktor-faktor atau karakteristik-karakteristik demografik,usia pada saat berimigrasi dan
latar belakang pendidikan terbukti berhubungan erat dengan potensi akulturasi. Imigran yang
lebih tua mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru
dan mereka lebih lambat dalam memperoleh pola-pola budaya baru (Kim, 1976). Latar
belakang pendidikan imigran sebelum berimigrasi mempermudah akulturasi (Kim, 1976, 1980).
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi adalah faktor-faktor kepribadian seperti suka
berteman, toleransi, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, dan keterbukaan. Karakteristikkarakteristik kepribadian ini membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya
yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. Di samping itu, pengetahuan imigran tentang
budaya pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan yang dilakukan sebelumnya,
kontak-kontak antar pesonal, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akultrasi
imigran.
Peran
Komunikasi
Dalam
Mempermudah

Akulturasi
Peran akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan, dan menerima polapola dan aturan-aturan komunikasi dominan yang ada pada masyarakat pribumi. Kecakapan
komunikasi pribumi yang diperoleh pada gilirannya akan mempermudah semua aspek
penyesuain diri lainnya dalam masyarakat pribumi. Dan informasi tentang komunikasi imigran
memungkinkan
kita
meramalkan
derajat
dan
pola
akulturasinya.
Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat memepermudah akulturasi yang
dialaminya dalam masyarakat pribumi. Adapun faktor-faktor yang menentukan potensi akultrasi
adalah
sebagai
berikut:
Proses akulturasi akan segera berlangsung saat seorang imigran memasuki budaya pribumi.

Proses akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan kontak langsung dengam
sistem sosio-budaya pribumi. Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan sosial,

lingkungan komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus, tapi
akan bergerak majumenuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan asimilasi yang sempurna.
Jika seorang imigran ingin mempertinggi kapasitas akulturatifnya dan secara sadar berusaha
mempermudah proses akulturasinya, maka ia harus menyadari pentingnya komunikasi sebagai
mekanisme penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dan memiliki suatu kecakapan
komunikasi dalam budaya pribumi, kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan
dengan
lingkungan
pribumi.
Akulturasi adalah suatu proses interaktif "mendorong dan menarik" antara seorang imigran dan
lingkungan pribumi. Imigran tidak akan pernah mendapatkan tujuan akulturatifnya sendirian,
tetapi anggota-anggota masyarakat pribumi dapat mempermudah akulturasi imigran dengan
menerima pelaziman budaya asli imigran. Hal tersebut dapat terjadi dengan memberikan situasisituasi komunikasi yang mendukung kepada imigran, dan menyediakan diri secara sabar untuk
melakukan komunikasi antarbudaya dengan imigran. Masyarakat pribumi dapat lebih aktif
membantu akulturasi imigran dengan mengadakan program-program latihan komunikasi. Dan
nantinya segala program latihan tersebut harus membantu imigran dalam memperoleh kecakapan
komunikasi.
PENUTUP
Dalam banyak hal hubungan antarbudaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya saling
mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan

dipengaruhui oleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan
hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada yang
lainnya. Dalam prosesnya komunikasi melibatkan beberapa unsure penting, dimana satu sama
lainnya
saling
mempengaruhi.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan keberagaman suku, bahasa, agama, dan adat istiadat yang
berbeda. Dalam hubungannya membutuhkan komunikasi yang baik diantara pemeran
komunikasi supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Untuk itu, sangat
diperlukan prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam konteks kebudayaan, yang meliputi
komunikasi homofily (derajat kesamaan), heterofily (derajat ketidaksamaan), dan akultrasi
(pembauran).
Komunikasi homofily atau derajat kesamaan adalah komunikasi yang berlangsung dengan
dipengaruhi oleh beberapa hal diantanya adanya kesamaan latar belakang, kesamaan penampilan,
persamaan nilai dan lain sebagainya. Dari beberapa hal yang sama ini maka komunikasi bisa
berjalan dengan baik. Sejalan dengan itu komunikasi heterofily juga dibutuhkan, karena manusia
juga memerlukan beberapa hal yang berbeda dari komunitasnya seperti informasi-informasi baru
yang tidak ada dalam komunitasnya.
Anda mungkin juga meminati:
PRINSIP HOMOFILI DAN HETEROFILI DALAM KOMUNIKASI ANTAR ...


PENERAPAN PRINSIP KOMUNIKASI PADA KONTEKS KEBUDAYAAN
Mengenal Metode Dakwah; Turunan Metode Dakwah Hikmah (Part ...
Media Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran Dan Hadits

- See more at: http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/akulturasi-komunikasi-antarbudaya.html#sthash.TKGc50Jr.dpuf