Model Kepemimpinan Berdasarkan Teori Sit (2)

Model Kepemimpinan Berdasarkan Teori Situasional
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Manajemen Kepemimpinan Dan Kependidikan Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Juminto 16160073

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

1

Abstrak
Hersey dan Blanchard mengungkapkan teori kepemimpinan yang dikenal dengan
“Cycle Theory of Leadership” pada tahun 1982 yang bertolak dari siklus kehidupan
manusia. Menurut penelitian yang mereka temukan bahwa gaya kepemimpinan cenderung
berbeda-beda dari situasi ke situasi yang lain. Untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang
efektif harus diawali dengan mendiagnosis situasi sebaik-baiknya.
Gaya kepemimpinan situasional cukup menarik di era saat ini, karena pemimpin
dengan gaya ini akan selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi,

serta bersifat fleksibel dalam beradaptasi atau menyesuaikan dengan kematangan bawahan
dan lingkungan kerjanya. Hal itu sesuai dengan kondisi dan situasi saat ini yang menuntut
pemimpin harus bersifat akomodatif dan aspiratif terhadap lingkungan kerjanya.
kata kunci :Kepemimpinan, situasional

2

Teori Kepemimpinan Situasional
Para ahli memberikan beberapa pengertian gaya kepemimpinan situasional. Perkataan
pemimpin/leader mempunyai macam-macam pengertian. Definisi mengenai pemimpin
banyak sekali yaitu sebanyak pribadi yang meminati masalah pemimpin tersebut. Oleh karena
itu gaya kepemimpinan merupakan dampak interaktif dari faktor individu/pribadi dengan
faktor situasi.
“Teori Kepemimpinan Situasional“ dari Harsey dan Blanchard (dikutip oleh Miftah Thoha,
(1996:64) mengemukakan bahwa: gaya kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan
antara:
1.

Kadar bimbingan dan arahan (prilaku tugas) yang diberikan oleh pemimpinan.


2.

Tingkat dukungan emosional (prilaku hubungan) yang disediakan pemimpin.

3.

Tingkat kesiapan yang diperlihatkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau
tujuan tertentu.
Sedangkan pendapat (Paul Hersey dan Kennth Blonchard, (1996) adalah:” Suatu

kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan
prilakunya sendiri, berhubungan dengan tugas-tugas spesifik yang harus dilakukannya”.
Menurut Paul Hersey dan Blanchard (dikutip Miftah Thoha, (1996) gaya kepemimpinan
situasional didasarkan pada saling berhubungan diantaranya hal-hal berikut ini:
1.

Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan

2.


Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin

3.

Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan
tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Konsepsi ini telah dikembangkan untuk membantu orang untuk menjalankan gaya

kepemimpinan dengan tanpa memperhatikan perannya yang lebih efektif didalam interaksinya
dengan orang lain. Konseptual melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengkutnya. Dengan
demikian walaupun terdapat banyak variabelvariabel situasional yang penting lainnay
misalnya: organisasi, tugas-tugas pekerjaan, pengawasan dan waktu kerja, akan tetapi
penekanan dalam gaya kepamimpinan situasional ini hanyalah pada prilaku pemimpian dan
bawahannya saja.
Prilaku pengikut atau bawahan ini amat penting atau mengetahui gaya kepemimpinan
situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu, ia menerima atau menolak

3


pemimpinnya, akan tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dapat menentukan kekuatan
pribadi apapun yang dipunyai pemimpin.
Perilaku tugas adalah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan
merumuskan

peranan-peranan

dari

anggota-anggota

kelompok

atau

para

pengukut,menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, dan
bagai mana tugas-tugas tersebut harus dicapai. Perilaku hubungan adalah perilaku seorang
pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antara pribadi di antara dirinya dengan

anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur
komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada bawahan
untuk menggunakan potensinya.
Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory adalah teori
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader.
DanKen Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula
bukuManagement of Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9).
Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai
kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan
sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing
penulis

mengembangkan

teori

kepemimpinannya

sendiri-sendiri.


Hersey

mengembangkan Situational Leadership Modeldan Blancard mengembangkan Situational
Leadership Model II.
Definisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that
focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational adalah
bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat
kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak
adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung
pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya
kepemimpinan yang tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan
kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara
keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan
di dalam suatu situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan
gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional
4


bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau
kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
4 Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)
Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan individu atau
kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard
mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam notasi R1 hingga R4. Tingkat
kesiapan/kematangan pengikut ditandai oleh dua karakteristik sebagai berikut: (i.) theability
and willingness for directing their own behavior; dan (ii.) the extent to which people have and
willingness to accomplish a specific task. Berdasarkan kriteria mampu dan mau, maka
diperoleh empat tingkat kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:
Follower Readiness
R1: Readiness 1 — Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak
mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut
tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai “The
honeymoon is over“).
R2: Readiness 2 — Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia
sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.
R3: Readiness 3 — Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan
keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak mau

melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.
R4: Readiness 4 — Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan dan
keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan
kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.
4 Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
Tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok yang berbeda menuntut gaya
kepemimpinan yang berbeda pula. Hersey dan Blanchard memilah gaya kepemimpinan dalam
perilaku kerja dan perilaku hubungan yang harus diterapkan terhadap pengikut dengan derajat
kesiapan/kematangan tertentu.
Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan
pemberitahuan pada pengikut seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan
bagaimana melakukannya. Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang
tinggi di sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.

5

Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah, mendengar, memotivasi,
melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan dukungan
emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di aneka situasi.
Kategori dari keseluruhan gaya kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka dalam 4 notasi

yaitu S1 sampai S4 yang merupakan kombinasi dari dua perilaku diatas:
Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken Blanchard
S1: Telling (Pemberitahu) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini
menekankan perilaku tugas

tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya

kepemimpinantelling (kadang-kadang

disebut directing)

adalah

karakteristik

gaya

kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau kelompok
soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin
selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara

langsung.
S2: Selling (Penjual) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini
menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya
kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan
komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau
kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala kompetensi
individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap
membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh
atas proses dalam pekerjaan.
S3: Participating (Partisipatif) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi
dengan motivasi moderat (R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi
jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau
kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan
semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri
dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai
pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan
cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas
seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
S4: Delegating (Pendelegasian) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4).
Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana

gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses
pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok
6

berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif
karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung
jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya
sebuah pekerjaan.
Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang
pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap situasi.
Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya kepemimpinan, terutama menghadapi
tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.
Mengembangkan dan Memotivasi Pengikut
Seorang pemimpin yang baik mengembangkan kompetensi dan komitmen dari
pengikut sehingga mereka memotivasi diri sendiri daripada bergantung pada orang lain untuk
diarahkan atau dibimbing. Menurut Hersey tingginya kinerja pemimpin menciptakan harapan
yang realistis akan tingginya kinerja dari pengikut. Sebaliknya rendahnya harapan pemimpin
mengakibatkan rendahnya kinerja pengikut. Menurut Ken Blanchard empat kombinasi
kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat perkembangan seperti yang disebutkan
dalam notasi dibawah ini:
D1 — Kompetensi rendah dan komitmen yang tinggi
D2 — Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah
D3 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang rendah
D4 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi
Dalam rangka untuk membuat siklus yang efektif, seorang pemimpin perlu memotivasi
pengikutnya dengan benar.
Kepemimpinan Situasional II
Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika
mereka sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an, Hersey
merubah nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan situasional dan
Blanchard menawarkan Teori Kepemimpinan Situasional sebagai Pendekatan Situasional
untuk Mengelola Orang. Blanchard dan rekan-rekannya terus merevisi pendekatan situasional
untuk mengelola orang, dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II
(SLII).
Pada tahun 1979, Ken Blanchard mendirikan Blanchard Training & Development Inc,
(kemudian menjadi The Ken Blanchard Companies) bersama-sama dengan istrinya Margie
Blanchard dan dewan pendiri. Seiring waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep dari

7

teori kepemimpinan situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar,
gaya kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.
Model penelitian kepemimpinan situasional II (SLII) mengakui penelitian yang ada
dari teori kepemimpinan situasional dan merevisi konsep berdasarkan umpan balik dari klien,
manajer, dan karya peneliti terkemuka pada bidang pengembangan kelompok.
Penutup
Berdasarkan teori gaya kepemimpinan situasional dari beberapa ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan situasional adalah pola prilaku yang
diperlihatkan seorang pemimpin pada saat memimpin pada saat mempengaruhi aktivitas
orang lain baik sebagai individu maupun kelompok. Secara Singkat bisa bahwa pemimpin
yang berahasil ialah mereka yang mengetahui dengan baik keadaan para bawahannya serta
cukup lues untuk berubah gaya kepemimpinannya menurut situasi yang ada.
Daftar Pustaka
Sumber berita: http://perilakuorganisasi.com/teori-kepemimpinan-situasional.html
Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

8