TUGAS SISTEM AGRIBISNIS Produk Unggulan

TUGAS SISTEM AGRIBISNIS
“Produk

Unggulan Kopi di Kabupaten Lebong”

VERA OCTALIA
NPM : E2D016007

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA (S2 )AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertanian Indonesia terdiri dari berbagai macam subsektor, antara lain Subsektor
perkebunan merupakan sub-sektor pertanian yang secara tradisional merupakan salah satu
penghasil devisa negara. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditi
ekspor adalah karet, kelapa sawit, teh, kopi, dan tembakau. Sebagian tanaman perkebunan
tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan

besar baik milik pemerintah maupun swasta. Perkebunan rakyat menguasai 81% dari luas
areal perkebunan yang ada di Indonesia dengan melibatkan lebih kurang 11.810.600 Kepala
Keluarga petani perkebunan dengan produksi mencapai 60% dari seluruh produksi
perkebunan (Soetriono, 2009).
Sebagai bagian dari pembangunan daerah maka secara umum pembangunan sektor
pertanian harus diarahkan kepada pendekatan pembangunan berbasis kerakyatan (Ahmad,
2006). Berbagai hasil pembangunan terutama yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan
masyarakat perkebunan, umumnya mempunyai margin pendapatan yang besar, yang lebih
banyak dinikmati oleh pengusaha besar, belum banyak dinikmati oleh petani. Karena Petani
hanya menikmati pendapatan produksi (on farm) saja (Admaizon, 2004).
Sektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam
perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini
mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan,
penciptaan lapangan kerja, penerimaan devisa dari ekspor, dan sumber bahan baku bagi
industri hilir hasil pertanian. (Susila dan Drajat, 2009).
Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan
genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies kopi
arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (Panggabean, 2011). Kini lebih dari 120 spesies
kopi telah diidentifikasi namun hanya satu spesies yaitu Coffea canephora atau kopi robusta
yang dibudidayakan mendekati kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (Hoffman, 2014).

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi
cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber
pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan
pengembangan wilayah (Soetriono, 2009). Kopi hingga saat ini masih merupakan salah satu
komoditi hasil perkebunan yang penting dalam perekonomian Nasional. Kopi yang dimaksud
disini adalah kopi robusta, dari total produksi kopi Indonesia 90% nya adalah kopi robusta

dan 10 % kopi arabika. Dari jumlah kopi yang diperdagangkan di pasar internasional 70%
nya adalah kopi robusta, dan 30% kopi Arabika (Kustari, 2007).
Bidang usaha kopi merupakan sumber penghidupan masyarakat diberbagai daerah dan
menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara. Perlu kiranya diadakan pengkajian
mendalam mengenai prospek perkopian dunia dan peluangpeluang nyata bagi perkopian
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar agar dapat meningkatkan perekonomian nasional
maupun memperbaiki pendapatan masyarakat, terutama masyarakat petani-petani kopi
(Panggabean, 2011).
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi penghasil kopi terutama kopi robusta
yang cukup besar. Kopi sendiri menjadi salah satu tanaman perkebunan yang memberikan
peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, dan setiap tahun terus
mengalami peningkatan produksi, (BPS, 2011). Berdasarkan jenis kopi yang dibudidayakan,
maka sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Indonesia pada periode tahun

2012-2016 dapat dilihat pada Gambar 1. Bengkulu merupakan salah satu dari 5 provinsi
penghasil kopi robusta perkebunan rakyat di Indonesia secara rata-rata tahun 2012-2016.

Gambar 1. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia,
Rata-rata Tahun 2012-2016
Dan salah satu wilayah di Provinsi Bengkulu yang telah menanam secara turun temurun
dengan jenis utama kopi robusta dan menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan adalah
Kabupaten Lebong. Terlihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Produksi Kopi di kabupeten lebong tahun 2016

No
1
2
3
4

Tahun
2013
2014
2015

2016

Produksi (Ton)
4.915
5.005
4.996
5.000

sumber : Provinsi Bengkulu dalam Angka,2013-2016

Berdasarkan tabel diatas, maka terlihat bahwa adanya potensi pengembangan komoditi
kopi di Kabupaten Lebong. Pengembangan Agribisnis sangat membutuhkan keterlibatan
semua subsistem yang ada dalam sistem agribisnis tersebut, yaitu berupa subsistem penyedia
saprodi, produksi (on farm), sistem pengolahan, sistem pemasaran maupun sistem penunjang
berupa lembaga keuangan maupun lembaga penelitian.
Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan
membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka
kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui proses pengolahan,
produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan pemasarannyapun menjadi
lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor. Pada tahap ini pembagian

kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas, yaitu: kegiatan budidaya (farming)
sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm
supplies) sebagai industri hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri
hilir.
Usaha pengolahan Kopi ini Belum berkembang dengan baik di Kabupaten Lebong.
Dimana, Kabupaten Lebong merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi robusta di
Provinsi Bengkulu. Padahal produksi yang cukup melimpah menjadi modal yang potensial
untuk mengembangkan olahah kopi ini. Kemudian tenaga kerja yang melimpah serta budaya
minum kopi yang terjadi di masyarakat khususnya masyarakat lebong sudah tercipta dari
dulu. Hal ini seharusnya dapat dilihat sebagai peluang yang sangat bagus, disamping itu harus
melihat kendala apa saja yang dapat menimbulkan masalah kedepannya. Pengembangan
produk kopi menjadi bubuk kopi dengan berbagai varian di kabupaten Lebong mungkin
solusi awal, dimana hal ini memiliki peluang yang potensial. Pengembangan produk kopi
inipun dapat menjadi sebuat peluang usaha yang menjanjikan bagi para petani dimasa
menunggu panen raya.
Dari latar belakang maka pengembangan usaha agribisnis kopi Robusta di kabupaten
lebong perlu di kembangakan. Berdasarkan perumusan masalah diatas dirasa perlu untuk
melakukan penelitian tentang pengembangan usaha Agribisnis Perkebunan Rakyat Kopi
Robusta di Kabupaten Lebong.
1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana proses
Pengambilan keputusan produk olahan kopi yang akan dikembangakan di Kabupaten
Lebong?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yakni Ingin mengetahui Produk Olahan kopi apa saja
yang dapat dikembangkan di Kabupaten Lebong dan memilih produk olahan kopi mana yang
akan dikembangakan di Kabupaten Lebong

II. METODOLOGI
1.1 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu
Lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive), yaitu di Kabupaten Lebong, atas dasar
pertimbangan bahwa Kabupaten Lebong merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi di
Provinsi Bengkulu.
1.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni :
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi, yang merupakan pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.

2.


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan melalui sumber-sumber
yang telah dikeluarkan oleh pihak yang terkai dan instansi terkait di daerah tersebut.

1.3 Metode Analisis Data
Pada kasus ini digunakan metode perbandingan eksponensial (MPE). Metode
MPE ini mampu untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan
menggunakan beberapa kriteria. (Kriteria Majemuk). Metode ini mampu mengurangi bias
yang mungkin terjadi dalam analisis. Untuk nilai skor yang dihasilkan, akan mengambarkan
urutan prioritas yang menjadi besar, ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan
menjadi lebih nyata.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan MPE
adalah:
1.
2.
3.

Penentuan alternatif keputusan
Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji
Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan


4.
5.

skala konversi tertentu sesuai keinginan pengambil keputusan
Penentuan derajat kepentingan relatif dari setiap alternatif keputusan, dan
Pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan. Dalam perhitungan
skor.

Formulasi untuk setiap alternatif pada metode MPE adalah:

dimana:
Total nilai I = total nilai akhir dari alternatif ke –i
RKij = derajat kepentingan kriteria relatif ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = derajat kepentingan kriteria relatif ke-j TKKj > 0
N= jumlah pilihan keputusan
M= jumlah kriteria Keputusan

III. PEMBAHASAN


2.1. Pemilihan produk Unggulan Kopi di Kabupaten Lebong
Pemilihan produk unggulan didasarakan pada kriteria ketersediaan bahan baku,
Potensi Pasar, Teknologi, Tenaga kerja yang dibutuhkan/tersedia, Pesaing, dan Nilai Tambah
produk. Produk unggulan kopi menggunakan teknik MPE dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini
Tabel 2. Alternatif produk unggulan kopi.
No

Alternatif Produk

1

Kopi Rosting

2

Kopi Sirih Merah

3


Kopi Duren

4

Kopi Blok

sumber: Data Primer

Jika dilihat dari tabel diatas maka dapat terbentuk sebuah pohon produksi usaha
agribisnis berbasis kopi yakni sebahai berikut :

Gambar 2. Pohon Industri usaha Kopi

1.
2.
3.
4.

Tanaman Kopi


Kopi Rosting
Ket:

Kopi Sirih
Merah

Kopi Duren

Ketersediaan bahan baku
Potensi Pasar
Teknologi
Tenaga kerja yang
dibutuhkan
5. Pesaing
6. Nilai Tambah

Kopi Blok

: Alternatif produk
: Kriteria
Gambar 3. Alternatif Produk Kopi
Proses pemilihan produk unggulan dilakukan dengan menggunakan Teknik MPE,
dimana setelah ditentukan kriteria dan alternatif produk, maka akan dilanjutkan dengan
melakukan pembobotan terhadap kriteria, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Penentuan Nilai Bobot kriteria

Tingkat kepentingan Kriteria

Kriteria

1

2

3

Rata-rata

Bobot Kriteria

4

Ketersediaan bahan baku

5

5

5

5

5

0,18 ≈ 0,2

Potensi Pasar

4

5

3

5

4,25

0,15 ≈ 0,1

Teknologi

5

4

5

4

4,5

0,17 ≈ 0,2

Tenaga kerja yang dibutuhkan

4

5

4

5

4,5

0,17 ≈ 0,2

Pesaing

4

4

4

4

4

0,15 ≈ 0,1

Nilai Tambah

5

5

5

5

5

0,18 ≈ 0,2

TOTAL

27,25

1

sumber: Data Primer

Setelah pembobotan kriteria dilakukan, maka langjah selanjutnya yakni melakukan
penilaian terhadap alternatif produk unggulan yang telah di pilih pada tabel 2. Penilaiaan ini
dilakukan pada satu konsumen.
Tabel 4. Nilai dan Peringkat Altenatif Produk Kopi
Kriteria

Bobot
Kriteria

Produk Kopi
Kopi Roasting

Kopi Sirih
Merah

Kopi Duren

Kopi Blok

Ketersediaan bahan baku

0,2

2

5

5

5

5

Potensi Pasar

0,1

1

4

3

3

4

Teknologi

0,2

2

5

3

3

5

Tenaga kerja yang dibutuhkan

0,2

2

5

4

4

5

Pesaing

0,1

1

3

5

5

4

Nilai Tambah

0,2

2

3

4

5

4

1

10

Nilai Alternatif
Peringkat Alternatif

91
II

74
IV

83
III

99
I

sumber: Data Primer

Berdasarkan hasil penilaian diatas maka produk unggulan kopi yang terpilih adalah
kopi Blok. Hal ini dikarenakan kopi Blok memiliki nilai tambah yang tinggi, peluang
pasar yang besar, dan pesaing lebih sedikit. Kopi

blok yang akan dikembangkan

nantinya produk ini memiliki keberterimaan masyarakat yang cukup tinggi, dikarenakan
harga yang lebih terjangkau dan proses pembuatan yang lebih mudah/ Praktis sehingga
produk kopi Blok akan cepat diterima diberbagai kalangan masyarakat.

2.2. Potensi Agribisnis Kopi di Kabupaten Lebong

Potensi Agribisnis kopi di Indonesia ini masih sangat besar. Hal ini akan berpengaruh
pula dengan keberlangsungan agribisnis kopi di kabupaten Lebong. Peluang- peluang untuk
pengembangan perkopian Indonesia sebagai berikut :
1. Pertama, permintaan produk-produk kopi dan olahannya masih sangat tinggi, terutama di
pasar domestik dengan penduduk yang melebihi 200 juta jiwa merupakan pasar
2.

potensial.
Ke Dua, peluang ekspor terbuka terutama bagi negaranegara pengimpor wilayah
nontradisional seperti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Eropa Timur.

3.

Walaupun perdagangan ke Timur Tengah masih sering terjadi dispute payment.
Ke tiga, kelimpahan sumberdaya alam dan letak geografis di wilayah tropis merupakan
potensi besar bagi pengembangan agribisnis kopi. Produk kopi memiliki sentra produksi
on-farm, yang hanya membutuhkan keterpaduan dengan industri pengolahan dan

4.

pemasarannya.
Ke empat, permintaan produk kopi olahan baik pangan maupun non pangan cenderung
mengalami kenaikan setiap tahun, sebagai akibat peningkatan kesejahteraan penduduk,

5.

kepraktisan dan perkembangan teknologi hilir.
Ke lima, tersedianya bengkelbengkel alat dan mesin pertanian di daerah serta tersedianya
tenaga kerja. Seperti alat pemecah biji kopi, alat pengupas kulit kopi, dan lantai jemur.
Peluang yang ada tersebut sebaiknya dikelola dengan baik dan dimaksimalkan dengan

membentuk sebuah Kemitraan Terpadu. Kemitraan terpadu ini nantinya akan membentuk
kerjasama kemitraan dalam bidang usaha yang melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani /
Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi
KKPA. Dengan membentuk pola kemitraan terpadu ini nantinya diharapkan usaha
perkebunan kopi rakyat menjadi membaik dan terjamin.

IV. KESIMPULAN

1.

Berdasarkan hasil penilaian MPE diatas maka produk unggulan kopi yang terpilih adalah
kopi Blok dengan nilai alternatif sebesar 99. Kemudian produk kopi yang berada di
urutan kedua yang dapat dikembangkan yakni kopi Rosting dengan nilai 91, lalu Kopi
Duren dengan nilai 83 dan yang terakhir kopi sirih merah dengan nilai 74.

2.

Terpilihnya kopi Blok sebagai produk kopi unggulan yang dapat di kembangkan di
Kabupaten Lebong dikarenakan kopi Blok memiliki nilai tambah yang tinggi, peluang
pasar yang besar, dan pesaing lebih sedikit. Sedangkan Produk kopi yang lain
memiliki tingkat kesulitan pengembangan masing-masing. Misalnya Kopi Rosting,
Teknologi pengemasan menjadi kunci utama ketahanan produk, kemudian untuk Kopi
duren dan kopi sirih merah, Teknologi yag digunakan temasuk teknologi tinggi karena
akan mengekstrak buah duren dan daun sirih merah sebagai campuran kopi nantinya,
ditambah lagi tenaga kerja yang digunakan sedikit sedangkan kriteria yang ditentukan
mengharuskan menyerap tenaga kerja yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Admaizon, 2004. Agribisnis Kopi Arabika Kabupaten Solok dengan Pendekatan Kimbun.
Solok : Warta Rimbun edisi 2/2004
Ahmad, 2006. Analisa Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Sektor
Industri Terhadap Perkembangan Usaha Kecil Di Kota Pekanbaru Propinsi Riau.
Tesis Pascasarjana Universitas AndalasSoetriono, 2009 Strategi Peningkatan Daya
Saing Agribisnis Kopi Robusta dengan Model Daya Saing Tree Five,. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.
BPS Bengkulu, 2013-2017. Provinsi Bengkulu dalam angka. Laporan Tahunan
Hendriksen, Eldon. 1982. Accounting Theory. Fourth Edition. Richard D. Irwin Inc Illinois
Irawan, B. 2006. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga, dan Marjin Pemasaran Sayuran dan
Buah. Analisis Kebijakan Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Najiyati, Sri dan Danarti. 2004. Kopi, Budi Daya dan Penanganan lepas panen. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Outlook Kopi, 2016, Komoditi Pertanian Subsektor Perkebunan ISSN:1907-1507. Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian Sekretaris Jenderal- Kementerian Pertanian, Jakarta
Pangabean, Buku Pintar Kopi. Jakarta, 2011
Salid. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Soekartawi. 1996. Agribisnis, Teori dan aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Susila, Wayan R. dan Bambang Drajat, 2009. Agribisnis Perkebunan Memasuki Abad 21
beberapa Agenda Penting. http://www.ejournal.unud.ac.id