Penentuan Nilai Evapotranspirasi dan Koefisien Tanaman Kelapa Sawit Varietas Tenera (Elaeis Guinensis Jack.)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.)
Botani Tanaman
Taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Hadi (2004) adalah sebagai
berikut:
Divisio

: Tracheophyta

Subdivisio

: Pteropsida

Kelas

: Angiospermae

Sub kelas

: Monocotiledonae


Ordo

: Cocoideae

Familia

: Palmae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guinensis Jacq.

Varietas

: Dura, Psifera, Tenera


Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
sekunder, tersier dan kuartier. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan
air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah
atas sampai kedalam + 1,5 meter dan semakin kebawah semakin sedikit.
Perakaran yang paling padat terdapat pada kedalaman 25 cm. Panjang akar yang
tumbuh kesamping dapat mencapai 6 m. tanaman kelapa sawit tidak boleh
terendam air. Oleh karena itu, permukaan air tanah harus diupayakan sekitar
kedalaman 80-100 cm (Risza, 1994).

4
Universitas Sumatera Utara

5

Batang kelapa sawit tumbuh tegak (phototropi) dibalut oleh pangkal
pelepah daun. Batang berbentuk silindris dan mempunyai diameter 45-60 cm pada
tanaman dewasa. Sampai tanaman berumur 3 tahun, batang belum terlihat karena
masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Tergantung dari varietas dan
kondisi lingkungannya yaitu pupuk yang diberikan, iklim, kerapatan tanaman,

kecepatan tumbuh pertahun rata-rata 20 cm – 60 cm (Soehardjo, 1999).
Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun); pinnae (anak daun)
dan spines (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung dengan varietas dan
tipenya serta kondisi lingkungan. Pada satu pelepah akan di jumpai 250-400
pinnae (anak daun) yang terletak dikiri dan kanan pelepah daun dan panjang anak
daun yang ditengah dapat mencapi 1,2 meter atau lebih panjang dibandingkan
anak daun yang letaknya di ujung atau dipangkal. Setiap anak daun terdiri dari lidi
dan dua helai helaian daun (lamina) (Soehardjo, 1999).
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,
bersirip genap dan bertulang sejajar. Jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah
anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah
pelepah dan anak daun lebih banyak (Fauzi, dkk., 2008).
Kelapa sawit sudah mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun. Tanaman
ini merupakan tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga
jantan dan bunga betina yang masing-masing terangkai dalam satu tandan.
Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Setiap satu
rangkaian bunga akan muncul dari pangkal pelepah daun. Bunga jantan bentuknya
lonjong memanjang, ujung kelopak bunga agak meruncing dan garis tengah bunga
lebih kecil dibandingkan dengan bunga betina. Sedangkan pada bunga betina


Universitas Sumatera Utara

6

bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga lebih besar (Tim Penulis PS,
1997).
Disaat bunga betina siap dibuahi, putik mengeluarkan cairan sehingga
permukaanya berlendir, untuk memudahkan penempelan serbuk sari bunga jantan
pada putik. Masa pembuahan (receptive) hanya berlangsung selama 3-5 hari,
selama masa tersebut kepala putik berwarna putih kekuningan. Setelah lewat masa
pembuahan warna menjadi ungu. Masa pembuahan bunga-bunga betina pada satu
karangan tidak terjadi secara bersamaan. Tiap- tiap bunga betina sempurna yang
dibuahi oleh serbuk sari akan menghasilkan buah yang bersusun pada tandan.
Jumlah bunga betina perkarangan bunga dipengaruhi oleh umur pohon
(Mangoesoekarjoe, dkk., 2003).
Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah
yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam.
Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada waktu sudah masak
berwarna merah kuning (jingga). Mulai dari penyerbukan sampai buah matang
diperlukan waktu kurang lebih 5-6 bulan. Tanaman kelapa sawit normal yang

telah berbuah akan menghasilkan kira-kira 20-22 tandan/tahun semakin tua
produktivitasnya semakin menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah buah dalam satu tandan yaitu umur tanaman, faktor
lingkungan, faktor genetis dan juga tergantung pada teknik budidaya (Tim Penulis
PS, 1997).

Universitas Sumatera Utara

7

Syarat Tumbuh
1. Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tandan kelapa sawit. Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di
daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara
23,5oLU-23,5 oLS. Adapun persyaratan untuk tumbuh pada tanaman kelapa sawit
sebagai berikut:
-

Curah hujan > 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan

periode bulan kering (< 100mm/bulan) tidak lebih dari 3 bulan.

-

Temperatur siang hari rata-rata 29,33 oC dan malam hari 22,440 C.

-

Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam per hari

(Pahan, 2006).
2. Tinggi Tempat dan Topografi
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah bila ditanam pada lahan
dengan ketinggian diatas 500 m dari permukaan laut. Namun secara ekonomis
hanya akan menguntungkan bila ditanam di lahan dengan ketinggian maksimum
400 m diatas permukaan laut. Selain tinggi tempat, tanaman kelapa sawit juga
hanya dapat ditanam pada lahan dengan topografi tertentu dengan kemiringan
0o – 12o (21%). Pada kemiringan 13o – 15o (46%) kurang baik dan pada
kemiringan lebih dari 25o tidak dianjurkan (Soehardjo, 1999).
3. Tanah

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu
banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (podsolik, latosol,
hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol). Meskipun demikian produksi kelapa

Universitas Sumatera Utara

8

sawit pada masing-masing tanah tidak sama. Sifat utama tanah sebagai media
tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Sifat fisik tanah yang baik yaitu:
-

solum yang dalam (lebih dari 80 cm),

-

tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir;
10-40% lempung dan 20-50% liat,


-

Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh
dan permeabilitas sedang

-

Gambut, kedalamannya 0-0,6 m

Sedangkan sifat kimia tanah yang dikehendaki adalah :
-

pH 4,0-6,0 dan yang terbaik pH 5,0-5,5

-

C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0,1 %

-


Kapasitas tukar Mg 0,4 – 1,0 me/100 gram

-

Kapasitas tukar K 0,15 – 0,20 me/100 gram

(Soehardjo, 1999).
Varietas Tanaman
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan tebal tempurung dan daging buah
dikenal lima varietas kelapa sawit :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dan persentase dagin buah

Universitas Sumatera Utara

9

terhadap buah bervariasi antara 35-30 %. Kernel (daging biji) biasa besar dengan

kandungan minyak yang rendah.
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan biji
sangat tipis. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga
betina gugur pada fase dini.
3. Tenera
Varietas ini memiliki sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
dura dan psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan
pada saat ini. Tempurung sudah menipis dan ketebalannya berkisar antara 0,4 –
4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya, persentase daging buah
terhadap buah tinggi, antara 60-96 %. Tandan buah yang dihasilkan tenera lebih
banyak di bandingkan dura, tetapi ukurannya relative lebih kecil.
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis
sekali.
5. Diwikka – wakka
Varietas ini memilki cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Diwikka – wakka dapat dibedakan menjadi diwikka – wakkadura, diwikka –
wakkapsifera, dan diwikka – wakkatenera.

Dua varietas sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu
dikenal di Indonesia
(Tim Penulis PS, 1997).

Universitas Sumatera Utara

10

Pembibitan Kelapa Sawit
Tahap kerja di pembibitan adalah sebagai berikut:
-

Pemesanan dan penerimaan kecambah (Germinated seeds)

-

Mendeder di pembibitan pendahuluan (Pre-Nursery)

-

Pembibitan di pembibitan utama (Main-Nursery)

-

Selanjutnya pembibitan kelapa sawit akan menganut system pembibitan
dua tahap (two stage nursery) yaitu Pre-Nursery dan Main-Nursery

( Risza, 1994).
Sistem 2 tahap lebih disarankan untuk dipakai karena pada sistem 1 tahap
biasanya proses seleksi/thinning out akan mengakibatkan banyak ruang kosong
dan kerugian karena polibag yang tidak terpakai. Dengan memakai sistem 2 tahap,
proses seleksi akan lebih ketat sehingga dapat menjamin mutu bibit yang
dihasilkan. Sistem pembibitan polibag 2 tahap menyebabkan timbulnya
persemaian (pembibitan pendahuluan) dan pembibitan utama. Pada persemaian,
kecambah ditanam dalam kantong plastik kecil (baby/mini polybag) selama 3
bulan. Sesudah masa pre-nursery, bibit dipindahkan

ke polibag besar dan

dipelihara sampai berumur 10-12 bulan. Tahap kedua ini disebut pembibitan
utama (main-nursery) (Pahan, 2006).
Pada tahap pre-nursery

ukuran polibag yang sering digunakan yaitu

berdiameter 15 cm dan tinggi 16 cm, sebab lebih praktis dan murah harganya.
Tanah media yang mengandung kotoran dimasukkan kedalam polybag
secukupnya. Benih yang telah berkecambah dan berakar ditanam sedalam 1-5 cm
di tengah-tengah polibag. Bibit yang telah dipindahkan selama 2 minggu di
tempatkan dibawah naungan dan sedikit demi sedikit intensitas cahaya yang

Universitas Sumatera Utara

11

masuk ditingkatkan. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore. Pemupukan
dapat menggunakan urea dan pupuk majemuk (N:15, P:15, K:15, K:6, dan Mg:4).
Setiap 400 bibit menggunakan 56 gram urea yang dilarutkan dalam 18 liter air,
sedangkan jika menggunakan pupuk majemuk hanya 28 gram dan dilarutkan
dalam 18 liter air. Pemupukan dilakukan setiap minggu dan setelah dipupuk
sebaiknya tanaman disiram lagi dengan air agar daun tidak hangus. Setelah 3
bulan dipersemaian, mulailah dilakukan seleksi bibit. Bibit yang tumbuh kerdil
dan abnormal dibuang, sedangkan sisanya dipindahkan ke tahap main-nursery
setelah mempunyai 4- 5 daun (Fauzi, dkk., 2002).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah ialah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir,
debu, dan liat. Tekstur tanah penting diketahui karena komposisi ketiga fraksi
butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia dan
kimia tanah (Hakim, dkk., 1986).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan
kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Untuk keperluan
pertanian berdasarkan ukurannya bahan padatan tanah digolongkan menjadi 3
partikel atau juga disebut separat penyusun tanah, yaitu pasir, debu, dan liat.
Ketiga separat tanah tersebut masing-masing dinyatakan dalam persen secara
bersama-sama menyusun tanah (Islami dan Utomo, 1995).
Hanafiah (2009) mengemukakan bahwa tekstur tanah menunjukkan
komposisi

partikel

penyusun

tanah

(separat)

yang

dinyatakan

sebagai

perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan liat
(clay). Partikel berukuran di atas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak

Universitas Sumatera Utara

12

tergolong sebagai fraksi tanah tetapi harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur
tanah. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut
sistem USDA dan Sistem Internasional tertera pada Tabel 1.
Tekstur tanah penting diketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir
tanah tersebut (pasir, debu, dan liat) akan menentukan sifat fisik tanah. Tanah
lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur ganular akan mempunyai bobot isi
1,0 sampai 1,3 g/cm3, sedangkan yang bertekstur kasar mempunyai bobot isi
antara 1,3 sampai 1,8 g/cm3 dan bobot isi air yaitu 1 g/cm3. Klasifikasi kelas
tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 2 (Hasibuan, 2011).
Tabel 1. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah
menurut Sistem USDA dan Sistem Internasional
Luas
Diameter (mm)
Jumlah Partikel
Permukaan
Separat Tanah
(g-1)
USDA
Internasional
(cm2 g-1)
Pasir sangat halus
2,00 – 1,00

90
11
Pasir kasar
1,00 – 0,50

720
23
Pasir sedang
0,50 – 0,25

5.700
45
Pasir

2,00 – 0,20
4.088
29
Pasir halus
0,25 – 0,10

46.000
91
Pasir sangat halus
0,10 – 0,05

722.000
227
Debu
0,05 – 0,002

5.776.000
454
Debu

0,02 – 0,002
2.334.796
271
Liat*)
7 tahun memiliki nilai LAI
berkisar antara 4,9-5,1. Oleh karena itu, nilai crop coefisien yang digunakan
adalah 0,93.
Perkolasi
Daya perkolasi p adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan,
yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh, yang
terletak di antara permukaan tanah dengan permukaan air tanah. Perkolasi tidak
mungkin terjadi sebelum zona tidak jenuh mencapai kapasitas lapang (field
capacity). Perkolasi mempunyai arti penting dalam teknik pengisian buatan
(artificial recharge) yang memerlukan proses infiltrasi terus menerus. Persamaan
untuk perkolasi dengan rumus:
�=

ℎ 1 −ℎ 2
� 2 −� 1

............................................................................................... (14)

dimana :

a. h 1 = tinggi air awal
b. h 2 = tinggi air akhir
c. t 1 = waktu awal
d. t 2 = waktu akhir
(Soemarto, 1995).

Universitas Sumatera Utara

25

Tanah Latosol
Jenis tanah Latosol berasal dari bahan induk vulkanik, baik tufa maupun
batuan beku. Ciri-ciri umumnya bertekstur lempung sampai liat, struktur remah
sampai gumpal dan konsistensi gembur. Warna tanah kemerahan tergantung dari
susunan mineralogi bahan induknya, drainase, umur dan keadaan iklimnya.
Kandungan unsur hara rendah sampai sedang, sehingga sifat tanahnya secara fisik
tergolong baik, namun secara kimia kurang baik (Nugroho, 2009).
Tanah golongan Latosolic terbentang luas diseputar garis khatulistiwa
yaitu dari Tropical of Cancer sampai Tropical of Capricorn atau 22o 30’ LS yaitu
batas daerah tropis. Banyak diantara tanah ini telah berkembang di bawah curah
hujan yang tinggi, temperatur tinggi dan tumbuhan berdaun lebar berupa vegetasi
yang menggugurkan daun di musim dingin. Pencucian larutan cenderung didasari
pH lebih tinggi bila dibandingkan pencucian asam-asam yang terjadi pada tanah
padzolic yang menyebabkan silica-nya hilang dan besinya tertinggal. Tanah ini
mempunyai sifat fisik yang baik (struktur) tetapi berkemampuan rendah untuk
menahan kation (sangat mirip dengan tanah berpasir) dan membutuhkan
pemberian pupuk yang agak sering. Banyak tanah di Indonesia tergolong tanah
Latosolic (Hakim dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara