Pertanggungjawaban Serta Pelaksanaan Ganti Rugi Terhadap Kecelakaan Air Asia Qz8501 Ditinjau Dari Konvensi Internasional

ix
ABSTRAKSI
Dr. Chairul Bariah, SH., M.Hum *
Dr. Sutiarnoto MS, SH., M.Hum **
Bakhtiaruddin Dalimunthe***
Indonesia sebagai negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang disatukan oleh
wilayah perairan dan udara dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan oleh
undang-undang maka guna mendukung pertumbuhan ekonomi, diperlukan sarana transportasi
nasional dalam hal penerbangan yang memiliki standar pelayanan yang optimal dengan
mengedepankan keselamatan dan keamanan yang optimal. Berdasarkan hal ini maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaturan hukum internasional tentang
angkutan udara pada penerbangan internasional? Bagaimana pertanggungjawaban angkutan
udara terhadap kecelakaan penerbangan internasional? Bagaimana mekanisme pelaksanaan
ganti rugi terhadap kecelakaan Air Asia QZ8501 menurut konvensi internasional?
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif disebut juga
penelitian doctrinal research yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum yang tertulis di
dalam peraturan perundang-undangan maupun putusan hakim di pengadilan. Metode
penelitian yuridis normatif merupakan prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran
berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya dan sifat penelitian adalah
deskriptif analitis yakni menggambarkan dan menguraikan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan pertanggung jawaban atas kecelakaan penerbangan sipil.

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia menganut prinsip
presumption of liability dimana perusahaan transportasi penerbangan bertanggung jawab
tanpa harus dibuktikan terdahulu oleh pengadilan dan prinsip Limitation of Liability yang
membatasi tanggung jawab perusahaan transportasi penerbangan. sementara dalam penerapan
Konvensi Internasional, Indonesia meratifikasi Konvensi Warsawa 1929 melalui Ordonansi
Pengangkutan Udara (Staatblad 1939 No. 100).
Selanjutnya dalam peraturan perundang – undangan di Indonesia yang mengacu kepada
kegiatan penerbangan diatur oleh Undang – undang nomor 15 Tahun 1992 Tentang
Penerbangan dan diperbaharui dengan Undang – undang no. 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan maka kecelakaan Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501 pada hari
Minggu 28 Desember 2014 dari Surabaya, Indonesia menuju Singapura mengacu pada
Konvensi Warsawa 1929 yang telah diratifikasi di Indonesia melalui Ordonansi pengangkutan
Udara (staatsblad 1939 no.100) maka dengan landasan ini pula penulis menyimpulkan bahwasannya
PT. Indonesia Air Asia demi hukum bertanggung jawab, tanpa harus dibuktikan terlebih
dahulu kesalahan daripada perusahaan penerbangan, tetapi tanggung jawab perusahaan
penerbangan terbatas.
Kata Kunci: Pertanggung jawaban, Kecelakaan Air Asia QZ8501, Konvensi Internasional.
*
**
***


Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara