Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen

(1)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

TUNTUTAN GANTI RUGI TERHADAP PERUSAHAAN

PEMASANG IKLAN BERKAITAN DENGAN PERBUATAN

MELAWAN HUKUM YANG MERUGIKAN KONSUMEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MARGARETHA E. P NAPITUPULU

NIM : 040200252

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN Program Kekhususan Hukum Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

TUNTUTAN GANTI RUGI TERHADAP PERUSAHAAN

PEMASANG IKLAN BERKAITAN DENGAN PERBUATAN

MELAWAN HUKUM YANG MERUGIKAN KONSUMEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

MARGARETHA E. P NAPITUPULU NIM : 040200252

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

MENYETUJUI:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. DR. Tan Kamello, SH, MS NIP . 131 764 556

Pembimbing I Pembimbing II

Idriz Zainal SH DR. Dedi Harianto, SH, M.Hum NIP. 130 802 434 NIP. 132 134 700

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, Bapa yang sangat baik yang telah memberikan kasih-Nya pada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan sripsi yang berjudul “Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen“ ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung penulis dalam membantu penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, yaitu :

1. Bapak Prof. DR. Runtung, SH. M.H selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

2. Bapak Prof. DR. Tan Kamello, SH. M.S selaku Ketua Departemen Hukum Perdata pada Fakultas Hukum USU Medan yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan bagi Penulis.

3. Bapak Idris Zainal, SH selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing Penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak DR. Dedi Harianto, SH. M.H selaku Dosen Pembimbing I yang sangat sabar dalam membimbing penulis dan selalu memberikan semangat dan perhatian penuh dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepada Orang Tuaku terkasih, Yesaya Djasman Napitupulu dan Marita Sianipar (Alm) skripsi ini adalah persembahan pertama Aneth buat Papa dan Mama. Terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran dan kepercayaan


(4)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

yang telah Papa dan Mama berikan sehingga Aneth bisa menyelesaikan studi di Fakultas Hukum USU Medan. “Mom, I made it! I kept My promise”. Terima kasih juga untuk Mbak Wiwien.

6. Saudara-saudariku, Kak Siska Prihastuti Napitupulu “I’ve done it. Now it’s your turn”, adikku Yudistira Napitupulu “Dek, jangan pernah patah semangat yah. Loe pasti bisa”. Chayo!!!!

7. Buat Bou Cowok dan Bou Cewek yang udah sayaaaaaang buanget ma Aneth dari Aneth kecil sampe sekarang dan yang selalu dukung Aneth dalam Doa , B’ Pep SH,hehe Gue juga dah SH dong, B’ Rudi thank’s karena dah jadi abang yang baik , B’ In juga deh (thank’s ya...buat bimbingannya dulu waktu gue ada masalah...baean lo ma gue!!!)

8. Buat keluarga besar Sianipar, Bapatua (Alm) dan Matua Dorowati sekeluarga. Terima kasih udah ngasih tempat yang paling “hangat” di Medan, Tulang Mangara sekeluarga, Ochi sekeluarga, makasih karena udah marah-marah sama Aneth karena Aneth malas ngerjain skripsi.

9. Buat keluarga besar Napitupulu, Bapatua Cengkareng dan keluarga dll yang sudah memberikan Aneth semangat untuk menyelesaikan skripsi terutama K’Lina (tunggu Aneth maen-maen ke Swiss yah Kak  tapi ongkosin lah...hehehe...) dan B’Adek.

10.Buat kakak-kakak dan abang-abangku Karin, K’Vero, K’Dina, SH, K’Agnes SH dkk, K’Sri SH, K’Anna SH, K’Sinta, K’Ida, Mpok alias K’Ati, B’ Franky S. Sos, B’Sahala, B’Golda dan abang-abang juga kakak-kakak yang lain yang gak mungkin Aneth sebutin satu-satu maap yah


(5)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

selama ini Aneth dah nyusahin, makasih dah mau dengerin curhatan Aneth dan makasih karena dah mau bantuin Aneth.

11.Buat Temen-temen terdekat ku yang selalu ngedukung penulis dari TK ampe Kuliah yang udah tau baik buruknya Aneth tapi gak pernah ngecewain Aneth, Wiwin “Ncun”, Jawir, Nanda, Eva, Sheila “piper” dan masih buanyak lagi yang gak mungkin disebutin satu-satu. Gank M2M Ocin, Sandra, Flora. Dont stop eating!! Makasih yah guys.... Buat temen-temen kuliah dan temen-temen-temen-temen seperjuangan di BW, Nuri, Yessi, Zaki, Putri, Thomas, Juppa, Oleph, Dewi M, banyak lagi dech... makasih buat waktu-waktu senang dan pertemanan selama di Fakultas Hukum USU Medan. Gak lupa terimakasih Buat adik-adikku Debo, Vinit, Asido, Reena, Lisa, dll biarpun kalian selalu nyusahin tapi makasih karena dah dukung aq. Semangat yah Dek kuliahnya...

12.Buat anak kost Maracas 32 yang udah bersama-sama selama 3 (tiga) tahun, Elfrida Gultom SH si Gendut yang tukang makan, Andriani “Wak Labu” FWB, K’Nelvi”Bibi”, Lina, Lukeria Rumondang (hehe lengkap yah!!!).

13.Teristimewa terima kasih kepada Surya “Yaya” Milpan Tambunan SH yang lagi ngelanjutin S2 dan lagi kerja di Jakarta (katanya sih nyari sinamot , makasih yah Yaya karena Yaya udah sabar banget sama Aneth, selalu ada buat Aneth gimanapun keadaannya, bantuin ngerjain skripsi, makasih karena udah sayaaaang banget ma Aneth..selesai juga yah Pan skripsinya..Aneth sayangYaya..


(6)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

14.Terima kasih juga kepada para pihak yang ikut berperan dalam penulisan skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Mengingat skripsi ini masih membutuhkan kajian yang cukup mendalam dan sifat ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan maka Penulis sangat berharap saran maupun kritikan yang bersifat membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan dan tersempurnakannya skripsi ini.

Dengan kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak, Penulis tidak akan mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mohon maaf apabila ada kekurangan atau tindakan Penulis yang kurang berkenan selama ini.

Akhirnya biarlah kemuliaan hanya bagi Dia yang empunya segalanya dan yang mengasihiku. Amin.

Medan, April 2008


(7)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 12

D. Keaslian Penulisan ... 14

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II : PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PERIKLANAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN ... A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum ... 22

B. Pertanggungjawaban Para Pihak Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum ... 40

C. Bentuk-Bentuk Ganti Rugi Yang Dapat Diajukan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum ... D. Keadaan Yang Dapat Menghapuskan Sifat Perbuatan Melawan Hukum ... BAB III : PENGATURAN DAN PEMANFAATAN IKLAN SEBAGAI MEDIA PEMASARAN PRODUK ... A. PENGERTIAN DAN HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK ... 61

1. Pengertian Iklan, Iklan Menyesatkan, Dan Bentuk-Bentuk Iklan Yang Merugikan Konsumen ... 2. Tujuan Periklanan ... 3. Para Pihak Yang Terkait Dengan Kegiatan Periklanan ... 4. Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Kegiatan

Periklanan ... 22

50 55

61 75 77 83


(8)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

B. PENGATURAN KEGIATAN PERIKLANAN DALAM

BERBAGAI KETENTUAN HUKUM DI INDONESIA ...

1. Hukum Perdata ... 88

2. Hukum Pidana ... 91

3. Undang-Undang Perlindungan Konsumen ... 97

4. Kode Etik Periklanan ... 103

BAB IV : TUNTUTAN GANTI RUGI TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN PEMASANG IKLAN ... A. Dasar Hukum Pengajuan Tuntutan Ganti Rugi Kepada Perusahaan Pemasang Iklan ... B. Pertanggungjawaban Perusahaan Pemasang Iklan Terhadap Kerugian Konsumen ... C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Ganti Rugi Akibat Perbuatan Melawan Hukum Yang Dilakukan Perusahaan Pemasang Iklan ... BAB IV : PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... viii

88

108

108 117 123

153 138 138


(9)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

TUNTUTAN GANTI RUGI TERHADAP PERUSAHAAN PEMASANG IKLAN BERKAITAN DENGAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

YANG MERUGIKAN KONSUMEN Margaretha E.P Napitupulu

Idriz Zainal SH

DR. Dedi Harianto, SH, M.Hum ABSTRAK

Pelaku usaha menggunakan iklan untuk mempromosikan barang dan/atau jasa yang dihasilkannya kepada konsumen dan melalui iklan konsumen dapat memperoleh informasi mengenai barang dan/atau jasa. Namun kenyataannya pelaku usaha hanya mementingkan keuntungan belaka tanpa menyadari apakah informasi yang diberikan dalam iklan tersebut sudah benar dan akurat malah cenderung menyesatkan. Hal ini tentu saja merugikan konsumen karena konsumen membeli tanpa mengetahui apakah barang dan/atau jasa tersebut berguna atau tidak bahkan dapat menimbulkan korban jiwa bila tidak diawasi dengan baik.

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini, apakah dasar hukum tuntutan ganti rugi yang diajukan terhadap perusahaan pemasang iklan berkenaan dengan iklan yang merugikan konsumen, bagaimana tanggung jawab perusahaan pemasang iklan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum, bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa ganti rugi perbuatan melawan hukum terhadap perusahaan pemasang iklan pada konsumen. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dipergunakan metode penelitian yuridis normatif dengan metode pendekatan secara kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan untuk memperoleh bahan hukum primer, sekunder, tertier, serta melakukan wawancara terstruktur menggunakan pedoman wawancara.

Dari penelitian diketahui bahwa belum ada Undang-Undang yang secara khusus mengatur mengenai pelanggaran di bidang Periklanan. Konsumen yang merasa dirugikan dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pengiklan, perusahaan pengiklan dan media iklan. Apabila terjadi sengketa dapat diselesaikan melalui jalur damai, jika tidak memberikan hasil maka dapat memilih jalur Pengadilan atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Untuk menghindari kerugian tersebut konsumen perlu mencermati iklan dengan menganalisa setiap informasi yang terdapat dalam iklan. Selain itu pemerintah perlu melakukan penyempurnaan standar ukuran iklan menyesatkan dilanjutkan dengan usaha untuk membuat Undang-Undang Periklanan serta mendukung keberadaan dan aktifitas YLKI. Kerjasama lembaga Pemerintah dengan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) juga harus ditingkatkan guna mengawasi iklan.

kata kunci : - konsumen


(10)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua manusia di dalam kehidupannya sehari-hari pasti mempunyai kebutuhan yang banyak macamnya serta berbeda-beda, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kebutuhan yang utama yaitu kebutuhan sandang, pangan dan juga papan lalu kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Selain itu, juga terdapat kebutuhan tambahan berupa kebutuhan akan rekreasi, perawatan kecantikan dan sebagainya.

Barang dan jasa tersebut biasanya diperoleh dari orang yang menjual atau memproduksi barang atau jasa tersebut yang biasa disebut produsen. Dalam kegiatan seperti ini, manusia sebagai pemakai atau pengguna barang atau jasa yang dihasilkan produsen disebut konsumen. “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. 1

Dengan semakin berkembangnya zaman, maka hubungan antara produsen sebagai penghasil barang atau jasa dengan konsumen sebagai pemakai barang sebagian besar tidak dilaksanakan secara langsung. Terdapat suatu jarak, dimana umumnya konsumen tidak mengenal pembuat barang atau jasa yang mereka

1

Pasal 1Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


(11)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

peroleh untuk kebutuhannya. Selain itu kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa akan semakin banyak dan semakin canggih baik kegunaannya maupun penampilannya, sehingga diperlukan suatu informasi yang lengkap dari produsen kepada konsumen tentang suatu barang atau jasa yang mereka hasilkan.

Ada banyak cara untuk memperkenalkan barang dan jasa, salah satu cara yang dianggap paling efektif adalah dengan menggunakan iklan. “Periklanan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan, terutama dalam hal pemasaran produk-produk yang dihasilkan. Iklan menentukan hubungan antara produsen dengan konsumen”.2

Produk barang atau jasa itu sendiri, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga dan distribusinya, semuanya tercermin dalam kegiatan periklanan. Frank Jefkins, mengatakan : “Tanpa adanya periklanan, berbagai produk barang atau jasa tidak akan dapat mengalir secara lancar ke para distributor atau penjual, apalagi sampai ke tangan konsumen atau pemakainya”.3

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, perusahaan pemasang iklan (pengiklan) merupakan pelaku usaha4

2

Abd. Rasyid As’ad, Peranan Iklan Pengaruhi Konsumen, (Bisnis Indonesia, 1992), hal.5 3

Frank Jefkins, Periklanan (advertising), diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga, (Jakarta:Grafindo,1997), hal.1

4

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

yaitu :

“Setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik sendiri ataupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.


(12)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Di dalam Etika Pariwara Indonesia, perusahaan yang membantu pelaku usaha dalam mempromosikan produknya disebut dengan Perusahaan Periklanan. Perusahaan Periklanan ialah “Suatu organisasi usaha yang memiliki keahlian untuk merancang, mengkoordinasi, mengolah, dan atau mengajukan merek, pesan, dan atau media komunikasi pemasaran untuk dan atas nama pengiklan dengan memperoleh imbalan atas pelayanannya tersebut”.5

5

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), Etika Pariwara Indonesia, (Jakarta:2006) hal.11

Dengan makin meningkatnya perkembangan dunia usaha dalam menghadapi pasar bebas, maka meningkat pula persaingan antara mereka, baik persaingan mutu barang maupun persaingan pemasaran, promosi atau periklanan hasil produksinya. Oleh karena itu pengusaha tidak sembarangan

dalam mencari suatu perusahaan periklanan di mana melalui iklan pengusaha mencoba membangkitkan minat konsumen untuk membeli berbagai produk hasil produksinya sehingga dengan demikian diharapkan volume penjualan produk yang diiklankan akan meningkat. Sedangkan bagi konsumen sendiri, iklan adalah suatu media informasi dari produsen untuk memilih produk mana yang paling bagus sesuai dengan yang mereka butuhkan. Iklan dari sudut konsumen merupakan alat atau salah satu sumber informasi mengenai suatu barang. Peranan iklan sebagai demikian itu menyebabkan harus dicegahnya pengumuman iklan yang membuat konsumen terkecoh, disesatkan atau ditipu yang akhirnya menyebabkan kerugian bagi konsumen.


(13)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Hakekat iklan bagi perlindungan konsumen ialah merupakan janji dari para pihak yang mengumumkannya, karena itu iklan dalam segala bentuknya mengikat para pihak tersebut dengan akibat hukumnya.6

Berdasarkan Pasal 17 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :7

b. Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang atau jasa;

“ a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan harga barang dan atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan atau jasa;

c. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang dan atau jasa;

d. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaina barang atau jasa; e. Mengeksploitasi kejadian dan atau seseorang tanpa seizin yang

berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;

f. Melanggar etika dan atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai periklanan.”

Iklan merupakan bagian dari dunia kreatif, tetapi hal ini jelas tidak boleh menjadi dalih bagi kebebasan beriklan tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain, konsumen dan masyarakat luas. Konsumen memiliki otonomi yang perlu dihormati, masyarakat luas mempunyai norma dan nilai rasa yang harus dihargai pula. Menjadi kewajiban produsen untuk memberikan informasi kepada konsumen secara akurat, jelas dan cukup, karena hampir di setiap kasus di pasar saat ini hanya produsenlah satu-satunya sumber informasi.

6

Badan Pembinaan Hukum Nasional1, “Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Aspek Hukum Dan Etika Bisnis Periklanan Di Indonesia”, Disusun Oleh Tim Kerja dibawah pimpinan A.Z.Nasution, (Jakarta:Departemen Kehakiman Republik Indonesia,1993/1994), hal.12


(14)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Apabila melihat iklan mengenai suatu produk tertentu, maka kadangkala konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut, apalagi iklan tersebut memuat janji mengenai kegunaan dan manfaat produk yang sesuai dengan kebutuhan. Permasalahannya adalah apakah janji iklan itu memang janji yang benar-benar didukung oleh kegunaan dan manfaat produk tersebut ? Kalau janji itu merupakan janji kosong, maka iklan itu telah membohongi konsumen atau masyarakat.

Dalam Etika Pariwara Indonesia yang disusun dan disahkan pada tahun 2006, terdapat 3 (tiga) hal pokok yang merupakan asas-asas umum, yaitu:8

7

Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 8

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, op.cit, hal.10

“1. Iklan dan pelaku periklanan harus jujur, benar, dan bertanggung jawab, 2. Iklan dan pelaku periklanan harus bersaing secara sehat,

3. Iklan dan pelaku periklanan harus melindungi dan menghargai khalayak,tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.”

Konsumen sesungguhnya tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari barang atau jasa yang ditawarkan sehingga akhirnya tanpa pikir panjang memaksakan untuk membeli atau menggunakan produk tersebut sehingga menyebabkan suatu kerugian materiil atau immateriil. Sementara pada masa sekarang ini belum ada suatu perundang-undangan khusus yang mengatur hal-hal tentang masalah periklanan. Jika konsumen sudah jelas-jelas dirugikan dengan adanya iklan yang tidak sesuai tersebut sebenarnya perlu ditelusuri pihak manakah yang harus mengganti kerugian.


(15)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Untuk menggambarkan banyaknya permasalahan dan kerugian yang dialami konsumen akibat dari iklan menyesatkan maka dapat dilihat dari hasil post audit yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2001, 2002, dan 2003, terhadap berbagai iklan yang disampaikan kepada konsumen sebagaimana tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 1 :

Hasil Post Audit Pengawasan Obat dan Makanan Terhadap Iklan Yang Disampaikan Kepada Konsumen Tahun 2001,2002,2003

NO JENIS PRODUK IKLAN YANG MELANGGAR

TAHUN

2001 2002 2003

1 Iklan Obat 201 154 126

2 Iklan Obat Tradisional 315 184 430

3 Iklan Suplemen Makanan 57 218 160

4 Iklan Makanan Minuman 23 - 315

5 Iklan Kosmetik 275 - 71

6 Iklan Rokok 60 - 4262

Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan

Dari hasil post audit yang dilakukan oleh BPOM terhadap tayangan iklan di masyarakat pada tahun 2001, dapat ditemukan adanya pelanggaran iklan obat sebanyak 201 (dua ratus satu) kasus, iklan obat tradisional sebanyak 315 (tiga ratus lima belas) kasus, iklan suplemen makanan sebanyak 57 (lima puluh tujuh)


(16)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

kasus, iklan makanan dan minuman sebanyak 23 (dua puluh tiga) kasus, iklan kosmetik sebanyak 275 (dua ratus tujuh puluh lima) kasus, dan iklan rokok sebanyak 60 (enam puluh) kasus.

Pada tahun 2002, BPOM menemukan adanya pelanggaran iklan obat sebanyak 154 (seratus lima puluh empat) kasus, iklan obat tradisional sebanyak 184 (seratus delapan puluh empat) kasus, iklan suplemen makanan sebanyak 218 (dua ratus delapan belas) kasus.

Pada tahun 2003, BPOM menitemukan adanya pelanggaran iklan obat sebanyak 126 (seratus dua puluh enam) kasus, iklan obat tradisional sebanyak 430 (empat ratus tiga puluh) kasus, iklan suplemen makanan sebanyak 160 (seratus enam puluh) kasus, iklan makanan dan minuman sebanyak 315 (tiga ratus lima belas) kasus, iklan kosmetik sebanyak 71 (tujuh puluh satu) kasus, dan iklan rokok sebanyak 4262 (empat ribu dua ratuss enam puluh dua) kasus.

Dari data-data tersebut di atas memperlihatkan kecenderungan pelaku usaha untuk menyajikan iklan yang tidak memenuhi syarat masih cukup besar, mereka mencoba berbagai cara guna memanfaatkan kelemahan BPOM dalam melakukan pengawasan iklan obat dan makanan.

Pembuktian lainnya dapat dilihat dari banyaknya pengaduan konsumen melalui kolom pembaca di beberapa harian terkemuka di Indonesia. Misalnya pengaduan konsumen yang dilakukan oleh Ibu Shanti Herawastuti yang merupakan Anggota Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia pada Tabloid Wanita Indonesia yang terbit pada hari Senin tanggal 14 Mei 2007. Ia merasa prihatin melihat Iklan Nutricia di televisi untuk produk “Nutrilon Royal 3”. Iklan tersebut


(17)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

diawali dengan narasi mengenai Air Susu Ibu (ASI), lalu pengenalan produk nutrilon yang mengandung “immunofortis”, dan diakhiri dengan pemunculan tulisan atau logo “Immunity for Life” diakhiri iklan, yang sangat mirip dengan tulisan atau logo “ASI untuk Immunitas Terbaik”.

Hal ini dapat menimbulkan kesan bahwa produk nutrilon yang diiklankan memiliki kualitas setara ASI. Betapa arogannya Nutricia – selaku salah satu pemain besar untuk produk makanan atau bayi – menyamakan produknya dengan kekebalan tubuh yang hanya dapat diperoleh dari ASI, dan dengan teganya “membodohi” kaum ibu di Indonesia dengan secara tidak langsung memberikan pandangan bahwa immunofortis itu sama kandungannya dengan zat antibodi yang terdapat pada ASI, dan seakan-akan immunofortis memberikan “Immunity for Life”. Tentu saja konsumen merasa tertipu dengan iklan yang dibuat oleh Nutricia.9

9

Shanti Herawastuti , “Iklan Nuticia Menyesatkan”, Tabloid Wanita Indonesia, tanggal 14 Mei 2007, hal.73

Dalam kasus yang lain, yaitu ketidakpuasan konsumen terhadap salah satu operator handphone selular yaitu Esia. Esia melakukan penipuan dengan mengumbar janji “Tarif Hemat”nya. Saat ini Esia sedang gencar-gencarnya mengiklankan produknya dengan konsep komparasi tarif.


(18)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Komparasi yang dilakukan oleh Esia sangatlah tidak berimbang. Hal ini dikarenakan Esia tidak membandingkan tarifnya dengan operator yang sejenis, yaitu :

1. Tarif hemat berlima, ini merupakan tarif intern operator. No problem 2. Tarif Rp.25/detik, ini mengarah pada tarif produknya XL, yang merupakan

tarif generik ke semua operator, kesemua wilayah dalam negeri.

3. Tarif Rp.10/detik dengan Rp. 6.000,- pada 5 (lima) menit pertama, ini mengarah pada tarif Fren ke semua operator seluler dalam negeri.

Jelas sekali tarif yang dijadikan pembanding bukan tarif sejenis. Kemudian apakah tarif Rp.50/menit-nya Esia setingkat dengan ketiga tarif pembandingnya? Ternyata tidak, tarif Rp.50/menit tersebut hanyalah tarif antar sesama Esia. Bagaimana kaitannya dengan ketiga pembandingnya ?

1. Dibandingkan dengan hemat berlima, tarif Esia bisa dibandingkan karena sama-sama tarif sesama operator.

2. Dibandingkan dengan tarif Rp.25/detik, tidak bisa begitu saja dibandingkan, karena tarif Esia ke seluler lain zone antar kota (>200Km) Rp.2727/menit atau lebih mahal Rp.1227,- setiap menitnya.

3. Dibandingkan dengan tarif 10/detik dengan 6000 pada 5 menit pertama, jelas tidak bisa karena tarif Esia ke seluler lain paling murah Rp.13,33/detik. Dan untuk zone >200Km tarif Esia Rp.45,45/detik mahal bukan ?


(19)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Jika Esia memang berniat jujur untuk melakukan komparasi, seharusnya perbandingan dilakukan pada tarif yang sejenis, dalam hal ini tarif sesama dibandingkan dengan tarif sesama, misal Rp.5/menit-nya Fren jelas Esia 10x lipatnya. Tarif Rp.50/menit itu tidak murah, jika menelepon sesama 59 menit maka biayanya 59xRp.50=Rp.2950,- Hal ini tentunya lebih mahal dibandingkan dengan Fren dan Starone.10

seperti layaknya seorang manusia. Badan-badan dan perkumpulan tersebut mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat dan dapat juga menggugat di depan hakim.

Adapun pengiklan, perusahaan periklanan, dan media periklanan adalah subjek hukum dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan melalui periklanan. Subjek hukum ini yang berpotensi merugikan konsumen dan dapat dituntut ganti rugi. Contoh dari Media Periklanan ini adalah melalui radio, televisi, majalah, dan surat kabar.

Pengiklan, perusahaan periklanan, dan media periklanan dikategorikan sebagai badan hukum yang merupakan suatu badan atau organ yang diatur oleh undang-undang yang memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan hukum

11

Berkenaan dengan kemungkinan permintaan ganti kerugian dari pengiklan terhadap iklan yang merugikan konsumen tersebut diatur berdasarkan ketentuan Sehingga bila badan hukum melakukan suatu perbuatan melanggar hukum, maka ia dapat dimintakan pertanggungjawaban sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata.

10


(20)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”12

Melalui Pasal 1365 KUHPerdata tersebut kita dapat melihat syarat-syarat yang harus ada untuk menentukan satu perbuatan melawan hukum, yaitu :

13

2. Perbuatan itu harus melawan hukum;

“ 1. Harus ada perbuatan. Yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat;

3. Adanya kesalahan (schuld);

4. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;

5. Adanya kerugian”.

Ganti kerugian dapat dilihat dari ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang mengatakan bahwa : “Pelaku usaha bertanggung jawab atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”.

Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum mengakibatkan suatu keganjilan dalam masyarakat berupa ketiadaan lagi suatu perseimbangan dalam tubuh masyarakat (evenwichtsverstoring). Oleh sebab itu perlu adanya suatu pertanggungjawaban dalam bentuk ganti rugi agar keseimbangan hukum dalam masyarakat dapat terjaga dengan baik.14

11

Subekti1, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa,1989), hal.21 12

Subekti2, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan 28, (Jakarta:Pradnya Paramitha,2001) hal.346

13

Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan

Penjelasan, (Bandung: Alumni,1983), hal.146.

14


(21)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Masalah ganti rugi dalam periklanan seperti yang dikemukakan di atas menaruh perhatian untuk dipelajari dan menelitinya. Sehubungan hal

tersebut, sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari, maka yang menjadi konsentrasi penelitian adalah ganti rugi akibat perbuatan melanggar hukum yang dirangkum dalam sebuah judul “Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian dan latar belakang tersebut diatas, maka penulis akan membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Apakah dasar hukum tuntutan ganti rugi yang diajukan terhadap perusahaan pemasang iklan berkenaan dengan iklan yang merugikan konsumen?

2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan pemasang iklan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa ganti rugi perbuatan melawan hukum terhadap perusahaan pemasang iklan pada konsumen?

Hal-hal lain yang terurai dalam penulisan ini semata-mata untuk mempermudah pembahasan.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan masalah yang akan dibahas tersebut, maka tujuan dari penulisan ini adalah :


(22)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

1. Untuk mengetahui yang menjadi dasar hukum terhadap tuntutan ganti rugi yang diajukan terhadap perusahaan pemasang iklan berkenaan dengan iklan yang merugikan konsumen.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab perusahaan pemasang iklan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum.

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa ganti rugi perbuatan melawan hukum terhadap perusahaan pemasang iklan pada konsumen.

Sejalan dengan tujuan tersebut diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu hukum, kepustakaan di bidang perlindungan konsumen pada umumnya, dan media periklanan pada khususnya, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, bagi para podusen, dan masyarakat umum mengenai berbagai problema praktis yang dihadapi dalam menegakkan hak konsumen dalam memperoleh informasi produk, terutama melalui media iklan.


(23)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

D. Keaslian Penulisan

Setelah dilakukan penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada terdapat tulisan yang mengangkat mengenai judul skripsi ini, yaitu mengenai “Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasangan Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan HukumYang Merugikan Konsumen”. Dan kalaupun ada terdapat judul skripsi yang hampir sama dengan ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam perkembangan dunia periklanan, para pelaku (produsen pengiklan, perusahaan periklanan, media periklanan) bukan hanya mencari keuntungan semata, namun juga ikut memikul tanggung jawabnya karena secara langsung maupun tidak langsung ikut serta dalam melakukan pelanggaran kode etik periklanan.

Berkaitan dengan tanggung jawab pengiklan dapat dikaitkan dengan prinsip Product Liability, yang diartikan sebagai tanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh pemakai atau pengguna suatu produk, atau yang berkaitan dengan barang-barang konsumsi.

Product Liability ini dapat diklasifikasikan ke dalam hal-hal yang berkaitan dengan : 15

15

Sabaruddin Juni, “Aspek Hukum Perdata Pada Perindungan Konsumen”, hal.4


(24)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

yaitu yang menyangkut tanggung jawab produsen atas produk yang dihasilkannya bila menimbulkan kerugian bagi konsumen. Misalnya antara lain menyangkut tanggung jawab kualitas produk, tanggung jawab atas produk yang cacat; baik cacat desain maupun cacat produk dan sebagainya.

2. Promosi Niaga/Iklan;

yaitu yang menyangkut tanggung jawab produsen atas promosi niaga/iklan tentang hal ikhwal produk yang dipasarkan bila menimbulkan kerugian produk bagi konsumen.

3. Praktek perdagangan yang tidak jujur;

seperti persaingan curang, pemalsuan, penipuan, dan periklanan yang menyesatkan.”

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab iklan termasuk dalam prinsip product liability. Dalam perkembangannya konsep tanggung jawab yaitu kegiatan promosi niaga atau iklan ini adalah dengan memperluas tanggung jawab pelaku usaha tersebut tidak hanya terbatas tanggung jawab atas ketidaksesuaian janji yang terdapat dalam iklan dengan kondisi sebenarnya dari produk yang diperdagangkan pada konsumen. Hal yang melatarbelakangi perkembangan prinsip tersebut adalah adanya pemikiran untuk menempatkan kegiatan periklanan (sebagai bagian dari kegiatan perdagangan) merupakan dari proses produksi, sehingga sudah sepantasnya janji-janji yang terdapat dalam iklan disesuaikan dengan kondisi produk yang dihasilkan pelaku usaha.

Perusahaan Periklanan mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang sebenar-benarnya yang diakui berasal dari pihak pengiklan. Perusahaan periklanan hendaknya berupaya agar tidak menimbulkan atau mendorong terjadinya pelanggaran Etika Pariwara Indonesia. Hal ini menyebabkan adanya tanggung jawab moral pada pihak Perusahaan Periklanan.


(25)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Media periklanan utamanya media massa mempunyai tanggung jawab sebagai saringan (filter) terakhir, sebelum suatu pesan periklanan sampai kepada masyarakat. Sehingga media periklanan harus ikut bertanggung jawab untuk memilah dan memilih, agar hanya memuat atau menyiarkan pesan-pesan periklanan yang sesuai dengan profil khayalaknya.16

ganti rugi adalah

Ketentuan tentang ganti rugi diatur pada Pasal 1242 s.d. 1252 KUH Perdata. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, yang dimaksud dengan

17

Sedangkan di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ketentuan mengenai ganti rugi

diatur pada Pasal 20, yaitu : “ Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut”.

jika perikatan itu bertujuan untuk tidak berbuat sesuatu, maka pihak yang manapun jika yang berbuat berlawanan dengan perikatan, karena pelanggaran itu dan karena itupun saja, berwajiblah ia akan penggantian biaya, rugi dan bunga”.

18

Menurut Kamus Hukum Bahasa Belanda pengertian “onrechtmatig” ialah “melawan hukum atau bertentangan dengan hukum”, sedangkan pengertian “onrechtmatig daad” berarti “perbuatan melawan hukum ataupun perbuatan tanpa hak”.19

16

Badan Pembinaan Hukum Nasional1, “Laporan Akhir Tim Analisis Dan Evaluasi Hukum Tentang Tanggung Jawab Pemasangan Iklan”, Disusun Oleh Tim Kerja dibawah pimpinan Muhammad Budyatna, (Jakarta:Departemen Kehakiman Republik Indonesia,1997/1998) hal.72-77

17

Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, hal.22 18

Pasal 1Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 19


(26)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Perbuatan melawan hukum yang dijadikan dasar dari gugatan ganti rugi, disebutkan pengaturannya dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yaitu :“Tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut”.

Untuk memahami konsep “perbuatan melawan hukum” itu tidak ditafsirkan secara sempit sebagai perbuatan yang bertentangan dengan undang- undang saja, tetapi juga perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat sendiri, atau bertentangan dengan kesusilaan atau kepatutan dalam masyarakat, baik terhadap diri sendiri maupun barang orang lain.

F. Metode Pengumpulan Data

Setiap penulisan yang bersifat ilmiah haruslah mempunyai dasar atau fakta yang objektif yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam menyusun skripsi ini telah diusahakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan guna melengkapi tulisan karya ilmiah ini.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif. Yang dimaksud dengan metode penelitian yuridis normatif dipergunakan dalam penelitian ini untuk melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen yang berlaku dan juga terhadap putusan-putusan pengadilan, serta untuk memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam


(27)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya.20

20

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung: Alumni, 1994), hal.139

Data dalam skripsi ini diperoleh dengan penelitian kepustakaan (Library Research), yakni dengan memperoleh data-data melalui membaca, menelaah serta menganalisa buku-buku, literatur-literatur, dan peraturan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan skripsi ini untuk mendapatkan bahan-bahan yang bersifat teoritis ilmiah sebagai bahan perbandingan ataupun petunjuk dalam menguraikan pembahasan terhadap masalah yang dihadapi.

Untuk memperoleh data-data pendukung yang dilakukan penelitian lapangan (Field Research), dengan melakukan wawancara terhadap beberapa informan yang mengetahui pokok permasalahan yang menjadi objek penelitian, baik informan yang merupakan badan pemerintah, maupun informan yang merupakan wakil dari organisasi pelaku usaha yang menangani masalah periklanan, misalnya Departemen Perdagangan khususnya Direktorat Perlindungan Konsumen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Pengumpulan data pendukung ini diperoleh dengan melaksanakan teknik wawancara secara mendalam (in depth interviewing), dengan menggunakan petunjuk umum wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga diharapkan apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat diperoleh. Kemudian


(28)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

data-data ini diolah, dianalisa dan disimpulkan dengan mempergunakan metode induktif di dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Metode pendekatan secara kualitatif bermanfaat untuk melakukan analisis data secara menyeluruh dan merupakan suatu kesatuan yang integral (holistic), hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif dan mendalam dengan tidak mempergunakan analisis secara kuantitatif. Data yang disajikan dengan menggunakan tabel data, hanya dimaksudkan untuk mempermudah para pembaca dalam memahami hasil penelitian dan tidak untuk sebagai media pengujian.

Keseluruhan data dalam penelitian ini akan disimpulkan dengan menggunakan metode induktif dan deduktif sehingga akan dapat diperoleh jawaban-jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Guna memberikan gambaran menyeluruh dan singkat tentang isi skipsi ini, maka penulis menguraikan sistematika yang dibagi menjadi lima bab, yang terdiri dari :

Bab I (pertama) merupakan Pendahuluan, didalam bab ini dipaparkan sistematika penulisan skripsi ini dimulai dari apa yang menjadi latar belakang dari permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode pengumpulan data, serta diakhiri dengan sistematika dari penulisan skripsi ini.

Bab II (kedua) membahas mengenai pengaturan dan pemanfaatan iklan sebagai media pemasaran produk, yang dalam penguraiannya


(29)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

memuat pengertian dan hubungan hukum para pihak dan pengaturan kegiatan periklanan dalam berbagai ketentuan hukum di Indonesia. Dalam uraian tentang pengertian dan hubungan hukum para pihak, dijelaskan mengenai pengertian iklan, iklan menyesatkan, dan bentuk-bentuk iklan yang merugikan konsumen, tujuan periklanan, para pihak yang terkait dengan kegiatan periklanan, dan hubungan hukum antara para pihak dalam kegiatan periklanan. Sedangkan dalam pengaturan kegiatan periklanan dalam berbagai ketentuan hukum di Indonesia, diuraikan mengenai pengaturan periklanan tersebut dalam Hukum Perdata, Hukum Pidana, Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Kode Etik Periklanan.

Selanjutnya pada Bab III (ketiga) akan membahas tentang perbuatan melawan hukum dalam periklanan yang merugikan konsumen, yang mana pada bab ini akan menjelaskan tentang pengertian dan unsur-unsur perbuatan melawan hukum, pertanggung jawaban para pihak berkaitan dengan perbuatan melawan hukum, bentuk-bentuk ganti rugi yang dapat diajukan berkaitan dengan perbuatan melawan hukum, keadaan yang dapat menghapuskan sifat perbuatan melawan hukum.

Pada Bab IV (keempat) membahas mengenai tuntutan ganti rugi terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan perusahaan pemasangan iklan pada konsumen. Pada bab ini menjelaskan tentang dasar hukum pengajuan tuntutan ganti rugi kepada perusahaan pemasangan iklan, pertanggung jawaban perusahaan pemasangan iklan terhadap kerugian konsumen dan mekanisme penyelesaian


(30)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

sengketa ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan perusahaan pemasangan iklan.

Pada akhir pembahasan skripsi ini ada di Bab V (kelima) yaitu penutup yang akan menyampaikan tentang kesimpulan dan saran, sebagai sari dari pembahasan dalam skripsi ini.


(31)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PERIKLANAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Dahulu, pengadilan menafsirkan “melawan hukum” hanya sebagai pelanggaran dari pasal-pasal hukum tertulis semata-mata (pelanggaran perundang-undangan yang berlaku), tetapi sejak tahun 1919 terjadi perkembangan di negeri Belanda, dengan mengartikan perkataan “melawan hukum” bukan hanya untuk pelanggaran udang-undang tertulis semata-mata, tetapi juga melingkupi atas setiap pelanggaran terhadap kesusilaan atau kepantasan dalam pergaulan hihup masyarakat.

Perluasan arti ini dimulai karena adanya kasus Lidenbaum-Cohen. Dalam kasus ini Cohen melakukan kecurangan terhadap Lidenbaum yang membujuk salah satu karyawan Lidenbaum untuk membocorkan rahasia perusahaan dengan iming-iming hadiah dan kesanggupan lainnya. Tujuannya adalah untuk mempergunakan informasi tersebut untuk menetapkan suatu siasat agar khalayak banyak lebih suka datang ke kantornya dari pada ke kantor Lidenbaum. Tindakan Cohen ini membuat Lidenbaum merasa dirugikan dan melaporkannya ke Pengadilan. Pada akhirnya Hoge Raad memenangkan Lidenbaum, dengan menyatakan bahwa dalam pengertian perbuatan melawan hukum dari Pasal 1401 B.W Belanda itu, termasuk


(32)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

suatu perbuatan, yang memperkosa suatu hak hukum orang lain, atau yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat, atau bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden) atau dengan suatu keputusan dalam masyarakat perihal memperhatikan kepentingan orang lain.

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) pengertian mengenai perbuatan melawan hukum tidak dicantumkan secara jelas dan pasti. KUH Perdata hanya mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila seseorang, yang menderita kerugian akibat perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh orang lain, hendak mengajukan ganti rugi ke pengadilan. Adapun Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan bahwa : “Tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut”.21

Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata tersebut di atas, Munir Fuadi menyatakan yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.22

Dalam sejarah perundang-undangan Hukum Perdata, pengertian hukum yang dikandung pada Pasal 1365 KUH Perdata itu mengalami perubahan dengan adanya arrest Lidenbaum-Coren tahun 1919 H.R. 31 Jan, Hoetik No. 110 di negeri Belanda. Demikian juga di Indonesia, perbuatan melawan hukum telah

21

Subekti, op.cit., hal.346 22

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Cetakan Pertama (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2002), hal.3


(33)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

diartikan secara luas, yakni mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut:23

2. Kewajiban yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri, “ 1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain,

3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan,

4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik.”

Menurut Wirjono Prodjodikoro istilah “perbuatan melawan hukum”

agak sempit, maksudnya bahwa istilah tersebut tidak hanya perbuatan yang langsung melawan hukum, melainkan juga perbuatan yang secara

langsung melawan peraturan lain dari pada hukum (peraturan dalam kesusilaan, keagamaan dan sopan santun). Maka berdasarkan hal tersebut istilah perbuatan melawan hukum diartikan sebagai perbuatan yang mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan dari masyarakat.24

Sedangkan Keeton mengartikan “perbuatan melawan hukum” sebagai suatu kumpulan dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengontrol atau mengatur perilaku berbahaya dari, dan memberikan tanggung jawab atas kerugian yang diterbitkan dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi terhadap korban dengan suatu gugatan yang tepat.25

23

Ibid, hal.6 24

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melawan Hukum, (Bandung: Sumur Bandung, 1990), hal.12

25


(34)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUH Perdata, maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut :26

1. Harus Ada Perbuatan.

“1. Harus ada perbuatan. Yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, artinya setiap tingkah

laku berbuat atau tidak berbuat; 2. Perbuatan itu harus melawan hukum; 3. Adanya kesalahan (schuld);

4. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;

5. Adanya kerugian”.

Berikut ini penjelasan masing-masing unsur dari perbuatan melawan hukum tersebut, yaitu sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Artinya, setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat. Perkataan “perbuatan” dalam rangkaian kata-kata perbuatan melawan hukum tidak berarti hanya perbuatan aktif yaitu suatu perwujudan berbuat sesuatu yang melawan hukum, tetapi termasuk kepada perbuatan yang pasif juga, yaitu perbuatan yang mengabaikan suatu keharusan.


(35)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

2. Perbuatan Itu Harus Melawan Hukum.

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919, unsur perbuatan melawan hukum ini diartikan dalam arti

seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut :27

b. Perbuatan yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, “ a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku,

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden),

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.”

Kelima hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku

Perbuatan tersebut dikatakan perbuatan melawan hukum, apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum pada umumnya. Yang dimaksud dengan hukum adalah ketentuan-ketentuan hukum tertulis (undang-undang) dan bukan hanya itu tapi juga hukum tidak tertulis yang harus ditaati oleh masyarakat seperti kebiasaan-kebiasaan.

b. Perbuatan yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain termasuk salah satu perbuatan yang dilarang oleh Pasal 1365 KUHPerdata. Hak-hak yang dilanggar tersebut adalah hak-hak seseorang yang diakui oleh hukum, termasuk tapi tidak terbatas pada hak-hak sebagai berikut :

1) Hak pribadi 2) Hak-hak kekayaan

26


(36)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

3) Hak atas kebebasan

4) Hak atas kehormatan dan nama baik

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

Juga termasuk kategori perbuatan melawan hukum jika perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum dari pelakunya. Dengan istilah kewajiban hukum (rechtsplicht) ini, yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kewajiban yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Jadi bukan hanya bertentangan dengan hukum tertulis, melainkan juga bertentangan dengan hak oranglain menurut Undang-undang. Karena itu pula, istilah yang dipakai untuk perbuatan melawan hukum adalah onrechtmatige daad dan bukan onwetmatige daad.

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan

Tindakan yang bertentangan dengan kesusilaan yang oleh masyarakat telah diakui sebagai hukum tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan hukum. Karena itu, mana kala dengan tindakan melanggar kesusilaan telah terjadi kerugian bagi pihak lain, maka pihak yang menderita kerugian tersebut dapat menuntut ganti rugi berdasarkan atas perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata). Dalam putusan terkenal Lidenbaum v. Cohen (1919), Hoge Raad menganggap tindakan Cohen untuk membocorkan rahasia perusahaan dianggap sebagai tindakan yang

27


(37)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

bertentangan dengan kesusilaan, sehingga dapat digolongkan sebagai suatu tindakan melawan hukum.

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.

Jika seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar pasal-pasal dari hukum tertulis, mungkin masih dapat dijerat dengan perbuatan melawan hukum karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain. Keharusan untuk bersikap baik dalam bermasyarakat tentunya tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan dan dikenal sebagai kebiasaan. Seperti yang kita ketahui kebiasaan juga merupakan hukum apabila suatu kebiasaan itu dilakukan secara tetap dan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, mempunyai kekuatan normatif atau kekuatan mengikat, menimbulkan keyakinan umum (diakui masyarakat) dan dalam pelaksanaannya setiap pelanggaran diberikan sanksi.

3. Adanya Kesalahan (schuld).

Agar dapat dikenakan pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum tersebut, Undang-Undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar para pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan (shculdelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Tanggung jawab tanpa kesalahan tidak termasuk tanggung jawab berdasarkan kepada Pasal 1365 KUH Perdata.


(38)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Jikapun dalam hal tertentu diberlakukan tanggung jawab tanpa kesalahan hal tersebut tidaklah didasari atas Pasal 1365 KUH Perdata, tetapi didasarkan kepada undang-undang lain.

Karena pasal 1365 mensyaratkan adanya unsur “kesalahan “ dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :28

c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf, seperti keadaan overmacth, membela diri, tidak waras, dan lain-lain”.

“a. Ada unsur kesengajaan, atau b. Ada unsur kelalaian, dan

Mengenai unsur kesengajaan, dalam perbuatan melawan hukum unsur kesengajaan baru dianggap ada manakala dengan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tersebut, telah menimbulkan konsekwensi tertentu terhadap fisik dan/mental atau properti dari korban., meskipun belum merupakan kesengajaan untuk melukai (fisik atau mental) dari korban tersebut.

Unsur kesengajaan tersebut dianggap eksis dalam suatu tindakan manakala memenuhi elemen-elemen sebagai berikut :29

28

Ibid, hal.12 29

Ibid, hal.47

“a. Adanya kesadaran untuk melakukan

b. Adanya konsekuensi dari perbuatan. Jadi, bukan hanya ada perbuatan saja.

c. Kesadaran untuk melakukan, bukan hanya untuk menimbulkan konsekuensinya, melainkan juga ada kepercayaan bahwa dengan tindakan tersebut “pasti” dapat menimbulkan konsekwensi tersebut.”


(39)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Suatu perbuatan dilakukan dengan sengaja apabila terdapat “maksud” dari pihak si pelaku. Dalam hal ini perlu dibedakan antara istilah “maksud” dengan “motif”. Dengan istilah “maksud” diartikan sebagai suatu keinginan untuk menghasilkan suatu akibat tertentu. Jika kita menyulut api kesebuah mobil, tentu tindakan tersebut mempunyai “maksud” untuk membakar mobil tersebut. Akan tetapi motif dari membakar mobil tersebut bisa bermacam-macam, misalnya motifnya adalah sebagai tindakan balas dendam, protes, menghukum, membela diri, dan lain-lain. Dalam hubungan dengan akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindakan kesengajaan tersebut, “rasa keadilan” memintakan agar hukum lebih memihak kepada korban dari tindakan tersebut. Sehingga dalam hal ini, hukum lebih menerima pendekatan yang “objektif”. Artinya hukum lebih melihat dari tindakan tersebut kepada para korban daripada melihat apa maksud sesungguhnya dari si pelaku, meskipun masih dengan tetap mensyaratkan adanya unsur kesengajaan tersebut.

Dalam periklanan kebanyakan pelanggaran yang terjadi termasuk ke dalam perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan. Mengapa demikian ? Karena meskipun para pembuat iklan atau pengiklan sudah mengetahui Peraturan-peraturan ataupun Etika Pariwara namun mereka tetap saja membuat iklan yang sedemikian rupa sehingga menyesatkan konsumen. Sebagai contoh, perang tarif yang kini sedang digencarkan para operator seluler. Salah satunya adalah Esia yang dengan jelas melakukan suatu perbuatan melawan hukum berupa persaingan tidak sehat dalam berbisnis.


(40)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Esia, alih-alih membandingkan tarifnya dengan sesama CDMA yaitu, Star One, Flexy, Fren dan lain-lain, malah membandingkan tarifnya dengan GSM. Bagi konsumen yang kurang teliti pasti langsung tertarik, padahal dibandingkan tarif sesama CDMA, Esia jelas jauh lebih mahal. Sealin itu, Esia juga melakukan perbuatan melawan hukum berupa kebohongan yang merugikan orang lain. Dimana dalam iklan yang dibuat Esia, Esia menjelek-jelekkan operator lain. Memang tidak secara langsung namun jelas terlihat dari penggambaran-penggambarannya seperti, warna baju dari si model dimana merah berarti merek Simpati, kuning berarti merek Mentari ataupun biru yang berarti merek Pro XL.

Keseluruhan model perbuatan melawan hukum tersebut dapat dicakup oleh pengertian perbuatan melawan hukum versi Pasal 1365 KUH Perdata, asalkan unsur-unsur yuridis dari Pasal 1365 tersebut dapat dipenuhi.

Dalam sejarah hukum negara-negara Eropa Kontnental, mula-mula perbuatan kelalaian tidak diterima sebagai suatu bidang perbuatan melawan hukum yang berdiri sendiri. Mungkin setelah tahun 1919 dengan adanya kasus Lidenbaum v. Cohen yaitu kasus perbuatan kelalaian berupa pelanggaran terhadap kebiasaan dan kepatutan dalam masyarakat diterima sebagai suatu bagian dari perbuatan melawan hukum. Sedangkan dalam negara Common Law, perbuatan kelalaian sebagai perbuatan melawan hukum yang berdiri sendiri sudah dikenal mulai awal abad ke 19. Pada tahap awal perkembangannya perbuatan kelalaian diterima dalam kasus-kasus kelalaian


(41)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

dari orang yang menjalankan kepentingan publik seperti dokter, pengangkut manusia (supir, masinis, nahkoda, pilot), penjaga toko dan lain-lain.

Perkembangan tersebut mempunyai hubungan sebab akibat dengan perkembangan revolusi industri saat itu. Sebab, banyak juga kasus kelalaian diterapkan kepada kasus-kasus kelalaian pelaku industri yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat, misalnya yang disebabkan oleh mesin-mesin industri dan pengangkutan kereta api yang mulai berkembang saat itu. Kemudian, dalam sejarah perbuatan kelalaian ini berkembang dalam kasus-kasus yang berkenaan dengan kecelakaan, terutama kecalakaan lalu lintas. Sejak itu orang mulai berfikir bahwa tidak ada alasan yang wajar untuk memindahkan beban tanggung jawab dari korban kepada pelaku selama pelaku tidak dalam keadaan bersalah. Karena itu, mulailah dikembangkan konsep kelalaian dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum.

Dalam ilmu hukum diajarkan bahwa agar suatu perbuatan dapat dianggap sebagai kelalaian, haruslah memenuhi unsur pokok sebagai berikut :30

b. Adanya suatu kewajiban kehati-hatian.

“a. Adanya suatu perbuatan atau mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan.

c. Tidak dijalankan kewajiban kehati-hatian tersebut. d. Adanya kerugian bagi orang lain.

e. Adanya hubungan sebab akibat antara melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan dengan kerugian yang timbul”.

Tentang kelalaian itu sendiri dikenal berbagai tingkatan dengan konsekuensi hukum yang berbeda-beda. Pada umumnya tingkatan kelalaian tersebut adalah sebagai berikut :

30


(42)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

a. Kelalaian ringan b. Kelalaian biasa c. Kelalaian berat

Akan halnya mengenai kelalaian berat, terdapat pembedaan sebagai berikut :

a. Beratnya tingkat kehati-hatian.

Agar sesorang lepas dari tuduhan kelalaian, di haruslah melakukan kegiatannya dalam tingkat kehati-hatian yang wajar. Ada beberapa kelompok pekerjaan yang dituntut untuk memiliki kepedulian dan kehati-hatian yang lebih tinggi dari yang lain misalnya, pengangkut publik seperti supir, masinis, pilot dan sebagainya, lebih tinggi tingkat kehati-hatiannya daripada pengangkut beras. Contoh lain, seorang dokter yang melakukan bedah saraf, lebih tinggi tingkat kehati-hatiannya daripada pemotong hewan.

Konsekuensinya hukumnya adalah bahwa bisa saja tindakan bagi orang biasa belum merupakan kelalaian, tetapi bagi kelompok super hati-hati ini sudah merupakan perbuatan kelalaian bahkan dapat merupakan kelalaian berat karena menyangkut nyawa seseorang.

b. Beratnya tingkat kelalaian.

Beratnya tingkat kelalaian ini bila ditelusuri dari sejarah hukum Eropa Kontinental terkhusus pada hukum yang berkenaan dengan pengurusan harta milik orang lain, atau yang disebut dengan bailment.


(43)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Tentang pengurusan harta orang lain ini, terdapat 3 (tiga) macam kelalaian dengan konsekuensi hukum yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :31

c. Perbuatan kecerobohan “1). Kelalaian ringan

Diberlakukan terhadap kelalaian mengurus harta benda dalam sistem kepengurusan harta untuk kepentingan pihak yang mengurus.

2). Kelalaian biasa

diberlakukan terhadap kelalaian mengurus harta benda dalam sistem kepengurusan harta untuk kepentingan pihak yang mengurus maupun untuk kepentingan pihak yang diurus.

3). Kelalaian berat

Dilakukan terhadap kelalaian mengurus harta benda dalam kepengurusan harta secara gratis semata-mata untuk kepentingan pihak yang diurus”.

Perbuatan kecerobohan merupakan kelalaian yang paling tinggi

derajatnya. Perbuatan kecerobohan ini sering disebut dengan “Kuasi Kesengajaan”. Karena itu, tidak mengherankan jika sanksi yang

dikenakan terhadap pelaku tindakan kecerobohan lebih berat daripada yang lain. Misalnya sanksi berupa ganti rugi penghukuman. Perbuatan kecerobohan memang sangat besar unsur kelalaiannya bahkan tempatnya sebenarnya sudah berada ditengah antara perbuatan kesengajaan dengan perbuatan kelalaian.

Seseorang dikatakan melakukan tindakan kecerobohan jika memenuhi kriteria umum seperti berikut :32

31

Ibid, hal.85 32

Ibid, hal.86

“1) Perbuatan tersebut mengakibatkan resiko yang tidak layak berupa bahaya bagi tubuh seseorang,


(44)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

2) Resiko yang sangat besar, baik ditinjau dari segi bahayanya maupun dari besarnya kemungkinan akan terjadi resiko tersebut”.

Disamping perbedaan mengenai tingkat kelalaiannya, antara tindakan kelalaian dengan tindakan kecerobohan terdapat juga perbedaan dari jenis masing-masing perbuatan melawan hukum tersebut. Jadi, kesadaran mental pelaku juga berbeda. Jika pada kelalaian, pelakunya dalam melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan hanya kurang perhatian, tidak kompeten atau kurang hati-hati. Tetapi dalam tindak kecerobohan, pelaku sadar sepenuhnya atau di presumsi adanya kesadaran akan terjadi kerugian bagi korban, tetapi tetap saja dilakukan perbuatan tersebut. Akan tetapi, tindakan kecerobohan ini berbeda dengan perbuatan melawan hukum karena kesengajaan, sebab dalam tindakan kecerobohan, si pelaku tidak pernah berniat untuk dengan sengaja menimbulkan kerugian bagi oranh lain, tetapi dia melakukan sesuatu yang dia sadar bahwa akibat tertentu yang merugikan orang lain akan terjadi, dimana dia tidak memperdulikan tentang akaibat tersebut dan tetap memilih untuk melakukannya.

Dalam periklanan ada suatu contoh kasus kelalaian yaitu kasus papan iklan Lux. Wanita yang dijadikan model dalam iklan tersebut menuntut kepada Lux untuk mencabut semua iklan yang memuat foto dirinya baik itu selebaran, spanduk, papan poster dan lain-lain. Hal ini dikarenakan kontrak sebagai model iklan sabun Lux tersebut sudah habis. Lux pun menyanggupi dan mencabut semua iklan produk sabun Lux dimana wanita itu sebagai


(45)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

itu menemukan satu papan poster yang masih dipasang dengan dia sebagai modelnya, disuatu daerah di Jawa Tengah. Ia akhirnya menggugat Lux atas kelalaian Lux yang ternyata belum mencabut semua poster yang bergambar dirinya. Ia merasa dirugikan dan meminta Lux untuk membayar ganti rugi kepadanya.

Lux dapat dikatakan melakukan suatu kelalaian karena belum mencabut semua selebaran, spanduk dan papan poster yang merupakan kesepakatan kontak Lux dengan wanita itu. Karena sepanjang poster-poster itu masih dipajang maka Lux melanggar ketentuan kontrak dan membayar wanita itu seolah-olah wanita itu masih merupakan model iklan sabun Lux.33

33

www.kompas.com

Perbuatan melawan hukum dengan unsur kelalaian berbeda dengan perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan. Dengan kesengajaan, ada niat dari hati pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian tertentu bagi korban, atau paling tidak mengertahui secara pasti bahwa akibat dari perbuatannya tersebut akan terjadi. Akan tetapi dalam kesengajaan tidak ada niat dari dalam hati pihak pelaku untuk mrnimbulkan kerugian, bahkan mungkin ada keinginan untuk mencegah tejadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, dalam perbuatan hukum dengan unsur kesengajaan, niat atau sikap mental menjadi faktor dominan. Tetapi pada kelalaian, niat atau sikap mental tersebut tidak menjadi penting, yang penting dalam kelalaian ialah sikap lahiriah dan perbuatan yang dilakuakan tanpa terlalu mempertimbangkan apa yang ada dalam pikirannya.


(46)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

4. Adanya Hubungan Sebab Akibat Antara Perbuatan Melawan Hukum Itu Dengan Kerugian.

Masalah hubungan sebab akibat ini menjadi isu sentral dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum karena fungsinya adalah untuk menentukan apakah seseorang tergugat harus bertanggung jawab secara hukum atas tindakannya yang menyebabkan kerugian terhadap orang lain.

Dalam hal ini, kausalitas termasuk juga sebagai dasar gugatan ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan hukum. Dalam suatu peristiwa biasanya tidak pernah disebabkan suatu fakta, namun oleh fakta-fakta yang berurutan. Pada gilirannya fakta-fakta tersebut disebabkan oleh fakta lainnya sehingga merupakan suatu rantai kausalitas fakta-fakta yang menimbulkan suatu akibat tertentu.

5. Adanya Kerugian

Adanya kerugian bagi korban juga merupakan syarat agar gugatan berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata dapat dipergunakan. Kerugian yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum dapat berupa kerugian materiil dan immaterial. Kerugian materiil adalah kerugian yang menyangkut segi ekonomis dari penderita perbuatan melawan hukum. Contoh : kerugian karena tabrakan mobil, hilangnya keuntungan, ongkos barang, biaya reparasi dan lain-lain. Sedangkan perbuatan immaterial yang diderita oleh penderita perbuatan melawan hukum berupa ketakutan, kekecewaan, penyesalan, sakit, dan kehilangan


(47)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

semangat hidup. Kerugian immaterial ini lebih berupa kerugian batiniah bagi si penderita. Iklan yang menyesatkan konsumen menyebabkan beberapa kerugian kepada konsumen diantaranya kerugian fisik dan kerugikan ekonomi.34

Kerugian fisik yang dimaksud adalah kerugian badani konsumen yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan tubuh dan atau jiwa mereka dalam penggunaan barang atau jasa konsumen. Dengan kata lain dapat terjadi gangguan atas fisik, jiwa atau harta benda konsumen. Dalam perolehan barang atau jasa itu memnuhi kebutuhan hidup dari konsumen tersebut dan memberikan manfaat baginya (tubuh dan jiwanya). Fisik konsumen dapat terganggu kalau perolehan barang atau jasa malah menimbulkan kerugian berupa gangguan kesehatan badan atau ancaman pada keselamatan jiwanya. Sebagai contoh pembelian obat yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan undang-undang dan tidak menyebutkan efek samping. Pada tahun 1950-an guna mengontrol rasa mual selama beberapa minggu kehamilan dipromosikan obat penghilang rasa mual. Publikasi ini dilakukan tanpa membeberkan efek samping penggunaan obat tersebut. Ternyata akibat mengkonsumsi obat tersebut menyebabkab kegagalan pembentukan janin dalam rahim ibu, maka lahirlah bayi-bayi tanpa anggota badan yang lengkap di Eropa dan Australia.35

Sedangkan kerugian ekonomi yang dapat dialami konsumen adalah konsumen tidak dapat memperoleh hasil yang optimal dari penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang atau jasa untuk kebutuhan

34


(48)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

hidup mereka. Untuk keperluan ini, tentu saja konsumen harus mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung jawab tentang produk konsumen tersebut, yaitu informasi yang informasi tentang segala kebutuhan hidup yang diperlukannya. Misalnya barang-barang bajakan yang banyak di jual di pasaran. Merek-merek terkenal yang dipalsukan dan penjualnya mengatakan bahwa merk itu asli keluaran merk tersebut. Dalam hal ini tentu saja konsumen yang membeli merasa tertipu karena sudah mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk membeli barang bermerk yang dipalsukan (berkaitan dengan keaslian produk konsumen dan persaingan (curang) dalam bidang usaha).

B. Pertanggungjawaban Para Pihak Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum

Dalam KUH Perdata, mengenai pertanggungjawaban terbagi dalam dua golongan, yaitu :

1. Tanggung jawab langsung, yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

2. Tanggung jawab tidak langsung, yang diatur dalam Pasal 1367, 1368 dan 1369 KUH Perdata.

Ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menuntun ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan hukum terdapat pada Pasal 1365 KUH Perdata, dan Pasal 1367 sampai 1369 KUH Perdata menyatakan tentang seseorang tertentu yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita orang lain.

35


(49)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Pasal 1367 KUH Perdata menyatakan bahwa : “Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya”.36

36

Subekti1, Op.cit., hal. 346

Berdasarkan perumusan pasal tersebut di atas, terdapat dua pertanggung jawaban yaitu pertanggungjawaban atas perbuatan orang lain yang melakukan perbuatan melawan hukum dan pertanggungjawaban atas barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.

Pertanggungjawaban atas perbuatan orang lain diperinci lagi dalam ayat-ayat berikutnya dari Pasal 1367 ayat-ayat 2 KUH Perdata, yaitu : “Orang tua dan wali bertanggung jawab tentang kerugian, yang disebabkan anak-anak belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orang tua atau wali”.

Dalam hal ini orang tua yang telah dipecat dari kekuasaannya sebagai orang tua yang telah bercerai dan tidak menjadi wali tidak bertanggung jawab. Juga bila dapat dikemukakan alasan yang meniadakan unsur kesalahan, maka orang tua dibebaskan dari tanggung jawab.

Pasal 1367 ayat 3 KUH Perdata menjelaskan yaitu :

“Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakai.”


(1)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

B. SARAN

1. Konsumen bersikap kritis yang nantinya akan menjadi suatu modal yang penting bagi konsumen agar dapat terhindar dan terlindungi dari kerugian dan ketidakpuasan sebagai akibat dari iklan yang tidak bertanggung jawab dan dapat menimbulkan salah tafsir. Konsumen dianjurkan untuk tidak menerima begitu saj setiap informasi dari iklan yang ada sebagai rasa tanggung jawab dan komitmen untuk memberikan perlindungan terhadap diri konsumen itu sendiri.

2. Seiring dengan perkembangan jaman dan prakterk baru dalam dunia periklanan maka perlu dilakukan penyempunaan standar ukuran iklan menyesatkan yang tujuannya agar mengurangi dampak negatif informasi iklan yang dapat menyesatkan konsumen.

3. Semua pihak yang terkait dalam periklanan diharapkan mengambil sikap bijaksana agar mendukung terwujudnya penegakan perlindungan konsumen. Pemerintah sebagai lembaga yang berwenang agar memberikan perhatian yang lebih besar dan dukungan terhadap keberadaan dan aktifitas YLKI dalam geakan perlindungan konsumen di Indonesia. Juga diadakan upaya


(2)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

penyelesaian sengketa yang singkat, murah dan mudah sehingga semua lapisan konsumen bisa menuntuk haknya dengan prosedur yang sewajarnya apabila merasa dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku, Makalah, Jurnal Ilmiah

Arief, Barda Nawawi, “Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan”, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001).

Badan Pembinaan Hukum Nasional, “Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Aspek Hukum Dan Etika Bisnis Periklanan Di Indonesia”, Disusun Oleh Tim Kerja dibawah pimpinan A.Z.Nasution, (Jakarta : Departemen Kehakiman Republik Indonesia,1993/1994).

______________, “Laporan Akhir Tim Analisis Dan Evaluasi Hukum Tentang Tanggung Jawab Pemasangan Iklan”, Disusun Oleh Tim Kerja dibawah pimpinan Muhammad Budyatna, (Jakarta : Departemen Kehakiman Republik Indonesia,1997/1998).

Badrulzaman, Mariam Darus, KUH Perdata Buku III tentang Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, (Bandung: Alumni,1983.

Djajakusumah, Tams, Periklanan,(Bandung : Amrico,1982).

Farianti, Nella, “ Aspek Hukum Perjanjian Keagenan Pengurusan Iklan Billboard Antara Biro Jasa Dengan Pemasang Iklan, Skripsi (Medan : Fakultas Hukum Sumatera Utara, 2001).

Fuady, Munir, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Cetakan Pertama (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2002).


(3)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Hariyanto, Dedi , Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Periklanan yang Menyesatkan, Disertasi (Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2007 ).

Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung: Alumni, 1994).

Handler, Milton, Business Tort, Case and Materials, (New York : Foundation Press, 1972).

Jefkins, Frank , Periklanan (advertising), diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga, (Jakarta:Grafindo,1997).

Juni, Sabaruddin, “Aspek Hukum Perdata Pada Perindungan Konsumen”.

Kasali, Rhenald, Manajemen Periklanan dan Aplikasinya di Indonesia, Cetakan ketiga Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 1993).

Loqman, Lobby , “Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Konsumen Dalam Periklanan di Indonesia”, Makalah yang disampaikan Simposium Nasional tentang “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Periklanan”, pada Fakultas Hukum Universitas Taruma Negara, Jakarta, 31 Januari 1994.

Miru, Ahmadi, dan Yodo, Sutarman, “Hukum Perlindungan Konsumen”, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004).

Nasution, Az., “Konsumen dan Hukum”, Cetakan I, Jakarta : Paustaka Sinar Harapan, 1995.

Prodjodikoro, Wirjono, Perbuatan Melawan Hukum, (Bandung: Sumur,1990). Rajaguk-guk, Erman, “Pentingnya Perlindungan Komsumen Dalam Era

Perdagangan Bebas”,dalam Husni Syawali, Neni Sri Imanyani (Pen), “Hukum Perlindungan Konsumen”, (Bandung : PT Mandar Maju, 2000).

Shofie, Yusuf, “Sistem Tanggung Jawab Dalam Periklanan”, Hukum dan Pembangunan, No.2 Tahun XXVI, April 1996.

Shidarta “Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”, (Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia,2006).


(4)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa,1989).

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan 28, (Jakarta:Pradnya Paramitha,2001) hal.346

Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor : POLITEIA, 1989. Trijono, Rachmat, “Perlindungan Konsumen Terhadap Iklan Menyesatkan”,

Jurnal Hukum (Juistheid), ( Universitas Djuanda: vol. I no. 2, 2003). Wahyuni, Handayani, Sri , Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya

Dengan Perlindungan Konsumen, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003).

Widjaja, Gunawan, dan Yani, Ahmad, “Hukum Tentang Perlindungan Konsumen”, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003).

B. Majalah, Harian, Situs Internet

As’ad, Rasyid, Abd., Peranan Iklan Pengaruhi Konsumen, (Bisnis Indonesia, 1992).

Atma Nan Jaya,”Etika dan Periklanan. Sebuah Topik Etika Bisnis”, Majalah IlmiahUniversitas Katolik Indonesia, Atmajaya, Tahun VI No. 2, (Agustus 1993).

Dasustra, Lamtasim, “Iklan Sumber Informasi Yang Benaratau Menyesatkan”, Koran Tempo tanggal 31 Agustus 2004.

Herawastuti, Shanti , “Iklan Nuticia Menyesatkan”, Tabloid Wanita Indonesia, tanggal 14 Mei 2007.

Smith, Russell G., Deceptive and Misleading On-Line Advertising and Business Practices”


(5)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

C. Peraturan Perundang-Undangan.

Keputusan Presiden (Kepres) No. 90 Tahun 2004 tentang Pembentukan Badan penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Makasar.

Keputusan Presiden No.108 Tahun 2004 tentang Pembentukan Badan penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Kupang, Kota Samarinda, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kota Kediri, Kota Mataram, Kota Palangkaraya, danpada Kabupaten Kupang, Kabupaten Belitung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Serang, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Jeneponto. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film.

Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), Etika Pariwara Indonesia, (Jakarta:2006).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

D. Putusan Pengadilan Indonesia/ Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Hendry Gunawan v. Internasional Language Programs (ILP), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan, Nomor : 11/Pen/BPSK/MDN/2005.

Rianto T v. Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan, Nomor : 03/Pen/BPSK/1/2004.


(6)

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.

USU Repository © 2009

Ny. Dewi Widjajanti v. PT. Putra Alvita Pratama, Putusan M.A. No.2125/K/Pdt/1999., perkara yang sama pernah diperiksa oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.103/Pdt.G/1997/PN.Jak.Sel. Tanggal 2 oKtober 1997 dan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 132 PDT/1998/PT.DKI.

Drs. Janizar dkk v. PT. Kentanik Super Internasional, Putusan M.A. No. 3138/K/ Pdt/1994., perkara yang sama pernah diperiksa oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur No. 237/Pdt. G/1992/PN. Jkt. Tim. Tanggal 6 April 1993 dan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 496/Pdt/1993/PT.DKI Tanggal 7 Februari 1994.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Yayasan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (YLM3), Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Yayasan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (YWITT), dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) v. PT. Djarum Kudus Tbk., PT. H.M Sampoerna Tbk., PT. Prada Suara Production, PT. Radjawali Citra Televisi Indonesia, PT. Surya Citra Televisi, PT. Jurnalindo Aksara Grafika dan PT. Era Media Informasi, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 278/Pdt.G/2002/P.N. Jak.Sel.