Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong ( Studi Kasus : Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Later Belakang
Laju peningkatan iumlah penduduk, yang diikuti dengan perbaikan taraf hidup
dan perubahan selera konsumen telah mengubah pola konsumsi yang mengarah
padaprotein hewani asal ternak. daging telur, dan susu merupakan komoditas
pangan berprotein tinggi, yang umumnya memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan bahan pangan lainnya. (Soedjana 1997).
Menurut kebijaksanaan Pemerintah, Sub-Sektor Perternakan, sapi potong
sebagai salah satu usaha yang terus dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi
potong yang bersifat usaha keluarga. Bantuan Pemerintah dalam mendukung
pengembangan ternak sapi potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas,
seperti kredit penggemukan sapi, kredit pembibitan sapi potong, penerapan
sistem kontrak lewat pengembangan sapi potong Bantuan Presiden (Banpres),
Crash Program sapi potong Import, proyek transmigrasi ternak. RCP(Rural
Project) atau proyek kredit pedesaan.
Menghadapi masa depan, paradigma pembangunan peternakan lama perlu
dirubah kepada paradigma baru, yaitu paradigma agribisnis. Esensi dari
pembangunan peternakan dengan paradigma agribisnis "menghasilkan apa
yang dituntut pasar (kosnsumen)" atau pendekatan sisi permintaan (Bungaran

Saragih, 1998).
Kebutuhan daging sapi sebagian besar dihasilkan oleh usaha peternakan rakyat.
Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 109 kebutuhan daging sapi meningkat

Universitas Sumatera Utara

dari tahun ke peternakan, termasuk daging sapi. Kebutunan daging sapi
meningkat dari tahun ke tahun, demikian pula impor terus bertambah dengan laju
yang makn tinggi, baik impor daging maupun sapi bakalan. Indonesia merupakan negara net
importir produk peternakan, termasuk daging sapi. Kondisi demikian menuntut
para

pemangku

pengembangan

kepentingan
peternakan

(stakeholders)

sapi

potong

menetapkan
nasional

suatu

untuk

strategi

mengurangi

ketergantungan pada impor, dan secara bertahap mampu berswasembada dalam
menyediakan kebutuhan daging nasional.
Munurut Yusdja et al. (2004), ketidakberhasilan swasembada daging yang
dicanangkan pada tahun 2000 dan berakhir 2004 disebabkan tidak tercapainya
sasaran program. Penyebabnya adalah : 1) kebijakan program tidak disertai

dengan rencana operasinnal yang rinci dan kegiatan ril di lapangan, 2) program
bersifat top down dan berskala kecil dibandingkan dengan sasaran yang ingin
dicapai, 3) strategi implementasi program disamaratakan dengan tidak
memprioritaskan wilayah unggulan, tetapi berorientasi pada komoditas unggulan,
4) implementasi program tidak memungkinkan untuk mengevaluasi dampak
program, dan 5) proQram tidak secara ielas memberikan dampak pada
pertumblahan populasi ternak secara nasional.
Selanjutnya, dicanangkan program swasembada daging sapi yang diharapkan
dicapai pada tahun 2014. Program tersebut didukung oleh berbagai terobosan
dalam inovasi teknologi, kelembagaan, dan kebijakan. Strategi percepatan
swasembada daging sapi yang dicanangkan Direktorat Jenderal Peternakan
(Ditjennak) dilakukan melalui kegiatan teknis, yang meliputi 1) pengembangan
sentra perbibitan dan penggemukan, 2) revitalisasi kelembagaan dan SDM di

Universitas Sumatera Utara

lapangan, dan 3) dukungan sarana dan prasarana, serta kegiatan nonteknis
seperti dukungan finansial dan pengembangan wilayah (Badan Litbang Pertanian
2009).
Peningkatan konsumsi daging sapi belum dapat diimbangi oleh peningkatan

produksi dalam negeri, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga terjadi jurang
yang semakin besar permintaan dan penawaran (Subagyo 2009).
Endik (2010) menyatakan, swasembada daging sapi berarti harus menggali
seluruh potensi dan kemampuan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tanpa
perlu melakukan impor. Pengembangan sapi dilakukan dengan melibatkan
peternak sebagai pelaku utama. Namun, luas area padang rum put sebagai sumber
pakan temak menurun dengan laju 6,2%. Kondisi ini perlu diperhatikan dalam
pengembangan sapi potong melalui penggembalaan, khususnya untuk usaha
peembibitan.
Dalam suatu pengembangan usaha petemakan sapi potong harus diperhatikan
secara aspek teknis dan juga dengan teknologi yang berasalkan dari pelatihan
kasus-kasus yang ada di lapangan yaitu faktor penghambat dan juga mengguna-kan
alternatife lain untuk memecahkan masalah dengan menggunakan introduksi
teknologi dan juga kelembagaan, serta sarana pendukung yang lain.
Sampai saat ini, belum ada investor yang tertarik pada usaha pembibitan sapi
potong (Rayana 2009). Hal itu terjadi karena para investor memikirkan bahwa
pembibitan itu adalah cara yang kurang efisien karena menurut investor
pembibitan hanya membuang waktu yang sangat banyak, sehingga investor
hanya tertarik dengan usaha penggemukan sapi potong saja.


Universitas Sumatera Utara

Meles

(2009)

juga

mengatakan,

pengembangan

sapi

potong

perlu

mempertimbangkan potensi sumber daya yang dimiliki daerah, seperti area
pengembangan atau area pertanian, populasi ternak, sumber daya manusia,

teknologi tepat guna, sarana pendukung, dan potensi pasar.

Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas maka dilakukan penelitian
mengenai strategi pengembangan usaha ternak sapi di Desa Paya Rakung
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
1.2. ldentifkasi Masalah
Berdasarkan uraian belakang, maka masalah penelitian i_ni dapat diindetif kasi
sebagai berikut:
1.

Faktor internal apa saiakah yang mempengaruhi pengembangan usaha
ternak sapi potong di i_okasi penelitian?

2.

Faktor eksternal apa sajakah yang mempengaruhi pengembangan usaha
ternak sapi potong di lokasi penelitian?

3.


Bagaimana strategi untuk meringkatkan pengembangan usaha ternak sapi
potong di lokasi penelitian?

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi pengembangan usaha
ternak sapi potong di lokasi penelitian.

2.

Untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha
ternak sapi potong di lokasi pertanian.

Universitas Sumatera Utara

1.4.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1.


Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam
usaha ternak sapi potong.

2.

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam
menetapkan kebiiakan dan perkembangan komoditi sapi potong di Indonesia.

3.

Sebagai bahan pengetahuan dan pengala_man bagi penelitian bagi peneliti
serta salah satu cara dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara