Analisis Viabilitas Finansial Peternak Sapi Di Kabupaten Sumatera utara (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian
besar adalah di sektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar
penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang
ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap oleh petani mendorong para
petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat
komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara
umum memiliki beberapa kelebihan seperti: sebagai sumber pendapatan untuk
memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging dan susu, kotorannya juga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Di pedesaan ternak sapi cukup popular sebagai salah satu usaha
baik itu usaha sampingan maupun usaha pokok para petani. bahkan sapi dianggap
sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah
kebutuhan ekonomi yang mendesak (Mosher, 1987).
Menurut Santoso (2001) usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan
faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk
menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada
tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen
mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan
ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan
pengaturan tenaga kerja.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Pengelolaan ternak sapi dengan menggunakan manajemen yang baik atau secara
intensif tersebut dapat meningkatkan hasil produksi. Namun permasalahan yang
dihadapi pada saat ini adalah masih banyaknya para peternak sapi yang kurang bisa
mengelola ternak mereka secara intensif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan para peternak. Dampak yang terjadi akibat kurang baiknya pengelolaan
ternak sapi ini adalah pertumbuhan hasil produksi daging sapi menjadi turun dan naik.
Menurut Soeprapto dan Abidin (2006) Pembangunan peternakan merupakan bagian
dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis dalam memenuhi
kebutuhan pangan yang semakin tinggi, sebagai konsekuensi atas pertambahan
penduduk indonesia. Perkembangan pola konsumsi menyebabkan arah kebijakan
pembangunan sektor pertanian berubah. Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan
lebih diarahkan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan
perkapita rakyat indonesia semakin meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk
memenuhi kebutuhan protein.
Berdasarkan data sentra populasi sapi potong di Indonesia tahun 2011-2015, terlihat
ada 10 provinsi yang memberikan kontribusi populasi daging sapi potong. Sentra
populasi sapi potong di Indonesia yang terbesar adalah di Jawa Timur, selanjutnya
Jawa tengah dan Sulawesi Selatan. Berikut data sentra populasi daging sapi di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel. 1.1. Sentra Populasi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2011- 2015
No
Provinsi
Populasi Sapi Potong (Ekor)
2012
2013
2014
4.957.478
3.586.709
4.125.333
2015 *)
4.326.261
1
Jawa Timur
2011
4.727.298
2
Jawa Tengah
1.937.551
2.051.047
1.500.077
1.592.638
1.628.093
983.985
1.112.893
984.036
1.200.137
1.340.540
Sulawesi
3
Selatan
4
NTB
685.810
916.560
648.939
1.013.793
1.046.772
5
NTT
778.633
814.450
803.450
865.731
902.326
6
Lampung
742.776
778.050
573.483
587.827
598.740
7
Sumatera Utara
541.698
609.951
523.277
646.749
666.496
8
Bali
637.473
651.216
478.146
553.582
570.436
9
Aceh
462.840
505.171
404.221
511.362
536.930
10
Jawa Barat
422.989
429.637
382.949
419.077
447.999
2.903.320
3.153.884
2.800.952
3.210.646
3.429.694
14.824.373
15.980.697
12.686.239
14.726.875
15.494.288
Lainnya
Indonesia
Keterangan
Sumber
: *) Angka Sementara
: Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak sapi potong dari
tahun ke tahun berfluktuasi, kadang naik dan kadang turun. Tabel diatas juga
memperlihatkan bahwa sentra populasi ternak sapi potong belum merata. Ada
beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada juga yang sangat
jarang dan terbatas populasinya.
Sementara itu menurut Suryani (2015), perkembangan tingkat konsumsi daging sapi
per kapita masyarakat Indonesia dari tahun 1993 hingga tahun 2014 berfluktuasi dan
Universitas Sumatera Utara
4
cenderung meningkat. Pada tahun 1993 tingkat konsumsi daging sapi masyarakat
Indonesia adalah sebesar 0,704 kg/kapita naik menjadi 2,36 kg/kapita pada tahun
2014.
Berbagai faktor kendala yang mempengaruhi perkembangan peternakan adalah faktor
ekologis, biologis dan sosial ekonomis. Faktor ekologis termasuk keadaan tanah dan
iklim, biologis meliputi genotype ternak (reproduksi dan sifat adaptasi). Faktor-faktor
sosial ekonomis termasuk ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan pelaku-pelaku
peternakan,
kesukaan
konsumen
dan
pendapatannya,
ketersediaan
modal,
infrastruktur pasar, kebijaksanaan pedagang dan harga serta penguasaan tanah (Yasin
dan Dilaga, 1999).
Rendahnya produksi sapi di indonesia antara lain di sebabkan oleh sebagian besar
ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal yang terbatas.
Selain itu, sebagian besar sapi di Indonesia dipelihara dengan cara semi intensif dan
terkesan masih bersifat tradisional. Sapi di pelihara sebagai usaha sampingan dengan
usaha pokok adalah bertani. Akibat dari rendahnya produksi sapi adalah terjadinya
ketidakseimbangan jumlah antara konsumsi dan produksi daging, dimana tingkat
konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi menyebabkan Indonesia
harus mengimpor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini
terjadi karena peningkatan permintaan daging sapi dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang juga dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pentingnya
mengkonsumsi protein hewani, sehingga pola konsumsi menjadi berubah. Semula
lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun saat ini sudah
banyak yang mengkonsumsi daging, telur dan susu.
Universitas Sumatera Utara
5
Kondisi tersebut juga terjadi di Sumatera Utara dimana peternak sapi masih
mengusahakan usaha ternak sapi mereka sebagai usaha sampingan dan kurangnya
pengetahuan para peternak tentang bagaimana cara beternak yang baik guna
menghasilkan produksi yang optimal. Permasalahan inilah yang mengakibatkan para
peternak juga tidak dapat memperoleh keuntungan yang optimal dari usaha mereka
dan dampaknya banyak peternak yang tidak mau mengusahakan usaha ternak sapi ini
lagi. Hal ini mengakibatkan jumlah populasi ternak yang semakin menurun. Salah
satu daerah di Sumatera Utara yang populasi ternaknya menurun adalah Kecamatan
Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berikut tabel banyaknya ternak sapi:
Tabel 1.2. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di
Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2014
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tandam Hulu II
Tandam Hulu I
Paya Bakung
Klambir V Kampung
Klambir V Kebun
Klumpang Kebun
Klumpang Kampung
Sialang Muda
Bulu Cina
Tandam Hilir I
Tandam Hilir II
Kota Datar
Kota Rantang
Kampung Lama
Klambir
Selemak
Hamparan Perak
Sei Baharu
Paluh Manan
Paluh Kurau
Jumlah 2014
192
638
1098
57
2737
3166
179
37
2661
722
1317
326
238
119
167
264
219
32
60
376
5
0
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
29
2
0
0
Kambing/
Domba
215
1530
1800
325
3000
2200
620
150
3215
1600
1425
510
492
500
470
525
460
230
110
640
18763
260
12042
Sapi/Lembu
Kerbau
Babi
400
0
0
0
0
0
0
0
0
295
0
0
0
0
0
0
316
148
49
98
4671
Sumber: Dinas Peternakan Kecamatan Hamparan Perak
Universitas Sumatera Utara
6
Tabel 1.3. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di
Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2015
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tandam Hulu II
Tandam Hulu I
Paya Bakung
Klambir V Kampung
Klambir V Kebun
Klumpang Kebun
Klumpang Kampung
Sialang Muda
Bulu Cina
Tandam Hilir I
Tandam Hilir II
Kota Datar
Kota Rantang
Kampung Lama
Klambir
Selemak
Hamparan Perak
Sei Baharu
Paluh Manan
Paluh Kurau
195
640
678
75
2878
2780
156
200
2000
789
1156
897
98
75
165
145
175
0
76
655
0
0
0
0
0
25
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
28
0
0
0
Kambing/
Domba
769
1200
1400
778
2500
2650
700
700
5300
1598
1250
1100
1400
500
1100
2500
397
291
450
498
Jumlah 2015
13833
58
27081
Sapi/Lembu
Kerbau
Babi
4000
0
0
0
200
0
0
0
200
1200
0
100
0
0
0
0
450
100
300
200
6750
Sumber: Dinas Peternakan Kecamatan Hamparan Perak
Dari dua tabel diatas dapat kita lihat bahwa banyaknya ternak sapi/ lembu dari tahun
2014 sampai 2015 menurun, dimana pada tahun 2014 banyaknya ternak sapi/lembu
sebesar 18763 ekor dan pada tahun 2015 sebesar 13833 ekor. Kondisi ini
menimbulkan pertanyaan apakah pendapatan yg diterima peternak memberikan
keuntungan atau tidak sehingga menyebabkan kurangnya minat peternak untuk
mengusahakan usaha ternak sapi sehingga banyaknya ternak sapi dari tahun 2014 ke
tahun 2015 menurun.
Universitas Sumatera Utara
7
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
jauh tentang bagaimana proses produksi, biaya yang dikeluarkan, perhitungan
pendapatan dan menganalisis viabilitas usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penilitian ini adalah :
1. Bagaimana proses produksi ternak sapi dan besar biaya produksinya ?
2. Berapa besar pendapatan bersih peternak sapi di daerah penelitian ?
3. Bagaimana viabilitas finansial peternak sapi di daerah penelitian ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis proses produksi dan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi.
2. Untuk menganalisis jumlah pendapatan bersih peternak sapi di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis viabilitas finansial peternak sapi di daerah penelitan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bahan masukan bagi peternak sapi potong untuk mengetahui pendapatan bersih dan
mengetahui komponen biaya produksinya sehingga dapat menghasilkan pendapatan
yang optimal.
2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan pengembangan
usaha ternak sapi, khususnya pengembangan ternak sapi yang berskala kecil.
Universitas Sumatera Utara
8
3. Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta menjadi bahan
bacaan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih bisa mengembangkan penelitian ini
dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian
besar adalah di sektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar
penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang
ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap oleh petani mendorong para
petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat
komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara
umum memiliki beberapa kelebihan seperti: sebagai sumber pendapatan untuk
memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging dan susu, kotorannya juga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Di pedesaan ternak sapi cukup popular sebagai salah satu usaha
baik itu usaha sampingan maupun usaha pokok para petani. bahkan sapi dianggap
sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah
kebutuhan ekonomi yang mendesak (Mosher, 1987).
Menurut Santoso (2001) usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan
faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk
menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada
tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen
mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan
ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan
pengaturan tenaga kerja.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Pengelolaan ternak sapi dengan menggunakan manajemen yang baik atau secara
intensif tersebut dapat meningkatkan hasil produksi. Namun permasalahan yang
dihadapi pada saat ini adalah masih banyaknya para peternak sapi yang kurang bisa
mengelola ternak mereka secara intensif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan para peternak. Dampak yang terjadi akibat kurang baiknya pengelolaan
ternak sapi ini adalah pertumbuhan hasil produksi daging sapi menjadi turun dan naik.
Menurut Soeprapto dan Abidin (2006) Pembangunan peternakan merupakan bagian
dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis dalam memenuhi
kebutuhan pangan yang semakin tinggi, sebagai konsekuensi atas pertambahan
penduduk indonesia. Perkembangan pola konsumsi menyebabkan arah kebijakan
pembangunan sektor pertanian berubah. Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan
lebih diarahkan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan
perkapita rakyat indonesia semakin meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk
memenuhi kebutuhan protein.
Berdasarkan data sentra populasi sapi potong di Indonesia tahun 2011-2015, terlihat
ada 10 provinsi yang memberikan kontribusi populasi daging sapi potong. Sentra
populasi sapi potong di Indonesia yang terbesar adalah di Jawa Timur, selanjutnya
Jawa tengah dan Sulawesi Selatan. Berikut data sentra populasi daging sapi di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel. 1.1. Sentra Populasi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2011- 2015
No
Provinsi
Populasi Sapi Potong (Ekor)
2012
2013
2014
4.957.478
3.586.709
4.125.333
2015 *)
4.326.261
1
Jawa Timur
2011
4.727.298
2
Jawa Tengah
1.937.551
2.051.047
1.500.077
1.592.638
1.628.093
983.985
1.112.893
984.036
1.200.137
1.340.540
Sulawesi
3
Selatan
4
NTB
685.810
916.560
648.939
1.013.793
1.046.772
5
NTT
778.633
814.450
803.450
865.731
902.326
6
Lampung
742.776
778.050
573.483
587.827
598.740
7
Sumatera Utara
541.698
609.951
523.277
646.749
666.496
8
Bali
637.473
651.216
478.146
553.582
570.436
9
Aceh
462.840
505.171
404.221
511.362
536.930
10
Jawa Barat
422.989
429.637
382.949
419.077
447.999
2.903.320
3.153.884
2.800.952
3.210.646
3.429.694
14.824.373
15.980.697
12.686.239
14.726.875
15.494.288
Lainnya
Indonesia
Keterangan
Sumber
: *) Angka Sementara
: Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak sapi potong dari
tahun ke tahun berfluktuasi, kadang naik dan kadang turun. Tabel diatas juga
memperlihatkan bahwa sentra populasi ternak sapi potong belum merata. Ada
beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada juga yang sangat
jarang dan terbatas populasinya.
Sementara itu menurut Suryani (2015), perkembangan tingkat konsumsi daging sapi
per kapita masyarakat Indonesia dari tahun 1993 hingga tahun 2014 berfluktuasi dan
Universitas Sumatera Utara
4
cenderung meningkat. Pada tahun 1993 tingkat konsumsi daging sapi masyarakat
Indonesia adalah sebesar 0,704 kg/kapita naik menjadi 2,36 kg/kapita pada tahun
2014.
Berbagai faktor kendala yang mempengaruhi perkembangan peternakan adalah faktor
ekologis, biologis dan sosial ekonomis. Faktor ekologis termasuk keadaan tanah dan
iklim, biologis meliputi genotype ternak (reproduksi dan sifat adaptasi). Faktor-faktor
sosial ekonomis termasuk ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan pelaku-pelaku
peternakan,
kesukaan
konsumen
dan
pendapatannya,
ketersediaan
modal,
infrastruktur pasar, kebijaksanaan pedagang dan harga serta penguasaan tanah (Yasin
dan Dilaga, 1999).
Rendahnya produksi sapi di indonesia antara lain di sebabkan oleh sebagian besar
ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal yang terbatas.
Selain itu, sebagian besar sapi di Indonesia dipelihara dengan cara semi intensif dan
terkesan masih bersifat tradisional. Sapi di pelihara sebagai usaha sampingan dengan
usaha pokok adalah bertani. Akibat dari rendahnya produksi sapi adalah terjadinya
ketidakseimbangan jumlah antara konsumsi dan produksi daging, dimana tingkat
konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi menyebabkan Indonesia
harus mengimpor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini
terjadi karena peningkatan permintaan daging sapi dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang juga dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pentingnya
mengkonsumsi protein hewani, sehingga pola konsumsi menjadi berubah. Semula
lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun saat ini sudah
banyak yang mengkonsumsi daging, telur dan susu.
Universitas Sumatera Utara
5
Kondisi tersebut juga terjadi di Sumatera Utara dimana peternak sapi masih
mengusahakan usaha ternak sapi mereka sebagai usaha sampingan dan kurangnya
pengetahuan para peternak tentang bagaimana cara beternak yang baik guna
menghasilkan produksi yang optimal. Permasalahan inilah yang mengakibatkan para
peternak juga tidak dapat memperoleh keuntungan yang optimal dari usaha mereka
dan dampaknya banyak peternak yang tidak mau mengusahakan usaha ternak sapi ini
lagi. Hal ini mengakibatkan jumlah populasi ternak yang semakin menurun. Salah
satu daerah di Sumatera Utara yang populasi ternaknya menurun adalah Kecamatan
Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berikut tabel banyaknya ternak sapi:
Tabel 1.2. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di
Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2014
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tandam Hulu II
Tandam Hulu I
Paya Bakung
Klambir V Kampung
Klambir V Kebun
Klumpang Kebun
Klumpang Kampung
Sialang Muda
Bulu Cina
Tandam Hilir I
Tandam Hilir II
Kota Datar
Kota Rantang
Kampung Lama
Klambir
Selemak
Hamparan Perak
Sei Baharu
Paluh Manan
Paluh Kurau
Jumlah 2014
192
638
1098
57
2737
3166
179
37
2661
722
1317
326
238
119
167
264
219
32
60
376
5
0
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
29
2
0
0
Kambing/
Domba
215
1530
1800
325
3000
2200
620
150
3215
1600
1425
510
492
500
470
525
460
230
110
640
18763
260
12042
Sapi/Lembu
Kerbau
Babi
400
0
0
0
0
0
0
0
0
295
0
0
0
0
0
0
316
148
49
98
4671
Sumber: Dinas Peternakan Kecamatan Hamparan Perak
Universitas Sumatera Utara
6
Tabel 1.3. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di
Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2015
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tandam Hulu II
Tandam Hulu I
Paya Bakung
Klambir V Kampung
Klambir V Kebun
Klumpang Kebun
Klumpang Kampung
Sialang Muda
Bulu Cina
Tandam Hilir I
Tandam Hilir II
Kota Datar
Kota Rantang
Kampung Lama
Klambir
Selemak
Hamparan Perak
Sei Baharu
Paluh Manan
Paluh Kurau
195
640
678
75
2878
2780
156
200
2000
789
1156
897
98
75
165
145
175
0
76
655
0
0
0
0
0
25
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
28
0
0
0
Kambing/
Domba
769
1200
1400
778
2500
2650
700
700
5300
1598
1250
1100
1400
500
1100
2500
397
291
450
498
Jumlah 2015
13833
58
27081
Sapi/Lembu
Kerbau
Babi
4000
0
0
0
200
0
0
0
200
1200
0
100
0
0
0
0
450
100
300
200
6750
Sumber: Dinas Peternakan Kecamatan Hamparan Perak
Dari dua tabel diatas dapat kita lihat bahwa banyaknya ternak sapi/ lembu dari tahun
2014 sampai 2015 menurun, dimana pada tahun 2014 banyaknya ternak sapi/lembu
sebesar 18763 ekor dan pada tahun 2015 sebesar 13833 ekor. Kondisi ini
menimbulkan pertanyaan apakah pendapatan yg diterima peternak memberikan
keuntungan atau tidak sehingga menyebabkan kurangnya minat peternak untuk
mengusahakan usaha ternak sapi sehingga banyaknya ternak sapi dari tahun 2014 ke
tahun 2015 menurun.
Universitas Sumatera Utara
7
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
jauh tentang bagaimana proses produksi, biaya yang dikeluarkan, perhitungan
pendapatan dan menganalisis viabilitas usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penilitian ini adalah :
1. Bagaimana proses produksi ternak sapi dan besar biaya produksinya ?
2. Berapa besar pendapatan bersih peternak sapi di daerah penelitian ?
3. Bagaimana viabilitas finansial peternak sapi di daerah penelitian ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis proses produksi dan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi.
2. Untuk menganalisis jumlah pendapatan bersih peternak sapi di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis viabilitas finansial peternak sapi di daerah penelitan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bahan masukan bagi peternak sapi potong untuk mengetahui pendapatan bersih dan
mengetahui komponen biaya produksinya sehingga dapat menghasilkan pendapatan
yang optimal.
2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan pengembangan
usaha ternak sapi, khususnya pengembangan ternak sapi yang berskala kecil.
Universitas Sumatera Utara
8
3. Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta menjadi bahan
bacaan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih bisa mengembangkan penelitian ini
dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara