Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Peningkatan Pendapatan Dan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

(1)

DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

HAMPARAN PERAK KABUPATEN

DELI SERDANG

TESIS

WIRA OKRIADI LUBIS 087003039/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA NA


(2)

DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

HAMPARAN PERAK KABUPATEN

DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

WIRA OKRIADI LUBIS 087003039/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis :

Nama Mahasiswa : Wira Okriadi Lubis Nomor Pokok : 087003039

Program Studi :

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D) Ketua

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Kasyful Mahalli, SE. MSi) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 6 April 2010

DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 6 April 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

2. Kasyful Mahalli, SE. MSi 3. Dr. Ir. Rahmanta, MSi 4. Drs. Rujiman, MA


(5)

ABSTRAK

Wira Okriadi Lubis (087003039/PWD) dengan judul “Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Pengembangan Wilayah di

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”. Di bawah bimbingan Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku Anggota

Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap keuntungan peternak; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada : peningkatan pendapatan masyarakat, pemanfaatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Populasi penelitian ini meliputi seluruh kepala keluarga yang memelihara ternak sapi yang ada di daerah penelitian sebanyak 1.424 peternak. Besar sampel yang diambil sebanyak 142 responden. Untuk menguji hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata (t-test), untuk menguji hipotesis (2) digunakan analisis ekonomi usaha ternak dan untuk menguji hipotesis (3) digunakan metode regresi linier berganda.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditi ternak sapi yang paling dominan adalah ketersediaan modal produksi, selanjutnya adalah curahan tenaga kerja dan luas lahan. Usaha yang timbul dan berkembang akibat pengembangan komoditi ternak sapi seperti : supplier sarana produksi (poultry shop), jasa transportasi, telekomunikasi dan terjadinya pasar. Pengembangan komoditi ternak sapi memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah. Indikator yang digunakan adalah : (a). Pertambahan jumlah populasi ternak sapi sebesar 54 ekor/tahun, (b). Besarnya curahan tenaga kerja keluarga yang dimanfaatkan untuk mengelola ternak sapi sebesar 43,5 jam/tahun, (c). Besarnya dana yang berputar sebanyak Rp. 438.487.875,-/tahun. Keadaan ini akan meningkatkan daya saing ekonomi daerah serta dapat menurunkan angka pengangguran yang pada akhirnya akan memperbaiki struktur sosial masyarakat.

Kata Kunci: Jumlah ternak, produksi, pendapatan, curahan tenaga kerja, pengembangan wilayah.


(6)

ABSTRACT

Wira Okriadi Lubis, 087003039/PWD, “The Impact of Cow Breeding on the Regional Development of Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District”,

under the supervision of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD (Chair), Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Member) and Kasyful Mahalli, SE, MSi (Member).

The purpose of this study was to analyze the factors which have influenced cow breeding production, the impact of cow breeding development on breeders’ profit, and the impact of cow breeding development on regional development, especially on the increase of community’s income, the use of manpower, and the cow marketing in Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study was all of the 1,424 heads of the families who were breeding cows in research location, and 142 of them were selected to be the samples for this study. Hypothesis 1 was tested through descriptive analysis and t-test, hypothesis 2 was tested through cow breeding economic analysis, and hypothesis 3 was tested through multiple linear regression method.

The result of this study showed that The most dominant factors which influenced the cow breeding development were the availability of production capital, the number of manpower, and the of area cow breeding location. The other businesses resulted from the cow breeding are development poultry shop, transportation and telecommunication services, and market. the cow breeding development has brought several impacts on regional development based on the indicators that (a) the cow breeding population increased for 54 cows/year, (b) the number of work hours spent by the family to run this cow breeding was 43.5 hours/year, and (c the amount of money used was Rp.438,487,875.00/year. This condition will increase the economic bargaining power of this area and can minimize the unemployment rate which in the end it can improve the community social structure.

Key words: Number of cows, production, income, number of manpower, regional development. 


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG”, yang membahas tentang dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih khususnya kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing, juga kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing dan juga kepada Bapak Kasyful Mahalli, SE. MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. MSc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku ketua dan Bapak Kasyful Mahalli, SE. MSi selaku Sekretaris Program Studi Perencanaan


(8)

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, MSi dan Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai Dosen Pembanding.

4. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

tidak terhingga khususnya kepada kedua orang tua saya yaitu Ayahanda Ridwan Lubis dan Ibunda Masnuri Harahap yang telah banyak memberikan

dukungan moril maupun materil, kepada saya dan tak lupa kepada Bou Ropiah Lubis dan Adikku Indra Akbar Sanjani Lubis yang saya sayangi.

5. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih seluruh civitas akademik SPs-USU yang telah membantu dalam kelancaran kegiatan akademik, khususnya

kepada teman-teman PWD 2008 yang banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini dikemudiyan hari. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, April 2010

Wira Okriadi Lubis NIM : 087003039


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Oktober 1983. Anak dari Ridwan Lubis dan Masnuri Harahap, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 1990 penulis lulus dari TK Darmawanita, tahun 1996 penulis lulus dari SD Percobaan Negeri Medan, tahun 1999 lulus dari SLTP Negeri 10 Medan, tahun 2002 lulus dari SMU Negeri 13 Medan. Pada tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis memilih minat Studi Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Juruan Ilmu Tanah dan lulus tahun 2006, pada tahun 2008 penulis ikut ujian masuk Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) dan lulus pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, dengan Konsentrasi Perencanaan Perkotaan. Pada tahun 2007 diterima sebagai pegawai honor di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan sekarang.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1... Latar Belakang ... 1

1.2... Perumusan Masalah ... 7

1.3... Tujuan Penelitian ... 7

1.4... Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Komoditi Unggulan ... 9

2.2. Ternak Sapi ... 10

2.3. Prospek Komoditi Unggulan Ternak Sapi ... 11

2.4. Teori Produksi ... 13

2.4.1. Faktor Produksi Lahan ... 14

2.4.2. Faktor Produksi Modal ... 16

2.4.3. Faktor Produksi Tenaga Kerja ... 16

2.4.4. Faktor Manajemen (Pengelolaan Ternak Sapi) ... 17

2.5. Pendapatan Petani ... 18

2.6. Analisa Usaha Tani ... 19


(11)

2.8. Penelitian Terdahulu ... 21

2.9. Konseptual Penelitian ... 23

2.10. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.5. Teknik Analisis Data ... 30

3.6. Defenisi Operasional Penelitian ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.1.1. Penduduk ... 34

4.1.2. Tata Guna Lahan ... 36

4.2. Gambaran Umum Responden ... 37

4.2.1. Umur ... 37

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 38

4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 38

4.2.4. Pekerjaan ... 39

4.2.5. Pengalaman Beternak ... 40

4.2.6. Kepemilikan Lahan ... 41

4.3. Sarana Produksi ... 41

4.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 43

4.5. Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi terhadap Pengembangan Wilayah ... 44

4.5.1. Analisis Curahan Tenaga Kerja ... 49

4.5.2. Analisis Peningkatan Produksi Ternak ... 51

4.5.3. Analisis Peningkatan Modal Produksi ... 53

4.5.4. Analisis Peningkatan Pendapatan Peternak ... 55

4.5.5. Pemasaran ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Saran ... 59


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan

Nasional Tahun 2008 (Kg/Kpt/thn) ...

4

1.2. Populasi Ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak ... 5

3.1. Sampel Penelitian ... 30

4.1. Luas Desa, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 35

4.2. Distribusi Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 36

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 37

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 39

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 39

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Beternak ... 40

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 41

4.9. Harga Sarana Produksi Peternakan di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2005 dan Tahun 2009 ... 42

4.10. Hasil Analisis Pengaruh Ketersediaan Modal, Luas Lahan dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi ... 43


(13)

4.11. Sub Sektor Industri yang Berperan dalam Pengembangan Komoditi

Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak ... 47

4.12. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja ... 49

4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Tenaga Kerja ... 50

4.14. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Peningkatan Produksi Ternak ... 51

4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Produksi Ternak ... 52

4.16. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Peningkatan Modal ... 53

4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Modal Produksi ... 54

4.18. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Peningkatan Pendapatan ... 55


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Skema Kerangka Berpikir ... 25 4.2. Sistem Agribisnis Ternak Sapi ... 48 4.3. Pemasaran Sapi dan Produk Sampingan ... 58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 65

2. Karakteristik Responden ... 67

3. Total Modal Produksi Tahun 2005 dan 2009 ... 71

4. Pendapatan Peternak Tahun 2005 dan 2009 ... 76

5. Data Curahan Tenaga Kerja dalam Usaha Ternak Sapi ... 80

6. Data Produksi, Modal, Luas Lahan dan Curahan Tenaga Kerja ... 84

7. Jumlah Ternak Sapi Tahun 2005 dan 2009 ... 90

8. Analisis Curahan Tenaga Kerja ... 92

9. Analisis Peningkatan Produksi Ternak ... 93

10. Analisis Modal Produksi ... 94

11. Analisis Peningkatan Pendapatan Peternak ... 95

12. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 96


(16)

ABSTRAK

Wira Okriadi Lubis (087003039/PWD) dengan judul “Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Pengembangan Wilayah di

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”. Di bawah bimbingan Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku Anggota

Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap keuntungan peternak; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada : peningkatan pendapatan masyarakat, pemanfaatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Populasi penelitian ini meliputi seluruh kepala keluarga yang memelihara ternak sapi yang ada di daerah penelitian sebanyak 1.424 peternak. Besar sampel yang diambil sebanyak 142 responden. Untuk menguji hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata (t-test), untuk menguji hipotesis (2) digunakan analisis ekonomi usaha ternak dan untuk menguji hipotesis (3) digunakan metode regresi linier berganda.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditi ternak sapi yang paling dominan adalah ketersediaan modal produksi, selanjutnya adalah curahan tenaga kerja dan luas lahan. Usaha yang timbul dan berkembang akibat pengembangan komoditi ternak sapi seperti : supplier sarana produksi (poultry shop), jasa transportasi, telekomunikasi dan terjadinya pasar. Pengembangan komoditi ternak sapi memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah. Indikator yang digunakan adalah : (a). Pertambahan jumlah populasi ternak sapi sebesar 54 ekor/tahun, (b). Besarnya curahan tenaga kerja keluarga yang dimanfaatkan untuk mengelola ternak sapi sebesar 43,5 jam/tahun, (c). Besarnya dana yang berputar sebanyak Rp. 438.487.875,-/tahun. Keadaan ini akan meningkatkan daya saing ekonomi daerah serta dapat menurunkan angka pengangguran yang pada akhirnya akan memperbaiki struktur sosial masyarakat.

Kata Kunci: Jumlah ternak, produksi, pendapatan, curahan tenaga kerja, pengembangan wilayah.


(17)

ABSTRACT

Wira Okriadi Lubis, 087003039/PWD, “The Impact of Cow Breeding on the Regional Development of Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District”,

under the supervision of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD (Chair), Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Member) and Kasyful Mahalli, SE, MSi (Member).

The purpose of this study was to analyze the factors which have influenced cow breeding production, the impact of cow breeding development on breeders’ profit, and the impact of cow breeding development on regional development, especially on the increase of community’s income, the use of manpower, and the cow marketing in Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study was all of the 1,424 heads of the families who were breeding cows in research location, and 142 of them were selected to be the samples for this study. Hypothesis 1 was tested through descriptive analysis and t-test, hypothesis 2 was tested through cow breeding economic analysis, and hypothesis 3 was tested through multiple linear regression method.

The result of this study showed that The most dominant factors which influenced the cow breeding development were the availability of production capital, the number of manpower, and the of area cow breeding location. The other businesses resulted from the cow breeding are development poultry shop, transportation and telecommunication services, and market. the cow breeding development has brought several impacts on regional development based on the indicators that (a) the cow breeding population increased for 54 cows/year, (b) the number of work hours spent by the family to run this cow breeding was 43.5 hours/year, and (c the amount of money used was Rp.438,487,875.00/year. This condition will increase the economic bargaining power of this area and can minimize the unemployment rate which in the end it can improve the community social structure.

Key words: Number of cows, production, income, number of manpower, regional development. 


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban, yaitu 4,23% pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah (Mersyah 2005; Santi 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono et al. 2007). Pada tahun 2006, tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan 399.660 ton, atau setara dengan 1,70−2 juta ekor sapi potong (Koran Tempo 2008), sementara produksi hanya 288.430 ton. Pemerintah memproyeksikan tingkat konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi 1,49%/tahun (Badan Pusat Statistik, 2005).

Salah satu amanat Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005 yaitu pentingnya penataan dan perhatian yang menyeluruh dibeberapa komoditas pertanian, diantaranya adalah komoditas peternakan. Salah satu komoditas peternakan adalah


(19)

sapi yang perlu mendapat perhatian, karena sampai saat ini import daging dan sapi bakalan jumlahnya masih cukup besar.

Pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) secara efektif dimulai tahun 2008 dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 59/Permentan/HK 060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaiaan Swasembada daging sapi dan dalam pelaksanaan operasionalnya berdasarkan pedoman teknis Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS).

Pemerintah pusat telah menetapkan 18 Provinsi sebagai daerah fokus pengembangan sapi potong dalam upaya percepatan pencapaiaan swasembada daging sapi 2010, yang terbagi dalam tiga (3) prioritas yaitu :

1. Daerah prioritas inseminasi buatan IB yaitu Provinsi Jawa barat, Jawa Tengah, DI. Yokyakarta, Jawa Timur dan Bali

2. Daerah campuran IB dan kawin alam yaitu Nanggreo Aceh Darus Salam, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung.

3. Daerah prioritas kawin alam yaitu Propinsi NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Pada 18 Provinsi tersebut ditargetkan penyediaan daging sapi sebanyak 373,7 ribu ton pada tahun 2010 berarti harus ada peningkatan pengadaan sebesar 114,5 ribu ton. Sumatera Utara yang sudah ditetapkan Pemerintah pusat sebagai derah campuran IB (Inseminasi Buatan) dan KA (Kawin Alam) telah menetapkan 11 Kabupaten sebagai fokus pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi


(20)

Kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu, Asahan, Batu Bara, Simalungun, Sergei, Deli Serdang dan Langkat (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara).

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 225,64 juta jiwa, sementara penduduk Sumatera Utara sebesar 12,83 juta jiwa, seiring dengan itu akan terjadi peningkatan permintaan pangan hewan termasuk daging sapi cukup besar. Penyediaan daging Provinsi Sumatera Utara sebesar 126.065.420 Kg/tahun (termasuk import 2007), sementara kebutuhan untuk mencapai standart konsumsi nasional Widiya Karya Nasional Pangan Gizi (WKNPG) sebesar 128.728.740 Kg/tahun sehingga masih ada kekurangan 2.663.520 Kg/tahun (± 15.000 ekor sapi/tahun). Apabila ditambah import 2007 sebanyak 25.000 ekor/tahun dengan kekurangan 15.000 ekor/tahun maka total kekurangan 40.000 ekor sapi/tahun.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan masyarakat maka semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan yang sehat dan bergizi bagi kesehatan. Faktor penunjang lainnya yaitu semakin digalakkannya subsektor pariwisata yang memang pada kenyataannya telah menentukan ketersediaan daging berkuwalitas tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan protein asal hewani (daging, susu dan telur) dari tahun ketahun terus meningkat. Sayangnya tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Sumatera Utara masih jauh dibawah standar nasional. Konsumsi daging, telur dan susu masyarakat Sumatera Utara dibandingkan dengan nasional dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(21)

Tabel 1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2008 (Kg/Kpt/Tahun)

No. Jenis Komoditi Sumatera Utara Nasional

1. Daging 8.95 20.3

2. Telur 6.67 6.5

3. Susu 0.13 7.2

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Produksi ternak sapi di Sumatera Utara sangat beragam yang disebabkan adanya perkembangan kenaikan jumlah populasi yang semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2004, populasi ternak sapi sebesar 248.971 ekor dan pada tahun 2008, populasi ternak sapi sebesar 388.240 ekor dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 13,98%. Sampai tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara memproduksi daging sapi sebesar 12.957 ton. Konstribusi bagi peternakan nasional sebesar 4,14%. Sektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 35.290 orang dengan besar persentase adalah 1,48% dari 2.373.843 orang tenaga kerja yang bergerak di bidang pertanian (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

Sementara dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada tahun 2007, sektor peternakan memberikan konstribusi sebesar 3.723 miliar rupiah bagi perekonomian Sumatera Utara (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Pemerintah Sumatera Utara saat ini sedang mengembangkan enam jenis ternak sebagai komoditi unggulan sektor peternakan yakni sapi potong, domba, babi, ayam buras dan sapi perah.

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan populasi ternaknya. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain


(22)

budidaya ternak dengan pendistribusian bantuan paket bibit ternak dengan sistem gaduhan (full inkind) berupa ternak sapi, domba dan kambing; menerapkan teknologi peternakan untuk memperbaiki mutu genetik ternak melalui Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi, kerbau, domba dan kambing; pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dengan pembinaan dan penyuluhan kepada peternak.

Populasi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, tertera pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak

No. Desa Tahun Perubahan

2007 2008

1. Hamparan Perak 49 125 76

2. Sei Baharu 0 110 110

3. Kampung Lama 25 250 225

4. Klambir 21 206 185

5. Selemak 15 150 135

6. Klumpak Kebun 2 1150 1148

7. Klumpak Kampung 69 210 141

8. Klambir V Kebun 1 1.500 1499

9. Klambir V Kampung 25 75 50

10. Sialang Muda 10 100 90

11. Paya Bakung 280 1.315 1035

12. Tandem Hulu I 599 906 307

13. Tandem Hulu II 148 260 112

14. Tandem Hilir I 344 740 396

15. Tandem Hilir II 738 935 197

16. Kota Datar 59 260 201

17. Buluh Cina 886 1.312 426

18. Paluh Manan 15 60 45

19. Kota Rantang 69 204 135

20. Puluh Kurau 123 176 53


(23)

Sumber : Kecamatan Hamparan Perak Dalam Angka 2007 dan 2008

Tabel 1.2. menunjukkan perkembangan ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak meningkat dari 3.478 ekor pada tahun 2007, menjadi 10.044 ekor pada tahun 2008.

Kontribusi agribisnis peternakan terhadap perekonomian sangat potensial, baik terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan dan penghasil devisa negara. Hal ini disebabkan karena agribisnis peternakan memiliki beberapa keunggulan : kegiatan peternakan pada sub sistem budidaya relatif tidak tergantung pada ketersediaan lahan dan tidak terlalu menuntut kualitas sumber daya tenaga kerja yang tinggi; kegiatan budidaya peternakan memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas, dalam hal ini disebabkan bahwa ternak yang dipelihara dapat dijual pada umur beberapa saja dan pasarnya tetap tersedia; produk yang dihasilkan dari usaha agribisnis peternakan merupakan produk memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, artinya konsumsi produksi meningkat apabila pendapatan semakin bertambah; dan mampu menciptakan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan pendapatan, mulai dari agribisnis hulu, budidaya hingga hilir.

Pertumbuhan permintaan daging sapi di pasar terus meningkat tahun demi tahun. Hal ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan, disaat kesulitan ekonomi untuk berwiraswasta dengan menekuni bisnis ternak sapi. Salah satu potensi yang perlu digali dalam pengembangan peternakan adalah memadukan usaha tani


(24)

peternakan dengan usaha tani lainnya. Usaha tani terpadu memiliki prospek yang tinggi dalam pengembangan peternakan. Salah satu usaha tani terpadu yang dilakukan integrasi dengan perkebunan. Pengembangan ternak di lahan perkebunan dikatakan memiliki prosepek yang cukup tinggi karena luas areal perkebunan dapat dimanfaatkan untuk areal pengembangan ternak dan merupakan sumber pakan ternak sapi.

Dengan ketersediyaan itu ternak sapi perlu dikembangkan lagi, serta dibutuhkan suatu penelitian tentang sejauh mana dampak pengembangan ternak sapi sebagai komoditi unggulan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas maka pokok permasalahan penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan tenaga kerja di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian latar belakang dan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :


(25)

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

2. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap keuntungan peternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama peningkatan masyarakat, pemanfatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini digunakan untuk :

1. Penelitian ini sebagai masukan/bahan referensi untuk pembaca, pelaku dan peminat untuk mengetahui dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah.

2. Sebagai bahan referensi/rujukan bagi masyarakat dalam mengusahakan usaha peternakan sapi.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dengan pengambil keputusan yang akan dilaksanakan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditi Unggulan

Komoditi unggulan adalah salah satu komoditas andalan yang dianggap paling menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan disuatu wilayah. Komoditas pertanian harus mempunyai daya saing yang cukup tinggi, yang ditentukan oleh produktivitas tanaman/ternak/ikan, produktifitas tenaga kerja, potensi pasar dan efesiensi pemasaran. Dengan demikian komoditas unggulan dapat tumbuh dan berkembang di wilayah sentra produksi dan dapat memberikan pendapatan yang cukup bagi pelaku yang terkait seperti produsen, pengolah, pedagang ekseptor dan lain-lain (Simanjuntak, dkk, 1997).

Menurut Simanjuntak, dkk (1997), sentra pengembangan agribisnis adalah lokasi produksi komoditas unggulan bersekala ekonomi yang cukup besar disuatu ekosistem. Wilayah sentra pengembangan agribisnis dilengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan dan seluruh sub sitem agribisnis.

Perinsip dasar pelaksanaan sentra pengembangan agribisnis adalah pendayagunaan sumber daya secara optimal. Pendayagunaan sumber daya secara optimal dapat dilakukan melalui pengembangan komoditas unggulan yang berorientasi pasar dalam dan luar negeri. Sentra pengembangan agribisnis


(27)

mempunyai keterkaitan erat dengan hulu dan hilir yang didukung oleh pendukung selengkap mungkin (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Sumatera Utara).

Dalam perencanaan pengembangan peternakan berbasis sumber daya lokal, pemerintah daerah bersama masyarakat mengidentifikasikan potensi dan peluang pengembangan peternakan, menganalisis alternatif dan menentukan peran masing-masing dengan keriteria yang disepakati bersama. Hal ini dilakukan agar dapat mengakomodasikan aspirasi lokal secara transparan dan tetap memperhitungkan keunggulan sumber daya lokal dengan perhitungan ekonomi yang rasional (Saragih, 2001).

Komoditas peternakan yang berbasis sumber daya lokal adalah sapi potong, kambing, domba, ayam buras dan itik. Jenis ternak ini merupakan komoditas ternak asli Indonesia yang sangat berpotensi sebagai sumber tumpuan kehidupan masyarakat pedesaan. Bukti empiris menunjukkan bahwa jenis ternak-ternak ini menjadi penyelamat selama krisis moneter berlangsung (Saragih, 2001).

2.2. Ternak Sapi

Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti : Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi dan seluruh nusantara (Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas).


(28)

Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keuntungan peternak (Suryana, 2009).

2.3. Prospek Komoditi Unggulan Ternak Sapi

Untuk meningkatkan pengembangan ternak sapi potong di Sumatera Utara selain melaksanakan kemitraan juga dilaksanakan sutu kegiatan penggemukan dengan tujuan selain menambah populasi juga memenuhi kebutuhan akan daging sapi Sumatera Utara sekaligus meningkatkan keterampilan peternak, dalam memelihara ternak sapi sehingga meningkatkan kesejahteraan peternak (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Sumatera Utara).

Pemeliharaan ternak sapi disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang akan dilaksanakan. Tipe ternak yang akan dipelihara untuk tujuan penghasilan daging, misalnya dipilih ternak sapi tipe perah; untuk tujuan tenaga kerja dipilih sapi tipe kerja. Apabila tujuan pemeliharaan akan disesuaikan dengan dua hasil atau lebih


(29)

maka dipilih ternak sapi tipe dwiguna. Sebagai contoh, untuk mengkombinasikan sumber protein hewani maka tujuan mengasilkan susu dan daging sekaligus dapat diperoleh melalui pemeliharaan sapi tipe dwiguna (Santosa, 2006).

Sumber daya peternakan, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan dinamika ekonomi. Menurut Saragih dalam

Mersyah (2005), ada beberapa pertimbangan perlunya mengembangkan usaha ternak sapi potong, yaitu: 1) budi daya sapi potong relatif tidak bergantung pada ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, 2) memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes, 3) produk sapi potong memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, dan 4) dapat membuka lapangan pekerjaan.

Dalam tata laksana suatu perusahaan peternakan, ternak yang mempunyai nilai genetis tinggi akan muncul dan dapat dinikmati hasilnya dengan kuwalitas tinggi apabila dikelola secara terampil dengan dasar pemahaman teori ilmiah peraktis. Pemeliharaan ternak tanpa disertai dengan keterampilan yang memadai tidak akan menghasilkan ternak yang baik, bahkan mungkin ternak yang baik akan terapkir sedangkan ternak yang jelek akan terambil. Tanpa bekal keterampilan cara menangani ternak, maka ternak yang dipelihara kemungkinan tidak dapat diperlakukan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, ternak akan kembali hidup liar secara alamiah tidak terkendali. Kerusakan lahan dan bahan akan terjadi,


(30)

sedangkan produksi yang diharapkan tidak dapat diambil dan dinikmati dengan baik dan sempurna. Oleh karena itu kerugian eknomis akan timbul (Santosa, 2006).

Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah (Isbandi 2004; Rosida 2006; Direktorat Jenderal Peternakan 2007; Syadzali 2007; Nurfitri 2008; Santi 2008). Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa 2005; Mersyah 2005; Suwandi 2005) (Suryana, 2009).

2.4. Teori Produksi

Persaratan terjadinya produksi adalah faktor. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manejemen (pengelolaan). Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli hanya mencantumkan tiga faktor produksi, yaitu : tanah (lahan), modal dan tenaga kerja.

Soekartawi (2002), mengatakan kegiatan berproduksi merupakan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit karena banyak membahas aspek mikro. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat; tetapi ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut. Faktor-faktor inilah maka terjadi adanya senjang produktivitas “yield gap” antara produktivitas seharusnya dan produktivitas yang dihasilkan oleh peternak. Selanjutnya dikatakan, tersedianya sarana faktor produksi atau input belum berarti


(31)

produktivitas yang diperoleh peternak akan tinggi, namun bagaimana peternak melakukan usahanya secara efesien adanya upaya yang sangat penting.

Input yang digunakan dalam pemeliharaan ternak di pulau Jawa relatif kecil 31.48% dan komponen biaya produksi yang paling besar adalah kebutuhan pakan 26.05%, merupakan nilai konversi harga rumput (pakan hijauan), komponen biaya) ini dapat ditekan khususnya di pulau Jawa, dengan memanfaatkan rumput di areal perkebunan (Sembiring, 1999).

Menurut Mubyarto (1987), bentuk sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai :

Dimana :

Y = adalah hasil produksi xi ... xn = faktor-faktor produksi

Faktor-faktor produksi tersebut biasanya dapat diklasifikaskan menjadi lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen. Pengukuran terhadap faktor manajemen relatif sulit dan karenanya sering tidak dipakai pada fungsi produksi.

2.4.1 Faktor Produksi Lahan

Bagi usaha pertanian termasuk di dalamnya usaha peternakan seperti sapi, kerbau, domba dan kambing faktor lahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap terhadap tingkat pengembangan ternak sapi, kerbau, domba dan kambing. Ternak sapi, kerbau, domba dan kambing memerlukan luas lahan yang memadai untuk tempat pengembangan atau tempat penyediaan makanannya.


(32)

Tricahyono (1992), menegaskan bahwa disamping modal dan tenaga kerja, faktor lahan merupakan faktor produksi yang paling dalam usaha pertanian termasuk peternakan. Lahan atau tanah mempunyai produktivitas untuk menghasilkan bahan nabati, dan bahan nabati tersebut dikonsumsi oleh ternak. Sebagai faktor produksi dalam pengembangan usaha pertanian, tingkat konstribusi lahan sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi, kebururan dan tingkat pengelolaannya. Di samping itu jumlah penduduk juga sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan karena semakin banyaknya jumlah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti : untuk lahan persawahan, perkebunan, perkantoran, pemukiman dan lain sebagainya. Dari semua jenis peruntukannya, dengan tidak memperhatikan peruntukan tata guna lahan yang sesuai dengan tata ruang dan pengembangan wilayah, inilah yang banyak mengganggu pengembangan usaha pertanian termasuk pengembangan peternakan.

Menurut Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan (1995), pemanfaatan lahan untuk peternakan didasarkan pada proporsi bahwa : lahan merupakan sumber pakan ternak; semunya jenis lahan cocok sebagai sumber pakan; pemanfatan lahan untuk peternakan diartikan sebagai usaha penyerasian antara peruntukan lahan dengan sistem produksi pertanian; hubungan antara lahan dan ternak bersifat dinamis. Selanjutnya Eniza (1988), berpendapat interaksi antara ternak dengan lahan mempunyai tiga aspek, yaitu : adaptasi ternak secara biologis; kemampuan lahan menghasilkan hijauan pakan ternak; pola pemeliharaan dan daya tampung areal yang tersedia.


(33)

2.4.2 Faktor Produksi Modal

Secara umum bahwa modal pertanian mengambil bentuk lain dalam bibit, alat-alat mesin pertanian, pupuk, pestisida, ternak dan lain sebagainya. Modal dalam bentuk ini adalah modal fisik atau modal materill (Mubyarto, 1987). Di samping itu modal manusia (human capital) juga sangat penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Heady dan Dilon (1961) dalam Soekartawi (1986), mengklasifikasikan beberapa variabel yang dapat digolongkan sebagai modal, yaitu :

1. Modal untuk perbaikan usaha tani, terdiri dari biaya penyusutan bangunan, kekayaan yang mudah diuangkan (ternak, makanan ternak, bibit, pupuk, dll); kekayaan yang terdiri dari alat-alat pertanian (mesin, alat untuk pemeliharaan ternak, dll) dan biaya yang dipergunakan untuk pemeliharaan (merawat atau menggantikan alat-alat, bensin dan oli).

2. Modal yang terdiri dari biaya seperti bensin dan oli penyusutan mesin-mesin, pembelian makanan ternak, pupuk dan lain-lain.

3. Modal yang terdiri dari mesin dan peralatan pertanian (termasuk penyusutan, perawatan atau penggantikan bila ada yang rusak); biaya pemeliharaan ternak; makanan ternak dan lain-lain.


(34)

Dalam usaha tani, sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri terdiri darai ayah, istri dan anak. Anak berumur 12 tahun misalnya sudah merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usaha tani. Petani dalam usaha tani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja, tetapi ada pemimpin usaha tani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1989).

Dalam analisa ketenaga kerjaan di bidang pertanian penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya beberapa tenaga kerja yang dibutuhkan dari menentukan pula macam tenaga kerja bagaimana yang diperlukan. Biasanya usaha peternakan skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga tidak perlu menggunakan tenaga kerja ahli. Sebaliknya dalam usaha peternakan yang bersekala besar, lebih banyak mempergunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa tenaga kerja yang ahli.

2.4.4. Faktor Manajemen (Pengelolaan Ternak Sapi)

Manajemen adalah hal-hal yang berkaitan dengan terlaksana perkandangan, pemberian pakan, perawatan ternak, pencegahan/pemberantasan penyakit dan pemasaran. Rendahnya produktivitas ternak, selain jumlah ternak yang dipelihara, juga disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai kurangnya pemanfaatan sumber daya, rendahnya kualitas bibit, rendahnya kualitas pakan ternak, rendahnya keterampilan peternak, serta kecil modal usaha. Petani pelaku produksi merupakan sumber yang esensial untuk menjamin berlangsungnya protes produksi dengan baik dan efesien.


(35)

Pemeliharaan ternak tanpa disertai pemahaman keterampilan yang memadai tidak akan mengahasilkan ternak kwalitas baik, bahkan mungkin ternak yang baik akan terafkir sedang ternak yang jelek akan termpil sehingga tujuan pemeliharaan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Pengetahuan peternak tentang teknologi peternakan masih sangat kurang hal ini erat kaitannya dengan sikap peternak itu sendiri terhadap usahanya. Alih teknologi kepada peternak dapat dilakukan melalui megang, pelatihan dan studi banding (Karo-karo dan Batubara, 1998).

2.5. Pendapatan Petani

Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan perkapita merupakan suatu indikator yang laizim dipergunakan pengukur pertumbuhan ekonomi (Asmara, 1986). Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat di pedesaan adalah terbatasnya jumlah dan jenis lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada umumnya pekerjaan masyarakat di pedesaan hanya terpusat pada sektor pertanian dengan pengelolaan secara tradisional (Jinghan, 1999).

Salah satu cara untuk menduga tingkat perkembangan perekonomian suatu wilayah adalah dengan mengukur tingkat pendapatan rumah tangga di wilayah adalah dengan mengukur tingkat pendapatan rumah tangga di wilayah tersebut. Suatu wilayah yang rata-rata rumah tangganya mempunyai pendapatan yang tinggi maka perekonomian suatu wilayah tersebut akan lebih baik, karena daya beli masyarakat


(36)

lebih baik. Sebaliknya suatu wilayah yang perkembangan ekonominya lebih baik, maka mendukung upaya peningkatan pendapatan rumah tangga.

Nasution (1993), berpendapat bahwa sumber pendapatan petani adalah dari kegiatan usaha taninya. Aktivitas usaha tani petani memperoleh pendapatan dari hasil lahan dan hasil peternakannya. Dari hasil lahan diperoleh hasil sewa dan kebun, sedangkan pendapatan dari hasil peternakan diperoleh dari hasil penjualan ternak, pupuk kandang dan penggunaan tenaga kerja hewan.

2.6. Analisa Usaha Tani

Dalam suatu usaha agribisnis peternakan komersial diperlukan peningkatan pola fikir dari pola berproduksi untuk keluarga dan juga dijual ke pasar menjadi berproduksi untuk memperoleh keuntungan atau laba yang lebih besar. Dengan demikian, arah pemikirannya sudah jelas, yaitu akan menerapkan prinsip ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh hasil dengan laba yang besar.

Suatu usaha dikatakan untuk apabila jumlah pendapatan lebih besar dari pada total pengeluaran. Apabila perolehan pendapatan lebih rendah dari pengeluaran berarti usaha tersebut mengalami kerugian sehingga usaha tersebut tidak layang dipertahankan. Untuk dapat menyimpulkan suatu usaha tersebut tidak layak dipertahankan. Untuk dapat menyimpulkan usaha peternakan untung atau rugi, peternak harus mempunyai data tertulis tentang arus perputaran uang masuk maupun uang keluar (Sudarmono dan Sugeng, 2002).


(37)

Pada prinsipnya, perhitungan rugi-laba memperlihatkan aliran kas masuk (“cash inflow”) dan aliran kas keluar (“cash outflow”). Adapun komponen perhitungan rugi laba meliputi : pendapatan dan pengeluaran/biaya (tetap dan variabel). Contoh perhitungan rugi-laba usaha ternak (sebagai ilustrasi) adalah sebagai berikut (Myer, 1979 dan Bowlin et al., 1980; ):

1. Pendapatan Tunai Usaha Ternak, yang meliputi penjualan ternak sapi, dan penjualan kotoran sapi.

2. Pengeluaran Tunai (“Variable Cost”), yang meliputi pembelian bibit sapi, pecan ternak, obat-obatan, biaya angkutan, dan upah tenaga kerja.

3. Pendapatan (Laba Kotor = I – II)

4. Pengeluaran Tunai Tetap (“Fixed Cost”), yang meliputi pajak atas kepemilikan, penyusutan kandang dan peralatan, bunga pinjaman, asuransi, dan gaji pemimpin perusahaan.

5. Pendapatan Usaha Bersih (III – IV) Keterangan :

Menurut Emery et al. (1962) Penyusutan kandang dan peralatan diperhitungkan dengan menggunakan metode garis lurus :

Nilai awal investasi – nilai residu Penyusutan = –––––––––––––––––––––––––––––

Umur Ekonomis

Menurut Abdurrachman, (1963) ; Johannes et al. (1980) “Break Even Point” (BEP) adalah suatu keadaan yang menunjukkan perusahaan tidak rugi dan tidak untung.


(38)

BEP = ––––––––––––––––––––––––––––– 1 – Biaya variabel tetap Total Penjualan

(G. P. Bagus Sastina dan I. G. Ngurah Kayana).

2.7. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI (Negara Kesatuan Repoblik Indonesia) (Direktorat Jenderal Penataan Ruang).

Pembahasan mengenai wilayah, tidak terlepas dari unsur wilayah itu sendiri. Wilayah umumnya diartikan sebagai areal, daerah tertentu dengan batasn-batasan yang jelas. Menurut Wibowo (2004), Pengertian wilayah (region) adalah suatu unit geogerafi yang membentuk suatu kesatuan. Unit geogerafi adalah ruang yang meliputi aspek fisik tanah, biologi, ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya. Tujuan pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan suatu masyarakat yang berada disuatu daerah untuk memanfaatkan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


(39)

Penelitian terdahulu dengan ternak sapi, antara lain Suryana (2009). Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keuntungan peternak. Kemitraan adalah kerja sama antar pelaku agribisnis mulai dari proses praproduksi, produksi hingga pemasaran yang dilandasi oleh azas saling membutuhkan dan menguntungkan bagi pihak yang bermitra. Pemeliharaan sapi potong dengan pola seperti ini diharapkan pula dapat meningkatkan produksi daging sapi nasional yang hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Di sisi lain, permintaan daging sapi yang tinggi merupakan peluang bagi usaha pengembangan sapi potong lokal sehingga upaya untuk meningkatkan produktivitasnya perlu terus dilakukan.

Oleh I.G.P. Bagus Sastina dan I.G. Ngurah Kayana (2005) dalam analisis finansial usaha agribisnis peternakan sapi daging. Dalam suatu usaha agribisnis peternakan komersial diperlukan peningkatan pola pikir dari pola berproduksi untuk


(40)

atau laba yang lebih besar. Dengan demikian, arah pemikirannya sudah jelas, yaitu akan menerapkan prinsip ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh hasil dengan laba yang besar.

Menurut hasil penelitian Rosmeri (2009), dengn bertambahnya jumlah ternak yang dipelihra, maka bertambah pula curahan tenaga kerja yang dipergunakan untuk kegiatan pengembalaan, merawat ternak, membersihkan kandang, mengarit rumput dan kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam mengelola usaha ternak berasal dari tenaga kerja keluarga (anak, istri dan suami).

2.9. Konseptual Penelitian

Dalam pengembangan komoditi unggulan (ternak sapi), kegiatan yang terkait adalah : kegiatan budidaya sebagai kegiatan usaha; sub sektor industri hulu yaitu pengadaan sarana produksi seperti bibit, pakan, kandang, peralatan kandang, obat-obatan dan vitamin; proses produksi yaitu memadukan faktor produksi yang tersedia yaitu input produksi (modal, tenaga kerja, dan lahan) untuk menghasilkan sejumlah output (produk utama dan sampingan); sub sektor industri hilir yaitu pemasaran, sarana dan prasarana.

Modal kerja terdiri modal tetap (fixed) berupa peralatan, dan bangunan; modal tidak tetap (variabel cost) berupa pakan, bibit, obat-obatan dan vitamin. Tenaga kerja untuk kegiatan pemeliharaan ternak sapi berasal dari dalam keluarga. Areal perkebunan dan lahan masyarakat digunakan untuk kegiatan pemeliharaan, pengembalaan dan sumber pakan hijauan makanan ternak. Secara serempak seluruh


(41)

aktivitas sub sektor akan berdampak terhadap pengembangan komoditi unggulan (ternak sapi) dan berdampak juga pada komponen pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak.

Komponen pengembangan wilayah yaitu peningkatan pendapatan masyarakat, pemanfaatan tenaga keraja, pertumbuhan usaha dan adanya kas daerah yang berakumulasi terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(42)

                               

Kecamatan Hamparan Perak

Pengembangan Komoditi Ternak Sapi

Industri hilir :

1. Pemasaran. 2. Sarana dan

prasarana.

Industri Hulu :

Penyediaan sarana produksi (bibit, pakan, kandang, peralatan, obat dan vitamin.

Input :

1. Modal 2. Tenaga kerja 3. Lahan

Output :

Pemanfaatan tenaga kerja

Pemasukan PAD Terciptanya pasar Peningkatan pendapatan Pertumbuhan usaha baru

Dampak :

Pengembangan wilayah


(43)

2.10. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Faktor ketersediaan modal, curahan tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak. 2. Pengembangan ternak sapi memberi keuntungan bagi peternak di Kecamatan

Hamparan Perak.

3. Pengembangan ternak sapi meningkatkan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Sapi telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak sapi sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keuntungan peternak. Kemitraan adalah kerja sama antarpelaku agribisnis mulai dari proses praproduksi, produksi hingga pemasaran yang dilandasi oleh azas saling membutuhkan dan menguntungkan bagi pihak yang bermitra. Pemeliharaan sapi dengan pola seperti ini diharapkan pula dapat meningkatkan produksi daging sapi nasional yang hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Di sisi lain, permintaan daging sapi yang tinggi merupakan peluang bagi usaha pengembangan sapi lokal sehingga upaya untuk meningkatkan produktivitasnya perlu terus dilakukan.

Pemerintah juga telah membuat suatu program yang disebut dengan Pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) secara efektif dimulai tahun 2008 dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 59/Permentan/HK 060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaiaan


(45)

Swasembada daging sapi dan dalam pelaksanaan operasionalnya berdasarkan pedoman teknis Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS).

Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manejemen (pengelolaan). Dengan dikuasainnya faktor-faktor ini akan berpengaruh besar terhadap produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak. Kecamatan Hamparan Perak dipilih karena peternakan merupakan sumber penghasilan (lapangan kerja) kedua terbesar setelah pekerjaan pokok di sektor industri. Pekerjaan memeliharan ternak sudah dilakukan secara turun menurun.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak dipilih karena peternakan merupakan sumber penghasilan kedua terbesar setelah pekerjaan pokok di sektor industri. Pekerjaan memelihara ternak sudah dilakukan secara turun menurun, ternak yang biasa dipelihara adalah ternak sapi. Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu Kecamatan yang terbesar dan merupakan produsen ternak sapi dengan potensi wilayah yang sangat menunjang untuk pengembangan ternak sapi karena memiliki areal perkebunan yang luas, baik

perkebunan PTPN-II maupun kebun rakyat dengan luas 2415.4 Ha (BPS Deli Serdang, 2008).


(46)

Waktu penelitian ini dilaksanakan 2 (dua) bulan, dimulai sejak bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data primer diproleh langsung dari responden peternak sapi dan petugas lapangan di Kecamatan Hamparan Perak. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Deli Serdang, BPS Deli Serdang dan Kantor Camat Hamparan Perak.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Hamparan Perak yang memelihara ternak sapi. Teknik pengembilan sampel digunakan adalah “purposive sempel“ purposive dilakukan berdasarkan jumlah desa yang peternaknya paling bayak, karena jumlah respondennya yang homogen maka digunakan teknik purposive sempel. Langkah awal dilakukan inventarisasi ternak sapi yang dipelihara oleh peternak di Kecamatan Hamparan Perak.

Jadi setiap peternak sebagai pemilik ternak mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Hal ini dilakukan agar responden yang terpilih tidak hanya memiliki ternak yang jumlahnya sedikit. Banyaknya sampel dari setiap klasifikasi ditentukan secara proporsional. Sedangkan dalam penentuan sampel dari Kecamatan diambil 10% dari dua puluh desa sehingga terdapat dua desa yang memiliki peternak yang besar yaitu desa Klambir V Kebun dan Buluh Cina. Hal ini


(47)

sesuai dengan pendapat Arikunto (1997), penentuan sampel dilakukan sebesar 10% dari populasi.

Tabel 3.1. Sampel Penelitian

No. Desa Jumlah peternak (orang) Jumlah Sampel (orang)

1. Klambir V Kebun 820 82

2. Buluh Cina 604 60

Jumlah 1.424 142

Sumber Data : PPL Kecamatan Hamparan Perak 2008

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui dampak pengembangan ternak sapi terhadap peningkatan pendapatan dan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak dilakukan uji t (t-test) yaitu uji beda rata-rata dua sapel dengan persamaan sebagai berikut :

t hitung =

dimana :

X1 = Rata-rata sampel ke-1

X2 = Rata-rata sampel ke-2

S1 = Standart devisiasi sampel ke-1

S2 = Standart devisiasi sampel ke-2

n1 = Jumlah sampel ke-1

n2 = Jumlah sampel ke-2


(48)

Dengan kriteria uji : H0 diterima, H1 ditolak jika t hit < t tabel (0,005)

H1 diterima, H0 ditolak jika t hit > t tabel (0,005)

Untuk pengujian hipotesis 1 dilakukan analisis deskriftif. Untuk mengetahui pengembangan ternak sapi memberikan keuntungan bagi peternak, digunakan analisis ekonomi usaha ternak sapi dengan menghitung :

1. Total modal produksi (modal tetap + modal variabel) 2. Total pendapatan (total penerimaan – total modal produksi)

Untuk menguji adanya faktor-faktor produksi terhadap peningkatan produksi komoditi unggulan (ternak sapi) digunakan multiple regresi linier, persamaan sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2+ b3X3+ ε

Dimana :

Y = Produksi ternak (ekor/tahun) b0 = Intersep (konstanta)

b1-b3 = Koefisien regresi

x1 = Luas lahan (ha)

x2 = Modal (Rp.)

x3 = Jumlah tenaga kerja (orang)

ε = Error term/galad

Untuk mengetahui apakah keseluruhan variabel bebas (x1, x2, x3) nyata dan

signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) dapat dilakukan uji statistik (uji F) dengan hipotesa.


(49)

Hipotesa = H0 : b1 = b2 = b3 = 0

H1 : b1≠ b2≠ b3≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila F* < F tabel pada α = 0,005

H1 diterima apabila F* > F tabel pada α = 0,005

Untuk mengetahui secara parsial apakah variabel bebas (x1, x2, x3) nyata dan

signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) dapat dilakukan uji statistik t (uji t) pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan hipotesis sebagai berikut :

a. Untuk variabel bebas x1 (luas lahan)

Hipotesa = H0 : b1 = 0

H1 : b1 ≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila t* < t tabel pada α = 0,005

H1 diterima apabila t* > t tabel pada α = 0,005

b. Untuk variabel bebas x1 (modal)

Hipotesa = H0 : b2 = 0

H1 : b2 ≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila t* < t tabel pada α = 0,005

H1 diterima apabila t* > t tabel pada α = 0,005

c. Untuk variabel bebas x1 (curahan tenaga kerja)

Hipotesa = H0 : b3 = 0

H1 : b3 ≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila t* < t tabel pada α = 0,005


(50)

3.6. Defenisi Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel penelitian :

1. Peternak sapi adalah kepala keluarga yang memelihara ternak sapi dengan cara budidaya (orang).

2. Luas lahan adalah lahan yang dipergunakan untuk memelihara ternak sapi (ha). 3. Tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja efektif yang digunakan dalam

pemeliharaan ternak sapi (jam/hari).

4. Modal produksi adalah biaya yang dikeluarkan peternak dalam kegiatan budidaya. Modal produksi terdiri dari modal tetap (berupa kandang dan peralatan); modal tidak tetap (berupa bibit, pakan, obat-obatan dan vitamin) (Rp.).


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Hamparan Perak memiliki luas 263,00 Km2 (26.300 hektar) atau 9.21% dari luas Kabupaten Deli Serdang, yang terdiri dari 20 desa dan 218 dusun. Dengan topografi ketinggian 0-15 m dpl, yang berarti merupakan daerah rendah. Kecamatan Hamparan Perak terletak diantara Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Langkat dan Selat Malaka. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : berbatasan dengan Kec. Labuhan Deli dan Selat Malaka 2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan Kota Medan 3. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kota Medan dan Kec. Labuhan Deli 4. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten Langkat

Sedangkan iklim musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu antara 180 s.d. 350 celcius. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Desember setiap tahunnya dengan curah hujan terbanyak pada bulan September dan Oktober.

4.1.1. Penduduk

Penduduk Kecamatan Hamparan Perak paling padat berada di Desa Kelambir V Kampung, dengan luas wilayah 1 Km2, jumlah penduduk 4.500 jiwa dan kepadatan penduduk adalah sebesar 4.500 jiwa/Km2. Desa yang paling luas adalah Desa Buluh


(52)

Cina dengan luas wilayah 36,86 Km2, jumlah penduduk 14.013 jiwa dan kepadatan penduduk adalah sebesar 380 jiwa/Km2. Komposisi luas desa, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut desa tahun 2008 seperti tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Desa, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

No. Desa Luas Desa

(Km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)

1. Hamparan Perak 9 14.622 1.629

2. Sei Baharu 8 3.574 447

3. Kampung Lama 5,09 4.352 855

4. Klambir 4,4 4.520 10

5. Selemak 0,7 2.590 3.700

6. Klumpang Kebun 21,8 11.114 510

7. Klumpang Kampung 1,2 5.117 4.264

8. Klambir V Kebun 25,58 15.854 620

9. Klambir V Kampung 1 4.500 4.500

10. Sialang Muda 1,2 1.817 1.514

11. Paya Bakung 16,5 11.007 667

12. Tandem Hulu I 24,85 4.327 174

13. Tandem Hulu II 4,26 7.374 1.730

14. Tandem Hilir I 20,63 11.340 550

15. Tandem Hilir II 9,74 8.524 847

16. Kota Datar 14,14 6.272 443

17. Buluh Cina 36,86 14.013 380

18. Paluh Manan 18,93 3.284 173

19. Kota Rantang 6,5 4.893 753

20. Puluh Kurau 32,5 6.619 204

Jumlah 262,88 145.713 23.970


(53)

4.1.2. Tata Guna Lahan

Areal yang tersedia dipergunakan untuk kawasan ladang/huma, tegal/kebun, kolam tambak, perkebunan negara, kebun rakyat dan hutan bakau/nipah.

Tabel 4.2. Distribusi Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Ladang/huma 1.181,70 7,52

2. Tegal/kebun 1.190,40 7,58

3. Kolam tambak 195 1,24

4. Perkebunan negara 10.849 69,07

5. Perkebunan rakyat 1.330,50 8,47

6. Hutan bakau/nipah 960 6,11

Jumlah 15.706,60 100,00

Sumber : Hamparan Perak dalam angka 2008

Tabel 4.2. menunjukkan penggunaan lahan yang tebesar adalah areal perkebunan negara sebesar 10.849 Ha (69,07%), diikuti perkebunan rakyat 1.330,50 Ha (8,47%), tegal/kebun sebesar 1.190,40 Ha (7,58%), ladang/huma sebesar 1.181,70 Ha (7,52%), hutan bakau/nipah sebesar 960 Ha (6,11%) dan yang terkecil kolam tambak sebesar 195 Ha (1,24%). Areal perkebunan adalah milik PTPN-II dengan komoditi sawit dan tebu. Selain areal perkebunan, penggunaan lainnya adalah areal perkebunan rakyat.

Dengan kondisi lahan daerah Hamparan Perak maka daya dukung untuk pengembangan komoditi peternakan sapi sangat besar diantara hamparan perkebunan sebagai pakan hijauan makanan ternak dan limbah hasil peternakan sebagai pupuk alami bagi tanaman petani dan perkebunan.


(54)

4.2. Gambaran Umum Responden

Responden penelitian terdiri dari 142 orang, yang berasal dari masyarakat yang memelihara ternak sapi di daerah penelitian. Gambaran karakteristik umum responden ini meliputi : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan utama, kepemilikan ternak, pengalaman beternak dan kepemilikan lahan.

4.2.1. Umur

Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara ≤ 30 tahun sampai ≥ 60 tahun, umur < 30 tahun sebanyak 13 responden (9,15%). Umur responden yang paling dominan berkisar 41 – 50 tahun sebanyak 67 responden (47,18%), umur 31 – 40 tahun sebanyak 41 responden (28,87%). Pada penelitian ini juga dijumpai responden dengan usia > 60 tahun sebayak 12 responden (8,45%), distribusi umur responden tertera pada Tabel 4.3.

Tabel. 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Tingkat umur Jumlah Persentase

(thn) (jiwa) (%)

1. ≤ 30 13 9,15

2. 31 - 40 41 28,87

3. 41 - 50 67 47,18

4. 51 - 60 9 6,34

5. ≥ 60 12 8,45

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Dilihat dari umur, secara umum responden sebagian besar masih berusia produktif. Usia produktif ditandai dengan cukup matang dalam mengerjakan sesuatu, serta lebih efektif mengerjakan dalam mengelola usaha peternakannya. Pertimbangan


(55)

usia juga akan memberi pengaruh terhadap kemampuan untuk mengadopsi perubahan-perubahan seperti mengadopsi teknologi dan sebagainya.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal sangat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik dalam menerima suatu informasi. Pendidikan formal responden adalah : Sekolah Dasar (SD)/sederajat sebanyak 35 responden (24,65%), responden berpendidikan SLTP/sederajat sebanyak 51 responden (35,92%) dan yang berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 56 responden (39,44%) distribusi pendidikan responden tertera pada Tabel 4.4.

Tabel. 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Responden Persentase

(jiwa) (%)

1. SD/Sederajat 35 24,65

2. SLTP/Sederajat 51 35,92

3. SMA/Sederajat 56 39,44

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Secara umum responden dapat membaca dan menulis, sehingga dapat mendukung dalam kegiatan berkelompok, berdiskusi maupun mengikuti pelatihan-pelatihan.

4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan adalah anggota keluarga inti (anak dan istri) ditambah sanak famili yang secara ekonomi menjadi beban ekonomi responden. Jumlah tanggungan responden 1 – 2 jiwa sebayak 41 responden (28,87%), tanggungan 3 – 4


(56)

jiwa sebanyak 81 responden (57,04%) dan yang 5 – 6 jiwa seanyak 20 responden (14,08%). Distribusi jumlah tanggungan responden tertera pada Tabel 4.5.

Tabel. 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No. Jumlah tanggungan Responden Persentase

(jiwa) (jiwa) (%)

1. 1 - 2 41 28,87

2. 3 - 4 81 57,04

3. 5 - 6 20 14,08

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Dalam kegiatan usaha ternak sapi, tanggungan keluarga ini dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam kegiatan pengembalaan, mencari/mengarit rumput, membersihkan kandang, merawat ternak dan kegiatan lainnya.

4.2.4. Pekerjaan

Pekerjaan utama responden yang paling dominan adalah sebagai karyawan sebanyak 82 responden (57,75%), swasta sebanyak 36 responden (25,35%), petani/buruh sebayak 18 responden (12,68%) dan PNS sebanyak 6 responden (4,23%). Distribusi pekerjaan responden tertera pada Tabel 4.6.

Tabel. 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan utama Jumlah Persentase

(jiwa) (%)

1. Swasta 36 25,35

2. PNS 6 4,23

3. Karyawan 82 57,75

4. Petani/buruh 18 12,68

Jumlah 142 100,00


(57)

Pekerjaan utama responden sebagai karyawan, swasta, petani/buruh dan PNS tidak hanya mengandalkan pendapatan dari pekerjaan utama saja, melainkan adanya penambahan dari usaha berternak sapi.

4.2.5. Pengalaman Beternak

Makin lama beternak, semakin tinggi pengelolaan yang diperoleh peternak yang tentunya akan penting dalam mengelola usaha ternaknya, pengalaman beternak responden yang paling dominan adalah 7 tahun sebanyak 45 responden (31,69%), pengalaman beternak 6 tahun sebanyak 44 responden (30,99%), pengalaman beternak 5 tahun sebanyak 29 responden (20,42%) dan yang 8 tahun sebanyak 24 responden (16,90%). Responden berdasarkan lama beternak tertera pada Tabel 4.7.

Tabel. 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Beternak

No. Lama beternak Responden Persentase

(thn) (jiwa) (%)

1. 5 29 20,42

2. 6 44 30,99

3. 7 45 31,69

4. 8 24 16,90

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Dalam usaha pemeliharaan ternak sapi, peternak mengelola usahanya masih bersifat sampingan dan dalam skala usaha peternakan rakyat dengan kepemilikan yang masih sedikit dan pemeliharaan secara tradisional.


(58)

4.2.6. Kepemilikan Lahan

Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan, memiliki karakteristik yang berbeda. Variasi ini memungkinkan dilakukan terhadap produksi ternak sapi. Kepemilikan lahan yang paling dominan dari responden adalah 0,5 Ha sebanyak 54 responden (38,03%), 0,6 Ha sebanyak 47 responden (33,10%) dan 0,4 Ha sebanyak 41 responden (28,87%). Distribusi luas lahan responden tertera pada Tabel 4.8.

Tabel. 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan

No. Luas lahan Responden Persentase

(Ha) (jiwa) (%)

1. 0,4 41 28,87

2. 0,5 54 38,03

3. 0,6 47 33,10

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Lahan yang dimiliki responden dipergunakan untuk pembuatan kandang dan tempat tinggal responden. Sedangkan untuk kebutuhan pakan hijauan makanan ternak, responden memperolehnya dari areal perkebunan PTPN-II dan sisa tanaman pertanian seperti jerami padi dan jagung.

4.3. Sarana Produksi

Sarana produksi yang dibutuhkan untuk memelihara ternak sapi meliputi : bibit, pakan hijauan makanan ternak dan kandang dan peralatan kandang. Berdasarkan hasil kuesioner responden diproleh adanya perbedaan harga sarana produksi peternakan komoditi ternak sapi tahun 2005 dan tahun 2009, seperti tertera pada Tabel 4.9.


(59)

Tabel 4.9. Harga Sarana Produksi Peternakan di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2005 dan Tahun 2009

No. Sarana produksi Harga (Rp.) Masa pakai

Tahun 2005 Tahun 2009 (thn)

1. Bibit :

- Jantan (ekor) 5.100.000 7.500.000 5

- Betina (ekor) 4.700.000 7.000.000 5

5.Anak 2.850.000 5.750.000 5

2. Pakan :

- Hijauan (Kg) 250 500

3. Kandang

- Ukuran 3 x 4 m 1.250.000 2.500.000 5

4. Peralatan

a. Sekop 35.000 45.000 5

b. Ember 25.000 30.000

c. Beko 210.000 250.000 5

d. Sapu lidi 3.500 5.000

e. Tali/meter 3.000 4.000

Sumber : Diolah dari data primer, 2009

Tabel 4.9. menunjukkan harga bibit mengalami kenaikan rata-rata untuk pejantan Rp. 1.500.000,-/ekor, betina sebesar Rp. 1.300.000,-/ekor. Hal ini disebabkan kebutuhan akan daging dan bibit di pasar meningkat, sesuai dengan hukum ekonomi jika permintaan meningkat, maka harga akan naik. Harga akan pakan hijauan juga mengalami kenaikan, rata-rata Rp. 250,-/Kg. Pembuatan kandang juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan material untuk pembuatan kandang juga mengalami kenaikan Rp.1.250.000,-/unit. Peralatan kandang yang digunakan juga mengalami kenaikan yang diakibatkan besarnya permintaan akan peralatan tersebut. Rata-rata harga sekop naik sebesar Rp.15.000,-/unit, ember Rp. 5.000,-Rp.15.000,-/unit, beko Rp.40.000,-Rp.15.000,-/unit, sapu lidi Rp. 1.500,-/unit dan tali Rp. 1.000,-/meter.


(60)

4.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi dilakukan dengan regresi linier berganda (multiple regression linier). Hasil analisis statistik tertera pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil Analisis Pengaruh Ketersediaan Modal, Luas Lahan dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi

No. Variabel Koefisen T. Hitung Signifikan

1. Konstanta - 2,746 - 4,895 0,000

2. Luas lahan 1,588 2,612 0,016

3. Modal produksi (Rp.) 2,02E-007 20.207 0,000

4. Curahan tenaga kerja 0,471 6,606 0,000

5. R2 0,794

6. F - hitung 177,580

7. F - tabel 2,670

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2009

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat dituliskan persamaan yang diduga sebagai berikut:

Y = - 2,746 + 1,588X1 + 0,0000002X2 + 0,471X3

Hasil analisis statistik menunjukkan secara serempak variabel jumlah modal produksi, luas lahan dan curahan tenaga kerja berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi. Hal ini dilihat dari nilai F – hitung sebesar 177,580 yaitu nyata α 0,05.

Koefisen determinasi (R2) adalah sebesar 0,794. Hal ini menunjukkan bahwa 79% variasi terikat (produksi) mampu dijelaskan oleh variasi bebas (modal produksi, luas lahan dan curahan tenaga kerja) sedangkan sisanya sebesar 21% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model.


(61)

Luas lahan (X1) memberi pengaruh positif dan berpengaruh nyata terhadap

produksi, pada pengujian α 0,05 dimana nilai t – hitung 2,612 > dari t – tabel 1,977.

Koefisen regresi sebesar 1,588 pada variabel (X1) luas lahan pada persamaan regresi, menunjukkan jika luas lahan ditingkatkan sebesar 1 hektar akan meningkatkan produksi ternak sebanyak 2 ekor/tahun.

Modal produksi (X2) memberi pengaruh positif dan berpengaruh nyata

terhadap produksi, pada pengujian α 0,05 dimana nilai t – hitung 20,207 > dari t – tabel

1,977. Koefisen regresi pada pengujian sebesar 0,0000002 pada (X2) modal produksi

pada persamaan regresi, menunjukkan jika modal produksi ditingkatkan sebesar Rp. 10.000.000,- akan meningkatkan produksi ternak sebanyak 2 ekor/tahun.

Curahan tenaga kerja (X3) memberi pengaruh positif dan nyata terhadap

produksi pada pengujian α 0,05 dimana nilai t – hitung 6,906 > dari t – tabel 1,977.

Koefisen regresi sebesar 0,471 pada variabel (X1) curahan tenaga kerja pada persamaan regresi, menunjukkan jika curahan tenaga kerja ditingkatkan sebesar 1 jam/hari akan meningkatkan produksi ternak sebanyak 0,5 ekor/tahun.

4.5. Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi terhadap Pengembangan Wilayah

Variabel yang digunakan untuk mengukur dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap pengembangan wilayah adalah adanya pemanfaatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, pertumbuhan usaha baru, terjadinya pasar dan adanya pemasukan ke kas daerah.


(62)

Sesuai dengan pendapat Tarigan (2004), pembangunan wilayah dapat diukur dari beberapa parameter antara lain : peningkatan pendapatan wilayah, peningkatan pendapatan lapangan kerja, serta pemerataan pendapatan. Mengacu kepada indikator tersebut dikaitkan dengan pengembangan komoditi ternak sapi berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui secara umum kegiatan pengembangan ternak sapi merupakan upaya untuk meningkatkan potensi sumber daya alam (lahan perkebunan untuk pakan hijauan makanan ternak) dan pemanfatan sisa hasil pertanian.

Dengan bertambahnya jumlah ternak yang dipelihara, maka bertambah pula curahan tenaga kerja yang dipergunakan untuk kegiatan peternakan sapi, merawat ternak, membersihkan kandang, mengarit rumput dan kegiatan lainya yang berkaitan dengan peternakan sapi. Sehingga tenaga kerja yang digunakan dalam pengelolaan usaha ternak berasal dari tenaga kerja kelaurga (anak, istri dan suami) dan juga tenaga kerja yang dari luar keluarga.

Dari hasil penelitian didapat adanya peningkatan pendapatan peternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang pada tahun 2005 pendapatan peternak sebesar Rp. 6.999.000,-/tahun menjadi Rp. 9.109.000,-/tahun pada tahun 2009. Dengan demikian bahwa adanya pendapat yang bertambah maka masyarakat atau peternak dapat mempergunakan keuntungan untuk menambah usaha peternakan maupun membuka usaha lain sehingga terjadi pengembangan usaha bukan saja bidang peternakan melainkan wirasuwasta dan usaha lain sebagainya.


(63)

Dengan adanya peternakan sapi di Kecamatan Hamparan Perak membuka sektor-sektor lain untuk pengembangan usaha, sehingga dapat berkembang. Sub sektor itu antara lain : subsektor hulu, sub sektor produksi dan sub sektor industri hilir.

Sub sektor industri hulu yaitu seperti penyediaan sapronak yang terdiri antara lain (1) perkandangan dengan adanya pelaku produksi seperti toko bangunan yang menyediakan bahan-bahan bangunan untuk kandang peternak, (2) pakan hijauan dengan pelaku produksi yaitu areal perkebunan dan lahan yang menyediakan pakan hijauan untuk pakan ternak sapi, dan pakan konsentrat dengan adanya pelaku produksi seperti puoltry shop dan produsen untuk penyediaan pakan ternak sapi, (3) peralatan dengan adanya pelaku produksi seperti toko atau warung yang menjual alat-alat keperluan ternak seperti ember, sapu, sapu lidi, tali dan skop dan (4) bibit peternak di hasilkan oleh pelaku ternak sendiri dengan menyediakan bibit ternak.

Sub sektor produksi, dengan memadukan kegiatan faktor-faktor produksi seperti (1) lahan dengan pelaku produksi adalah areal perkebunan dan lahan sebgai penyediaan pakan hijauan bagi ternak sapi, (2) pakan hijauan dengan pelaku produksi adalah tenaga kerja dalam keluarga maupun dari luar keluarga untuk pemberian makanan ternak sapi dan (3) modal kerja dengan pelaku produksi baik modal sendiri maupun modal pinjaman dengan itu dapat membiayai keperluan peternakan sapi.

Sub sektor hilir dengan pemasaran ternak dan produk sampingan dengan pelaku produksi adalah peternak, pedagang besar, pedagang pengumpul dan pembeli


(64)

yang berfungsi membeli ternak dan kotoran (kompos) ke desa-desa, membeli dari peternak dan pedagang pengumpul.

Tabel di bawah ini menunjukkan sub sektor industri yang berperan dalam pengembangan ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak.

Tebel 4.11. Sub Sektor Industri yang Berperan dalam Pengembangan Komoditi Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak

No. Sub sektor Pelaku produksi Fungsi

1. Industri hulu

Penyediaan sapronak

a. Perkandangan Toko bangunan

Menyediakan bahan untuk kandang b.Pakan hijauan

Areal perkebunan dan lahan

Menyediakan pakan hijauan

pakan konsentran Produsen, poultry shop Menyediakan pakan konsentrat

c. Obat-obatan dan vitamin

Produsen, poultry shop Menyediakan obat-obatan dan

vitamin

d.Peralatan Toko/warung Menjual ember, sapu, sapu lidi,

sekop, dll

e. Bibit Peternak sendiri Menyediakan bibit ternak

2. Sub sektor produksi

Kegiatan memadukan faktor produksi a. Lahan

Area perkebunan dan lahan

Areal penyediaan pakan hijauan

b. Pakan hijauan Tenaga kerja dalam dan luar

keluarga

Memberikan makan ternak c. Modal kerja

Modal sendiri dan pinjaman

Untuk membiayai keperluan peternakan

3. Industri hilir

Pemasaran ternak dan produk sampingan

Peternak, pedagang besar, pedagang pengumpul dan pembeli

Membeli ternak dan kotoran (kompos) ke desa-desa, membeli dari peternak, pedagang pengumpul Sumber : Diperoleh dari Data Primer, 2009

Sistem agribisnis ternak sapi yang dapat dikembangkan di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat di gambarkan pada Gambar 4.2.


(65)

Gambar 4.2. Sistem Agribisnis Ternak Sapi

Dengan tetap adanya peternak menjalankan usaha ternaknya memberikan dampak ataupun mendukung sektor lain, seperti : (1) supllier sarana produksi yaitu produsen dan poultry shop, (2) jasa layanan kesehatan hewan, (3) jasa transportasi dan komunikasi, (4) pengembangan sistem kelembagaan usaha tani, (5) terjadinya pasar dan (6) adanya pemasukan kekas daerah yaitu pemeriksaan kesehatan hewan dengan pemeriksaan perekornya untuk vitamin dan obat cacing sebesar Rp. 40.000,/ekor sapi sedangkan untuk Inseminasi Buatan (IB) sebesar Rp. 50.000,-/ekor sapi. Sehingga rata-rata/bulan 10 - 20 ekor untuk pemeriksaan sapi yang dilakukan oleh inseminator.

Usaha ternak sapi

Keterkaitan kebelakang (Industri Hulu) :

1. Pabrik pakan 2. Pabrik obat 3. Poultry shop 4. Toko bangunan 5. Areal perkebunan

Keterkaitan kedepan (Industri Hilir) : 1. Restoran

2. Pedagang ternak 3. Pengelolaan

4. PAD (rumah potong hewan)

Sektor pendukung :

1. Lembaga keungan (bank, koperasi) 2. Jasa (telekomunikasi dan transportasi) 3. Lembaga penelitian dan penyuluhan 4. Kelompok peternak


(1)

Lampiran 12. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Descriptive Statistics

4,6268

1,07591

142

,5039

,08023

142

2E+007

4680186,392

142

5,4296

,66735

142

Produksi

Luas lahan

Modal

Curahan TK

Mean

Std. Deviation

N

Correlations

1,000

,398

,850

-,002

,398

1,000

,447

-,390

,850

,447

1,000

-,282

-,002

-,390

-,282

1,000

.

,000

,000

,489

,000

.

,000

,000

,000

,000

.

,000

,489

,000

,000

.

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

142

Produksi

Luas lahan

Modal

Curahan TK

Produksi

Luas lahan

Modal

Curahan TK

Produksi

Luas lahan

Modal

Curahan TK

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Produksi

Luas lahan

Modal

Curahan TK

Variables Entered/Removedb

Curahan TK, Modal, Luas lahana . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Produksi b.


(2)

Model Summaryb

,891a ,794 ,790 ,49330 ,794 177,580 3 138 ,000

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics

Predictors: (Constant), Curahan TK, Modal, Luas lahan a.

Dependent Variable: Produksi b.

ANOVAb

129,637 3 43,212 177,580 ,000a

33,581 138 ,243

163,218 141 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Curahan TK, Modal, Luas lahan a.

Dependent Variable: Produksi b.

Coefficientsa

-2,746 ,561 -4,895 ,000

1,588 ,608 ,118 2,612 ,010 ,398 ,217 ,101 ,725 1,379

2,02E-007 ,000 ,880 20,207 ,000 ,850 ,865 ,780 ,787 1,271

,471 ,068 ,292 6,906 ,000 -,002 ,507 ,267 ,834 1,200

(Constant) Luas lahan Modal Curahan TK Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Produksi a.

Collinearity Diagnosticsa

3,931 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00

,046 9,243 ,01 ,01 ,46 ,10

,019 14,414 ,00 ,60 ,51 ,08

,004 32,608 ,99 ,39 ,02 ,82

Dimension 1 2 3 4 Model 1 Eigenvalue Condition

Index (Constant) Luas lahan Modal Curahan TK

Variance Proportions

Dependent Variable: Produksi a.


(3)

Residuals Statisticsa

3,2154 6,4500 4,6268 ,95886 142

-1,472 1,901 ,000 1,000 142

,051 ,131 ,081 ,016 142

3,2214 6,4667 4,6270 ,95880 142

-1,62894 1,10908 ,00000 ,48802 142

-3,302 2,248 ,000 ,989 142

-3,320 2,269 ,000 1,000 142

-1,64700 1,12933 -,00025 ,49883 142

-3,449 2,304 ,001 1,012 142

,520 8,903 2,979 1,603 142

,000 ,039 ,006 ,009 142

,004 ,063 ,021 ,011 142

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Produksi a.


(4)

Lampiran 13. Foto-Foto Hasil di Lapangan

Gambar 1. Sapi


(5)

Gambar 3. Sapi Betina (Bunting)


(6)

Gambar 5. Pakat Hijauan