Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Prosedur Pengurusan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Simalungun
24
BAB II
PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN
AGRARIA NASIONAL
A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional
Setelah pergulatan selama 12 tahun, melalui prakarsa Menteri Pertanian
Soenaryo, kerjasama Departemen Agraria, Panitia Ad Hoc DPR, dan Universitas
Gadjah Mada membuahkan rancangan UU agraria. RUU tersebut disetujui DPR
pada 24 September 1960 sebagai UU No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria atau dikenal dengan Undang-Undang Pembaharuan Agraria
(UUPA). UU Pokok Agraria menjadi titik awal dari kelahiran hukum pertanahan
yang baru mengganti produk hukum agraria kolonial. Prinsip UUPA adalah
menempatkan tanah untuk kesejahteraan rakyat. UUPA mengatur pembatasan
penguasaan tanah, kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh
hak atas tanah, pengakuan hukum adat, serta warga negara asing tak punya hak
milik. Tanggal ditetapkannya UUPA, yakni 24 September, kemudian diperingati
sebagai “Hari Tani”. 14
Pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah diarahkan pada
penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Hal ini merupakan
landasan yang kokoh untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan
untuk mewujudkan keadilan sosial.
Prinsip keadilan sosial masyarakat
dikembangkan melalui proses pemenuhan hak-hak dasar masyarakat sebagaimana
dijamin oleh konstitusi. Hampir semua hak-hak dasar masyarakat berkaitan
14
http://dema.faperta.ugm.ac.id/tag/reforma-agraria/diakses tanggal 1 Agustus 2016.
16
Universitas Sumatera Utara
25
secara langsung atau tidak langsung dengan tanah dan pertanahan. Hak-hak dasar
masyarakat dipenuhi dengan pembukaan akses masyarakat yang lebih besar
terhadap tanah dan akses terhadap sumber ekonomi lainnya sebagai sumber
kesejahteraan melalui Program Pembaharuan Agraria.
Pasca ditetapkannya Tap. MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan Agraria
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, diskursus dan aksi politik yang berelasi
dengan isu Pembaharuan agraria semakin mendapat tempat dalam panggung
politik Indonesia. Tapi, kecenderungan ini bukanlah gejala Indonesia semata.
Karena, sebenarnya hampir di semua tempat di berbagai belahan dunia yang
tengah mengalami proses integrasi kedalam rezim pasar bebas yang intensif,
keadaan yang demikian ini selalu terjadi. Jadi, bisa dikatakan, ini adalah sebuah
gejala internasional. Jika merunut lebih kebelakang, sejak tahun 1975, Bank
Dunia sebenarnya telah mengeluarkan sebuah dokumen penting yang berjudul
Land Reform Policy Paper (LRPP). Dalam dokumen tersebut, Bank Dunia
mengakui bahwa program Land Reform adalah sebuah jalan yang penting dalam
menggerakkan perekenomian nasional sebuah negara dan dapat mendorong lebih
cepat pertumbuhan ekonomi pedesaan. 15
Program Pembaharuan Agraria, yang dalam implementasinya dituangkan
dalam PPAN, merupakan strategi untuk mengurangi ketimpangan pemanfaatan,
penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah dan mengentaskan kemiskinan. Di
samping itu, juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja dan
menciptakan ketahanan pangan terutama di perdesaan. Dari pengalaman negara15
http://adisuara.blogspot.co.id/2007/05/melihat-peluang-ppan.html diakses tanggal 1
Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
26
negara yang pernah melaksanakannya, program ini merupakan cara yang paling
efektif untuk meningkatkan kesejahteraan di perdesaan serta untuk menyelesaikan
konflik pertanahan.
Saat ini, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 39,05 juta jiwa
(17,75%), yang sebagian besar tersebar di pedesaan. Penduduk miskin ini sekitar
90% adalah pekerja. Selanjutnya, penduduk miskin ini paling banyak terdapat di
sektor pertanian (56,07%), yang terutama disebabkan oleh minim atau tiadanya
akses mereka kepada faktor-faktor produksi, termasuk tanah. Hal ini terlihat dari
jumlah petani gurem (penguasaan tanah kurang dari 0,5 hektar) yang mencapai
56,5% dari jumlah petani.
Landasan PPAN adalah Ketetapan MPR-RI Nomor IX/MPR/2001 tentang
Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, yang mengamanatkan
kepada pemerintah antara lain melaksanakan penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan
dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat, serta menyelesaikan
konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya alam yang timbul selama ini
sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin
terlaksananya penegakan hukum.
Selanjutnya,
Keputusan
MPR-RI Nomor
5/MPR-RI/2003
tentang
Penugasan kepada Pimpinan MPR-RI untuk menyampaikan Saran atas
Pelaksanaan Putusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang
Tahunan MPR-RI Tahun 2003, memerintahkan kepada Presiden dan DPR untuk
melaksanakan Pembaharuan Agraria, antara lain menyelesaikan berbagai konflik
Universitas Sumatera Utara
27
dan permasalahan di bidang agraria secara proporsional dan adil, mulai dari
permasalahan hukumnya sampai dengan implementasi di lapangan, menyusun
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Pembaharuan agraria,
dan mempermudah pemberian akses tanah terhadap masyarakat kecil, khususnya
petani.
Presiden Republik Indonesia dalam pidato politik awal Tahun 2007 pada
tanggal 31 Januari 2007 menyatakan secara tegas arah kebijakannya mengenai
pertanahan, sebagaimana terlihat dari pernyataannya sebagai berikut:
Program Pembaharuan agraria nasional … secara bertahap … akan
dilaksanakan
mulai
tahun
2007
ini.
Langkah
itu
dilakukan
dengan
mengalokasikan tanah bagi rakyat termiskin yang berasal dari hutan konversi dan
tanah lain yang menurut hukum pertanahan kita boleh diperuntukkan bagi
kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai prinsip Tanah untuk Keadilan
dan Kesejahteraan Rakyat … yang saya anggap mutlak untuk dilakukan.
Dalam rangka mewujudkan Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
Rakyat tersebut, prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan harus: (1) memberikan
kontribusi nyata dan melahirkan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat; (2)
meningkatkan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dalam kaitannya
dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; (3) menjamin
keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi akan datang pada sumbersumber ekonomi masyarakat dan tanah; dan (4) berkontribusi nyata dalam
menciptakan tatanan kehidupan bersama secara harmonis dengan mengatasi
Universitas Sumatera Utara
28
berbagai sengketa dan konflik pertanahan di seluruh tanah air dan menata sistem
pengelolaan yang tidak lagi melahirkan sengketa dan konflik di kemudian hari.
Sehubungan dengan prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan tersebut,
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah merumuskan 11 Agenda
Prioritas sebagai berikut:
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional RI
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, serta
sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana
alam dan daerah-daerah konflik di seluruh tanah air
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik
pertanahan secara sistematis
6. Membangun
Sistem
Informasi
Manajemen
Pertanahan
Nasional
(SIMTANAS) dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh
Indonesia
7. Menangani
masalah
KKN
serta
meningkatkan
partisipasi
dan
pemberdayaan masyarakat
8. Membangun basis data penguasaan dan pemilikan tanah skala besar
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan
pertanahan yang telah ditetapkan
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional RI
Universitas Sumatera Utara
29
11. Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan
pertanahan.
Untuk mewujudkan 11 Agenda Prioritas di atas, perkenankan kami pada
kesempatan ini menyampaikan penjelasan secara khusus mengenai PPAN dan
penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Program Pembaharuan Agraria Nasional merupakan upaya bersama
seluruh komponen bangsa untuk menata kembali struktur pemilikan, penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan prinsip tanah untuk keadilan
dan kesejahteraan rakyat. Selengkapnya, tujuan PPAN adalah (1) menata kembali
ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil,
(2) mengurangi kemiskinan, (3) menciptakan lapangan kerja, (4) memperbaiki
akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, (5) mengurangi
sengketa dan konflik pertanahan, (6) memperbaiki dan menjaga kualitas
lingkungan hidup, dan (7) meningkatkan ketahanan pangan.
Apabila dicermati, keseluruhan tujuan PPAN di atas bermuara pada
peningkatan kesejahteraan rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan
bangsa. Oleh karena itu pelaksanaannya perlu dipersiapkan secara hati-hati dan
matang, mulai dari penetapan tanah-tanah yang tersedia, seleksi dan penetapan
penerima manfaat, serta mekanisme pelaksanaannya, termasuk pembinaan,
pengawasan dan pengendalian.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak tertutup kemungkinan
dapat menimbulkan potensi sengketa dan permasalahan baru yang tidak
diinginkan bersama. Kemungkinan potensi sengketa dan permasalahan dimaksud
Universitas Sumatera Utara
30
bisa lahir akibat kekurangpahaman kita bersama terhadap pelaksanaan PPAN
yang strategis ini. Untuk itu diperlukan penyamaan persepsi, kesatuan gerak dan
langkah semua pihak secara terkoordinasi.
Mengingat ruang lingkup Pembaharuan agraria yang membutuhkan
keterlibatan aktif semua komponen bangsa, dengan demikian dukungan dari
segenap
jajaran
Kementerian
Koordinator
Kesejahteraan
Rakyat
sangat
diharapkan, sehingga PPAN dapat berjalan sesuai tujuan, demi kemaslahatan
bangsa. 16
B. Tujuan dan Manfaat Program Pembaharuan Agraria Nasional
Pembaharuan Agraria Nasional atau adakalanya disebut dengan diartikan
secara beragam oleh beragam orang, profesi atau kelompok dan dipahami secara
berbeda-beda pula. Tetapi, dari semua ragam pemahaman ini, ada benang merah
yang dapat menghubungkan semuanya yaitu bahwa Pembaharuan agraria nasional
dimaknai sebagai penataan atas penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah (P4T) atau sumber-sumber agraria menuju suatu struktur P4T
yang berkeadilan dengan langsung mengatasi pokok persoalannya. 17
Di dalam mengemban tugas menyelenggarakan administrasi pertanahan.
Badan Pertanahan Nasional berpedoman pada empat prinsip pertanahan yang
memberikan amanat dalam berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat; menata kehidupan bersama yang lebih berkeadilan;
16
https://.wordpress.com/2013/08/21/
Joyowinoto.
pembaruan-agraria-nasional/
12/April/2016
17
Joyo Winoto, Pembaruan agraria nasional dan Keadilan Sosial, Badan Pertanahan
Nasional, Jakarta, 2007, hal 21.
Universitas Sumatera Utara
31
mewujudkan keberlanjutan sistem kemasyarakatan; kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia; serta mewujudkan keharmonisan (terselesaikannya sengketa dan
konflik pertanahan).
Pembaharuan Agraria merupakan proses restrukturisasi (penataan ulang
susunan) kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agrarian
(khususnya tanah). Dalam Pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan
bahwa "Pembaharuan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan
berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan sumberdaya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya
kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh
rakyat Indonesia".
Dilaksanakannya PPAN, maka tantangan besar bagi pemerintah kemudian
adalah bagaimana mendesain operasionalisasi PPAN ini sehingga nantinya bisa
dilaksanakan secara terpadu dan benar-benar diorientasikan pada penataan ulang
struktur agraria yang timpang dan penyediaan program-program pendukungnya
yang lebih luas. Pada saat yang sama, bagaimana bisa menggulirkan pelaksanaan
PPAN ini agar mendapat dukungan yang luas baik dilingkungan elit politik, di
antara lintas departemen dan level pemerintahan, maupun dikalangan masyarakat
secara umum.
Ada lima tujuan utama yang hendak dicapai dari pelaksanaan PPAN
melalui asset reform dan akses reform yaitu:
Universitas Sumatera Utara
32
1. Menata kembali struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan
penggunaan tanah dan kekayaan alam lainnya sehingga menjadi lebih
berkeadilan sosial;
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya kaum
tani dan rakyat miskin dipedesaan;
3. Mengatasi pengangguran dengan membuka kesempatan kerja baru di
bidang pertanian dan ekonomi pedesaan;
4. Membuka akses bagi rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik;
5. Mewujudkan mekanisme sistematis dan efektif untuk mengatasi sengketa
dan konflik agraria.
Terkait dengan pembentukan rancangan undang-undang dalam rangka
Pembaharuan hukum di bidang agraria, sejumlah prinsip dan dasar kebijakan yang
digariskan dalam Ketetapan MPR No.IX/MPR 2001 harus diperhatikan dan
menjadi landasan dalam penyusunan berbagai undang-undang dimaksud. Selain
itu, agar adanya undang-undang yang hendak dibentuk menjadi suatu solusi bagi
persoalan keagrariaan yang ada dan mampu mencapai unsur keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum yang berimbang sebagaimana dicita-citakan,
dan mampu menjadi suatu hukum yang responsif, maka dalam proses tersebut
perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat dijadikan dasar pijakan yang
merupakan hasil pemikiran yang berakar langsung dari kebutuhan masyarakat.
Pembangunan hukum yang dilandasi dengan sikap proaktif didasarkan pada
penelitian dan kebutuhan hukum akan menghasilkan produk hukum yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
33
Untuk lebih mempermudah pemahaman Pembaharuan agraria nasional,
Joyo Winoto mendefinisikan Pembaharuan agraria nasional sebagai Land Reform
Plus, artinya pembaharuan agraria nasional adalah landreform dalam rangka
mandat konstitusi, politik dan Undang-undang untuk mewujudkan keadilan dalam
P4T ditambah dengan Access Reform. 18
Pengertian Pembaharuan agraria juga dapat dilihat dalam ketetapan MPR
No. IX tahun 2001 Pasal 2, disebutkan bahwa : “Pembaharuan agraria mencakup
suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian
Pembaharuan agraria nasional ditujukan untuk :
1. Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah
ke arah yang lebih adil.
2. Mengurangi kemiskinan.
3. Menciptakan lapangan kerja.
4. Memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah
5. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan
6. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, serta
18
Joyo Winoto, “Pembaruan agraria nasional” Tanah Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan
Rakyat, Makalah Seminar Nasional, Penguatan Hak Kepada Rakyat Dalam Pembaruan agraria
nasional Melalui Persamaan Hak Memperoleh Hak Atas Tanah, (Magister Kenotariatan
Undip,Kanwil BPN Propinsi Jateng, KAPTI & IMMK, Semarang, 15 Mei 2008).
Universitas Sumatera Utara
34
7. Meningkatkan ketahanan pangan rakyat Indonesia dan ketahanan energi
nasional.
Sehingga apabila dicermati, keseluruhan tujuan Pembaharuan agraria
nasional/Pembaharuan agraria adalah ditujukan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan bangsa.
Salah satu agenda dalam Pembaharuan agraria nasional adalah penguatan
hak kepada rakyat. Penguatan hak dapat dilakukan dengan kemudahan untuk
memperoleh sertipikat bagi rakyat melalui program sertipikasi massal (PPAN,
SMS, Ajudikasi).
C. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional
Pembaharuan Agraria Nasional atau Pembaharuan agraria nasional telah
dijelaskan di bagian Penjelasan UUPA pada romawi II angka (7), yang berisi :
“Dalam Pasal 10 ayat (1) dan (2) dirumuskan suatu asas yang pada dewasa ini
sedang menjadi dasar daripada perubahan-perubahan dalam struktur pertanahan
hampir di seluruh dunia, yaitu di negara-negara yang telah atau sedang
menyelenggarakan apa yang disebut ”Landreform” atau “Agrarianreform”.
Pasca tragedi 1965, praktis wacana Reforma Agraria raib dari
perbincangan publik maupun kebijakan pemerintah. Pada era reformasi wacana
reforma agraria berhasil menjadi perdebatan politik di pusat sehingga
menghasilkan TAP MPR No.IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Tetapi, sampai sekian tahun kemudian, tetap
tidak ada tindak lanjut politik dari pemerintah untuk mendorong pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
35
program Reforma Agraria. Sejak tahun 2006 pelaksanaan Reforma Agraria ini
secara tegas dinyatakan sebagai program pemerintah, yaitu ditetapkan sebagai
salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional RI melalui Perpres Nomor 10 Tahun
2006.
Hal di atas juga selaras dengan Pidato Awal Tahun 2007 Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2007 yang menyatakan secara tegas
arah kebijakannya mengenai pertanahan dalam rangka mengatasi berbagai
permasalahan yang ada, terlihat dalam pernyataan berikut :
“Program Reforma Agraria ... secara bertahap ... akan dilaksanakan mulai tahun
2007 ini. Langkah itu dilakukan dengan mengalokasikan tanah bagi rakyat
termiskin yang berasal dari hutan konversi dan tanah lain yang menurut hukum
pertanahan dibolehkanruntuk kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai
prinsip tanah untuk keadilan dan Kesejahteraan Rakyat .... yang saya anggap
mutlak untuk dilakukan.”
Sesuai penegasan Kepala BPN RI: PPAN bukanlah sekedar proyek bagibagi tanah, melainkan suatu program terpadu untuk mewujudkan keadilan sosial
dan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah
sebagai basis untuk revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan 19.
Dengan demikian adanya kebijakan mengalokasikan lahan seluas 8,15 juta
hektar sebagai objek pelaksanaan Reforma Agraria dan dengan adanya kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pertanahan, maka jelas terlihat
19
Joyo Winoto: “Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono.” Tempo, 10 Desember 2006.
Diakses tanggal 1 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
36
kemauan politik pemerintah untuk melaksanakan Reforma Agraria semakin
terlihat kuat.
Sebelum itu, pelaksanaan Reforma Agraria memang juga sudah
dinyatakan secara eksplisit dalam buku visi, misi dan program SBY-JK yang
disampaikan sewaktu mencalonkan diri sebagai pasangan Presiden-Wakil
Presiden. Dalam buku ini pelaksanaan reforma agraria disebutkan eksplisit
sebanyak dua kali, yakni dalam konteks agenda “perbaikan dan penciptaan
kesempatan kerja” dan “revitalisasi pertanian dan aktivitas pedesaan”
Selain peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum, ada
beberapa dasar yang menjadi landasan pelaksanaan Program Pembaharuan agraria
nasional, antara lain:
a. Landasan Idil, yaitu Pancasila.
b. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945 dan Perubahannya.
c. Landasan Politis, yang terdiri dari TAP MPR Nomor IX/MPR/2001
Tentang : Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam;
Keputusan MPR-RI Nomor 5 Tahun 2003 tentang Penugasan Kepada
Pimpinan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan
MPR-RI Tahun 2003; dan Pidato Politik awal Tahun Presiden RI tanggal
31 Januari 2007.
d. Landasan Hukum, diantaranya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958
tentang Penghapusan Tanah-tanah Partikelir (Lembaran Negara RI Tahun
1958 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negra RI Nomor 1517); UndangUndang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembar Negara RI
Universitas Sumatera Utara
37
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4411);
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4725), dan lain sebagainya.
Menurut Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Pasal 6, arah kebijakan dari
Pembaharuan agrarian, antara lain :
20
1. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan
antarsektor demi terwujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 ketetapan ini.
2. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan
kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan.
3. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi
penguasaan,
pemilikan,
penggunaan
dan
pemanfaatan
tanah
secara
komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform.
4. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya agraria
yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik dimasa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini.
20
Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Pasal 6
Universitas Sumatera Utara
38
5. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban
pelaksanaan Pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang
berkenaan dengan sumberdaya agraria yang terjadi.
6. Mengupayakan pembiayaan dalam melaksanakan program Pembaharuan
agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumberdaya agraria yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN
AGRARIA NASIONAL
A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional
Setelah pergulatan selama 12 tahun, melalui prakarsa Menteri Pertanian
Soenaryo, kerjasama Departemen Agraria, Panitia Ad Hoc DPR, dan Universitas
Gadjah Mada membuahkan rancangan UU agraria. RUU tersebut disetujui DPR
pada 24 September 1960 sebagai UU No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria atau dikenal dengan Undang-Undang Pembaharuan Agraria
(UUPA). UU Pokok Agraria menjadi titik awal dari kelahiran hukum pertanahan
yang baru mengganti produk hukum agraria kolonial. Prinsip UUPA adalah
menempatkan tanah untuk kesejahteraan rakyat. UUPA mengatur pembatasan
penguasaan tanah, kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh
hak atas tanah, pengakuan hukum adat, serta warga negara asing tak punya hak
milik. Tanggal ditetapkannya UUPA, yakni 24 September, kemudian diperingati
sebagai “Hari Tani”. 14
Pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah diarahkan pada
penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Hal ini merupakan
landasan yang kokoh untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan
untuk mewujudkan keadilan sosial.
Prinsip keadilan sosial masyarakat
dikembangkan melalui proses pemenuhan hak-hak dasar masyarakat sebagaimana
dijamin oleh konstitusi. Hampir semua hak-hak dasar masyarakat berkaitan
14
http://dema.faperta.ugm.ac.id/tag/reforma-agraria/diakses tanggal 1 Agustus 2016.
16
Universitas Sumatera Utara
25
secara langsung atau tidak langsung dengan tanah dan pertanahan. Hak-hak dasar
masyarakat dipenuhi dengan pembukaan akses masyarakat yang lebih besar
terhadap tanah dan akses terhadap sumber ekonomi lainnya sebagai sumber
kesejahteraan melalui Program Pembaharuan Agraria.
Pasca ditetapkannya Tap. MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan Agraria
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, diskursus dan aksi politik yang berelasi
dengan isu Pembaharuan agraria semakin mendapat tempat dalam panggung
politik Indonesia. Tapi, kecenderungan ini bukanlah gejala Indonesia semata.
Karena, sebenarnya hampir di semua tempat di berbagai belahan dunia yang
tengah mengalami proses integrasi kedalam rezim pasar bebas yang intensif,
keadaan yang demikian ini selalu terjadi. Jadi, bisa dikatakan, ini adalah sebuah
gejala internasional. Jika merunut lebih kebelakang, sejak tahun 1975, Bank
Dunia sebenarnya telah mengeluarkan sebuah dokumen penting yang berjudul
Land Reform Policy Paper (LRPP). Dalam dokumen tersebut, Bank Dunia
mengakui bahwa program Land Reform adalah sebuah jalan yang penting dalam
menggerakkan perekenomian nasional sebuah negara dan dapat mendorong lebih
cepat pertumbuhan ekonomi pedesaan. 15
Program Pembaharuan Agraria, yang dalam implementasinya dituangkan
dalam PPAN, merupakan strategi untuk mengurangi ketimpangan pemanfaatan,
penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah dan mengentaskan kemiskinan. Di
samping itu, juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja dan
menciptakan ketahanan pangan terutama di perdesaan. Dari pengalaman negara15
http://adisuara.blogspot.co.id/2007/05/melihat-peluang-ppan.html diakses tanggal 1
Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
26
negara yang pernah melaksanakannya, program ini merupakan cara yang paling
efektif untuk meningkatkan kesejahteraan di perdesaan serta untuk menyelesaikan
konflik pertanahan.
Saat ini, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 39,05 juta jiwa
(17,75%), yang sebagian besar tersebar di pedesaan. Penduduk miskin ini sekitar
90% adalah pekerja. Selanjutnya, penduduk miskin ini paling banyak terdapat di
sektor pertanian (56,07%), yang terutama disebabkan oleh minim atau tiadanya
akses mereka kepada faktor-faktor produksi, termasuk tanah. Hal ini terlihat dari
jumlah petani gurem (penguasaan tanah kurang dari 0,5 hektar) yang mencapai
56,5% dari jumlah petani.
Landasan PPAN adalah Ketetapan MPR-RI Nomor IX/MPR/2001 tentang
Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, yang mengamanatkan
kepada pemerintah antara lain melaksanakan penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan
dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat, serta menyelesaikan
konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya alam yang timbul selama ini
sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin
terlaksananya penegakan hukum.
Selanjutnya,
Keputusan
MPR-RI Nomor
5/MPR-RI/2003
tentang
Penugasan kepada Pimpinan MPR-RI untuk menyampaikan Saran atas
Pelaksanaan Putusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang
Tahunan MPR-RI Tahun 2003, memerintahkan kepada Presiden dan DPR untuk
melaksanakan Pembaharuan Agraria, antara lain menyelesaikan berbagai konflik
Universitas Sumatera Utara
27
dan permasalahan di bidang agraria secara proporsional dan adil, mulai dari
permasalahan hukumnya sampai dengan implementasi di lapangan, menyusun
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Pembaharuan agraria,
dan mempermudah pemberian akses tanah terhadap masyarakat kecil, khususnya
petani.
Presiden Republik Indonesia dalam pidato politik awal Tahun 2007 pada
tanggal 31 Januari 2007 menyatakan secara tegas arah kebijakannya mengenai
pertanahan, sebagaimana terlihat dari pernyataannya sebagai berikut:
Program Pembaharuan agraria nasional … secara bertahap … akan
dilaksanakan
mulai
tahun
2007
ini.
Langkah
itu
dilakukan
dengan
mengalokasikan tanah bagi rakyat termiskin yang berasal dari hutan konversi dan
tanah lain yang menurut hukum pertanahan kita boleh diperuntukkan bagi
kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai prinsip Tanah untuk Keadilan
dan Kesejahteraan Rakyat … yang saya anggap mutlak untuk dilakukan.
Dalam rangka mewujudkan Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
Rakyat tersebut, prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan harus: (1) memberikan
kontribusi nyata dan melahirkan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat; (2)
meningkatkan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dalam kaitannya
dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; (3) menjamin
keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi akan datang pada sumbersumber ekonomi masyarakat dan tanah; dan (4) berkontribusi nyata dalam
menciptakan tatanan kehidupan bersama secara harmonis dengan mengatasi
Universitas Sumatera Utara
28
berbagai sengketa dan konflik pertanahan di seluruh tanah air dan menata sistem
pengelolaan yang tidak lagi melahirkan sengketa dan konflik di kemudian hari.
Sehubungan dengan prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan tersebut,
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah merumuskan 11 Agenda
Prioritas sebagai berikut:
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional RI
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, serta
sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana
alam dan daerah-daerah konflik di seluruh tanah air
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik
pertanahan secara sistematis
6. Membangun
Sistem
Informasi
Manajemen
Pertanahan
Nasional
(SIMTANAS) dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh
Indonesia
7. Menangani
masalah
KKN
serta
meningkatkan
partisipasi
dan
pemberdayaan masyarakat
8. Membangun basis data penguasaan dan pemilikan tanah skala besar
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan
pertanahan yang telah ditetapkan
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional RI
Universitas Sumatera Utara
29
11. Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan
pertanahan.
Untuk mewujudkan 11 Agenda Prioritas di atas, perkenankan kami pada
kesempatan ini menyampaikan penjelasan secara khusus mengenai PPAN dan
penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Program Pembaharuan Agraria Nasional merupakan upaya bersama
seluruh komponen bangsa untuk menata kembali struktur pemilikan, penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan prinsip tanah untuk keadilan
dan kesejahteraan rakyat. Selengkapnya, tujuan PPAN adalah (1) menata kembali
ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil,
(2) mengurangi kemiskinan, (3) menciptakan lapangan kerja, (4) memperbaiki
akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, (5) mengurangi
sengketa dan konflik pertanahan, (6) memperbaiki dan menjaga kualitas
lingkungan hidup, dan (7) meningkatkan ketahanan pangan.
Apabila dicermati, keseluruhan tujuan PPAN di atas bermuara pada
peningkatan kesejahteraan rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan
bangsa. Oleh karena itu pelaksanaannya perlu dipersiapkan secara hati-hati dan
matang, mulai dari penetapan tanah-tanah yang tersedia, seleksi dan penetapan
penerima manfaat, serta mekanisme pelaksanaannya, termasuk pembinaan,
pengawasan dan pengendalian.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak tertutup kemungkinan
dapat menimbulkan potensi sengketa dan permasalahan baru yang tidak
diinginkan bersama. Kemungkinan potensi sengketa dan permasalahan dimaksud
Universitas Sumatera Utara
30
bisa lahir akibat kekurangpahaman kita bersama terhadap pelaksanaan PPAN
yang strategis ini. Untuk itu diperlukan penyamaan persepsi, kesatuan gerak dan
langkah semua pihak secara terkoordinasi.
Mengingat ruang lingkup Pembaharuan agraria yang membutuhkan
keterlibatan aktif semua komponen bangsa, dengan demikian dukungan dari
segenap
jajaran
Kementerian
Koordinator
Kesejahteraan
Rakyat
sangat
diharapkan, sehingga PPAN dapat berjalan sesuai tujuan, demi kemaslahatan
bangsa. 16
B. Tujuan dan Manfaat Program Pembaharuan Agraria Nasional
Pembaharuan Agraria Nasional atau adakalanya disebut dengan diartikan
secara beragam oleh beragam orang, profesi atau kelompok dan dipahami secara
berbeda-beda pula. Tetapi, dari semua ragam pemahaman ini, ada benang merah
yang dapat menghubungkan semuanya yaitu bahwa Pembaharuan agraria nasional
dimaknai sebagai penataan atas penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah (P4T) atau sumber-sumber agraria menuju suatu struktur P4T
yang berkeadilan dengan langsung mengatasi pokok persoalannya. 17
Di dalam mengemban tugas menyelenggarakan administrasi pertanahan.
Badan Pertanahan Nasional berpedoman pada empat prinsip pertanahan yang
memberikan amanat dalam berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat; menata kehidupan bersama yang lebih berkeadilan;
16
https://.wordpress.com/2013/08/21/
Joyowinoto.
pembaruan-agraria-nasional/
12/April/2016
17
Joyo Winoto, Pembaruan agraria nasional dan Keadilan Sosial, Badan Pertanahan
Nasional, Jakarta, 2007, hal 21.
Universitas Sumatera Utara
31
mewujudkan keberlanjutan sistem kemasyarakatan; kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia; serta mewujudkan keharmonisan (terselesaikannya sengketa dan
konflik pertanahan).
Pembaharuan Agraria merupakan proses restrukturisasi (penataan ulang
susunan) kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agrarian
(khususnya tanah). Dalam Pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan
bahwa "Pembaharuan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan
berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan sumberdaya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya
kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh
rakyat Indonesia".
Dilaksanakannya PPAN, maka tantangan besar bagi pemerintah kemudian
adalah bagaimana mendesain operasionalisasi PPAN ini sehingga nantinya bisa
dilaksanakan secara terpadu dan benar-benar diorientasikan pada penataan ulang
struktur agraria yang timpang dan penyediaan program-program pendukungnya
yang lebih luas. Pada saat yang sama, bagaimana bisa menggulirkan pelaksanaan
PPAN ini agar mendapat dukungan yang luas baik dilingkungan elit politik, di
antara lintas departemen dan level pemerintahan, maupun dikalangan masyarakat
secara umum.
Ada lima tujuan utama yang hendak dicapai dari pelaksanaan PPAN
melalui asset reform dan akses reform yaitu:
Universitas Sumatera Utara
32
1. Menata kembali struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan
penggunaan tanah dan kekayaan alam lainnya sehingga menjadi lebih
berkeadilan sosial;
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya kaum
tani dan rakyat miskin dipedesaan;
3. Mengatasi pengangguran dengan membuka kesempatan kerja baru di
bidang pertanian dan ekonomi pedesaan;
4. Membuka akses bagi rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik;
5. Mewujudkan mekanisme sistematis dan efektif untuk mengatasi sengketa
dan konflik agraria.
Terkait dengan pembentukan rancangan undang-undang dalam rangka
Pembaharuan hukum di bidang agraria, sejumlah prinsip dan dasar kebijakan yang
digariskan dalam Ketetapan MPR No.IX/MPR 2001 harus diperhatikan dan
menjadi landasan dalam penyusunan berbagai undang-undang dimaksud. Selain
itu, agar adanya undang-undang yang hendak dibentuk menjadi suatu solusi bagi
persoalan keagrariaan yang ada dan mampu mencapai unsur keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum yang berimbang sebagaimana dicita-citakan,
dan mampu menjadi suatu hukum yang responsif, maka dalam proses tersebut
perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat dijadikan dasar pijakan yang
merupakan hasil pemikiran yang berakar langsung dari kebutuhan masyarakat.
Pembangunan hukum yang dilandasi dengan sikap proaktif didasarkan pada
penelitian dan kebutuhan hukum akan menghasilkan produk hukum yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
33
Untuk lebih mempermudah pemahaman Pembaharuan agraria nasional,
Joyo Winoto mendefinisikan Pembaharuan agraria nasional sebagai Land Reform
Plus, artinya pembaharuan agraria nasional adalah landreform dalam rangka
mandat konstitusi, politik dan Undang-undang untuk mewujudkan keadilan dalam
P4T ditambah dengan Access Reform. 18
Pengertian Pembaharuan agraria juga dapat dilihat dalam ketetapan MPR
No. IX tahun 2001 Pasal 2, disebutkan bahwa : “Pembaharuan agraria mencakup
suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian
Pembaharuan agraria nasional ditujukan untuk :
1. Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah
ke arah yang lebih adil.
2. Mengurangi kemiskinan.
3. Menciptakan lapangan kerja.
4. Memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah
5. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan
6. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, serta
18
Joyo Winoto, “Pembaruan agraria nasional” Tanah Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan
Rakyat, Makalah Seminar Nasional, Penguatan Hak Kepada Rakyat Dalam Pembaruan agraria
nasional Melalui Persamaan Hak Memperoleh Hak Atas Tanah, (Magister Kenotariatan
Undip,Kanwil BPN Propinsi Jateng, KAPTI & IMMK, Semarang, 15 Mei 2008).
Universitas Sumatera Utara
34
7. Meningkatkan ketahanan pangan rakyat Indonesia dan ketahanan energi
nasional.
Sehingga apabila dicermati, keseluruhan tujuan Pembaharuan agraria
nasional/Pembaharuan agraria adalah ditujukan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan bangsa.
Salah satu agenda dalam Pembaharuan agraria nasional adalah penguatan
hak kepada rakyat. Penguatan hak dapat dilakukan dengan kemudahan untuk
memperoleh sertipikat bagi rakyat melalui program sertipikasi massal (PPAN,
SMS, Ajudikasi).
C. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional
Pembaharuan Agraria Nasional atau Pembaharuan agraria nasional telah
dijelaskan di bagian Penjelasan UUPA pada romawi II angka (7), yang berisi :
“Dalam Pasal 10 ayat (1) dan (2) dirumuskan suatu asas yang pada dewasa ini
sedang menjadi dasar daripada perubahan-perubahan dalam struktur pertanahan
hampir di seluruh dunia, yaitu di negara-negara yang telah atau sedang
menyelenggarakan apa yang disebut ”Landreform” atau “Agrarianreform”.
Pasca tragedi 1965, praktis wacana Reforma Agraria raib dari
perbincangan publik maupun kebijakan pemerintah. Pada era reformasi wacana
reforma agraria berhasil menjadi perdebatan politik di pusat sehingga
menghasilkan TAP MPR No.IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Tetapi, sampai sekian tahun kemudian, tetap
tidak ada tindak lanjut politik dari pemerintah untuk mendorong pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
35
program Reforma Agraria. Sejak tahun 2006 pelaksanaan Reforma Agraria ini
secara tegas dinyatakan sebagai program pemerintah, yaitu ditetapkan sebagai
salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional RI melalui Perpres Nomor 10 Tahun
2006.
Hal di atas juga selaras dengan Pidato Awal Tahun 2007 Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2007 yang menyatakan secara tegas
arah kebijakannya mengenai pertanahan dalam rangka mengatasi berbagai
permasalahan yang ada, terlihat dalam pernyataan berikut :
“Program Reforma Agraria ... secara bertahap ... akan dilaksanakan mulai tahun
2007 ini. Langkah itu dilakukan dengan mengalokasikan tanah bagi rakyat
termiskin yang berasal dari hutan konversi dan tanah lain yang menurut hukum
pertanahan dibolehkanruntuk kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai
prinsip tanah untuk keadilan dan Kesejahteraan Rakyat .... yang saya anggap
mutlak untuk dilakukan.”
Sesuai penegasan Kepala BPN RI: PPAN bukanlah sekedar proyek bagibagi tanah, melainkan suatu program terpadu untuk mewujudkan keadilan sosial
dan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah
sebagai basis untuk revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan 19.
Dengan demikian adanya kebijakan mengalokasikan lahan seluas 8,15 juta
hektar sebagai objek pelaksanaan Reforma Agraria dan dengan adanya kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pertanahan, maka jelas terlihat
19
Joyo Winoto: “Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono.” Tempo, 10 Desember 2006.
Diakses tanggal 1 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
36
kemauan politik pemerintah untuk melaksanakan Reforma Agraria semakin
terlihat kuat.
Sebelum itu, pelaksanaan Reforma Agraria memang juga sudah
dinyatakan secara eksplisit dalam buku visi, misi dan program SBY-JK yang
disampaikan sewaktu mencalonkan diri sebagai pasangan Presiden-Wakil
Presiden. Dalam buku ini pelaksanaan reforma agraria disebutkan eksplisit
sebanyak dua kali, yakni dalam konteks agenda “perbaikan dan penciptaan
kesempatan kerja” dan “revitalisasi pertanian dan aktivitas pedesaan”
Selain peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum, ada
beberapa dasar yang menjadi landasan pelaksanaan Program Pembaharuan agraria
nasional, antara lain:
a. Landasan Idil, yaitu Pancasila.
b. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945 dan Perubahannya.
c. Landasan Politis, yang terdiri dari TAP MPR Nomor IX/MPR/2001
Tentang : Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam;
Keputusan MPR-RI Nomor 5 Tahun 2003 tentang Penugasan Kepada
Pimpinan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan
MPR-RI Tahun 2003; dan Pidato Politik awal Tahun Presiden RI tanggal
31 Januari 2007.
d. Landasan Hukum, diantaranya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958
tentang Penghapusan Tanah-tanah Partikelir (Lembaran Negara RI Tahun
1958 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negra RI Nomor 1517); UndangUndang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembar Negara RI
Universitas Sumatera Utara
37
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4411);
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4725), dan lain sebagainya.
Menurut Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Pasal 6, arah kebijakan dari
Pembaharuan agrarian, antara lain :
20
1. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan
antarsektor demi terwujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 ketetapan ini.
2. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan
kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan.
3. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi
penguasaan,
pemilikan,
penggunaan
dan
pemanfaatan
tanah
secara
komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform.
4. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya agraria
yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik dimasa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini.
20
Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Pasal 6
Universitas Sumatera Utara
38
5. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban
pelaksanaan Pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang
berkenaan dengan sumberdaya agraria yang terjadi.
6. Mengupayakan pembiayaan dalam melaksanakan program Pembaharuan
agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumberdaya agraria yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara