Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Prosedur Pengurusan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Simalungun

9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya tanah di Indonesia yang belum bersertifikat tentunya
disebabkan

oleh

berbagai

faktor

yang menyebabkan

masyarakat

tidak


mendaftarkan hak milik atas tanahnya. Adanya anggapan yang menyatakan bahwa
untuk mendapatkan sertifikat memerlukan waktu yang lama serta prosedur yang
berbelit-belit juga biaya yang mahal merupakan faktor yang tidak dapat di
pungkiri. Selain itu juga ada masyarakat yang masih memiliki kesadaran hukum
rendah dapat pula mempengaruhi masyarakat tidak mendaftarkan tanahnya.
Hakekatnya manusia memiliki kebutuhan primer yang terdiri dari sandang,
pangan, dan papan. Tanah merupakan salah satu komponen yang penting dalam
kehidupan masyarakat tersebut yaitu masuk dalam golongan papan atau tempat
tinggal manusia itu sendiri. Selain itu tanah juga menjadi faktor pendukung utama
dalam kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di manapun tidak lain Negara
Indonesia. 1 Tanah tidak hanya difungsikan sebagai kebutuhan tempat tinggal saja,
melainkan tanah juga digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai
tempat untuk mata pencaharian seseorang karena Indonesia merupakan negara
agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Selain
hal tersebut, tanah juga berfungsi sebagai tumbuh kembang sosial masyarakat,
politik, dan berkembangnya suatu budaya dalam suatu komunitas masyarakat
1

Soejono dan Abdurrahman, Prosedur Pendaftaran Tanah Tentang Hak Milik Sewa Guna
dan Hak Guna Bangunan,Rineka Cipta, Jakarta,1998, hal 1.


Universitas Sumatera Utara

10

untuk mencapai kesejahteraan bangsa, sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat (3)
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
disebut UUD 1945) yang menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Di Indonesia tanah sering kali menjadi objek sengketa dan perselisihan
masyarakat. Salah satu contoh kegiatan masyarakat yang menyebabkan konflik
berkaitan dengan tanah yaitu jual beli tanah ataupun tanah yang dijadikan sebagai
jaminan di lembaga keuangan berupa bank. Hingga pada akhirnya ahli waris
menjadi terlibat dalam permasalahan yang terjadi. Sehingga banyak pihak akan
saling membuktikan hak-hak terhadap tanah tersebut. Dengan demikian maka
perlu adanya kepastian hak atas kepemilikan suatu tanah. Dasar hukum hak atas
tanah diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA) Pasal 4 ayat (1), berbunyi:
”Atas dasar hak menguasai dari negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam

Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut
tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.
Hadirnya UUPA merupakan dasar dalam memberikan jaminan hukum
mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mendapatkan
jaminan kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah, maka masyarakat perlu
untuk mendaftarkan tanah tersebut dan memperoleh sertifikat hak atas tanah.
Salah satu fungsi sertifikat hak atas tanah adalah sebagai alat pembuktian yang

Universitas Sumatera Utara

11

kuat atas kepemilikan hak atas tanah. Dalam UUPA diatur bahwa hak-hak atas
tanah yang dapat didaftarkan yaitu berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, serta Hak Sewa untuk bangunan yang tidak wajib
untuk didaftarkan. 2
Sebagai wujud amanat dari pelaksanaan ketentuan Pasal 19 UUPA maka
dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 atas perubahan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan

dalam peraturan pemerintah tentang pendaftaran tanah tersebut mengatur tentang
objek pendaftaran tanah yaitu berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai, tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun, hak tanggungan, dan tanah negara. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 atas perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
tentang Pendaftaran Tanah tersebut mempunyai kedudukan yang sangat strategis
dan menentukan, bukan hanya sekedar sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 19
UUPA, akan tetapi juga menjadi tulang punggung yang mendukung berjalanya
administrasi pertanahan sebagai salah satu program Catur Tertib Pertanahan dan
Hukum Pertanahan Indonesia. 3
Catur tata tertib pertanahan sendiri terdiri dari tertib hukum pertanahan,
tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan pertanahan, dan Tertib
Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup. Pendaftaran tanah untuk pertama
kali dilaksanakan melalui pendaftaran sistematik dan pendafatran tanah secara

2

Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
3

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2010, hal.
5.

Universitas Sumatera Utara

12

sporadic. Pendaftaran tanah secara sistematik dilaksanakan atas ide Badan
Pertanahan Nasional Repubik Indonesia yang didasarkan atas suatu rencana kerja
jangka panjang dan rencana tahunan yang berkesinambungan. Pelaksanaanya
pendaftaran tanah secara sistematik dilakukan di wilayah-wilayah yang ditunjuk
oleh Menteri. Sedangkan pendaftaran tanh secara sporadic dilaksanakan atas
permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek
pendaftaran tanah yang bersangkutan. 4
Kegiatan pendaftaran tanah menghasilkan dua macam data yaitu data fisik
dan data yuridis. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas, dan luas
bidang tanah satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai
adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya. Sedangkan data yuridis adalah
keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan ruang rumah susun
yang didaftar, pemegang haknya dan pihak lain serta beban-beban lain yang

membebaninya. 5 Dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum terhadap
hak atas tanah dan sebagai tindak lanjut serta pelaksanaan dari amant Pasal 19
ayat (1) UUPA menyebutkan“Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.”Maka pemerintah
mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang
Proyek Operasi Nasional Agraria. Penyelenggaraan Program Pembaharuan
Agraria Nasional (selanjutnya disebut PPAN), yaitu berupa pensertifikatan tanah
secara massal dan penyelesaian sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis.
4

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia “Sejarah Pembentukan Undang -undang
pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya”,Djambatan, Jakarta, 2008, hal 487

Universitas Sumatera Utara

13

Program pendaftaran tanah melalui PPAN ini ditujukan bagi segenap lapisan
masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah. Program Pembaharuan

Agraria Nasional merupakan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan
secara sistematik, dimana pendaftaran untuk kepastian hak atas bidang tanah
dilakukan secara masal dan merupakan salah satu contoh pendaftaran tanah yang
mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah,
pemerintah tidak mampu membebaskan seluruh biaya pendaftaran tanah yang
menjadi kewajiban pemohon pendaftaran tanah, disebabkan karena keterbatasan
dana yang dimiliki oleh pemerintah.
Penyelenggaraan

Program

Pembaharuan

Agraria

Nasional

ini

dilaksanakan di semua Kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan ditetapkan secara

berkelompok. Tanggung jawab Program Pembaharuan Agraria Nasional
diserahkan oleh pimpinan daerah masing-masing yang akan nantinya akan
dipertanggung jawabkan kepada Direktur Jenderal Agraria. Pada dasarnya
kegiatan dalam Program Pembaharuan Agraria Nasional terdiri dari pendaftaran
hak atas tanah dan penyelesaian sengketa yang bersifat strategis.
Pembaharuan agraria nasional merupakan penyelesaian yang muncul
terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan ketahanan pangan,
dan pengembangan wilayah pedesaan di berbagai belahan dunia. 6 Banyak negara,
baik yang mempunyai ideologi kanan seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan,
Filipina dan Brazil, maupun yang mempunyai ideologi kiri seperti: Cina dan

5

Urip Santoso, Op.Cit, hal. 24
Ali Rintop Siregar, “Analisis Dampak Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)
Terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten
Asahan”, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2012
6

Universitas Sumatera Utara


14

Vietnam melaksanakan Pembaharuan agraria nasional, dengan hasil yang
beragam. Tercatat beberapa negara melaksanakan Pembaharuan agraria nasional
lebih dari satu kali seperti Rusia, Jepang, Mexico dan Venezuela. 7
Salah satu kabupaten yang tengah melaksanakan kegiatan Program
Pembaharuan Agraria Nasional ini adalah Kabupaten Simalungun yang dalam
proses dan tanggungjwabnya dilimpahkan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten
Simalungun. Kabupaten Simalungun yang secara Adminstratif Pemerintahan
terdiri dari 31 Kecamatan dengan 345 Desa, 22 Kelurahan dengan perincian
sebagai berikut: 4.386,60 km2 (6,12%) dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Dengan banyaknya jumlah bidang tanah yang belum tersertifikat tersebut
dari beberapa program pemerintah Kabupaten Simalungun yang dicanangkan
sebagai wujud kepastian hak atas kepemilikan tanah tersebut salah satunya yaitu
PPAN. Untuk itu melalui penyelenggara PPAN Kabupaten Simalungun melalui
Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun sangatlah berperan penting dalam
pelaksanaan program tersebut dan berkewajiban untuk menjalankan tugasnya
dalam pensertifikatan tanah serta mengidentifikasi terhadap sengketa tanah yang
bersifat strategis bagi masyarakat Kabupaten Simalungun, terutama bagi golongan

ekonomi lemah
Dengan adanya penyelenggaraan Program Pembaharuan Agraria Nasional
di Kabupaten Simalungun yang memiliki tujuan untuk memberikan kepastian
hukum terhadap tanah-tanah serta menyelesaikan sengketa-sengketa tanah yang
bersifat strategis kepada masyarakat Simalungun dengan mengkhususkan

7

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

15

golongan ekonomi lemah, seperti yang telah dikemukakan di atas. Oleh karena
itu, penyusun tertarik untuk mengetahui dan mendalami lebih jauh tentang PPAN
di Kabupaten Simalungun.
Sesuai penegasan Kepala BPN RI: Program Pembaharuan Agraria
Nasional (PPAN) bukanlah sekedar proyek bagi-bagi tanah, melainkan suatu
program


terpadu

untuk

mewujudkan

keadilan

sosial

dan

peningkatan

kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah sebagai basis untuk
revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan. 8
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilki keinginan
untuk membuat penulisan hukum yang berjudul: “tinjauan hukum administrasi
negara terhadap Prosedur Pengurusan Program Pembaharuan Agraria Nasional di
Kabupaten Simalungun”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan hukum Program Pembaharuan Agraria Nasional
(PPAN)?
2. Bagaimana pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) di
Kabupaten Simalungun?
3. Apa kendala pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di
Kabupaten Simalungun?
8

Ali Rintop Siregar, Analisis Dampak Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)
Terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten
Asahan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, 2012, hal 3.

Universitas Sumatera Utara

16

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum Program Pembaharuan Agraria
Nasional (PPAN).
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional
(PPAN) di Kabupaten Simalungun.
3. Untuk mengetahui kendala pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria
Nasional di Kabupaten Simalungun.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan dalam
memperbanyak referensi ilmu di bidang hukum agraria.
2. Manfaat praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang, dalam
pelaksanakan pendaftaran sertifikat tanah maupun penyelesaian sengketa
dalam penyelenggaraan Program Pembaharuan Agraria Nasional di
Kabupaten Simalungun.

D. Keaslian Penulisan
Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran
penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang

Universitas Sumatera Utara

17

berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan
di Kabupaten Simalungun. Dalam kesempatan ini penulis akan membahas tentang
”Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Prosedur Pengurusan Program
Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Simalungun, belum pernah
dilakukan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

E. Tinjauan Pustaka
1.

Pendaftaran tanah
Pendaftaran tanah adalah rangkaiankegiatan yang dilakukan oleh

Pemerintah secara terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidangbidang tanah yang sudah ada hak tertentu yang membebaninya.
Menurut AP Parlindungan, Pendaftaran berasal dari kata Cadaster (bahasa
Belanda Kadaster) yaitu istilah untuk record (rekaman), menunjukkan tentang
uas, nilai dan kepemilikan atau lain-lain alas hak terhadap suatu bidang tanah.
Selain itu, pendaftaran berasal dari bahasa latin “Capilastrum” yang berarti suatu
register atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi. 9 Dalam artian yang
tegas Cadaster adalah rekord (rekaman daripada lahan-lahan, nilai daripada tanah
dan pemegang haknya dan untuk kepentingan hukum lainnya. UUPA memberi

9

AP Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2002, hal

11.

Universitas Sumatera Utara

18

pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (2) yaitu rangkaian
kegiatan yang meliputi :
a. Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah.
b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.
c. Pembuktian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktiaan yang kuat.
Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah akan
menghasilkan pula peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Di dalam peta
pendaftaran tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan tentang letak, luas,
dan batas-batas tanah yang bersangkutan, sedangkan kegiatan yang berupa
pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut akan diperoleh keteranganketerangan tentang status tanahnya, beban-beban apa yang ada diatasnya, dan
subjek dari haknya. Kegiatan terakhir dari pendaftaran tanah adalah pemberian
surat bukti atas tanah yang lazim disebut dengan sertipikat.

2.

Program Pembaharuan Agraria Nasional
Sesuai penegasan Kepala BPN RI: Program Pembaharuan Agraria

Nasional (PPAN) bukanlah sekedar proyek bagi-bagi tanah, melainkan suatu
program

terpadu

untuk

mewujudkan

keadilan

sosial

dan

peningkatan

kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah sebagai basis untuk
revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan.
Program Pembaharuan Agraria Nasional atau Pembaharuan Agraria
Nasional adalah implementasi dari mandat Ketetapan MPR RI Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria. Pembaharuan agraria nasional atau

Universitas Sumatera Utara

19

secara legal formal yang disebut juga sebagai Pembaharuan Agraria adalah proses
restrukturisasi

(penataan

ulang

susunan)

kepemilikan,

penguasaan

dan

penggunaan sumber-sumber agrarian (khususnya tanah). Dalam Pasal 2 TAP
MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan bahwa “Program Pembaharuan Agraria
mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan
kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya
agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan
hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”

F. Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan
juga penelitian empiris yang dilaksanakan di Kabupaten Simalungun :
1. Sifat penelitian
Sifat penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah
bersifat deskripstif, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. 10
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, di mana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur
penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
dipandang dari sisi normatifnya. 11
Untuk menunjang diperolehnya data yang aktual dan akurat, penelitian
yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan

10

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105-106.

Universitas Sumatera Utara

20

fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun
sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis, dengan tujuan menjawab permasalahan
yang menjadi objek penelitian. 12
2. Sumber data
Data dapat dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan sumber data yang
diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun
laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, bukubuku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk
laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan. 13
Di dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa:
a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Yaitu
peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh pemerintah antara lain
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undangundang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria, Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Keputusan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4
Tahun 1995 Tentang Perubahan Besarnya Pungutan Biaya Dalam Rangka
Pemberian Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Berasal Dari Pemberian Hak
Atas Tanah Negara, Penegasan Hak Tanah Adat dan Konversi Bekas Hak

11

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Surabaya, 2005, hal. 46
12
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001, hal. 116-117.

Universitas Sumatera Utara

21

Tanah Keputusan Kepala BPN RI Nomor 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan.
b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu buku-buku dan jurnal,
pendapat para ahli, karya ilmiah.
c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder
yaitu yang berasal dari kamus, majalah, surat kabar, dan bahan lainnya
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
3.

Teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan skripsi ini
digunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Teknik
pengumpulan data dengan cara ini yaitu mengumpulkan data-data sekunder yang
diperoleh dari bahan pustaka, yang terdiri dari Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”, buku-buku, literatur, makalah, dan lain
sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Simalungun.
4. Analisis data.
Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan teknik analisis data
kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang

13

Ibid, hal. 106.

Universitas Sumatera Utara

22

hidup dan berkembang dalam masyarakat dengan melihat sinkronisasi suatu
aturan dengan aturan lainnya secara bertingkat (hierarki). Teknik analisis data
kualitatif ini tidak membutuhkan populasi dan sampel melainkan dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang
berhubungan dengan penulisan skripsi.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan
membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci adapun
bagiannya, yaitu
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka dan metode
penelitian serta sistematika penulisan

BAB II

PENGATURAN

HUKUM

PROGRAM

PEMBAHARUAN

AGRARIA NASIONAL
Bab ini berisikan latar belakang lahirnya program pembaharuan
agraria nasional tujuan, dan manfaat program pembaharuan agraria
nasional dasar, hukum pelaksanaan program pembaharuan agraria
nasional.

Universitas Sumatera Utara

23

BAB III

PELAKSANAAN

PROGRAM

PEMBAHARUAN

AGRARIA

NASIONAL (PPAN) DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Bab ini berisikan gambaran umum Kabupaten Simalungun, objek dan
subjek program Pembaharuan agraria nasional serta mekanisme
program pembaharuan agraria nasional di Kabupaten Simalungun
BAB IV

KENDALA

PELAKSANAAN

PROGRAM

PROGRAM

PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL DI KABUPATEN
SIMALUNGUN
Bab ini berisikan kendala dalam pelaksanaan program pembaharuan
agraria nasional di Kabupaten Simalungun dan solusi dalam
mengatasi kendala pelaksanaan program pembaharuan agraria
nasional di Kabupaten Simalungun
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini,
penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu
penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya

Universitas Sumatera Utara