Strategi Pengembangan Bisnis Kolam Pancing Anom Asri di Tanjung Anom

6

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Strategi
2.1.1. Defenisi Strategi
Menurut Kenneth Andrew (1971) dalam Anoraga (2009:339), strategi
adalah pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan, serta rencana- rencana
penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti
menetapkan bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis
atau akan menjadi jenis apa perusahaan tersebut, Kenneth juga mengemukakan
Strategi merupakan suatu proses pengevaluasian kekuatan dan kelemahan
perusahaan dibandingkan dengan peluang dan ancaman yang ada dalam
lingkungan yang dihadapi dan memutuskan strategi pasar produk yang
menyesuaikan kemampuan perusahaan denga peluang lingkungan.
Strategi merupakan serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi
dan terkoordinasi yang dirancang untuk mengekploitasi kompetensi inti dan
mendapatkan keunggulan kompetitif (Jatmiko, 2004:134)
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan strategi merupakan
kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen untuk penetapan
sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta

alokasi sumber daya yang diperlukan dalam mendapatkan keunggulan kompetitif
perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

7

2.1.2. Tipe-Tipe Strategi
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi
yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis. (Rangkuti,
2014:6).
1. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro.
Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai
keuangan, dan sebagainya.
2. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,
misalnya apakah perusahaan ingin melakukan stretegi pertumbuhan yang

agresif dengan berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan,
strategi pengembangan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi
dan sebagainya.
3. Strategi Bisnis
Strategi bisnis sering disibut strategi bisnis secara fungsional
karena

strategi

ini

manajemen,misalnya

berorientasi
strategi

pada

pemasaran,


fungsi-fungsi
strategi

kegiatan

produksi

atau

operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi
yang berhubungan dengan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

8

2.1.3. Jenis-Jenis Strategi
1. Strategi-Strategi Integrasi
a. Integrasi ke Depan
Integrasi ke depan (forward integration) berkaitan dengan usaha untuk

memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau
peritel. Satu cara yang efektif untuk menerapkan integrasi ke depan adalah
pewaralabaan (franchising). Bisnis memanfaatkan pewaralabaan untuk
mendistribusikan produk atau jasa mereka. Bisnis dapat melakukan ekspansi
secara cepat melalui pewaralabaan karena biaya dan peluang yang muncul
disebar di kalangan banyak individu.
b. Integrasi ke Belakang
Integrasi ke belakang (backward integration) adalah sebuah strategi
yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas
pemasok perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat ketika pemasok
perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau
tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
c. Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal (horizontal integration) mengacu pada strategi
yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing
perusahaan. Integrasi horizontal menjadi sebuah strategi yang sangat efektif
ketika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik di suatu
wilayah tertentu tanpa bertentangan dengan aturan pemerintah, ketika
organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang berkembang, ketika
meningkatnya skala ekonomi, ketika organisasi memiliki modal maupun


Universitas Sumatera Utara

9

sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan ketika pesaing melemah karena
kurangnya keterampilan manajerial.
2. Strategi-Strategi Intensif
a. Penetrasi Pasar
Penetrasi

pasar

(market

penetration)

adalah

strategi


yang

mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di
pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi
pasar meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan
pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk promosi penjualan
secara ekstensif, atau pelipatgandaan upaya-upaya pemasaran.
b. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar (market development) meliputi pengenalan
produksi atau jasa yang ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang
baru. Strategi ini sangat efektif ketika saluran-saluran distribusi baru yang
tersedia dapat diandalkan, tidak mahal dan berkualitas baik, ketika
organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya, ketika pasar
baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh muncul, ketika organisasi
mempunyai modal dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
mengelola perluasan operasi.
c. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) adalah sebuah strategi
yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau

memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Pengembangan produk

Universitas Sumatera Utara

10

biasanya membutuhkan pengeluaran yang besar untuk penelitian dan
pengembangan.
3. Strategi Diversifikasi
a. Diversifikasi Terkait
Bisnis dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki kesesuaian
strategis lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif. Strategi diversifikasi
terkait berupaya mentransfer keahlian yang bernilai secara kompetitif, tips
dan trik teknologis, atau kapabilitas lain dari satu bisnis ke bisnis yang lain;
memadukan aktivitas-aktivitas terkait dari bisnis yang terpisah ke dalam
satu

operasi

tunggal


untuk

mencapai

biaya

yang lebih rendah,

memanfaatkan nama merek yang sudah dikenal luas, kerja sama lintas bisnis
untuk menciptakan kekuatan dan kapabilitas sumber daya yang bernilai
secara kompetitif.
b. Diversifikasi Tak Terkait
Strategi diversifikasi tak terkait lebih memilih portofolio bisnis yang
sanggup memberikan kinerja keuangan yang sangat baik di industrinya
sendiri, alih-alih berupaya memanfaatkan kesesuaian strategis rantai nilai di
antara bisnis. Diversifikasi tak terkait melibatkan usaha untuk mencari dan
mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang asetnya bernilai rendah,

atau


secara finansial sedang tertekan, atau yang memiliki prospek pertumbuhan
tinggi namun kekurangan modal investasi.

Universitas Sumatera Utara

11

4. Strategi Defensif
a. Penciutan
Penciutan

(retrenchment)

terjadi

manakala

sebuah


organisasi

melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan aset untuk
membalik penjualan dan laba yang menurun. Penciutan dirancang untuk
memperkuat kompetensi khusus dasar suatu organisasi. Penciutan bisa
melibatkan penjualan lahan dan bagunan untuk mendapatkan kas yang
dibutuhkan, memangkas

lini

produk, menutup

bisnis

yang tidak

menguntungkan, menutup pabrik yang usang, mengotomatisasi proses,
mengurangi jumlah karyawan, dan membangun sistem pengendalian beban.
b. Divestasi
Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut dengan

divestasi (divestitur). Divestasi sering dipakai untuk mendapatkan modal
guna akuisisi atau investasi strategis lebih jauh. Divestasi dapat menjadi
bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membebaskan organisasi
dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak
modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktivitas-aktivitas perusahaan
yang lain.
c. Likuidasi
Menjual seluruh aset perusahan, secara terpisah-pisah, untuk kekayaan
berwujud disebut likuidasi (liquidation). Likuidasi merupakan pengakuan
kekalahan dan konsekuensinya bisa menjadi sebuah strategi yang sulit
secara emosional. Namun demikian lebih baik menghentikan operasi

Universitas Sumatera Utara

12

daripada terus menerus menderita kerugian uang dalam jumlah yang besar.
Fred R.David (2012:252)
2.1.4. Strategi Bisnis
Menurut Jatmiko (2004:135), strategi bisnis adalah serangkaian komitmen
dan implementasi yang menyatu secara utuh dan terkoordinasi untuk memberikan
nilai yang lebih bagi pelanggan dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan
dengan tujuan mengekploitasi kompetensi yang dimiliki dalam menghasilkan
barang dan jasa.
Strategi bisnis adalah strategi yang menekankan pada peningkatan posisi
kompetitif dari produk atau jasa perusahaan dalam industri yang spesifik atau
segmen pasar yang dilayani oleh unit bisnis tersebut (Wheelen dan Hunger,
2011:13).
Strategi bisnis (business Strategy) merupakan strategi yang dibuat pada
level unit bisnis dan strateginya lebih ditekankan untuk meningkatkan posisi
bersaing produk atau jasa perusahaan di dalam suatu industri atau segmen pasar
tertentu (Solihin 2012:196). Strategi bisnis sering juga disebut strategi bisnis
secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan
manajemen, seperti strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi
distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan
keuangan.
Pengembangan perencanaan pada level bisnis mencakup, sebagai berikut:
a. Tujuan jangka panjang dari unit bisnis.
b. Pembuatan strategi dan struktur pengendalian pada bisnis

Universitas Sumatera Utara

13

Strategi pada tingkat bisnis bertujuan untuk mengembangkan suatu bisnis
yang akan memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif atas
pesaingnya dalam suatu pasar atau industri. Porter dalam Solihin (2012:196)
menyebutkan ada tiga strategi pada unit bisnis, yaitu:
1. Kepemimpinan biaya (Cost Leadership)
Strategi ini dipilih oleh perusahaan yang memiliki cakupan persaingan
(competitive scope) yang luas. Dalam strategi ini perusahaan berusaha mencapai
biaya paling rendah dibanding perusahaan lain yang berada dalam satu industri.
Keunggulan biaya perusahaan dapat berasal dari penerapan teknologi produksi
yang tepat, memiliki akses terhadap bahan baku yang lebih menguntungkan
dibanding pesaing, dan sebagainya. Manfaat yang diperoleh dari penerapan
strategi ini adalah menghambat masuknya pesaing potensial yang ingin memasuki
industri yang sama.
2. Diferensiasi (Differentiation)
Perusahaan yang memilih strategi ini harus berusaha untuk memiliki
keunikan pada dimensi tertentu dari produk yang mereka hasilkan, dimana
keunikan tersebut dianggap bernilai bagi jonsumen. Diferensiasi yang dilakukan
oleh perusahaan dapat berasal dari produk itu sendiri, sistem pengataran pesanan,
pendekatan ke sasaran, dan sebagainya.
3. Fokus (Focus)
Perusahaan akan memilih satu atau beberapa kelompok segmen dalam suatu
industri kemudian mereka akan mengembangkan strategi yang sesuai untuk
segmen tersebut yang tidak bisa dilayani dengan baik oleh pesaing lain yang
memiliki cakupan pasar lebih luas. Strategi fokus terbagi dua jenis yaitu fokus

Universitas Sumatera Utara

14

pada biaya (cost focus) dan fokus pada diferensiasi (differentiation focus).
Perusahaan yang berfokus pada biaya akan berusaha untuk meraih pelanggan
yang memiliki kebutuhan akan produk dengan biaya lebih rendah dalam suatu
industri yang tidak dapat dilayani dengan baik oleh perusahaan lain yang memiliki
cakupan pasar lebih luas. Sedangkan perusahaan yang berfokus pada diferensiasi
akan berusaha meraih pelanggan yang tidak terlayani dengan baik oleh
perusahaan lain dengan cara menawarkan produk atau layanan yang berbeda
dengan pesaing.
2.2. Analisis SWOT sebagai Alat Formulasi Strategis
Menurut Rangkuti (2014:19), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi tujuan srategi dan kebijakan
perusahaan. Dengan demikian, perencana strategis (Strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman ) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis
situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Universitas Sumatera Utara

15

2.2.1. Analisisis Lingkungan Internal
Terdapat beberapa faktor-faktor yang menjadi kunci lingkungan internal di
bidang fungsional perusahaan, antara lain:
1. Aspek Pemasaran
Pemasaran

dapat

diidentifikasikan

sebagai

proses

penentuan

pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dan kebutuhan
pelanggan atas produk atau jasa.
2. Aspek Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaik
kekuatan atau posisi persaingan perusahaan dan menjadi daya tarik utama bagi
para investor.
3. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan
Fungsi produksi/operasi suatu perusahaan terdiri dari semua aktivitas yang
merubah masukan (input) menjadi barang atau jasa . Manajemen produksi/
operasi memperlakukan masukan (input), mentransformasi, dan keluaran (output)
sangat beragam diantara industri-industri dan pasar. Operasi perusahaan
manufaktur merubah masukan seperti bahan mentah, tenaga kerja, modal, mesin,
dan fasilitas lainnya menjadi barang jadi dan jasa.
4. Aspek Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia dalam perusahaan merupakan faktor lingkungan
internal yang menjalankan aktivitas- aktivitas perusahaan. Perusahaan dapat
bekerja dengan baik jika sumber daya manusia memiliki daya saing, kapabilitas,
dan manajemen yang baik.

Universitas Sumatera Utara

16

5. Aspek Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan
mekanisme formal dan informal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan
sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang
relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri. Fokus dari sistem
informasi ditentukan oleh karakteristik misi organisasi karena itu setiap sistem
informasi sebaiknya mempunyai karakteristik tersendiri yang unik. (Jatmiko,
2004:68).
2.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis Lingkungan Eksternal adalah mengidentifikasi aspek-aspek yang
terdapat pada lingkungan untuk mendapatkan deskripsi tentang peluang dan
ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut Jatmiko (2003: 38) analisis
lingkungan eksternal makro dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
1. Lingkungan eksternal makro
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan
dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya.
b. Lingkungan Ekonomi
Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu
perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif
dipengaruhi oleh tren sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan
strategiknya setiap organisasi-perusahaan harus mempertimbangkan arah tren atau
pasar.

Universitas Sumatera Utara

17

c. Lingkungan Politik dan Hukum
Arah, stabilitas politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi
para manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. Lingkungan politik
dan hukum mencakup faktor-faktor yang dikendalikan oleh pemerintah. Unsur
dalam parameter utamanya adalah ideologi politik pemerintahan, stabilitas
pemerintahan, jumlah dan kekuatan partai politik, program kerja partai politik,
sikap pemerintah terhadap dunia industri, kelompok-kelompok , hukum dan
peraturan perundangan-undangan, dan semua peraturan yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh perusahaan.
d. Lingkungan Sosial-Budaya
Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja
perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan serta gaya hidup
manusia sebagai akibat perkembangan dan perubahan kondisi kebudayaan,
bahasa, ekologi, demografi, keberagaman, pendidikan, suku bangsa, dan ras serta
mobilitas penduduk, lembaga-lembaga sosial, simbol status dan keyakinan agama.
e. Lingkungan Teknologi
Teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai
produk dan pasar baru, tetapi terkadang juga menjadi alasan utama menurunnya
berbagai produk dan pasar. Teknologi dapat mempunyai pengaruh penting pada
kinerja industri.
f. Lingkungan Demografi
Evolusi atau perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci
lingkungan bagi perusahaan. Penduduk secara langsung berdampak pada pasar

Universitas Sumatera Utara

18

konsumen dan mepengaruhi kekuatan-kekuatan ekonomi lainnya (Jatmiko,
2004:38).
2. Lingkungan Eksternal Mikro
a. Ancaman Pendatang Baru (Threat of Entry)
Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah
kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga
sumber daya baru.
b. Kekuatan Pemasok (Powerful of Suppliers)
Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan.
Organisasi di dalam satu industri bersaing antar satu dengan lainnya untuk
mendapatkan input seperti tenaga kerja, bahan baku, dan modal.
c. Kekuatan Pembeli/ Pelanggan (Power of Buyers)
Pembeli atau pelanggan disini terdiri dari pelanggan individual dan
pelanggan organisasi. Dalam industri tertentu mungkin terdapat beberapa
perantara pelanggan antar industri atau perusahaan yang menjual secara langsung
kepada konsumen akhir.
d. Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan/pembeli dan
akan mengurangi keuntungan perusahaan.
e. Analisis Pesaing
Analisis pesaing memungkinkan suatu organisasi menilai apakah organisasi
tersebut dapat bersaing dengan sukses di dalam suatu pasar yang memberikan
peluang-peluang keuntungan.

Universitas Sumatera Utara

19

2.3. Pengembangan Bisnis
2.3.1. Defenisi Bisnis
Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan Griffin dan Ebert, (1996) dalam
Amirullah dan Hardjanto (2005: 2). Sedangkan Skinner, (1992) dalam Anoraga
(2009:3), bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling
menguntungkan atau memberikan manfaat, menurut arti dasarnya, bisnis memiliki
makna sebagai the buying and selling of goods and services.
Brown dan Petrello (1976) dalam Marwoto dan Herlambang (2014: 2)
bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat sambil memperoleh laba, dan menurut Musselman dan Jackson
(1982) dalam Marwoto dan Herlambang (2014: 2) bisnis adalah jumlah seluruh
kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
perniagaan

dan

industri

yang

menyediakan

barang

dan

jasa

untuk

mempertahankan dan memperbaiki standar kualitas.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bisnis adalah segala
aktifitas yang dilakukan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
2.3.2. Defenisi Pengembangan Bisnis
Menurut Solihin (2006: 26) pengembangan bisnis (business development)
yang seorang wirausaha pada umumnya akan melakukan kegiatan usaha melalui
tahap-tahap pengembangan bisnis sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

20

1. Memiliki ide bisnis
Usaha apapun yang akan dikembangkan oleh seorang wirausahawan, pada
mulanya berasal dari ide bisnis. Ide usaha yang dimiliki seorang wirausahawan
dapat berasal dari berbagai sumber. Ide tersebut dapat muncul setelah melihat
keberhasilan orang lain atau karena adanya sense of business yang kuat dari
wirausahawan.
2. Penyaringan ide/konsep usaha
Ide usaha masih merupakan gambaran yang kasar mengenai bisnis yang
akan dikembangkan oleh seorang wirausahawan. Pada tahap selanjutnya,
wirausahawan akan menterjemahkan ide tersebut dalam konsep usaha yang lebih
spesifik. Dengan memperjelas ide usaha menjadi konsep usaha, maka hal tersebut
akan semangkin memudahkan wirausahawan dalam melakukan seleksi ide-ide
usaha karena ide usaha tersebut akan semakin jelas wujud bisnisnya.
3. Pengembangan rencana usaha
Wirausahawan adalah orang yang melakukan penggunaan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian, komponen utama yang harus
dikembangkan oleh seorang wirausahawan adalah perhitungan laba rugi dari
bisnis tersebut. Selain itu, yang juga harus diperhatikan adalah kecenderungan
pasar saat ini maupun yang akan datang. Rencana usaha tersebut akan menjadi
panduan bagi pelaksanaan usaha.
4. Implementasi rencana usaha pada pengendalian usaha
Rencana usaha yang telah dibuat kemudian diimplementasikan dalam
pelaksanaan usaha. Dalam kegiatan implementasi rencana usaha, seorang
wirausahawan akan mengerahkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan seperti

Universitas Sumatera Utara

21

modal, material dan tenaga kerja untuk menjalani kegiatan usaha. Setelah itu
dilakukan proses evaluasi dengan membandingkan hasil pelaksanaan usaha
dengan target usaha yang telah dibuat dalam perencanaan usaha. Melalui
pelaksanaan kegiatan usaha, seorang pengusaha juga akan memperoleh umpan
balik yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan
kegiatan usaha, penetapan tujuan dan strategi baru atau melakukan tindakan
koreksi.
Menurut Anoraga (2007: 66) Pengembangan usaha pada dasarnya adalah
tanggung jawab dari setiap pengusaha/wirausaha. Dalam pengembangan usaha
termasuk bagi industri rumah tangga saat ini sangat membutuhkan pandangan
kedepan (akan dijadikan seperti apa usaha tersebut), motivasi dan tentu saja
kreativitas. Jika ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka besarlah harapan
untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah atau
bahkan menjadi sebuah usaha besar.

2.3.3. Cara Pengembangan Bisnis
Menurut Humaizar (2010) dalam Ade Soraya (2015:25), disebutkan bahwa
ada tiga cara pengembangan bisnis yaitu:
1. Perluasan ke hulu atau ke hilir pengembangan usaha disesuaikan dengan
posisi usaha anda saat ini, jika usaha tersebut berada di hilir, maka
pengembangannya kearah hulu. Kelebihan: pengembangan pada posisi ini
lebih mudah, karena telah mengetahui pasar, sumber material, dan
teknologi, kekurangan jika terjadi permintaan produk pada bisnis ini
melemah, maka tingkat penjualan akan menurun.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Diversifikasi Usaha
Diversifikasi usaha adalah mengembangkan usaha keberbagai jenis usaha.
Kelebihan: jika salah satu jenis usaha mengalami penurunan permintaan
pasar (rugi), maka usaha yang lain masih dapat menutupi kerugiannya.
Kekurangan: pengembangan cara ini cukup sulit dilakukan karena harus
mempelajari dari awal baik pasar, sumber material, ataupun teknologinya
dan sebagainya.
3. Menjual bisnis (Franchise)
Arti dari menjual bisnis disini adalah menjual hak patennya. Ini dilakukan
ketika usaha tersebut sudah memiliki hak paten atas produk atau jasa dan
konsep pemasarannya.
2.3.4. Tahapan Pengembangan Bisnis
Tahap 1 : Identifikasi Peluang Usaha
Peluang usaha perlu diidentifikasi dan dirinci. Untuk itu diperlukan data dan
informasi. Informasi itu biasanya diperoleh dari berbagai sumber, seperti:
a. Rencana perusahaan
b. Saran dan usul manajemen usaha kecil
c. Program pemerintah (misalnya sistem subkontrak)
d. Hasil berbagai riset peluang usaha
e. Kadin atau asosiasi usaha sejenis
f. Temuan konsultan usaha kecil, dll.

Universitas Sumatera Utara

23

Tahap 2 : Merumuskan Alternatif Usaha
Setelah informasi terkumpul dan dianalisis, maka pimpinan perusahaan atau
manajer usaha dapat merumuskan apa saja yang mungkin dapat dibuka.
Tahap 3: Seleksi Alternatif
Alternatif yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapa
alternatif yang terbaik (prospektif). Untuk usaha yang prospektif dasar
pemilihannya antara lain dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Ketersedian pasar
b. Resiko kegagalan
c. Harga
Tahap 4 : Pelaksanaan Alternatif Terpilih
Setelah penentuan alternatif terpilih, maka tahap selanjutnya pelaksanaan
usaha yang terpilih tersebut
Tahap 5 : Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadap
usaha yang dijalankan, disamping itu juga diarahkan utuk dapat memberikan
masukan bagi perbaikan pelaksanaan usaha selanjutnya. (Anoraga, 2007:90).
2.4. Penelitian Terdahulu
Wahyuniarso Tri D S (2013) dengan judul “Strategi Pengembangan Industri
Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang”,
berdasarkan hasil penelitian dan analisis data deskriptif persentase, dapat
diterangkan bahwa kondisi SDM pada industri kecil keripik di dusun Karangbolo

Universitas Sumatera Utara

24

desa Lerep kabupaten Semarang dalam kondisi buruk. Kondisi teknologi dalam
kondisi sangat buruk. Kondisi permodalan dalam kondisi buruk. Kondisi
pemasaran dalam kondisi kurang baik dan berdasarkan analisis SWOT, strategi
yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun
Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan memperluas pasar
sehingga barang lebih terkenal dan peningkatan teknologi tepat guna.
Kemudian

Mutiara

Inestya

Sari

(2015)

dengan

judul

“Strategi

Pengembangan Bisnis Baby Buncis ( Phaseolus Vulgaris L) di Baby French
Farmer Group Kabupaten Bandung Barat”, hasil penelitian menunjukkan bahwa
alternatif strategi pengembangan bisnis yang dapat diterapkan dalam usaha Baby
French Farmer Group berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternalnya
dari hasil analisis dengan menggunakan matriks SWOT, maka didapatkan enam
alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh usaha Baby French Farmer Group,
yaitu: (1) Meningkatkan skala produksi tanaman Baby Buncis (SO) (2)
Memperluas ruang lingkup penjualan Baby Buncis (SO) (3) Membuat sistem
kontrak kerja yang baik dengan mitra bisnis (ST) (4) Meminta bantuan pada dinas
untuk menyelesaikan permasalahan keuangan dan ketenagakerjaan (ST) (5)
Meningkatkan kualitas tanaman Baby Buncis sesuai spesifikasi permintaan pasar
(ST), dan (6) Menetapkan rencana kerja yang baik untuk dapat mencapai target
penjualan (WT).
Selanjutnya Vivi Angelin Chatarine (2012) denga judul, “Strategi
Pengembangan Bisnis Buah Semangka Pada CV Salim Abadi, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung” berdasarkan hasil penelitian Strategi yang
dapat dilakukan perusahaan adalah tumbuh dan membangun (grow and build)

Universitas Sumatera Utara

25

yang dapat dilakukan dengan melakukan strategi intensif seperti penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk, serta dapat dilakukan dengan
strategi integratif seperti integrasi kedepan, integrasi kebelakang dan integrasi
horizontal, dan berdasarkan Matriks SWOT, dihasilkan tujuh buah strategi dimana
prioritas pelaksanaan strategi tersebut diurutkan dari prioritas strategi utama yang
dapat diutamakan untuk dijalankan lebih dahulu pada bisnis buah semangka CV
Salim Abadi dengan menggunakan perhitungan QSPM. Urutan prioritas strategi
yaitu 1) mengembangkan kinerja SDM untuk meningkatkan produksi dan sasaran
pasar yang lebih luas, 2) memberikan pelatihan dan pendidikan bagi karyawan, 3)
melakukan kerjasama dengan petani semangka lainnya, 4) membeli lahan sendiri,
5) memanfaatkan potensi daerah serta dukungan pemerintah dan teknologi yang
ada, 6) menetapkan kontrak perjanjian kepada pemasok dan pembeli dengan jelas,
dan 7) menetapkan visi dan misi perusahaan.
Asept Setiaji (2013) dengan judul, “Strategi Pengembangan Bisnis Produk
Kayu Lapis (Plywood) di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang”, Berdasarkan
hasil analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan berdasarkan analisa
matriks IE dan SWOT diperoleh tujuh alternatif strategi pengembangan bisnis CV
Hadir Jaya, yaitu: (a) Penjaminan kualitas kayu lapis; (b) Melakukan
pengembangan jenis produk kayu lapis; (c) Meningkatkan kegiatan promosi kayu
lapis; (d) Mengakses dana pinjaman lunak; (e) Penggunaan bahan baku alternatif
untuk produksi kayu lapis; dan (f) Meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
Yulie A.C. Hutagalung (2013) dengan judul,”Strategi Pengembangan Bisnis
Studi pada Rumah Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting No.326, Medan”.
Berdasarkan hasil analisis strategi pengembangan bisnis yang sesuai bagi Rumah

Universitas Sumatera Utara

26

Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting No. 326, Medan adalah strategi agresif
yakni strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Kendala terbesar pihak Rumah Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting No. 326,
Medan dalam mengembangkan usahanya adalah keterbatasan dari segi keuangan.
Akan tetapi, kendala tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan peluang yang
ada, yaitu melakukan pinjaman ke Bank.

Universitas Sumatera Utara