Gambaran Asupan Tiamin pada Siswa yang Mengalami Obesitas diSMP Santo Thomas 1 Medan Tahun 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Sartika (2011), satu
dari sepuluh anak di dunia mengalami kegemukan.Kegemukan adalah keadaan
dimana terjadi penumpukan terlalu banyak atau akumulasi lemak yang abnormal
yang dapat mempengaruhi kesehatan (WHO, 2014).Dahulu, kegemukan atau
obesitas merupakan masalah di negara maju, namun sekarang menjadi masalah
yang cukup serius pula di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Obesitas dapat diukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu berat
badan (BB) dalam satuan kilogram dibagi kuadrat tinggi badan (TB) dalam satuan
meter.Untuk penduduk kawasan Asia Pasifik, WHO mengkategorikan gemuk atau
overweight jika IMT ≥ 23 kg/m 2, sedangkan kegemukan atau obesitas jika IMT≥
25 kg/m2.
Berbeda dengan orang dewasa, menurut Center for Disease Control and
Prevention (CDC, 2000) pada anak dan remaja pada rentang usia 2-20 tahun, IMT
diinterpretasikan berdasarkan usia dan jenis kelamin, hal ini disebabkan karena
jumlah lemak tubuh berubah sesuai dengan usia dan jenis kelamin. IMT diatas
persentil ke 95 merupakan indikator obesitas.
Obesitas telah mewabah ke seluruh dunia dan prevalensinya bervariasi

antar negara.Beberapa penelitian melaporkan terjadinya peningkatan prevalensi
obesitas pada anak (Indra, 2006). Kelompok anak hingga remaja awal (sekitar 1014 tahun) merupakan kelompok usia yang berisiko mengalami masalah gizi baik
masalah gizi kurang maupun gizi lebih (Sartika, 2011).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes RI), prevalensi masalah kelebihan berat badan pada
anak umur 5-12 tahun secara nasional adalah 18,8 %, terdiri dari gemuk 10,8 %
dan sangat gemuk (obesitas) 8,0 %. Untuk provinsi Sumatera Utara sendiri,

Universitas Sumatera Utara

didapati prevalensi obesitas yang cukup tinggi pada anak umur 5-12 tahun yakni
21,2%, terdiri dari gemuk 12,1% dan obesitas 9,1%.
Maraknya makanan siap saji, gaya hidup sedentary (kurang aktivitas), dan
meningkatnya media komunikasi tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga
sampai di kota-kota kecil di seluruh daerah di Indonesia, mampu mempengaruhi
perubahan perilaku makan dan perilaku hidup sehat pada anak-anak sehingga
beberapa dari mereka menjadi gemuk sampai akhirnya menderita kegemukan
(obesitas). Keadaan ini menjadi semakin parah bila orang tua menganggap bahwa
anak dengan obesitas itu sehat dan lucu (Setiawati dan Elga, 2011).

Umumnya, individu yang menderita obesitas percaya bahwa mereka dalam
status “over-nutritious” atau gizi berlebih.Faktanya, pada saat mereka
mengkonsumsi energi berlebih, sejumlah penelitian telah menemukan bahwa anak
dan remaja obesitas mengalami defisiensi beberapa mikronutrien penting,
diantaranya asam askorbat, zat besi, serta tiamin (Densupsoontorn, Jirapinyo, dan
Kangwanpornsiri, 2013).
Tiamin, dikenal juga dengan B1 atau aneurin, sangat penting dalam
metabolisme karbohidrat. Fungsi metabolik tiamin antara lainpada reaksi oksidasi
piruvat - asetil KoA, reaksi oksidasi α-ketoglutarat dan reaksi transketolasi –
Heksosa Monofosfat (Rahayu, 2010). Semakin tinggi karbohidrat yang
dikonsumsi seseorang, maka semakin tinggi pula tiamin yang harus dikonsumsi.
Defisiensi tiamin mengakibatkan reaksi yang bergantung pada tiamin
difosfat akan dicegah atau sangat dibatasi, sehingga menimbulkan penumpukan
substrat untuk reaksi tersebut, misalnya piruvat, gula pento dan derivat αketoglutarat dari asam amino rantai bercabang leusin, isoleusin serta valin
(Rusdiana, 2004).
Pentingnya asupan tiamin yang adekuat khususnya bagi individu dengan
obesitas yang tinggi asupan karbohidratnya, serta penelitian yang terkait masih
relatif sedikit, mendorong peneliti untuk melihat gambaran asupan tiamin pada
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santo Thomas 1 tahun 2014 yang
mengalami obesitas.


Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asupan tiamin pada siswayang mengalami obesitas
di SMP Santo Thomas 1 Medan tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asupan tiamin pada siswa yang mengalami
obesitas di SMP Santo Thomas 1 Medan tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui distribusi siswa yang mengalami obesitas di SMP Santo
Thomas 1 Medan tahun 2014.

2.


Untuk mengetahui tingkat kecukupan tiamin pada siswa yang mengalami
obesitas di SMP Santo Thomas 1 Medan tahun 2014.

3.

Untuk mengetahui sumber makanan yang mengandung tiamin yang
dikonsumsi siswa yang mengalami obesitas di SMP Santo Thomas 1
Medan tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1.

Bagi pihak sekolah, menyadari dampak dari obesitas dan pentingnya
asupan tiamin yang adekuat.

2.

Bagi siswa, mengetahui cara melakukan pengukuran IMT, dampak
obesitas, serta pentingnya asupan tiamin yang adekuat.


3.

Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai obesitas dan
konsumsi tiamin.

4.

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi tentang asupan
tiamin pada anak yang mengalami obesitas.

5.

Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang asupan tiamin
pada anak yang mengalami obesitas.

Universitas Sumatera Utara