Strategi Komunikasi Menantu Perempuan Dengan Mertua Perempuan

PEDOMAN WAWANCARA
Nama

:

TTL

:

Tempat Tinggal

:

Usia

:

Agama

:


Suku

:

Pekerjaan

:

Anak

:

Lama tinggal bersama mertua

:

Usia Pernikahan

:


Pertanyaan umum:
1. Apakah anda sebelum menikah sudah mengetahui harus tinggal bersama
dengan mertua?
2. Apakah respon anda ketika mengetahui harus tinggal bersama mertua?
3. Sudah berapa lama anda tinggal bersama mertua?
4. Bagaimana perasaan anda setelah tinggal bersama mertua?
5. Bagaimana anda menyesuaikan diri anda tinggal bersama mertua?
6. Butuh berapa lama anda menyesuaikan diri anda tinggal bersama mertua?
7. Menurut anda bagaimana cara berbicara mertua dengan anda?
8. Apakah ada rasa ketakutan ketika anda harus tinggal bersama mertua?
9. Seberapa dekat anda dengan mertua?
10. Bagaimana usaha anda mendekatkan diri dengan keluarga pasangan anda
termasuk dengan mertua?
11. Apakah anda sudah tahu alasan mengapa harus tinggal bersama mertua?
12. Apakah suka dan duka selama tinggal bersama mertua?
13. MENGENAI KONFLIK
a. Apakah anda pernah mengalami konflik dengan mertua?

Universitas Sumatera Utara


b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anda dengan mertua
berkonflik?
c. Apakah anda pernah mengalami konflik yang luar biasa dengan
mertua?
d. Berapa lama biasanya anda dengan mertua berkonflik?
e. Apakah anda bercerita dengan suami ketika anda sedang berkonflik
dengan mertua?
f. Bagaimana reaksi suami ketika anda sedang berkonflik dengan
mertua?
g. Menurut anda apakah berbicara dengan suami permasalahan anda
dengan mertua dapat selesai?
h. Apa yang anda lakukan jika sewaktu-waktu anda tidak dapat
mengontrol emosi anda?
i. Bagaimana hubungan anda dengan suami ketika terjadi konflik dengan
mertua? Apakah menjadi renggang atau tidak?
j. Apakah mertua anda selalu mengikutcampurkan pernikahan anda?
k. Apakah anda pernah mengalami stres karena berkonflik dengan
mertua?
l. Bagaimana cara anda menghilangkan stres tersebut?
m. Apakah yang anda lakukan ketika berkonflik dengan mertua?

14. MENGENAI STRATEGI
a. Bagaimana cara anda dalam menghadapi konflik dengan mertua
perempuan?
b. Adakah strategi khusus yang anda lakukan untuk menyelesaikan
konflik tersebut?
c. Bagaimana strategi komunikasi yang anda lakukan dengan mertua
anda?
d. Apakah ada usaha yang anda lakukan untuk menyelesaikan konflik
anda dengan mertua?
e. Apakah usaha tersebut dapat tercapai?

Universitas Sumatera Utara

f. Apakah kegiatan pekerjaan rumah sepenuhnya dilakukan oleh mertua
atau anda?
15. HARAPAN DAN MOTIVASI
a. Apakah anda mempunyai keinginan untuk tidak tinggal bersama
dengan mertua?
b. Pernah ada usaha berbicara dengan suami untuk tidak tinggal bersama
dengan mertua?

c. Apa reaksi suami ketika anda berbicara untuk tidak tinggal bersama
dengan mertua?
d. Apa motivasi terbesar anda yang membuat anda bisa bertahan untuk
tinggal bersama dengan mertua sampai sekarang?

Universitas Sumatera Utara

Hasil Wawancara Informan

Informan I
Ibu Masniyar Rambe

Peneliti

: Sebelumnya, ibu berapa tahun sudah menikah?

MR

: Berapa ya kalau ga salah? Dari kelas 2 SMP, 13 tahun.
Dari tahun 2000? 13 tahun ya? (dengan wajah bingung

sambil menanyakan kepada adik dari suaminya) Eh, 15
tahun ya? Iyalah, berarti 15 tahun.

Peneliti

: Oh… 15 tahun ya, hmm... sebelum ibu menikah, ibu udah
tahu harus tinggal sama mertua?

MR

: Hmm… gatau sih, cuman sudah menikah baru tahu
tinggal sama mertua.

Peneliti

: Memang dari awal?

MR

: Iya, tinggal sama mertua.


Peneliti

: Anak ibu ada berapa?

MR

: Dua.

Peneliti

: Oh, ada dua ya, hmm… itu anak ibu laki-laki semuanya
atau ada laki-laki perempuan?

MR

: Hmm… cewek.

Peneliti


: Oh, cewek dua-duanya, udah sekolah bu?

MR

: Udah.

Peneliti

: Sekolah kelas berapa bu?

MR

: Ha?

Peneliti

: Sekolah kelas berapa?

MR


: Satu… SMP.

Peneliti

: Oh… satu SMP, terus satu lagi anak yang kedua bu?

MR

: Anak yang kedua kelas 5 SD.

Peneliti

: Oh, kelas 5 SD. Terus bu, bagaimana ibu menyesuaikan
diri tinggal dengan mertua? Apakah? Hmm… ibu langsung

Universitas Sumatera Utara

apa dekat atau butuh waktu untuk mendekatkan dengan
mertua?
MR


: Sebelum menikah pun sudah dekat sama ibu, gitu. Ya…
sesudah sama ya sudah menyesuaikanlah.

Peneliti

: Terus, kan kami ini masih muda bu, jadi kami denger kata
mertua itu agak takut. Jadi, waktu pertama kali ibu ada rasa
takut ga tinggal sama mertua?

MR

: Ya… pertama-tama ada sih.

Peneliti

: Takutnya itu karena apa bu?

MR


: Ya… di cerewetin atau apa gitu ya kan, kan gitu. Tapi
enggak kok.

Peneliti

: Terus bu, apa sih suka dan dukanya tinggal dengan
mertua?

MR

: Sukanya bisa kek sharing gitu kan, ngobrol tentang
keluarga. Dukanya?

Peneliti

: Iya dukanya apa bu?

MR

: Keknya ga ada duka, biasa-biasa aja.

Peneliti

: Pernah ga, keknya ada masalah gitu? Pasti ada pernahlah
ya konflik?

MR

: Ya… ada masalah ya kita selesaikan sama-sama.

Peneliti

: Biasanya ibu langsung menyelesaikan masalah itu dengan
suami dulu ataukah dengan mertuanya langsung?

MR

: Suami dulu, baru mertua.

Peneliti

: Terus, suami ibu apa yang dibilang? Apakah ibu salah
dibilang? Atau langsung ngomong secara diskusi gitu
langsung bu?

MR

: Pertimbangkanlah.

Peneliti

: Oh… terus faktor-faktor apa saja yang biasanya di
konflikkan bu?

MR

: Maksudnya?

Peneliti

: Misalnya, tentang anak atau tentang ekonomi yang di
konflikkan.

Universitas Sumatera Utara

MR

: Ya… paling tentang anak-anaklah selalu kalo di rumah
yah.

Peneliti

: Anak-anaknya suka?

MR

: Ya… suka berantem atau apa gitu gangguin mertua.

Peneliti

: Ibu memang asli di sini? Asli orang medan?

MR

: Enggak, bapaknya yang asli sini.

Peneliti

: Oh, berarti ibu anak rantaulah ya?

MR

: Iya.

Peneliti

: Ibu, punya ga keinginan untuk tidak tinggal dengan
mertua?

MR

: Hmm… punya, punyalah keinginan kalau bisa kita lebih
mandiri.

Peneliti

: Terus, ada ga usaha ibu buat ngomong sama suami untuk
tidak tinggal sama mertua?

MR

: Yah… sekali-sekali.

Peneliti

: Terus, suami ibu bilang apa?

MR

: Ya sabarlah, nanti kita ada waktunya.

Peneliti

: Ibu pernah gak mengalami stress gitu karena berkonflik
dengan mertua?

MR

: Enggak, udah dijalani gak ada.

Peneliti

: Usia pernikahan ibu tadi 15 tahun ya? Berarti udah lama
lah ya bu ya?

MR

: Iyalah dari tahun 2000, udah 15 tahun.

Peneliti

: Berarti ibu dari SMP udah nikah gitu?

MR

: Iya, usianya umur berapa itu ya? 22.

Peneliti

: Oh, Berarti sudah cukup lama lah ya bu?

MR

: Iyalah, si anak-anak kan udah SMP kelas 2.

Peneliti

: Oh… udah besar anak-anaknya ya bu.

MR

: (Tertawa)

Peneliti

: Ibu orang batak atau orang jawa?

MR

: Saya mandailing.

Peneliti

: Oh, mandailing. Ibu boru apa?

Universitas Sumatera Utara

MR

: Boru rambe.

Peneliti

: Oh, boru rambe. Suami ibu orang?

MR

: Orang jawa.

Peneliti

: Oh suami ibu orang jawa, berarti nang jowo.

MR

: (Seisi ruangan tertawa)

Peneliti

: Terus, pernah gak bu karena ada masalah dengan mertua,
ibu jadi kena imbasnya gitu sama adik-adiknya dari suami
ibu?

MR

: Udah pasti adalah ga enaknya, namanya kita ipar-iparan.
Cuman sedikit, tapi bisa diselesaikan kok dengan cara baikbaik. Ya, namanya kita ipar-iparan, ya pasti ada itu konflik.

Peneliti

: Terus bu, ibu termasuk menantu yang dekat dengan
mertua?

MR

: Iya deketlah.

Peneliti

: Sering sharing gitu bu?

MR

: Iya… ya pergi bareng, belanja bareng.

Peneliti

: Berdua gitu bu?

MR

: Iya sering, belanja atau pergi undangan atau apa gitu.

Peneliti

: Terus bu, dengan adanya masalah ini hubungan ibu
dengan suami jadi renggang atau malah tidak?

MR

: Biasa aja.

Peneliti

: Biasanya yang melakukan kegiatan rumah itu, apakah ibu
atau bersama-sama dengan mertua?

MR

: Saya sendiri.

Peneliti

: Oh, ibu sendiri. Ibu memang tinggal satu atap sama ibu
mertua?

MR

: Udah enggak.

Peneliti

: Oh, sekarang udah enggak ya?

MR

: Sekarang udah enggak, berapa tahun yang lalu ya tinggal
sama-sama mertua? Udah 3 tahun lah kami tinggal sama
mertua.

Peneliti

: Sekarang?

Universitas Sumatera Utara

MR

: Sama juga sih sebenarnya, cuman kan enam-enamnya di
sini semua tapi lebih sering tinggal sama kami.

Peneliti

: Berarti ibu pinter ngambil hati lah ya?

MR

: (tersenyum).

Peneliti

: Alasan kenapa sih suami ibu mengajak ibu untuk tinggal
bersama mertua?

MR

: Belum ada ini aja… apa namanya? Belum ada hmm…
uang gitu kan. Ya, untuk sementara tinggal sama mertua.

Peneliti

: Berarti kalau sementara, berarti ada niat untuk tidak
tinggal sama mertua?

MR

: Iya…

Peneliti

: Terus bu, ibu kan termasuk dekat dengan adik-adik dari
suami ibu, ada ga masalah gitu sama adik-adik dari suami
ibu?

MR

: Ya, itu udah pasti ada lah.

Peneliti

: Biasanya masalah apa bu?

MR

: Ya… masalah anak-anak ini atau anak-anak kita sama
anak dia berantem atau apa gitulah.

Peneliti

: Pernah ga karena masalah ini, ibu jadi ga ngomongan
sama adik-adik dari suami ibu?

MR

: Sekali-sekali ada lah, namanya dekat yakan.

Peneliti

: Ibu dekat juga sama adik-adik dari suami ibu?

MR

: Ya… dekat juga.

Peneliti

: Usia mertua ibu berapa ya bu?

MR

: Itulah saya lupa (tertawa), kayaknya sekitar 60 an gitu lah
itu.

Peneliti

: Oh… 60 an, masih hidup dua-duanya bu?

MR

: Enggak, cewek aja.

Peneliti

: Mertua ibu sekarang di mana?

MR

: Itu, ikut sama adik yang semalam yang kita semalam
disitu.

Peneliti

: Oh, berarti mertua ibu ga tetap tinggal di sini?

Universitas Sumatera Utara

MR

: Dia suka-suka dia mau tinggal di mana.

Peneliti

: Tapi lebih sering di sini?

MR

: Yah…

Peneliti

: Terus bu, pernah gak bu mertua ibu kayak ikut campur
dalam pernikahan ibu?

MR

: Enggak, enggak sama sekali.

Peneliti

: Oh enggak ya bu, kalau hubungan ibu dengan mertua
baik-baik aja?

MR

: Baik.

Peneliti

: Terus bu, waktu ada konflik dengan mertua, gimana ibu
mengatasinya?

MR

: Ya… dengan ngobrol atau apalah gitu.

Peneliti

: Biasanya kalau ada masalah gitu ngomong sama suami
dulu atau mertua?

MR

: Ya… sama bapaknya dulu, baru mertua. Kek mana yang
terbaiklah.

Peneliti

: Oh… kalau misalnya masalah urusan dapur gitu, ibu
sendirikah yang kerja atau mertua?

MR

: Sendiri.

Peneliti

: Kalau misalnya mertua ibu di rumah, itu biasanya ngapain
bu?

MR

: Enggak ngapa-ngapain sih.

Peneliti

: Terus bu, hobi ibu apa?

MR

: Hobi? (tertawa). Ibu di rumah aja, hobi ya paling bersihbersih atau apa gitu.

Peneliti

: Anak ibu sekarang sekolah nih?

MR

: Gak, di rumah.

Peneliti

: Oh… lagi libur ya bu?

MR

: Iya.

Peneliti

: Oh ya, yang kemarin ibu anak ke 4 dari 5 bersaudara ya
bu? Berarti cewek semua?

MR

: Ceweknya ada tiga, kalau cowoknya ada dua.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Oh, adik-adik dari suami ibu ini tinggal di sini semua atau
gak?

MR

: Iya, di sini semua.

Peneliti

: Adik suami ibu berapa semuanya di sini bu?

MR

: Adiknya suami di sini ada 5, satu ini kan ada 6 pintu. Eh,
ada 5 lah ya.

Peneliti

: Emang sengaja tinggal berdekatan bu?

MR

: Iya itu, dekat semua.

Peneliti

: Memang dari awal bu?

MR

: Enggak, awalnya enggak sih, cuman karena udah dikasi
terus dibagi-bagi, ya mereka di sini semua.

Peneliti

: Udah nikah semuanya bu?

MR

: Udah semua.

Peneliti

: Yang cowok ada berapa bu?

MR

: Cowoknya ada 3.

Peneliti

: Kalau adik ipar ibu?

MR

: Kalau adik ipar ada 3.

Peneliti

: Gak apa bu? Hmm… apa namanya? Ga ada masalah
kayak gitu kalau rame-rame?

MR

: Ya… ada sih ya, ya itu tadi ya sekali-sekali udah pasti
ada. Yakan? Kek gini-gini. Ya… namanya kita rame ya
kan.

Peneliti

: Ada ga kata-kata yang bikin ibu tersinggung gitu bu?

MR

: Ya… pasti ada lah ya itu kan.

Peneliti

: Sampai konflik besar gitu ada bu?

MR

: Enggak.

Peneliti

: Terus bu, dengan adanya kata-kata yang buat ibu
tersinggung itu, ibu gimana? Apakah ibu langsung emosi?
Sampai ga bisa mengontrol emosi gitu bu?

MR

: Ya… paling dalam hati, kok kayak gitu dia ya? Ya gitu
aja.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Terus bu, waktu bertengkar sama ibu mertua, ibu pernah
ga sampai ga bisa menahan amarah ibu?

MR

: Saya kalau marah kali gitu sih enggak, cuman kalau saya
marah, ya langsung saya tinggal.

Peneliti

: Ibu biarin aja gitu ya?

MR

: Iya, nanti kan diam sendiri dia. Apalagi kan marah sama
marah gitu kan jadi tambah panas. Apalagi sama adik ipar
dengan menantu itu susah sebenarnya, tapi mudahmudahan sudah ga ada lah, ya… paling biasa-biasa aja.

Peneliti

: Ibu dekat juga lah ya sama adik-adik dari suami ibu?

MR

: Dekat.

Peneliti

: Biasanya, ibu yang paling deket sama anak ke berapa bu?

MR

: Ini yang paling kecil itu, yang perempuan. Yah, sering
juga ngobrol sama suaminya, paling sering yah ngobrol sih.

Peneliti

: Mertua ibu sekarang ga di sini ya bu?

MR

: Enggak, mungkin lagi keluar.

Peneliti

: Mertua ibu biasanya kerja apa ya bu?

MR

: Yah… ikut-ikut masak gitu.

Peneliti

: Oh… catering ya bu?

MR

: Iya, saya pun gatau tadi di rumah apa enggak karena saya
baru keluar itu tadi.

Peneliti

: Oh… terus bu, ada gak bu strategi khusus yang ibu pakai
gitu kayak untuk menyelesaikan konflik. Misalnya, entah
ibu buat makanan buat mertua ibu atau adakah strategi gitu
ibu buat?

MR

: Kalau buat makanan sih enggak, tapi ayok kita pergi
sama-sama gitu kan supaya lebih akrab gitu kan. Ya…
paling pergi sama-sama.

Peneliti

: Biasanya, liburan sama gitu ya bu?

MR

: Iya.

Peneliti

: Berarti ibu belum ada konflik besarlah ya bu?

MR

: Iya, paling biasa aja.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Ibu kemarin berapa lama menikah bu?

MR

: 15 tahun.

Peneliti

: Oh… 15 tahun ya?

MR

: Iyalah, dari tahun 2000? 15 lah ya.

Peneliti

: Sebelum ibu menikah, gimana ibu bilang sama orang tua
ibu buat nikah sama suami? Apakah di izinin langsung atau
suami yang ngomong sendiri?

MR

: Ya… pertama-tama ditanyain dulu lah latar belakang
keluarganya gitu kan.

Peneliti

: Terus bu, orang tua ibu sama orang tua suami ibu pernah
ga gitu ketemu? Atau jarang gitu? Atau sering?

MR

: Ya, sering sih.

Peneliti

: Orang tua ibu di mana?

MR

: Orang tua saya di tanjung balai.

Peneliti

: Oh… di tanjung balai, berarti di mana itu tanjung balai
bu?

MR

: Kisaran tau ga?

Peneliti

: Oh… tau bu, terus bu, tempat lahir ibu ini labuhan beli
ya?

MR

: Labuhan bili…

Peneliti

: Oh bili, terus bu, kan suami ibu jawa, nah ibu kan
mandailing. Ada ga gitu kayaknya karena beda adatnya,
keknya susah gitu kan. Apalagi kan mandailing sama kayak
batak, keras-keras orangnya, kalau jawa kan orangnya
lembut-lembut. Pertama-tama gitu bu?

MR

: Gak ada, saling menghargai aja.

Peneliti

: Ibu kan ibu rumah tangga gitu kan? Berarti kan sering
ketemu mertua, biasanya yang paling sering diceritain gitu
apa bu?

MR

: Cerita apa aja, kayak cerita kerjaan gitu.

Peneliti

: Terus bu, mertua ibu gimana cara bicaranya sama ibu?
Apakah dengan suara lantang, atau tegas gitu?

Universitas Sumatera Utara

MR

: Biasa aja, biasanya sama anaknya aja.

Peneliti

: Beda berarti ya bu? Terus bu, ada ga perubahan dari
mertua ibu? Kek awal pernikahan baik, terus lama
kelamaan berubah gitu bu?

MR

: Ga ada.

Peneliti

: Sama aja gitu bu? Berarti ibu awal nikah gak susah
beradaptasi lah ya bu? Kan ibu beda suku gitu bu.

MR

: Yah… paling beradaptasi sama inilah, adik-adiknya sama
mertua juga begitu pertama-tamanya.

Peneliti

: Apa sih motivasi ibu, sampai bisa bertahan untuk tinggal
dengan mertua?

MR

: Ya… karena ibu itu baik, mengerti keadaan kita.

Peneliti

: Mertua ibu suku apa?

MR

: Suku jawa.

Peneliti

: Biasanya bu, kalau ada konflik gitu biasanya selesainya
berapa lama gitu bu?

MR

: Ya… paling satu hari dua hari lah.

Peneliti

: Oh… cepet ya bu, kan ada gitu kan sampai yang bertahuntahun dipendam gitu kan bu.

MR

: Yah… namanya satu keluarga gitu kan, apalagi dekatdekatan. Mana bisa, mungkin kalau jauh bisa.

Peneliti

: Terus bu, ada ga usaha ibu untuk bilang ke suami untuk
tidak tinggal dengan mertua?

MR

: Maksudnya?

Peneliti

: Maksudnya kayak gini bu, ibu ke pengen ga buat tidak
tinggal sama mertua?

MR

: Ke pengen ya pasti ada lah, tapi ya tunggu ada rejeki dulu
lah.

Universitas Sumatera Utara

Informan II
Ibu Syarli Melisa

Peneliti

: Ibu, sebelumnya udah berapa tahun menikah?

SM

: Nikah 3 tahun.

Peneliti

: Tinggal sama mertua?

SM

: Sama, semenjak menikah langsung di sini.

Peneliti

: Oh… berarti sebelum menikah ibu udah tahu tinggal sama
mertua?

SM

: Iya udah tahu, udah dikasih tahu.

Peneliti

: Terus, reaksi ibu gimana?

SM

: Ya… gapapa sih, biasa aja.

Peneliti

: Oh, biasa aja.

SM

: Karena kebetulan kan rumah pun deket sama kantor kan,
lebih enak sih banyak positif-positifnya.

Peneliti

: Terus, awal ibu menyesuaikan diri sama mertua gimana?

SM

: Gimana ya? Karena sebelumnya kan udah kenal, udah
sering main kesini, jadi gak banyak perubahan.

Peneliti

: Oh, berarti dari awal sampai sekarang gak ada berubah
mertua?

SM

: Biasa sih, gak ada.

Peneliti

: Terus, waktu ibu sebelum menikah ada gak rasa ketakutan
gitu tinggal sama mertua?

SM

: Jadi ya karena udah kenal sebelumnya kan jadi biasa aja.

Peneliti

: Oh biasa aja, ada gak suka dan dukanya tinggal sama
mertua?

SM

: Sukanya banyaklah, kumpul rame gak sepi.

Peneliti

: Kalo dukanya?

SM

: Dukanya apa ya? Iya… kadang-kadang iri aja sih, kenapa
gak bisa sama orang tua kita sendiri gitu kan, kok jadinya
sama mertua tinggalnya, gitu aja.

Peneliti

: Pernah punya masalah dengan mertua bu?

Universitas Sumatera Utara

SM

: Alhamdulillah enggak, lancar-lancar aja.

Peneliti

: Terus, mertua dengan ibu bagaimana cara berbicaranya?

SM

: Sama, biasa aja.

Peneliti

: Oh, biasa aja. Pernah punya konflik besar gitu bu sama
mertua?

SM

: Enggak, aman.

Peneliti

: Terus, ada gak keinginan ibu untuk tidak tinggal bersama
dengan mertua?

SM

: Kalo untuk sekarang sih kayaknya belum ya, karena
mertua pun tinggal sendirikan, bapak kan udah gak ada.
Jadi ya… sesuai kesepakatan dari sebelum menikah kami
jadi orang tua.

Peneliti

: Terus, motivasi ibu bisa bertahan tinggal sama mertua
apa?

SM

: Enggak ada, jagain orang tua aja. Berharap orang tua
disana pun ada yang jagain gitu kan, karena kan kita jauh
dari orang tua.

Peneliti

: Orang tua ibu di mana?

SM

: Di bangka.

Peneliti

: Oh, Terus mertua ibu pernah gak mengikutcampurkan
dalam pernikahan?

SM

: Enggak.

Peneliti

: Terus, pernah gak kayak ibu tuh marah gitu sama mertua
terus sampai gak bisa mengontrol emosi?

SM

: Enggak sih, ya kalo aku sih tipenya jangan saling
menganggu aja, gitu aja. Kan kadang udah punya keluarga
sendiri, ya udah kami urus kami aja gitu.

Peneliti

: Terus, pernah gak ibu salah sama mertua tapi enggak ibu
kasih tahu sama suami?

SM

: Enggak.

Peneliti

: Selalu ibu kasih tahu sama suami?

SM

: Iya, karena yang tahu ceritanya ya suami sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Terus, reaksi suami ibu gimana?

SM

: Ya… ga ada sih. Apa ya? Jarang ada masalah sih.

Peneliti

: Berarti ibu deket dengan mertua lah ya?

SM

: Iya lumayan, karena kayak orang tua sendiri lah.

Peneliti

: Anak ibu usianya berapa?

SM

: 1 tahun 4 bulan.

Peneliti

: Terus, usaha ibu mendekatkan diri dengan keluarga
pasangan bagaimana?

SM

: Kalau dulu sih pendekatannya ya zaman-zaman pacaran,
kalau udah nikah ini udah gak pendekatan lagi, udah biasa
aja. Dulu aja yang sering main ke sini, zaman-zaman
pacarannya. Jadi, pas tinggal di sini udah gak kaku lagi.
Dulu malah ibu, suami ibu di siantar, ibu di sini sama
mertua.

Peneliti

: Itu udah menikah?

SM

: Udah, berapa ya? 10 bulan lah. Iya, 10 bulan kayak gitu.
Abang kerja di siantar, ibu di sini sendiri sama… mertua
lah, bertiga, berempat sama ponakan satu. Abang pulang
jumat sabtu, minggu balek lagi ke siantar.

Peneliti

: Usia mertua ibu berapa?

SM

: Mama dulu 57, berarti sekarang 58 tahun. Dari awal
waktu pacaran pun udah dibilang, imam anak terakhir jadi
harus jaga orang tua, udah komitmen dari awal.

Peneliti

: Berarti belum ada konflik lah ya bu sejauh ini?

SM

: Belum, ibu sih orangnya cuek. Pokoknya kalau tinggal
gabung itu kan kek gitu, jangan saling ikut campur aja.

Universitas Sumatera Utara

Informan III
Ibu Rita Esti

Peneliti

: Sebelumnya, ibu udah berapa lama menikah?

RE

: 2012 sampai sekarang, berarti 3 tahun.

Peneliti

: Oh udah 3 tahun ya, sebelumnya ibu udah tahu harus
tinggal sama mertua?

RE

: Bagaimana?

Peneliti

: Sebelum ibu menikah, ibu udah tahu harus tinggal sama
mertua?

RE

: Iya, udah tahu.

Peneliti

: Terus, respon ibu gimana setelah mengetahui?

RE

: Senenglah ada yang bantuin aku.

Peneliti

: Ibu berapa tahun tadi menikah? 2012?

RE

: 2012, 2013, 2014, 2015, 3 tahun.

Peneliti

: Berarti selama ibu menikah, ibu sama mertua gitu? Atau
sesudah berapa tahun baru tinggal sama mertua?

RE

: Setelah punya anak baru tinggal sama mertua, punya
anaknya 2 tahun lah. Umurnya 2 tahun.

Peneliti

: Terus, selama ibu tinggal sama mertua bagaimana
perasaan ibu?

RE

: Hmm… ya senenglah, karena kan mertua bantuin jagain
anak gitu kan. Ya… memang kebetulan alhamdulillahnya
dapet mertuanya yang baik. Jadikan dia juga ngerti aku
jauh, kan kamikan jauh-jauhan kan. Suami jauh, aku di sini
sendiri sama anakku, jadi mertua aku bantuin aku di sini…
senenglah.

Peneliti

: Terus bu, ada gak waktu pertama kali ibu tinggal sama
mertua ada rasa ketakutan tuh, gimana bu?

RE

: Ya, pertamanya kan takut karena kan belum kenal sama
mertua apalagi tinggal sama mertua kan. Teruskan, apalagi
bayangannya tinggal sama mertua itu kejam, seremkan,

Universitas Sumatera Utara

sayangnya cuman sama anaknya sendiri, aku kan baru,
belum kenal. Eh, tapi ternyata mertua aku gak kayak gitu,
dia nganggep aku udah kayak anaknya sendiri.
Peneliti

: Ada gak perubahannya bu, selama ibu tinggal sama
mertua? Apakah cara berbicaranya atau cara perlakuannya?

RE

: Pertamanya kan karena sama-sama belum sering ketemu
ya, belum saling kena, belum saling kenal atau akrab, pasti
pertamanya tuh masih takut, tapi lama-lama seiring
berjalannya waktu kan, dia udah ngerti aku gimana, aku
juga udah ngerti dia gimana. Yaudah, makin akrab udah
kayak ibu sendiri. Kek gitu, ya alhamdulillah dapetnya
yang baik, mertua yang ga kayak di tv gitu.

Peneliti

: Anak ibu ada berapa?

RE

: Satu.

Peneliti

: Cowok atau cewek?

RE

: Cewek.

Peneliti

: Umurnya berapa bu?

RE

: Umurnya dua tahun.

Peneliti

: Ibu termasuk dekat gak sama mertua?

RE

: Lumayan, untuk sekarang ya karena sudah kenal
karakternya masing-masing. Lumayan dekat, jadi udah
sering curhat-curhat, sudah sering jalan kemana-mana.

Peneliti

: Terus bu, apa suka dan dukanya selama ibu tinggal sama
mertua?

RE

: Suka dukanya? banyakan sukanya sih. Sukanya itu dia,
hmm... bantuin aku itu tanpa pamrih, sayang banget sama
anakku. Aku sih ga peduli lah dia mau sayang sama aku
atau ga, terserah. Tapi, kalo ngeliat itu dia sayang banget
sama anakku. Terus juga, gak pernah cek-cok kami kan,
berarti dia juga ngertiin aku, mungkin dia sayang sama ku
karena aku pun udah mulai sayang juga sama dia kan.
Dukanya? apa dukanya ya… ga ada sih, selama ini baik-

Universitas Sumatera Utara

baik aja. Cuman kan karena dia bukan orang sini, jauh, dia
kan orang palembang, makanya dia ikut aku di sini kan.
Peneliti

: Suami ibu berarti orang palembang juga?

RE

: Iya…

Peneliti

: Ibu orang?

RE

: Aku orang palembang juga, ya anggeplah gitu. Jadi,
mungkin dia itu sering ngeluhnya itu kangen sama
keluarganya. Yah, maklumlah ya kan namanya orang tua
kan, semua saudara disana. Ya… itu aja sih.

Peneliti

: Terus bu, selama ibu tinggal sama mertua pernah
mengalami konflik?

RE

: Enggak ada, selama ini gak ada.

Peneliti

: Enggak ada ya bu?

RE

: Aku kan baik hati. Haha…

Peneliti

: Pasti pernahlah ya bu, walaupun bukan konflik besar tapi
hanya cek-cok atau beda pendapat gitu?

RE

: Enggak ada sih.

Peneliti

: Lurus-lurus aja?

RE

: Hmm… iya, lurus-lurus aja. Aman-aman aja.

Peneliti

: Pernah ga bu, ibu mengalami stres selama tinggal sama
mertua?

RE

: Hmm… stres? selama tinggal sama mertua? Hmm… oh
mungkin pertanyaanmu yang tadi itu ya? Enggak, bukan
stres sih. Cuman, ya memang kadang-kadang ada beda
pendapat sedikit karena kan dia orang tua ya, orang tua kan
apalagi udah kayak orang tua kita sendiri kan ya, mungkin
kan maunya “kamu tuh kayak gini” ngaturlah ya kan,
“kamu harusnya begini”. Cuman, kadang kan kenapa kok
aku diatur-atur kek gitu, aku kan ga biasa kek gitu. Tapi, ya
ngerti juga maksudnya dia itu sebenarnya baik. Yaudah,
kek gitu aja sih. Bukan cek-cok atau konflik yang besar
gitu. Beda pendapat sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Terus bu, gimana cara ibu menyelesaikan konflik
tersebut? Apakah ibu cuekin aja atau ibu diemin aja?

RE

: Hmm… iya, di diemin aja. Diemin aja terus lama-lama.
Oh, yaudah memang dianya kek gitu. Jadi dia juga ngertiin
aku. Ya, kek gitu sih.

Peneliti

: Terus bu, usaha ibu mendekatkan diri selain mertua,
dengan keluarga pasangan gimana?

RE

: Gimana-gimana?

Peneliti

: Selain ibu mendekatkan diri sama mertua, gimana cara ibu
mendekatkan diri dengan keluarga pasangan?

RE

: Karena kami jauh ya, kan keluarga semua kan ada di
palembang, ada di bandung juga kan. Jadi minimal adalah
sedikit kontek-kontek via telfon, ngasi kabar, nanya kabar.
Yah… kayak kek gitu aja sih. Yah… silaturahmi paling,
selama ini aku mudik pas lebaran aja kan, kemarin-kemarin
gak mudik tahun kemarin kan, jadi via telfon ngomongngomong. Ya… kek gitu aja sih.

Peneliti

: Terus bu, ada gak kayak hubungan suami dengan ibu jadi
renggang gitu karena gara-gara ibu berkonflik sama
mertua?

RE

: Apa? gimana? Jadi gak renggang?

Peneliti

: Iya karena hubungan ibu dengan mertua jadi renggang
sama suami?

RE

: Oh, enggak.

Peneliti

: Gak ada?

RE

: Gak ada.

Peneliti

: Terus selama ibu beda pendapat sama mertua ibu, apakah
bicara langsung ke mertua untuk minta maaf atau sama
suami dulu?

RE

: Karena konfliknya itu bukan konflik yang besar, jadi
angin lalu aja. Jadi kayak biasa aja, namanya juga ibu kan.
Misalnya kan “kamu jangan ini”, terus aku bilang “oh iya”.

Universitas Sumatera Utara

Kesel kadang kan, tapi udah gitu aja. Nah, besoknya udah
ngobrol lagi kayak biasa, ga sampai melibatkan suami atau
langsung ngomong ke dia. Ya… gitu aja karena bukan
konflik yang besar.
Peneliti

: Mertua gak langsung masuk ke hati lah ya bu?

RE

: Hmm… enggak, mudah memaafkan karena dia udah
nganggep aku udah kayak anaknya sendiri. Jadi wajar kalo
orang tua nasihati anaknya kan. Kita juga sering bandel
sama orang tua ya, ya samalah kayak kamu sama mama mu
sendiri gitukan? suka cerewetin kamu kan. Ah, mama ini
cerewet kali pun tapi abis itu sudah.

Peneliti

: Sering gak ibu jalan bareng sama mertua?

RE

: Sering…

Peneliti

: Biasanya kemana bu?

RE

: Ke mall.

Peneliti

: Abis itu kemana bu?

RE

: Ke mall, ke acara-acaralah. Kemana ya? Jalan-jalan lah
tapi lebih sering ke mall.

Peneliti

: Terus bu, mertua pernah gak mengikutcampurkan
pernikahan ibu?

RE

: Oh, enggak. Dia sangat menghormati privasi aku dengan
suami.

Peneliti

: Terus, biasanya pekerjaan rumah sepenuhnya dilakukan
oleh mertua atau ibu?

RE

: Kami sama-sama.

Peneliti

: Terus bu, ada gak keinginan untuk tidak tinggal bersama
mertua?

RE

: Kalo untuk sekarang ini karena kebutuhan ya belum
kepikiran mau pindah. Kalo anak kedua nanti lahir
kemungkinan ya, mungkin nanti mau ngajak siapa gitu kan,
terus juga mungkin entah mertua aku udah bosen di sini ya
atau dia udah rindu banget sama kampungnya kan, jadi gak

Universitas Sumatera Utara

mau lagi sama aku, nah itu aku serahin lagi ke dia, terserah
mau gimana kan. Tapi untuk sejauh ini gak ada keinginan
untuk pindah.
Peneliti

: Terus bu, ibu pernah bilang sama suami ibu untuk tidak
tinggal sama mertua?

RE

: Enggak, belum ada.

Peneliti

: Terus selama ibu tinggal sama mertua, apa motivasi ibu
sampai bisa bertahan tinggal sama mertua?

RE

: Anak aja sih.

Peneliti

: Terus pernah gak bu, apa yang ibu lakukan sama anak
salah di mata mertua?

RE

: Oh ya pernah, pernah kek gitu. Hmm… misalnya gini,
pola asuh orang tua zaman dulu sama sekarang kan beda.
Jadi kan kalo zaman dulu itu kan banyak mitos. Misalnya,
contohnya itu apa ya… oh ini, namanya anak bayi kan
sering di pakein kayak jimat-jimat gitu kan, kalung apa
segala macem kayak gitu-gitu sedangkan aku kan gak
kayak gitu, terus dia bilang “kamu tuh ya jangan kek gitu,
nurutlah sama orang tua” zaman dulu kan kayak gitu, kita
tuh bukannya sirik tapi ya namanya mencegah gitu kan.
Aku kan bertentangan sama aku, gak usahlah kayak gitu.
Ini kan zamannya kek gini-gini. Ya akhirnya, dia tetep
makein tapi besoknya aku lepas. Nah, kalo udah kek gitu
dia udah ngerti sendiri. Ya, kek gitulah contoh kecilnya.

Peneliti

: Terus bu, pernah gak ibu berkonflik dengan mertua
sampai ga bisa mengontrol emosi?

RE

: Untuk sekarang ga pernah, gak pernah sampai marah gitu
kan?

Peneliti

: Ibu orangnya cuek lah ya?

RE

: Cuek? Mungkinlah. Cuek kek gimana tuh? Hmm… kalo
aku gini, yang penting mertua ku seneng tinggal sama aku,
dia gak ngeluh, dia sayang sama anak ku gitu, itu aja sih.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Jadi suami ibu gak tinggal di sini?

RE

: Enggak, sebulan sekali.

Peneliti

: Berarti setelah nikah bu?

RE

: Selama nikah, jadi sebulan sekali dia ke sini.

Peneliti

: Rindu kali lah ya bu?

RE

: Makanya cari yang sini.

Peneliti

: Terus bu, biasanya kan anak kecil belum terlalu inget nih
sama wajah ataupun suara orang tuanya, cara ibu biar
anaknya gak lupa gimana?

RE

: Iya, biasanya komunikasi setiap hari. Hmm… terus kalo
datang kan aku jelasin sama anak aku “ini abi” gitu. Ya…
ngomong kek gitulah. Memang capek kan setiap bulan
harus ngenalin lagi sama anak tapi lama-lama dia tahu, kan
semakin lama semakin besar anaknya, gitu deh.

Peneliti

: Berarti selama ini belum ada konflik besarlah ya bu?

RE

: Konflik besar? Enggak ada. Konfliknya ya konflik-konflik
masih biasa.

Peneliti

: Terus bu, orang tua ibu di palembang juga?

RE

: Orang tua aku di bandung.

Peneliti

: Terus, pernah gak bu kayak hmm… ini cucu pertama dari
mertua ibu?

RE

: Enggak, ini cucu ketiga kalo dari orang tua aku ini cucu
pertama.

Peneliti

: Ada gak bu rasa kecemburuan orang tua ibu, kan biasanya
kalo kita lebih enak tinggal sama orang tua kita sendiri dari
pada mertua apalagi ini cucu pertama kan dari orang tua
ibu, ada gak rasa kecemburuan orang tua ibu? Kok kenapa
gak orang tua ibu sendiri yang rawat anak ibu?

RE

: Karena ini, karena kebutuhan itu tadi ya… sama
kesibukan. Orang tua aku kan ada kesibukan sendiri, yang
kebetulan lagi kosong ya mertua aku, jadi dia yang kesini.
Ngalahlah mertuaku. Ga ada sih kecemburuan soalnya

Universitas Sumatera Utara

sering komunikasi juga, sering telfon, sering… apa kalo
sekarang itu? Video call kan. Ya… kek gitulah.

Universitas Sumatera Utara

Informan IV
Ibu Betti Dameria

Peneliti

: Bu, sebelumnya sudah berapa lama tinggal bersama
mertua?

BD

: Dari nikah dari tahun 95.

Peneliti

: Sampai?

BD

: Sampai 3 tahun 8 bulanlah, sampai anakku umur… berapa
tahun ya itu? Pindah ke kota bangunkan, ke kota bangun
sewa 2 tahun, pindah lagi ke panglong ini, depan SPBU ini
setahun, baru balek lagi kan setelah dibangun rumah kami.
Kembali lagi.

Peneliti

: Sebelum menikah, ibu udah tahu harus tinggal sama
mertua?

BD

: Tahu.

Peneliti

: Terus, respon ibu gimana?

BD

: Biasa aja, haha…

Peneliti

: Gak ada rasa ketakutan gitu?

BD

: Gaklah, cuman ya karena ekonomi aja memang udah
kayak gitu.

Peneliti

: Terus, berapa lama ibu menyesuaikan diri sama mertua?

BD

: Udah langsung menyesuaikannyalah.

Peneliti

: Dari awal memang udah kenal?

BD

: Iyalah, cumakan beda suami kan kadang terlalu dekat
sama keluarga aja dia kan jadi gak terlalu apa… cuek-cuek
aja sih.

Peneliti

: Terus, ibu udah berapa lama menikah?

BD

: 20

Peneliti

: 20 tahun?

BD

: Iyalah, anakku udah kuliah kok kan dari tahun 95.

Peneliti

: Anak ibu ada berapa?

Universitas Sumatera Utara

BD

: Satu aja cowok, udah kuliah dia semester tiga lah ini
nantikan.

Peneliti

: Terus, ada gak usaha ibu untuk mendekatkan diri dengan
keluarga pasangan?

BD

: Ya, pasti adalah.

Peneliti

: Gimana cara ibu mendekatkan diri dengan keluarga
pasangan?

BD

: Mendekatkan bukan mendekatlah, apa aja… kek mana ya?
Adaptasi biasa aja. Kek mana ya? Ya, anggap kek temen
gitu karena kan kami lain suku juga sebelumnya.

Peneliti

: Ibu termasuk dekat sama mertua?

BD

: Biasa aja, gak dekat.

Peneliti

: Terus, apa alasan dan mengapa ibu harus tinggal bersama
mertua sudah tahu?

BD

: Karena ekonomi.

Peneliti

: Terus, apa suka dan duka ibu selama tinggal bersama
mertua?

BD

: Oh banyak, haha… pasti banyak-banyak, gak bisa
disebutkan satu persatu habis itu nanti.

Peneliti

: Sebutkan satu aja bu, intinya ajalah.

BD

: Intinya? Ya, pasti kurang bebaslah kan mesti jaga-jaga
jugalah kan perasaan mertua, gak sebebas kita tinggal di
rumah sendiri. Apalagi waktu tinggal di kota bangun kan
lebih apa lagi kan… mau jungkir balik atau mau apa kan
jaga perasaan. Udah gitukan mamak dulu kan gak boleh
kita apa kali kan… suka-suka dia aja gitu.

Peneliti

: Sukanya?

BD

: Sukanya? Kek manalah mau dibilang ya? Biasa aja,
sukanya ya lebih rame aja tapi dari dulu karena gak-gak
sistem bergantung sama mertua, gak ada masalah
sebenarnya karena ekonomi aja, diterima aja sih. Bukan
karena keinginan juga tapi karena keadaan.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Pernah mengalami konflik dengan mertua?

BD

: Pernah.

Peneliti

: Faktor-faktornya apa aja?

BD

: Menantulah, karena gabung tiga orang kan. Menantunya
satu rumah bukan sendiri tapi tiga menantu satu rumah.
Bukan sendiri aja, dia kan pilih kasih, ada lah pernah.

Peneliti

: Biasanya mengenai apa masalahnya?

BD

: Masalah anak, apa-apa namanya? Hmm… gak bisa
menempatkan diri mertua maksudnya bisa pilih kasih.
Beda-bedakan dia kan hatinya yang sama menantu ini lain,
cucunya ini itu, gitu aja.

Peneliti

: Terus, berapa lama biasanya ibu berkonflik dengan
mertua?

BD

: Gaklah, sebentar aja. Udah lewat itu udah ga inget lagi.
Yaudah, gak berapa lama kan kami pindah, langsung sewa
rumah semenjak ada konflik jadi pindah.

Peneliti

: Dulu berarti sempat tinggal bersama mertua?

BD

: Sempat, karena kan udah sampek tiga menantu di rumah,
gak mungkinlah terus-terusan kita sama mertua.

Peneliti

: Biasanya ibu kalau berkonflik sama mertua cerita ke
suami atau enggak?

BD

: Enggak, gak pernah. Sama mamakku pun gak pernah,
terakhir pernah sih dibilang sama suami gara-gara ini…
ipar gitu.

Peneliti

: Terus, cara menyelesaikan konflik dengan mertua
gimana?

BD

: Sama mertua?

Peneliti

: Iya…

BD

: Enggak diselesaikan, gak ada main diselesaikan aja. Suruh
pindah aja gitu biar gak jadi apa.

Peneliti

: Berarti, selama ibu berkonflik sama mertua gak ada kayak
apa gitu… penyelesaiannya gitu?

Universitas Sumatera Utara

BD

: Menyelesaikannya, ya kami terus enggak beberapa lama,
beberapa bulan kan kami nyewa rumah.

Peneliti

: Terus, ibu pernah mengalami stres enggak karena
berkonflik sama mertua?

BD

: Stres udah pasti adalah, ya pasti adalah.

Peneliti

: Terus, cara ibu menghilangkan stressnya bagaimana?

BD

: Ya… deket sama Tuhan, gak ada lagi lainnya itu. Iya, kalo
kawan pun itu hanya melampiaskannya aja, sekejap aja.
Nanti udah habis, itukan teringat lagi. Jadi kita lebih dekat
sama Tuhan, itu untuk menghilangkan biar gak sesak
ajanya itu.

Peneliti

: Terus, ibu pernah gak sewaktu-waktu gak bisa mengontrol
emosi?

BD

: Ya pernah.

Peneliti

: Terus gimana ibu cara mengontrol emosinya?

BD

: Mengontrolnya? Dibawa tidur ajalah, dibawa pergi.
Diusahakan pikirannya gak usah apa gitu. Nah, sejak saat
itu ada kegiatan kayak gini baru gak ada pikiran apa-apa.
Dulu kan gak kerja sebelumnya, di rumah aja 24 jam. 24
jam di rumah jaga anak belakangan kan baru jalankan
bisnis kan. Sekarang sih lebih happy malahan, mau deket
atau gimana… mau jungkir balik udah gak open, serba cuek
aku sekarang, kalo dulu semua kita liat sikit-sikit. Nah, itu
dia bedanya.

Peneliti

: Terus dengan adanya konflik, hubungan ibu dengan suami
jadi renggang atau tidak?

BD

: Ya pasti adalah sedikit gak enak.

Peneliti

: Terus, ada enggak keinginan untuk tidak tinggal bersama
dengan mertua?

BD

: Ada sih, kita kan lebih bebas kalo sama suami sama anak
aja. Pasti ada itu.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Pernah ada usaha enggak berbicara dengan suami untuk
tidak tinggal bersama dengan mertua?

BD

: Oh pastilah… adalah, makanya kan sempat pindah juga
kan.

Peneliti

: Terus respon suami ibu gimana?

BD

: Dia karena ekonomi aja alasannya, gak bisa subsidi.
Terakhir kita yang cari solusi lah ya kan.

Peneliti

: Terus selama ibu tinggal bersama dengan mertua, apakah
motivasi terbesar ibu sampai bisa bertahan untuk tinggal
bersama dengan mertua?

BD

: Perkawinan itukan kalo di Kristen itu kan sekali, kayak
mana pun kan lagian itukan pilihan kita. Mau kek mana?
Ya harus tahankan.

Peneliti

: Ibu tadi berapa tahun tinggal bersama dengan mertua?

BD

: Kalo sampai sekarang di itung sama sekarang itu kan
transisi ini sebenarnya, aslinya dari mulai nikah 3 tahun 8
bulan. Baru nyewa 2 tahun di kota bangun, baru nyewa di
sini… di panglong ini yang ada perumahan deket SPBU
komplek cina setahun, baru kembali lagi kesini, sebelahsebelah rumahnya tapi rumahnya pisah-pisah sampai
sekaranglah ya kan.

Peneliti

: Terus, selama ibu berkonflik dengan mertua ada enggak
strategi khusus gitu untuk menyelesaikan konflik?

BD

: Enggak, cuman pengen keluar aja biar gak tambah dalam.
Karena kan menantu bukan sendiri, tadi kan aku bilang
kami tinggal bukan satu sama mertua aja, ipar lagi sampai
tiga.

Peneliti

: Terus selama ibu tinggal bersama mertua, pernah enggak
mertua mengikutcampurkan dalam pernikahan ibu?

BD

: Enggak, dia cuman karena segi adat aja.

Peneliti

: Terus bu, cara berbicara mertua kepada ibu gimana?
Apakah ada perbedaan?

Universitas Sumatera Utara

BD

: Enggak, kalo bicara dia agak kaku aja. Dia kurang bahasa
indonesianya.

Awalnya

sebenarnya

dianya

baiknya

sebenarnya mertua aku itu, dia kan kurang perhatian, mau
ngomong-ngomong

dekat.

Tambah

menantu

banyak

saingan, jadi kan perang kan. Udah gitu hatinya beda kan,
sama cucu yang ini beda. Teruskan aku kan gak suka gitu.
Peneliti

: Mertua ibu orang apa?

BD

: Cina.

Peneliti

: Oh cina…

BD

: Makanya lain suku tadi kan, makanya banyak adaptasinya.

Peneliti

: Terus bu, apakah kegiatan pekerjaan rumah sepenuhnya
dilakukan oleh mertua atau ibu?

BD

: Ya sama-sama lah, karena tukang cuci lain. Yang nyuci
kan pembantu, yang masak, nyuci piring, nyapu ajanya
kami tapi kalo bagian masak yang lebih sering ya aku.

Peneliti

: Mertua ibu berapa umurnya?

BD

: Sekarang? Waduh, 70 berapa ya? 70 berapa ya? 39… gak
jelas itu di apanya sih 39.

Peneliti

: Kelahirannya tahun 39?

BD

: Iya, berarti 76 lah.

Peneliti

: Masih lengkap bu mertua ibu?

BD

: Masih, beda setahun ajanya cowok sama cewek.

Peneliti

: Suami ibu anak pertama dari keluarga itu?

BD

: Enggak, anak keempat.

Universitas Sumatera Utara

Informan V
Ibu Maria Pane

Peneliti

: Ibu, sebelum menikah ibu udah tahu harus tinggal sama
mertua?

MP

: Sudah tahu.

Peneliti

: Terus, respon ibu setelah mengetahui?

MP

: Saya responnya melihat kedepan ya jalanin aja dulu, baru
ya kalo kira-kira ini tidak cocok, ya baru kita cari tempat
lain.

Peneliti

: Terus, sudah berapa lama ibu tinggal sama mertua?

MP

: Hmm… di itung dari tahun 2010 pernikahan saya, 2010
tepatnya 10 maret 2010 dan sampai sekarang masih tetep
juga sama mertua dan mudah-mudahan sampai saat ini
belum ada permasalahan yang kita hadapi yang begitu sulit
kalau pun ada masalah ya diselesaikan secara bersamalah
secara kekeluargaan.

Peneliti

: Terus, sebelum ibu tinggal sama mertua ada gak rasa
ketakutan gitu?

MP

: Rasa ketakutan itu selalu ada, kita berbuat apa pun kan
namanya kita tinggal sama mertua ya pasti ada, gitu.
Ketakutannya contohnya, ya kita sering telat pulang pasti
kena marah ini, ya itu salah satunya gitu. Kalo kita berbuat
lain istilahnya kita berpakaian happy-happy atau gimana,
pasti oh udah, kita pun udah berpikir jangan sampai kena
marah gitu. Ya, itu juga di waspadailah. Jadi untuk
menghilangkan rasa kekhawatiran itu sebelumnya kita
waspadai, apa yang kita kerjakan itu ya seharusnya yang di
kerjakan.

Peneliti

: Terus, butuh berapa lama ibu menyesuaikan diri tinggal
bersama mertua?

Universitas Sumatera Utara

MP

: Hmm… kurang lebih berapa ya? Setiap saatlah, ya
namanya setiap saat itu kan berubah, namanya orang tua
cepat sensitif, ya setiap saat kita harus berubah pikiran gitu
ya, gak mungkin selamanya, eh, ga mungkin hanya satu
atau dua bulan. Ya… seperti saya udah 5 tahun juga belum
tentu juga saya tahu seluruhnya isi hati mertua saya gitu.

Peneliti

: Seberapa dekat ibu dengan mertua?

MP

: Dekat banget, seperti saudara gitu.

Peneliti

: Terus, apa suka dan dukanya selama tinggal bersama
mertua?

MP

: Kalo sukanya sih… apa ya? Ya… saling terbuka, kalo ada
masalah itukan kita diskusilah gimana cara penyelesaiannya
itu yang pertama. Terus kalo keburukannya, hmm… suka
pilih kasih sama anaknya gitu, suka pilih kasih karena
kebetulan kan saya disana bukan hanya saya aja
menantunya, ada dua disana menantunya, jadi suka
memilah-milah. Pilih kasih gitulah, jadi ya kita sebagai
menantu ya sadar dirilah.

Peneliti

: Terus, selama ibu tinggal bersama mertua pernah
mengalami konflik gak?

MP

: Konfliknya? Pernah.

Peneliti

: Faktor-faktornya apa aja bu?

MP

: Faktor-faktor yang mempengaruhi tentang anak, faktor
anaklah ya. Hmm… yang jelas kalo anak saya udah
cucunya mertua saya kan gitu. Contohnya, kalo saya
nasehatin anak saya atau saya cubit, dia gak terima. Nah,
dari situ bisa jadi kita udah emosional dengan anak kita
sementara kalo kita cubit, dia gak terima. Dia balik
menyalahkan kita, nah itu dia yang menjadi konflik besar
kadang sama kita. Jadi kita pun gak bisa mendidik
sepenuhnya anak kita. Itu dia faktor-faktornya kadang,
faktor masalahnya seperti itu. Kalo anak mau les, anak saya

Universitas Sumatera Utara

lagi gak enak badan permintaan sama saya “mak, gak usah
dulu les besok-besok aja ya mak? Capek kali rasanya
karena tadi kami penjas mak disekolah” gitu. Kata saya,
“oh yaudahlah tapi besok les ya nang?” Terus nanti sorenya
bertanya nih mertua saya, “kenapa si etha ga les?” terus
kata saya, “iya, katanya gak enak badan dia mak” terus
mertua saya bilang, “iyalah, kau manjakan begini-begini”.
Jadi kadang ga sejalan, kadang sejalan gitu.
Peneliti

: Terus selama ibu tinggal sama mertua, ada gak konflik
yang besar gitu?

MP

: Kalau konflik yang besar itu ya selalu ada juga sih.
Masalah… gimana ya? Saya masalah uangnya, masalah
dana untuk sehari-hari. Kalau kita kan memberikan tidak
sama dengan apa yang diberikan adik saya yang tinggal
juga dengan kami, ya gitu karena pekerjaannya lebih bagus
dari kita, ya kita hanya sanggup membayar setengah dari
apa yang diberikan dia sama mertua saya. Jadi, mungkin itu
juga yang jadi konflik besar sama adik saya sama mertua
saya juga gitu, tapi kalo masalah waktu saya lebih banyak
waktunya di rumah dari pada di luar. Jadi, itu juga jadi
konflik besar juga itu di rumah tangga gitu.

Peneliti

: Biasanya ibu cerita gak sama suami kalau lagi berkonflik
dengan mertua?

MP

: Oh, jelas dong.

Peneliti

: Terus?

MP

: Kalau bertengkar sama suami tidak begitu bertengkar
cuman hanya sekedar pendapat aja gimana bagusnya.
Yaudah, kita jalanin aja segini nanti kan suatu saat akan
tahu kepuasan itu di mana. Suatu saat akan bisa kita
mandiri tanpa mereka juga, tanpa mertua juga kita harus
bisa. Jadi, kita juga harus belajar mandiri, dari situ kita
mempelajari kesehari-harian kitalah tinggal sama orang itu,

Universitas Sumatera Utara

kita tahu menilai diri kita siapa, kesanggupan kita
bagaimana, dari situ kita bisa belajar untuk mandiri gitu.
Peneliti

: Terus, berapa lama biasanya ibu berkonflik dengan
mertua?

MP

: Bisa dua sampai tiga hari.

Peneliti

: Terus cara penyelesaiannya?

MP

: Cara penyelesaiannya mungkin ya kita duluan sebagai
menantu, ya kita duluan yang ngomongin. Contohnya, kita
memasak “mak, hari ini kita masak apa?” nah gitu. Jadi,
gak mungkinkan orang tua membiarkan kita sudah
memberikan pertanyaan dia gak menjawab? Ya dari situ
kita bisa. Yaudah-udah kek gitu ya, “oh ya, masak ini lebih
enak ya?”. Jadi, kita pun jadi nyambung ceritanya. Jadi,
permasalahan tadi bisa ditutupin dengan kita tadi meminta
atau bertanya atau kita menghilangkan perasaan ego kita,
menghilangkan rasa kita menang sendiri dihilangkan aja,
namanya kita tinggalkan sama mereka gitu.

Peneliti

: Terus, pernah gak ibu sampai gak bisa mengontrol emosi
karena berkonflik sama mertua gitu?

MP

: Kalau biasanya saya sih usahakan selalu menjaga kontrol,
menjaga emosi, selalu kontrol emosi karena kebetulan kan
saya dari kecil memang jangan sampai terjadi yang “wah
gitulah” jadi saya selalu jaga jangan sampai terjadi. Kalau
saya pun emosikan, dia pun menjawab emosi yang adanya
stroke dong.

Peneliti

: Terus bu, hubungan ibu dengan suami ketika anda
berkonflik dengan mertua apakah menjadi renggang atau
tidak?

MP

: Kalau saya sendiri, kalau pun saya ada konflik dengan
mertua, saya sama suami saya tidak pernah, tidak pernah
saya diam-diam kan dia. Hmm… kalau untuk itu untuk
suami ya tidak pernah, tidak pernah walaupun saya ada

Universitas Sumatera Utara

konflik dengan mertua saya, sama suami saya sama aja,
biasa aja, tidak pernah ada masalah.
Peneliti

: Terus, pernah gak ibu mengalami stress karena berkonflik
dengan mertua?

MP

: Pernah.

Peneliti

: Terus, bagaimana cara ibu menghilangkan stress tersebut?

MP

: Yah… saya ngomong sama teman, bicara sama teman.
Hmm… cari solusi gimana bagusnya. Yah… setelah saya
dapet informasi, saya sudah banyak berteman, sudah
banyak curhat sama kawan terus kawan bilang “oh ya,
begini-begini” terus saya bilang “oh, iya ya”. Yaudah, saya
koreksi lagi diri saya, “siapa sih?” saya kembalikan lagi
sama diri saya. Yaudah, kalo tetep saya juga harus keras
kepala walaupun saya akui kalo saya itu gak terlalu salah
dalam masalah ini, ya saya akui saya sebagai menantu, saya
paling muda, dia orang tua saya, saya tetep hargai apa pun
itu untuk menyelesaikan emosi tadi.

Peneliti

: Pernah gak mertua mengikutcampurkan dalam pernikahan
ibu?

MP

: Kalo ikut campur dalam pernikahan saya kayaknya…
pernah, tapi dalam segi positif ya. Contohnya, ulang tahun
pernikahan

“gak,

kelen

rayakan

ulang

tahun

pernikahannya?” terus saya bilang “iya” cukup itu aja,
sekedar begitu aja. Terus saya bilang, “gausahlah mak, di
rumah aja” cukup itu aja.
Peneliti

: Terus, apa yang ibu lakukan ketika sedang berkonflik?
Apakah diem aja atau malah ngomong-ngomong atau
melawan gitu?

MP

: Hmm… kalau melawan sih tidak, cuman dibenak kita
pasti berbicara. Hmm… cuman gak perlu kita sampaikan ke
umum, gak perlu kita sampaikan itu kepada orang tua kita,

Universitas Sumatera Utara

cukup kita aja yang tahu nanti akan ada kebenarannya itu,
begitu aja.
Peneliti

: Terus, cara bicara mertua dari awal pernikahan sampai
sekarang ada gak yang berubah?

MP

: Ada.

Peneliti

: Seperti apa?

MP

: Hmm… di tahun pertama saya sama mertua saya tuh
bicaranya kasar. Saya suka dibilang “ngapain kau kerja
begitu-begitu jauh, gajinya gak seberapa” suka dulu
ngomongin itu sama saya, tapi kalo akhir-akhir ini dia
berubah total dan gak pernah dia menanyakan “udah berapa
gajimu? Malah sekarang dia mendukung “udah-udah cepat
bangun! Biar cepat kelen kerja nanti banyak apa…
kecelakaan, telat pigi nanti banyak kendaraan” nah kek
gitu. Kalau dulu, itu tadi suka diejek-ejek begini-begini.
Kalo sekarang jauh berubah, berubah banget.

Peneliti

: Terus, apakah anda punya strategi khusus untuk
menyelesaikan konflik dengan mertua?

MP

: Strategi khusus? Maksudnya?

Peneliti

: Misalnya, hmm… ibu buat sesuatu gitu buat mertua atau
jalan-jalan?

MP

: Oh iya, kita kalo menyelesaikan masalah… masalah tadi
kan? Sering kita makan sama diluar, kita selesaikan
masalah, kita adakan makan bersama atau kebetulan hari
ulang tahunnya dengan masalah yang sudah lama
tersimpan-simpan pas di ulang tahunnya kita bicarakan.
Kita sampaikan terus mertua bilang “oh, iyanya? Maaflah
ya” terus saya bilang “iya, gpp mak” nah itu dia.

Peneliti

: Terus, selama ibu berkonflik dengan mertua apakah
menggunakan orang perantara atau suami sendiri?

MP

: Suami sendiri, gak pake orang cukup kita aja.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

: Terus, kegiatan pekerjaan rumah sepenuhnya dilakukan
oleh mertua atau ibu?

MP

: Bersama, hmm… gotong royong.

Peneliti

: Terus, ada gak keinginan untuk tidak tinggal bersama
mertua?

MP

: Ada, suatu saat nanti. Ada, pasti ada.

Peneliti

: Udah pernah dibicarakan sama suami?

MP

: Sudah, sudah kita bicarakan.

Peneliti

: Terus, respon suami ibu gimana?

MP

: Hmm… setuju aja, responnya ya suatu saat nanti.

Peneliti

: Terus, apa motivasi terbesar anda sampai bisa bertahan
untuk tinggal bersama mertua?

MP

: Motivasinya? Kebetulan sampai sekarang anak saya masih
SD dan tunggu dulu anak saya sampai SMA dulu baru kita
mandiri, karena kebetulan sekolah anak saya kan kebetulan
rumah mertua saya strategis deket sama sekolah anak saya,
sementara kalo saya pindah saya gak bisa lagi mengontrol
anak saya gitu, karena pekerjaan saya jauh dengan rumah
yang kami tempati jadi sekarang kan yang mengontrol
penuh kan mertua saya. Jadi motivasi saya itu, ya tunggu
anak saya mandiri dulu, bisa cari angkot sendiri, kalau
memang naik angkot baru bisa kita cari rumah untuk bisa
leluasa gitu bisa lebih mandiri.

Peneliti

: Terus, anak ibu ada berapa?

MP

: Anak saya ada dua, anak pertama saya itu perempuan,
anak kedua itu laki-laki. Yang pertama namanya itu
margareth, yang kedua