Seni Dan Politik: Peranan Seniman Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Sumatera Timur (1945-1949)

BAB II
GEOGRAFI DAN MASYARAKAT
2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur
Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah
Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa dan garis
Lintang Utara 40. 13 Letak Sumatera Timur sebagai yang sudah umum kita kenal
dibatasi oleh Aceh di sebelah Barat Laut, kemudian Tapanuli di sebelah Barat Daya,
Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas
wilayah Sumatera Timur meliputi 31.715 kilometer persegi atau sekitar 6,7% dari
seluruh daerah Sumatera.
Ditinjau dari keadaan alamnya Sumatera Timur terdiri dari tiga bagian yaitu
dataran rendah yang sangat luas, pegunungan, dan dataran tinggi tepatnya di Tanah
Karo dan Simalungun. Di dataran rendah Sumatera Timur terdapat hutan-hutan
payau (mangrove) yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau dan nipah.
Sungai-sungai di daerah ini banyak yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang
aliran sungai-sungai tersebutlah tumbuh pepohonan Bakau serta nipah itu, terutama
dibagian muaranya. Sungai-sungai yang berhulu di daerah dataran tinggi Karo dan

13

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan , (Jakarta: Sinar

Harapan, 1985), hlm. 44.
14

Ibid., hlm. 31.

16
Universitas Sumatera Utara

Simalungun membawa endapan-endapan tanah gembur liparitik15 dan debu-debu dan
pasir halus, yang mengakibatkan daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke Selat
Malaka sehingga tanah-tanah disepanjang Pantai Timur ini menjadi lahan yang subur
untuk pertanian. 16 Adapun beberapa sungai utama yang menjadi potensi Sumatera
Timur ketika itu adalah sungai Kwis, Percut, Deli, Ular, Babura, Belawan,
Tuntungan, Mencirim, Bingei, dan Begumit.
Selain dataran rendah, di Sumatera Timur juga terdapat Dataran Tinggi, yaitu
Dataran Tinggi Karo dan Dataran Tinggi Simalungun. Di daearah Dataran Tinggi
Karo didiami oleh suku Batak Karo, sedangkan Dataran Tinggi Simalungun didiami
oleh suku Simalungun. Di kebanyakan daerah di Sumatera Timur, perkebunanperkebunan tersebar ke pedalaman sampai ketinggian 300 meter. Dataran Tinggi
Karo terletak di luar daerah perkebunan Sumatera Timur. Umumnya para pengusaha
Onderneming pergi ke dataran tinggi Karo hanya untuk istirahat dan hiburan yang

ditawarkan oleh iklimnya yang sejuk. Suku Batak Karo telah mempelajari cara-cara
memanfaatkan lahan mereka untuk penanaman kentang dan berbagai jenis sayuran,
kembang (bunga), dan Jeruk. Sebagai tempat penjualan, Medan dan tempat-tempat
perkebunan menjadi pasar yang baik bagi mereka.

15

Tanah Liparitik adalah enadapan tanah gembur dari lahan vulkanik yang berasal dari
semburan gunung berapi dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi.
16

Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia,
2001), hlm. 17.

17
Universitas Sumatera Utara

Sebelum tahun 1800 tidak ada satupun dari Negara Eropa yang benar-benar
menaruh perhatian yang serius terhadap Sumatera Timur. Inggrislah yang pertama
kalinya menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap Sumatera Timur.

Bagian-bagian Sumatera yang sampai saat itu tidak diacuhkan, perlahan mulai
berubah menjadi penting sejak awal tahun 1800. Sumatera dijadikan sebagai pasar
bagi barang-barang ekspor, bahkan sebagai sumber barang-barang impor terutama
lada. Kedatangan Anderson dan dibukanya perkebunan di Sumatera Timur
merupakan awal yang baik bagi masyarakat dan perkembangan daerah Sumatera
Timur.
Terletak diantara garis Khatulistiwa dan garis Lintang Utara, Sumatera Timur
mempunyai iklim pantai tropik yang dipengaruhi juga oleh topografi yang dimiliki
oleh daerah Sumatera Timur. Suhu di daerah pantai kira-kira 250 C, dengan
maksimum 320 C. Sedangkan di daerah-daerah yang lebih tinggi, suhunya mencapai
rata-rata 120 C, dan berkisar antara 5,50 C – 180 C. Penduduk asli Sumatera Timur
adalah kelompok etnis Melayu, Batak Karo,dan Batak Simalungun. Mata pencaharian
utama masyarakat Sumatera Timur adalah dengan mengelola tanah sebagai pertanian
dan perkebunan yang kita kenal dengan perkebunan Tembakau.
Pada awalnya di daerah Sumatera Timur terdapat banyak Kerajaan, seperti;
Kerajaan Melayu, Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Kualuh, Bilah, Panai, Kota
Pinang, Indrapura, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suka Dua, Pelalawan, Begadai,
dan Padang. Kerajaan Rokan, termasuk Tambusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar

18

Universitas Sumatera Utara

Es Salam dan Senggigi. Juga terdapat Lima Urung, yaitu Deli, Sinembah, Sunggal,
Pertjoeut, dan Hamparan Perak. Di kawasan Dataran Tinggi Simalungun terdapat
Kerajaan Dolok Silau, Silimakuta, Purba, Raya, Panei, Siantar, dan Tanah Jawa.
Sedangkan di daerah Tanah Karo terdapat Sibayak-sibayak yang dinamakan Sibayak
Kutabuluh, Sarinembah, Lingga, Suka, dan Barus Jahe.
Hubungan raja-raja Melayu dengan pemerintah Belanda mulai intensif ketika
Pemerintah Belanda melancarkan politik ekspansinya ke Sumatera pada pertengahan
abad ke-19. Pada pertengahan abad ke-19 Pemerintahan Kolonial masih menganggap
kerajaan bumiputera seakan-akan suatu pemerintahan yang “berdaulat” sehingga
dibuatlah perjanjian “politik kontrak” dengan kerajaan yang dianggap kuat. Tetapi
sejak 1915 kekuasaan kerajaan bumiputera itu mulai derajatnya diturunkan atau
menjadi “protektorat” bahkan ada yang lebih rendah lagi yaitu dengan “korte
verklaring” (peryataan pendek) yang hanya berisi 3 pasal saja yaitu:
1. Mengakui wilayah Kerajaan itu sebagai bagian dari Hindia-Belanda.
2. Tidak berhubungan dengan Pemerintahan Asing.
3. Patuh kepada keputusan Ambtenar Belanda disitu.
Dengan raja-raja di Sumatera Timur Belanda mengikat perjanjian selaku
protektoat dalam “politik kontrak” seperti Kerajaan Deli, Kerajaan Langkat, Kerajaan

Serdang, Kerajaan Asahan dan Kerajaan Kualuh serta Kerajaan Siak. Kerajaankerajaan lainnya diikat dengan “korte Verklaring”( peryataan pendek).Dalam

19
Universitas Sumatera Utara

perjanjian itu setiap penduduk asli dari Kerjaan itu, tunduk kepada kerapatan
(peradilan) kerajaan. Kerajaan menguasai tanah dalam kerajaan itu dan bisa
menyewakan tanahnya kepada investor asing dengan persetujuan Gubernur HindiaBelanda. Kerajaan boleh mempunyai polisi dan bendera sendiri dan jaksa sendiri
dimana sebagai hakim dalam kerapatan itu adalah raja yang didampingi oleh Kontelir
Belanda sebagai penasihat dan KUHP dipakai sebagai pedoman dalam soal pidana.
Hukuman buang dan hukuman mati haruslah dengan seizin Gubernur Jendral yang
juga berhak memberikan grasi/amnesty. 17
Memasuki abad ke-20 Pemerintah Belanda melakukan penaklukan ke wilayah
Simalungun, Tanah Karo, Toba, dan Pak-Pak Dairi. Hasil dari ekspansi tersebut,
maka pada tahun 1870-1942 wilayah dan penduduk dari 41 kerajaan di Sumatera
Timur digabungkan ke dalam kekuasaan Hindia-Belanda. Kontrak politik yang telah
ditandatangani telah mereduksi jumlah kerajaan itu menjadi 34 kerajaan. Kemudian
kerajaan-kerajaan tersebut diberi batas-batas wilayah tertentu dan secara bersamasama digabungkan sebagai residensi Sumatera Timur. Pada tahun 1915, Residensi
Sumatera Timur membawahi lima afdeling, yaitu:
 Deli en Serdang ibu kotanya Medan.

 Langkat ibu kotanya Binjai.
 Simalungun ibukotanya Siantar.
17

Tuanku Luckman Sinar, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur,
(Medan: Yayasan Kesultanan Serdang, 2006), hlm. i.

20
Universitas Sumatera Utara

 Asahan ibukotanya Tanjung Balai.
 Bengkalis ibu kotanya Bengkalis.
2.2. Masyarakat Sumatera Timur
Penduduk asli Sumatera Timur adalah suku bangsa Melayu, Batak Karo, 18 dan
Batak Simalungun. Suku bangsa Melayu banyak mendiami daerah Pantai Timur
Sumatera.19 Suku Simalungun mendiami Dataran Tinggi Simalungun. Mereka juga
sudah ada yang tinggal menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan sudah ada
yang menjadi orang Melayu. Masyarakat Simalungun sudah memiliki lembaga
pemerintahan kerajaan, dengan sistem pemerintahan kerajaan yang hampir mirip
dengan pemerintahan kerajaan Melayu. Suku Batak Karo mendiami wilayah Dataran

Tinggi Karo. Masyrakat etnis Karo belum mengenal sistem pemerintahan kerajaan.
Kedatangan Anderson, adanya perjanjian London, kemudian dibukanya lahan
perkebunan di Sumatera timur telah membawa banyak perubahan bagi Sumatera
Timur terutama pada perkembangan penduduknya. Ekspansi pertanian Onderneming
di Sumatera Timur yang cepat sekali perkembangannya, mempunyai pengaruh
menyolok terhadap pertumbuhan, penyebaran, dan komposisi penduduk. Dalam
kurun waktu yang singkat, penduduk asli Sumatera Timur dapat dilampaui jumlahnya
18

Suprayitno, op. cit., hlm. 15.

19

Yang dimaksud dengan etnis Melayu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya
dalam pembauran ikatan perkawinan antar etnis serta memakai adat resan dan Melayu secara sadar dan
kontinyu. Etnis Melayu mayoritas beragama Islam. Keahlian khas Raja-raja Melayu adalah
kemampuannya menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan penduduk dari suku-suku lain
tanpa mengorbankan identitas mereka.

21

Universitas Sumatera Utara

oleh kaum pendatang yaitu orang-orang Cina dan Jawa yang didatangkan sebagai
buruh di Perkebunan Sumatera Timur. Selain Cina dan Jawa, berkat adanya
perkebunan itu juga telah menarik minat orang-orang dari Minangkabau, Mandailing
dan Angkola. Pada tahun 1900 orang-orang Batak toba juga mulai memasuki
Sumatera Timur.
Menjelang tahun 1930, penduduk asli Sumatera Timur menduduki peringkat
paling sedikit diantara suku-suku pendatang lainnya. Yakni; Melayu yang merupakan
suku asli dari penduduk Sumatera Timur hanya 15%, Karo 9%, dan Simalungun 6%.
Selebihnya adalah penduduk Sumatera Timur yang terdiri dari orang-orang Indonesia
lainnya, diantaranya terdapat orang-orang Jawa sebanyak 43%, dan Batak Toba 5%.
Di antara orang-orang bukan Indonesia, Cina adalah penduduk paling banyak. Di
Kota Medan tidak kurang dari 35% penduduknya adalah orang Cina. Orang-orang
Eropa kurang dari 1% dari total seluruh penduduk Sumatera Timur, tetapi merupakan
5% dari penduduk Medan. Berikut ini merupakan tabel pembagian suku-suku di
Sumatera Timur pada tahun 1930.

22
Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1
Pembagian Suku-suku di Sumatera Timur Tahun 1930
Suku-suku di Sumatera Timur
Eropa
Cina
India dan lainnya
Sub total non Indonesia
Jawa
Batak
Mandailing-Angkola
Minangkabau
Sunda
Banjar
Aceh
Lain-lain
Sub total kaum pendatang
Melayu
Batak Karo
Batak Simalungun

Lain-lain
Sub total pribumi Sumatera
Timur

Banyak
11.079
192.822
18.904
589.836
74.226
59.638
50.677
44.107
31.226
7.759
24.646
334.870
145.429
95.144
5.436


%
0,7
11,4
1,1

Jumlah

%

222.805

13,2

882.189

52,3

35,5
4,4
3,5
3,0
2,6
1,9
0,5
1,5
19,9
8,6
5,6
0,3
580.879

34,5
100,
Jumlah seluruhnya
1.685.873
0
Sumber: Anthony Reid dalam Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya
Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm. 85.

Dari tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah suku terbanyak di Sumatera
Timur pada tahun 1930 didominasi oleh suku pendatang (suku Jawa) sekitar 589.836
jiwa dari 1.685.873 jiwa atau sekitar 35% dari penduduk Sumatera Timur. Suku
Melayu sebagai penduduk asli menempati posisi kedua setelah penduduk Jawa, yaitu
sebanyak 334.870 jiwa atau sekitar 19,9% dari jumlah keseluruhan penduduk

23
Universitas Sumatera Utara

Sumatera Timur. Pada umumnya penduduk yang menenempati Sumatera Timur
khususnya para buruh yang bekerja di perkebunan, tinggal di onderneming. Secara
teori para pengusaha onderneming atas permintaan yang bersangkutan, wajib
mengembalikan para buruh yang mereka pekerjakan ke tempat-tempat asal mereka
setelah selesai masa kontrak.akan tetapi kentaannya setelah puluhan tahun, ribuan
orang Cina dan Jawa lebih suka tetap tinggal di Sumatera Timur. Berikut adalah tabel
jumlah penduduk yang tinggal di Onderneming tahun 1930.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Yang Tinggal di Onderneming dan Persentase Terhadap
Jumlah Penduduk Seluruhnya di Tahun 1930
Distrik

Pria

Wanita

Total

Persentase Total
Jumlah Penduduk
Indonesia

Langkat
7,6
Hilir
4,956
3,989
8,945
Langkat
24,774
21,305
46,079
45,8
Hulu
Deli Hilir
26,197
24,050
50,247
31,2
deli Hulu
10,264
9,370
19,634
40,5
Serdang
27,249
22,556
49,805
38,3
Padang dan
Bedagei
23,820
18,120
41,940
3,7
Simalungun
57,604
47,681
105,285
37,2
Batu Bara
14,536
10,389
24,925
41,8
Asahan
25,002
18,103
43,105
34,5
Labuhan
Batu
28,887
16,446
45,333
36,5
Sumber: Karl J. Pelzer dalam Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan
Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan,
1985, hlm. 87.

24
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 di atas menunjukkan jumlah penduduk onderneming berdasarkan
distrik dan jenis kelamin. Semua distrik menunjukkan bahwa lebih banyak pria
daripada wanita di perkebunan-perkebunan. Simalungun mempunyai jumlah mutlak
terbanyak buruh perkebunan (105,285), jumlah ini merupakan sedikit lebih banyak
dari sepertiga seluruh penduduk. Berbeda ketika masa pemerintahan Belanda dengan
pemerintahan Jepang dalam hal tatanan masyarakat Sumatera Timur. Semasa
pemerinyahan

Kolonial

Belanda,

masyarakat

difokuskan

untuk

mengelola

perkebunan dan menghasilkan keuntungan bagi Belanda. Sementara pada saat
pendudukan Jepang, pemerintah Jepang lebih mengutamakan kekuatan militer dan
mengesampingkan perkebunan. Berikut merupakan tabel perbandingan masyarakat
Sumatera Timur dalam tahun 1930 dan 1943.
Tabel 2.3
Penduduk Sumatera Timur Menurut Sensus 1930 dan Data Jepang Sampai 10
Maret 1943

Langkat
Deli dan
Serdang
Simalungun
dan Karo
Asahan
Kota Medan
Jumlah

Penduduk dalam
tahun 1930

Penduduk pada 10 Maret
1943

254.000

279.000

Kepadatan penduduk
rata-rata per km2 di
tahun 1943
44,5

460.000

545.000

113,0

370.000
338.000
76.000
1.498.000

480.000
448.000
108.000
1.860.000

74,6
31,6
7.240,0
58,6

Sumber: Karl J.Pelzer, dalam Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan
Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan,
1985, hlm. 156.

25
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 2.3 tersebut terlihat sensus semasa perang tidak mungkin
mempunyai ketepatan yang sama seperti sensus 1930, tetapi dalam keseluruhan
sensus ini lebih dapat dipercaya daripada perkiraan-perkiraan sesudah perang.
Tabel 2.4
Penduduk Sumatera Timur Dari Golongan-golongan Suku Besar
Golongan
Suku
Jawa
Batak
Melayu
Cina
Lain-lain
Jumlah

1930
641.000
336.000
225.000
158.000
138.000
1.498.000

1943
850.000
470.000
260.000
280.000
1.860.000

persen (%)
32,6
39,8
15,5
77,2
24,6

Sumber: Karl J. Perlzer, dalam Toean Keboen dan Petani: Politik dan Perjuangan
Agraria di Sumatera Timur 1863-1974, Jakarta: 1985, hlm. 157.

Dari tabel 2.4 di atas tampak perbandingan jumlah antara orang-orang Jawa,
Batak, dan Melayu di Sumatera Timur diantara tahun 1930-1943, dimana jumlah
penduduk yang paling banyak ditempati oleh suku Jawa dalam setiap tahunnya.

26
Universitas Sumatera Utara