PERAN PEMUDA DALAM MENINGKATKAN KELESTARIAN KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDA ACEH

PERAN PEMUDA DALAM MENINGKATKAN KELESTARIAN
KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDA ACEH
Zakki Fuad Khalil*, Agus Purwoko** dan Wahyu Ario Pratomo**
*Alumni PWD SPs USU
**Dosen PWD SPs USU
Abstract: Urban green open space is a part of urban management which functions
as urban green garden, urban green forest, urban green recreation site, green
sports activity, and green yard. The important factor for keeping their conservation
in Banda Aceh is by involving youth as dynamists, catalyst, motivators, innovators,
and evaluators. Youth is also related to their own characteristics, based on on
characteristics, age, sex, organization, and occupation. The objective of the
research was 1) to find out the role of youth in improving open green space
conservation in Banda Aceh, 2) to find out the correlation between youth
characteristics and their role in increasing green open space conservation in
Banda Aceh. The method used is a survey research with quantitative descriptive
research type of research. The population in this study were all young people of
Banda Aceh, which have a lifespan of 16-30 years. Sampling was done by
probability sampling using Slovin formula then gained 99.85 total sample of 100
people and rounded to the sample of respondents. The conclusion of the research
was that 1) the youth as dynamits, catalysts, motivators, innovators, and evaluators
had played an important role in improving green open space conservation in

Banda Aceh, and 2) there was the correlation between the role of youth and youth
characteristics in imoproving green open space in Banda Aceh. Based on the result
of crosstab, it was found that there was significant correlation with the role of
youth.
Abstrak: Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari
penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota,
kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan
olahraga dan kawasan hijau pekarangan. dalam menjaga kelestarian kawasan ruang
terbuka hijau di Kota Banda Aceh salah satunya dengan melibatkan peran pemuda
dengan cara berperan sebagai dinamisator, katalisator, motivator, inovator, dan
evaluator. Peran pemuda juga memiliki hubungan dengan karakteristik peranan
pemuda itu sendiri yaitu berdasarkan karakteristik; usia, jenis kelamin, organisasi,
dan pekerjaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengatahui peran
pemuda dalam meningkatkan kelestarian ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh.
(2) untuk mengatahui hubungan karakteristik pemuda terhadap peranan pemuda
dalam meningkatkan kelestarian kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda
Aceh.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan jenis
penelitian penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat pemuda Kota Banda Aceh yang memiliki umur 16-30 tahun.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling dengan

menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 99,85 orang
dan dibulatkan menjadi 100 orang sampel responden.Kesimpulan dari penelitian ini
adalah (1) Peran pemuda sebagai dinamisator, katalisator, motivator, inovator, dan
evaluator memiliki peranan yang cukup tinggi dalam meningkatkan kelestarian
kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh. (2) Adanya hubungan peran
pemuda dengan Karakteristik pemuda dalam peningkatan Ruang Terbuka Hijau di
Kota Banda Aceh memiliki hubungan yang signifikan dengan peran pemuda.
Kata kunci: Role of Youth, Green Open Space, Banda Aceh
PENDAHULUAN
Kota Banda Aceh merupakan salah
satu Kabupaten/Kota yang terkena dampak

tsunami di tahun 2004 yang cukup parah,
geliat perekonomian menjadi lumpuh,
infrastruktur jalan terputus, pembangunan
23

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016

dan tempat umum mengalami kerusakan

yang parah, seperti sekolah, rumah sakit,
masjid serta rumah penduduk. Musibah
tersebut tidak hanya berdampak pada
kerusakan fisik, bencana ini juga sangat
berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi
dan sosial masyarakat Kota Banda Aceh,
sehingga banyak mengundang berbagai
pihak baik lembaga internasional, lokal,
maupun pemerintah yang bersama-sama
berupaya untuk memberikan bantuan dan
membangun kembali daerah atau lokasi
yang terimbas oleh bencana. KiniKota
Banda Aceh mengalami kemajuan yang
sangat pesat, diantaranya pembangunan
infrastruktur jalan, rumah sekolah, rumah
sakit, dan tempat umum lainnya semakin
membaik. Geliat ekonomi serta penataan
ruang perkotaan dan pembangunan juga
terasa lebih pesat perkembangannya.
Pembangunan Kota Banda Aceh

tidak terlepas dari peran serta partisipasi
berbagai stakeholder baik pemerintah, LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), ORMAS
(Organisasi Kemasyarakatan), kelompok
pemuda dan masyarakat umum lainnya.
Masyarakat harus dapat berperanaktif
dalam memberi masukkan terhadap
pemerintah berupa kebijakan, perencanaan
dan pengganggaran, pelaksanaan serta
pengawasan dalam pembangunan termasuk
pola tata ruang dan pengembangan ruang
terbuka hijau serta sosial ekonomi
masyarakat Kota Banda Aceh.
Peran
masyarakat,
khususnya
dalam hal ini ialah Pemuda sangat penting
dalam mendukung penataan kawasan ruang
terbuka
hijau

agar
terus
berkelanjutan.Pemuda sebagai agent of
change (agen perubahan), memiliki potensi
dan peluang yang masih luas untuk mampu
berdaya
dalam
berbagai
sektor
pembangunan
daerah.Pamuda
dengan
segala kelebihannya diharapkan dapat
menjadi
pengerak
pengembangan
pembangunan,
terutama
dalam
mengembangkan ruang terbuka hijau agar

kelestarian kawasan hijau di daerah
perkotaan tetap terjaga dengan baik.
Ruang terbuka hijau adalah ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih
luas, baik dalam bentuk area/kawasan
maupun
dalam
bentuk
area
memanjang/jalur.
Pemanfatan
ruang
terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau
tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara

24

alamiah ataupun budidaya tanaman seperti
lahan pertanian, pertamanan, perkebunan
dan sebagainya.Penyediaan ruang terbuka
hijau merupakan amanat dari Undangundang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang dimana disyaratkan luas
ruang terbuka hijau minimal sebesar 30%
dari luas wilayah kawasan perkotaan yang
dibagi menjadi ruang terbuka hijau publik
minimal 20% dan ruang terbuka privat
minimal 10%, sebagai salah satu alternatif
upaya meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan dengan cara mengoptimalkan
fungsi ekologi Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan (RTHKP).
Pemerintah
Kabupaten/Kota
diperlukan upaya serta dorongan dari
masyarakat untuk menunjang penyedian
ruang terbuka hijau menjadi lebih baik.
Dalam hal ini Kota Banda Aceh dalam
mengembangkan ruang terbuka hijau sudah
tercermin dalam visi pembangunan kota
Banda Aceh tahun 2012-2017 : “Banda
Aceh Model Kota Madani”, yaitu sebuah

kota yang penduduknya beriman dan
berakhlak mulia, menjaga persatuan dan
kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat
hukum, dan memiliki ruang publik yang
luas, dan juga sejalan dengan misi ke-5 dari
7 (tujuh) misi pembangunan Kota Banda
Aceh yaitu “Melanjutkan Pembangunan
Infrastruktur Pariwisata yang Islami, maka
kondisi lingkungan yang tertata rapi, bersih,
hijau, indah dan nyaman menjadi hal yang
mutlak harus dipenuhi agar tercapainya
pengembangan sistem penataan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) yaitu “Mewujudkan
Kota Hijau, Bersih, Indah dan Nyaman
untuk MendukungBanda Aceh Model Kota
Madani”.
Sesuai dengan Rencana
Tata
Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Banda
Aceh Tahun 2009-2029, Pemerintah Kota

Banda Aceh menargetkan ruang terbuka
hijau publik sebesar 20,52%. Hingga tahun
2014 ini luas ruang terbuka hijau yang
dimiliki oleh Pemerintah Kota adalah
sebesar ± 14,15%. Pemerintah Kota terus
berupaya mengimplemetasikan berbagai
kebijakan dan program perluasan ruang
terbuka hijau. Untuk ruang terbuka hijau
privat, kebijakan Pemerintah Kota Banda
Aceh sudah menerapkan ruang terbuka
hijau seluas 30 – 40% dari setiap persil
bangunan, dimana angka persentase luasan

Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …

RTH ini sudah melebihi target yang
ditetapkan dalam Undang- undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
yaitu 10%. Ruang terbuka hijau yang
dikembangkan di Banda Aceh meliputi

sempadan sungai, sempadan pantai,
sepanjang jaringan jalan, pemakaman,
taman kota yang tersebar pada setiap
kecamatan, dan hutan kota.
Kebijakan ruang terbuka hijau,
diantaranya
melalui
Perencanaan
penghijauan perkotaan sangat didukung
oleh peran serta partisipasi masyarakat
untuk memenuhi target 20,52% ruang
terbuka hijau tersebut. Dalam menjaga
kawasan ruang terbuka hijau, merupakan
sebuah tanggung jawab bersama untuk
menjaga nilai estetika keindahan dan
kenyamanan kota, tanpa adanya peranan
dan tingkat kepedulian masyarakat dalam
menjaga kelestrarian kawasan ruang
terbuka
hijau,

maka
keseimbangan
pengembangan konsep kota green city akan
menjadi sia-sia, tanpa ada perawatan dan
kepedulian dari masyarakat terutama
dikalangan pemuda.
Pemuda merupakan salah satu
faktor pendukung untuk memotivasikan
semua elemen masyarakat agar terus
menjaga kelestarian ruang terbuka hijau,
yaitu harus diperkuat dengan kebijakan
pemerintah, salah satunya dengan kebijakan
afirmasi pemuda dalam mengerakkan
kepedulian terhadap lingkungan perkotaan
agar kelestarian ruang terbuka hijau tetap
terjaga kelestariannya dan nilai-nilai
estetika. Pemuda pada dasarnya memiliki
jiwa dan sikap mental yang bisa
menciptakan sebuah iklim perubahan
kearah yang lebih baik, memiliki
kemampuan sosialisasi di tengah kehidupan
masyarakat, mampu memecahkan polemik
sosial,
mampu
beradaptasi
dengan
kehidupan sosial dan mampu meningkatkan
pembangunan bangsa menjadi lebih baik
dan terata sesuai dengan nilai-nilai estetika.
Pemerintah dalam hal ini harus
terus memberi dorongan untuk memperkuat
peran serta partisipiasi pemuda melalui

penyadaran, pembinaan dan pemberdayaan
langsung kemasyarakat melalui komunitaskomunitas pemuda terutama di bidang
pengembangan ruang terbuka hijau. Sesuai
dengan fungsi dan peran kepemudaan
seperti yang diamanatkan dalam Undangundang Nomor 40 Tahun 2009.Peranan ini
harus dapat dilakukan secara sistematis
untuk meningkatkan peran serta pemuda
dalam seluruh aspek kehidupan manusia
dan memperhatikan serta melibatkan
pemuda
ke
dalam
perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari
seluruh kebijakan pengembangan kawasan
ruang terbuka hijau di Kota Banda
Aceh.Maka permasalahan diatas perlu
adanya
penelitian
untuk
mengukur
pentingnya
peran
pemuda
dalam
meningkatkan kelestarian ruang terbuka
hijau di Kota Banda Aceh.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian survey yaitu penelitian
yang datanya dikumpulkan dari sampel atas
populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi
dan menganalisis hubungan beberapa
variabel yang telah ditetapkan, maka jenis
penelitian yang dingunakan adalah Jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kuantitatif bertujuan untuk
menggambarkan,
menjelaskan,
atau
meringkaskan berbagai kondisi, situasi,
fenomena menurut kejadian sebagaimana
adanya penelitian untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat pemuda Kota Banda Aceh yang
memiliki umur 16-30 tahun. Berdasarkan
data BPS tahun 2013 ada 96.181 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
probability sampling. Selanjutnya dengan
menggunakan rumus Slovin maka diperoleh
jumlah sampel sebanyak 99,85 orang dan
dibulatkan menjadi 100 orang sampel
responden.

25

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran Pemuda dalam Meningkatkan
Kelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota
Banda Aceh
Tabel 1. Peran
Pemuda
dalam
Meningkatkan
Kelestarian
Ruang Terbuka Hijau Kota
Banda Aceh
No Peran
Skala
Tanggapan Responden
Pemuda
Dinamisator Range Persentase Frekuensi Persentase
(%)
(%)
1 Tinggi
4-5
68-100
70
70
2 Sedang
2-3
34-67
3
3
3 Rendah
0-1
0-33
27
27
Jumlah
5
100
100
100
Katalisator
1 Tinggi
4-5
68-100
61
61
2 Sedang
2-3
34-67
12
12
3 Rendah
0-1
0-33
27
27
Jumlah
5
100
100
100
Motivator
1 Tinggi
4-5
68-100
63
63
2 Sedang
2-3
34-67
14
14
3 Rendah
0-1
0-33
23
23
Jumlah
5
100
100
100
Inovator
1 Tinggi
4-5
68-100
56
56
2 Sedang
2-3
34-67
8
8
3 Rendah
0-1
0-33
36
36
Jumlah
5
100
100
100
Evaluator
1 Tinggi
4-5
68-100
61
61
2 Sedang
2-3
34-67
9
9
3 Rendah
0-1
0-33
30
30
Jumlah
5
100
100
100

Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Tabel 1. Menunjukkan bahwa peran
pemuda adalah sebagai berikut :
Peran Pemuda sebagai dinamisator
dalam meningkatkan kelestarian RTH di
Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi
sebanyak 70 %. Peran pemuda sebagai
katalisator dalam meningkatkan kelestarian
RTH di Kota Banda Aceh dalam kategori
tinggi sebanyak 61 %.Peran pemuda
sebagai motivator dalam meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dalam
kategori tinggi sebanyak 63 %.Peran
pemuda
sebagai
inovator
dalam
meningkatkan kelestarian RTH di Kota
Banda Aceh dalam kategori tinggi sebanyak
56 %. Peran pemuda sebagai evaluator
dalam meningkatkan kelestarian RTH di
Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi
sebanyak 61
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
peran pemuda sebagai dinamisator dalam
kategori tinggi berada pada urutan pertama
yaitu sebanyak 70% sedangkan yang

26

terakhir pada peran pemuda sebagai
innovator
sebanyak
56%
dalam
meningkatkan kelestarian RTH di Kota
Banda Aceh. Pada kateogori rendah yang
berada pada urutan pertama pada peran
pemuda sebagai motivator yaitu sebanyak
14% sedangkan yang paling terakhir pada
peran
pemuda
sebagai
dinamisator
sebanyak 3%
dalam meningkatkan
kelestarian RTH. Pada kategori rendah
yang berada pada urutan pertama pada
peran pemuda sebagai inovator sebanyak
36% sedangkan yang paling terakhir pada
peran pemuda sebagai motivator sebanyak
23%
dalam meningkatkan kelestarian
RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran
pemuda sebagai dinamisator, katalisatir,
motivator, inovator dan evaluator masih
baik dalam meningkatkan kelestarian RTH
karena tingkat karegori tinggi masih di atas
50 %.
Hubungan karakteristik Pemuda dengan
Peranan Pemudadalam Peningkatan
Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda
Aceh
Untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara karakteristik pemuda
yakni usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan organisasi dengan peran
pemuda dalam meningkatkan kelestarian
RTH dapat dilakukan dengan mentabulasi
silang/crosstab antara kedua variabel
tersebut yakni karakteristik pemuda dengan
peranan pemuda dalam meningkatkan
kelestarian RTH. Untuk mengetahui
hubungan dapat dilakukan pengujian
hipotesis sebagai berikut :
Ho: Tidak
ada
hubungan
antara
karakteristik pemuda dengan peranan
pemuda
dalam
meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda
Aceh.
Ha: Ada hubungan antara karakteristik
pemuda dengan peranan pemuda
dalam meningkatkan kelestarian
RTH di Kota Banda Aceh.
Dengan ketentuan pengambilan keputusan
dapat dilakukan dengan :
Berdasarkan perbandingan Chi-Square (χ2 )
Uji dan Tabel. (Tingkat Kepercayaan 95%;
α= 5 %)
Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square
Tabel, maka Ho diterima.

Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …

Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square
Tabel, maka Ho ditolak.
2. Berdasarkan probabilitas.
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho
diterima.
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho
ditolak.
1. Analisis Hubungan antara Usia dengan
Peran Pemuda
Hubungan antara usia dengan peran
pemuda dalam meningkatkan kelestarian
RTH di Kota Banda Aceh dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Cross Tabulation antara Usia
dengan Peran Pemuda
Peran Pemuda
Rend Seda Ting
ah
ng
gi
Usia 16-23 Count

Total

8

4

27

39

Expected
Count

11.3

3.9

23.8

39.0

% within
Usia

20.5 10.3 69.2
%
%
%

100.0%

% within
Peran
Pemuda

27.6 40.0 44.3
%
%
%

39.0%

24-30 Count

21

6

34

61

Expected
Count

17.7

6.1

37.2

61.0

% within
Usia

34.4 9.8% 55.7
%
%

100.0%

% within
Peran
Pemuda

72.4 60.0 55.7
%
%
%

61.0%

Total Count

29

10

61

100

Expected
Count

29.0 10.0 61.0

100.0

% within
Usia

29.0 10.0 61.0
%
%
%

100.0%

% within
Peran
Pemuda

100. 100. 100.
0% 0% 0%

100.0%

Kota Banda Aceh,akan tetapi hubungan
tersebut tidak menunjukkan adanya
perbedaan secara statistic, hal ini didukung
oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya
sebagaimana tampak pada Tabel 2.
Tabel 3. Nilai Chi Square Hubungan
antara Usia dengan Peran
Pemuda
Value

Df

Asymp. Sig. (2sided)

Pearson ChiSquare

2.302a

2

.316

Likelihood Ratio

2.368

2

.306

N of Valid Cases

100

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 3.90.
Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Berdasarkan hasil perhitungan
crosstabs
didapatkan
bahwa
nilai
probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar
0,316, yang berarti lebih besar dari 0.05,
maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada
hubungan antara usia dengan peran pemuda
dalam
meningkatkatkan
kelestarian
kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda
Aceh.Dengan demikian, tidak terdapat
perbedaan antarausia 16-23 tahundanusia
antara 24-30 tahun dalam meningkatkan
kelestarian RTH Kota Banda Aceh.
2. Analisis Hubungan antara Jenis
Kelamin dengan Peran Pemuda
Hubungan antara jenis kelamin
dengan peran pemuda dalam meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Cross Tabulation antara Jenis
Kelamin dengan Peran Pemuda

Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Peran Pemuda
Rendah Sedang Tinggi

Hasil cross tabulation ditemukan
bahwa 44,3% responden berusia antara 1623 tahunmemiliki peran pemuda dalam
kategori tinggi dalam meningkatkan
kelestarian RTH, sedangkan responden
berusia antara 24-30 tahun yang memiliki
peran pemuda dalam kategori tinggi sebesar
55,7% dalam meningkatkan kelestarian
RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran
pemuda berusia antara 24-30 tahun lebih
besar dibanding berusia antara 16-23 tahun
dalam meningkatkan kelestarian RTH di

Jenis
Laki-laki
Kelamin

Count

Total

11

4

44

59

17.1

5.9

36.0

59.0

6.8%

74.6%

100.0%

% within 37.9% 40.0% 72.1%
Peran
Pemuda

59.0%

Expected
Count

% within 18.6%
Jenis
Kelamin

Perempuan Count
Expected
Count

18

6

17

41

11.9

4.1

25.0

41.0

% within 43.9% 14.6% 41.5%
Jenis
Kelamin

100.0%

27

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016

% within 62.1% 60.0% 27.9%
Peran
Pemuda
Total

Count
Expected
Count

41.0%

29

10

61

100

29.0

10.0

61.0

100.0

% within 29.0% 10.0% 61.0%
Jenis
Kelamin

100.0%

% within 100.0% 100.0% 100.0%
Peran
Pemuda

100.0%

Sumber : Data Primer Diolah (2015)

3. Analisis Hubungan antara Pendidikan
dengan Peran Pemuda
Hubungan
antara
pendidikan
dengan peran pemuda dalam meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6. Cross
Tabulation
Pendidikan
dengan
Pemuda

antara
Peran

Peran Pemuda

Hasil cross tabulation ditemukan
bahwa 72,1% responden berjenis kelamin
laki-lakimemiliki peran pemuda dalam
kategori tinggi dalam meningkatkan
kelestarian RTH,sedangkan responden
perempuan yang memiliki peran pemuda
dalam kategori tinggi sebesar 27,9% dalam
meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini
menunjukkan bahwa peran pemuda dengan
jenis kelamin laki-laki memiliki peran yang
lebih tinggi dibanding dengan jenis kelamin
perempuan dalammeningkatkan kelestarian
RTH di Kota Banda Aceh.Hubungan
tersebut didukung oleh hasil pengukuran uji
Chi Square-nya sebagaimana tampak pada
Tabel 4.
Tabel 5. Nilai ChiSquare Hubungan
antara Jenis Kelamin dengan
PeranPemuda
Value

Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi- 11.162a
Square

2

.004

Likelihood
Ratio

11.227

2

.004

N of Valid
Cases

100

Chi-Square Tests a. 1 cells (16.7%) have expected
count less than 5. The minimum expected count is
4.10.
Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Berdasarkan hasil perhitungan
crosstabs
didapatkan
bahwa
nilai
probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar
0,004, yang berarti lebih kecil dari 0.05,
maka Ho diolak.Hal ini berarti ada
hubungan antara jenis kelamin dengan
peran pemuda.Dengan demikian, terdapat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam meningkatkan kelestarian RTH Kota
Banda Aceh.

28

Rendah Sedang Tinggi
Pendidikan PT

Count
Expected
Count

Total

14

8

49

71

20.6

7.1

43.3

71.0

% within
19.7% 11.3% 69.0%
Pendidikan

100.0%

% within
Peran
Pemuda

71.0%

SMA Count
Expected
Count

48.3% 80.0% 80.3%

15

2

12

29

8.4

2.9

17.7

29.0

6.9%

41.4%

100.0%

51.7% 20.0% 19.7%

29.0%

% within
51.7%
Pendidikan
% within
Peran
Pemuda
Total Count
Expected
Count

29

10

61

100

29.0

10.0

61.0

100.0

% within
29.0% 10.0% 61.0%
Pendidikan

100.0%

% within
Peran
Pemuda

100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Hasil cross tabulation ditemukan
bahwa 80,32% responden dengan tingkat
pendidikan Perguruan Tinggi (PT) memiliki
peran pemuda dalam kategori tinggi dalam
meningkatkan kelestarian RTH,sedangkan
responden dengan tingkat pendidikan SMA
memiliki peran pemuda dalam kategori
tinggi sebesar 19,7% dalam meningkatkan
kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan
bahwa peran pemuda dengan tingkat
pendidikan PT lebih tinggi dibanding
tingkat
pendidikan
SMA
dalam
meningkatkan kelestarian RTH di Kota
Banda Aceh.Hubungan tersebut didukung
oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya
sebagaimana tampak pada Tabel 6.

Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …

Tabel 7. Nilai Chi Square Hubungan
antara Pendidikan dengan
Peran Pemuda
Value

Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi- 10.244a
Square

2

.006

Likelihood
Ratio

9.764

2

.008

N of Valid
Cases

100

Mahasiswa Count
Expected
Count

7

6

34

47

13.6

4.7

28.7

47.0

% within 14.9% 12.8% 72.3% 100.0%
Pekerjaan
% within
Peran
Pemuda
Total

24.1% 60.0% 55.7%

Count

29

10

61

Expected 29.0
Count

10.0

61.0

% within 29.0% 10.0% 61.0%
Pekerjaan

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 2.90.
Sumber : Data Primer Diolah (2015)

47.0%

100
100.0
100.0%

% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Peran
Pemuda

Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Hasil
perhitungan
crosstabs
didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp
Sig. Chi Square sebesar 0,006, yang berarti
lebih kecil dari 0.05, maka Hoditolak. Hal
ini berarti ada hubungan antara pendidikan
dengan peran pemuda.Dengan demikian,
terdapat perbedaan antara pendidikan PT
dan SMA dalam meningkatkan kelestarian
RTH Kota Banda Aceh.

Hubungan tersebut didukung oleh
hasil pengukuran uji Chi Square-nya
sebagaimana tampak pada Tabel 8.
Tabel 9. Nilai Chi Square Hubungan
antara Pekerjaan dengan Peran
Pemuda
Chi-Square Tests
Value

4. Analisis Hubungan antara Pekerjaan
dengan Peran Pemuda
Hubungan antara pekerjaan dengan
peran pemuda dalam meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat
dilihat pada Tabel 4.16.Hasil cross
tabulation ditemukan bahwa 55,7%
responden dengan pekerjaan mahasiswa
memiliki peran pemuda dalam kategori
tinggi dalam meningkatkan kelestarian
RTH,sedangkan
responden
dengan
pekerjaan non mahasiswa memiliki peran
pemuda dalam kategori tinggi sebesar
44,3% dalam meningkatkan kelestarian
RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran
pemuda dengan pekerjaan mahasiswa lebih
tinggi dibanding pekerjaan non mahasiswa
dalam meningkatkan kelestarian RTH di
Kota Banda Aceh.
Tabel 8. Cross
Tabulation
Pekerjaan
dengan
Pemuda

antara
Peran

Peran Pemuda
Rendah Sedang Tinggi
Pekerjaan Non
Count
Mahasiswa
Expected
Count

4

27

53

15.4

5.3

32.3

53.0

% within 41.5%
Pekerjaan
% within
Peran
Pemuda

Total

22

7.5%

Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson ChiSquare

8.633

a

2

.013

Likelihood
Ratio

8.996

2

.011

N of Valid
Cases

100

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 4.70.
Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Hasil
perhitungan
crosstabs
didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp
Sig. Chi Square sebesar 0,013, yang berarti
lebih kecil dari 0.05, maka Ho diolak.Hal
ini berarti ada hubungan antara pekerjaan
dengan peran pemuda.Dengan demikian,
terdapat
perbedaan
antarapekerjaan
mahasiswadannon
mahasiswa
dalam
meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda
Aceh.
5. Analisis Hubungan antara Organisasi
dengan Peran Pemuda
Hubungan antara organisasi dengan
peran pemuda dalam meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

50.9% 100.0%

75.9% 40.0% 44.3%

53.0%

29

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016

Tabel 10. Cross
Tabulation
Organisasi dengan
Pemuda

antara
Peran

Peran Pemuda
Rendah Sedang Tinggi
Organisasi Aktif Count
Expected
Count

Total

12

10

47

69

20.0

6.9

42.1

69.0

% within
Organisasi

17.4% 14.5% 68.1%

100.0%

% within
Peran
Pemuda

41.4% 100.0% 77.0%

69.0%

Tidak Count
Aktif
Expected
Count

17

0

14

31

9.0

3.1

18.9

31.0

% within
Organisasi

54.8%

.0%

45.2%

100.0%

% within
Peran
Pemuda

58.6%

.0%

23.0%

31.0%

Total Count
Expected
Count

29

10

61

100

29.0

10.0

61.0

100.0

% within
Organisasi

29.0% 10.0% 61.0%

100.0%

% within
Peran
Pemuda

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Sumber : Data Primer Diolah (2015)

Hasil cross tabulation ditemukan
bahwa 77% responden aktif dalam
organisasi memiliki peran pemuda dalam
kategori tinggi dalam meningkatkan
kelestarian RTH,sedangkan responden
dengan tidak aktif dalam organisasi
memiliki peran pemuda dalam kategori
tinggi sebesar 23% dalam meningkatkan
kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan
bahwa peran pemuda dengan organisasi
aktif lebih tinggi dibanding organisasi tidak
aktif dalammeningkatkan kelestarian RTH
di Kota Banda Aceh.Hubungan tersebut
didukung oleh hasil pengukuran uji Chi
Square-nya sebagaimana tampak pada
Tabel 10.
Tabel 11. Nilai Chi Square Hubungan
antara Organisasi dengan
Peran Pemuda
Value

Df

Asymp. Sig. (2-sided)

a

2

.000

Likelihood
Ratio

18.765

2

.000

N of Valid
Cases

100

Pearson Chi- 16.684
Square

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 3.10.
Sumber : Data Primer Diolah (2015)

30

Hasil
perhitungan
crosstabs
didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp
Sig. Chi Square sebesar 0,000, yang berarti
lebih rendah dari 0.05, maka Ho ditolak.Hal
ini berarti ada hubungan antara organisasi
dengan peran pemuda.Dengan demikian,
terdapat perbedaan antaraorganisasi aktif
danorganisasi
tidak
aktif
dalam
meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda
Aceh.
PEMBAHASAN
Peran Pemuda dalam Meningkatkan
Kelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota
Banda Aceh
Peran pemuda dalam meningkatkan
kelestarian ruang terbuka hijau (RTH) di
Kota Banda Aceh cukup tinggi yaitu
sebanyak 61 %, sedangkan 29 % peran
pemuda masih rendah. Peran pemuda
sebagai dinamisator dalam meningkatkan
kelestarian RTH di Kota Banda Aceh
berada di urutan teratas karena memiliki
kategori tinggi yang lebih baik dibanding
peran
pemuda
sebagai
motivator,
katalisatir, inovator dan evaluator dalam
meningkatkan kelestarian RTH yaitu
sebesar 70 %, sedangkan urutan terbawah
peran pemuda sebagai inovator dalam
meningkatkan kelestarian RTH yaitu
sebesar 56 %. Hasil ini menunjukkan
bahwa peran pemuda sebagai dinamisator,
katalisatir,
motivator,
inovator
dan
evaluator masih baik dalam meningkatkan
kelestarian RTH karena tingkat karegori
tinggi masih di atas 50 %.Taufiq (2013)
mengemukakan dinamisator merupakan
penggerak. Pemuda diartikan sebagai
komunitas penduduk yang mempunyai
pikiran-pikiran muda seperti kreatif,
inovatif dan desduktrif, maka pemuda akan
senantiasa mempunyai kemauan dan
kemampuan.
Ketika
kemauan
dan
kemampuan itu bersatu maka pemuda akan
menjadi penggerak.Pemuda dengan jiwanya
yang selalu kreatif, kreatif, dan desduktrif
bisa menempatkan diri sebagaikatalisator
(penghubung
yang
mempercepat)
kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan
serta ketepatan waktu antara perencanaan
dan pelaksanaan.Pembangunan merupakan
tanggung jawab semua elemen masyarakat,
tidak boleh membebankan pelaksanaan
pembangunan hanya kepada pemerintah.
Dalam kontek ini pemuda harus

Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …

memerankan diri sebagai motivator
(pendorong) kepada semua elemen
masyarakat untuk mau bersama-sama bahumembahu melaksanakan dan mensukseskan
pembangunan.Selanjutnya dalam kajian
psikologi pemuda mempunyai karakteristik
selalu berpikir rasional dan ideal, karena
karakteristik
itulah,
pembaharuanpembaharuan
sering
muncul
dari
pemuda.Karakteristik
yang
akhirnya
melahirkan semangat inovasi harus juga
merambah
ke
sektor
pelaksanaan
pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang
tidak
pernah
puas
terhadap
satu
keberhasilan
akan
selalu
mencari
keberhasilan kedua, ketiga dan seterusnya.
Selain
itu
derap
langkah
proses
pembangunan yang dilakukan semua pihak
tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum
intelektual muda (pemuda) yang secara
kapabilitas mereka lebih mengetahui
indikator-indikator
penyimpangan,
penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi
lainnya dalam kegiatan pembangunan.
Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud
evaluasi hendaknya dilakukan secara
efektif, efisien dan tidak berdampak negatif
terhadap laju pembangunan.Hasil ini
sejalan dengan penelitian Hapsari dan
Suwandono (2013) yang membuktikan
bahwa masyarakat merupakan unsur utama
dalam mengelola dan menjaga kualitas
RTH.Selanjutnya hasil penelitian Rahmania
et al (2011) membuktikan bahwa
kegagalan/kurang berhasilnya pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan
Bantaeng khususnya di 6 (enam) kelurahan
contoh disebabkan oleh sistem yang tidak
melibatkan peran aktif masyarakat.
Alternatif kebijakan yang perlu dilakukan
dalam meningkatkan pengelolaan RTH
adalah melaui konsep identifikasi persoalan
RTH, konsep partisipasi dan konsep
kebijakan institusi.
Peran
serta
generasi
muda
merupakan salah satu unsur penting dalam
pengelolaan serta perencanaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH).Hakim, et al (2008)
mengemukakan aspek pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) saat ini masih kurang
di sosialisasikan oleh pemerintah kepada
masyarakat khususnya generasi muda
penerus bangsa.Kurangnya sosialisasi ini
mengakibatkan presepsi masyarakat tentang
kurang jelasnya peran serta generasi muda

dalam aspek pengelolaan Terbuka Hijau
(RTH). Breuste dalam Hakim, et al (2008)
mengemukakan perencanaan akan menjadi
efisien bila melibatkan masyarakat secara
bersama-sama. Branch dalam Hakim, et al,
(2008) menekankan bahwa pengelolaan
harus dievaluasi terus menerus dan fleksibel
dalam pengelolaan ruang terbuka hijau
kota. Pemerintah memiliki kewenangan
untuk merencanakan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) tetapi keterlibatan masyarakat
khusunya generasi muda merupakan hal
yang penting dalam pengelolan serta
perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
agar
sesuai
dengan
kebutuhan
pembangunan dan pertumbuhan Kota
Banda Aceh.Hasil penelitian Wahyudi
(2009) menemukan bahwa permasalahan
yang dihadapi Kabupaten Kudus adalah
belum adanya peraturan formal yang
mengatur tentang ketentuan alokasi ruang
terbuka hijau sehingga kurang mendapat
perhatian dari para stakeholder. Dasar
hukum yang mengatur tentang ruang
terbuka hijau di Ordo Kota Kudus belum
ditetapkan sehingga lembaga-lembaga
pengelola ruang terbuka hijau belum
memiliki dasar kewenangan yang kuat
untuk pengimplementasian ruang terbuka
hijau. Kondisi ini menyebabkan peran serta
masyarakat khususnya pemuda belum
berjalan secara optimal dalam pelestarian
RTH.
Peran generasi muda sangat
diperlukan untuk kelanjutan penataan ruang
ditahun-tahun mendatang. Tidak selamanya
seorang penata ruang akan hidup selamanya
untuk menata ruang kota yang sangat luas
di Indonesia. Untuk itu, generasi muda
harus mempunyai dasar-dasar ilmu
pengetahuan yang luas tentang pengelolaan
atau pembangunan perkotaan tentang
Ruang Tata Hijau.Masyarakat juga
termasuk generasi muda. Dalam hal ini
masyarakat tentunya harus menyadari apa
yang dibutuhkan untuk menjadikan kota
yang indah dilihat, dapat dimulai dari yang
hal terkecil yaitu menjaga lingkungan
sekitar agar tetap bersih dan indah.
Kepedulian terhadap lingkungan adalah
salah satu cara yang paling mudah untuk
menjadikan generasi penerus agar dapat
melanjutkan penataan serta pengelolaan
ruang hijau.

31

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016

Untuk lebih meningkatkan generasi
muda dalam pengelolaan ruang terbuka
hijau pemerintah bersama dengan pihak
terkait membuat suatu program antara lain :
a. Penyuluhan tentang peran generasi
muda dalam pengelolaan lingkungan
sejak dini diperlukan untuk membentuk
sikap yang baik, serta terampil dalam
pengelolaan lingkungan;
b. Mengoptimalkan fungsi RTH melalui
ilmu dan teknologi yang memadai, serta
penyediaan
tenaga
ahli
yang
menyertakan generasi muda dalam
prosesnya;
c. Peningkatan kelembagaan pengelolaan
RTH melalui Peraturan penyusunan
perundangan dukungan dari pembuat
kebijakan tentang peran generasi muda;
d. Pencanangan
Gerakan
Bangun,
Pelihara, dan Kelola RTH untuk
generasi muda (contoh : Gerakan Sejuta
Pohon, Satu pohon satu jiwa, Rumah
dan Pohonku, Sekolah Hijau, Koridor
Hijau dan Sehat, dll) sehingga gerakan
tersebut dapat terlaksana dengan baik
dan tepat sasaran;
e. Membangun komunitas hijau (green
community) dan kemudian melakukan
kegiatan kampanye kegiatan ramah
lingkungan (green campaign) yang
menarik seperti pembersihan RTH,
pengelolaannya, serta penataannya
sehingga generasi muda tertarik untuk
ikut dalam komunitas tersebut (Tamara,
dkk, 2014).
Karakteristik
Pemuda
terhadap
Kaitannya
dengan
Peranan
Pemudadalam
Peningkatan
Ruang
Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh
Karakteristik pemuda terhadap
kaitannya dengan peranan pemudadalam
peningkatan Ruang Terbuka Hijau di Kota
Banda Aceh berdasarkan hasil crosstab
menunjukkan jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan
dan
organisasi
memiliki
hubungan yang signifikan dengan peran
pemuda, sedangkan usia dengan peran
pemuda tidak memiliki hubungan yang
signifikan. Tidak ada hubungannnya usia
dengan peran pemuda disebabkan pada
penelitian ini pemuda didefiniskan sebagai
komunitas penduduk yang mempunyai usia
17 sampai 40 tahun usia tersebut berada
pada kategori usia produktif. Dominasi

32

jumlah tersebut bergerak lurus dengan cepat
atau lambatnya laju pembangunan, artinya
apabila pemuda mengoptimalkan peran
dalam
pembangunan,
maka
laju
pembangunan akan cepat, begitu juga
sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Yunizar (2001) bahwa faktor umur
masyarakat tidak memberikan pengaruh
yang nyata dalam pengelolaan sampah.
Jenis kelamin menunjukkan adanya
hubungan dengan peran pemuda.Pemuda
yang berjenis kelamin laki-laki cenderung
lebih pro aktif dalam pelestarian RTH
disebabkan komunitas laki-laki lebih
memiliki kemauan untuk bertindak lebih
cepat dalam melaksanakan pembangunan.
Pendidikan menunjukkan adanya hubungan
dengan peran pemuda. Pemuda yang
memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT)
cenderung memiliki pengetahuan yang
lebih luas
dalam pelestarian RTH
dibanding
pendidikan
SMA.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan Yunizar
(2001) bahwa faktor pendidikan masyarakat
tidak memberikan pengaruh yang nyata
dalam pengelolaan sampah. Selanjutnya
penelitian Subaeb (2013) menemukan
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap partisipasi masyarakat kawasan
kumuh dalam pengelolaan lingkungan di
Kota Makassar. Modal pendidikan dapat
mengubah tingkat kesadaran manusia
terhadap ekologinya, dapat mendorong
keinginan untuk maju dan merubah
kehidupannya untuk lebih baik. Tentu hal
tersebut akan berpengaruh terhadap cara
pengelolaan pemuda dalam pengelolaan
RTH.
Berdasarkan
hasil
penelitian
responden pemuda menujukan bahwa ratarata pendidikan pemuda menyelesaikan
pendidikannya di tingkat perguruan tinggi
dan ini menunjukan tingkat pendidikan
yang baik.
Pekerjaan menunjukkan adanya
hubungan dengan peran pemuda. Pemuda
yang
memiliki
pekerjaan
sebagai
mahasiswa cenderung memiliki waktu yang
lebih banyak dalam pelestarian RTH
dibanding pekerjaan non mahasiswa.Hal ini
berarti
bahwa
variabel
pekerjaan
berpengaruh terhadap cara pengelolaan
RTH, sehingga dapat dikatakan bahwa
bahwa pemuda yang memiliki pekerjaan
sebagai
mahasiswa
lebih
memiliki
ketrampilan terhadap pengelolaan RTH

Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …

cukup baik. Diduga pemuda yang memiliki
pekerjaan sebagai mahasiswa memiliki
waktu cukup banyak di kampus dan
lingkungan masyarakat serta memiliki
penalaran, pemahaman dan penghayatan
tentang pengelolaan RTH yang lebih baik
dan memperoleh informasi yang lebih
banyak tentang cara-cara pengelolaan RTH,
sehingga dapat menginformasikan kepada
keluarga dan masyarakat.Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan Yunizar (2001)
bahwa faktor pekerjaanmasyarakat tidak
memberikan pengaruh yang nyata dalam
pengelolaan sampah.
Organisasi menunjukkan adanya
hubungan dengan peran pemuda. Pemuda
yang aktif dalam organisasi cenderung
memiliki sifat yang tanggap
dalam
pelestarian RTH dibanding pemuda yang
tidak aktif dalam organisasi. Organisasi
kemasyarakatan
biasanya
merupakan
wadah yang paling mudah dimanfaatkan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang tinggi nilai sosialnya atau sebagai
ajang untuk mengekspresikan kepedulian
seseorang atau kelompok mengenai
sesuatu.Oleh
sebab
itu,
organisasi
kemasyarakatan yang disukai dan segani
masyarakat bila ditunjang dengan informasi
yang tepat dapat dimanfaatkan untuk
mengajak masyarakat umum berperan serta
secara aktif dalam menciptakan kehidupan
berkelanjutan yang mantap.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dalam tesis ini, maka dapat dirumuskan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran pemuda dalam meningkatkan
kelestarian ruang terbuka hijau (RTH)
di Kota Banda Aceh cukup tinggi
dalam perannya sebagai dinamisator,
katalisator, motivator, inovator dan
evaluator.
2. Karakteristik
pemuda
terhadap
kaitannya
dengan
peranan
pemudadalam peningkatan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh
berdasarkan
hasil
crosstab
menunjukkan
jenis
kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan organisasi
memiliki hubungan yang signifikan
dengan peran pemuda, sedangkan usia
dengan peran pemuda tidak memiliki
hubungan yang signifikan.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
maka penulis merumuskan beberapa saran
yang ditujukan kepada pemerintah,
masyarakat, dan pemuda :
1. Peran
pemuda
sebagai
inovatormemiliki hasil yang lebih
rendah dibanding peran pemuda
sebagai
dinamisator,
katalisator,
motivator dan evaluator sehingga perlu
ada upaya-upaya dari pemuda untuk
meningkatkan
inovasi
dalam
meningkatkan kelestarian RTH di Kota
Banda Aceh yang dilakukan oleh
pemerintah dengan cara ikut serta
dalam semua kebijakan yang dijalan
oleh pemerintah dalam pelestarian RTH
Kota Banda Aceh.
2. Karakteristik usia dengan pemuda tidak
memiliki hubungan yang signifikan
sehingga perlu upaya-upaya pemuda
dan pemerintah untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melestarikan
ruang terbuka hijau di Kota Banda
Aceh
DAFTAR RUJUKAN
Attayaya, 2009. Ruang Terbuka Hijau.
Artikel.http://www.attayaya.net/2009
/07/ruang-terbukahijau-rth.html.di
akases 23 Maret 2015
Aprianto, W. 2013.Peran Pemuda dalam
Pembangunan
Bangsa.WHITEBOARD
contoh
makalah peran pemuda dalam
pembangunan bangsa.htm
Asif Ariasti Rias. 2009.Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Publik di Kelurahan
Wawombalata
Kecamatan
Mandonga
Kota
Kendari.http://core.ac.uk
/download/pdf/18605978.pdf
Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis
Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan. PT Pradnya Paramita:
Jakarta.
Budihardjo, E., Sujarto, D. 2005. Kota
Berkelanjutan, PT Alumi: Bandung.
Darmawan E. 2006. Teori dan Kajian
Ruang Publik Kota. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang
Fabos, J.G. dan Ryan, R.L. 2006.An
Introduction to Greenway Planning
Around The World. Landscape and
Urban Planning. Vol. 76

33

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016

Gallion.
1959.
Melalui
http://itja.wordpress.com/2009/02/19/
ruang-terbuka-hijau/, diakses tanggal
16 Maret 2015
Green.
1962.
Melalui
http://itja.wordpress.com/2009/02/19
/ruang-terbuka-hijau/,
diakses
tanggal 16 Maret 2015
Hakim, R., M.S.A. Bakar dan F.
Johar.2008. Persepsi Masyarakat
Terhadap Aspek Perencanaan RTH
Kota Jakarta.FALTL Universitas
Trisakti. Jakarta
Hapsari, R dan D. Suwandono.2013. Peran
Serta
Masyarakat
dalam
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di
Kelurahan
Lamper
Kidul.Ruang.Jurnal
Perencanaan
Wilayah dan Kota, Vol.1.:11-20
H.R. Mulyanto. 2008. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Wilayah. PT. Graha
Ilmu: Semarang
Joga Nirwano dan Ismaun Iwan. 2011. RTH
30%! Resolusi (kota) hijau. PT
Gramedia Pustaka utama: Jakarta
Mico, R. 2012. Peran Pemuda Dalam
Pembangunan Masyarakat. Tugas
Peranan
Pemuda
Dalam
Pembangunan Masyarakat. Htm
Nasdian
Tonny
Fredian.2014.
Pengembangan
masyarakat.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia:
Jakarta
Nurul Fatanah, 2008. Analisis Kebutuhan
Ruang
Terbuka
Hijau
Kota
Makassar.Tesis.Program
Pasca
Sarjana Universitas Hasanuddin
Makassar.
Rustiadi, E., S. Dkk. 2002.Perencanaan
Pengembangan
Wilayah.
Laboratorium
Perencanaan
Pengembangan Sumber Daya Lahan.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian
IPB: Bogor
Rahmania, A., D. Rukhmana dan A.R.
Mapangaja.
2011.
Analisis
Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Kecamatan Bantaeng
Kabupaten
Bantaeng.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9
0b98f3ee2b47d624452743
3f56cbddb.pdf,
Ross, Murray G., and B.W. Lappin.1967.
Community Organization: theory,
principles
and
practice.Second

34

Edition. NewYork: Harper & Row
Publishers.
https://sacafirmansyah.wordpress.co
m/2009/06/05/partisipasimasyarakat/
Sobirin. 2001. Distribusi Permukiman dan
Prasarana Kota :Studi Kasus
Dinamika Pembangunan Kota di
Indonesia,
dalam
Dimensi
Keruangan Kota Teori dan Kasus. UI
Press: Jakarta
Sugiyono. 2003. Statistik Nonparametris
Untuk Peneltian. Alfabeta: Bandung
Suhaeb, S.2013. Partisipasi Masyarakat
Kawasan Kumuh dan Pengelolaan
Lingkungan di Kota Makassar. LPM
penalaran
Volo.
13
(1):
702.http://penalaranunm.org/perpustakaan/jurnalnalar/127-volume-13-no-1-tahun2013.html
Sunaryo, R.G. dkk. 2010. Perubahan
Setting Ruang dan Pola Aktivitas
Publikdi Ruang Terbuka Kampus
UGM. Paper Kumpulan Makalah
pada Seminar Nasional Riset
Arsitektur & Perencanaan 1, IAP
DIY – APRF – JUTAP UGM:
Yogyakarta
Theresia, A dkk. 2014. Pembangunan
berbasis masyarakat. Cv. Alfabeta:
Bandung
Taufiq, M. 2013. PeranPemuda dalam
Pembangunan.Peran Pemuda dalam
Pembangunan Universitas Mathla'ul
Anwar Bante: htm
Tamara, A.P., D. Grahitami dan D.D.
Pradani. 2014. Upaya Peningkatan
Peran Generasi Muda dalam
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) (Studi Kasus di Kota
Semarang).http://anindyapt.blogspot.
com/2014/06/upaya-peningkatanperan-generasi-muda_9401.html
Tinambunan dan Stepanus, Riswandi.2006.
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau
Di
Kota
Pekanbaru.http://repository.ipb.ac.id/
handle /123456789/10009
Widjanarko, B. S., dkk. 2006. Aspek
Pertanahan Dalam Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Pertanian
(Sawah). Pusat Penelitian dan
Pengembangan BPN: Jakarta

Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …

Wahyudi.2009.
Ketersediaan
Alokasi
Ruang Terbuka Hijau pada Ordo
Kota
I
Kabupaten
Kudus.
http://eprints.undip.ac.id/17639/
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata
Ruang Kota. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Yunizar. 2001. Partisipasi Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Pengelolaan
Sampah
di
Kota
Binjai.Tesis.Program
Pascasarjana
Universitas Sumatera Medan.Tidak
dipublikasikan.
Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1992
Tentang Penataan Ruang
Intruksi Kementerian Dalam Negeri
Nomor 14 Tahun 1988 Tentang
Ruang Terbuka Hijau

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009
Tentang Kepemudaan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
Sistem Perencanaan Pemabngunan
Nasional
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.

35