Pembebasan Bersyarat (Pb) Bagi Penyalahguna Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Chapter III V

e. BAPAS dituntut sebagai konselor
Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS
tersebut dituntut untuk selalu siap dalam menerima segala keluhan yang terjadi
pada diri Klien Pemasyarakatan baik di lingkungan keluarganya, masyarakat dan
kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.
B. Syarat dan Tugas Pembimbing Pemasyarakatan
Pembimbing Kemasyarakatan adalah petugas Pemasyarakatan pada Balai
Pemasyarakatan. Pembimbing Kemasyarakatan bertugas: 107
a. melakukan penelitian kemasyarakatan untuk:
1. membantu tugas Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam perkara Anak
Nakal
2. menentukan program pembinaan narapidana di LAPAS dan Anak
DidikPemasyarakatan di LAPAS Anak
3. menentukan program perawatan Tahanan di RUTAN
4. menentukan program bimbingan dan atau bimbingan tambahan bagi Klien
Pemasyarakatan.
b. melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi Klien
Pemasyarakatan.
c. memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta data
atau hasil penelitian kemasyarakatan Klien tertentu.


107

Himpunan Peraturan Tentang Pemasyarakatan hal 816-819

Universitas Sumatera Utara

d. mengkoordinasikan pekerja sosial dan pekerja sukarela yang melaksanakan tugas
pembimbingan.
e. melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, Anak Didik Pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua, wali
atau orang tua asuh dan orang tua, wali dan orang tua asuh yang diberi tugas
pembimbingan.
Pembimbing Kemasyarakatan berkewajiban:
a. menyusun laporan atas hasil penelitian kemasyarakatan yang telah dilakukannya.
b. mengikuti sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan guna memberikan data, saran dan
pertimbangan atas hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukannya.
c. mengikuti sidang pengadilan yang memeriksa perkara Anak Nakal guna
memberikan penjelasan, saran dan pertimbangan kepada hakim mengenai segala
sesuatau yang berkaitan dengan Anak Nakal yang sedang diperiksa di Pengadilan
berdasarkan hasil penelitian kemasyarakatan yang telah dilakukannya.

d. melaporkan setiap pelaksanaan tugas kepada Kepala BAPAS.
Pembimbing Kemasyarakatan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
kewajibannya kepada Kepala BAPAS.
Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Pembimbing Kemasyarakatan adalah:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berpendidikan serendah-rendahnya lulusan.
1. Sekolah Menengah Kejuruan bidang Pekerja Sosial
2. Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

b. telah berpengalaman kerja sebagai pembantu Pembimbing Kemasyarakatan bagi
lulusan:
1. Sekolah menengah Kejuruan bidang Pekerja Sosial berpengalaman sekurangkurangnya 1 (satu) tahun.
2. Sekolah Menengah Umumatau Kejuruan lainnya berpengalaman sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.
c. sehat jasmani dan rohani
d. pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda (Golongan/Ruang II/a)
e. telah mengikuti Pelatihan teknis Pembimbing Kemasyarakatan.
f. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang kesejahteraan sosial
g.semua unsur penilaian dalam DP3 berniat baik dan tidak sedang menjalani
hukuman disiplin

Pembimbing Kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia. Pengangkatan dan pemberhentian Pembimbing
Kemasyarakatan dilakukan atas usul Kepala BAPAS melalui Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman setempat. Pembimbing Kemasyarakatan diberhentikan
dengan hormat karena:
a. mencapai usia pensiun
b. permintaan sendiri
c. keadaan kesehatan badan atau kesehatan jiwanya tidak lagi mampu menjalankan
tugasnya setelah dinyatakan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan yang berwenang
d. tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik

Universitas Sumatera Utara

e. meninggal dunia
Pembimbing Kemasyarakatan diberhentikan tidak dengan hormat karena:
a. melakukan perbuatan tercela
b. melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban
c. melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman paling rendah 2 (dua)
tahun dan telah berkekuatan hukum tetap
C. Pengawasan Pembebasan Bersyaratbagi warga binaan penyalahguna

NarkotikaPemasyarakatan
Pengawasan Pembebasan Bersyarat bagi warga binaan penyalahguna
Narkotika Pemasyarakatan merupakan tugas Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak (BISPA) selaku unit pelaksana teknis untuk kepentingan integrasi
klien dengan masyarakat. Balai Pemasyarakatan di Sumatera Utara terdiri dari 3 yaitu
Balai Pemasyarakatan Klas I Medan dan Balai Pemasyarakatan Sidempuan (Tapanuli
Utara), Balai Pemasyarakatan Sibolga Klas II ( Kota Sibolga). 108
Bimbingan klien pemasyarakatan yang menjiwai tata peradilan pidana dan
mengandung aspek penegakan hukum dalam rangka pencegahan kejahatan dan
bimbingan pelanggar hukum maka harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang
berlaku.

108

Wawancara dengan Kepala Sub Bimbingan Kemasyarakatan Klien Dewasa pada tanggal
28 April 2015

Universitas Sumatera Utara

Untuk melaksanakan kegiatan bimbingan klien pemasyarakatan tersebut di

atas, perlu dikeluarkan petunjuk pelaksanaan yang mengatur cara pembimbingan
klien. 109
1. Penerimaan dan pendaftaran klien
1) Penerimaan:
a. Penerimaan klien pemasyarakatan di Balai Bispa wajib didasarkan
pada surat-surat yang sah.
b. Penerimaan dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
c. Setelah petugas yang ditunjuk menerima klien, segera meneliti sah
tidaknya surat-surat yang melengkapinya dan mencocokkan dengan
identitas yang tercantum dalam surat-surat tersebut.
d. Selanjutnya petugas yang ditunjuk mengantar klien berikut suratsuratnya kepada petugas pendaftaran
2) Pendaftaran:
a. Petugas pendaftaran meneliti kembali sah tidaknya surat-surat yang
melengkapi klien tersebut.
b. Penerimaan klien dari jaksa atau petugas lembaga Pemasyarakatan
atau Balai Bispa lain dibuat berita acara serah terima yang ditanda
tangani oleh petugas yang menerima dan yang menyerahkan.
c. Kemudian petugas mencatat identitas dan surat-surat dalam buku
daftar sesuai dengan status klien yang bersangkutan
109


Himpunan Peraturan Tentang Pemasyarakatan, hal 820-826

Universitas Sumatera Utara

d. Selanjutnya petugas mencatat data tersebut pada butir kerja dalam
kartu bimbingan, sedang hasil pembinaan narapidana dalam Lembaga
Pemasyarakatan maupun bimbingan klien dari Balai Bispa lain
dilampirkan pada kartu bimbingan klien.
e. Selanjutnya klien di foto dan foto tersebut ditempel pada kartu
bimbingan klien.
f. Pengambilan sidik jari klien dilakukan pada surat putusan hakim dan
atau ketetapan Menteri kehakiman serta kartu Daktiloskopi
g. Selanjutnya klien dihadapkan kepada Pembimbing Kemasyarakatan
yang akan memberikan penjelasan tentang status, kewajiban dan
haknya, sekaligus mengumpulkan data dari klien yang bersangkutan
serta keluarga yang menyertainya.
2. Proses Bimbingan
1) Proses bimbingan klien dilaksanakan melalui tiga tahap berdasarkan kepada
kebutuhan dan permasalahan klien.

2) Tiga tahap tersebut adalah:
a. Bimbingan tahap awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal ialah:
(a)Penelitian kemasyarakatan
(b) Menyusun rencana program bimbingan
(c) Pelaksanaan program bimbingan

Universitas Sumatera Utara

(d) Penilaian pelaksanaan program tahap awal dan penyusunan
rencana bimbingan tahap lanjutan.
b. Bimbingan taha lanjutan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap lanjutan ialah:
(a) Pelaksanaan program bimbingan
(b) Penilaian pelaksanaan program tahap lanjutan dan penyusunan
rencana bimbingan tahap akhir.
c. Bimbingan tahap akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir ialah:
(a) Pelaksanaan program bimbingan
(b) Meneliti dan menilai keseluruhan hasil pelaksanaan program

bimbingan.
(c) Mempersiapkan klien untuk menghadapi akhir masa bimbingan
dan mempertimbangkan akan kemungkinan pelayanan bimbingan
tambahan (after care)
(d) Mempersiapkan surat keterangan akhir masa bimbingan klien.
(e) Mengakhiri masa bimbingan klien dengan diwawancarai oleh
Kepala Balai Bispa.
3)

Tahap-tahap dalam proses bimbingan klien ditetapkan melalui
sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.

Universitas Sumatera Utara

3. Wujud Bimbingan
1)

Wujud

bimbingan-bimbingan


yang

diberikan

kepada

klien

didasarkan pada masalah dan kebutuhan klien pada saat sekarang dan masa
mendatang yang diselaraskan dengan kehidupan keluarga dan lingkungan
masyarakat dimana klien bertempat tinggal.
2)

Wujud bimbingan tersebut berupa pilihan salah satu jenis
bimbingan atau memadukan beberapa pilihan yang sesuai dengan kebutuhan.

3)

Jenis bimbingan klien meliputi:

a)

Pendidikan agama.

b)

Pendidikan budi pekerti

c)

Bimbingan dan penyuluhan perorangan maupun kelompok

d)

Pendidikan formal

e)

Kepramukaan


f)

Pendidikan ketrampilan kerja

g)

Pendidikan kesejahteraan Keluarga

h)

Psikoterapi

i)

Kepustakaan

j)

Pskiatri terapi

Dalam melaksanakan bimbingan di atas ditempuh melalui kerja sama dengan
instansi lain yang terkait.

Universitas Sumatera Utara

4. Pendekatan Bimbingan
1) Pelaksanaan bimbingan klien dilandasi dengan salah satu disiplin ilmu yang
sesuai dengan tujuan bimbingan
2) Pendekatan-pendekatan tersebut diperoleh dari berbagai disiplin ilmu sebagai
berikut pemasyarakatan, hukum, pekerjaan sosial, pendidikan, psikologi,
psikiatri dan disiplin ilmu lain yang sesuai
5. Tim Pengamat Pemasyarakatan
1) Tim Pengamat Pemasyarakatan adalah tim atau badan yang bertugas
membantu Kepala Balai Bispa dalam melaksanakan bimbingan klien
pemasyarakatan.
2) Susunan anggota Pengamat Pemasyarakatan terdiri dari:
a) Pembimbing Kemasyarakatan
b) Pejabat struktural yang ditunjuk
c) Pembimbing Kemasyarakatan sukarela, badan-badan sosial atau organisasi
kemasyarakatan
d) Para ahli yang diperlukan
3) Tugas Pengamat Pemasyarakatan melaksanakan sidang-sidang guna:
a) Menyusun rencana program bimbingan tahap awal, lanjutan dan akhir
b) Membahas kasus klien tertentu guna menentukan program bimbingannya.
c) Menyampaikan rencana program klien kepada Kepala Balai Bispa.
d) mengadakan penilaian pelaksanaan program bimbingan.

Universitas Sumatera Utara

6. Pengakhiran bimbingan
Masa bimbingan klien dihentikan karena:
1. Telah selesai masa bimbingan
2. Karena melanggar hukum lagi
3. Pindah alamat tanpa melapor dan tidak diketemukan alamat baru
4. Meninggal dunia
7. Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan
Balai

Bispa

menerima

permintaan

pembuatan

Laporan

Penelitian

Kemasyarakatan dari:
1) Pengadilan Negeri
Laporan Penelitian Kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Hakim yang
akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memutus perkara
dalam sidang di Pengadilan Negeri
2) Lembaga Pemasyarakatan
Laporan Penelitian Kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Kepala
Lembaga Pemasyarakatan yang akan dipergunakan sebagai bahan penentuan
program pembinaan narapidana, anak negara dan anak sipil dalam Lembaga
Pemasyarakatan
3) Rumah Tahanan Negara
Laporan Penelitian Kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Kepala Rumah
Tahanan negara yang akan dipergunakan sebagai bahan pemberian perawatan
tahanan.

Universitas Sumatera Utara

4) Balai Bispa
Laporan Penelitian Kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Kepala Balai
Bispa lain yang dipergunakan sebagai bahan penentuan program bimbingan
oleh Balai Bispa yang bersangkutan.
5) Instansi lain
Laporan Penelitian Kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Departemen
Sosial, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Perindustrian, dan lain-lain
yang akan dipergunakan sebagai bahan pemberian pelayanan sesuai keperluan
dari instansi tersebut.
8. Keikutsertaan dalam persidangan
1) Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai tugas mengikuti sidang yang
diselenggarakan oleh Pengadilan Negeri maupun sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan.
2) Dalam

sidang

di

Pengadilan

Negeri,

Pembimbing

Kemasyarakatan

memberikan penjelasan tentang laporan penelitian kemasyarakatan yang
diamatinya.
3) Dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
memberikan penjelasan tentang laporan penelitian kemasyarakatan yang
dibuatnya serta memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan
program bimbingan narapidana.

Universitas Sumatera Utara

9. Pelaporan
1) Semua kegiatan harus dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Kehakiman dan selanjutnya diteruskan kepada Menteri
Kehakiman R.I.c.q.Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
2) Dalam hal pengakhiran bimbingan tembusan laporan disampaikan pula
kepada Instansi-instansi yang berkepentingan.
3) Dalam hal terjadi peristiwa yang luar biasa segera dilaporkan kepada Kepala
Kantor Wilayah Departemen Kehakiman, Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
dan instansi-instansi yang berkepentingan melalui telepon, kawat, atau dengan
cara lain dan kemudian segera disusul dengan laporan secara tertulis.
Keadaan terakhir Desember 2015 yang mendapat Pembebasan Bersyarat
menurut Balai Pemasyarakatan Klas I Medan untuk seluruh warga binaan yang
melakukan tindak pidana di dalam wilayah : 110
1. Lembaga Pemasyarakatan Medan
2. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan
3. Rutan Klas I Medan
4. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai
5. Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Lubuk Pakam
6. Rutan Klas IIB Tanjung Pura
7. Rutan Klas IIB Pangkalan Brandan

110

Wawancara kepada Ka Subsi Register Klien Dewasa pada tanggal 28 April 2015

Universitas Sumatera Utara

Tabel II
Jumlah seluruh narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat di Balai
Pemasyarakatan Klas I Medan Tahun 2015
BULAN

LAKI_LAKI

PEREMPUAN

Desember

4710

197

Januari

4899

204

Februari

5104

218

Maret

5286

228

Sumber dari Bagian Register Klien Dewasa Balai Pemasyarakatan Klas I
Medan bulan Maret 2015
Data menunjukkan jumlah pembebasan bersyarat meningkat baik laki-laki dan
perempuan. Semua narapidana tindak pidana penyalah guna narkotika yang mendapat
pembebasan bersyarat wajib memenuhi syarat substantif dan adminitratif yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, Peraturan Pemerintah tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Pembebasan
Bersyarat berfungsi juga untuk mengurangi over kapasitas di dalam lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel III
Jumlah Narapidana Khusus Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika di bawah
Naungan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan Tahun 2015
BULAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Desember

1334

-

Januari

1445

7

Februari

1569

17

Maret

1677

27

Sumber dari Bagian Register Balai Pemasyarakatan Klas I Medan Maret 2015
Keterangan data menunjukkan khusus tindak penyalahguna narkotika di
bawah naungan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan setiap bulan meningkat. Jumlah
bulan Desember hingga Januari bertambah 111 orang laki-laki, dan perempuan 7
orang, bulan Januari hingga Februari bertambah 124 orang laki-laki dan perempuan
berjumlah 10 orang, Februari hingga bulan Maret bertambah 108 orang laki-laki dan
perempuan berjumlah 10 orang. Data menunjukkan Indonesia Darurat Tindak Pidana
Narkotika dengan jumlah narapidana 75% kasus narkotika.

Universitas Sumatera Utara

Tabel IV
Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahguna Narkotika yang mendapat
Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
yang ditangani Balai Pemasyarakatan Klas I Medan Tahun 2015
BULAN

JUMLAH WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN

Januari

18 orang

Februari

31 orang

Maret

17 orang

Sumber dari bagian Register Balai Pemasyarakatan Klas I Medan Maret 2015
Keterangan sidang pembebasan bersyarat dilakukan setiap bulan. Narapidana yang
telah menjalani 2/3 masa pidana di dalam penjara yang telah dikeluarkan Surat
Keputusan Pembebasan Bersyarat ditambah 1 tahun masa percobaan di luar Lembaga
Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan diserahkan di bawah naungan
pengawasan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan. Pengawasan dilakukan selama 1/3
masa pidana ditambah hukuman yang baru dijalani di Lembaga Pemasyarakatan.
Adapun syarat untuk menjadi penjamin bagi narapidana yang melakukan
tindak pidana penyalahguna narkotika yaitu orang yang paling dekat dengan
narapidana misalnya ayah, ibu, paman, tante atau masih ada hubungan darah dengan
narapidana, bisa juga penjamin dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial dan juga
wajib diberikan kepada mereka yang masih berumur yang produktif untuk bekerja

Universitas Sumatera Utara

karena si penjamin wajib menafkahi si narapidana sebelum narapidana mendapat
pekerjaan, tidak cacat hukum. Undang-Undang yang mengatur tentang penjamin
tidak ada yang mengaturnya. Penjamin mempunyai kewajiban membantu BAPAS
untuk memberikan informasi tentang keberadaan, kondisi klien dan tugas penjamin
melakukan pendampingan terhadap warga binaan pemasyarakatan, mengingatkan
akan tugas dan tanggung jawab warga binaan pemasyarakatan untuk tidak melakukan
tindak pidana melawan hukum, memberi nafkah selama klien belum bekerja. Secara
fisik tidak memiliki resiko dan belum ada peraturan yang mengaturnya. Penjamin
yang meninggal dunia tidak perlu diganti cukup si narapidana melapor ke Balai
Pemasyarakatan terkecuali pindah ke luar kota Sumatera maka harus dilakukan
pengganti penjaminnya.
Kewajiban narapidana wajib lapor sebulan sekali atau 3 bulan sekali kepada
Balai Pemasyarakatan Klas I Medan dan wajib mematuhi peraturan yang berlaku dan
tidak melanggar hukum lagi serta tidak melakukan tindakan yang meresahkan
kehidupan bermasyarakat. Hak dari narapidana mendapat bimbingan dari Kepala
Balai Pemasyarakatan untuk membina diri ke depan lebih baik dari sebelumnya.
Pengawasan dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan dilakukan selama 1 tahun
untuk semua tindak pidana melawan hukum. 1 tahun diusahakan kepada narapidana
untuk tidak membuat anggapan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan narapidana/klien
melarikan diri. Narapidana yang tidak melapor berturut-turut selama 3 bulan
dinyatakan narapidana melarikan diri baik narapidana berada di luar kota. Petugas
Balai Pemasyarakatan melakukan kunjungan narapidana tidak berdomisili di tempat

Universitas Sumatera Utara

yang telah ditentukan pada waktu mengisi surat pernyataan Surat Kesanggupan
Keluarga yang diisi oleh keluarga narapidana di dalamnya terdapat alamat domisili
dengan jelas.
Balai Pemasyarakatan mengadakan kunjungan ke rumah klien/ narapidana
tidak ada di sana dan penjamin pindah alamat, Balai Pemasyarakatan menganggap
melarikan diri dan perpindahan alamat tidak dilaporkan ke Balai Pemasyarakatan dan
Balai Pemasyarakatan tidak tahumencari alamat domisili si klien maka Balai
Pemasyarakatan meminta surat keterangan dari lingkungan tersebut atau kepala desa
menyatakan bahwa narapidana dan penjamin tidak berdomisili di daerah tersebut
maka dianggap melarikan diri. Sanksinya kembali 1/3 masa pidana dijalani di dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
Hak bagi si penjamin berhak mencabut surat penjaminnya apabila si
narapidana tidak bisa diarahkan dan tetap melakukan pelanggaran hukum maka si
penjamin berhak mencabut surat pernyataan penjamin tersebut dan dilaporkan ke
Balai Pemasyarakatan.
Narapidana/Klien yang tidak memiliki keluarga maka bisa diwakilkan kepada
yayasan sosial misalnya Lembaga Sosial Masyarakat yang benar-benar konsisten
untuk mengawasi si narapidana namun tidak boleh pegawai lapas yang fungsinya
untuk menghindari kepentingan-kepentingan pribadi.
Pengawasan

yang

dilakukan

Bapas

berupa

program

yaitu

Balai

Pemasyarakatan harus melakukan penyidikan ke lapangan yang artinya menghubungi
mereka dalam waktu tertentu misalnya 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali harus

Universitas Sumatera Utara

dikunjungi, pada saat melapor Balai Pemasyarakatan memberitahu kepada narapidana
untuk tidak melakukan perbuatan hukum lagi dan memberitahu bahwa mereka masih
dalam keadaan status lepas bersyarat dan diberi bimbingan dan dicatat perkembangan
si narapidana oleh Balai Pemasyarakatan.
Kendala yang dihadapi Balai Pemasyarakatan banyaknya jumlah warga
binaan yang mendapat pembebasan bersyarat dan selalu bertambah setiap bulannya
sedangkan petugas Bapas tidak bertambah setiap bulannya yang bertugas untuk
mengunjungi narapidana tidak relevan jumlahnya, anggaran yang diberikan kepada
Balai Pemasyarakatan untuk mengunjungi ke rumah-rumah setiap narapidana tidak
ada.Teknik yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan bagi narapidana penyalah
guna narkotika dilakukan pembimbingan itu secara perorangan, kelompok, rekreasi.
Dikunjungi satu persatu, kelompok dikumpulkan secara menyeluruh di aula dan bisa
dilakukan rekreasi di ke tempat-tempat rekreasi.
D. Izin Pencabutan Pembebasan Bersyarat
Menurut T. Sinaga Kepala bagian Bimbingan Kemasyarakatan Klien Dewasa
pencabutan Izin Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh Kepala Balai Lembaga
Pemasyarakatan apabila warga binaan pemasyarakatan penyalah guna narkotika yang
bersangkutan melakukan: 111
a. hidup secara tidak teratur, suka membuat onar, mabuk-mabukan, bermain judi,
mengunjungi tempat mesum, mengganggu ketentraman umum atau masyarakat.
b. malas bekerja
c. bergaul dengan residivis
111

Wawancara dengan Bapak T.Sinaga pada tanggal 29 April 2015 Kepala Sub Bimbingan
Kemasyarakatan Klien Dewasa

Universitas Sumatera Utara

d. mengulangi tindak pidana
e. menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
f. melanggar tata tertib.
g. narapidana dianggap melarikan diri.
Kepala Balai Lembaga Pemasyarakatan wajib segera melakukan pemeriksaan
atas kebenaran laporan tersebutdengan melapor kepada Kepolisian setempat dengan
tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman
setempat dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan kembali si narapidana di proses
oleh kepolisian, kejaksaan dan diadili diputus hakim di pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap. Narapidana yang dicabut izin pembebasan bersyarat
dikenakan sanksi yaitu:
a. kembali mengikuti pendidikan dalam Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
b. hukuman disiplin menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
kembali menjalani 1/3 sisa pidana yang dahulu dan ditambah dengan hukuman
pidana penjara yang baru yang diputuskan oleh hakim sesuai dengan perbuatan
yang dilakukan narapidana.
c. pada tahun pertama setelah pencabutan itu, untuk sementara waktu tidak diberikan
remisi.
Selama masa menjalani masa pembebasan bersyarat di luar Lembaga
Pemasyarakatan tidak dihitung sebagai menjalani pidana dan selama menjalani sisa
pidananya tidak perkenakan memperoleh izin pembebasan bersyarat.Petugas Lapas
tidak banyak menemui kendala yang menghambat dalam proses pemberian

Universitas Sumatera Utara

pembebasan bersyarat hanya saja untuk hak pembebasan bersyarat kendala dihadapi
oleh petugas BISPA yaitu pada saat proses memenuhi syarat administratif napi yaitu
Litmas dimana mereka harus melakukan survey langsung ke lapangan untuk melihat
bagaimana keadaan rumah yang untuk melihat bagaimana keadaan rumah yang akan
ditinggalin napi Kendalanya adalah alamat keluarga napi tidak jelas/susah ditemukan,
alamat berpindah-pindah dan dimungkinkan juga adanya kendala lain yang timbul
adalah kesulitan pihak lapas untuk meminta ketersediaan napi Kendalanya adalah
alamat keluarga Napi tidak jelas/susah ditemukan jelas/susah ditemukan, alamat
berpindah-pindah dan dimungkinkan juga adanya kendala lain yang timbul adalah
kesulitan pihak Lapas untuk meminta ketersediaan masyarakat dari lingkungan untuk
Lapas dimana napi akan menjalani Pembebasan Bersyarat tidak bersedia menerima
kembali kehadiran Napi apabila keadaannya adalah demikian maka lokasi dimana
Napi akan menjalani Pembebasan Bersyarat dapat dialihkan ke daerah lain. Serta
adanya kendala pengawasan terhadap terhadap Narapidana telah menjalani
pembebasan bersyarat. Di samping itu kendala yang dihadapi petugas berasal dari diri
napi yang akan diusulkan Pembebasan Bersyarat itu sendiri seperti yang terjadi pada
napi dengan kasus pembunuhan kebanyakan dari narapidana tidak ingin mengurus
upaya pengurangan masa pidana dengan jalan pembebasan bersyarat. Dengan alasan
menghabiskan masa tahanannya di dalam penjara. Sikap tidak antusias ini merupakan
kendala yang dihadapi oleh petugas Lapas dalam memberikan hak napi tersebut.
Kendala paling besar yang dihadapi petugas adalah ketika melengkapi syarat
administratif yaitu pernyataan persetujuan korban atas usulan pembebasan bersyarat

Universitas Sumatera Utara

yang diberikan kepada Napi tersebut. Sejauh ini peugas Lapas telah melaksanakan
pemberian hak Pembebasan Bersyarat dengan semestinya Dari semua usulan untuk
mendapatkan Pembebasan Bersyarat, tidak ada satupun usulan Pembebasan Bersyarat
yang ditolak, karena Petugas akan berusaha secara maksimal untuk memenuhi syarat
administratif dan setelah semua syarat tersebut terpenuhi, maka petugas
mengusulkannya ke Kalapas yang selanjutnya diusulkan ke kantor Departemen
Kehakiman. Hanya saja dalam proses untuk Mendapatkan Pembebasan Beryarat ini
harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah disebut diatas dan hal tersebut
memakan waktu yang lama sekitar 3(tiga) sampai 6 (enam) bulan.Contoh nyata
narapidana atas nama Joko Kristian Syahputra Alias Joko melakukan tindak pidana
narkotika dan mendapat hukuman masa pidana 3 tahun penjara dan pembebasan
bersyarat jatuh pada tanggal 3 bulan 4 tahun 2014, masa percobaan pembebasan
berakhir tanggal 8 bulan 4 tahun 2016. Joko Kristian Syahputra melakukan tindak
pidana penyalahguna narkotika kembali dan ditangkap kembali pada tanggal 30 bulan
5 tahun 2014 sehingga izin pencabutan pembebasan bersyarat dicabut oleh Balai
Pemasyarakatan Klas I Medan. 1/3 sisa pidana yaitu 1 tahun lagi dijalani di dalam
Lembaga Pemasyarakatan ditambah masa hukuman pidana penjara yang baru
diputuskan oleh hakim di pengadilan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Implementasi Pembebasan Bersyarat bagi penyalahguna narkotika di lembaga
pemasyarakatan Klas I tanjung Gusta Medan dilaksanakan dengan mengacu pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Peraturan Pemerintah.
Syarat administratif pembebasan bersyarat diberlakukan kepada narapidana di
bawah 5 tahun dan di atas 5 tahun harus membayar subsider baru mendapat
pembebasan bersyarat sebagai perketatan. Narapidana yang tidak mampu
membayar maka wajib menjalani pidana penjara sebagai pengganti subsider
supaya narapidana yang bersangkutan jera dan tidak akan mengulangi perbuatan
melawan hukum.
2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian Pembebasan
Bersyarat penyalahguna narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Tanjung Gusta Medan yaitu:
a.

Kendala Internal yaitu Narapidana, Peraturan Perundang-Undangan, Petugas
Lembaga Pemasyarakatan.

125
Universitas Sumatera Utara

b.

Kendala Eksternal yaitu Masyarakat Tempat Tinggal, Terlambatnya Kutipan
Putusan Hakim (Ekstra Vonis)

3. Pengawasan Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan
dilakukan selama 1 tahun khusus untuk pengawasan oleh Balai Pemasyarakatan
untuk semua tindak pidana melawan hukum bagi narapidana yang telah
menjalani 2/3 hukuman pidana penjara di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Tanjung Gusta Medan. Pembebasan bersyarat dicabut berarti narapidana
melanggar hukum atau tidak mentaati peraturan lepas bersyarat maka 1/3 masa
pidana harus dijalani di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hitungan sebagai
berikut warga binaan Pemasyarakatan dikenakan hukuman pidana selama 3
tahun, 2/3 dijalani di dalam Lembaga Pemasyarakatan yaitu selama 2 tahun, 1/3
sisa pidana yaitu 1 tahun menjalani pembebasan bersyarat di luar lembaga
pemasyarakatan ditambah 1 tahun masa percobaan sehingga menjadi 2 tahun. 2
tahun warga binaan pemasyarakatan wajib lapor kepada Kepala Balai
Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan. Warga Binaan Pemasyarakatan yang
melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan meresahkan masyarakat
melawan hukum maka diproses kembali oleh Kepolisian sesuai dengan prosedur
hukum yang baru. Penghitungannya warga binaan Pemasyarakatan wajib
menjalani 1/3 sisa masa pidana sebelumnya ditambah hukuman pidana penjara
yang baru.

Universitas Sumatera Utara

B. Saran
Berdasarkan pembahasan bab-bab sebelumnya, maka ada beberapa hal yang
dapat disarankan, antara lain:
1. Diharapkan kepada pihak yang terkait dengan Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Tanjung Gusta Medan seperti pihak pengadilan Negeri Medan dalam
mengeluarkan Kutipan Putusan Hakim tidak terlambat menyampaikan Kutipan
tersebut ke Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan agar proses perhitungan masa
pidana untuk pemberian Pembebasan Bersyarat tidak terlambat dimasukkan ke
data base Lembaga Pemasyarakatan.
2. Diharapkan pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana Pemasyarakatan
agar lebih ditingkatkan lagi karena hal tersebut merupakan satu alternatif
mengatasi over kapasitas atau kelebihan penghuni di Lembaga Pemasyarakatan
akan tetapi dengan tetap mempertimbangkan hal-hal yang ditentukan Peraturan
Menteri No.M.01.PK-04-10 tahun 2007 yang terdapat dalam pasal 6 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 99 tahun 2012.
3. Diharapkan agar pihak pemerintah pusat dapat memberikan anggaran dan
menambah sumber daya manusia yaitu pegawai petugas Balai Pemasyarakatan
Klas I Medan untuk memperlancar proses pengawasan pembinaan bagi warga
binaan Pemasyarakatan penyalahguna Narkotika.

Universitas Sumatera Utara