Kadar hs-CRP pada pasien DM tipe 2 Dengan dan Tanpa Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
hs-CRP adalah reaktan fase akut nonspesifik diproduksi oleh hati

dan sel endotel yang dapat meningkat beberapa ribu kali lipat dalam
menanggapi infeksi atau peradangan akut. hs-CRP berkorelasi dengan
penyakit kardiovaskular. hs-CRP berperan pada sel endotel, otot polos
pembuluh darah, fungsi monosit / makrofag dan koagulasi. Semua ini
dapat berkontribusi terhadap terjadinya aterosklerosis.1
CRP merupakan marker inflamasi yang dihasilkan oleh hepatosit di
bawah pengaruh sitokin interleukin (IL) - 6 dan tumor necrosis factor alpha
(TNFα). CRP secara normal ditemukan dalam serum manusia dalam
jumlah yang sangat sedikit dan kadarnya berbeda pada setiap
individu.2Kadar CRP stabil dalam plasma, tidak dipengaruhi variasi
diurnal,dan pemeriksaannya mudah sehingga CRP dijadikan sebagai
petanda klinis yang baik untuk menegakkan diagnostik inflamasi maupun
penyakit infeksi.Sedangkan pemeriksaan hs-CRP dapat mengukur CRP
yang sangat sedikit sehingga bersifat lebih sensitif


dengan range

pengukuran 0,1-0,2 mg/L. Berguna untuk memeriksa adanya inflamasi
derjat rendah (low level inflammation).1, 3
Disamping itu pengukuran hs-CRP berguna untuk penilaian risiko
komplikasi pada pasien Diabetes.4 Janghorbani M,(2005), menunjukkan
hubungan yang kuat antara hypertensi dan kadar glukosa. Proses
inflamasi merupakan mekanisme dimana kadar glukosa yang tinggi dalam

1

hubungannya

dengan

hipertensi

meningkatkan


risiko

penyakit

kardiovaskular.5 Kadar hs-CRP dijadikan sebagai indikator noninvasif pada
penyakit vaskular aterosklerotik. Peningkatan CRP berperan langsung
pada pembentukan lesi aterosklerosis.6
Ridker PM et al, (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
hs-CRP merupakan prediktor indepandent yang paling kuat dan sangat
signifikan terhadap resiko kejadian kardiovascular dibelakang hari.7
Diabetes dialami oleh sekitar 5% populasi dunia, menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, jumlah penderita DM di
Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat. Sekitar 90%
kasus DM termasuk dalam jenis DM tipe 2.Lebih dari 50% penderita DM
tipe 2 mengalami hipertensi. Hipertensi dan DM yang terjadi secara
bersamaan dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskuler (retinopati
dan nefropati) dan makrovaskuler (aterosklerosis).5,8
Sekitar 35% sampai 75% dari komplikasi diabetes dapat dikaitkan
dengan hypertensi dan berkontribusi terhadap penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada pasien DM tipe 2, termasuk penyakit jantung koroner

(PJK), stroke, penyakit pembuluh darah perifer, amputasi ekstremitas
bawah, dan end-stage renal disease dan retinopati diabetik.9
Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada DM tipe 2
umumnya dikaitkan dengan efek hiperglikemia dan stres oksidatif pada
vaskular. Peristiwa ini mengarah ke proses aterosklerosis yang diawali
oleh disfungsi endotel.10

2

Mekanisme ini terjadi akibat penumpukan ROS (Reactive Oxygen
Species) intraseluler akibat KGD yang tinggi. Mekanisme yang terlibat
untuk terjadinya kerusakan sel, yaitu: 1. Peningkatan aliran jalur polyol, 2.
Peningkatan pembentukan advance glycation end product (AGE), 3.
Aktivasi dari isoform protein kinase C (PKC) dan 4. Jalur hexosamine.
Hiperglikemi

dapat

mempercepat


pembentukan

produk

glikosilasi

nonenzimatik yang berkumpul pada protein dinding pembuluh. AGEs
merupakan salah satu produk sebagai penanda modifikasi protein sebagai
akibat reaksi gula pereduksi terhadap asam amino. Akumulasi AGEs di
berbagai jaringan merupakan sumber utama radikal bebas sehingga
mampu berperan dalam peningkatan stres oksidatif yang menyebabkan
disfungsi endotel serta terkait dengan patogenesis terjadinya komplikasi
diabetes.10
Obesitas dikaitkan langsung dengan meningkatnya kadar hs-CRP
plasma, ditemukan bahwa adiposit mensekresi interleukin-6, stimulan hati
untuk memproduksi CRP.10
LimaLM,et al (2007) dariBrazil, menyimpulkan bahwa pasien
hipertensi dengan DM tipe 2 memiliki tingkat hs-CRP yang lebih tinggi
daripada subyek hypertensi saja atau DMTipe 2 saja. Temuan ini
menunjukkan bahwa pasien dengan dua penyakit terkait DM Tipe 2

dengan Hypertensi berada dalam status inflamasi aktif.11
Anand AV, et al (2011), melakukan penelitian di India, Studi ini
menunjukkan bahwa

hipertensi dan diabetes

peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.12

3

terbukti

terkait dengan

Hipertensi pada DM tipe 2 berhubungan dengan resistensi insulin
dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin.13
Pengobatan tekanan darah pada DM tipe 2 akan mengurangi risiko
komplikasi. Semakin rendah tekanan darah sistolik lebih rendah risiko
komplikasi.14 Pengelolaan hipertensi pada pasien DM tipe 2 secara tepat,
diharapkan dapat menunda perkembangan terjadinya komplikasi maupun

menghambat progresifitas komplikasi yang telah terjadi.15
1.2.

Perumusan Masalah
Apakah ada peningkatan kadar hs-CRP pada penderita DM tipe 2
dengan hipertensi dan tanpa hipertensi.

1.3.

Hipotesa Penelitian
hs-CRP

meningkat

pada

penderita

DM


Type

2

dengan

hipertensidibandingkan DM type 2 tanpa hipertensi.
1.4.

Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar hs-CRP pada
subjek DM tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik kelompok DM tipe 2 dengan
hipertensi dan tanpa hipertensi.
2. Untuk mengetahui kadar rata-rata hs-CRP pada kelompok DM
tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi


4

1.5.

Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui adanya perbedaan kadar hs-CRP pada pasien
DM tipe 2 dengan dan tanpa hipertensi makadiharapkan:

1) hs-CRP dijadikan sebagai parameter pemeriksaan pada subjek DM
tipe 2 untuk dapat memonitor progresifitas dan mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2) Kadar hs-CRP dijadikan sebagai evaluasi keberhasilan terapi.
3) Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya.

5