Perubahan Perilaku Perokok di Karenakan Peringatan Bahaya Merokok Melalui Media Gambar Pada Kemasan Rokok

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Asal Mula Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya
dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung
lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan
kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong.
Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang
sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah
suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau
roh.
Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian
dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian
membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di
kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok

untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan sematamata.

Universitas Sumatera Utara

Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan
merokok mulai masuk negara-negara Islam. Telah banyak riset yang
membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan kecanduan, disamping
menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan,
penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok,
dan penggunaan filter pada rokok.
a) Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
• Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
• Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
• Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
• Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
• Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

• Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
• Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.

Universitas Sumatera Utara

c) Rokok berdasarkan proses pembuatannya
Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat
bantu sederhana.
d) Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin.
Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat
rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok
batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan
keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.
Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus

rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok
batangan namun telah dalam bentuk pak.
Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran
berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat
perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,
lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar. Sigaret Kretek
Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses
pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang
Garam Filter Internasional, Djarum Super, dll.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang
menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini

Universitas Sumatera Utara

jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild,
Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dll.
e) Rokok berdasarkan penggunaan filter.
• Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

• Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
Dan baru - baru ini telah keluar rokok elektrik, yaitu rokok yg bisa dihisap
seperti layaknya rokok biasa, namun memiliki asap yang lebih banyak dari pada
rokok pada umumnya, rokok elektrik terbagi menjadi dua jenis elektrikal dan
mecanikal yang mana perbedaannya terletak pada cara pengaturan pembakaran
yang bisa kita sesuaikan dan tidak bisa disesuaikan oleh penggunanya, rokok
elektrik tidak mengunakan korek api untuk menyalakannya, tapi hanya dengan
kita mengisi ulang baterai dan mengunakan segumpal kapas dan gulungan
penghantar panas yang di satukan dalam sebatang pipa berukuran kurang lebih
lima belas centimeter, rokok elektrik lebih banyak memiliki rasa dan asap yang
keluar juga memiliki aroma yang cenderung lebih wanggi dari rokok biasa, akan
tetapi fakta menyatakan kerusakan yang diakibatkan oleh rokok elektrik sama
dengan rokok pada umumnya.
B. Perubahan Perilaku
1. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Individu.
a) Perubahan Alamiah ( Natural Change )
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Contoh : perubahan perilaku yang disebabkan karena usia
seseorang.


Universitas Sumatera Utara

b) Perubahan terencana ( Planned Change )
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.contoh : perubahan perilaku seseorang karena tujuan tertentu atau
ingin mendapatkan sesuatu yang bernilai baginya.
c) Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change )
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
organisasi, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan ada sebagian orang
lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.
2. Strategi Perubahan Perilaku Individu
Beberapa

strategi

untuk

memperoleh


perubahan

perilaku

,

dikelompokkan menjadi tiga :
a)

Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan:
Misal : dengan adanya peraturan-peraturan / perundang-undangan
yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
Strategi ini dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu
berlangsung lama karena perubahan perilaku terjadi tidak atau
belum didasari oleh kesadaran sendiri.

b)

Pemberian informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang sesuatu hal yang
berkaitan dengan hal tertentu.

Universitas Sumatera Utara

c)

Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang
dalam memberikan informasi-informasi tentang peraturan baru
organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.

3. Teori Tentang Perubahan Perilaku Individu
a)

Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa “perilaku manusia adalah

suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces. Perilaku ini dapat

berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut
didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang itu, yakni
1) Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan
perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan
perilaku yang bersangkutan.
2) Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
3) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
b)

Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

Universitas Sumatera Utara


berkomunikasi

dengan

organisme.

Artinya

kualitas

dari

sumber

komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara
sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
Hosland,et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku
pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti
stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti
disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian
dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka
ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
3) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).
c)

Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara

dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa :
a) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya
maka ia akan berperilaku negatif.
b) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar.
c) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam
peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan
objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang
mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan
dalam waktu yang singkat.
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu
perilaku itu dapat merupakan “layar” dimana segala ungkapan diri orang

Universitas Sumatera Utara

dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan
sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu
Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
a) Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja
dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau
keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia
mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang manajer sedang
belajar tentang strategi bisnis.
b) Perubahan yang fungsional.Setiap perubahan perilaku yang terjadi
dapat

dimanfaatkan

untuk

kepentingan

hidup

individu

yang

bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa
mendatang.
c) Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke
arah kemajuan.
d) Perubahan yang bersifat aktif.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan. Misalnya, manajer ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang strategi bisnis, maka manajer tersebut aktif
melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku strategi bisnis,
berdiskusi dengan manajer lain tentang strategi bisnis dan sebagainya.
e) Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung
menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
manajer belajar mengoperasikan program akuntansi, maka penguasaan
keterampilan mengoperasikan komputer program akuntansi tersebut
akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
f) Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Misal seorang manajer mewmpelajari strategi bisnis mempunyai tujuan
jangka pendeknya untuk tahu tentang apa-apa yang akan dilakukan
dalam dunia bisnis, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
ahli dalam bisnis dan mungkin untuk opromosi ke jabatan yang lebih
tinggi karena telah menguasai bidang tertentu.
g) Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan
dalam sikap dan keterampilannya.

Universitas Sumatera Utara

4. Cara-cara Perubahan Perilaku Individu
a) Dengan Paksaaan. Ini bisa dengan : Mengeluarkan instruksi atau
peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi atau
peraturan tersebut.
b) Dengan memberi imbalan : lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau
barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian,
dan sebagainya.
c) Dengan membina hubungan baik : Kalau kita mempunyai hubungan yang
baik dengan seseorang atau dalam organisasi. biasanya orang tersebut akan
mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu.
Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga
individu akan berubah dengan kesadaran dirinya.
d) Dengan menunjukkan contoh-contoh pada individu dalam organisasi
untuk melakukan tindakan tertentu yang diinginkan organisasi.
5.

Cara Memprakarsai Perubahan

Perubahan budaya organisasi sangat dimungkinkan mengingat budaya
organisasi merupakan variabel yang dinamis, di sisi lan organisasi sebagai living
organism selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Kecocokan antara
budaya organisasi dengan lingkungan eksternal juga merupakan salah satu
pertimbangan perlu tidaknya perubahan budaya organisasi.
Merubah budaya bukanlah sesuatu hal yang mudah karena sekali budaya
tersebut terkristalisasi ke dalam masing-masing anggota organisasi, maka anggota
organisasi cenderung mempertahankannya tanpa memperhatikan bahwa budaya

Universitas Sumatera Utara

tersebut functional atau disfunctional terhadap kehidupan organisasi. Perubahan
budaya bisa memakan waktu sampai 10 tahun.
John kotler, seorang pakar kepemimpinan dan manajemen perubahan,
percaya bahwa perubahan organisasi khususnya akan gagal karena manajemen
senior melakukan satu atau lebih kesalahan berikut ini :

a) Kegagalan untuk menetapkan suatu rasa kegentingan mengenai
kebutuhan akan perubahan seperti mencairkan organisasi dengan
menciptakan alasan yang memaksa mengapa perubahan diperlukan.
b) Kegagalan untuk menetapkan suatu koalisi yang cukup kuat untuk
memberikan pedoman yang bertanggungjawab untuk memimpin dan
mengelola perubahan. Deskripsinya seperti menciptakan orang-orang
yang lintas fungsi dan lintas kelompok dengan kekuatan yang
mencukupi untuk memimpin kelompok.
c) Kegagalan untuk menetapkan suatu visi yang memandu proses
perubahan.
d) Kegagalan untuk mengkomunikasikan visi baru secara efektif.
e) Kegagalan untuk menghilangkan halangan yang merintangi pencapaian
visi baru.
f) Kegagalan untuk secara sistematis merencanakan dan menciptakan
kemenangan

jangka

pendek.

Kemenangan

jangka

pendek

mencerminkan pencapaian dari hasil atau tujuan penting.
g) Terlalu

cepat

mengumumkan

kemenangan.

Hal

ini

dapat

menggelincirkan perubahan jangka panjang pada infrastruktur yang
sering diperlukan untuk mencapai suatu visi.

Universitas Sumatera Utara

h) Kegagalan untuk menjangkarkan perubahan pada budaya organisasi.
Hal ini diperlukan waktu bertahun – tahun untuk tertanam dalam
budaya organisasi.
i) Kotler merekomendasikan bahwa organisasi sebaiknya mengikuti
delapan langkah yang saling berurutan untuk mengatasi masalah masalah yang berasal dari tekanan kekuatan internal maupun kekuatan
eksternal.
6. Langkah–langkah untuk memprakarsai perubahan organisasi
menurut Kotler adalah sebagai berikut
a) Menetapkan rasa kegentingan, yakni mencairkan organisasi dengan
menciptakan alasan yang memaksa mengapa perubahan diperlukan.
b) Menciptakan koalisi yang memberikan pedoman, yakni dengan
menciptakan orang -orang yang lintas fungsi dan lintas kelompok
dengan kekuatan yang mencukupi untuk memimpin perubahan.
c) Mengembangkan suatu visi dan strategi, yakni menciptakan visi dan
rencana strategis untuk memandu proses perubahan.
d) Membentuk dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang
secara konsisten mengkomunikasikan visi dan rencana strategi baru.
e) Memberdayakan tindakan yang berbasis luas, dengan menghilangkan
halangan terhadap perubahan dan menggunakan elemen– elemen target
dari perubahan untuk mentransformasikan organisasi. Mendorong
sikap yang berani mengambil resiko dan penyelesaian masalah yang
kreatif

Universitas Sumatera Utara

f)

Menghasilkan kemenangan jangka pendek, yakni merencanakan untuk
menciptakan kemenangan atau perbaikan jangka pendek, mengakui
dan menghargai karyawan yang memberikan kontribusi terhadap
kemenangan.

g) Mengonsolidasikan keuntungan dan menghasilkan lebih banyak
perubahan. Deskripsinya yakni koalisi yang memandu menggunakan
kredibilitas dari kemenangan jangka pendek untuk menciptakan lebih
banyak perubahan. Tambahan karyawan dilibatkan pada proses
perubahan ketika perubahan mengalir ke seluruh organisasi. Usaha ini
dibuat untuk menyegarkan kembali proses perubahan.
h) Menancapkan pendekatan baru ke dalam budaya, dengan cara
memperkuat perubahan dengan menggarisbawahi hubungan antara
perilaku

dan

proses

baru

dengan

keberhasilan

organisasi.

Mengembangkan metode-metode untuk memastikan pengembangan
dan suksesi kepemimpinan.
7. Tahap-tahap proses perubahan
a) Proses perubahan meliputi enam tahapan :
b) Tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai
merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan, biasanya
disebabkan berbagai masalah yang berarti, seperti penurunan pejualan
atau penurunan laba secara tajam.
c) Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari
luar sering digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses

Universitas Sumatera Utara

dengan membuat para organisasi untuk memusatkan perhatiannya pada
masalah tersebut.
d) Diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan
dianalisa oleh pengantar perubahan dan manajemen.
e) Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar perubahan
hendaknya merangsang pemikiran dan mencoba untuk menghindari
penggunaan

metode-metode

lama

yang

sama.

Penyelesaian-

penyelesaian diketemukan melalui pengembangan secara kreatif,
alternatif – alternatif baru dan masuk akal.
f) Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-penyelesaian pada
tahap empat biasanya diuji dalam program-program percobaan berkala
dan hasil-hasilnya dianalisis.
g) dan penerimaan. Bila serangkaian kekuatan telah diuji dan sesuai
keinginan, harus diterima secara sukarela. Pelaksanaan kegiatan yang
telah diterima harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan
keterikatan terhadap perubahan
h) Lebih lanjut ditambahkan dalam melakukan audit budaya ada beberapa
faktor dimensi perubahan yang perlu mendapat perhatian, diantaranya
(Paul Bate) :
i) Dimensi structural (budaya yang akan dirubah)
j) Sebelum melakukan perubahan budaya, pertama-tama harus dilakukan
terlebih dahulu diagnosis terhadap budaya yang akan dirubah.
Tujuannya selain mengetahui budaya yang ada juga agar pelaku
perubahan bisa belajar tentang pola pikir organisasi dan orang-orang

Universitas Sumatera Utara

yang terlibat di dalamnya sebab budaya bukanlah sebuah obyek tetapi
sebuah perspektif.
k) Dimensi ruang dan waktu (asal muasal terbentuknya budaya dan
perjalannya sepanjang waktu)
l) Kita berusaha melacak kembali bagaimana budaya yang sekarang
berkembang dalam sebuah budaya organisasi. Tujuannya adalah agar
dalam perubahan budaya kita tidak membuat kesalahan yang sama di
masa siklus ini sangat penting artinya ketika kita memutuskan untuk
merubah budaya.
m) Dimensi kontekstual (situasi lingkungan dimana budaya berada
didalamnya)
n) Dalam dimensi ini kita berupaya untuk memahami kemungkinan
terjadinya cultural lag untuk menindak lanjuti perlu tidaknya
perubahan.
o) Dimensi subyektif (tujuan tterlibatnya orang per orang dalam
perubahan)
p) Kita perlu memahami sejauh mana mereka (orang-orang dalam
oraganisasi) terlibat dalam perubahan.
q) Paul Bate mengatakan bahwa untuk menilai efektivitas perubahan
budaya, kita juga perlu menentukan parameternya, yaitu :
r) Daya ekspresi, yakni kemampuan untuk menyampaikan ide-ide baru.
Parameter ini untuk mengetahui sejauh mana pihak-pihak terkait bisa
terpengaruh oleh perubahan.

Universitas Sumatera Utara

s) Daya komonalitas, yakni kemampuan untuk membentuk satu set nilai.
Parameter ini untuk mengukur sejauh mana perubahan tersebut bisa
membentuk nilai-nilai baru.
t)

Daya penetrasi, kemampuan untuk menembus berbagai level
organisasi. Parameter ini untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
tersebut menembus berbagai level organisasi.

u) Dimensi proses perubahan (posisi budaya dalam siklus kehidupan
budaya)
v) Bisa dikatakan bahwa budaya terus menerus mengalami perubahan
karena sifatnya yang dinamis. Jadi memahami posisi budaya pada
w) Daya adaptif, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang berubah. Parameter ini utnuk mengetahui bagaimana proses
perubahan tersebut berlangsung.\
x) Daya tahan, kemampuan menciptakan perubahan yang hasilnya bisa
bertahan lama. Parameter ini untuk mengetahui sruktur perubahannya.
8. Resistensi Terhadap Perubahan Budaya
Perubahan budaya akan mengakibatkan perubahan kebiasaan, tradisi,
mindset

yang

selama

ini

menjadi

pedoman

dalam

cara

berpikir

dan bertindak.tidak jarang usaha perubahan budaya organisasi ditanggapi dengan
resistensi karyawan. Seperti yang dikatakan oleh Deal dan Kennedy perubahan
budaya organisasi bukan hanya menyebabkan ketakutan karyawan berlebih tetapi
juga hal-hal yang sejenis seperti :
a) Culture of denial (pengingkaran)

Universitas Sumatera Utara

Perubahan budaya sering menjadi penyebab terjadinya kemarahan para
karyawan yang diikuti pengingkaran terhadap perusahaan.
b) Culture of fear (katakutan)
Para eksekutive melakukan perubahan baik dalam bentuk downsizing,
rightsizing, reorganization, restructuring ataupun reengineering yang
akan berdampak pada perubahan budaya, boleh jadi bagi eksekutive
perubahan tersebut berakibat baik bagi perusahaan, di sisi lain
perubahaan ini dapat menimbulkan kekhawatiran yang berlebih bagi
karyawan.
c) Culture of cynism (sinisme)
d) Perubahan budaya sering tidak memperoleh dukungan karyawan.
Sebaliknya mereka menunjukkan sikap sinisme.
e) Culture of self-interest (mementingkan diri sendiri)
f) Perubahan terhadap sikap karyawan yang tadinya loyal terhadap
perusahaan beralih menjadi sekedar mementingkan diri sendiri.
perubahan perilaku adalah merupakan suatu paradigm bahwa manusia
akan berubah sesuai dengan apa yangmereka pelajari baik dari
keluarga, teman, sahabat ataupun ataupun belajar dari diri mereka
sendiri, prosespembelajaran diri inilah yang nantinya akan membentuk
seseorang tersebut, sedangakan pembentukan tersebutsangat
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam
kesehariannya ataupun dalamkeadaan tertentu.
bentuk perubahan perilaku dikategorikan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Perubahan alamiah (natural change): perubahan perilaku karena terjadi
perubahan alam (lingkungan)secara alamiah.
b. Perubahan terencana (planned change): perubahan perilaku karena
memang direncanakan oleh yangbersangkutan.
c. Kesiapan berubah (Readiness to change): perubahan perilaku karena
terjadinya proses internal(readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana
proses internal ini berbeda pada setiap individu.
9. Perubahan Perilaku Terjadi Dengan Berbagai Strategi
a) Inforcement.
Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan
peraturan atau perundangan-undangan.
Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara
(tidak langgeng)
b) Education.
Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari
pemberian informasi ataupenyuluhan-penyuluhan.
Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi memakan waktu
lama
C. Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok
dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat
menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi

Universitas Sumatera Utara

stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati
adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok
kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang
mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui
hidung dan mulut (Danusantoso, 1991).
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah
umum dijumpai, perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok
umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa
didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga. (Poerwadarminta
1995) mendefinisikann merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok
sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas.
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam
tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Danusantoso
(1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat
berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain
menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang
berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat
terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984).
1. Tipe Perilaku Perokok
Tipe perilaku merokok Dariyo (2005) membagi tipe merokok sebagai
berikut ;
a) Perokok aktif adalah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan
merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya sehingga rasanya tidak

Universitas Sumatera Utara

enak kalau sehari tidak merokok. Oleh karena itu individu ini akan
berupaya untuk mendapatkannya.
b) Perokok pasif yaitu individu yang tidak memiliki kebiasaan merokok,
namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan orang lain
yang kebetulan didekatnya. Dalam keseharian mereka tidak berniat dan
tidak mempunyai kebiasaan merokok. Kalau tidak merokok individu ini
tidak merasakan apa-apa dan tidak terganggu aktivitasnya. Jadi perokok
pasif ini dianggap sebagai korban dari perokok aktif. Namun demikian
baik perokok aktif maupun perokok pasif akan dapat menanggung resiko
terganggunya kondisi kesehatan mereka.
2. Tipe – Tipe Perokok Berat Dan Ringan
a) Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31
batang perhari dan selang waktu merokok, lima menit setelah bangun
pagi.
b) Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang
waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit.
c) Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang
waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
d) Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang
waktu 60 menit dari bangun pagi.
e) Tipe perokok dalam jumlah (Sitepoe dalam Perwitasari, 2006)
1. Perokok ringan, merokok 1-10 batang sehari.
2. Perokok sedang, merokok 11-20 batang sehari.
3. Perokok berat, merokok lebih dari 24 batang sehari.

Universitas Sumatera Utara

f) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
1. Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk menambah
atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2. Stimulation to pick them up adalah perilaku merokok yang
dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3. Pleasure of handling the cigarette adalah kenikmatan yang
diperoleh dengan memegang rokok, sangat spesifik pada perokok pipa
perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan
tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu
beberapa menit . Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk
memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan
dengan api.
g) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, misalnya
bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
h) Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction) adalah
perilaku dengan menambahkan dosis rokok yang digunakan setiap saat
setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
i) Perilaku

merokok

yang

sudah

menjadi

kebiasaan.

Mereka

menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasaan, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin
atau tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Menurut Mu’tadin (dalam
www.e-psikologi.com).

Universitas Sumatera Utara

3. Perhitungan Biaya Merokok Secara Umum
Apabila seorang remaja terjerumus oleh pengaruh rokok sehingga menjadi
seorang perokok aktif, maka kemungkinan besar anak muda tersebut akan
menghabiskan sisa hidupnya menghisap rokok karena tidak bisa berhenti karena
efek berhenti merokok yang menyiksa. Dengan demikian pengusaha rokok sangat
diuntungkan karena memiliki korban rokok yang umumnya setia pada rokok
kesusakaannya.
a) . Asumsi-asumsi yang digunakan pada perhitungan :


Satu batang rokok harganya Rp. 1000,-



Dalam satu hari rata-rata habis 12 barang rokok



Usia Mulai Merokok adalah 15 tahun



Usia Berhenti Merokok adalah 55 tahun



Satu Bulan ada 360 hari

Berapa uang yang harus dikeluarkan oleh seorang remaja yang mau mulai
merokok tersebut selama merokok :


Rokok Seumur Hidup = Jumlah Rokok Satu Tahun x Harga Rokok



Rokok Seumur Hidup = (40 tahun x 360 hari x 12 batang) x Rp.
100



Rokok Seumur Hidup = 172.800 batang x Rp. 1000



Rokok Seumur Hidup = Rp. 172.800.000,-

Jadi seorang remaja telah dibebankan biaya rokok seumur hidup sebesar
seratus tujuh puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah. Nilai uang tersebut saat ini
setara dengan satu buah rumah sederhana atau satu unit mobil baru. Perhitungan

Universitas Sumatera Utara

ini belum memperhitungkan inflasi dan biaya pengobatan apabila sakit. Jadi bisa
lebih dari milyaran rupiah yang harus ditanggung pecanduk rokok muda selama
menjadi budak rokok. Suatu jumlah uang yang sangat besar dan bisa
dimanfaatkan untuk keperluan yang lainnya.
4. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Tarwoto, dkk (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok :
a) Pengaruh orang tua
Seorang anak akan merokok apabila orangtua sendiri yang menjadi figur
juga sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
untuk mencontohnya dan akan terbawa di kehidupan si anak tersebut.
b) Pengaruh lingkungan dan teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak lingkungan
merokok maka semakin besar kemungkinan teman- temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Terdapat dua kemungkinan yang
terjadi dari fakta tersebut, pertama anak tersebut terpengaruh oleh temantemannya atau lingkungan dan sebaliknya.
c) Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang
bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas
sosial.

Universitas Sumatera Utara

d) Pengaruh iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat
seringkali berkeinginan untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam
iklan tersebut.
5. Dampak Perilaku Merokok
Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu :
a) Dampak Positif
Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan.
Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa perokok meyebutkan
dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu
individu

menghadapi

keadaan-keadaan

yang

sulit.

Smet

(1994)

menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu
mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan
menyenangkan.
b) Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000). Merokok bukanlah penyebab
suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh
dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi apat mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai
jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di
kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain (Sitepoe, 2001)
: penyakit kardiolovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernafasan,

Universitas Sumatera Utara

peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas
(kesuburan) dan nafsu seksual, sakit mag, gondok, gangguan pembuluh
darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur),
kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan
(sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).
D. Peringatan bahaya merokok
1. Pictorial Health Warning (PHW) Pada Bungkus Rokok
Pictorial Health Warning atau peringatan kesehatan dalam kemasan rokok
merupakan sarana untuk meminimalisir para perokok untuk mulai berhenti dan
mempertimbangkan pentingnya kesehatan dan dampak negatif yang dihasilkan
dari rokok. Rokok dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan karena pada
tembakau yang dibakar terdapat lebih dari empat ribu zat kimia berbahaya, antara
lain nikotin yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan) dan tar yang bersifat
karsinogenik (zat yang dapat memicu timbulnya kanker). Risiko kesehatan yang
mungkin timbul akibat merokok, antara lain dapat menyebabkan serangan
jantung, impotensi, stroke, gangguan kehamilan dan janin, serta merupakan
penyebab utama kanker paru.
Asap rokok mengandung sekitar 60% adalah gas dan uap yang terdiri dari 20
jenis gas, diantaranya gas monoksida yang merupakan gas yang sangat berbahaya
karena persentasenya yang tinggi dalam aliran darah seorang perokok aktif
mampu menyedot persediaan gas oksigen yang sangat dibutuhkan oleh setiap
individu untuk bisa bernafas. Selain itu asap rokok mengandung jutaan zat
kimiawi yang sangat beragam, yang dihasilkan dari perubahan kertas sigaret yang
awalnya berwarna putih pucat menjadi warna kuning (Husaini, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menjelaskan
bahwa Risiko kesehatan akibat mengkonsumsi rokok sejak lama telah
dicantumkan pada bungkus rokok. Lebih dari 90% masyarakat pernah membaca
peringatan kesehatan berbentuk tulisan pada bungkus rokok tersebut, tetapi
hampir separuhnya tidak percaya dan 26% tidak termotivasi untuk berhenti
merokok. Studi di berbagai negara membuktikan bahwa peringatan tertulis yang
disertai gambar (Pictorial Health Warning/PHW) lebih efektif daripada hanya
berbentuk tulisan saja. Terkait hal tersebut, untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan antara lain melalui Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
tentang pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa produk
tembakau bagi kesehatan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan mandat kepada Badan POM antara lain
untuk mengawasi kemasan/label produk tembakau terkait pencantuman peringatan
kesehatan berbentuk gambar dan tulisan, pencantuman informasi kesehatan seperti
informasi kadar nikotin dan tar, pernyataan dilarang menjual atau memberi kepada
anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil, serta persyaratan label
lainnya termasuk pelarangan pencantuman keterangan atau tanda apapun yang
menyesatkan atau bersifat promotif. (http://www.pom.go.id)
E. Bentuk peringatan
1. Komunikasi visual
komunikasi visual adalah komunikasi yang menggubakan bahasa visual,
dimana bahasa visual merupakan kekuatan paling utama yang dapat dilihat dan
dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan yang memiliki arti, maka dan

Universitas Sumatera Utara

maksud tertentu (Kusrianto, 2007 : 10 ). Dapat dikatakan juga sebagai muatan
nilai melalui penggunaan bahasa rupa ( visual language ) yang disamapaikan
melalui media berupa desain dengan tujuan menginformasikan, mempengaruhi
hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, symbol, ilustrasi, gambar / foto,
tipografi/ huruf dan sebagainya yang disusun berdasarkan khaidah bahasa visual
yang khas.
Dalam label visual sendiri terdapat beberapa kajian yang dikembangkan
yaitu :
a) Visual Intelligence / cogition / perception
b) Visual Literation
c) Graphic Design
d) Visualization
e) Visual culture
f) Professional Performance : photography / Film / video /internet
Mass Media / Advertising .
Label visual peringatan bahaya rokok merupakan pesan yang ditujukan
kepada masyarakat dan atau konsumen rokok untuk menunjukkan resiko yang
dapat dialami akibat mengkonsumsi rokok.
2. Iklan
Iklan senantiasa dibuat sedemikian rupa dengan maksud untuk
mempengaruhi secara menguntungkan pikiran maupun perasaan publik bagi suatu
usha atau perusahaan menurut Keppler, iklan atau advertising bersal dari bahsa
latin ad-vere bereti “mengoper pikiran dan gagasan kepada pihak yang lain, jika

Universitas Sumatera Utara

kita terima maka sebenarnya iklan

tidak ada bedanya dengan pengertian

komunikasi satu arah “ (Liliweri, 1992 : 17 ). Iklan (advertising ) berasal dari
bahasa yunani yang artinya kurang lebih adalah “ menggiring orang pada gagasan.
“ Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk
aktifitas untuk menghadirkan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non
personal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan merupakan suatu proses
komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang mengambil
tindakan yang menguntungkan bagi pembuat iklan. Periklanan ( advertising ) yang
merupakan bauran promosi yang mudah dijumpai diberbagai media adalah
merupakan bentuk penyajian informasi non personal tentang suatu produk merek
perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Pada iklan
biasanya ditampakkan organisasi yang mensponsorinya ( pemasar).
Gambaran data di atas menunjukkan bahwa peringatan bahaya merokok
selama ini ternyata cenderung kurang berpengaruh (kurang efektif) terhadap
jumlah pengonsumsi rokok di tanah air. Sebaliknya malahan pesan-pesan berupa
peringatan maupun imbauan bahkan kampanye antirokok yang banyak
dipublikasikan melalui beragam media komunikasi selama ini belum bisa
dikatakan mencapai tujuan optimal.
Sangat boleh jadi, pesan-pesan yang ada atau telah disampaikan selama ini
hanya berpengaruh secara kognitif, sebatas menambah wawasan/pengetahuan
yang tentunya tidak mampu mengubah perilaku khalayak yang menjadi sasaran.
Efek kognitif meminjam istilah Rakhmat (2007: 219) terjadi bila ada perubahan
pada apa yang diketahui, difahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian, pesan-pesan berupa peringatan maupun imbauan tentang bahaya
merokok cenderung kurang berpengaruh secara signifikan sehingga perubahan
sikap/perilaku untuk tidak merokok belum seperti diharapkan. Maka dengan
demikian dibutuhkan strategi kreatif lain untuk memberikan pesan terhadap para
perokok akan bahaya dan dampak negatif yang dihasilkan dari rokok.
Secara normatif, solusi terhadap bahaya merokok dan segala hal yang
diakibatkannya telah banyak dilakukan. Dikeluarkannya Pictorial Health Warning
(PHW) di bungkus rokok atas dasar Permenkes) No. 28 Tahun 2013 sebagai
implementasi dari PP No. 109 Tahun 2012 tentang Pengendalian Tembakau,
turunan dari UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Solusi tersebut harus
didukung dan diapresiasi dengan baik agar prilaku perokok dapat diminimalisir
karena mempertimbangkan kesehatan melaui gambar peringatan kesehatan yang
ada pada bungkus rokok.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PERINGATAN BAHAYA MEROKOK BERUPA GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK DENGAN TAHAPAN BERHENTI MEROKOK PADA KEPALA KELUARGA PEROKOK DI DESA RESTU BARU KECAMATAN RUMBIA LAMPUNG TENGAH

2 26 77

PERSEPSI MAHASISWA PEROKOK MENGENAI GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK BAGI Persepsi Mahasiswa Perokok Mengenai Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Bagi Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2

0 7 15

PERSEPSI MAHASISWA PEROKOK MENGENAI GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK BAGI Persepsi Mahasiswa Perokok Mengenai Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Bagi Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2

0 2 14

Perbedaan dampak gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap minat beli ulang rokok.

2 14 118

SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA (Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok).

1 2 78

Perubahan Perilaku Perokok di Karenakan Peringatan Bahaya Merokok Melalui Media Gambar Pada Kemasan Rokok

0 0 10

Perubahan Perilaku Perokok di Karenakan Peringatan Bahaya Merokok Melalui Media Gambar Pada Kemasan Rokok

0 0 2

Perubahan Perilaku Perokok di Karenakan Peringatan Bahaya Merokok Melalui Media Gambar Pada Kemasan Rokok

0 0 9

Perubahan Perilaku Perokok di Karenakan Peringatan Bahaya Merokok Melalui Media Gambar Pada Kemasan Rokok

0 0 2

PERILAKU MEROKOK REMAJA PASCA PAPARAN SLOGAN DAN GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA MEDIA IKLAN DAN BUNGKUS ROKOK

0 1 16