Kateinai Boryouku dalam Rumah Tangga Jepang Dewasa ini

BAB II
KATEINAI BORYOUKU DALAM RUMAH TANGGA
DI JEPANG

2.1

Pengertian Kateinai Boryouku
Secara harfiah kateinai boryouku merupakan berbagai bentuk kekerasan

yang terjadi di dalam sebuah rumah tangga. Jika di lihat dari frase kanji yang
membentuk kateinai boryouku

mengandung makna di dalam frase tersebut.

Kateinai boryouku mengandung dua frase kanji yaitu kateinai ( 家 庭 内 ) yang
bermakna di dalam rumah tangga, dan boryouku (

暴 力 ) yang bermakna

kekerasan.
Di dalam the great japans dictionary terbitan kondansha juga terdapat

pengertian kateinai boryouku yaitu kekerasan yang di lakukan anak remaja atau
anak di bawah umur terhadap orang tuanya. Pada umumnya kasus kateinai
boryouku ini merupakan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga, namun
khususnya sejak tahun 1997 kateinai boryouku merujuk pada kasus kekerasan
yang di lakukan anak terhadap orang tua, mulai menonjol di dalam kalangan
masyarakat dan kemudian pada awal tahun 1980-an istilah kateinai boryouku di
pergunakan secara umum. Sebelumnya konsep dan sebutan seperti ini tidak ada
karna kasus ini relative baru di dalam masyarakat jepang. Kemungkinan istilah ini
dulunya di gunakan kepada kasus kekerasan antara suami-istri atau orang tua-anak
yang di dalamnya terkandung arti kekerasan yang di lakukan oleh orang yang kuat

19
Universitas Sumatera Utara

ataupun yang berkuasa terhadap orang yang lemah atau pun di bawah taraf.
Pengertian seperti ini jelas sangat berbeda dengan pengertian kateinai boryouku
yang sekarang di gunakan, di mana fenomena yang muncul sekarang adalah
kateinai boryouku di mana pelaku kekerasan tersebut adalah seorang anak
terhadap orang tua, si lemah ( anak) terhadap orang tua (kuat). Pengertian kateinai
boryouku yang di gunakan di jepang saat ini adalah seorang anak yang melakukan

kekerasan terhadap orang tua ataupun terhadap anggota keluarga yang lain. Dan
pengertian yang seperti ini lah yang di gunakan saat ini di jepang.
Kekerasan ini juga bermacam-macam bentuknya bisa berupa bentuk
kekersan terhadap fisik ataupun penghancuran terhadap barang-barang bahkan
pengucapan kata-kata kasar dan tidak etis kepada anggota keluarga, terutama
kepada orang yang seharusnya di hargai di dalm sebuah rumah tangga yaitu, ayahibu ataupun kakek nenek dan kakak-abang. Di berbagai kasus tertentu bentuk
kekerasan ini sangat kejam dimana sang korban bisa saja mengaalami luka fisik
maupun psikologis yang parah, adakalanya kasus ini berlangsung dalam jangka
waktu yang panjang umumnya kepada anggota keluarga yang seharusnya di
hormati namun lemah dalam fisik, yaitu seorang ibu yang lemah ataupun seorang
ibu yang telah lanjut usia, sedangkan kasus kekerasan terhadap ayah jarang sekali
terjadi. Namun tetap saja kasus ini merambat terhadap anggota keluarga yang lain
yang ingin membela atau menyelamatkan sang korban kekersan dan biasanya
kepada kakak perempuan ataupun sang ayah yang rela menerima kekerasan fisik
demi menyelamatkan sang korban.

20
Universitas Sumatera Utara

Jenis-Jenis Kateinai Boryouku


2.2

Jenis-jenis kateinai boryouku juga di bagi menjadi dua tipe yakni:
2.3.1

Tipe Kekerasan Berdasarkan Aksi
Menurut Inamura di dalam kateinai boryouku terdapat berbagai tipe.

Salah satunya tipe yang di lihat dari aksi apa saja yang telah di lakukan si pelaku
pada saat kekerasan itu terjadi.
a. Kateinai boryoku nomi (kateinai boryouku saja)
Perlakuan kekerasan terjadi di dalam rumah, si pelaku melempar dan
menghancurkan benda ataupun barang-barang yang ada di dalam rumah, dan hal
ini sangat berbanding terbalik dengan sifat pelaku di luar rumah, sehingga sulit
menyadari bahwasanya telah melakukan kekerasan di dalam rumah.
b.

Kateinai boryouku dan toko kyohi
Koto kyohi merupakan penolakan seorang anak untuk pergi ke sekolah


dan latar belakang penolakan ini adalah penyakit kejiwaan yang di derita sang
anak. Umunya kateinai boryouku di barengi dengan toko kyohi yang telah ada
sebelum kateinai boryouku. Dapat di katakan toko kyohi ini merupakan gejala
awal kateinai boryouku ini. Mereka memberontak karna di paksa melakukan
sesuatu oleh orang tuadan pemberontakan ini di wujudkan dengan melakukan
kateinai boryouku.

21
Universitas Sumatera Utara

c. Kateinai boryouku dan toko kyohi dan hiko
Hiko merupakan pelanggaran hukum yang di lakukan anak di bawah
umur 20 tahun atau kenakalan remaja. Selain kateinai boryouku dan toko kyohi,
pelaku juga melakukan hiko atau kenakalan-kenakalan remaja seperti menguntit,
mencuri uang, menginap tanpa seijin orang tua dan sebagainya.

d. Kateinai boryouku dan hiko
Pelaku terlebih dahulu melakukan kenakalan, mengabaikan pelajaran
dan bolos sekolah, dan ketika orang tua atau anggota keluarga yang lain

mengingatkan agar menasehati, dia langsung marah tidak terima dengan nasihat
dan melakukan kateinai boryouku terhadap orang yang mengingatkan dan
biasanya korban adalah seorang ibu.

2.2.2

Tipe Kateinai Boryouku yang Berdasarkan Seishin Igaku
( Ilmu Penyembuhan Mental)
Berdasarkan penelitian psikolog Inamura terhadap para pelaku yang

melakukan konsultasi padanya, membagi lagi tipe kateinai boryouku berdasarkan
seishin igaku. Tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a.

Shinkeisho gata (tipe neurosis)
Dalam kasus ini sang pelaku mengalami atau memiliki penyakit kejiwaan

seperti kyohaku shinkensho atau memaksa orang lain untuk berbuat sesuatu
untunya, fuan shinkensho ( rasa cemas yang berlebihan), kyufusho (ketakutan)
dan juga hysteria. Salah satu gejala penyakit ini adalah kateinai boryouku itu

22
Universitas Sumatera Utara

sendiri yang di lakukannya sebagai salah satu cara yang di lakukannya untuk
melepaskan diri dari penderitaannya.
Isi dari kekerasan bentuk ini beragam, terjadi hampir setiap hari dan
berlangsung dalam waktu yang relative panjang. Misalnya pelaku selalu
menyerang ibu dengan kata-kata kasar, menedang dan memukul, memaksa ibu
untuk berkali kali minta maaf karena cara mengasuh anak dan sikap yang tidak
baik, lekas meledak emosinya apabila ibu melakukan kesalahan sekicil apapun
terhadapnya.dan sebagainya.
b.

Seishinbyo gata (tipe penyakit mental)
Meningkatnya impuls-impuls sangat berhubungan dengan ketidak stabilan

emosi yang di sebabkan oleh penyakit mental. Yang di maksud dengan penyakit
mental di sini adalah adalah mengarah kepada skizofrenia yang artinya penyakit
kejiwaan yang di tandai ketidak acuhan, halusinasi, merasa berkuasa untuk
menghukum dan sifat dari tipe kekerasan ini sangat hebat, impulsive dan tak

terduga.
c.

Ippan gata (tipe umum)
Sebagian besar pelaku kekerasan ini berada dalam keadaanke jiwaan yang

mendekati gangguan mental. Jadi,buka gangguan mental yang jelas terlihat.
Pelaku memberontak dan merasakan dendam dan benci yang besar kepada urang
tua sehingga pada saat meledak menjadi tindak kekerasan yang hebat. Kekerasan
ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan beragam.pada umumnya
kekerasan ini relative lebih ringan bila di bandingkan dengan tipe yang di
sebutkan sebelumnya.
23
Universitas Sumatera Utara

d.

Ikkasei gata (tipe memendam)
Penderita ini memendam rasa ingin menyerang dan rasa ingin balas


dendam hingga pada suatu saat perasaan dendam ini dikeluarkan. Akhir-akhir ini
banyak anak-anak yang memiliki control diri yang lemah. Apabila mereka
berhadapan dengan suatu konflikatau suatu kenyataan yang tidak sesuai dengan
yang di harapkan, mereka segera melampiaskan amarahnya kepada orang lain
walaupun penyebabnya adalah masalah sepele.

2.3

Karakteristik Kateinai Boryouku

2.3.1

Ibu Sebagai Objek Kateinai Boryouku
Orang tua yang menjadi korban kekerasan anak merupakan bukti

bahwa kekerasa anak terhadap orang tua itu ada. Seperti telah di sebutkan
sebelumnya, kateinai boryouku yang terjadi di jepang memiliki dua kesamaan
yaitu objek kekerasannya adalah anggota keluarga dan pelakunya adalah “anak
biasa” berusia remaja yang masi bersekolah yang berasal dari “keluarga biasa”,
yang mementingkan pendidikan dan secara ekonomi mampu. Berdasarkan data

terahir pada tahun 2005 keseluruhan kasus berjumlah 1275 kasus yang dilaporkan,
diantaranya 773 kasus kekerasan terhadap ibu dan 111 kekerasan terhadap ayah
dan yang menjadi sorotan utama adalah kasus kekerasan terhadap ibu yang selalu
jauh lebih besar daripada kekerasan terhadap ayah.
Menurut Futagami, alasan anak melakukan kekerasan terhadap ibu
dapat di bagi menjadi tiga hal. Pertama, secara biologis ibu lebih banyak

24
Universitas Sumatera Utara

menghabiskan waktu bersama anak-anak di bandingkan dengan ayah, karena ibu
yang membesarkan dan merawat anak sejak lahir dan ayah lebih banyak bekerja
di luar. Kedua adanya rasa bergantung anak terhadap ibu. Hal ini berhubungan
dengan kondisi minimnya ayah di rumah. Ayah selalu bekerja hingga larut malam
atau bekerja keluar kota, sehingga frekuensi untuk bertemu anak sangat sedikit.
Dengan kondisi rendahnya frekuensi pertemuan dengan ayah, secara
otomatis anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibu. Dan ketiga, salah
satu alasan kuat seorang anak melakukan kekerasan terhadap ibu, yaitu
ketidakberdayaan ibu dan kasih sayng ibu yang berlebihan. Hal ini diperkuat oleh
hasil data kuesioner yang di lakukan terhadap anak SD,SMP dan SMU mengenai

ibu yang meributkan masalah belajar dan nilai di sekolah dan ibu yang memahami
mereka.
Berdasarkan pertanyaan yang di ajukan kepada anak-anak mengenai
ibu yang meributkan masalah belajar dan nilai, jawaban yang di dapatkan yaitu
pada anak SD yang menjawab “iya” hanya sebesar 39,8 persen, sedangkan yang
menjawab “tidak” 55,8 persen. Lain halnya pada anak SMP dan SMU, yang
menjawab “iya” yaitu sebesar 53 dan 49,8 persen, sedangkan yang menjawab
“tidak” hanya 42,8 dan 46