Kateinai Boryouku dalam Rumah Tangga Jepang Dewasa ini Chapter III IV

BAB III
USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI
KATEINAI BORYOUKU

3.1

Usaha yang Dilakukan Pemerintah
Adapun usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam penanganan

dan pencegahan kateinai boryouku adalah sebagai berikut:
3.1.1

Program Reformasi Pendidikan - Manbusho
Berdasarkan program reformasi pendidikan yang di keluarkan oleh

manbusho (departemen pendidikan jepang) pada tanggal 24 januari 1997, yang
kemudian direvisi pada tanggal 5 agustus tahun yang sama, manbusho
menekankan pentingnya pendidikan bagi perkembangan mental setiap individu.
Pendidikan merupakan pondasi dari segala macam sistem social. Oleh karena itu,
manbusho menganggap pelaksanaan reformasifundamental dalam pendidikan
sangat penting dan esensial untuk membangun sebuah masyarakat yang mampu

menunjukkan secara penuh kreativitas dan semangat yang mereka miliki.
Reformasi pendidikan ini tidak terpisah dari reformasi fundamental di dalam lima
bidang yang lain yakni admisnistrasi pemerintahan, struktur ekonomi, sistem
keuangan, sistem kesejahteraan sosial, dan struktur fiscal yang kesemuaannya ini
harusdiwujudkan sebagai suatu kesatuan.

48
Universitas Sumatera Utara

Untuk mewujudkan reformasi pendidikan, manbusho memusatkan
perhatiannya kepada dua elemen. Yang pertama adalah untuk mendidik
masyarakat sebaik-baiknya demi masa depan jepang. Yang kedua untuk
memberikan penghormatan yang tinggi terhadap individualitas tiap anak dalam
rangka menumbuhkan penghormatan yang tulus pada hidup dan orang lain,
simpati, rasa keadilan dan kesamaan, moral, kemasyarakatan, kreativitas dan
internasionalitas dalam upaya merangsang karya yang penuh dari kemampuan
seorang anak selama hidupnya.
Di dalam penjelasan yang lebih terperinci mengenai tujuan program
ini untuk menanggulangi kateinai boryouku, dan mendukung pengendalian
masalah kateinai boryouku dalam masyarakat. Walaupun memang tidak secara

tegas dikemukakan bahwa hal ini dapat di tunjuk sebagai sebuah cara dalam
menangulangi kateinai boryou, namun jika dilihat secara jangka panjang,
sesungguhnya tujuan program ini dapat mendukung pengendalian masalah
kateinai boryouku. Adapun tujuan-tujuan yang di maksud adalah sebagai berikut:

3.1.1.1

Pengembanga Disiplin di Dalam Rumah
Manbusho sangat membantu dalam mempertebal disiplin di dalam

rumah yang dapat mendorong anak-anak mendapatkan sifat dan kemampuan atau
“semangat untuk hidup” melalui interaksi yang intim dengan anggota keluarga
yang berasal dari ikatan bayi dan orang tuanya. Sifat dan kemampuan di sini
maksudnya adalah kebiasaan dan kecakapan untuk hidup. Kaya akan perasaan

49
Universitas Sumatera Utara

rasa simpati pada sesama anggota keluarga. Pengertian dasar tentang moral, tata
krama sosial, pengendalian diri dan kemandirian.

Manbusho akan bekerja sama dengan departemen kesehatan dan
kesejahteraan juga departemen dan dewan-dewan lainya. Manbusho akan
menekankan kembali pentingnya disiplin di dalam rumah juga kesempatan yang
lebih bagi keluarga dan masyarakat untuk interaksi dan berkomunikasi dengan
anak. Untuk menciptakan opini public bahwa para orang dewasa harus saling
membantu dalam mengasuh anak yang berhati kaya.

3.1.1.2

Dorongan untuk Mencari Kegiatan Diluar Sekolah
Dalam rangka mendorong anak-anak untuk berpartisipasi meneruskan

kegiatan belajar di luar sekolah, manbusho akan mengambil langkah-langkah
untuk memperdalam pengertian anak tentang kegiatan kelompok sukarelawan,
organisasi budaya, organisasi olah raga, organisasi kepemudaan lainnya seperti
pramuka, pertemuan anak dan kelompok olah raga anak. Manbusho akan
mendorong anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Seperti hal nya pada tahun fiscal 1997 manbusho akan melonggarkan
batas kualifikasi untuk mengikuti ujian persamaan sekolah dasar yang dapat
menjadi syarat masuk sekolah menengah bagi mereka yang lulus. Memberikan

jalan keluar bagi anak-anak yang punya masalah took kyohi apabila mereka
berkehendak untuk melanjutkan sekolahnya kembali.

50
Universitas Sumatera Utara

3.1.1.3

Menanggulangi Masalah Kenakalan Remaja, Ijime dan Penyalah
Gunaan Obat Terlarang
Dalam rangka mengatsi kenakalan remaja yang dewasa ini makin

serius dengan tepat, dalam kerjasamanya dengan departemen dan agen-agen
terkait. Manbusho akan secepatnya mendiskusikan langkah-langkah untuk
mencegah masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku remaja.
Di setiap komunitas manbusho, akan mempercepat ikatan sekolah
dengan institusi dan organisasi terkait termasuk fasilitas kesejahteraan anak
seperti klinik bimbingan anak dan polisi, dengan PTA (parent teacher association)
dan organisasi kepemudaan dengan warga setempat. Dengan demikian manbusho
akan memperkuat langkah-langkah untuk pengembangan kesehatan remaja juga

pencegahan masalah-masalah kelankalan remaja.
Selanjutnya di sekolah manbusho akan menyebarkan pendirian asas
yang menentang tindakan ijime terhadap orang lain seperti “tidak aka nada
toleransi terhadap orang yang melakukan ijime terhadap orang lain” manbusho
juga mempertimbangkan pelaksanaan sistem konseling yang efektif dan perbaikan
sistem konseling dengan cara mempekerjakan penasihat sekolah.

3.1.1.4

Perbaikan Kegiatan Komunitas dan Mewujudkan Lingkungan
Sosial yang Bersih
Berkenaan dengan pembersih lingkungan sosial untuk remaja,

manbusho akan mendorong organisasi swasta local seperti PTA dan orrganisasi

51
Universitas Sumatera Utara

kepemudaan untuk membentuk jaringan kerja sama dengan sekolah-sekolah dan
organisasi-organisasi terkait yang bertujuan untuk membersihkan lingkungan

yang berbahaya juga untuk meminta bantuan pada komunitas terkait. Untuk tujuan
ini, di samping meningkatkan kerja samadengan departemen dan agen-agen
terkait. Manbusho juga mendorong lifelong learning council untuk mendiskusikan
langkah-langkah yang tepat.
Walaupun usaha dan cara dari manbusho ini tidak terlihat tegas namun
jika dilihat dari jangka waktu yang panjang akan berpengaruh besar terhadap
penanganan kateinai boryouku yang dimana sebagai salah satu penyebab
umumnya dalah depresi terhadap lingkungan hidup
.
3.1.2

Penyedian Kantor pengaduan
Penyediaan kantor pengaduan merupakan salah satu cara yang di

lakukan pemerintah dalam penangulangan kateinai boryouku, di mana fungsi dari
kantor pengaduan ini adalah sebagai tempat mengadunya korban kekerasan
ataupun pihak lain yang melaporkan adanya kekerasan di dalam sebuah kelurga.
Kantor pengaduan ini bukan hanya sebuah tempat pengaduan, di katakan bukan
hanya tempat pengadua dikarenakan pihak pengaduan tersebut langsung turun
ketempat kejadian dan langsung turun tangan dalam penangan korban maupun

pelaku kekerasan, dan pihak pengaduan ini juga bekerja sama dengan pihak
kepolisian terdekat sehingga memungkinkan penanganan yang cepat turn
kelapangan.

52
Universitas Sumatera Utara

Setiap pengaduan ataupun laporan yang di adukan ke kantor ini respon
dan aksinya sangat cepat dan bahkan para pegawai kantor ini juga turun
kelapangan tempat terjadinya kekerasan demi mendapatkan info dan kebenaran
dari laporan yang di laporkan, selain menyelidiki kebenaran dari laporan, kantor
pengaduan ini juga melakukan konseing terhadap korban dan pelaku dari
kekerasan yang di laporkan demi mencari penyebab dan motif-motif kekerasan
yang bekerja sama dengan pihak kepolisian.
Dengan adanya kantor pengaduan ini, segala bentuk kekerasan dapat
langsung di ketahui bahkan di antisipasi secara langsung. Dan dengan adanya
kantor pengaduan ini jelas dapat menjadi pemantau bagi setiap masyarakat.

3.1.3


Fasilitas Tombol Darurat di Dalam Rumah
Salah satu usaha dari pemerintah demi menanggulangi dan mengatasi

kateinai boryouku berikut ini adalah sebuah tombol darurat yang di sarankan bagi
setiap keluarga menggunakannya. Adapun fungsi dari tombol darurat ini adalah
sebagai alat pengaduan darurat, yang dimaksud darurat di sini adalah dimana
korban tak dapat lagi berjalan ataupun keluar dari rumah sehingga hanya dengan
menekan tombol ini, pihak yang bersangkutan dalam penanganan kekerasan
dalam rumah tangga langsung merespon dan turun kelapangan ke tempat kejadian,
adapun pihak bersangkutan yang di maksud di sini adalah pihak kepolisian dan
pihak kantor pengaduan terdekat. Seperti yang telah di jelaskan di atas
bahwasanya kantor pengaduan merupakan tempat pengaduan segala kekerasan
yang terjadi di kalangan masyarakat. Selain merupakan tombol pengaduan kepada

53
Universitas Sumatera Utara

pihak yang berwajib, tombol darurat ini juga dapat menjadi sebuah tanda
permintaan pertolongan kepada maysrakat sekitar, di katakan tanda permintaan
pertolongan dikarenakan setelah tambol ini di tekan akan mengeluarkan sebuah

bunyi pertanda adanya sebuah kejadian ataupun kemalangan, di Indonesia bunyi
ini biasa dkatakan bunyi sirene. Adapun maanfaat dari tombol ini adalah:
1. Korban dapat di selamatkan dengan cepat
2. Pelaku dapat segera di hentikan
3. Sebuah permintaan pertolongan yang instan
4. Dapat menjadi penghalang bagi pelaku kekerasan
5. Menjadi senjata bagi korban yang tidak berdaya atau
lemah.
6. Dan sebagainya.
Selain di dalam rumah, tombol ini juga di gunakan untuk anak sekolah
dasar. Biasanya tombol ini di bagikan melalui pihak sekolah kepada setiap muridmuridnya, tombol ini biasanya di tempelkan di tas anak. Adapun tujuan tombol
keamanan pada anak adalah juga sebagai alat untuk meminta pertolongan kepada
pihak berwajib dan masyarakat sekitar. Penggunaan tombol keamanan pada anakanak sekolah di dasari oleh status mereka yang sebagai anak-anak yang di anggap
tidak berdaya jika di bandingkan dengan orang dewasa, juga dikarenakn saat ini di
jepang banyak terjadi kekerasan kepada anak-anak di bawah umur, salah satu
contoh yang sangat terlihat adalah ijime.

54
Universitas Sumatera Utara


3.2

Usaha Masyarakat dan Norma Agama
Selain usaha dari pemerintah, masyarakat dan agama juga telah

menjadi salah satu sarana penanggulangan kateinai boryouku.
3.2.1

Usaha dari Masyarakat
Adapun usaha masyarakat dalam mengatasi kateinai boryouku adalah

usaha yang tidak terlihat secara langsung, yang di maksud tidak secara langsung
di sini adalah usaha yang beransur-ansur yang perlahan-lahan dalam jangka waktu
yang lama di mana hasilnya tidak dapat langsung di lihat. Penanganan kateinai
boryouku oleh masyarakat jepang tidak langsung tertuju kepada kasus kateinai
boryouku ini tetapi melalui penanganan yang tertuju kepada norma-norma yang
menjadi

penghalang


munculnya

kenakalan-kenakalan

remaja

yang

memungkinkan menjadi dasar dari segala kekerasan yang dilakukan seorang anak
terhadap orang tua.
Masyarakat yang dimaksud dalam penanganan kasus kateinai
boryouku ini adalah setiap lapisan masyarakat jepang. Sehingga terhubung dengan
segala upaya-upaya yang di lakukan pemerintah maupun upaya-upaya yang di
lakukan di dalam keluarga. Penangan yang di maksud adalah pencegahan ataupun
menghambat bahkan mengurangi setiap kenakalan-kenakalan remaja, seperti yang
kita ketahui selain gangguan kejiwaan, kondisi keluarga dan pergaulan anak dapat
menjadi penyebab dasar dari kausus kateinai boryouku. Adapun yang dapat di
lakukan masyarakat umum dalam penanganan kateinai boryouku ini adalah
berupa:
1. Penekanan konsep Omoiyari (empati)
55
Universitas Sumatera Utara

Omoiyari (empati) merupakan peringkat tertinggi
dalam kerangka moral bangsa jepang, dan sekaligus
merupakan norma yang paling mendasar yang harus
dimiliki oleh orang jepang. Omoiyari merupakan
kemampuan dan kemauan untuk merasakan apa yang
orang lain rasakan, merasakan suka dan dukayang
mereka

alami,

mewujudkan

dan

membantu

keinginan

mereka

mereka
yang

untuk

kesusahan.

Omiyari dapat berbentuk kesiapan seseorang dalam
mengantisipasi keperluan orang lain. Dan dia berusaha
meningkatkan

kesenangan

orang

lain

dengan

memberikan apa yang di butuhkan dan disukainya,
serta

berusaha

mencegah

apa

yang

mungkin

membuatnya tidak suka.
Sebagai contohnya jika di kaitkan dengan remaja yang
sedang menghadapi masalah dan frustasi, sebagaimana
kita ketahui rasa frustasi dapat menjadi pemicu kateinai
boryouku, maka seseorang yang menghadapi masalah
tersebut tidak akan di biarkan terlantar, melainkan di
perhatikan oleh

teman-temanya

dan

keluarganya

ataupun anggota keluarga yang lain.seorang teman
ataupun keluarga dapat dengan segera mengetahui
permasalahan yang di hadapi dan segala kesusahan

56
Universitas Sumatera Utara

yang dirasakan sehingga dapat segera membantgu
ataupun menghiburnya. Dengan demikian seseorang
yang

sedang

kesusahan

tidak

lagi

menghadapi

permasalahan sendirian.
Omoiyari berkaitan dengan ketulusan.seseorang yang
memberiempatinya kepada seseorang tidak mempunyai
maksud meminta balasan. Balas budi hanya timbul dari
pihak penerima empati.

2. Amae (ketergantungan)

Bila konsep omoiyari berlaku, maka konsep Amae
manjadi konsep yang penting dalamkerangka moral
masyarakat

jepang

karena

si

pelaku

omoiyari

memerlukan orang yang bergantung padanya dan
sebaliknya.
Amae pada awalnya lahir di dalam lingkungan ilmu
psikologi. Menurut Takeo Doi, seorang psikoanalis dan
penulis jepang, amae memiliki makna hubungan
kejiwaan antara bayi dan ibu yang sedang menyusuinya.
Takeo Doi mengatakan bahwa jika seseorang ataupun
seorang anak mengalami perkembangan. Setelah si
anak memahaminya bahwa eksistensi ibunya berbeda

57
Universitas Sumatera Utara

dengan dirinya, ia memberi pengakuan terhadap
eksistensi ibunya tersebut dengan amae. Kata amae
sendiri mengandung makna manja. Tetapi istilah manja
ini tidak bisa disamakan dengan makna manja dalam
arti Indonesia, yang berkesan negatife. Manja dalam
konsep amae adalah perwujudan pengakuan eksistensi
orang tua dalam bentuk ekinginan akan kedekatan
hubungan orang tua.
Konsep amae yang berlaku sebagai tata nilai norma
bangsa jepang hingga sekarang adalah sikap diri yang
menganggap bahwa orang lain selalu memiliki niat
yang baik dan selalu siap menolong dirinya bila ia
mengalami kesulitan.
Dengan demikian konsep ini dapat menjadi pengerat
setiap hubungan batin antara orang tua anak, dan
sesame

anggota

kelurga

yang

dapat

menjadi

pengurangan akan adanya gejolak pemberontakan di
dalam rumah tangga.

3. On, Gimu dan Giri (hutang balas budi)

Norma penting lainya adalah masalah hutang budi dan
kewajiban untuk membayarnya.

58
Universitas Sumatera Utara

Dalam masyarakat jepang hal ini dikenal dengan istilah
on,gimu,dan giri.
Konsep On ini tidak mudah dijelaskan artinya, karena
mempunyai arti yang sangat luas. On bukan hanya
sekedar mengadung arti kewajiban, keramahan bahkan
cinta kasih. Namun secara umum On mengandung arti
beban,

hutang,

atau

sesuatuyang

harus

dipikul

seseorang sebaik mungkin. Seperti halnya dalam kasus
kekerasan dalam keluarga di mana seorang ibu bunuh
diri setelah mengetahui suami telah meninggal dunia,
untuk menanggapi kasus seperti ini, Edwin Reischauer
dalam Manusia Jepang(1982) menyebutkan bahwa
kisah-kisah tersebut mencerminkan moralitas bangsa
jepang

yang

sangat

tinggi

nilainya.

Kesetiaan,

ketulusan dan pengabdian menjadi sesuatu yang sangat
di hormati dan di agungkan. Ruth Benedict dalam
pedang samurai dan bunga seruni (1982) menyebutkan
sebagai sifat ekstrim bangsa jepang sulit dimengertioleh
bangsa lain, sedangkan Djodjok Soepardjo (1999),
seorang ahli budaya jepang, menyebutkan sebagai pola
komunikasi intrapersonal dalam budaya jepang.
Pada masa kini contoh On masi dapat dilihat pada
hungungan antara ibu dan anak. Contohnya, seorang
laki-laki yang sangat sayang sama ibunya berkata

59
Universitas Sumatera Utara

bahwa ia tidak dapat melupakan On yang diterima dari
ibunya. Istilah On tersebut tidak sepenuhnya tertuju
pada cinta si anak kepada ibunya, melainkan pada
segala sesuatu yang telah dilakukan sang ibu semenjak
ia lahir. Ia merasa berhutang budi atas segala kerepotan
yang di hadapi orangtuanya selala membesarkan
dirinya, dan ia merasa harus menebusnya dengan segala
cara.
Jika dikaitkan dengan kasus kateinai boryouku, maka
nilai moral On sangat kuat dalam penanganan awal
ataupun pencegahan dasar terhadap kasus kateinai
boryouku.

Gimu dapat diartikan sebagai kewajiban membayar on
yang telah diterima seseorang.gimu harus dibayar
seseroang karena adanya ikatan-ikatan yang kuat dan
ketat pada saat di lahirkan,misalnya ikatan pada
keluarga dan ikatan pada negaranya. Pembayaran ini
tidak memiliki batas waktu dan pembayaran yang telah
dilakukan pun kadang-kadang tidak pernah cukup
walaupun di lakukan seumur hidup.

Giri merupakan jenis kwajiban pemenuhan on yang lain.
Lain halnya dengan Gimu, Giri mempunya batas waktu

60
Universitas Sumatera Utara

pembayaran dan hutang-hutang tersebut wajib di bayar
dalam jumblah yang tepat sama dengan yang diterima.
Giri mempunyai pembagian yang jelas. Yang pertama
adalah Giri kepada dunia, yaitu kewajiban seseorang
untuk membayar On kepada sesamanya,misalnya
karena seseorang telah menerima hadiah. Yang kedua
adalah Giri kepada nama sendiri,yaitu kewajiban untuk
tetap

menjaga

kebersihan

nama

dan

reputasi

seseorang.kewajiban ini termasuk kewajiban untuk
membersihkan nama baik seseorang atas penghinaan
atau tuduhan atas kegagalan dengan cara melakukan
balas dendam,kewajiban seseorang untuk menunjukkan
atau mengakui kegagalan atau ketidaktahuannya dalam
menjalankan suatu peran dalam masyarakat, dan
kewajiban seseorang mengindahkan sopan santun
jepang dengan melaksanakan semua norma yang
berlaku serta dapat mengekang emosi dalam situasi
yang tidak tepat.
Norma mengajarkan untuk bertanggung jawab ataupun
menjaga diri dalam setiap kehidupan.
Dengan adanya norma-norma ini dalam masyarakat dapat menekan
dan mencegah adanya bibit munculnya kekerasan ataupun kenakalan remaja.
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwasanya masyarakat melakukan
pencegahan dan penanggulangan kateinai boryouku secara tidak langsung namun

61
Universitas Sumatera Utara

jika dilihat dalam jangka waktu yang lama dampaknya sangat baik. Selain
menekankan norma-norma ini masyarakat jepang juga bekerja sama kepada setiap
agen-agen yang berhubungan dalam penanganan kateinai boryouku ini.

3.2.2

Norma Agama (kepercayaan)
Norma agama di jepang sangat sulit dijelaskan, sebagai mana kita

ketahui bahwasanya masyarakat jepang banyak menganut bermacam-macam
agama. Namun jika membahas agama kita tahu bahwasanya sebuah agama
mengajarkan hal yang baik untuk semua umatnya. Disini penulis tidak membahas
penting tidaknya sebuah agama dalam pandangan orang jepang melainkan,
membahas nilai-nilai dan ajaran agama

yang dapat mengurangi ataupun

menjegah terjadinya sebuah kekerasan yang di lakukan oleh anak-anak, remaja
dan bahkan orang tua.
Sebagai sebuah contoh keterkaitan agama (kepercayaan) dalam
penanganan kateinai bryouku adalah pada masyarakat Korea dan Taiwan yang
pengaruh ajaran konfusianismenya masi kental, masalah kateinai boryouku dan
sejenisnya hampir tidak ditemukan. Salah satu ajaran yang masi kuat dan hidup
adalah penghormatan terhadap orang yang lebih tua dan kewajiban seorang anak
untuk berbakti kepada orang tua. Jadi norma ajaran ini dapat menjadi kekuatan
penghalang, penghenti dan pengontrol untuk menghindari munculnya gejala
penganiayaan anak terhadap orang tua.
Di jepang, di daerah Okinawa dimana ajaran konfusianisme masi kuat
hidup dalam masyarakat. Masalah kateinai boryouku nyaris tidak di jumpai. Oleh
62
Universitas Sumatera Utara

karena itu dapat disimpulkan disini bahwasanya di dalam masyarakat yang masi
menganut

norma

Agama

(kepercayaan)

yang

kuat

terhadap

masalah

penghormatan terhadap orang tua, penganiayaan anak terhadap orang tua akan
sulit timbul dan berkembang. Seperti yang kita ketahui tidak ada agama yang
mengajarkan hal buruk kepada umatnya, apapun agamanya pastinya ajarannya itu
baik. Selanjutnya setelah refomasi pendidikan yang di lakukan di jepang, pihak
keagamaan juga ambil alih dalam pendidikan dan penyebaran ajarannya dalam
sekolah-sekolah di jepang, sehingga pihak keagamaan juga kerja sama dengan
pemerintah dalam pendidikan moral anak sehingga di adakannya mata pelajaran
keagamaan. Dengan adanya mata pelajaran ini juga dapat menekankan kepada
siswa/siswi ajaran-ajaran agama di mana kita ketahui bahwasanya ajaran agaman
mengajrakan ajaran yang baik, dan hal ini juga dapat menjadi pengontrol
siswa/siswi dalam bertingkah laku.
Selain mata pelajaran agama di sekolah, ada juga pembukaan sekolah
baru yang berdasarkan ajaran agama, sebagai contohnya di Indonesia banyak
sekolah-sekolah berdasarkan ajaran agama-agama yang ada di Indonesia, sebagai
contoh nilai normanya adalah sekolah yang berdasarkan ajaran agama islam,
dimana di sekolah ini siswa dan siswinya di ajarkan bertatakrama sesuai ajaran
agama islam, misalnya dalam berpakaian, setiap wanitanya menggunakan jilbab
kesekolah dan bertingkah laku sesuai ajaran agama, sehingga hal ini menjadi
peran penting dalam pembentukan mental dan spiritualitas seorang anak. Dan
begitu juga di jepang setiapsekolah yang berdasarkan agama akan mengajarkan
ajaran agama kepada setiap siswa-siswinya.

63
Universitas Sumatera Utara

Selain berkerja sama dengan pihak pemerintah, agama juga memiliki
tempat-tempat beribadah, misalnya agama Kristen dan katolik di jepang yang
menerima umatnya untuk beribadah dalam gereja, sehingga gereja menjadi suatu
tempat tujuan bagi setiap umatnya untuk melakukan ibadah terhadap tuhannya,
dan di gereja ini juga mereka menerima ajaran-ajaran agama sebagaimana yang
kita ketahui semua ajaran norma-norma agama adalah baik. Norma yang baik
sudah jelas menjadi salah satu kekuatan dan pengontrol tingkah laku seorang anak
ataupun orangtua sehingga menjadi penghalang muncul atau berkembangnya
kasus kateinai boryouku.

3.3

Usaha dalam Keluarga (Rumah Tangga)
Penangan dan pencegahan kateinai boryouku dalam keluarga tidak

jauh berbeda dengan usaha yang di lakukan masyarakat, namun usaha dalam
kelurga lebih mengutamakan nilai-nilai penghormatan terhadap orangtua dan
nilai-nilai kasih sayang antar sesama anggota keluarga dan pengajaran ini lebih
intensif. Dalam hal ini peran orang tua sangat besar, sebagaimana kita ketahui
tugas orang tua adalah mendidik, mengajarkan kebudayaan dan norma-norma
dalam masyarakat.
Usaha yang dilakukan dalam pencegahan dan penanganan kateinai
boryouku di dalam keluarga adalah:
-

Penekanan nilai norma-norma
Penekanan norma-norma Omoiyari, Amae, On,Gimmu dan Giri.
Dengan adanya norma-norma ini di dalam keluarga seorang anak
64
Universitas Sumatera Utara

dapat mempelajari nilai-nilai norma yang baik dalam keluarga,
sebagai mana kita ketahui tujuan dari norma ini adalah tau
diri,bertanggung jawab, menjalin hubungan kasih sayang, peduli antar
sesama. Sehingga dengan adanya peran konsep norma ini seorang
anak dapat mengerti bahwasanya dia tidak sendiri, dia tau bahwasanya
keluarga peduli terhadapnya. Maksud kata tidak sendiri disini adalah
dia dapat menghadapi masalah yang di hadapi bersama dengan
keluarganya sehingga rasa frustasi tidak di hadapi sendiri, sebagai
mana

rasa

frustasi

dapat

menjadi

pemicu

penyimpangan-

penyimpangan tingkah laku remaja.

-

Pertanggung jawaban
Pertanggung jawaban yang di maksud disini adalah mengetahui posisi
dan fungsi dalam keluarga, hal ini lebih di tujukan kepada ayah/ibu
dimana seorang ayah atau ibu harus mempertanggung jawabkan posisi
sebagai orang tua yang fungsinya sebagai kepala keluarga yang
mendidik dan mempersatukan anggota keluarga. dengan adanya
pertanggung jawaban ayah/ibu sebagai orang tua maka sebuah
keluarga akan menjalin hubungan batin yang kuat.

-

Menjalin keharmonisan
Keharmonisan dalam keluarga sangat diperlukan dalam menjalin
hubungan

yang

baik

antar

sesama

anggota

keluarga.

Maknakeharmonisan dalam keluarga ini memiliki arti bahwasanya

65
Universitas Sumatera Utara

hubungan antar sesama anggota keluarga sangat dekat, tidak adanya
rasa terpendam dan bahkan tidak adanya rahasia seorang anak
terhadap orang tua, artinya seorang anak jujur dan mau bercerita
tentang keluh kesal yang di hadapai di luar rumah tangga, sehingga
mudah di atasi dan di mengerti.

-

Berkerja sama
Maksud berkerja sama disini adalah melibatkan seluruh anggota
keluarga dalam kegiatan maupun usaha dalam keluarga. Melibatkan
anak dalam setiap kegiatan dengan sewajarnya di dalam rumah
sehingga tidak muncul anggapan “tidak dianggap” sebagai mana kita
ketahui kata “tidak dianggap” dapat menjadi salah satu pemicu
munculnya sifat apatis yang tidak peduli terhadap sesuatu hal. Sifat
apatis ini sangat berbahaya, sifat ini egois dan memiliki pola fikir
tersendiri dan tidak ambil peduli dengan sekitar.

-

Memberikan pendidikan yang wajar tanpa adanya harapan yang
berlebihan
Pendidikan sangat penting bagi seorang anak. Terutama di Jepang
pendidikan merupakan tolak ukur umum untuk setiap anak. semakin
bagus sekolah yang ia dapatkan semakin dekat pula ia dengan
kesuksesan. Orang tua juga memandang pendidikan anak yang
menjadi gambaran masa depan seorang anak. Sebagai mana kita
ketahui setiap orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anaknya,

66
Universitas Sumatera Utara

hingga akhirnya muncul pengharapan yang berlebihan terhadap anak.
Dan pengharapan berlebihan ini yang dapat memicu terjadinya
pertentangan keinginan orang tua dan anak, dan hal inilah yang
memingkinkan terjadinya kateinai boryouku.
Dengan adanya pendidikan seorang anak juga mendapatkan
pembelajaran dari sekolah.sebagaimana telah dijelaskan di atas
bahwasanya di sekolah juga ada pendidikan keagamaan.selain
dirumah ,di sekolah anak juga mendapatkan pendidikan moral.
Sehingga moral ini dapat menjadi pencegah seorang anak berprilaku
menyimpang, lain halnya pada anak yang mengidap kejiwaan.

-

Konseling

Seperti yang di jelaskan di atas bahwasanya keluarga yang harmonis
akan dapat mengetahui keluh kesal yang di alami seorang anak.
Begitu juga dengan seorang anak yang mengalami gangguan kejiwaan.
Dengan hubungan yang dekat, seorang ayah ataupun ibu dapat
mengetahui kelainan dalam jiwa si anak. sehingga dapat dengan
segera melakukan konseling terhadap pihak ahli, untuk mengatasinya.
Karna kateinai boryouku tidak hanya di lakukan oleh anak yang sehat,
melaikan anak yang mengidap kelainan jiwa juga sering melakukan
kateinai boryouku.

67
Universitas Sumatera Utara

-

Pemasangan tombol darurat

Sebagaimana guna tombol darurat ini merupakan program pemerintah,
namun tidak berarti danpa persetujuan keluarga. Seperti namanya
tombol darurat ini merupakan sebuah normor darurat untuk meminta
pertolongan kepada pihak berwajib ataupun masyarakat sekitar.
Sebagaimana telah di jelasakan di bab II bahwasanya kateinai
boryouku juga dapat terjadi dalam rumah tangga yang biasa, yang
dalam arti keluarga yang mencukupi tanpa adanya pertanda akan
terjadinya kekerasan. Seperti halnya anak yang di kenal baik ternyata
mengalami kateinai boryouku secara tiba-tiba. Untuk hal tersebutlah
tombol ini berguna. tombol ini terhubung langsung kepada kantor
polisi ataupun kantor pengaduan daerah terdekat rumah tangga yang
terjadi kateinai boryouku.

-

Pengenalan terhadap agama

Memperkenalkan agama terhadap anak dan terhadap seluruh anggota
keluarga, seperti yang telah di jelaskan di atas norma agama juga
menjadi senjata kuat dalam pencegahan kekerasan-kekerasan.

68
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan
Segala bentuk kekerasan yang di lakukan anak adalah sebuah

gambaran akan ketidak puasan seorang anak atau kurangnya perhatian dan
kepedulian keluarga terhadapnya. Dapat dilihat dari perkumpulan atau pun group
anak-anak yang lebih sering berkumpul dengan teman-temannya di luar, di
bandingkan dengan keluarga sendiri. Mereka lebih merasa nyaman berada di luar
bersama teman-temannya. Dan dari sini dapat kita kita lihat bahwasanya seorang
anak tidak lagi mengutamakan keluarga dalam bersosialisasi, namun tak
selamanya juga keluarga dapat menjadi teman sosialisasi yang baik mislanya
keluarga yang orang tuanya tidak bertanggung jawab akan posisinya sebagai
kepala keluarga.
Di jepang fenomena-fenomena kenakalan remaja sangat banyak,
dimulai dari ijime, enjo kosai, kateinai boryouku, konai boryouku dan kenakalankenakalan remaja lainnya. Kasus ini sudah menjadi hal yang biasa kita jumpai di
jepang. Jika dilihat dari segala penyebab dari kenekalan remaja ini dapat di
simpulkan bahwasanya kekeluargaan jepang sangat rentan mengalami kateinai
broyouku, hal ini di sebabkan dengan berbagai permasalahan-permasalahn dalam
keluarga, mulai dari kurangnya sosok ayah/ibu, pengharapan yang berlebihan dari
orang tua, sampai kedalam faktor kejiwaan anak. Selain dari dalam keluarga itu
sendiri, penyebab kateinai boryouku juga dapat di sebabkan akan tekanan-tekanan
dari luar, misalnya perlakuan ijime yang ia terima dari temannya. Namun dari

69
Universitas Sumatera Utara

semua penyebab-penyebab ini, yang menjadi acuan utama adalah peran orang tua
dalam keluarga.
Michiyoshi Hayashi, penulis buku best seller berjudul fusei no fukken
(1996) atau rehabilitas karakter ayah, mengemukakan secara kritis masalah peran
ayah yang memudar dalam sebuah keluraga.
Selain hayashi, ada pendapat yang senada yang di kemukakan oleh
seorang professor dari universitas Keio Gijuku bernama Keigo Okonogi, dalam
pendapatnya ini ia mengemukakan bahwasanya seorang ayah atau suami telah
hilang posisinya dalam keluarga, mereka telah kehilangan perannya dalam
keluaraga. Mereka telah menjadi manusia kantoran super sibuk dan hampir tidak
punya waktu untuk keluarga. Walaupun secara fisik mereka ada.
Dan begitu juga dengan peran seorang ibu, sang ibu juga yang telah
menjadi seorang yang paling dekat dengan anak, otomatis jalinan kasih sayang
juga lebih kuat. Namun seorang ibu juga menjadi orang yang paling rentan
mendapatkan perlakuan kateinai boryouku. Seperti yang kita ketahui semua orang
tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun dengan pernyataan inilah
muncul sebuah pengharapan yang berlabihan, dimana tanpa meihat potensi si anak
terlebih dahulu, sang ibu memberikan pengharapan yang berlebihan sehingg si
anak frustasi dengan perasaan ketidak mampuan ataupun merasa terpaksa. Seperti
yang kita ketahui rasa frustasi merupakan gejala-gejala awal terjadinya kateinai
boryouku.
Istilah kateinai boryouku mulai di pergunakan secara umum pada awal
tahun 1980-an. Pengertian yang terkandung di dalam terminology ini adalah

70
Universitas Sumatera Utara

kekerasan yang di lakukan oleh anak terhadap orang tuanya atau anggota keluarga
yang lain, kekerasan ini dapat berupa kekerasan mencederai orang alain bahkan
sampai membunuh dan kebanyakan objek kekerasan adalah seorang ibu.
Yang menjadi penyebab utama munculnya kekerasan oleh anak
terhadap orang tua ini, masi dalam berdasarkan penelitian inamura, terdapat pada
sikap asuh orang tua sedikit bertolak belakang. Pada ibu harapan yang berlebihan
yang di bebankan kepada anak dan seorang ibu terlalu ikut campur dalam urusan
dan masalah si anak. Sementara pada si ayah, anak meniali mereka terlalu lepas
tangan dan apatis pada masalah keluarga, terutama dalam hal pengasuhan anak.
Dengan hilangnya peran seorang ayah dalam keluarga, maka seorang ibu akan
berusaha dalam menggantikan posisi itu sehingga tanpa di sadari seorang ibu
terjatuh dalam intervensi yang besar dan cukup dirasakan menggangu oleh anak.
Kedua hal ini menjadi faktor penyebab yang dominan dan menonjol dalam kasus
kateinai boryouku.
Adapun penanganan yang di lakukan adalah dari berbagai kalangan,
kalangan pemerintah telah melancarkan program reformasi pendidikan manbusho,
pemfasilitasi keamanan di daerah-daerah, dapat berupa kantor polisi dan kantor
pengaduan. Dan kemudian penangan yang di lakukan masayarakat adalah
penerapan budaya atau norma-norma yang seharusnya dimiliki orang jepang
seperti, Omoiyari, Amae, On, Gimu, Giri. Dan kemudian penanganan yang di
lakukan keluarga. Penanganan ini tidak jauh berbeda dengan penangan dari
masyarakat, namun disini lebih intensif dan penuh dengan rasa kasih sayang
dankepedulian. Sebagaimana arti dan fungsi setiap anggota keluarga.

71
Universitas Sumatera Utara

4.2

Saran
Pelaku dari kekerasan ini (kateinai boryouku) adalah anak-anak yang

berumur 20 tahun kebawah. Sebagaimana anak dibawah umur 20 sangat
memerlukan perhatian dan pengendalian dalam bertingah laku, sebagai mana kita
ketahui dalam usia tersebut seorang anak mengalami masa puberitas. Biasanya di
saat-saat puber ini anak-anak sangat terlihat bertingkah laku sedikit ekstrim, hanya
mau bersenang-senang dan terlihat labih. Dan dimasa ini pula anak remaja sangat
rentan menghadapai masalah-masalah, sehingga di seharusnya di masa-masa ini
diperlukannya perhatian yang lebih namun sewajarnya tanpa terlalu ikut campur
dalam urusan mereka, sebagai mana yang di ungkapkan Inamura sebaiknya
biarkan mereka beristirahat secara fisik maupun mental, karna mereka benarbenar membutuhkannya.
Kateinai boryouku

ini terjadi dalam sebuah rumah tangga yang

kurang harmonis , sebagai mana telah di jelaskan di atas. Dengan demikian ada
baiknya permasalahan kateinai boryouku ini di selesaikan ataupun di cegah
dalam rumah tangga, karna pemicu utama dalam munculnya kateinai broyouku
ini adalah kondisi dan keadaan sebuah rumah tangga tersebut.
Dan yang menjadi peran penting dalam penanganan dan pencegahan
kateiani boryouku ini adalah kedua orang tua. Dimana orang tualah yang menjadi
pemandu dan pemersatu dalam sebuah keluarga.

72
Universitas Sumatera Utara