Kateinai Boryouku dalam Rumah Tangga Jepang Dewasa ini

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk sosial, di mana saling membutuhkan satu

sama lain dan saling mempengaruhi. Semua manusia awalnya polos dan tak
mengerti apa-apa sampai ia diajarkan dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia
tinggal. Seorang anak diasuh dan di didik dalam sebuah kelompok yang lazim
disebut keluarga. Keluarga dalam rumah tangga merupakan lingkungan sosial
yang sangat penting dalam pembentukan tingkah laku seorang anak, (Raharjo
1993 :221-232.). Keberhasilan dalam mendidik anak sangat bergantung kepada
keluarga yang mengasuh si anak, terutama kedua orang tua dan bagian-bagian dari
keluarga tersebut.
Keluarga memiliki pengertian sebagai suatu kesatuan paling kecil dalam
masyarakat yang terdiri dari orang tua (ayah dan ibu) serta anak-anak kerena
ikatan darah atau ikatan umum (anak angkat). Namun, selain ikatan-ikatan
tersebut, juga masih terdapat bentuk ikatan yang sangat penting, yaitu ikatan kasih
sayang dan tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anak- anaknya, kasih

sayang tersebut membawa akibat saling membatu, saling menghormati dan saling
melindungi. Chie Nakane (1981:12) menjelaskan bahwa konsep keluarga Jepang
adalah rumah tangga yang didasarkan pada kerjasama atas dasar pekerjaan.

8
Universitas Sumatera Utara

Disamping arti keluarga yang sebenarnya, saat ini di jepang banyak terjadi
kekerasan dalam rumah tangga, hal ini di sebabkan oleh kurangnya hubungan
yang erat antar sesama anggota keluarga, hubungan suami-istri, kakak-adik dan
orang tua- anak. Salah satu pendapat yang perlu disimak adalah pendapat
michiyoshi hayashi (1996) yang dalam bukunya berjudul fusei no fukken atau
rehabilitasi karakter ayah. Di dalam buku ini Hayashi mengkritik sosok ayah yang
tidak lagi memiliki peran ayah di dalam masalah rumah tangga terutama masalah
terhadap anak.
Hayashi secara kritis mengemukakan masalah seorang ayah yang tidak
memiliki peran dalam keluarga, tak mengherankan apabila muncul anak-anak
yang bermasalah dari keluarga seperti itu karna orang tua dalam pembentukan
watak anak sangat penting. Dan hal ini sesuai dengan teori empirisme yang di
kemukakan oleh John Lock (1632-1704). Teori ini menyebutkan bahwa seorang

bayi yang baru lahir, adalah organisme yang luwes yang siap dibentuk oleh
subyek-subyek dalam keluarga. Pembentukan watak manusia dimulai sejak saat
dilahirkan, bahkan sejak saat di dalam kandungan. Interaksi dengan orang lain
berlangsung seketika itu juga,

bersamaan dengan proses interaksi yang

berlangsung, pada bayi timbul pengetahuan bahwa orang-orang disekitar
mengharapkan dia bertingkah laku tertentu dalam keadaan-keadaan tertentu. Di
sini proses sosialisasi berlangsung, yaitu dalam diri anak terjadi proses
tertanamnya nilai-nilai norma yang terjadi atau yang dikehendaki oleh masyarakat
di sekitar.
Selain Hayashi ada juga seorang profesor universitas keio gijuku yang
bernama Keigo Okonogi yang menyatakan bahwa kini di dalam keluarga jepang

9
Universitas Sumatera Utara

ayah atau suami telah kehilangan perannya dalam rumah tangga, kebanyakan
seorang ayah atau suami telah menjadi orang kantoran yang super sibuk dan tak

punya waktu luang untuk keluarga sendiri.
Dengan dilatar belakangi kondisi keluarga yang seperti itu, muncullah
masalah kateinai boryouku. Secara harfiah kateinai boryouku di artikan sebagai
tindak

kekerasan

yang

terjadi

dalam

suatu

rumah

tangga.

Namun


perkembangannya kemudian pengertiannya yang luas ini dipersempit menjadi
tindak kekerasan terhadap orang tuanya. Terminology kateinai boryouku yang
merujuk pada pengertian inilah yang sekarang umumnya dipergunakan.
Di dalam kamus Jepang-Inggris, kateinai boryouku di artikan sebagai
domestic violence. Arti dalam bahasa inggris ini, mencakup makna kekerasan
domestik yang luas yakni semua bentuk kekerasan yang terjadi dalam rumah
tangga, bentuk-bentuk kekerasan tersebut antara lain: Kekerasan orang tua
terhadap anak, Kekerasan diantara suami-istri, Kekerasan antara anak dan orang
tua, Kekerasan antara saudara kandung, Kekerasan anak terhadap kakek/nenek,
Kekerasan orang tua asuh terhadap anak adopsi, dan sebagainya.
Pada masyarakat Jepang dewasa ini, kateinai boryouku menjadi
permasalahan yang paling sering terjadi, kekerasan ini semakin menjadi tak
terhindarkan bagi keluarga-keluarga yang

dimana keharmonisan dalam

rumah tangga sangat minim. Berikut merupakan kutipan yang yang patut di
simak yang berkaitan dengan kateinai boryouku yang menjadi ciri khas
jepang selama ini:


10
Universitas Sumatera Utara

Tipe “kekerasan dalam keluarga” yang anaknya melakukan
kekerasan kepada orang tua adalah tipe kekerasan yang telah menjadi
karakteristik Negara kami (jepang).
Rumah tangga di Jepang dewasa ini sering sekali menjadi sorotan media
dan mengangkat tema ini sebagai artikel. Masalah kekerasan dalam rumah tangga
ini juga telah menjadi tema acara-acara televisi, film dan kartun animasi yang
sangat luas penyebarannya. Yang menjadi pemicu utama terjadinya permasalah
kateinai boryouku ini di mulai dari dalam rumah tangga itu sendiri. Seperti yang
telah dijelaskan di atas

sebagai mana fungsi setiap anggota keluarga dalam

kekeluargaan di Jepang. Semakin kurangnya keharmonisan dalam keluarga sangat
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan kekeluargaan tersebut.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kurangnya keharmonisan
dan hubungan yang kuat antar sesama anggota keluarga sangat mendominan

terjadinya kateinai boryouku.
Dengan

demikian

penulis

tertarik

untuk

membahas

dan

menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul
“Kekerasan dalam Rumah Tangga di Jepang (Kateinai Boryouku)
Dewasa Ini”

11

Universitas Sumatera Utara

1.2

Perumusan Masalah
Ruang lingkup kehidupan sangat mempengaruhi aktivitas, kebiasaan dan

bahkan psikologis manusia, seperti pada kehidupan rumah tangga masyarakat
jepang dewasa ini. Kehidupan seorang ayah, ibu dan anak saling berhubungan,
saling mendukung dan saling melengkapi demi mencapai kesejahteraan. Namun
ada juga rumah tangga yang tidak memiliki nilai-nilai yang seharusnya di miliki
dalam rumah tangga. Rumah tangga jepang saat ini sering sekali terjadi kekerasan
di dalamnya seperti yang akan di bahas adalah kateinai boryouku.
Sebagai salah satu kasus kekerasan yang pernah menjadi topic
pembicaraan di jepang di mana di dalam kasus tersebut seorang ayah membunuh
anak laki-lakinya dengan menggunakan pemukul baseball, pembunuhan di latar
belakangi si anak melakukan kateinai boryouku terhadap kedua orang tuanya
sudah cukup lama sehingga sang ayah nekad membunuh anaknya sendiri. dari
kasus ini banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan besar, sebagai mana yang
kita ketahui bahwasanya dalam sebuah keluarga setiap anggota keluarga memiliki

hubungan dan ikatan batin yang kuat.
Dan yang menjadi permasalahan yang akan di kaji penulis adalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana karakteristik dan jenis-jenis kateinai boryouku?
2. Bagaimana usaha-usaha dalam mengatasi kateinai boryouku?

12
Universitas Sumatera Utara

1.3

Ruang Lingkup Permasalahan
Kateinai boryouku merupakan sebuah kejadian ataupun kekerasan yang

sangat fenomenal dalam kehidupan berumah tangga, kekerasan dalam rumah
tangga ini dapat terjadi kapan saja, dimana yang menjadi pelaku dan korban
adalah orang yang memiliki hubungan yang dekat dan kekerasan dalam rumah
tangga ini juga dapat terjadi dengan faktor-faktor yang cukup luas.
Oleh karena itu, dari permasalahan yang telah di kemukakan di atas

penulis merasa perlu melakukan pembatasan ataupun mempersempit pembahasan
dalam skripsi ini agar lebih terarah dalam penulisan nantinya, di mana penulis
lebih memfokuskan kepada karakteristik kateinai boryouku, jenis-jenis kateinai
boryouku dan usaha-usaha yang dilakukan dalam mengatasi kateinai boryouku.
Penulis juga akan menjelaskan pengertian dan sejaraha dari kateinai boryouku
demi mendukung pembahasan penelitian ini.

1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Herkutanto (1997) menjelaskan bahwasanya kekerasan itu adalah
tindakan atau sikap yang dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga dapat
merugikan, baik secara fisik maupun secara psikis. Kekerasan memiliki bentuk
dan motif yang berbeda, bergantung kepada penyebab terjadinya kekerasan,
dalam halnya kateinai boryouku. Kateinai boryouku yang merupakan kekerasan
dalam rumah tangga menjadi sebuah kasus kekerasan yang sering di jumpai pada

13
Universitas Sumatera Utara

rumah tangga yang tidak memiliki hubungan yang dekat antar sesama anggota

keluarga.
Kiyomi Morioka (1993:3), mengemukakan definisi keluarga yaitu
keluarga adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota penting yaitu
kerabat dekat yang jumlahnya sedikit, seperti suami-istri, orang tua-anak, kakakadik dan diantara mereka terikat hubungan emosional yang dalam. Tujuan utama
kelompok juga menjelaskan bahwa konsep keluarga Jepang adalah rumah tangga
yang didasarkan pada kerja sama atas dasar pekerjaan. Fungsi keluarga sangat
penting dalam pembentukan sifat dan karakter anak, dimana orang tua mendidik
dan mengasuh anak menjadi prioritas utama.
Menurut psikolog S Supardi (1991) dalam pola asuh dan remaja
bermasalah, secara teoritis terdapat tiga jenis pola asuh. Pertama dominan
otoriter, sifat orang tua dalam hal ini keras, tidak bisa di bantah, anak harus
patuh dan menurut total terhadap keinginan orang tua. Kedua permisif, sifat ini
mengarahkan, namun masi membuka peluang anak melakukan hal yang
diinginkan anak atas pertimbangan orang tua. Ketiga bebas total, tanpa arahan.
Artinya anak di benarkan melakukan apa saja tanpa sekehendak hati.

1.4.2 Kerangka Teori
Dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
sosiologi, yang menurut Soekanto (1992:2), meliputi sosiologi keluarga yang
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara individu di dalam keluarga.

Penulis menggunakan pendekatan ini karena bertujuan untuk mengetahui
14
Universitas Sumatera Utara

bagaimana hubungan peran ayah dengan keluarga, anak dengan ayah serta
hubungan anak dengan kehidupan sosialnya.
Selain itu peneliti juga menggunakan teori inosens ( inosensu ron ), teori
inosens yang akan disampaikan berikut ini adalah teori yang dikenal dalam
psikologi. Dalam bahasa Inggris innocence yang berarti bersih, tak berdosa,
takbersalah, pesan yang terkandung dalam istilah ini adalah “takpunya rasa
tanggung jawab” atau tak bisa menerima kenyataan.Teori inosens ini dapat
menjelaskan latar belakang mengapa seorang seorang remaja atau anak
melakukan kekerasan terhadap orang tua atau anggota keluarga yang lainnya.

1.4.2.1 Teori Inosens ( Inosensu ron )
Teori yang akan di sampaikan saat ini adalah teori yang di kenal dalam
psikologi.
Kadang muncul pertanyaan apa yang dimaksud dengan kedewasaan dalam
diri seseorang. Yang di maksud dengan kedewasaan atau yang dalam bahasa
jepang atau yang dalam bahasa jepang di sebut seijuku adalah, keseluruhan proses
individu untuk menjadi seseorang yang dapat menghadapi dunia dengan sikap
penuh tanggung jawab serta dapat menerima dunia ataupun kenyataan dengan
ukuran sewajarnya.
Dalam bahasa ingris yang telah di jabarkan di atas tak berdosa, tak
bersalah. Setiap manusia lahir dari rahim seorang ibu. Hal ini adalah kenyataan
yang tak dapat di pungkiri. Di lain pihak, ada pula kenyataan bahwa “aku terlahir

15
Universitas Sumatera Utara

bukan karna kemauanku dan tanggung jawabku” ini merupakan salah satu pola
pikir inosens yang dasarnya terletak pada hal “terlahir” ini. “aku terlahir”
merupakan kepasifan. Ia tak dapat memilih untuk terlahir kaya, cantik/ganteng
ataupun jenis kelamin apa dan sebagainya. Dengan ungkapan yang sedikit ekstrim,
kelahiran merupakan salah satu pemberian orang tuakepada anak secara paksa.
Maka, teori inosens adalah rasa tak berdosa dan bertanggung jawab
karenaseseorang dilahirkan kedunia bukan oleh kemauannya. Hal ini merupakan
penjelasan dasar dari teori inosens.
Sementara itu, di dalam diri remaja yang berada dalam tahap puber,
muncul kegelisahan sehubungan dengan penampilan. Dengan pertanyaanpertanyaan yang muncul dalam diri seorang anak mempertanyakan dalam diri
sendiri, mengapa saya terlahir dengan wajah seperti ini, mengapa badan saya tidak
tinggi, mengapa rambut saya tidak lurus dan sebagainya adalah contoh
kegelisahan yang di rasakan si anak. Semakin mereka tenggelam dalam
kegelishan ini, mereka berusaha mencari siapa yang bersalah akan semua
kegelishan mereka. Ia mendapat jawabannya bahwa “penjahat” nya adalah orang
tua. Merekalah yang menyebabkan dirinya terlahir kedunia ini dengan kondisi
yang tak di inginkan si anak. Pada akhirnya, timbul dalam diri mereka rasa benci
dan dendam kepada orang tua.
Teori inisens yang terkoyak ini dapat menjelaskan latar belakang seorang
anak mengapa ia melakukan tindakan kekerasan kepada orang tua atau anggota
keluarga yang lain. Si anak merasa tidak berdosa melakukan kekerasan terhadap
orang tua, karna mereka merasa apa yang mereka lakukan adalah benar karena
semua itu berasal dari kesalahan orang tuanya.

16
Universitas Sumatera Utara

1.5
1.5.1

Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah di kemukakan

sebelumnya, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1.

Menjelaskan arti dan karakteristik katenai boryouku

2.

Mendeskripsikan usaha-usaha dalam mengatsi kateinai
boryouku.

1.5.2

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini, hasilnya diharapkan dapat memberi

manfaat bagi pihak-pihak tertentu antara lain:
1.

Agar pembaca dapat mengetahui jenis- jenis kekerasan dalam
rumah tangga di jepang

2.

Agar pembaca dapat mengetahui usaha-usaha dalam mengatasi
kekerasan dalam rumah tangga di jepang

3.

Agar pembaca mengetahui bagaimana rumah tangga yang

mengalami kateinai boryouku.
4.
1.6

Dapat menjadi informasi untuk penelitian berikutnya.

Metode Penelitian
Metode

berasal

dari

bahasa

Yunani

yaitu

methodos.

Menurut

Poerwadarminta dalam Sangidu (2007: 13) metode adalah cara yang telah teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Metode penulisan yang akan
digunakan adalah metode kepustakaan dengan menerapkan analisis psikologis

17
Universitas Sumatera Utara

sosial. Metode kepustakaan atau library research adalah metode penelitian
dengan cara mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan
topik permasalahan yang di pilih penulis. Buku-buku bahan penelitian bersumber
dari koleksi perpustakaan, koleksi pribadi, selain itu penulis juga memperoleh
data-data dari beberapa situs internet.
Maka dari itu, pengumpulan data diperlukan dalam penelitian ini. Menurut
Nazir (1983: 211) pengumpulan data adalah produser yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan.
Selain itu untuk pengumpulan data penulisan menggunakan metode
penelitian kepustakaan (Library research). Menurut Nasution (1996: 14), Metode
kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca
referensi yang berkaitan dengan topic permasalahan yang dipilih penulis.
Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan
skripsi ini.
Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti
meliputi: masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran. Data dihimpun dari
berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Survey book
dilakukan diberbagai perpustakaan. Data juga banyak diperoleh melalui situs-situs
internet yang berhubungan dengan kateinai boryouku.

18
Universitas Sumatera Utara