Kebijakan Keuangan Publik Dalam Prespekt

KEBIJAKAN KEUANGAN PUBLIK DALAM PERSPEKTIF
ABU UBAID: ANALISIS KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN
SUBSIDI PEMERINTAH INDONESIA
Oleh:
Muhammad Yazid Albustomi (S.1014.246)
Mutiara (S.1014.246)
Bidang Lomba : Ekonomi

Disusun dalam Rangka Mengikuti Lomba Kompetisi Pemikirian Kritis
Mahasiswa (KPKM) DIKTI 2013

Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia
(STEI TAZKIA)
Sentul City, Bogor
2013
i

Lembar Pengesahan

ii


Kata Pengatar
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis
mampu menyelesaikan karya tulis ini sesuai target yang telah penulis harapkan
sebelumnya. Tak lupa pula, solawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah SAW, pembawa risalah yang hingga kini mampu membawa Islam
sebagai Rahmatan lil Alamin serta penuntun ke jalan yang terang benderang.
Tulisan ini adalah hasil pemikiran penulis terkait kritik penulis terhadap
kebijakan subsidi di indonesia. gagasan akan hadirnya konsep ini muncul dari
ketidak setujuan penulis terhadap kebijakan subsidi pemerintah indonesia yang
menurut penulis tidak pro kepada rakyat kecil. Maka dengan adanya penelitin ini,
penulis berharap kebijakan pemrintah dapat lebih memihak kepada masyarakat
kecil.
Ucapan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh banyak
pihak menghantarkan penulis untuk menyampaikannya kepada:
1. Manajemen Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, mulai dari
Ketua, Wakil Ketua, Ketua Jurusan, Ketua Bidang Kemahasiswaan beserta
staff.
2. Bapak Dr. Yulizar Djamaluddin Sanrego, M.Ec selaku dosen pembimbing.
3. Teman-teman di kampus STEI Tazkia serta seluruh kader Ekonom
Robbani, Ekonomi Islam.

4. Serta yang terkhusus penulis sampaikan kepada Ibu tercinta yang telah
dengan ikhlas mendoakan agar penulis kelak mampu menjadi insan yang
bermanfaat bagi sesama.
Akhirnya, penulis pun berharap agar karya tulis ini mampu memberi
manfaat bagi para pembaca pada umumnya. Dan juga penulis begitu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan konsep ke depan yang lebih baik bagi pembaca.
Bogor, 12 Juni 2013

Penulis

iii

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata Pengatar ......................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................. iv
Ringkasan Tulisan ................................................................................................... v
Bab I ........................................................................................................................ 1

Pendahuluan ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ......................................................................................... 3
1.3. Tujuan penulisan .......................................................................................... 4
1.4. Metode Penelitian ......................................................................................... 4
Bab II....................................................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 5
2.1. Landasan teori .............................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian Subsidi ................................................................................. 5
2.1.2.Sejarah Abu Ubaid .................................................................................. 5
2.1.3. Latar Belakang dan corak Pemikiran Abu Ubaid .................................. 6
2.2. Penelitian Terdahulu..................................................................................... 7
Bab III ..................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
3.1. Konsep Subsidi Dan Alokasinya Di Indonesia ............................................ 8
3.2. Konsep Umum Keuangan Publik Abu Ubaid ............................................ 10
3.3. Penerimaan Negara Dalam Islam Dan Konsep Distribusinya .................... 11
3.3.1. Zakat .................................................................................................... 12
3.3.2. Konsep Pertimbangan Kebutuhan Abu ubaid Dalam distribusi Zakat. 13
3.4. Kritik terhadap Subsidi indonesia .............................................................. 17

Bab IV ................................................................................................................... 18
Penutup.................................................................................................................. 18
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 18
5.2. Saran ........................................................................................................... 18
Daftar Referensi .................................................................................................... 19

iv

Ringkasan Tulisan
Di tahun 2013 ini, pendapatan Negara dalam RAPBN 2013 mencapai Rp. 1.507,7
Trilliun.naik 11 % dari target APBN-P 2012, atau meningkat dua kali lipat
dibanding realisasi tahun 2007. Peningkatan pendapatan tersebut akan menambah
kemampuan Negara dalam membangun dan memperluas pendanaan untuk tujuan
kesejahteraan rakyat, seperti pembangunan infrastuktur, Subsidi Untuk rakyat
miskin dan pendanaan untuk kesejahteraan lainnya.Pada tahun 2013, dalam
RAPBN 2013 belanja Negara yang diperuntukkan untuk Subsidi guna
meringankan beban masyarakat kurang mampu sebesar 316,1 Trilliun.Dari
anggaran sebesar itu, alokasi terbesar adalah subisidi dalam bidang energi. Karena
hampir 90% dari total anggaran subsidi pemerintah adalah diperuntukkan untuk
subsidi di sektor energi, baik BBM dan Listrik.

Yang menjadi permasalahan adalah ketika subsidi yang dikeluarkan oleh
pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, subsidi yang sejatinya
diperuntukkan untuk masyarakat miskin, malah yang menikmatinya adalah orangorang kaya. Seperti yang terjadi di dalam subsidi BBM. Hal ini harus diperhatikan
oleh pemerintah, karena apabila subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak
tepat sasaran, maka hanya akan membuat sia-sia kebijakan subsidi yang
dikeluarkan pemerintah.
Dengan menggunakan pendekatan content analysis paper ini menyimpulkan
bahwa dalam rangka memitigasi permasalahan tidak tepat sasaran kebijakan
subsidi, konsep pertimbangan kebutuhan dalam pendistribusian zakat dalam
kekayaan negara bisa dijadikan sebagai solusi alternatif. Konsep Abu Ubaid –
ekonom muslim – dimana dalam mendistribusikan pendapatan Negara yang
diperoleh dari zakat menggunakan konsep teori berdasarkan kebutuhan, dapat
ditransformasikan kedalam kebijakan subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Mengingat subsidi diambil dari APBN indonesia yang didalamnya terdapat pajak
sebagai pedapatan Negara terbesar. yang secara kontekstual ada kesamaan dalam
konsep zakat dizaman abu ubaid, yaitu sama-sama menjadi pendapatan Negara.
Dengan konsep ini penulis berharap dapat ditransformasikan kedalam kebijakan
subsidi yang ada di indonesia, dengan harapan kebijakan subsidi pemerintah yang
akan dkeluarkan itu tidak salah sasaran yang nantinya akan menimbulkan kesiasiaan dalam penyaluran kekayaan Negara.
Secara umum, dari tulisan ini terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan,

yaitu:
1. Pemerintah harus merubah kebijakannya dalam hal pendistribusian pendapatan
negara yang berupa subsidi ke masyarakat. Karena subsidi yang diberikan kepada
masyarakat selama ini tidak tepat sasaran terutama subsidi di sektor BBM. Sebab
mayoritas penikmat subsidi tersebut adalah orang kaya. Sedangkan orang miskin
hampir dipastikan tidak pernah merasakan subsidi tersebut.

v

2. Konsep Pertimbangan kebutuhan dalam distribusi zakat yang Di kemukakan
oleh Abu Ubaid dapat diaplikasikan dan ditranformasikan di dalam kebijakan
subsidi pemerintah Indonesia. Yaitu dengan mengidentifikasi kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Dengan begitu pemerintah dapat mengetahui mana
masyarakat yang mampu, masyarakat menegah dan masyarakat miskin. Sehingga
penyaluran subsidi yang sejatinya diperuntukkan untuk masyarakat miskin dapat
di salurkan dengan tepat.
Dan dari kedua point tersebut, penulis memberikan rekomendasi bawasannya
Pemerintah dapat memaksimalkan fungsi e-KTP untuk mengindentifikasi kondisi
sosial ekonomi masyarakat guna menjadikan subsidi yang dikeluarkan oleh
pemerintah tepat pada sasaran yang diharapkan oleh pemerintah. Terlepas dari itu,

pemerintah sudah seharusnya mengeluarkan kebijakan yang memang benar-benar
memihak pada rakyat kecil. Bukan malah membuat nyaman para orang-orang
kaya dengan mensubsidi BBM yang mana merekalah orang-orang yang
menikmati subsidi BBM tersebut. otomatis tujuan pemerintah dalam subsidi
tersebut tidak tepat bahkan cenderung salah sasaran.

vi

Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Di tahun 2013 ini, pendapatan Negara dalam RAPBN 2013 di perkirakan
mencapai Rp. 1.507,7 Trilliun.naik 11 % dari target APBN-P 2012, atau
meningkat dua kali lipat dibanding realisasi tahun 2007.1Peningkatan pendapatan
tersebut akan menambah kemampuan Negara dalam membangun dan memperluas
pendanaan untuk tujuan kesejahteraan rakyat, seperti pembangunan infrastuktur,
Subsidi Untuk rakyat miskin dan pendanaan untuk kesejahteraan lainnya

Gambar 1.Sumber: RAPBN 2013. Kemenkeu.go.id


1600

Rp. 4.5 T
Rp. 0.8 T

1400

Rp. 324.3 T

1200

Rp. 341.1 T

Rp. 147.2 T
1000
800

PNBP

Rp. 1.7 T

Rp. 215.1 T

600

Rp. 65.6 T

400
200

hibah

Rp. 131.2 T

bea cukai
Rp. 885 T

Rp. 1031.7 T

2012 APBN-P


RAPBN

pajak

Rp. 425.4 T

0
2007

Namun dengan pendapatan yang besar tersebut , anggaran belanja Negara
di tahun 2013 juga mengalami peningkatan, bahkan dua kali lipat dari tahun 2007
dan Pagu APBNP tahun 2012 yaitu berkisar Rp. 1.657,9 Trilliun.Dari besaran
belanja Negara tersebut, 1.139 Trilliun di alokasikan untuk Pemerintah pusat

1

Rancanagn Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun 2013. Kemenkeu.Go.Id

1


kemudian sisanya diperuntukkan kepada daerah.2Dengan pengeluaran sebesar itu,
alokasi yang diperuntukkan untuk membantu rakyat miskin masih belum dapat
memenuhi target pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada
tahun 2013 ini, dalam RAPBN 2013 belanja Negara yang diperuntukkan untuk
Subsidi guna meringankan beban masyarakat kurang mampu sebesar 316,1
Trilliun.3Dari anggaran sebesar itu, alokasi terbesar adalah subisidi dalam bidang
energi. Karena hampir 90% dari total anggaran subsidi pemerintah adalah
diperuntukkan untuk subsidi di sektorenergi, Baik BBM, Gas, dan Listrik.
Gambar 2.Besar subsidi yang dikeluarkan Pemerintah sejak 2007-2013 (dalam
Milyar).Sumber:data Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2013)

350,000.00

193,805.20

300,000.00

165,161.30
139,106.70

250,000.00

137,379.80

200,000.00

82,351.30

BBM

46,039.40

150,000.00

83,792.30
83,906.50

80,937.80
90,447.50
57,601.60
64,973.40
49,546.50

100,000.00
50,000.00

Listrik
Non-Energi

33,073.50
52,754.10 42,723.10
52,278.20
43,496
39,749.4041,354.50
33,348.60

0.00
2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Dilihat dari sangat besarnya angka subsidi yang dialokasikan di sektor
energi, hal ini akan menimbulkan beban yang cukup berat terhadap APBN
indonesia. Mengingat konsumsi energi di indonesia, terutama BBM setiap tahun
semakin meningkat. Hal ini harus diperhatikan oleh pemerintah selaku regulator
dalam masalah subsidi ini, karena konsumen BBM lebih di dominasi oleh
masyarakat menengah ke atas dan kelompok industri, bukan kelompok
masyarakat menengah kebawah yang pada dasarnya lebih membutuhkan terhadap
subsidi tersebut. Hal ini akan menjadikan subsidi yang dikeluarkan pemerintah
2
3

Rancanagn Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun 2013. Kemenkeu.Go.Id
Ibid

2

lebih tepat sasaran, yaitu subsidi yang dikeluarkan untuk kesejahteraan rakyat
yang kurang mampu.
Fakta yang ada di indonesia adalah bahwasannya subsidi yang dikeluarkan
pemerintah mencakup semua kalangan, baik golongan kaya maupun yang miskin.
Inilah yang akan menjadikan peruntukan subsidi yang tujuannya untuk
kesejahteraan rakyat kurang tepat sasaran. Karena alokasi subsidinya di
samaratakan antara masyarakat yang kaya dan yang miskin.Padahal pada dasarnya
subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk meringankan beban
masyarakat miskin, terutama dalam hal perekonomian.Dengan adanya fakta
tersebut munculsebuah pertanyaan, siapa yang menikmati subsidi yang diberikan
oleh pemerintah?Apakah semua masyarakat, atau hanya orang-orang tertentu saja
yang paling banyak mengkonsumsi energi, terutama BBM.Yang sekarang menjadi
sektor paling banyak yang disubsidi oleh pemerintah.
Subsidi diakui dalam tradisiIslam. Para pemikirekonomi Islam di zaman
sebelum ekonom-ekonom barat menyatakan pendapat-pendapatnya dalam
keuangan publik, sudah banyak tokoh-tokoh ekonommuslim yang membahas
tentang keuangan publik, terutama masalah subsidi. Seperti Abu Ubaid, tokoh
ekonomi islam sekaligus ulama yang fokus dibidang ekonomi keuangan publik
inimembahas tentang pengelolaan kekayaan Negara, baik dalam pengelolaannya
hingga pendistribusiannya kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama
konsep pertimbangan kebutuhan dalam pendistribusian zakat.Konsep islam yang
diusung oleh pemikir-pemikir islam dalam mengatur keuangan publik ini sangat
komprehensif, karena konsep yang ditawarkan berlandaskan Al-quran dan Hadits
Rasulullah SAW.
1.2. Rumusan masalah
Dalam tulisan ini penulis mencoba menyajikan model subsidi dalam
perspektif Islam, dalam hal ini penulis mencoba menggali pemikiran Abu Ubaid
dengan mengkombinasi beberapa pendapat tokoh ekonom Islam yang fokus
membahas masalah keuangan publik seperti Abu Yusuf, Ibnu Taimiyah dan
tokoh-tokoh

ekonom

muslim

lainnya.

Tulisan

ini

juga

menggunakan

pendekatanbeberapa literatur tafsir Al-quran dan Hadis, dengan tujuan mengkritisi
3

subsidi yang ada di Indonesia saat ini yang menurut penulis masih kurang tepat
sasaran
1.3. Tujuan penulisan
Tulisan ini diharapkan bisa mengetengahkan relevansi pandangan Abu Ubaid
terhadap penerapan kebijakan subsidi yang ada di Indonesia,khususnyakebijakan
subsidi di sektor energi dan bagaimana kebijakan tersebut bisa secara tepat
diaplikasikan.
1.4. Metode Penelitian
Tulisan ini menggunakan metode penulisan kualitatif deskriptif dengan
pendekatan content analysis yaitu dengan memahami beberapa literatur maupun
data yang relevan dengan kebijakan subsidi.(Gubrium et.al., 1992: 1577 dalam
Somantri, 2005) Content analysis adalah mengkaji dokumendokumenberupa
kategori umum dari makna. Penelitidapat menganalisis aneka ragam dokumen,
dari mulaikertas pribadi (surat, laporan psikiatris) hingga sejarah kepentingan
manusia.Disini penulis menggali pemikiran-pemikiranulama-ulama terdahulu,
terutama yang konsern terhadap perekonomian publik seperti Abu Ubaid, yang
nantinya akan menjadi tema besar pemikiran dari ide tulisan ini. Penulis juga akan
memperkuat karya tulis ini dengan beberapa literatur-literatur kitab klasik dengan
dasar-dasar yang diperkuat oleh Al-quran dan Hadits. Disamping itu juga, penulis
mencoba memahami fenomena-fenomena masalah perekonomian indonesia,
terutama masalah subsidi energi yang yang sekarang banyak diperdebatkan
kalangan pakar ekonomi.

4

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1. Landasan teori
2.1.1. Pengertian Subsidi
Subsidi adalah uang yang dibayarkan, biasanya oleh pemerintah, untuk
mempertahankan harga dibawah yang seharusnya di pasar bebas, atau untuk
mempertahankan bisnis yang terancam bangkrut, atau membuat aktifitas yang
seharusnya tak berlansung menjadi terwujud.Subsidi dapat merupakan bentuk
proteksionisme dengan membuat barang dan jasa domestik secara artificial terlihat
kompetitif terhadap produk impor. Dengan mendistorsi pasar, subsidi akan
memicu biaya ekonomi tinggi.4
Di dalam kamus besar bahasa indonesia, Subsidi mepunyai arti “bantuan
uang dan sebagainya kepada yayasan, perkumpulan (biasanya dari pihak
pemerintah”. Kemudian ada juga istilah subsidi silang dalam kebijakan subsidi
pemerintahindonesia.Yaitu subsidi dari pemerintah (atau badan swasta) kepada
yang kurang mampu yang berasal dari mereka yang mampu (misal harga bensin
naik banyak dengan maksud untuk memberi subsidi kepada pemakai minyak
tanah yang umumnya rakyat kurang mampu; ongkos pasien kaya ditinggikan
untuk membantu pasien kurang mampu.5
2.1.2.Sejarah Abu Ubaid
Nama lengkap beliau adalah Abu Ubaid Bin Sallam bin Abdullah, gelar
beliau adalah Al-imam Al-hafidh Al-Mujtahid Dzu Al-funun, nama panggilan
(kunyah) beliau adalah Abu Ubaid, sedangkan nama kebangsaannya adalah Alharawiy. Abu Ubaid dilahirkan pada tahun 157 H./ 774 M. dikota Hirah
Khurrasan. Semenjak dari kecil, Abu ubaid selalu di antarkan oleh orang tuanya

untuk menemui ulama-ulama pada masa itu untuk belajar ilmu pengetahuan.
Ayahnya berkata pada seorang guru: “ajarilah Al-qasim (Abu Ubaid), karena dia

4

Matthew Bishop, Ekonomi, Panduan Lengkap Dari A Sampai Z. Edisi Indonesia, Pustaka Baca,
Jogja. Hal. 302
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kbbi)

5

adalah anak yang cerdas”.6Dilihat dari hal tersebut, abu ubaid memang terlahir
sebagai anak yang cerdas dan pandai, tidak mustahil ketika tumbuh dewasa dan
menjadi ulama banyak para ulama-ulama pada masanya yang mengakui kehebatan
dan kecerdasan abu ubaid dalam ilmu pengetahuan.Ishaq Bin Rahawiyah, salah
satu ulama besar pada masa itu mengatakan: “abu ubaid itu lebih luas ilmunya
dari pada kita, dan lebih banyak karyanya, sesungguhnya kita butuh sama abu
ubaid, dan abu ubaid tidak butuh kepada kita”. Ungkapan ini menandakan
bahwasannya kehebatan abu ubaid dalam ilmu pengetahuan sudah sangat diakui,
bahkan bukan hanya masyarakat luas, seorang ulama sekelas Ishaq Bin
Rahawiyah pun mengakui terhadap kealiman Abu Ubaid dalam berbagai ilmu
pengetahuan.

2.1.3. Latar Belakang dan corak Pemikiran Abu Ubaid
Abu Ubaid Merupakan seorang ahli hadits dan „alim dalam ilmu fiqh yang
sangat dikenal pada masa hidupnya.selama menjabat sebagai Qadhi di tarsus
beliau sering menangani berbagai kasus pertanahan dan perpajakan serta
menyelesaikannya dengan baik.Alih bahasa yang dilakukannya dari bahasa Parsi
ke bahasa Arab juga menunjukkan bahwa Abu Ubaid sedikit banyak menguasai
bahasa tersebut.7
pemikiran beliau yang sangat terkenal adalah tentang pembahasan beliau
mengenai keuangan publik yang ia bukukan dalam karya besarnya yaitu kitab Alamwal. berbeda dengan pemikiran abu yusuf dalam kitab Al-kharaj, Abu Ubaid di

dalam kitab Al-Amwal tidak menyinggung tentang masalah kelemahan sistem
pemerintahan serta penanggulangannya.Namun demikian didalam kitab Al-amwal
dapat dikatakan lebih kaya daripada kitab Al-kharaj karya Abu Yusuf dalam hal
kelengkapan hadits, atsar , dan para pendapat tabi‟in dan tabi‟it tabi‟in.dalam hal
ini fokus perhatian Abu Ubaid tampaknya lebih tertuju pada permasalahan yang

6

Abu Anas Sayyid Bin Rajab & Syaikh Abu Ishak Al-Huwaiyni, Kitab Al-AmwaalLil Imam AlHafidzh Al-„Adzhim Al-Hafidzh Al-Hujjah Abu Ubaid Al-Qasim Bin Sallam, Almujallidul Awwal.
Mesir, Dar Al-Hadiy, Hal.13
7
Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pt Raja Grafindo Persada, Jakrta, 2004.
Hlm, 265.

6

berkaitan dengan standar etika politik suatu pemerintahan dari pada teknik
afisiensi pengelolaannya.8
Dengan beberapa konsep ekonomi publik yang Abu Ubaid kemukakan,
beliau berhasil menjadi salah seorang cendekiawan muslim yang sangat dikenal
di pertengahan abad ke -3 Hijriyah, yang menetapkan revitalisasi sistem
perekonomian yang berlandaskan Al-quran dan Hadits melalui reformasi dasardasar kebijakan keuangan dan institusinya.9
2.2. Penelitian Terdahulu
Belum ada penelitian yang benar-benar sepesifik membahas subsidi yang
dikaitkan dengan teori dan konsep menurut islam. Kalaupun ada hanya sebatas
opini dan artikel lepas yang ditulis oleh para cendekiawan muslim. Penelitian
tentang subsidi sendiri di indonesia lebih banyak di dominasi oleh penelitianpenelitian subsidi yang berhubungan dengan sektor energi. Diantaranya adalah:
Sarif dan Kamri (2009). Kegunaan zakat untuk menghasilkan pendapatan
adalah salah satu mekasinme dimana zakat kekayaan di distribusikan dengan cara
yang membantu penerima untuk menjadikan hasil pendapatan mereka menjadi
produktif. Sehingga mereka bisa mandiri dengan tetatap dalam jangka waktu
tertentu.
Handoko dan Patriadi (2005)berpendapat bahwasannya :
a. Beban subsidi non-BBM terhadap APBN relatif lebih ringan dibandingkan
subsidi BBM,
b. Cukup banyak faktor yang mempengaruhi besaran subsidi non-BBM. Sebagian
besar faktor tersebut membutuhkan koordinasi kebijakan antar departemen.
Misalkan subsidi pupuk yang dipengaruhi oleh HET, harga gas, kurs dan
volume yang penentuannya membutuhkan koordinasi kebijakan antara
Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral,
c. Secara total beban subsidi non-BBM relatif stabil dari tahun ke tahun walaupun
ada beberapa subsidi yang mengalami penurunan, akan tetapi ada juga subsidi
8
9

Ibid.
Ibid. Hal. 266

7

yang justru mengalami kenaikan. Beban subsidi listrik, bunga kredit program,
dan pangan mengalami penurunan pada 2006 sedangkan beban subsidi pupuk
dan benih mengalami peningkatan,
d. Subsidi non-BBM masih diperlukan oleh mereka yang memiliki keterbatasan
daya beli. Adapun permasalahan utama subsidi non-BBM adalah subsidi yang
diberikan pemerintah cenderung kurang daripada yang dibutuhkan.Hal ini
dapat dipahami karena alasan keterbatasan kemampuan anggaran yang dimiliki
oleh pemerintah.
Handoko dan Susilo (2000). Pengurangan subsidi BBM menyebabkan nilai
tambah dan lapangan kerja menurun, kenaikan harga domestik hampir disemua
sektor ekonomi. Dampak yang lebih besar dapat dilihat di sektor bahan bakar
diikuti oleh sektor transportasi, kemudian sektor manufaktur.

Bab III
PEMBAHASAN

3.1. Konsep Subsidi Dan Alokasinya Di Indonesia
Sebagaimana yang dilakukan oleh berbagai Negara di dunia, selama bertahuntahun pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan subsidi guna mencapai
beberapa target sosial dan ekonomi.Kebijakan subsidi ini cenderung ditujukan
untuk menuntaskan masalah kemiskinan, pembangunan insfratuktur, serta
pengembangan fasilitas-fasilitas Negara, baik pendidikan, kesehatan dan fasilitas
masyarakat lainnya. Namun seiring semakin meningkatnya skebutuhan lain yang
harus diurus oleh pmerintah, menentukan alokasi sumber daya keuangan publik
menjadi salah satu tugas pemerintah yang sangat penting dan sulit.
Di Indonesia subsidi merupakan bentuk bantuan pemerintah yang diberikan
kepada masyarakat melalui kebijakan yang ditetapkannya. Bisa secara langsung

8

seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan beasiswa pendidikan ataupun tidak
secara langsung, seperti subsidi yang diperuntukkan kepada sektor energi, baik
BBM, Listrik, dan gas atau subsidi yang di peruntukkan untuk pembangunan
fasilitas umum seperti gedung sekolah dan jalan umum.Yang jadi sorotan para
ekonom sekarang adalah subsidi yang diperuntukkan kepada sektor energi,
terutama BBM.Hal ini dikarenakan alokasi subsidi yang semestinya dalam
peraturannya dialokasikan kepada masyarakat kurang mampu, dalam aplikasinya
tidak sesuai dengan aturan yang ada. Karena konsumen yang menikmati energi
diindonesia terutama BBM didominasi oleh orang-orang kaya yang memiliki
perusahaan

dan

kendaraan

bermotor.Sedangkan

orang

miskin

hanya

menikmatinya sebagian kecil.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012
mengalokasikan sebesar Rp202 Triliun, atau US$22 miliar, untuk subdisi bahan
bakar dan listrik.Jumlah ini lebih tinggi daripada anggaran untuk pertahanan,
pendidikan, kesehatan, dan keamanan sosial secara keseluruhan. Anggaran yang
direncanakan untuk 2013 memperkirakan bahwa anggaran untuk subsidi energi
akan membengkak mencapai Rp275 Triliun (US$20 miliar), atau 24 persen dari
total pengeluaran yang direncanakan oleh pemerintah pusat.10
Gambar 3: pengeluaran pemerintah pusat dan subsidi 2006-2013 (dalam trilliun rupiah)
2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

APBN-P

RAPBN

440

505

693

629

697

884

1070

1339

Total Subsidi

107

150

275

138

193

195

245

316

Subsidi energy

95

117

223

95

140

256

202

275

- Subsidi BBM

64

84

139

45

82

165

137

194

- Subsidi Listrik

30

33

84

50

58

90

65

81

Pengeluaran
pemerintah pusat
untuk bebrapa
sektor
Pertahanan

24

31

9

13

17

51

72

78

Pendidikan

45

51

55

85

91

98

104

109

Kesehatan

12

16

14

16

19

14

16

17

Perlindungan

2

3

3

3

3

14

16

17

Belanja pemerintah
pusat

Sosial

10

Panduan Masyarakat Tentang Subsidi Energy Di Indonesia. Disusun International Institute For
Sustainable Development’s (IISD). www.iisd.org

9

Tabel di atas menunjukkan bahwasannya subsidi di sektor energi sangat
besar.Pemerintah selaku pembuat kebijakan sering membenarkan pemberian
subsidi terhadap sektor energi dengan alasan bahwasannya hal ini dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan, dan jaminan
keamanan akan pasokan energi.Subsidi memang dapat menjadi kebijakan penting
bagi pemerintah untuk mempromosikan kesejahteraan sosial dan mengatasi
kegagalan sistem pasar.Akan tetapi subsidiini akan ada beberapa kendala yang
berhubungan dengan subsidi energi. Harga yang direkayasa agar menjadi turun
akan dapat berdampak buruk terhadap pelestarian energi di indonesia. Padahal
subsidi energi di Indonesia lebih banyak dinikmati oleh golongan atas.Bukan
hanya disektor energi, subsidi yang tidak tepat sasaran dengan menyamaratakan
subsidi antara masyarakat kaya dan miskin akan menimbulkan ketidakseimbangan
ekonomi Negara. Karena porsi yang didapatkan yang kaya sama dengan yang
miskin, padahal tujuan dasar dari subsidi adalah mensejahterakan masyarakat
miskin bukan membantu orang yang kaya.
3.2. Konsep Umum Keuangan Publik Abu Ubaid
Abu Ubaid dalam pemikirannya membagi kekayaan publik menjadi dua
kategori11, yaitu:
1. Mal Mutaqawwam, merupakan harta untuk kaum non muslim yang terdiri dari
minuman anggur, babi dan lain-lain. Sebagai sumber dari pendapatan publik,
pemerintah hanya dapat menerima Mal mutaqawwam sesuai dengan ajaran
islam. Oleh sebab itu pembayaran obyek pajaknya, seorang muslim harus
menukarkan dengan uang tunai.
2. Mal ghayr mutaqawwam,merupakan harta untuk kaum muslim yang berasal
dari harta yang halal. Harta kaum muslimin tidak dianggap sebagai harta publik
(amwal) dalam wilayah pemerintahan Islam. Oleh sebab itu, harta jenis ini
tidak dipungut pajaknya.
Dilihat dari pembagian kekayaan tersebut, Abu Ubaid mencoba memisahkan
antara kekayaan yang dihasilkan oleh orang muslim dan kekayaan yang dihasilkan
11

Nurul Huda, dkk. Keuangan Publik Islami, Pendekatan Teoritis Dan Sejarah . Kencana prenada
media group, 2012. Hal. 78

10

oleh orang non muslim. Hal ini dilakukan karena didalam islam, halal dan haram
sebuah kekayaan menjadi hal yang urgent, guna menjaga kemaslahatan agama
Islam terutama dalam konsumsi.
Kemudian Abu Ubaid mengemukakan definisinya sendiri tentang
pendapatan publik dalam Islam, yakni “Sunuf al-amwal al-lati yaliha al-a‟immah
li al-ra‟iyyah”, sejumlah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah untuk

kepentingan subjek. Definisi ini dipandang sebagai kontribusi genuine-nya dalam
bidang ini, karena tidak ada definisi semacam ini yang pernah dikemukakan oleh
ulama sebelumnya yang telah membahas pokok masalah yang sama. Ada empat
konsep penting yang ada dalam definisi itu.12 Istilah “amwal” yang menjadi judul
dan tema bukunya,yang mengacu kepada kekayaan publik yang dikategorikan
menurut tiga klasifikasi, yakni fay, khums, dan zakat.
1. Istilah “a‟immah” yang mengacu kepada otoritas publik yang diberi
kepercayaan untuk mengelola (wilayah) kekayaan publik.
2. Konsep “wilayah” yang mengisyaratkan bahwa kekayaan itu tidak dimiliki
oleh otoritas, tetapi merupakan kepercayaan demi kepentingan publik.
3. Yang terakhir, istilah “ra‟iyyah” yang mengacu kepada publik umum yang
terdiri dari subjek Muslim dan non muslim dalam administrasi Islam, dimana
kepada mereka manfaat harta itu didistribusikan.
3.3. Penerimaan Negara Dalam Islam Dan Konsep Distribusinya
Di dalam keuangan Negara, ada perbedaan antara penerimaan Negara dan
pendapatan Negara. Penerimaan Negara adalah yang masuk ke kas Negara, yakni
segala bentuk setoran yang diterima dan masuk ke rekening kas Negara,
sedangkan pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih. Artinya semua penerimaan Negara yang menjadi
hak pemerintah pusat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
kantor/satuan kerja/kementrian Negara/lembaga. 13 Di dalam Islamsecara umum
12

Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pt Raja Grafindo Persada, Jakrta, 2004.

13

Nurul Huda, dkk. 2012, Keuangan Publik Islami, Pendekatan Teoritis Dan Sejarah . Kencana
prenada media group,.Hal. 84

11

penerimaankeuangan Negara itu terbagi menjadi Dua, yaitu penerimaan keuangan
yang didapat dari zakat dan penerimaan keuangan yang didapat dari non zakat. Di
dalam tulisan ini, yang jadi pembahasan utama adalah mengeanai pendapatan
yang didapat dari zakat.
3.3.1. Zakat
Penerimaan yang didapat dari zakat dalam penditribusiannya sudah di tentukan
di dalam Alquran, yaitu delapan golongan yang disebutkan didalam surah AtTaubah ayat 60:


 
60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana .

Zakat juga merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik
dan komponen kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam. Zakat merupakan
kegiatan yang bersifat wajib bagi individu setiap muslim, serta merupakan salah
satu elemen pendapatan Negara yang penstribusiannya di peruntukkan kepada
delapan golongan (mustahik)yang disebut di dalam surah Attaubah ayat 60
tersebut, yaitu: fakir, miskin, fisabilillah, ibnu sabil, amil, muallaf, dan hamba
sahaya.
Dalam pendistribusian dan alokasi zakat yang sesuai dengan Al-quran dan
Hadits, maka dapat dibuatkan secara ringkas tabel penyaluran zakat untuk delapan
golongan:

12

Gambar 4 : tabel penyaluran zakat untuk delapan Asnaf

Asnaf
Fakir
Miskin

Amil
Muallaf
Budak

Gharimin
Fisabilillah

Ibnu Sabil

Penyaluran Zakat
Zakat diberikan hingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokoknyadan terbebas dari kefakiran.
Zakat boleh diberikan sampai pada batas tertentu sehingga
sehingga dia dapat terbebas dari kemiskinannya dan dapat
mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokonya.
Diserahkan atas kebijakan pemimpin, dalam hal ini pemerintah
yang menunjuk amil. Tidak lebih dari 1/8 zakat.
Diserahkan hingga dia masuk Islam dengan sempurna, atau
sampai orang lain mencintainya sebagai muslim.14
Sejumlah untuk membebaskandirinya dari perbudakan, karena
menurut Nabi Muhammad membebaskan orang lain dari
pebudakan salah satu perbuatan yang menjauhkan kita dari neraka
dan mendekatkan kita kepada surga.15
Kepada mereka diberikan sebesar beban hutang yang ditanggung,
untuk melunasinya.16
Boleh memberikan harta zakat atau sebagainya, meskipun dalam
keadaan mampu (kaya) untuk kepentingan jihad, sesuai dengan
pendapat dan pertimbangan khalifah terhadap para mustahik zakat
lainnya.17
Zakat diberikan sebesar jumlah yang dapat memnuhi
kebutuhannya meneruskan perjalanan.

Melihat tabel diatas, hal tersebut menunjukkan bahwasannya tidak
selamanya delapan golongan tersebut berhak mendapat zakat.Ada saatnya dimana
delapan golongan tersebut tidak berhak lagi mendapatkan zakat dari
muzakki.Seperti yang di jelaskan tabel di atas.
3.3.2. Konsep Pertimbangan Kebutuhan Abu ubaid Dalam distribusi Zakat.
Abu Ubaid sangat menentang pendapat yang mengatakan bahwa
pembagian harta zakat harus dilakukan secara merata. Di antara delapan
kelompok

penerima

zakat

dan

cenderung

menentukan

batas

tertinggi

terhadapbagian perorangan.18 Abu Ubaid berpendapat bahwasannya yang paling
penting adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seberapapun besarnya,
Imam Abi Al-Fada’ Al-Hafidhz Ibn Katsir Al-Damasyqi. Tafsir Al-Quran Al-Adzhim Juz 2. Dar
Al-Fikri. Hal. 860
15
Ibid. hal. 861
16
Ibid.
17
Hadits Nabi SAW dalam tafsir ibnu katsir. Hal. 861
18
Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pt Raja Grafindo Persada, Jakrta, 2004.
Hlm, 278
14

13

serta bagaimana menyelamatkan orang-orang dari bahaya kelaparan.19 Namun di
sisi lain, abu ubaid tidak memberikan hak penerimaan zakat kepada orng-orang
yang memilik 40 dirham atau harta lainnya yang setara, disamping baju, pakaian,
dan pelayan yang dianggapnya sebgai kebutuhan hidup standar minimum.20
Abu ubaid juga berpendapat bahwa seorang yang memiliki 200 dirham,
yakni jumlah minimum yang terkena wajib zakat, maka dikategorikan sebagai
orang kaya.Sehingga mengenakan kewajiban zakat kepada orang tersebut. Oleh
sebab itu, pendekatan kebutuhan yang dilakukan oleh Abu Ubaid ini mengindikasi
adanya kelompok ekonomi yang terkait dengan status zakat, yaitu21:
 Kalangan kaya yang terkena wajib zakat

 Kalangan menengah yang tidak terkena wajib zakat, tetapi juga tidak
berhak menerima zakat.

 Kalangan penerima zakat
Pengelompokantersebut dapat dilihat dalam sekema berikut:
kaya

wajib zakat

tidak wajib
zakat
Status Zakat

menengah
tidak berhak
menerima zakat
berhak
menerima zakat
penerima Zakat
(mustahik)
tidak wajib
Zakat

Gambar 5.: Skema konsep pertimbangan kebutuhan Abu Ubaid

Berkaitan dengan distribusi kekayaan melalui zakat, secara umum Abu
Ubaid mengadopsi prinsip:

19

Siddiqi (1992, 17) dalam Adiwarman Karim.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pt Raja
Grafindo Persada, Jakrta, 2004. Hlm, 278
20
“ Abu Ubaid, Kitab al-Amwal,ed. Muhammad Amarah (Beirut: Dar al-Shuruq, 1989). Hal. 662664
21

Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pt Raja Grafindo Persada, Jakrta, 2004.
Hlm, 278

14

‫لكل واحد حسب حاجته‬
“Bagi Setiap Orang, Adalah Menurut Kebutuhan Individu MasingMasing22”.

Konsep inilah yang dapat digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam
mengalokasikan dana subsidi yang dikeluarkan kepada masyarakat. Karena
dengan konsep tersebut, alokasi distribusi subsidi akan lebih tepat sasaran, yaitu
dengan membedakan objek subsidi antara yang membutuhkan dan yang tidak
membutuhkan. Yaitu dengan mengelompokkan antara masyarakat miskin,
menengah, dan masyarakat yang kaya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
mengunakan data base dari BPS(Badan Pusat Statistik) mengenai kemiskinan dan
taraf hidup masyarakat. Dengan begitu pemerintah dapat menentukan siapa yang
lebih berhak menerima Subsidi dari pemerintah.
Berita yang dimuat dalam harian Merdeka edisi 29 Januari 2013,
menyatakan bahwasannya mantan kementrian keuangan berharap penerapan kartu
tanda penduduk elektronik atau e-KTP mampu mendata secara detil penduduk
Indonesia. Hal ini akan membuat pendataan status ekonomi masyarakat dapat
terlihat secara nyata dan akurat.Lebih lanjut mantan Menteri keuangan Agus
Martowardojo mengatakan penggunaan e-KTP dapat digunakan pemerintah untuk
mengubah skema pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM). Nantinya,
subsidi akan menjadi subsidi langsung, tidak lagi subsidi harga seperti saat ini
yang sudah terbukti tidak efektif. 23 Keputusan ini sangatlah baik, mengingat
kebijakan subsidi di indonesia belum tepat sasaran, terutama subsidi BBM yang
mana masih banyak orang-orang kaya ikut menikmatinya.
Saat ini seperti yang tertera di tabel gambar 3. Negara harus mengeluarkan
anggaran untuk subsidi BBM saja sudah mencapai Rp.194 trilliun. Dengan adanya
subsidi langsung tersebut, maka dari seluruh total anggaran subsidi sebesar
Rp.316 trilliun dapatdihilangkan dan dapat digunakan subsidi langsung yang

22

Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. PT. Raja Grafindo Persada, Jakrta, 2004.
Hlm, 279
23
Harwanto Bimo Pratomo, http://www.merdeka.com/uang/data-e-ktp-dijadikan-acuan-subsidilangsung.html (diakses12 Juni 20113)

15

mungkin hanya akan membutuhkan Rp.20 – 40 trilliun. Sisanya dapat digunakan
untuk pengembangan sektor lainseperti fasilitas pendidikan dan kesehatan
masyarakat.
Apabila konsep di atas dapat diwujudkan oleh pemerintah, maka akan sesuai
dengan konsep yang dikemukakan oleh Abu Ubaid tentang teori pertimbangan
kebutuhan untuk distribusi kekayaan negara yang didapat dari zakat. Yaitu dengan
cara mengidentifikasi kemampuan ekonomi dan kondisi sosialmasyarakat.
Dengan begitu aliran subsidi yang dikeluarkan pemerintah benar-benar tepat
sasaran.
Secara umum pengeluaran negara terutama dalam negara yang mengikuti
sistem ekonomi Islam, dapat di jelaskan dengan tabel berikut.
Gambar 6: Tabel penerimaan dan pengeluaran Negara islam

Penerimaan

dan alokasinya*

Pengeluaran
Jenis regulasi

Zakat

Memenuhi Kebutuhan dasar

Kharaj

Kesejahteraan sosial

Jizyah

Pendidikan dan penelitian
Jenis sukarela

Ushur

Insfatruktur (fasilitas public)

Infak-sedekah

Dakwah dan propaganda islam

Waqaf

Pembangunan fasilitas keagamaan islam
Jenis kondisional

Pajak
Keuntungan BUMN (fai’)

Kebutuhan masyarakat umum

Lain-lain
*Diolah dari beberapa sumber

Tabel di atas dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengalokasikan
kekayaan negara. Terutama dalam alokasi distribusi subsidi pemerintah, agar
subsidi yang dikeluarkan tepat sasaran.

16

3.4. Kritik terhadap Subsidi indonesia
Seperti yang di jelaskan sebelumnya bahwa subsidi di Indonesia dalam
pengalokasian dan distribusinya kurang tepat sasaran. Seperti yang terjadi di
dalam sektor subsidi energi, terutama subsidi BBM. Subsidi yang dikeluarkan
pemerintah dengan tujuan membantu masyarakat kurang mampu untuk membeli
BBM, yang menikmatinya malah orang-orang yang kaya, orang-orang yang punya
mobil dan kendaraan bermotor. Abu Ubaid dalam konsep teori pertimbangan
kebutuhan dalam pendistribusian kekayaan negara yang berupa zakat, dapat di
terapkan dalam distribusi yang ada di Indonesia. Yaitu dengan cara identifikasi
terhadap keadaan dan kemapuan ekonomi masyarakat yang lebih membutuhkan
kepada subsidi tersebut. Dengan begitu kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah benar-benar pro rakyat.
Konsep tersebut dapat dilihat dalam sekema berikut:
Pemerintah
mengidentifikasi
kondisi sosisal ekonomi
masyarakat untuk
penyaluran subsidi

masyarakat
Kaya

masyarakat
pertengahan

masyarakat
miskin

wajib membayar
Zakat/pajak

tidak wajib
membayar
Zakat/pajak

tidaak wajib
membayar
Zakat/pajak

tidak berhak
mendapatkan
subsidi

berhak mendapat
subsidi dengan
memenuhi kriteria
(membutuhkan)

berhak
mendapatkan
subsidi

gambar 7: Skema Penyaluran Subsidi Pemerintah Sesuai Dengan Konsep Pertimbangan
Kebutuhan Abu Ubaid Dalam Penyaluran Kekayaan Negara
sumber:
-

Adiwarman Karim, 2008. Sejarah pemikiran ekonomi Islam
Kitab Al-Amwaal Abu Ubaid
Beberapa referensi yang diolah oleh penulis

17

Bab IV
Penutup
5.1. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa poin penting
mengenai permasalahan-permasalahan subsidi yang ada di Indonesia. Dalam hal
ini kritikan penulis terhadap kebijakan subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia dengan menyamaratakan distribusi subsidi seperti yang terjadi di dalam
kasus subsidi BBM. Poin-poin tersebut adalah:
1. Pemerintah harus merubah kebijakannya dalam hal pendistribusian pendapatan
negara yang berupa subsidi ke masyarakat. Karena subsidi yang diberikan kepada
masyarakat selama ini tidak tepat sasaran terutama subsidi di sektor BBM. Sebab
mayoritas penikmat subsidi tersebut adalah orang kaya. Sedangkan orang miskin
hampir dipastikan tidak pernah merasakan subsidi tersebut.
2. Konsep Pertimbangan kebutuhan dalam distribusi zakat yang Di kemukakan
oleh Abu Ubaid dapat diaplikasikan dan ditranformasikan di dalam kebijakan
subsidi pemerintah Indonesia. Yaitu dengan mengidentifikasi kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Dengan begitu pemerintah dapat mengetahui mana
masyarakat yang mampu, masyarakat menegah dan masyarakat miskin. Sehingga
penyaluran subsidi yang sejatinya diperuntukkan untuk masyarakat miskin dapat
di salurkan dengan tepat.
5.2. Saran
Pemerintah dapat memaksimalkanfungsi e-KTP untuk mengindentifikasi
kondisi sosial ekonomi masyarakat guna menjadikan subsidi yang dikeluarkan
oleh pemerintah tepat pada sasaran yang diharapkan oleh pemerintah. Terlepas
dari itu, pemerintah sudah seharusnya mengeluarkan kebijakan yang memang
benar-benar memihak pada rakyat kecil. Bukan malah membuat nyaman para
orang-orang kaya dengan mensubsidi BBM yang mana merekalah orang-orang
yang menikmati subsidi BBM tersebut. otomatis tujuan pemerintah dalam subsidi
tersebut tidak tepat bahkan cenderung salah sasaran.
18

Daftar Referensi
Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun 2013.
www.kemenkeu.go.id
Matthew Bishop, Ekonomi, Panduan Lengkap Dari A Sampai Z. Edisi
Indonesia, Pustaka Baca, Jogja. Hal. 302
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kbbi)
Abu Anas Sayyid Bin Rajab & Syaikh Abu Ishak Al-Huwaiyni, Kitab AlAmwaa llil Imam Al-Hafidzh Al-„Adzhim Al-Hafidzh Al-Hujjah Abu Ubaid AlQasim Bin Sallam, Almujallidul Awwal. Mesir, Dar Al-Hadiy, Hal.13

Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pt Raja Grafindo
Persada, Jakrta, 2004.
Sarif Dan Kamri, 2009. A Theoretical Discussion Of Zakat For Income
Generation And Its Fiqh Issues Shariah Journal, Vol. 17, No. 3 (2009) 457-500
Handoko Dan Patriadi, 2005. EVALUASI KEBIJAKAN SUBSIDI
NONBBM.Kajian Ekonomi Dan Keuangan, Volume 9, Nomor 4 Desember 2005
Handoko Dan Susilo, 2000. Dampak Penurunan Subsidi BBM Terhadap
Kinerja Sektoral Dan Regional: Pendekatan Model Keseimbangan Umum
Terapan.Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia (Jebi).Volume 15, No.1, 2000
HATI-ITB (Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu), 2012.
Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi
Ideologi Islam. Bandung
Gusfahmi, 2009. Rekonstruksi Praktek Zakat dan Pajak Untuk
Menanggulangi Kemiskinan.

Zakat & Empowering Jurnal Pemikiran dan

Gagasan – Vol II 2009

Somantri, 2005. Memahami Metode Kualitatif, MAKARA, SOSIAL
HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65

19

Biodata Penulis
Nama
TTL
Alamat

: Muhammad Yazid Albustomi
: Pasuruan, 27 Februari 1987
: Areng-areng Selatan, Jl. Goa Sakera blok 2.
Wonorejo, Pasuruan, Jawa Timur
Pendidikan : TK Al-Islamiyah Sambisirah
SDN III Sambisirah,
Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Sidogiri
Aliyah Pondok Pesantren Sidogiri
Sekolah Tinggi Eonomi Islam (STEI) TAZKIA
Telepon
: 087870648233 / 08988487584
Email
: ibnoesyafii@gmail.com / ibnoesyafii@yahoo.com
Prestasi
:
- Juara II lomba Essay Ekonomi Islam dengan judul “Optimalisasi
Perbankan Syariah Untuk Pembiayaan Pertanian Indonesia : Memperkuat
Ketahanan Pangan Nasional” di Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
- Finalis Call for Paper UNAIR Surabaya,dalam Acara NIECS 2012
- Juara II Olimpide ekonomi Islam dalam acara SELEB 5th, Jakarta 2013
- 10 Besar Best Paper DINAR (days Islamic economic revival) 2012.
Nama
TTL
Alamat

: Mutiara
: Jakarta, 19 Maret 1993.
: Pengadegan Timur Raya No. 17 Rt 005/ Rw 02.
Kel. Pengadegan, Pancoran, Jakarta selatan. 12770
Pendidikan : MI Raudhatul Azhar & MI Annasyatul Hikmiah
MTs. Daarussa’adah,
MA, Al-Khairiyah
Sekolah Tinggi Eonomi Islam (STEI) TAZKIA
Telepon
:089637410344
Email
: Mutiara_salam@yahoo.com
Prestasi
:
- Juara 1 MHQ Tingkat Ponpes Lampung
- Juara 1 Kaligrafi SMA Jakarta Selatan.
- 10 Besar Best Paper DINAR (days Islamic economic revival) 2012.

20