Kebijakan Moneter terhadap suku (2)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebijakan Moneter memengaruhi keseimbangan elemen-elemen ekonomi
dimulai dari perubahan jumlah uang beredar yang kemudian memengaruhi harga
barang dan jasa.
Perubahan harga akan memengaruhi produksi yang kemudian memengaruhi
pendapatan

masyarakat,

pengaruh

ini

diharapkan

dapat

meningkatkan


perekonomian nasional,oleh karena itu,kebijakan moneter merupakan suatu
kebijakan yang penting, di samping kebijakan fiskal dan kebijakan lainnya dalam
perekonomian.
Jumlah uang beredar di luar kendali dapat menimbulkan konsekuensi atau
pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruhan pengaruh yang buruk
ini dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variabel-variabel
ekonomi utama, seperti tingkat produksi dan harga,peningkatan jumlah uang
beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat
yang diharapkan sehingga akan menganggu pertumbuhan ekonomi, namun
sebaliknya, peningkatan uang yang beredar sangat rendah akan menciptakan
kelelahan ekonomi, kondisi ini mendorong pemerintah atau otoritas moneter
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian yang kita kenal dengan
kebijakan moneter.

Halaman | 1

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kebijakan Moneter


2. Fungsi Kebijakan Moneter
3. Tujuan Kebijakan Moneter
4. Instrumen Kebijakan Moneter
5. Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
6. Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
7. Kebijakan Moneter di Indonesia

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang Kebijakan Moneter
2. Menambah wawasan tentang Kebijakan Moneter yang dilakukan
pemerintah
3. Menambah jiwa keilmuwan dibidang perekonomian
4. Meningkatkan kemampuan didalam bidang perekonomian
5. Membentuk karakter calon-calon pemimpin perekonomian dimasa
mendatang.

Halaman | 2

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kebijakan Moneter
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan
perekonomian makro kekondisi yang di inginkan (yang lebih baik) dengan
mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah
menigkatkan output keseimbangan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi
terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan,
menambah, atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan
kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).

B. Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijkan moneter digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai
stabilitas ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan
kebijakan uang longgar.
1. Tight money policy (kebijakan moneter kontraktif atau monetary
contractive policy) yaitu kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara : menaikan suku bunga, menaikan

cadangan kas, membatasi pemberian kredit.
2. Easy money policy (kebijakan moneter ekspensif atau monetary expensive
policy) yaitu kebijakan yang dilakukan bank sentral untuk menambah
jumlah uang yng beredar dengan cara : menurunkan tingkat suku bunga,
menurunkan cadangan kas, memberikan kredit longgar

Halaman | 3

C. Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilitasi ekonomi yang dapat
diukur dengan :
1.Kesempatan kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan penigkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan di ikuti dengan kebutuhan tenaga
kerja. Hal ini berarti akan terjdi peningkatan kesempatan kerja dan
kesejahteraan karyawan.
2.Kestabilan harga
Apabila kestabilan harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang
akan sama dengan harga yang akan dating.

3.Neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang,
maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

D. Alat / Instrumen Kebijaksanaan Moneter
Kebijaksanaan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa
moneter (bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan
kredit yang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan,
terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga, dan neraca pembayaran internasional. Kalau kestabilan dalam
kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijaksanaan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan

(tindakan

stabilisasi).

Pada dasarnya alat


/

instrument

kebijaksanaan moneter yang dipakai adalah :
Halaman | 4

1. Instrumen umum meliputi politik pasar terbuka (open market), politik
cadangan minimum (reserves requirements) dan politik diskonto
(discoumt policy)
2. Instrument
yang
pembatasan/penentuan

selektif
tingkat

meliputi
bunga,


margin

yang

requirements,

semuanya

ini

untuk

mempengaruhi alokasi kredit untuk sector-sektor ekonomi tertentu.
3. Instrument moral suasion / open mouth policy meliputi pengaturan system
perbankan.
 Politik Pasar Terbuka meliputi tindakan menjual dan membeli suratsurat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini akan berpengaruh untuk
menaikkan cadangan bank-bank umum yang tersangkut dalam
transaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga misalnya bank sentral
akan menambah cadangan bank umum yang menjual surat berharga
tersebut, yang ada pada bank sentral. Akibat tambahnya cadangan,

maka bank umum dapat menambah jumlah uang yang beredar (melalui


proses penciptaan kredit).
Politik Diskonto yaitu tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga
yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari
bank sentral. Dengan menaikkan diskonto, maka ongkos meminjam
dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan
bank untuk meminjam. Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat



ditekan atau dikurangi.
Politik Perubahan Cadangan Minimum dapat mempengaruhi
jumlah

uang beredar. Apabila

ketentuan


cadangan

minimum

diturunkan, jumlah uang beredar cenderung naik, dan sebaliknya kalau


dinaikkan jumlah uang akan cenderung turun.
Margin Requirement digunakan untuk membatasi penggunaan kredit
untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga. Caranya dengan
menetapkan jumlah minimum kas down payment untuk transaksi surat
berharga. Misalnya ditentukan margin requirement 80% artinya apabila
seseorang hendak membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar
dengan kas dan sisanya 20% boleh dipinjam dari bank.

Halaman | 5



Moral Suasion untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter dan

individu yang bergerak di bidang moneter dengan pidato-pidato
Gubernur Bank Sentral atau publikasi-publikasi, agar supaya bersikap
seperti yang dikehendaki oleh penguasa moneter.

E. Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Undang-undang yang mengatur Bank Indonesia sebagai bank sentral
adalah UU No.13 Tahun 1968. Dalam pasal 7 undang-undang ini disebutkan
bahwa tugas pokok Bank Indonesia adalah membantu pemerintah dalam hal :
mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna
meningkatkan taraf hidup rakyat.
Dalam menjalankan tugas pokok tersebut harus berdasarkan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan bantuan dewan moneter. Dewan
moneter ini terdiri atas tiga orang anggota, yaitu menteri yang membidangi
keuangan dan perekonomian serta Gubernur Bank Indonesia.

F. Standar Moneter
a) Standar Kembar (Bimetallism)
Standar kembar terjadi apabila pemerintah menggunakan emas dan perak
sebagai dasar nilai mata uangnya. Namun, standar kembar ini sering menimbulkan

masalah. Seperti yang dikemukan oleh Sir Thomas Gresham tahun 1558 bahwa
bad money drives out good money yang dikenal dengan hukum Gresham. Maksud
hukum ini adalah bahwa dalam system standar kembar, emas dan perak
mempunyai perbandingan nilai tukar baik sebagai uang maupun sebagai barang
(logam). Apabila kedua perbandingan (ratio) ini tidak sama maka akan terjadi
pertukaran/peleburan yakni dari logam yang dinilai terlalu rendah (undervalued)
menjadi logam yang dinilai terlalu tinggi (overvalued).
b) Standar Emas
Halaman | 6

Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu Negara memakai system standar
emas apabila nilai mata uangnya, dikaitkan/didasarkan atas nilai seberat emas
tertentu. Masyarakat bebas untuk melebur mata uang emas atau membuat emas
batangan menjadi mata uang kertas serta menukarkan mata uangnya (yang bukan
emas) dengan emas atau sebaliknya dengan perbandingan yang telah ditentukan
oleh bank sentral.
c) Fiat Standar
Beredar surat emas/perak sebagai pengganti emas/perak yang disimpan. Surat
emas/perak ini semula dijamin 100% dengan emas/perak yang tersimpan
kemudian berangsur-angsur jaminan ini makin berkurang. Semula memang
pengeluaran surat emas ini sebagai bukti ata pemilikan emas yang tersimpan,
dimana setiap saat si pemilik dapat mengambil emas tersebut. Sertifikat ini sama
(nilainya) dengan emas dan lebih mudah untuk melakukan transaksi. Sertifikat ini
yang kemudian disebut representative money. Dalam perkembangannya sertifikat
ini tidak lagi dijamin dengan 100% emas, tetapi lebih rendah. Oleh karena itu
kertas (sertifikat) yang tidak dijamin dengan 100% emas itupun apabila memenuhi
fungsi-fungsi tersebut dapat disebut uang.
d) Uang Giral (Deposit Money)
Deposito di bank yang

dapat setiap saat ditarik (dengan cek) dapat

dikategorikan sebagai uang. Karena pertama, deposito ini dapat digunakan sebagai
alat pembayaran. Caranya, pembayaran ini dilakukan dengan menulis cek, yakni
transfer deposito dari si penulis/pembayar kepada si penerima pembayaran.
Kedua, deposito ini dapat dipakai sebagai alat penumpuk kekayaan. Seseorang
atau suatu badan usaha dapat mewujudkan kekayaannya dalam bentuk deposito.
Ketiga, deposito dapat dipakai sebagai alat pembayaran tertunda (deferred
payment). Seseorang atau badan usaha dapat membayar hutangnya tiap bulan
dengan menulis cek atas deposito di bank.
Fungsi Bank Sentral :

Halaman | 7

1. Mencetak dan mengedarkan uang kertas. Tugas ini dilakukan dalam
rangka menjamin tersedianya uang kas yang cukup.
2. Sebagai pemegang kas dan penasihat keuangan pemerintah. Bank sentral
membantu memperlancar kegiatan keuangan pemerintah, dengan cara
membantu dalam hal penerimaan dan pembayaran serta member pinjaman
dan penngedaran surat-surat hutang Negara.
3. Memelihara cadangan bank-bank umum. Tujuannya, untuk mengatur
volume uang beredar serta mempermudah proses pembayaran.
4. Memelihara cadangan emas dan devisa. Tugas ini dimaksudkan untuk
menciptakan adanya kestabilan kurs valuta asing.
5. Pengawasan serta pengendalian kredit perbankan, supaya tercapai
kehidupan perbankan yang sehat.

G. Teori Moneter Klasik
Tiang utama dari teori moneter klasik adalah J.B.Say,Irving Fisher dan
A.Marshall. J.B.Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa
penawaran akan selalu menciptakan permintaan. Artinya bahwa suatu
perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau apa yang oleh
Malthus dinamakan underconsumption. Pengeluaran total masyarakat akan selalu
mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full
employment).
Menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tidaklah berarti
dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam/dipakai oleh pengusaha untuk
membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang
pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang
diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara
tabungan dengan investasi (misalnya, apabila tabungan meningkat, pengeluaran
investasi juga meningkat) adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat
bunga. Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan mengadakan investasi
oleh perusahaan sama dengan keinginan menabung dari masyarakat.

H. Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
Halaman | 8

Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong
untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.
Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat
bunga yang harus dibayar untuk dana innvestasi tersebut yang merupakan
ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha
akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana
juga makin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan
untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat
sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
Meskipun

kebijakan

moneter

mempengaruhi

pendapatan

dalam

perekonomian terbuka,sebagaimana dalam perekonomian tertutup, mekanisme
tranmisi moneternya berbeda. Ingatlah, bahwa dalam perekonomian tertutup
kenaikan jumlah uang beredar menigkatkan pengeluaran karena menurunkan
tingkat bunga dan mendorong investasi. Dalam perekonomian terbuka kecil,
saluran transmisi moneter ini tidak tersedia Karena tingkat bunga ditetapkan oleh
tingkat bunga dunia.
Tingkat bunga dan kurus kembali menjadi variable utama. Begitu kenaikan
jumlah uang beredar menekan tingkat bunga domestic, modal mengalir keluar dari
perekonomian karena investor mencari pengembalian yang lebih tinggi di tempat
lain. Kebijakan ini juga memiliki dampak lain : Karena berinvestasi di luar
negeri mengharuskan dilakukannya konversi mata uang domestic menjadi mata
mata uang asing, aliran keluar modal meningkatkan penawaran mata uang
domestic dipasar valuta asing, menyebabkan kurs mengalami depresiasi.
Halaman | 9

Penurunan kurs membuat barang-barang domestic relative murah terhadap
barang-barang luar negeri dan menigkatkan ekspor neto. Jadi, dalam
perekonomian terbuka kecil , kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan
dengan mengubah kurs, bukan tingkat bunga.

I. STRUKTUR

SERTA

KEBIJAKSANAAN

MONETER

DI

INDONESIA.
Semenjak 1967, pemerintah telah berusaha untuk menciptakan tata
kehidupan perbankan yang mengarah pada orientasi pasar. Seperti misalnya,
pengaturan kegiatan pemberian kredit oleh bank umum pemerintah. Sebagai bank
sentral, bank Indonesia juga memberi beberapa macam kredit, diantaranya kredit
likuiditas, kredit langsung, dan kredit untuk pertamina.
Disamping bank-bank umum (baik pemerintah maupun swasta) terdapat
pula lembaga-lembaga keuangan lainnya, seperti misalnya : asuransi dan
lembaga-lembaga tabungan dan perkreditan. Pada tahun 1968 pemerintah mulai
dengan usaha untuk mendirikan pasar modal yang ditujukan untuk meningkatkan
peranan sektor moneter dalam menunjang pembangunan ekonomi. Namun
demikian, lembaga-lembaga keuangan tersebut masih belum berfungsi seperti
yang diharapkan.
Sistem moneter di Indonesia masih sederhana, ruang gerak penguasa
moneter untuk melakukan kebijaksanaan moneter juga sangat terbatas. Bank
Indonesia mengatur langsung jumlah uang yang beredar melalui pengaturan
penyaluran kredit perbankan. Pengaturan secara tidak langsung (misalnya politik
pasar terbuka) belum bisa dilakukan karena pasar modal belum berkembang,
bahkan surat-surat berharga jumlahnya masih sangat terbatas.
Sebelum tahun 1973 pemerintah menerapkan kebijaksanaan minimum
30% tetapi adanya bom minyak pada tahun 1973 dan 1974 bank-bank umum
menjadi terlalu likuid sehingga cadangan minimum 30% menjadi tidak cukup
untuk menahan ekspansi kredit. Karena itu, pada tahun 1974 bank Indonesia

Halaman | 10

meninggalkan pengaturan kredit secara langsung tersebut dan beralih pada
penetapan batas tertinggi atau ceiling kredit. Ceiling ditentukan oleh bank
Indonesia pada setiap permulaan tahun, dan setiap periode bisa diadakan revisi.
Dengan kebijaksanaan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat ditekan
sehingga dapat dicapai kestabilan harga.
Tujuan kebijaksanaan moneter adalah mengembangkan ekonomi. Tujuan
ini perlu ditingkatkan, mengingat bahwa pasar modal belum berkembang maka
masyarakat pada umumnya menyimpan kekayaan dalam bentuk kas atau
depuiosito bank. Oleh karena itu kebijaksanaan tingkat bunga dapat dipakai untuk
mempengaruhi jumlah deposito sehingga dapat disalurkan untuk investasi.
Investasi baik dari luar maupun dalam negeri meningkat sehingga produksi barang
bertambah. Disatu sisi jumlah uang terkendali melalui anggaran berimbang, disisi
lain produksi barang meningkat maka akibatnya tingkat inflasi dapat terkendali.
Inflasi menurun dari 635% tahun 1966 menjadi 10% pada tahun 1969 dan bahkan
tinggal 2,5% pada tahun1971. Program stabilitas dapat dikatakan berhasil.
Tahun 1981/1982 ekonomi dunia mengalami kelesuan. Hal ini disebabkan
oleh adanya ketidakseimbangan perdagangan antarnegara maju. Amerika
mengalami double deficit, yakni dalam anggaran belanja serta neraca pembayaran.
Kelesuan ini mengakibatkan dana pemerintah untuk pembangunan ekonomi
menjadi terbatas. Menghadapi situasi yang demikian ini pemerintah melakukan
serangkaian kebijaksanaan penyesuaian, diantaranya devaluasi, penjadwalan
proyek dan yang paling penting adalah deregulasi perbankan 1 juni 1983.
Deregulasi dimaksudkan agar kehidupan perbankan lebih efesien, mandiri dan
dapat meningkatkan mobilisasi dana masyarakat.
Semenjak dregulasi ini pengaturan jumlah uang beredar tidak lagi secara
langsung. Kredit likuiditas serta penetapan tingkat bunga, tetapi lebih bersifat
tidak langsung. Yakni melalui politik pasar terbuka, fasilitas diskonto serta
cadangan minimum. Sasaran yang hendak dicapai dengan deregulasi tersebut
adalah meningkatkan efisiensi dan kemandirian perbankan, meningkatkan peranan

Halaman | 11

swasta serta mencegah terjadinya arus modal ke luar negeri. Isi pokok deregulasi
adalah penghapusan pagu kredit perbankan, pembebasan penentuan tingkat bunga
(kecuali kredit prioritas bunga masih ditentukan oleh bank Indonesia) serta
penurunan kredit likuiditas (hanya untuk program-program prioritas saja).
Dampak deregulasi yang antara lain : mobilisasi dana masyarakat oleh
perbankan meningkat. Terjadi pergeseran dalam deposito. Tingkat bunga
cenderung mengalami kenaikan. Awal tahun 1987 terdapat tanda-tanda yang
cukup menggembirakan, harga minyak dan ekspor nonmigas naik sehingga
pemerintah berani mengendorkan likuiditas. Pada tahun 1988 keadaan ekonomi
Indonesia membaik. Pemerintah melanjutkan deregulasi dibidang keuangan
dengan dikeluarkannya paket 27 oktober 1988. Sasaran yang ingin dicapai
meningkatkan mobilisasi dana, mendorong ekspor nonmigas, meningkatkan
efisiensi perbankan serta pengembangan pasar modal.
a. Menurunkan cadangan minimum dari 15% menjadi 2% (termasuk
deposito berjangka dan tabungan dikenakan cadangan wajib)
b. Kemudahan dalam mendirikan bank baru serta mendorong bank-bank
untuk meluncurkan produk-produk baru.
c. Memperingan syarat pendirian bank devisa.
d. Memperbolehkan pendirian bank campuran dan cabang bank asing di luar
Jakarta.
e. Sebagian dana BUMN dapat ditempatkan pada bank swasta dan LKBB.
f. Menetapkan batas minimum pemberian kredit kepada debitur group (legal
leding limit)
g. Transaksi swap diperpanjang dari 6 bulan menjadi 3 tahun serta premi
ditentukan atas dasar selisih bunga deposito dengan LIBOR.
h. Pembatasan posisi devisa neto (selisih antara aktiva dengan pasiva valas)
sebesar 25% dari modal sendiri.
Paket –paket deregulasi perbankan tersebut ternyata dapat mendorong
perkembangan perbankan. Produk-produk perbankan baru bermunculan, misalnya
berbagai macam bentuk tabungan, ekspansi kredit serta kartu kredit. Disamping
itu jumlah bank dan kantor bank meningkat dengan pesat, yakni masing-masing
sebanyak 111 dan 1.879 pada bulan maret 1989 naik menjadi 151 dan 2.341 pada
Halaman | 12

bulan maret tahun berikutnya. Kebijaksanaan deregulasi perbankan tersebut
kemudian dilanjutkan lagi pada bulan januari 1990 guna mendorong kea rah
kemandirian serta mencapai sasaran pemerataan.
Kenaikan aktivitas perbankan ini tentu saja akan mendorong likuiditas
masyarakat meningkat sehingga permintaan agregat naik. Disamping itu naiknya
investasi luar negeri serta perkembangan pasar modal semenjak 1989 telah
member andil dalam peningkatan permintaan agregat. Naiknya tingkat inflasi ini
didorong oleh kebijaksanaan penyesuaian seperti misalnya kenaikan gaji, harga
BBM, tarif listrik. Usaha bank Indonesia untuk menekan laju inflasi dibawah dua
digit didasari pada perkiraan bahwa apabila inflasi mencapai lebih dari 10%
efeknya jauh lebih buruk disbanding dengan lambannya laju pertumbuhan
dikarenakan naiknya tingkat bunga. Inflasi dengan pengetatan likuiditas ini hanya
akan mempengaruhi sisi permintaan saja. Inflasi yang terjadi ternyata juga berasal
dari sisi penawaran. Untuk mendorong sisi penawaran perlu upaya deregulasi di
sektor produksi barang diteruskan. Bank Indonesia tidak akan mengetatkan
likuiditas ini dengan intensitas yang makin tinggi karena dapat menyebabkan
tingkat bunga naik melebihi 20-22%.
Kebijaksanaan moneter ketat tersebut juga menyulitkan perbankan sendiri
karena banyaknya kredit macet sebagai akibat ekspansi yang cukup tinggi pada
tahun 1989,1990, dan 1991 sehingga kualitas portofolionya menurun. Untuk
mengatasi hal ini, pemerintah memberikan ketentuan untuk menyehatkan
perbankan melalui CAR (capital adequacy ratio) sebesar 8% serta LDR (loan to
deposit ratio) kurang dari 100% yang kemudian dikenal dengan paket februari
1991 (praktri). Keadaan moneter perbankan tahun 1992 masih merupakan
kelanjutan dari tahun 1991 belum begitu cerah. Upaya bank Indonesia untuk
menurunkan tingkat bunga SBI dan SBPU dengan harapan tingkat bunga pasar
ikut menurun akan banyak membantu penurunan tingkat bunga pasar.
Secara prinsipil pada tahun 1992 tepatnya semenjak 25 maret 1992 telah
diundangkan undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai
pengganti undang-undang nomor 15 tahun 1967. Perubahan ini dilakukan sejalan
Halaman | 13

dengan perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang begitu
cepat serta dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional guna
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kea rah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Secara garis besar isi undang-undang tersebut adalah :
a. Jenis bank, jenis banjk terdiri dari bank umum dan bank pengkreditan
rakyat beda yang esensial kedua jenis ini adalah bahwa bank pengkreditan
rakyat tidak diperkenankan menarik dana dalam bentuk giro serta tidak
turut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Perlindungan terhadap masyarakat, berupa bank yang tegas, ketentuan
tentang pengawasan dan pembinaan serta pidana.
c. Izin usaha, persyaratan izin usaha permodalan, kepemilikan, keahlian,
dibidang perbankan kelayakan usaha dan sebagainya.
d. Bentuk hukum, bank umum memiliki bentuk hukum persero, perusahaan
daerah, koperasi dan perseroan terbatas.
e. Kepemilikan.
f. Pengawasan dan pembinaan.
g. Penggunaan tenaga asing, perkembangan ekonomi dan perbankan
internasional maka bank umum dapat menggunakan tenaga asing yang ahli
bidang keuangan internasional dengan memenuhi ketentuan yang akan
diatur dalam peraturan pemerintah.
h. Rahasia bank
i. Ketentuan pidana
j. Ketentuan peralihan
Bentuk usaha hukum perseroan terbatas membawa konsekuensi lebih fleksibel
didalam geraknya. Efesiensi menjadi prinsip utama, guna menunjang prinsip ini
perlu dikembangkan sitem informasi manajemen yang baik serta tidak kalah
pentingnya pengembangan sumber daya manusia melalui pendidika/latihan.
Sebagai bank pemerintah tetap harus berfungsi sebagai agen pembangungan
untuk mencapai trilogy pembangunan dan kecil serta ikut mengembangkan
koperasi.

J. TEORI KUANTITAS UANG
Halaman | 14

Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor
rill, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau
pendapatan nasional. Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas
dari pada tenaga kerja, jumlah daripada modal yang dipakai serta teknologi. Uang
pengaruhnya hanyalah terhadap harga-harga barang. Bertambahnya uang beredar
akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah ouput yang dihasilkan tidak
berubah.
TEORI IRVING FISHER
Teori ini mendasarkan diri bahwa ekonomi akan selalu berada dalam
keadaan full employment.
CAMBRIDGE/MARHSALL EQUATION
Marshall memandang persamaan irvhing fisher dengan sedikit berbeda.
Secara matematika sederhana, teori marshall dapat dituliskan sebagai berikut :
M = k Py
Persamaan marshall tidak lagi merupakan persamaan pertukaran atau
identitas (seperti hal nya pada persamaan irvhinf fisher), tetapi telah merupakan
persamaan teori kuantitas uang yang kemudian sering disebut persamaan Cash –
balance. Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang yang beredar akan
mengkibatkan perubahan harga secara proporsional. Artinya jika jumlah uang naik
dua kali, maka harga kan naik dua kali juga. Jumlah uang beredar hanyalah
mempengaruhi harga, dan pengaruhnya proporsional. Uang, tidak dapat
dipengaruhi output rill.
Output rill ini hanya akan berubah kalau terdapat perubahan dalam jumlah
dan kualitas dari faktor-faktor produksi. Dengan demikian uang tidak dapat
mempengaruhi sektor rill, pengaruhnya terbatas pada sektor moneter saja.

Pemisahan pengaruh uang pada sektor rill dan moneter inilah yang disebut
dengan Classical Dichotomy. Dengan demikian jelas persamaan marshall dapat

Halaman | 15

menunjukkan adanya keinginan atau permintaan akan uang kas. Permintaan uang
kas ini semata-mata untuk tujuan melakukan

Halaman | 16