DAMPAK PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBEL

DAMPAK PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS IT
TERHADAP MOTOVASI GURU DALAM PEMBELAJARAN
Sri Lestari 942016020
Sri.lhestari@gmail.com
Magistes Manajemen Pendidikan UKSW

Abstract
IT-based learning media is a tool that can facilitate the teacher in the learning process,
but many teachers are still not able to use the media, the study aims to determine the
extent of the impact of training in the use of IT-based learning media to motivate
teachers to perform their duties. This study used quantitative descriptive method, data
was collected using questionnaire, interview and observation. The samples used were all
class teachers in primary schools Jombor amounting to 6 people and subject teachers of
Islamic religion. Data analysis techniques in this study using a comparative descriptive
analysis techniques. Acquisition of data in quantitative form, is described in a narrative
form. Furthermore, the comparison of data before following teacher training in the use of
IT-based learning media and after teacher training to the percentage increase. The
results showed that training in the use of IT-based learning media increase motivation of
teachers in teaching and improve student learning outcomes.
Keywords: training, instructional media, motivated teachers


Abstrak
Media pembelajaran berbasis IT merupakan alat yang dapat mempermudah guru dalam proses
pembelajaran, namun banyak guru yang masih belum mampu menggunakan media tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak pelatihan penggunaan media
pembelajaran berbasis IT terhadap motivasi guru dalam melakukan tugasnya. Penelitian ini
menggunakan metode diskriptif kuantitatif , Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode
questioner, wawancara, dan observasi. Sampel yang digunakan adalah semua guru kelas di SD Negeri
Jombor yang berjumlah 6 orang dan guru mata pelajaran Agama Islam. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Perolehan data dalam bentuk
kuantitatif, dideskripsikan dalam bentuk naratif. Selanjutnya dilakukan komparasi data sebelum guru
mengikti pelatihan penggunaan media pembelajaran berbasis IT dan setelah guru mengikuti pelatihan
untuk melihat persentase peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan penggunaan
media pembelajaran berbasis IT meningkatkan motivasi guru dalam mengajar dan meningkatkan hasil
belajar siswa.
Kata Kunci: pelatihan, media pembelajaran, motivasi guru

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Pada UU No 14 tahun 2005 Tetang Guru dan dosen pada pasal 1 Bab I dijelaskan

guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Maka Kepala
Sekolah melakukan berbagai usaha untuk memberikan motivasi dalam meningkatkan kinerja
guru. Antara lain melalui pemberian kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan maupun

workshop. Apalagi sejak diberlakukakannya Pemenegpan dan RB no 16 Tahun 2009 Tentang
Penilaian Kinerja Guru serta Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 1 tahu 2013
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 tentang Penilian Prestasi
Pegawai Negeri Sipil, maka guru harus benar-benar meningkatkan kinerjanya sesuai dengan
tupoksinya, bahkan ia harus mampu menjadi inspirator bagi murid-muridnya.
Untuk menjadi inspirator seorang guru hendaknya mampu memilih cara/metode dan
media pembelajaran yang menarik, menyenangkan, namun sekaligus mampu menimbulkan
kreatifitas siswa. Segala upaya perlu ditempuh agar materi pembelajaran dapat diterima oleh
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Wright (1987) dalam Suparlan
( Menjadi Guru Efektif :2005,33) menyatakan bahwa guru memiliki 2 peran utama yaitu the
management role dan the instructional role yang antara lain tugas utamanya adalah
1)memiliki pengetahuan, terampil, dan profesional, 2)memiliki sikap inovatif, kreatif, dan
memahami perbedaan individualitas di kalangan siswa.3)menghargai dan peduli terhadap
lingkungan dan memahami perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam kehidupan modern.
Hasil PKG SD Negeri Jombor khususnya Kompetensi 14 tentang penggunaan media
berbasis IT ternyata rata-rata nilainya 0,4. Dari 6 guru kelas dan 2 guru mapel hanya ada 2
orang yang menggunakan media berbasis IT ketika mengajar, itu saja nilainya hanya 1,
karena guru belum menggunakan media secara efektif. maka perlu diadakan pelatihan
penggunaan IT.
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang
dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan pekembangan ini telah mengubah
paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas
pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi
lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet.Salah satu bidang yang
mendapat dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang
pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan
informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan,
yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana
penyedian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan
Priyogutomo, 2004).
Media pembelajaran adalah salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu
guru memperjelas materi pembelajaran. Berbagai bentuk dan jenis media pembelajaran yang

digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa. Pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan

sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran. Apabila guru mampu menggunakan IT, maka Guru

akan dapat menyertakan

informasi yang tepat dan mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
mampu menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi
yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik untuk memahami konsep materi
pembelajaran. Agar dapat melakukan kegiatan tersebut di atas maka diperlukan pelatihan
yang berkelanjutan, ketekunan, dan sarana prasarana berbasis IT yang memadahi.
Permasalahan yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pelatihan
pengguanaan media pembelajaran berbasis IT dapat meningkatkan motivasi guru dalam
pembelajaran dan 2) Bagaimana cara penggunaan media berbasis IT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Maka tujuan penelitian ini adalah 1) Agar pelatihan penggunaan media
berbasis IT dapat meningkatkan motivasi guru dalam mengajar serta 2) agar penggunaan

media pembelajaran berbasis IT dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Model-model Pelatihan berdasar pada Proses dan Materi Latihan (Subject Matter
Analysis/SMA).
Ada beberapa model latihan yang dikembangkan para ahli yang disesuaikan dengan
pendekatan, strategi serta materi latihan, Model-model pelatihan tersebut sebenarnya sudah
lama dikembangkan, namun sampai saat ini model-model tersebut masih tetap dipergunakan
namun demikian proses dan langkah-langkahnya disesuaikan dengan perkembangan
kemampuan sasaran pelatihan, masalah-masalah yang perlu dipecahkan, kebutuhan
kurikulum dan metodelogi pelatihan itu sendiri. Pelatihan-pelatihan tersebut diantaranya
adalah :
1. Model latihan keterampilan kerja (Skill training for the job)
Model latihan ini dikembangkan oleh Louis Genci (1966). Model ini mencakup empat
langkah yang harus ditempuh dalam penyelenggaraan pelatihan. Langkah pertama, mengkaji
alasan dan menetapkan program latihan. Kegiatan lainnya mencakup identifikasi kebutuhan,
penentuan tujuan latihan, analisis isi latihan, dan pengorganisasian program latihan. Kedua,
merancang tahapan pelaksanaan latihan. Kegiatannya mencakup penentuan pertemuanpertemuan formal dan informal selama latihan ( training sessions ), dan pemahaman terhadap
masalah-masalah pada peserta latihan. Ketiga, memilih sajian yang efektif. Kegiatannya
mencakup pemilihan dan penentuan jenis-jenis sajian, pengkondisian lingkungan termasuk di
dalamnya penggunaan sarana belajar dan alat bantu, dan penentuan media komunikasi.

Keempat, melaksanakan dan menilai hasil latihan. Kegiatannya meliputi transformasi
pengetahuan dan keterampilan dan nilai berdasarkan program latihan, serta evaluasi tentang
perubahan tingkah laku peserta setelah mengikuti program latihan.
2. Model Pengembangan Strategi Latihan

Otto dan Glaser (1970 ) dalam bukunya yang berjudul “ The Management of Training:
A Handbook for Training and Development Personnel”. Model ini terdiri atas lima langkah.
Pertama, menganalisis masalah latihan. Kedua, merumuskan dan mengembangkan
tujuantujuan latihan. Ketiga, memilih bahan latihan, media belajar, metode dan teknik latihan.
Keempat, menyusun kurikulum dan unit, mata latihan, dan topik latihan. Kelima, menilai
hasil latihan.
3. Model Rancang Bangunan Latihan dan Evaluasi (Training Design and Evaluation
Model)
Parker mengembangkan sebagaimana dimuat Craig dalam buku “Training and
Development Handbook: A Guide to Human Resource Development”(1976: 19-2). Model ini
terdiri atas tujuh tahapan kegiatan. Ketujuh tahapan kegiatan itu adalah menganalisis
kebutuhan-kebutuhan latihan, mengembangkan tujuan-tujuan latihan, merancang kurikulum
latihan, merancang dan memilih latihan, merancang pendekatan evaluasi latihan,
melaksanakan program latihan, dan mengukur hasil latihan. Tahapan-tahapan tersebut
merupakan kegiatan berangkai dan berurutan.

4. Model empat langkah
Crone dan Hunter (1980), dalam buku “From the Field-Tested Participatory Activities
for Trainers”, memaparkan model pelaksanaan latihan yang terdiri atas empat langkah
(Model empat langkah). Langkah pertama adalah mempersiapkan kelompok belajar. Ke
dalam langkah ini termasuk upaya menggali harapan warga belajar terhadap program latihan,
pembinaan keakraban dan kerjasama di antara mereka, pembagian sub-sub kelompok.
Langkah kedua ialah mengidentifikasi kebutuhan belajar dan analisis tujuan latihan.
Kegiatannya mencakup pengumpulan informasi tentang kebutuhan belajar para warga belajar
dari para warga belajar, dan dari masyarakat dan lembaga terkait dengan tugas atau aktivitas
warga belajar. Analisis tujuan latihan didasarkan atas kebutuhan belajar tersebut. Langkah
ketiga adalah memilih dan mengembangkan metode serta bahan belajar. Kegiatan ini
mencakup analisis model tingkah laku yang sedang dan akan ditampilkan oleh warga belajar,
menentukan bahan belajar dan tahapan pembelajaran, serta memilih teknikteknik
pembelajaran. Langkah Keempat yaitu menilai pelaksanaan dan hasil latihan. Termasuk ke
dalam kegiatan ini adalah menentukan strategi evaluasi terhadap proses dan perolehan
latihan. Langkah-langkah tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
5. Model Tujuh Langkah (The Seven-step Model)
Parker (1976) mengembangkan model latihan yang dapat dinamai Model Tujuh
Langkah (The Seven-step Model). Model ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama adalah melaksanakan identifikasi dan analisis kebutuhan latihan. Kedua ialah

merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan latihan. Ketiga, merancang kurikulum
latihan. Keempat, Memilih dan mengembangkan metode latihan. Kelima, menentukan

pendekatan evaluasi latihan. Keenam, melaksanakan program latihan. Ketujuh, melakukan
pengukuran hasil latihan. Langkah-langkah hendaknya dilakukan secara berurutan. Namun,
hasil langkah ketujuh, yaitu pengukuran hasil latihan, dapat digunakan sebagai masukan bagi
langkah kedua, yaitu untuk mengembangkan tujuan-tujuan latihan atau langkah pertama,
yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan latihan.
6. Model latihan Sembilan Langkah
Model latihan lainnya dikembangkan oleh Centre for International Education (CIE)
University of Massachusetts. Urutan langkah model ini adalah sebagai berikut: (1)
Mengidentifikasi kebutuhan, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan, (2) Merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus latihan, (3) Menyusun dan mengembangkan alat penilaian
awal (pre-test) dan alat penilaian akhir (post-test) peserta latihan, (4) Menyusun urutan
kegiatan latihan dan mengembangkan bahan belajar, (5) Melatih para pelatih dan staf
program latihan, (6) Melakukan penilaian awal terhadap peserta latihan, (7) Melaksanakan
program latihan, (8) Melakukan penilaian akhir terhadap peserta latihan, (9) Melakukan
penilaian program latihan dan memberikan umpan balik.
Umpan balik dari hasil evaluasi program dapat digunakan untuk kesembilan langkah
tersebut di atas. Model Sembilan Langkah tersebut pernah diterapkan dalam beberapa

program latihan di Indonesia.
7. Model Latihan Partisipatif (Participatory Training Model).
Model pelatihan ini sebenarnya merupakan pembaharuan (inovasi) dari model-model
yang telah diuraikan terdahulu. Model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan
pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar
partisipasi aktif (keikut sertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan,
mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan
pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih
ditekankan pada motivasi dan melibatkan kegiatan peserta. Intensitas hubungan yang harus
dibangun dalam model pelatihan ini seperti digambarkan sebagai berikut :

Hubungan antara peranan sumber belajar (pelatih) Dengan peserta Berdasarkan
gambar di atas dapat diketahui bahwa pada awal kegiatan pelatihan intensitas peranan pelatih

adalah tinggi : Peranan ini ditampilkan dalam membantu peserta dengan menyajikan
informasi mengenai bahan ajar (bahan latihan) dan dengan melakukan motivasi dan
bimbingan kepada peserta. Intensitas kegiatan pelatih (sumber) makin lama makin menurun
sehingga perannya lebih diarahkan untuk memantau dan memberikan umpan balik terhadap
kegiatan pelatihan dan sebaliknya kegiatan peserta pada awal kegiatan rendah, kegiatan awal
ini digunakan hanya untuk menerima bahan pelatihan, informasi, petunjuk, bahan-bahan,

langkahlangkah kegiatan dll. Kemudian partisipasi warga makin lama makin menaik tinggi
dan aktif membangun suasana pelatihan yang lebih bermakna.
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin “medium” yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan
(yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Menurut Sanjaya (2006)
menyatakan bahwa media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan,
akan tetapi meliputi

seseorang sebagai sumber

belajar

yang

dikondisikan

untuk

memperoleh pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap seseorang serta menambah

ketrampilan.
Menurut pendapat dari Sardiman (2007) media adalah komponen komunikasi yang
berfungsi

sebagai

perantara/pembawa

pesan

dari

pengirim

ke penerima. Media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat menarik perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hal ini juga didukung
oleh pendapat Uno (2008) menyatakan bahwa media dalam pembelajaran adalah segala
bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber
(guru) ke peserta didik (siswa) yang bertujuan menarik mereka untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Media selain digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dan dapat
dimanfaatkan untuk memberikan penguatan maupun memotivasi di dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Arsyad (2011) media merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan isi suatu materi pelajaran yang disampaikan oleh guru yang berguna untuk
memotivasi belajar siswa. Dari beberapa definisi tentang media pembelajaran diatas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala komponen dalam lingkungan
belajar siswa yang dipergunakan oleh pengajar agar pembelajaran berlangsung lebih efektif.
Sehingga pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman
dan sebagainya pada saat proses penyampaian informasi dari guru ke peserta didik dapat
berjalan lancar.
Dari beberapa definisi tentang media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan segala komponen dalam lingkungan belajar siswa yang
dipergunakan oleh pengajar agar pembelajaran berlangsung lebih efektif. Sehingga pesan

atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman dan sebagainya pada
saat proses penyampaian informasi dari guru ke peserta didik dapat berjalan lancar.
Jenis–Jenis Media Pembelajaran
Jenis teknologi yang digunakan dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual (film,
filmstrip, televisi, dan kaset video) dan komputer ( Hamalik : 2008) Media komputer adalah
salah satu media interaktif yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara
cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Sebagai sebuah media pembelajaran komputer
dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu,
komputer sendiri dapat berfungsi sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian
dapat menjadi sumber belajar bagi seorang siswa beberapa bagian utama dalam pembelajaran
yang menggunakan media komputer.
Stand alone adalah pola penyajian Microsoft Office Power Point yang dirancang
khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif. Setiap siswa dapat
mempelajari materi pelajaran secara individual. Siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya

sehingga

penggunaan Microsoft Office

Power

Point dengan

pola

penyajian stand alone diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa hal ini sesuai
pendapat Daryanto (2006:31)
Menurut Jelita (2010) microsoft Power Point adalah suatu software yang akan
membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah.
Media powerpoint bisa membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas
tujuannya jika dipresentasikan karena media powerpoint akan membantu dalam pembuatan
slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk
clipart yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor
komputer. Power Point adalah alat bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan
suatu hal yang dirangkum dan dikemas dalam slide Power Point. Sehingga pembaca dapat
lebih mudah memahami penjelasan kita melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide.
Power

Point merupakan

program

untuk

membantu

mempresentasikan

dan

menampilkan presentasi dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, objek, clipart, movie, suara,
atau video yang dimainkan pada saat presentasi (Purnomo, 2010).
Kelebihan dan Kekurangan Media Power Point menurutSanaky (2009)
Keunggulan/ kelebihan power point yaitu salah satu fitur menyediakan kemampuan
untuk membuat presentasi yang meliputi musik yang memainkan seluruh presentasi atau efek
suara untuk slide tertentu. Selain kemampuan untuk menambahkan file suara, presentasi
dapat dirancang untuk berjalan, seperti film, sendiri. PowerPoint memungkinkan pengguna
untuk merekam slide show dengan narasi dan laser pointer. Pengguna dapat menyesuaikan
tampilan slide untuk menampilkan slide dalam urutan yang berbeda dari awalnya dirancang
dan memiliki slide muncul beberapa kali. Microsoft juga menawarkan kemampuan untuk
menyiarkan presentasi untuk pengguna tertentu melalui link dan Windows Live. Bagi

pembelajaran di sekolah, power point memiliki kelebihan tersendiri bagi para siswa, antara
lain: (1) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas, (2) Memberikan
kemungkinan tatap muka dan mengamati respons siswa, (3) Memiliki variasi teknik
penyajian yang menarik dan tidak membosankan, (4) Dapat menyajikan berbagai kombinasi
clipart, picture, warna, animasi dan suara sehingga membuat siswa lebih tertarik, (4) Dapat
dipergunakan berulang-ulang.
Di samping adanya kelebihan, power point juga memiliki kelemahan, antar lain: (1)
Pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki, (2) Tidak semua materi
dapat disajikan dengan menggunakan powerpoint, (3) Membutuhkan keterampilan khusus
untuk menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer
microsoft powerpoint sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan, (4) Memerlukan
persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks.
Walaupun demikian, power point adalah media pembelajaran yang sederhana yang
dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran di sekolah guna meningkatkan prestasi,
minat dan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin membuat pelatihan
partisipatif yang akan diikuti oleh para guru SD negeri Jombor 1 dengan menggunakan model
pembejaran Power Point.
Lingkungan sebagai Media
Banyak potensi di suatu daerah atau di sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan
sebagai media dan sumber pembelajaran. Lingkungan merupakan media dan sumber belajar
yang dapat dipergunakan untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di sekolah.
Manfaat Media Pembelajaran
Arsyad (2011) mengungkapkan, penggunaan media pembelajaran di dalam proses
belajar mengajar memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk katakata tertulis atau lisan belaka) sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
2) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
misalnya: (a) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar atau model, (b) Objek
yang kecil, dapat dibantu dengan penggunan proyektor atau gambar, (c) Kejadian atau
peristiwa dimasa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film atau video.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi
sikap pasif dan Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan motivasi
belajar siswa, 2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan, 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan
dan minatnya, 4) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih di
pahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, 5)
Media pembelajaran memberikan informasi/kesamaan dalam pengamatan kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi
langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Motivasi Kerja Guru
Motivasi kerja adalah dorongan dari dalam dan dari luar diri seseorang yang
melatarbelakangi seseorang sehingga ia mau melakukan sesuatu dengan penuh tanggung
jawab (Husaini Usman dan Uno ). Demikian juga Motivasi untuk melaksanakan tugas
sebagai guru utamanya adalah muncul dari dalam diri sendiri, tetapi motivasi ini bisa juga
muncul karena adanya dorongan dari luar
Menurut Uno (2008) motivasi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan juga faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tanggung jawab, melaksanakan tugas dengan target yang
jelas, memiliki tujuan, ada umpan balik, berusaha untuk mengungguli orang lain, dan
prestasi; sedangkan faktor eksternal meliputi usaha untuk memenuhi kebutuhan, memperoleh
penghargaan, memperoleh insentif, serta memperoleh perhatian dari teman dan atasan. Faktor
ektern ini berkaitan erat dengan kepuasan kerja.
Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Amirullah dkk,
2002:146). Selanjutnya menurut Winardi (2002: 6), motivasi kerja adalah suatu kekuatan
potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah
kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan non
moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal
mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.
Kedudukan motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja, Motivasi kerja merupakan
suatu dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi kerja erat hubungannya dengan
kinerja atau performansi seseorang. Pada dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbedabeda. Ada motivasi kerjanya tinggi dan ada motivasi kerjanya rendah,

bila

motivasi

kerjanya tinggi maka akan berpengaruh pada kinerja yang tinggi dan sebaliknya jika
motivasinya rendah maka akan menyebabkan kinerja yang dimiliki seseorang tersebut
rendah. Jika guru mempunyai motivasi kerja tinggi maka ia akan bekerja dengan keras,
tekun, senang hati, dan dengan dedikasi tinggi sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menentukan beberapa variabel
dari objek yang diteliti, dan membuat instrumen untuk mengukurnya (Sugiyono, 2007:17)..
Penelitian ini dilaksanakan di SD Jombor dari bulan Februari - Maret 2017. Subjek penelitian
yang adalah seluruh guru kelas SD Negeri Jombor dan guru mata pelajaran Agama.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, wawancara., dan
studi dokumen. Instrumen angket yang digunakan adalah angket yang ada hubungannya
dengan motivasi dan daftar nilai siswa sebelum guru menggunakan media berbasis IT dan

sesudah menggunakan media. Adapun insrumen angket yang berhubungan dengan motivasi
mencakup 14 item pernyataan.. Setiap instrumen penilaian terdapat 4 kualifikasi penilaian
yaitu
¿

1,

2,

3,

dan

4.

Perhitungan

nilai

akhir

menggunakan

rumus

N

skor yang diperoleh
x 100 . Acuan penilaian didasarkan pada kriteria berikut ini: rentang
skor maksimal

skor 91-100 termasuk dalam kategori Baik Sekali; 76-90 termasuk dalam kategori Baik; 6175 termasuk dalam kategori Cukup; 51-60 termasuk dalam kategori Kurang; dan ≤ 50
termasuk dalam kategori Sangat Kurang. Demikian juga pengumpulan nilai sebelum guru
menggunakan media dan setelah menggunakan media dibandingkan
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif.
Perolehan data nilai motivasi guru dan nilai rata-rata siswa dalam bentuk kuantitatif,
dideskripsikan dalam bentuk naratif. Selanjutnya dilakukan komparasi data pada sebelum ada
pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan. untuk melihat ada tidaknya peningkatan motivasi
guru dalam menggunakan media pembelajaran berbasis IT dalam PBM. Hasil komparasi skor
motivasi guru dibandingkan dengan kriteria keberhasilan penelitian berikut ini: 1) persentase
peningkatan motivasi guru dalam menggunakan media pembelajaran berbasis IT adalah
sebesar 5 %; 2) persentase peningkatan rata-rata nilai siswa yang diampu guru dalam
melaksanakan PBM adalah sebesar 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Jombor Kecamatan
Tuntang dengan menggunakan dua macam pembelajaran yaitu pembelajaran pengembangan
dan pembelajaran konvensional. Pembelajaran pengembangan adalah pembelajaran yang
menggunakan Power Point sedangkan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran
yang tidak menggunakan Power Point. Hasil penelitian itu adalah pembelajaran dengan
menggunakan

program

Power

Point

lebih

baik

daripada pembelajaran

tanpa

menggunakan program PowerPoint baik dari gaya belajar juga dari prestasi siswa.
Selain hasil

penelitian

tersebut

Microsoft Power

Point juga

memiliki

beberapa

kunggulan yang membuatnya pantas digunakan sebagai media belajar. Beberapa kelebihan
tersebut antara lain : (1) Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan
animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto. (2) Lebih merangsang
peserta didik untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji. (3)
Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik. (4) Tenaga pendidik tidak
perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan. (5) Dapat diperbanyak
sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-uang. (6) Dapat disimpan dalam
bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket / Flashdisk), sehingga praktis untuk di
bawa kemana-mana.
Selain data prestasi siswa, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa
data nilai motivasi guru. Nilai siswa kelas 1-6

sebelum guru menggunakan media

pembelajaran berbasis IT (pembelajaran

konvensional) dan nilai siswa setelah guru

menggunakan media berbasis IT pada pembelajaran (pembelajaran pengembangan). Dari
hasil perhitungan melalui angket menunjukan bahwa aspek-motivasi guru dalam
menggunakan media pembelajaran berbasis IT sangat tinggi yaitu rata – rata 84, sedangkan
nilai ulangan siswa ada kenaikan sebesar 5%.
Hasil peneltian yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi guru dalam
menggunakn media pembelajaran berbasis IT dan adanya peningkatan hasil belajar siswa
dpat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Komparasi Skor motivasi guru dan hasil belajar siswa
Sebelum pelatihan
Nama

Setelah Pelatihan

Motivasi
Guru

Nilai Siswa

Motivasi
Guru

Nilai Siswa

WK / Kls 4

78,57

70

87,36

74

M / Kls 5

62,5

64

76,79

70

ST /Kls 1

78,57

76

83,93

78

SR / Kl 6

60,71

70

80,36

72

AM / Kls 3

83,73

75

85,71

78

INN / kls 2

85,71

72

91,07

80

MT /Agama

60,71
72,96

69
70,86

76,79

72

83,16

74,86

Selisih Rerata

10,2

4,0

Peningkatan (%)

10,2%

4%

Indikator Keberhasilan (%)

5%

5%

Rerata

Berdasarkan tabel 1 di atas diperoleh dua temuan. Temuan pertama, nampak bahwa
sebelum ada pelatihan, skor motivasi guru dalam penggunaan media berbasis IT bergerak
antara 62-85, dengan rerata sebesar 72,96, berada pada rentang skor 61-75 termasuk dalam
kategori cukup. Hal ini dikarenakan guru hanya menggunakan media yang sangat sederhana,
bahkan pada RPP ada beberpa guru yang tidak menggunakan media pembelajaran. Kemudian
nilai salah satu mata pelajaran yang dipilih secara acak bergerak antara 64-73 dengan rerata
sebesar 70,86, berada pada rentang skor 65-76 artinya masih berada pada kategori cukup.
Setelah guru mengikuti pelatihan penggunaan media berbasis IT, skor motivasi guru dalam
penggunaan media berbasis IT bergerak antara 76,79-91,07, dengan rerata sebesar 83,16,
berada pada rentang skor 76-90 termasuk dalam kategori baik, sedang nilai siswa berada pada
rentang skor 72-80 dengan rerata 74,86, artinya berada pada kategori baik.
Dilihat dari prosentasi kenaikan motivasi setelah ada pelatihan penggunaan media
berbasis IT dapat dikatan pelatihan tersebut sangat efektif karena dan memiliki dampak yang
positif karena diikuti pula kenaikan hasil belajar siswa meskipun belum mencapai 5%. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sb. Syukur (2013), Isma Nastiti

Maharani dan Luthpi Saepuloh (2016) bahwa penggunaan media elektronik atau media
berbasis IT dapat meningkatkan prestasi siswa.
Untuk itu sebagai guru di era globalisasi ini sangat perlu menggunakan media
belajar yang interaktif dan menarik, supaya : (1) Memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), (2)
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) Penggunaan media
pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam
hal ini media pembelajaran berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar dan
memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya,
PENUTUP
Berdasarkan hasil Pelatihan Penggunaan media pembelajaran berbasis IT mampu
1)meningkatkan motivasi dan merubah mindside guru dari proses pembelajaran
konvensional menjadi pembelajaran yang lebih interaktif.

Guru menjadi lebih sadar

bahwa perkembangan teknologi mampu membantu memperingan tugasnya. 2) Penggunaan
media pembelajaran membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga
prestasinya meningkat. Dalam hal ini peneliti memberikan saran guru hendaknya selalu
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang kreatif ,inovatif, dan menyenangkan , sehingga siswa akan merasa senang
dan termotivasi untuk belajar dan mengikuti pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA
Akhmad sudrajat. 2008 . media Pembelajaran. //www. psbpsma. org/content/blog/
blog.uny.ac.id
F Alawiyah – 2014. Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal
Pendidikan
Isma Nastiti Maharani, Luthpi Saepuloh. 2016. Pelatihan Membuat Media Pembelajaran
Berbasis It Bagi Guru-Guru Smp Daarul Faalah Cisaat Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Surya. (2): 113-117
Mustofa Kamil. 2013. Model-Model Pelatihan. jurnal academia.edu. Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI)
M.Ali. 2009. Perkembanagan Media Pembelajaran Interaktif. Jurnal Edukasi Elektro
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. 2010. Kementrian Pendidikan Nasioanal
Direktorat

Jenderal

Peningkatan

Mutu

Pendidik

Dan

Tenaga

Kependidikan.www.bermutuprofesi.org..eraturanP.org
Permendikbud RI Nomor 62 Tahun 2013 Tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam
Rangka Penataan Dan Pemerataan Guru
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru
Permenegpan dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Penilaian Kinerja Guru

Peraturan Kepala BKN No. 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Peerintah
No.46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja pegawai Negeri Sipil
SB Sjukur. 2013. Pengaruh Model Blended Learning terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar
Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
W Saputra, BE Purnama .2011. Pengembangan Multi Media Pembelajaran Interaktif Untuk
Mata Kuliah Organisasi Komputer. Jurnal Engineering dan …,
.

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10