Artikel Landasan Pendidikan MENUMBUHKAN (1)

Artikel Landasan Pendidikan

MENUMBUHKAN PERAN SERTA ANAK DIDIK DALAM USAHA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI
PENDIDIKAN KARAKTER

OLEH :
NAMA: Ni Luh Komang Sri Aryani Dewi, S.Ag
NIM : 17.1.2.5.2.1007

MAGISTER AGAMA HINDU
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2017
1

MENUMBUHKAN PERAN SERTA ANAK DIDIK DALAM USAHA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI
PENDIDIKAN KARAKTER
ABSTRAKSI

Perubahan global yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan gejala adanya banyak

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik di masyarakat maupun di lingkungan
pendidikan. Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh negative yang
sangat intens terjadi saat sekarang, baik melalui media elektronik, maupun media sosial lainnya
Ini sangat berpengaruh terhadap pemikikaran dan pemahaman anak- anak terutama anak – anak
remaja yang pada tahap masih mencari jati diriny masing-masing. Dalam upaya meredam adanya
pengaruh negative tersebut di lingkungan sekolah diberikan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang diberikan disini merupakan sebuah inovasi pemerintah dalam
upaya meningkatkan kwalitas dan kwantitas pendidikan yang ada di Indonesia. Perubahan dalam
bidang kurikulum inilah pemerintah berupaya keras agar pendidikan di Indonesia akan semakin
lebih baik dari sebelumnya. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan
dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirinya untuk
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Anonim, 2005; 11).
Dalam upaya untuk meberdayakan perserta didik dengan maksimal agar memiliki spiritual
keagamaan yang baik serta memiliki karakter, maka dipandang perlu untuk meningkatkan peran
serta anak didik dalam proses pembelajaran, terutama dalam pemblajaran Agama Hindu dan
Budi pekerti.
Agama sering dianggap sebagi suatu yang sepele bagi perserta didik karena menganggap

bahwa agama hanya sebatas mereka bisa melaksankan persembahyangan saja, bukan merupakan
suatu kebutuhan psikis yang penting bagi mereka. Begitu pula dengan budi pekerti anak pada
jaman sekarang sudah sangat merosot pemahamnnya, karena adanya pengaruh yang tidak baik.
Oleh karena itu oleh penulis menganggap bahwa memberdayakan anak didik secara maksimal
dalam upaya menumbuhkan pemahaman peserta didik dalam pendidikan agama hindu melalui
pendidikan karakter. Pemahaman tentang agama sangat penulis pandang perlu, dimana melihat
perkembangan yang terjadi pada pergaulan anak-anak sekarang sudah sangat memprihatikan.
Pemberdayaan anak didik untuk membangun rasa keingin tahuan tentang agama perlu
ditingkatkan lagi agar para pserta didik mampu dan dapat memahami dengan jelas bahwa agama
2

merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus mereka pegang sehingga akan membentuk
karakter-karakter bangsa yang diharapkan oleh Bangsa Indonesia yaitu karakter manusia yang
memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan kehidupan modern cenderung untuk mengesampingkan atau kurang
memperhatikan kehidupan spiritual, mental dan moralitas. Masyarakat cenderung berlombalomba untuk mencari dan menikmati kehidupan duniawi. Orientasi pada kesenangan dan

kenikmatan menjadikan masyarakat cenderung berlomba-lomba untuk mendapatkan harta benda
dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak berdasarkan dengan Dharma. Masyarakat
cenderung anarkis, perkelahian dan tawuran antar pelajar terjadi dimana-mana dan bahkan antar
kelompok masyarakat yang dipicu oleh hal-hal yang sangat kecil dan tampak sepele. Demikian
pula kehidupan remaja di beberapa kota besar dan bahkan menjalar ke beberapa desa, termasuk
di Bali, beberapa remaja melakukan tindakan penyalahgunaan obat-obatan psikotropika
(narkoba) dan cenderung untuk meninggalkan nilai-nilai luhur ajaran agama yang dianutnya.
Kondisi tersebut berkembang di lingkungan pembelajaran dan menjadi tantangan para
guru termasuk guru Agama Hindu. Menghadapi tantangan yang demikian berat, guru Agama
Hindu harus benar-benar tangguh, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Tugas utama
para guru Agama Hindu tidaklah hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai pendidik yang dapat
mentransformasikan nilai-nilai pendidikan Agama Hindu kepada setiap anak didiknya. Untuk itu
melalui tulisan ini diharapkan setiap guru Agama Hindu harus menjadiseorang guru yang
profesional dan mampu menjadi contoh peserta didik dan menjadi contoh dalam lingkungan
masyarakat sekitarnya.
3

Peserta didik yang memiliki berbagai macam karakter yang berbeda satu dengan yang
lainnya juga merupakan suatu tantangan bagi guru untuk dapat memahami karakteristik anak
didiknya. Mereka yang datang dari berbagai macam latar belakang, dan juga latar sosial yang

berbeda – beda menjadikan keaneka ragaman sifat dan perilaku dari masing-masing anak didik
tersebut, sehingga mampu memberikan warna dalam perjalanan proses belajar dan mengajar
selanjutnya. Dalam proses pembelajaran yang terjadi terutama dalam proses pembelajaran
Agama Hindu hendaknya mampu untuk menumbuhkan sikap dan perilaku peserta didik yang
baik, sopan dan bertanggung jawab, serta mampu menumbuhkan keinginan peserta anak didik
untuk mau lebih memahami dan mendalami agama secara lebih baik lagi.
Menumbuhkan sikap dan perilaku dalam karakter anak perlu diperhatikan mengingat
adanya perbedaan latar belakang peserta didik yang berbagai macam. Pendidikan Agama hindu
mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Menumbuh kembangkan dan meningkatkan

kualitas Sradha dan Bhakti melalui

pemberian, pemupukan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.
2. Membangun insane Hindu yang dapat newujudkan nilai-nilai Moksartham Jagathita
dalam kehidupannya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa Pendidikan Agama Hindu bukan hanya sekedar
pelengkap, akan tetapi merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus dipahami oleh peserta
didik, sehingga mampu menumbuhkan sikap dan perilaku peseta didik yang berkarakter Bangsa
Indonesia.


4

BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan yang merupakan salah satu sub sektor pembangunan nasional memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan arah
kebijakan yang tercantum dalam GBHN (1999;24) bidang pendidikan yaitu mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yaitu mengupayakan perluasan
dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat
Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran
pendidikan secara berarti. Pendidikan yang dimaksud diwujudkan baik melalui jalur pendidikan
sekolah maupun pendidikan luar sekolah (UU Nomor 2 Tahun 1989;75). Kedua jalur pendidikan
itu adalah sebagai suatu sistem pendidikan nasional (faisal, 1981;37). Melalui pendidikan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti
bimbingan, pengajaran atau pelatihan. Sejalan dengan pendapat ini Simanjuntak (1992;24)
menyatakan peningkatan kualitas manusia dapat diupayakan mulai dari program keluarga
berencana, pendidikan formal, latihan kerja serta pengembangan diri di tempat kerja.
Dalam pengembangan diri ini dan mengingat manusia sebagai makhluk sosial supaya
menjadi manusia yang susila, yang berorientasi pada asas akhlak dan moralitas maka dipandang

perlu untuk diberikan pendidikan agama termasuk agama hindu atau pendidikan humaniora.
Dilihat dari fungsinya pendidikan agama hindu memberikan tendensi konstruktif bagi
pemberdayaan manusia menjadi humanistik (manusia yang berperikemanusiaan). Kurikulum
pendidikan agama menekankan bahwa fungsi pendidikan agama antara lain sebagai berikut : (1)
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Sang Hyang Widhi
yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga, (2) Menyalurkan bakat khusus dibidang

5

agama agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan orang lain, (3) sumber nilai, yaitu memberikan pedoman untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan di akhirat, lahir dan bathin. Lebih lanjut tujuan utama dari
pembelajaran pendidikan agama hindu adalah membentuk manusia berbudi luhur, susila, dan
bijaksana, yaitu manusia dapat menghayati hakikat dari kehidupan yang penuh dengan tantangan
dan penderitaan, manusia yang benar-banar mengetahui sebab akibat sampai terjadinya
penderitaan dan yakin bahwa betapapun bentuk penderitaan itu akan dapat dilenyapkan, karena
telah diketahui jalan dapat membebaskan manusia dari penderitaan (Kurikulum Pendidikan
Agama Hindu SLTA, 1990).
Pendidikan keagamaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IV bagian kesembilan pasal 30 dijelaskan sebagai

berikut : (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat yang dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, (2)
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersipakan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi Ahli Ilmu
Agama, (3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalan pendidikan formal, non
formal dan informal, (4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikian diniyah, pesantren,
pasraman, dan bentuk lain yang sejenis. (Tim Penyusun, 2005;13).
2.1 PERUBAHAN TINGKAH LAKU
Istilah watak dan kepribadian (karakter) sering digunakan secara bertukar-tukar, secara
tradisional kata watak mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu atas dasar mana individuindividu atau perbuatan – perbuatannya dinilai. Menurut Allport (dalam Hall 1995;24-25)
menyatakan bahwa tingkah laku adalah kepribadian yang dievaluasi. Allport juga

6

mengemukakan kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu atau sistem-sistem
psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya dengan khas terhadap lingkungan.
Menurut Allport perubahan tingkah laku dapat dilihat dari perkembangan kepribadian
dari sejak lahir sampai anak pada masa dewasa. Allport mengemukakan bahwa anak yang baru
lahir (neonates) sebagai makhluk yang eksistensinya nyaris semata-mata berupa Hereditas,
dorongan primitive dan reflex, Neonatus belum memiliki sifat-sifat khusus, yang baru akan

muncul kemudian sebagai akibat dari dari transaksi-transaksi dengan lingkungannya sehingga
anak akan memiliki kepribadian dimana kepribadian itu akan terbentuk setelah adanya
pemenuhan proses pertumbuhan dan pematangan. Dalam proses untuk bertransaksi dengan
lingkungannya maka dengan keadaan seperti ini bagaimana anak dapat digerakkan atau
diberikan motivasi agar proses pertumbuhan dan pematangannya dapat terpenuhi. Pada tahap ini
seorang anak sebagian besar merupakan makhluk yang terdiri atas tegangan-tegangan dan
perasaan. Sehingga perubahan tingkah laku semata-mata bersandar pada pentingnya hadiah,
hukum akibat, atau prinsip-prinsip kenikmatan, akan sangat cocok dijadikan pegangan untuk
menerangkan tingkah laku anak selama tahun-tahun paling awal dalam kehidupan.
Menurut Sheldon (dalam Hall, 1995;88) menyatakan bahwa; faktor-faktor genetic dan
faktor-faktor biologis lainnya memainkan peranan yang menentukan perkembangan individu.
Sheldon yakin bahwa ada kemungkinan untuk memperoleh sekedar gambaran tentang faktorfaktor melalui serangkaian pengukuran yang yang didasari pada jasmani Sheldon menyatakan
bahwa terdapat banyak dimensi lahiriah yang dapat dipakai untuk menggambarkan tingkah laku
dan menganggap pentingnya faktor-faktor biologis yang mendasari jasmani luar yang bisa
diamati.

7

2.2 NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Kamus umum bahasa Indonesia menyebutkan nilai berarti keseragaman konsep penghargaan

tertinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam
kehidupan keagamaan bagi warga masyarakat (Poerwadarminta, 1984;690).
Kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan nilai berarti: sifat-sifat atau hal – hal yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan (Tim penyususn , 2005;783).
Dari uraian diatas maka yang dimaksud dengan nilai adalah suatu penghargaan tertinggi
diberikan atas penilaian dan pertimbangan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama
sehingga tercipta kehidupan yang harmonis. Sedangkan pendidikan proses interaksi pendidik
dengan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu adalah Pendidikan sebagai proses pada
dasarnya membimbing peserta didik menuju pada tahapan kedewasaan dengan melalui program
pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, termasuk didalamnya pendidikan keluarga
serta lingkungan. Sujana, (2002;60) menyebutkan pendidikan dengan teori andragogi
mengatakan seni dan ilmu dalam membantu peserta didikmenjadi orang yang dewasa. Seseorang
disebut dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang baiasanya dibebankan pada
orang dewasa. Secara psikologis orang dikatakan dewasa apabila ia telah memiliki tanggung
jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil. Katz dan Kahn dalam buku Dasar-dasar
pendidikan mengemukakan bahwa “pendidikan merupakan sistem yang memperoleh maksud
dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepada lingkungan” ( Katz dan Kahn
dalam Mudyaharjo dan Rasyidin, 1994;3). Dari pendapat-pendapat di atas mengenai pendidikan
di atas dinyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses interaksi pendidik dengan peserta didik
untuk membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan dirinya sendiri untuk

mengembangkan bakat secara optimal kearah yang positif serta bertanggung jawab atas
kehidupan dan keputusan yang diambil.

8

Dalam pendidikan perlu dilihat adanya unsur-unsur pendidikan yang meliputi beberapa
unsur pendidikan yaitu,1) subyek yang dibimbing (peserta didik) yang berstatus sebagai subyek
didik,2) orang yang membimbing (pendidik) ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik, 3) interaksiantara peserta didik dengan
pendidik (interaksi edukatif), 4) tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai
yang bersifat abstrak, 5) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), 6) cara
yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), 7) tempat peristiwa bimbingan berlangsung
(lingkungan pendidikan).
Selanjutnya pendidikan dalam Agama Hindu dilandasi denan konsep catur asrama yang
menganut sistem pendidikan “aguron=guron atau Asewaka guru” (Puniatmaja, 1976;17).
Aguron-guron atau Asewaka guru merupakan ttingkatan brahmacari asrama yang mengutamakan
pendidikan berkepribadian atau watak siswa, ilmu pengetahuan tentang kitab suci dan
membentuk pribadi yang mulia yang berlandaskan Dharma sebagai pedoman hidupnya.
Demikian halnya pengertian pendidikan menurut buku petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar mata pelajaran pendidikan agama hindu di sekolah menengah pertama menyatakan

pendidikan agama hindu adalah usaha sadar untuk memberikan bimbingan kepada siswa untuk
memahami, meyakini, meghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Hindu dalam kehidupannya
sehari-hari yang dicerminkan dengan sikap taqwa kepada Sang Hyang Widhi Wasa, berbudi
pekerti yang luhur dan berperilaku sesuai dengan ajaran Agama Hindu ( Djausak,1995:1).
Jadi dari uraian di atas yang dimaksudkan dengan pendidikan Agama Hindu adalah upaya
pembinaan jiwa, membentuk sikap dan pribadi anak didik yang berbudi luhur sesesuai dengan
ajaran Agama Hindu.
Pendidikan karakter dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan dan
9

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia, Insane
Kamil (Samani dan Hariyanto), 2011:46). Sedangkan Wibowo (2012:36) mendefinisikan
pendidikan karakter dengan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan
karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu,
menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik di keluarga, masyarakat dan
Negara.
Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peseta didik
sebagai bagian dari revolusi mental. Untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian dalam
kebudayaan, serta untuk memperkuat niali-nilai moral, akhlak dan kepribadian peserta didik
dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Dalam
Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
disebutkan bahwa salah satu prinsip pembelajaran yang penting dalam Kurikulum 2013 adalah
peserta didik mencari tahu bukan diberi tahu. Prinsip ini merujuk pada konsep pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (student active learning). Peserta didik adalah subyek yang
memiliki kemampuan untuk active mencari, mengolah, mengontruksi dan menggunakan
pengetahuan. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik
perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatau untuk dirinya,
dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Melihat pendapat di atas mengenai pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan usaha membangun karakter peseta didik sebagai bagian dari
revolusi mental, untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian dalam kebudayaan, serta
untuk memperkuat niali-nilai moral, akhlak dan kepribadian peserta didik.
Agama sering dianggap sebagi suatu hal yang

sepele bagi perserta didik karena

menganggap bahwa agama hanya sebatas mereka bisa melaksankan persembahyangan saja,
bukan merupakan suatu kebutuhan psikis yang penting bagi mereka. Begitu pula dengan budi

10

pekerti anak pada jaman sekarang sudah sangat merosot pemahamnnya, karena adanya pengaruh
yang tidak baik. Oleh karena itu oleh penulis menganggap bahwa memberdayakan anak didik
secara maksimal dalam upaya menumbuhkan

pemahaman peserta didik dalam pendidikan

Agama Hindu melalui pendidikan karakter. Pemahaman tentang agama sangat dipandang perlu,
dimana melihat perkembangan yang terjadi pada pergaulan anak-anak sekarang sudah sangat
memprihatikan.
Pemberdayaan anak didik untuk membangun rasa keingin tahuan tentang agama perlu
ditingkatkan lagi agar para pserta didik mampu dan dapat memahami dengan jelas bahwa Agama
merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus mereka pegang sehingga akan membentuk
karakter-karakter bangsa yang diharapkan oleh Bangsa Indonesia yaitu karakter manusia yang
memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.
Pemberdayaan peserta didik dalam pembelajaran Agama Hindu bukan hanya semata-mata
memberdayakan anak didik dengan tujuan untuk memaksa mereka memahami pendidikan
Agama Hindu, akan tetapi suatu usaha untuk membangun rasa memiliki dalam jiwa peserta
didik, bahwa Agama Hindu bukan hanya sekedar sebuah wacana yang hanya memiliki
pengertian Agama Hindu adalah Agama status saja, tetapi melainkan bahwa Agama Hindu
adalah sebuah identitas diri yang mesti dipahami secra lebih mendalam, apa itu Agama Hindu,
mengapa kita beragama Hindu, untuk apa kita beragama.
Melalui pendidikan karakter yang diberikan akan mampu menumbuhkan peran serta dalam
upaya untuk pemberdayaan anak didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu, yang
nantinya diharapkan akan memicu peserta didik untuk mulai dapat memberikan semangat dan
memberikan pemahaman terhadap Agama Hindu itu sendiri. Sering seorang pendidik lupa jika
harus dapat memberikan pemahaman dan penekanan tentang bagaimana kita harus beragama,

11

sehingga menyebabkan peserta didik pun tidak memahami Agamanya sendiri. Dalam usaha
untuk memberikan pemahaman terhadapa Pendidikan Agama Hindu kepada anak didik, peran
serta seorang guru sangatlah penting agar dapat mencapai tujuan tersebut. Pendidikan karakter
yang digalakkan pemerintah saat ini sangatlah membatu dalam usaha untuk memberikan
pendalaman materi Pendidikan Agama sehingga dapat mempermudah dalam melakukan
pembelajaran.

BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirinya untuk
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Anonim, 2005; 11).

12

Dalam upaya untuk meberdayakan perserta didik dengan maksimal agar memiliki spiritual
keagamaan yang baik serta memiliki karakter, maka dipandang perlu untuk meningkatkan peran
serta anak didik dalam proses pembelajaran, terutama dalam pemblajaran Agama Hindu dan
Budi pekerti.
Dalam pendidikan perlu dilihat adanya unsur-unsur pendidikan yang meliputi beberapa
unsur pendidikan yaitu,1) subyek yang dibimbing (peserta didik) yang berstatus sebagai subyek
didik,2) orang yang membimbing (pendidik) ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik, 3) interaksi antara peserta didik dengan
pendidik (interaksi edukatif), 4) tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai
yang bersifat abstrak, 5) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), 6) cara
yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), 7) tempat peristiwa bimbingan berlangsung
(lingkungan pendidikan).
Interaksi yang timbul antara peserta didik dan pendidik sangatlah penting untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran, Adanya keberagaman latar belakang siswa yang dapat
memberikan suasana beragam dalam proses pembelajaran merupakan sebuah tantangan yang
perlu dihadapi seorang pendidik. Berbagai karakter yang timbul karena keberagaman latar
belakang peserta didik juga dapat menimbulkan suatu hal yang baik untuk dipersatukan. Dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Hindu sering seorang pendidik lupa untuk lebih
menekankan upaya untuk memberikan peluang yang luas kepada anak didik untuk
meberdayakan dirinya aktif dalam pelajaran. Pemahaman yang kurang dari peserta didik pun
mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung, peserta didik hanya mampu memahami
tentang agama hanya melalui wacana-wacana saja tanpa mau untuk lebih mendalami Agama itu
sendiri melalui sumber-sumber buku lainnya.
13

Adanya sifat malas pada anak sangatlah berpengaruh dalam usaha untuk memberikan
pemahaman lebih jauh tentang Agama Hindu kepada peserta didik, mereka hanya menganggap
bahwa Agama hanyalah sebuah pelajaran yang tidak perlu untuk dipahami lebih jauh lagi.
Mereka tidak menganggap bahwa pendidikan Agama Hindu itu sebagai sebuah kebutuhan pokok
yang mampu untuk merubah karakter dirinya sehingga menjadi manusia-manusia yang lebih
berkarakter sesuai dengan harapan Pemerintah untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti
luhur.
Untuk

dapat menumbuhkan pemahaman terhadap Pendidikan Agama Hindu melalui

pendidikan karakter tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut ;
1. Pendidik harus mampu untuk merangsang siswa untuk mau mebaca literatur tentang
agama melalui buku-buku agama yang relevan
2. Mengarahkan siswa untuk mau mencari sumber-sumber tentang Agama Hindu
3. Meningkatkan karakter siswa melalui pendidikan karakter yang diberikan di sekolah,
terutama dalam bidang keaktifan siswa dalam usaha memahami Pendidikan Agama
Hindu.
4. Memberikan peluang yang lebih luas kepada siswa untuk memberikan kreatifitasnya
dalam usaha pemahamnnya terhadan Pendidikan Agama Hindu
5. Sekolah harus mampu menyediakan sarana dan prasarana ynag menunjang untuk dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam mencari sumber pelajaran

14

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan,2005 kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta:Balai Pustaka
Sura, I Gede. 1985. Pengendalian Diri dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu Jakarta : Penerbit
Hanuman Sakti.
-------------------, 1991. Agama Hindu sebuah pengantar. Denpasar : Penerbit : CV. Kayu Mas
Agung.
------------------, 1994, bahan pendidikan dan Pengajaran Agama Hindu kelas II, Denpasar :
Depdikbud.
Tim penyusun, 1999 Penuntun penyuluh agama hindu Denpasar, kantor Kementrian Agama
Provinsi Bali

15

Tim penyusun, 2015 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor
23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi pekerti
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20, Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
Jakarta: PT Armas Duta Jaya

16