T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi dan Dampak Program Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap Tingkat Pelanggaran Pelajar SMASMK dalam Berlalu Lintas di Kota Salatiga Tahun 201

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV dikemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai penelitian yang telah dilakukan diantaranya berisi gambaran umum penelitian, implementasi program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ di Kota Salatiga, faktor pendukung implementasi program, faktor penghambat implementasi program, implementasi program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ pada SMA/SMK di Kota Salatiga dan dampak program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ditinjau dari tingkat pelanggaran lalu lintas pada usia pelajar di SMA/SMK .

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Program Pelajar Pelopor Keselamatan SMA telah dilaksanakan pada bulan April tahun 2016 yang menjadi target peserta adalah 200 siswa dari sekolah SMA/SMA yang ada di SMA SMA. Para siswa tersebut dikirim oleh pihak sekolah untuk menjadi perwakilan dari masing-masing sekolah, mereka mengikuti kegiatan sosialisasi dan adapula yang menjadi perwakilan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan SMA. Adapun peserta yang menjadi perswakilan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Sekolah yang Ikut dalam Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perhubungan dan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan SMA

No. Nama Sekolah Nama Peserta

1. SMA Negeri 1 Muhamad Ghulam P. Sigma Mutiara


(2)

2. SMK Negeri 2 Afifah Nur Hayati Nova Setiaji 3. SMA Kristen 2 Arya Pradana

Asmaranti Maya N. A. 4. SMA Negeri 3 Rizqi Kusuma Dewi

5. MA Negeri Leo Ahmad Rosid

Safinatul Fitriah 6. SMK Negeri 3 Muhammad Tri H.

Arfien Suryaaji H. F. 7. SMK Kristen BM Timotius Claus F.

Rina Septi A. 8. SMA Kristen 1 Louis Vella P. F.

Bona Ventura E. D. 9. SMA Kristen Satya Wacana Novy Rojali

Arya Bima M. 10. SMK Pelita Fenesia Gloria T. 11. SMK Muhammadiyah Misrodi

12 SMK PGRI 2 Hetik A.

Wahyu Catur A. R. 13 SMK Diponegoro Kamil S.

14 SMA Muhammadiya (Plus) Anita Sari

Guntur Marta Baya 15 SMK Islam Sudirman Muhammad Abdul M.

Mestika Fajriani 16. SMK Negeri 1 Fitri Dwi J.

Suciana Wulandari

Sumber: Dinhubkombudpar Kota Salatiga

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah pada 7 sekolah antara lain yaitu: a. SMA Negeri 1, b. SMA Negeri 3, c. SMA Kristen 2, d. SMK Negeri 2, e. SMK negeri 3, f. SMK Kristen BM, g. MA Negeri.

Berikut ini merupakan ulasan singkat mengenai objek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini:

a. SMA Negeri 1

Terletak di Jalan Kemiri No. 1 Salatiga, dengan jumlah siswa 946 orang. Memiliki akses transportasi yang mudah, dilalui oleh kendaraan umum dan letaknya tidak terlalu jauh dari jalan raya, serta berada di daerah perkampungan


(3)

dengan volume kendaraan pribadi yang melewati daerah itu cukup ramai pada jam berangkat dan pulang sekolah karena memiliki jalan tidak terlalu lebar untuk dua arah. Meskipun memiliki akses transportasi umum yang mudah akan tetapi banyak siswa yang mengendarai sepeda motor sebagai transportasi utama menuju sekolah. Meskipun begitu sebagian siswa yang menggunakan sepeda motor merupakan siswa kelas X dan XI yang mana belum memiliki SIM.

Terdapat sebuah aturan bagi siswa yang belum memiliki SIM dilarang menggunakan kendaraan bermotor dan parkir di area sekolah. Penerapkan sistem ini dengan cara, bagi siswa yang sudah memiliki SIM maka memberikan bukti kepada pihak sekolah kemudian pihak sekolah akan memberikan tanda khusus berupa sticker khusus yang ditempelkan pada kendaraan, dan satpam akan melakukan pengecekan setiap masuk saat melewati gerbang sekolah. Tindakan ini diharapkan dapat mendisiplinkan siswa dalam menaati peraturan lalu lintas. b. SMA Negeri 3

Terletak di Jalan Kartini No. 34 Salatiga, memiliki 1010 siswa. Memiliki lokasi yang sangat strategis berada di tengah kota dengan arus lalu lintas yang cukup padat, dilewati oleh kendaran pribadi dan umum, arus lalu lintas yang padat terjadi saat jam berangkat dan pulang sekolah. Letaknya dekat dengan beberapa sekolah lain. Karena kondisi jalan yang padat di pagi dan siang hari maka saat pagi dijaga oleh petugas dari kepolisian untuk menertibkan lalu lintas di daerah sekolah. Rata-rata siswa mengendarai sepeda motor, meskipun akses


(4)

menuju sekolah ini sangat mudah dikarenakan banyak kendaraan umum yang menuju jurusan sekolah tersebut.

Permasalahan yang sama muncul di mana siswa yang seharusnya belum diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor karena belum memiliki SIM masih terjadi. Sekolah ini tidak memiliki peraturan khusus yang mengatur mengenai siswa yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi menuju sekolah. Meskipun begitu rata-rata siswa yang mengendarai sepeda motor telah mengenakan kelengkapan keamanan dalam berkendara seperti helm dan rata-rata motor di sekolah ini sesuai standar yang telah ditetapkan, namun hal ini masih cukup memprihatinkan karena masih belum adanya kesadaran mematuhi peraturan lalu lintas dengan baik misalnya mengendarai kendaraan bermotor apabila telah memiliki SIM.

Tidak adanya peraturan khusus mengenai tata tertib dalam berkendara memberikan dampak adanya kebebasan siswa mengendarai kendaraan bermotor sebagai transportasi utama menuju kesekolah. Meskipun sebagian besar siswa yang belum memiliki SIM, tetapi siswa di sekolah ini rata-rata mengenakan kelengkapan berkendara seperti helm standar, dan motor yang standar.

c. SMA Kristen 2

Terletak di Jalan Argoluwih No. 15 Salatiga, dan memiliki 58 siswa. Terletak di daerah perkampungan, dan memiliki akses cukup mudah dijangkau dan di lewati oleh angkutan umum. Arus lalu lintas di sekitar sekolah ini sangat lengang dan cenderung sepi, meskipun pada saat jam berangkat maupun pulang sekolah.


(5)

Sebagian besar siswa tidak mengendarai sepeda motor, tetapi berjalan kaki. Meskipun begitu ada beberapa siswa yang mengendarai sepeda motor untuk menuju ke sekolah, karena terletak di perkampungan, siswa yang menggendarai sepeda motor cenderung tidak mematuhi peraturan lalu lintas, seperti tidak memiliki SIM, tidak menggunakan helm, berboncengan lebih dari satu orang, motor yang digunakan tidak sesuai standar dan masih banyak lagi.

Tidak terdapat peraturan khusus mengenai ketertiban dalam berlalu lintas, sekolah ini membebaskan siswanya mengendarai kendaraan bermotor menuju sekolah meskipun mereka belum memiliki SIM.selai itu banyak pelanggaran dalam berlalu lintas yang terjadi. Namun hal tersebut biasa terjadi di sekolah tersebut dan pihak sekolah cenderung bersikap apatis terhadap hal tersebut dan dianggap wajar. Meskipun sekolah ini juga telah mengikuti program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ akan tetapi belum menegakkan peraturan dalam hal ini adalah peraturan lalu lintas.

d. SMK Negeri 2

Beralamat di Jalan Parikesit, Salatiga, memiliki 1731 siswa. Berada di daerah perumahan dan juga dekat dengan beberapa sekolah lain. Daerah ini memilki arus lalu lintas yang ramai namun terhitung lancar, mudah dijangkau dan juga terdapat angkutan umum yang melalui sekolah tersebut. Angkutan umum yang melewati daerah tersebut jumlahnya cukup banyak dan beroperasi dari pagi hingga sore hari. Tentu hal ini sangat membantu dikarenakan jalur ini merupakan jalur sibuk. Meskipun akses yang mudah akan tetapi masih banyak siswa yang menggunakan


(6)

sepeda motor untuk menuju sekolah. Siswa di sekolah ini rata-rata menggunakan sepeda motor meskipun masih banyak siswa yang belum memiliki SIM.

Terdapat sebuat aturan yang berlaku yaitu setiap kendaraan harus memiliki standar keamanan yang baik bila tidak memenuhi hal ini maka siswa tersebut mendapatkan sanksi dari pihak sekolah. Pengecekan standar berkendara para siswa dilakukan seminggu sekali oleh pihak sekolah melalui OSIS dan beberapa anggota ekstrakulikuler.

Pengecekan standarisasi kendaraan dilakukan di tempat parkir siswa, para siswa petugas melakukan pengecekan kondisi motor siswa apakah sesuai standar atau terdapat modifikasi yang tidak diperbolehkan. Setelah melakukan pengecekan jika terdapat motor yang tidak standar maka akan dipindahkan dari tempat parkir menuju lapangan setelah itu pihak petugas memberikan pengumuman kepada para siswa, dan bagi pemilik kendaraan tersebut harus menghadap guru BK untuk melakukan konfirmasi, dan pemberian sanksi, yaitu peringatan pertama, kedua, ketiga, dan kemudian apabila siswa masih belum memperbaiki motornya maka akan dilakukan penyitaan oleh pihak sekolah.

a. SMK Negeri 3

Berada di Jalan Ja’far Shodiq, Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, memiliki 1321 siswa. Sekolah ini berada jauh di pinggiran Kota terletak didaerah perkampungan yang masih terdapat banyak lahan kosong dan daerah persawahan. Karena letaknya yang cukup jauh dari pusat Kota dan juga tidak ada angkutan


(7)

umum yang langsung menuju ke sekolah, hanya terdapat angkutan umum yang berhenti sampai gapura yang memasuki wilayah Kalibening dan jika menggunakan angkutan umum harus berjalan kaki kira-kira 200 meter terlebih dahulu, meskipun berjalan tidak terlalu jauh akan tetapi banyak siswa yang menggunakan kendaraan bermotor sendiri untuk menuju kesekolah.

Seperti sekolah lainnya di sekolah ini pun siswa kelas X dan kelas XI yang seharusnya belum diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor, akan tetapi hal itu terjadi disekolah ini. Hal ini terlihat bahwa belum ditegakkannya tata tertib dalam mematuhi peraturan lalu lintas, mengakibatkan banyak siswanya yang belum mematuhi peraturan lalu lintas.

b. SMK Kristen BM

Terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 6 Salatiga, memiliki 270 siswa. Berada dilokasi yang strategis berada di daerah pusat Kota, meskipun begitu situasi jalan cukup ramai akan tetapi tetap lancar dan kondusif, meskipun letaknya berdekatan dengan beberapa sekolah dan sebuah perguruan tinggi namun sekolah ini tidak dilewati oleh kendaraan umum atau angkutan umum, angkutan umum hanya sampai pada lokasi tertentu dan jika akan menuju sekolah ini dengan angkutan umum maka harus sedikit berjalan kaki dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Akan tetapi masalah yang sama juga terjadi di sekolah ini yaitu, siswa yang belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan bermotor, justru menggunakan kendaraan bermotor sebagai transportasi menuju ke sekolah, disamping itu di sekolah ini membebaskan siswanya untuk mengendarai kendaraan pribadi. Tidak


(8)

ada peraturan khusus terutama dalam berlalu lintas di sekolah ini. Banyak siswa yang mengendarai sepeda motor yang tidak memenuhi standar, bahkan juga tidak menggunakan helm saat berkendara menuju sekolah.

c. MA Negeri

Beralamat di Jalan KH. Wahid Hasyim No.12 Salatiga, memiliki 970 siswa, berada di jalan raya yang memiliki arus yang pada tkarena merupakan salah satu jalur Solo-Semarang. Kendaraan yang melewati daerah ini adalah dari mulai sepeda motor sampai dengan truck dengan muatan besar daerah ini cukup padat setiap jam nya. Meskipun berada di lokasi yang strategis dan mudah di jangkau akan tetapi rata-rata murid yang bersekolah di MA Negeri berasal dari luar Kota Salatiga dan kebanyakan bertempat tinggal di pelosok desa bahkan banyak siswa yang berasal dari luar Kota Salatiga.

Tidak terdapat peraturan khusus mengenai ketertiban lalu lintas, pihak sekolah hanya menghimbau kepada para siswa untuk menggunakan kendaraan dengan standar keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tetapi masalah yang sama dengan sekolah lainnya yaitu di sekolah ini siswa yang seharusnya belum diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor, justru sudah menggunakannya dengan alasan tidak ada angkutan umum dari rumah menuju ke sekolah mereka, adapula yang beralasan rumah mereka sangat jauh dari jalan raya dan sangat sulit menemukan angkutan umum.

Dari hasil penelitian mengenai latar belakang sekolah yang telah diteliti, maka terlihat bahwa hanya beberapa sekolah saja yang benar-benar memperhatikan


(9)

keselamatan para warga sekolahnya terutama ketertiban siswa dalam berlalu lintas, demi mengupayakan terwujudnya keselematan dalam berlalu lintas. Masih banyak sekolah-sekolah yang membebaskan muridnya menggunakan kendaraan bermotor meskipun mereka belum cukup umur dan memiliki SIM. Akan tetapi masih ada beberapa sekolah yang memperhatikan keselamatan siswanya dalam berlalu lintas dengan membuat beberapa peraturan mengenai kedisiplinan dalam berlalu lintas, hal ini patut dijadikan contoh bagi sekolah yang belum melaksankan dan bagi yang sudah melaksanakannya perlu adanya peningkatan agar mendapat hasil yang lebih maksimal.

2. Implementasi Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ di Kota

Salatiga

Berdasarkan hasil penelitian dilakukan, implementasi program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016, dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan pada bulan Maret 2016 pihak Dinhubkombudpar Kegiatan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dilaksanakan sejak tahun 2012. Kegiatan ini juga bekerjasama dengan beberapa pihak yaitu Disdikpora Kota Salatiga. Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Satlantas Polres Salatiga, dan PT Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun ini pihak Dinhubkombudpar Kota Salatiga menyelenggarakan program tersebut pada bulan Maret-April, dalam hal ini dibagi menjadi dua kegiatan yaitu persiapan dan pelaksanaan yaitu sebagai berikut: a. Persiapan Program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ


(10)

Persiapan program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dimulai dengan rapat persiapan terlebuh dahulu yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016, dalam tahap persiapan ini pihak Dinhubkombudpar mengundang semua guru SMA/SMK di Kota Salatiga untuk mengikuti persiapan atau sosialisasi mengenai program yang akan dijalankan. Dalam tahap rapat persiapan pelaksanaan disampaikan beberapa hal yaitu:

1) Dasar pelaksanaan,

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Darat Nomor : SK.825/AJ 705/DRJD/2010 tentang Pedoman Teknis Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

b) Surat Direktur Jendral Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Nomor : AJ.804/1/3/DJPD/2015 perihal Penyampaian Juknis Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Transpotasi Darat Tahun 2015;

c) Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) maksud dan tujuan pelaksanaan,

a) Sosialisasi Kebijakan di bidang Perhubungan

a. maksud pelaksanaan yaitu memberikan informasi kepada masyarakat terutama pelajar mengenai kebijakan pemerintah di Bidang Perhubungan dalam rangka Aksi Keselamatan Jalan Indonesia Tahun 2010-2020.


(11)

b. tujuan pelaksanaan dari kegiatan ini yaitu: 1. menyebarluaskan informasi tentang kebijakan di bidang perhubungan;2. meningkatkan pengetahuan tentang upaya menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas; 3. mendorong keselamatan dan ketertiban berlalu lintas sebagai bagian dari budaya masyarakat;4. memberikan pemahaman tentang tanggung jawab multi sektoral dalam penanganan transportasi.

b) Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ

a. maksud pelaksanaan yaitu Meningkatkan kepedulian terhadap keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di kalangan pelajar dalam rangka pembentukan karakter budaya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

b. tujuan dari pelaksanaan pemilihan Perlajar Pelopor Keselamatan yaitu sebagai berikut:1. meningkatkan kesadaran pelajar dalam mematuhi peraturan lalu lintas;2. mengurangi risiko kecelakaan akibat perilaku sebagai pengguna jalan;3. menanamkan dan membangun kesadaran generasi muda melalui pelajar untuk berperilaku tertib berlalu lintas dan tanggung jawab untuk meningkatkan keselamatan;4. menyebarluaskan informasi tentang keselamatan jalan ke kalangan generasi muda melalui pelajar; 5. memberikan penghargaan (reward) atas prestasi kepedulian dalam berlalu lintas yang tinggi untuk mewujudkan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.


(12)

3) persyaratan peserta,

Persyaratan umum dari peserta baik sosialisasi maupun yang terpilih dalam pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan yaitu: a. berumur maksimal 19 tahun;b. Memiliki kemampuan berbicara di depan umum (public speaking); c. berkelakuan baik yang dinyatakan oleh Kepala Sekolah;d. berbadan sehat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter;d. tidak mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang.

a) Sosialisasi Kebijakan di bidang Perhubungan

Peserta Kegiatan Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perhubungan adalah pelajar SMU/SMK/MA di seluruh Kota Salatiga kelas 10 dan kelas 11 dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang.

b) Pemilihan Pelajat Pelopor Keselamatan LLAJ

Peserta yang telah dipilih sebagai perwakilan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ yang sudah mengikuti kegiatan Sosialisasi Kebijakan di Bidang perhubungan dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang.


(13)

4) tanggal pelaksanaan

Berikut merupakan jadwal pelaksanaan Sosialisasi di Bidang Perhubungan dan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ:

Tabel 4.2. Tanggal Pelaksanaan APRIL 2016

Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

1 2

3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16

17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30

Sosialisasi Kebijakan di bidang Perhubungan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamat LLAJ

Berikut merupakan daftar sekolah yang diundang untuk menghadiri rapat sosialisasi:

Tabel 4.3. Sekolah SMA/SMK di Kota Salatiga

No. Nama Sekolah Jenja

ng Kelas 10 Kelas 11 Kelas

12 Total

1 SMAS MUHAMMADIYAH (PLUS) SMA 48 47 74 169

2 SMKS PLUS AL_MADINAH SMK 6 14 7 27

3 SMKN 3 SMK 445 461 415 1321

4 SMKS PGRI 3 SMK 18 15 20 53

5 SMAS KRISTEN 1 SMA 221 171 189 581

6 SMAS THERESIANA SMA 13 12 15 40

7 SMKS FARMASI PUTRA BANGSA SMK 44 70 48 162

8 SMKS PGRI 2 SMK 228 222 95 545

9 SMKS KRISTEN SMK 59 49 42 150

10 SMKS PANCASILA SMK 28 32 17 79

11 SMKS MUHAMMADIYAH SMK 341 286 260 887

12 SMKS DIPONEGORO SMK 228 126 158 514

13 SMKS SARASWATI SMK 408 431 427 1266


(14)

14 SMAS KRISTEN 2 SMA 26 18 14 58

15 SMAN 2 SMA 352 311 286 969

16 SMK BHAKTI NUSANTARA SMK 74 71 0 145

17 SMKS KRISTEN BISNIS &

MANAJEMEN SMK 83 93 94 270

18 SMAN 1 SMA 289 315 322 946

19 SMKN 1 SMK 428 448 446 1324

20 SMKS AL FALAH SMK 68 55 52 175

21 SMKN 2 SMK 581 596 554 1731

22 SMAN 3 SMA 349 331 328 1010

23 SMKS DARMA LESTARI SMK 41 27 26 94

24 SMKS ISLAM SUDIRMAN TINGKIR SMK 44 20 26 90

25 SMAS KRISTEN SATYA WACANA SMA 129 145 164 438

26 SMKS PGRI 1 SMK 153 86 102 341

27 SMKS PELITA SMK 40 43 48 131

28 SMKS SULTAN FATTAH SMK 86 95 48 229

29 MA NEGERI MA 279 298 321 889

30 MA ISLAMIYAH ASSOKARTY MA 17 14 12 43

Total 14734

Sumber:

Disdikpora Kota Salatiga,2016

Dari data tersebut 200 siswa mengikuti sosialisasi Kebijakan di Bidang Perhubungan dan 28 siswa mengikuti pemelihan pelajar pelopor kesesalamatan LLAJ. Sekolah diminta mengirimkan peserta sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan disampaikan dalam rapat ini. Adapun kriteria peserta sebagai berikut:

1. Peserta Kegiatan Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perhubungan adalah pelajar SMA/SMK di seluruh Kota Salatiga kelas 10 dan kelas 11 dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang.

2. Peserta Kegiatan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ adalah siswa yang telah terpilih sebagai perwakilan sekolah dan telah mengikuti kegiatan


(15)

Sosialisasi Kebijakan di Bidang perhubungan pada hari pertama kegiatan, dengan jumlah peserta terpilih yaitu sebanyak 28 orang.

3. Persyaratan :

Berumur maksimal 19 tahun; b) Memiliki kemampuan berbicara di depan umum (public speaking); c) Berkelakuan baik yang dinyatakan oleh Kepala Sekolah; d) Berbadan sehat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter; e) Tidak mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang; f) diusulkan oleh Sekolah Pengirim dengan menyerahkan Surat Tugas; g) menyerahkan Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar berlatar belakang merah (putra), biru (putri).

b. Pelaksanaan Program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ 1) Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perhubungan

Sosialisasi dilakukan sebelum diadakannya program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ diikuti oleh 200 peserta dalam sosialisasi tersebut disampaikan beberapa materi. Pada tahap ini seluruh peserta yang telah dikonfirmasi oleh pihak sekolah sebanyak 200 peserta dari 16 sekolah yang telah melakukan konfimasi

Dari 30 sekolah yang ada di Kota Salatiga hanya 16 sekolah saja yang mengirimkan siswanya sebagai peserta. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tidak semua sekolah dapat mengikuti kegiatan ini dengan beberapa alasan. Diantaranya yaitu karena jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut kurang dari 100 orang, sehingga apabila mengirimkan perwakilan yang sesuai dengan


(16)

persyaratan yang telah ditetapkan cukup sulit untuk dipenuhi. Meskipun begitu pihak Dishubkombudpar sudah mengupayakan dapat memberikan kesempatan kepada para siswa dari sekolah yang ada di Kota Salatiga ini dengan selalu memberikan undangan atau pemberitahuan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan, harapannya adalah agar semua perwakilan dari setiap sekolah yang ada dapat mengikuti kegiatan ini. Upaya tersebut sampai saat ini belum efektif, dikarenakan meskipun sudah memberikan pemberitahuan kepada semua sekolah, akan tetapi sedikit sekolah yang mengkonfirmasi dan mengirimkan perwakilannya.

Target partisipan yang dapat mengikuti program ini. Target yang ingin dicapai seharusnya 28 sekolah yang ada di Kota Salatiga karena tidak semua sekolah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan maka tidak semua sekolah dapat mengirimkan. Hanya sedikit yaitu dari 30 sekolah hanya 16 sekolah yang dapat mengikuti dan dari jumlah partisipan seluruhnya 200 siswa dari 14.734 siswa yaitu 1,3 % saja siswa yang mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Hal ini tentu disayangkan mengingat pentingnya kegiatan ini tertutama bagi para pelajar, namun hanya sedikit pelajar yang berkesempatan mengikuti kegiatan ini.

Dalam tahap pelaksanaan terdapat 2 tahapan utama yaitu tahapan sosialisasi kebijakan di bidang perhubungan yang diikuti oleh 200 siswa. Setelah mengikuti sosialisasi maka 28 peserta yang telah dipilih sebagai perwakilan dari sekolah masing-masing langsung mengikuti kegiatan lanjutan


(17)

yaitu Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Selama 3 hari di tempat yang sama yaitu Gedung GPD Salatiga.

Dalam kegiatan sosialisasi ini diberikan materi yang berkaitan dengan kebijakan dan peraturan mengenai lalu lintas dan angkutan jalan. Beberapa pemateri yang turut dalam kegiatan ini diantaranya pihak Dinhubkombudpar sendiri, kemudian Satlantas Kota Salatiga, dan pihak pemerintah Kota Salatiga. Materi yang diberikan bertujuan untuk memberikan pengetahuan secara umum mengenai pentingnya keselamatan lalu lintas, tujuan utama dari keselamatan lalu lintas, dan bagaimana peran pelajar untuk menjadi pelopor keselamatan lalu lintas. Pihak Dishubkombudpar menyampaikan materti mengenai Peraturan Perundang-undangan di bidang LLAJ, dalam materi tersebut berisikan tentang peraturan mengenai perkembangan peraturan perundang-undangan LLAJ, kemudian membahas mengenai isi dari UU No. 22 Tahun 2009 yaitu tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Selain itu materi berikutnya adalah membahas mengenai dekade aksi keselamatan jalan Indonesia. Selanjutnya materi mengenai kesadaran hukum Warga Negara Indonesia berisikan bagaimana pola kesadaran hukum di Indonesia. Kemudian materi mengenai Budaya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, berisikan mengenai pentingnya budaya keselamatan dan kaitannya dengan UU No. 22 Tahun 2009 yang mengatut mengenai peraturan lalu lintas, dalam materi ini juga dijelaskan pentingnya mematuhi peraturan demi keselamatan dan sanksi yang diberikan apabila melakukan pelanggaran.


(18)

Setelah selesai mengikuti kegiatan sosialisasi ini para peserta yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah sebelumnya, akan mengikuti kegiatan lanjutan yaitu mengikuti kegiatan pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. kegiatan pemilihan ini dilaksanakan selam 3 hari. Dari 200 peserta yang telah mengikuti sosialisasi hanya 28 peserta yang dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti kegiatan pemilihan Pelajar Pelopor. Semua peserta yang terpilih tersebut sudah dipersiapkan oleh pihak sekolah sebelumnya dengan melihat kriteria yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara. Pada kegiatan sosialisasi dan untuk menuju kegiatan pemilihan tidak ada proses seleksi, sehingga yang sudah dipersiapkan oleh pihak sekolah dapat langsung mengikuti kegiatan ini. Alasan mengapa tidak dilakukan proses seleksi terlebih dahulu pada saat kegiatan sosialisasi adalah untuk menghemat waktu dan untuk efektifitas kegiatan ini.

2) Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ

Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 5 April 2016 sampai dengan 7 April 2016. Serangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung GPD. Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dilaksanakan setelah sosialisasi di Bidang Perhubungan. Peserta Pemilihan Pelajar Pelopor merupakan siswa yang telah mengikuti kegiatan sosialisasi di Bidang Perhubungan dan telah dipilih untuk menjadi perwakilan sekolah. Siswa yang terpilih adalah sebanyak 28 peserta dari 200 peserta yang mengikuti. Peserta yang mengikuti kegiatan pemilihan Pelajar Pelopor harus memenuhi kriteria


(19)

yang telah ditetapkan yaitu diantaranya memiliki kemampuan berbicara di depan umum, dan yang paling utama adalah telah direkomendasikan oleh sekolah.

Dalam pemilihan peserta terlebih dahulu mendapatkan materi yang diberikan oleh para pemateri, kemudian adapun beberapa cara penyampaian materi yang diberikan adalah dengan metode diskusi, kemudian setelah itu peserta diberi post test atau tes tertulis setiap materi yang telah diberikan sebelumnya. Selain pemberian materi dan tes tertulis adapula pengamatan langsung di lapangan, kemudian yang terkahir adalah seminar karya tulis dari peserta. Selama proses tersebut berlangsung para peserta mendapatkan penilaian dari setiap tahapan yang dilalui, penilaian yang diberikan antara lain penilaian secara kognitif dan afektif. Setiap peserta yang memperoleh skor masing-masing dan kemudian diberi rangking 1,2,3 dan seterusnya. Bagi peserta yang memperoleh rangking satu dan dua akan menjadi perwakilan Pelajar Pelopor dari Kota Salatiga untuk mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor tingkat Provinsi.

Aspek yang dicapai dalam kegiatan ini, seperti aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Pada beberapa materi yang dibrikan juga menggunakan tes tertulis yang selanjutnya digunakan sebagai penilaian siswa. Pada materi metodologi penelitian, penyusunan karya tulis, teknik komunikasi dan presentasi yang disampaikan oleh pihak Dinhubkombudpar bertujuan untuk memeberi pemahamana kepada peserta agar mampu membuat karya


(20)

tulis dengan benar, dan agar peserta mampu membuat karya tuli yang original dan dapat dipertanggungjawabkan, dan mampu mempersembahkan karya tersebut dengan baik, dan karyanya dapat memberikan manfaat.

Pada materi selanjutnya yaitu prasarana dan perlengkapan jalan berisi mengenai sarana dan prasana dalam lalu lintas, dalam materi ini menjelaskan kegunaan dalam sarana prasarana jalan. Selain pemberian materi oleh pemateri juga diberikan tes tertulis yang mana tes ini sebagai penilaian secara kognitif. peserta diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang telah diberikan saat para pelajar berada di jalan, agar dapat menggunakan dan memanfaatkan fasilitas jalan yang ada dengan baik dan benar.

Pada materi tertib berlalu lintas dan tata cara memperoleh SIM, para pelajar diberikan pengetahuan tentang bagaimana prosedur dalam pembuatan SIM, selain itu para pelajar diberikan pengetahuan mengenai tata tertib dalam berlalu lintas yang tujuannya agar para pelajar dapat mematuhi peraturan yang ada dalam berlalu lintas di jalan, peserta diberikan pengetahuan apa saja sanksi yang didapat apabila melakukan pelanggaran lalu lintas.

Selain pemaparan materi para peserta juga diberikan tes tertulis yang mana poin yang diperoleh akan diakumulasikan untuk penilaian akhir. Sedangkan pada materi peran dan fungsi Jasa Raharja bertujuan agar para pelajar mengetahui apa saja tugas dan fungsi dari Jasa Raharja, kemudian para pelajar dapat mengetahui alur proses klaim asuransi apabila terjadi kecelakaan lalu lintas. Selalin pemaparan materi pada materi ini juga diberikan tes


(21)

tertulis. Pada materi Bahaya NAPZA yang dipaparkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Salatiga, dalam materi tersebur memberikan pengetahuan secara umum mengenai kesehatan remaja, kemudian bahaya yang mengancam akibat penggunaan obat terlarang, dalam materi tersebut juga memberikan himbauan pada para pelajar tentang larangan untuk menggunakan obat-obatan terlarang.

Dalam materi Bahaya NAPZA juga diberikan tes tertulis, dan seperti tes tertulis sebelumnya hasilnya akan diakumulasikan pada akhir kegiatan. Pada materi selanjutnya yaitu mengenai psikologi remaja yang disampaikan oleh seorang psikolog, dalam materi ini memberi pengetahuan kepada peserta didik mengenai pola perkembangan remaja secara psikis dan psikologis, selain pemberian meteri juga terdapat tes tertulis. Materi terakhir yang diberikan adalah materi mental dan spiritual dalam materi ini memberikan pengetahuan mengenai perkembangan mental dan spiritual terutama pada remaja, pada materi ini memberikan pengetahuan kepada para remaja pentingnya mengelola stress, dan kaitannya dengan bagaimana pengaruh kesehatan mental dan spiritual remaja terhadap keselamatan dalam berlalu lintas.

Pada akhir sesi materi, diberikan tugas untuk melakukan pengamatan lapangan yaitu melakukan pengamatan lalu lintas di sekitar tempat pelaksanaan kegiatan. Dalam pengamatan tersebut dilakukan secara berkelompok, masing-masing kelompok berisikan sekitar lima sampai enam siswa. Setiap kelompok memiliki mentor atau pendamping dari pihak


(22)

Dinhubkombudpar. Dalam hal ini mentor sebagai pembimbing para siswa saat melakukan pengamatan langsung di lokasi tersebut, mentor juga membimbing dalam proses diskusi yang dilakukan sampai pada tahap presentasi, disamping itu para mentor ini juga melakukan penilaian kepada masing-masing peserta. Setelah selesai melakukan pengamatan setiap kelompok melakukan diskusi, setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya kepada kelompok lain secara bergiliran. Pada sesi ini juga terdapat sesi tanya jawab.

Dalam kegiatan tersebut sistem penilaian dan pemilihan sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan oleh Adapun metode penilaian diatur dalam pasal 18 dan 19 dalam pedoman teknis pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, yaitu sebagai berikut :

Metode penilaian yang digunakan adalah dengan sistem pembobotan, yaitu keempat kategori tersebut diberi nilai bobot sesuai dengan tingkat pentingnya dan total nilai bobot adalah 100%, sebagai berikut :

1 Leadership : 25 % 2 Public Speaking : 25 % 3 Norma/Etika : 20 % 4 Materi Karya : 30 %

____________________________ + Total : 100 %

Total skor yang diperoleh siswa pada masing-masing tahapan seperti hasil tes tertulis yang telah diberikan kemudian akan diakumulasikan dengan


(23)

penilaian sikap dan non kognitif lainnya. Skor kemudian dijumlahkan dan dilakukan pemberian rangking, pada siswa yang memperoleh peringkat 1,2,dan 3 maka akan menjadi juara. Untuk juara 1 dan 2 berkesempatan untuk mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor Tingkat Provinsi.

Setelah mengikuti kegiatan ini para peserta diberikan setifikat penghargaan, sedangkan bagi peserta yang terpilih juara 1,2,dan 3 mereka adalah Guntur Marta Baya dari SMA Muhammadiyah (Plus), Kamil Setyowati (SMK Diponegoro), dan Sigma Mutiara, maka mereka berhak mendapat uang pembinaan, untuk juara 1 mendapat Rp. 1.000.000,00, juara 2 mendapat Rp. 750.000,00, dan untuk juara 3 mendapat Rp. 500.000,00. Setelah kegiatan tersebut selesai, juara 1 dan 2 diwakilkan untuk mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan tingkat Provinsi.

Menurut data hasil penelitian yang dilakukan sejauh pelaksanaan program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ Kota Salatiga belum lolos untuk mewakili Jawa Tengah ke Tingkat Nasional. Hal ini tentu menjadi catatan penting, untuk lebih meningkatkan kualitas peserta yang mewakili sejak pada proses seleksi tingkat Kota Salatiga agar dapat mewakili Kota Salatiga dan Jawa Tengah untuk menjadi perwakilan pada tingkat Nasional, dan dapat menjadi juara Nasional.

Hal ini tentu memperlihatkan pelaksanaan program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang ingin dicapai dan memberikan manfaat kepada para peserta. Faktor lain adalah dari sumber


(24)

daya siswa yang memiliki kemampuan tertentu dalam berkomunikasi, kemampuan kognitif yang baik juga tidak semua sekolah memiliki kriteria tersebut. Meskipun begitu dari 16 sekolah yang mengirimkan perwakilan memiliki kemampuan sumber daya yang beragam.

c. Faktor Pendukung Implementasi Program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ

Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ telah dilaksanakan sejak tahun 2013 dan dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Kegiatan ini rutin dilaksanakan antara bulan April dan Mei setiap tahunnya. Sejauhnya ini kegiatan tersebut berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan dari program tersebut, ada beberapa faktor yang mendukung kegiatan tersebut yaitu:

1) Komunikasi

Komunikasi merupakan faktor yang penting dalam berjalannya suatu kegiatan, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan adalah pada tahap persiapan program yaitu rapat sosialisasi program yang dilakukan sebelum pelaksanaan program. Pada tahapan ini pihak Dinhubkombudpar melaksanakan proses komunikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Mengundang seluruh sekolah SMA/SMK di Kota Salatiga

Sasaran dari kegiatan ini adalah seluruh SMA/SMK di Kota Salatiga. Pada tahapan ini para guru dari perwakilan sekolah yang ada di Kota Salatiga diundang untuk mengikuti rapat untuk mensosialisasikan kegiatan dan persiapan pelaksanaan kegiatan ini. Dalam rapat ini dibahas mengenai hal-hal yang


(25)

berkaitan dengan kegiatan tersebut, kemudian penetapan tanggal pelaksanaan kegiatan, dalam hal ini penetapan tanggal pelaksanaan disesuaikan dengan kalender akademik sekolah agar tidak mengganggu proses belajar mengajar di Sekolah. Hal ini dianggap dapat lebih efektif dan kemungkinan setiap sekolahdapat mengikuti kegiatan ini tanpa mengganggu aktifitas akademik seperti ulangan semester atau try out maupun ujian.

b) Memberikan pemberitahuan hasil keputusan pelaksanaan program

Setelah didapatkan hasil dari rapat tersebut, pihak Dinhubkombudpar memberikan surat kembali kepada pihak sekolah, yang berisi tentang pemberitahuan mengenai tanggal kepada sekolah-sekolah yang ada di Kota Salatiga. Setelah itu pihak sekolah mengirimkan surat konfirmasi mengenai jumlah siswa yang akan mengikuti kegiatan sosialisasi dan kegiatan pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. sekolah yang telah melakukan konfirmasi dianggap telah mengirimkan siswanya sebagai peserta sedangkan sekolah yang tidak melakukan konfirmasi maka dianggap tidak mengikuti kegiatan ini.

c) Pihak Dinhubkombudpar menjalin komunikasi yang baik dengan peserta Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ

Setelah selesai mengikuti kegiatan ini para alumni masuk menjadi anggota di dalam Grup BBM yang dibuat oleh pihak Dinhubkombudpar yang digunakan untuk menjalin komunikasi antar anggota dan dengan pihak Dinhubkombudpar sendiri. Salah satu contoh adalah pihak Dinhubkombudpar meminta para pelajar peloor dari setiap tahunnya untuk membantu posko saat lebaran. Dalam kegiatan


(26)

tersebut mereka berpartisipasi untuk membantu posko lebaran, para pelajar pelopor diberi tugas berbeda dan dilakukan secara bergiliran.

Dari pernyataan tersebut dapat pihak Dinhubkombudpar selaku penyelenggara kegiatan mengupayakan komunikasi dari kedua pihak dalam hal ini terutama pihak sekolah agar kegiatan ini dapat terselenggara tanpa hambatan dan tidak menganggu proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini merupakan sebuah cara agar setiap sekolah dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Selain itu pihak Dinhubkombudpar juga masih menjalin komunikasi yang baik dengan para pelajar pelopor, ini merupakan hal yang dilakukan untuk memudahkan pihak Dinhubkombudpar berkomunikasi jika ingin melibatkan para pelajar pelopor dalam sebuah kegiatan tertentu contohnya posko mudik lebaran.

2) Sumber-sumber

Sumber-sumber dalam hal ini yang dimaksud adalah tenaga yang ahli dalam proses pelaksanaan. Sejauh pelaksaan kegiatan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini berjalan dengan baik sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Hal ini tentunya merupakan salah satu faktor pendukung terlaksananya kegiatan ini dengan baik. Pada pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan oleh para staf yang sudah memiliki kemampuan dan memahami peran dan tugasnya masing-masing dalam kegiatan ini. Setiap staf melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan apa yang menjadi petunjuk teknis pelaksanaan yang telah diberikan.


(27)

Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut tercapai dengan baik dikarenakan sumber-sumber yang melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Dan ini menjadi salah satu faktor berjalannya kegiatan ini dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selain sumber-sumber adapun faktor lain yaitu kecenderungan-kecenderungan yang akan dibahas lebih lanjut seperti dibawah ini.

3) Kecenderungan-kecenderungan

Kecenderungan yang dimaksud adalah para pelaksana melakukan kebijakan yang dibuat sesuai dengan apa yang telah diputuskan oleh para pembuat kebijakan. Sejauh pelaksanaan implementasi program ini terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat. Para pelaksana kegiatan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ memperhatikan betul bagaimana petunjuk pelaksanaan yang telah dibuat, dan bagaimana mengimplementasikan kegiatan tersebut. Peran pembuat kebijakan sangatlah penting dimana para pelaksana melaksanakan sesuai dengan apa yang telah menjadi keputusan dan disetujui. Hal ini tentu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi berjalannya suatu kebijakan dalam pengimplementasian program.

4) Struktur dan Birokrasi

Dalam hal ini struktur dan birokrasi adalah pelaksanaan kegiatan dalam hal ini kegiatan berjalan dengan baik. Pelaksanaan kegiatan ini sudah sesuai dengan Standart Operating Procedures yang telah dibuat oleh pembuat kebijakan dalam kegiatan ini. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinhubkombudpar pada


(28)

khususnya selaku pelaksana kegiatan yaitu pada bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas. Kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama sebelumnnya dengan pihak penyelenggara, pihak sekolah, dan pihak yang juga turut bekerjasama dalam kegiatan ini. Hal ini tentu menunjukan bahwa semua berjalan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kemudian dilaksanakan berdasarkan standar operasional yang telah ditentukan, dan hal ini membuat kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan tidak menemukan kendala yang berarti.

d. Faktor Penghambat Implementasi Program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ

1) Komunikasi

Dalam sebuah program tentunya terdapat berbagai kendala salah satunya adalah dari faktor komunikasi terdapat hambatan dalam pelaksanaan program yaitu sebagai berikut:

a) Kurangnya partisipasi aktif dari pihak sekolah

Dalam hal ini pihak sekolah tidak mengikuti rangkaian kegiatan yang seharusnya seperti rapat sosialisasi kegiatan dan tidak semua perwakilan sekolah hadir dalam rapat tersebut. Dari 30 sekolah yang mendapat undangan hanya sekitar sepuluh sekolah yang turut hadir dalam rapat tersebut. Hal ini dibuktikan dengan dari 30 sekolah hanya 16 sekolah saja yang mengirimkan siswanya menjadi peserta. Hal ini sangat disayangkan mengingat sasaran dari program ini adalah pada pelajar SMA/SMK dari sekolah yang ada di Kota


(29)

Salatiga. Tentu hal ini menunjukkan belum semua sekolah berpartisipasi, kesempatan yang sama telah diberikan kepada seluruh sekolah di Salatiga yaitu dengan mengundang semua sekolah untuk turut berpartisipasi. Hanya beberapa sekolah saja yang dapat berpartisipasi, dan sekolah lain sama sekali tidak mengirimkan perwakilan siswanya baik saat kegiatan sosialisasi maupun saat pemilihan Pelajar Pelopor.

Dari pernyataan ini tentu dapat terlihat salah satu hambatan dalam memberikan pengetahuan tentang pentingnya keselamatan lalu lintas di kalangan pelajar adalah bukan karena pihak Dinhubkombudpar tidak memberikan kesempatan yang sama, akan tetapi pihak sekolah yang memang tidak turut berpartisipasi dalam ketercapaian tujuan utama dari program ini yaitu meningkatkan keselamatan lalu lintas di Kota Salatiga terutama. Seharusnya pihak sekolah turut berpartisipasi agar pengetahuan yang diberikan selama mengikuti kegiatan ini dapat memberikan dampak yang positif bagi pihak sekolah khususnya dan masyarakat para pengguna jalan pada umumnya.

b) Pihak sekolah yang mengikuti program tersebut tidak memberikan informasi yang jelas kepada siswa yang menjadi peserta.

Kejelasan informasi yang diberikan tentu akan membuat suatu kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Akan tetapi berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar sekolah yang mengirimkan siswanya menjadi peserta pemilihan Pelajar Pelopor hanya memberitahukan siswa


(30)

tersebut ditunjuk sebagai peserta beberapa hari sebelum kegiatan tersebut berlangsung, hal ini mengakibatkan banyak peserta yang belum mengerti dan memahami betul konsep dari kegiatan ini. Dampak dari hal ini adalah beberapa peserta tidak membuat karya ilmiah seperti yang telah menjadi persyaratan dikarenakan tidak mengetahui bagaimana konsep dari kegiatan ini.

Beberapa peserta juga dipilih secara acak tanpa adanya kualifikasi tertentu yang telah diberikan oleh pihak Dinhubkombudpar. Pihak sekolah juga tidak memberikan bimbingan khusus kepada peserta perwakilan untuk mempersiapkan karya ilmiah yang akan dijadikan salah satu penilaian dalam pemilihan ini. Dampaknya adalah beberapa peserta membuat secara sembarangan dengan tidak memperhatikan format dan syarat penulisan karya ilmiah, karena sebagian peserta memang belum mengerti dan paham betul bagaimana proses penulisan karya ilmiah.

Dari beberapa hal tersebut diatas bahwa kurangnya komunikasi dari pihak sekolah memberikan hambatan pada proses pelaksanaan kegiatan ini. Hambatan yang terjadi yaitu beberapa sekolah tidak mendapatkan hasil penilaian yang maksimal. Beberapa peserta juga merasa bahwa persiapan yang mereka lakukan sangat kurang dan tidak maksimal. Yang dapat terlihat dengan jelas yaitu hanya beberapa sekolah tertentu yang memiliki kualifikasi yang baik. Beberapa peserta merasa apabila pihak sekolah tidak memberikan bimbingan dan pemberitahuan jauh hari sebelumnya. Hal ini menyebabkan


(31)

peserta kurang mempersiapkan dengan baik. Beberepa peserta menyatakan apabila dipersiapakan secara matang maka sekolahnya akan dapat menjadi perwakilan untuk mewakili Kota Salatiga di tingkat Provinsi.

2) Sumber-sumber

Dalam suatu implementasi program tentunya memiliki beberapa hambatan salah satunya masalah sumber-sumber pelaksana program tersebut. Berikut merupakan beberapa permasalahan yang terjadi yang menjadikan sebuah hambatan program tersebut:

a) Kurangnya personil

Hasil wawancara yang dilakukan menyatakan, personil yang ada di bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas atau MRLL hanya sekitar lima personil saja tentu sangat kurang untuk mengadakan kegiatan yang pesertanya lebih dari 50 orang. Akan tetapi hal ini dapat teratasi dengan menambah personil dari luar bidang, akan tetapi terdapat kendala yaitu diantaranya tidak semua personil memiliki keahlian yang sama tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan pengarahan terlebih dahulu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ini dan juga mengenai tugas-tugas yang akan diberikan. Namun penambahan personil merupakan salah satu pemecahan permasalahan yang efektif, dikarenakan jumlah peserta yang banyak maka penambahan jumlah personil dilakukan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik.

b) Tidak semua narasumber merupakan sumber yang ahli dalam bidang tertentu.


(32)

Beberapa materi yang disampaikan oleh narasumber yang memang memiliki keahlian di bidangnya. Akan tetapi beberapa materi lain disampaikan oleh narasumber yang memang belum menguasai bidang keahlian tersebut. Beberapa narasumber bukan merupakan pakar dibidangnya hanya saja narasumber tersebut mengetahui dan memahaminya. Akan tetapi hal ini tentunya dapat memepengaruhi kualitas materi yang akan disampaikan, tentu memiliki beberapa perbedaan apabila materi tersebut disampaikan langsung oleh narasumber yang merupakan pakar atau narasumber yang sesuai dengan bidang keahliannya. Akan tetapi sejauh ini materi dapat tersampaikan dengan baik sesuai denga tujuan yang ingin dicapai meskipun belum maksimal dan mendalam.

Dari beberapa pernyatan di atas maka permasalahan sumber-sumber masih menjadi salah satu faktor penghambat dari pengimplementasian program tersebut. Akan tetapi sejauh ini permaslahan tersebut masih bisa teratasi dengan baik. Dengan kerjasama yang baik antara personil selaku pihak penyelenggara, pihak sekolah, dan pihak pemateri maka kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik dan sesaui dengan tujuan yang ingin dicapai.

3) Kecenderungan-kecenderungan

Adapun masalah dalam hal ini yaitu keputusan mengenai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kota Salatiga yaitu mengenai anggaran. Hal ini tentuya sangat berpengaruh menurut pernyataan diatas yang menjadi permasalahan adalah ketersampaian materi yang dirasa kurang maksimal


(33)

karena keterbatasan waktu. Meskipun kegiatan ini tetap berjalan setiap tahunnya namun RAPBD yang diturunkan untuk kegiatan tahun ini jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu. Kebijakan ini membuat pihak penyelenggara mengurangi lama pelaksanaan kegiatan, dengan cara pengurangan jam untuk pemberian materi. Dalam hal ini tentunya mempengaruhi kefektifan penyampaian materi. Sedangkan waktu dengan jumlah materi yang harus disampaikan tidak seimbang.

Pada tahun sebelumnya kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari dan pada tahun ini kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari. Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat pentingnya materi yang akan disampaikan kepada para peserta akan tetapi harus dibatasi oleh waktu. Hal ini tentu dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pengambil keputusan agar kegiatan ini dapat berjalan secara efektif untuk memberikan pengetahuan yang bermanfaat terutama mengenai pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas.

Selain permasalahan tersebut di atas ada permasalahan lainnya yaitu tidak adanya tindak lanjut kegiatan ini oleh pihak-pihak penyelenggara. Hal ini menyebabkan setelah pemilihan ini selesai para pelajar pelopor hanya kembali kesekolah tanpa melakukan sosialisasi sebagaimana mestinya dilakukan. Tidak ada kerjasama pihak Dishubkombudpar dengan sekolah untuk melakukan kegiatan yang dapat memfasilitasi para pelajar pelopor untuk melaksanakan tugas dan perannya menjadi pelopor keselamatan LLAJ. Selain itu pihak sekolah tidak memberikan ruang dan waktu kepada para siswa untuk


(34)

melakukan sosialisasi. Tentu kegiatan sosialiasi tidak dapat terjadi apabila tidak ada kerjasama dengan pihak –pihak terkait dalam hal ini pihak Dinhubkombupar.

Meskipun pihak Dinhubkombudpar memiliki program yang berkaitan dengan budaya keselamatan yang juga melibatkan pihak sekolah di Kota Salatiga akan tetapi dalam program-program tersebut tidak berkaitan langsung dengan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. salah satu contoh program yang dilakukan pihak Dinhubkombudpar adalah memberikan himbauan kepada para pelajar akan pentingnya keselamatan lalu lintas yang bekerjasama dengan pihak Polres Kota Salatiga. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap masa penerimaan siswa baru di sekolah-sekolah yang ada di Kota Salatiga. Tentu hal ini sangat disayangkan mengingat pentingnya program ini untuk dapat mencapai tujuan dari program ini yaitu keselamatan LLAJ diperlukan kerjasama dari pihak-pihak terkait dalam hal ini adalah pihak Dinhubkombudpar, sekolah, dan para pelajar pelopor di Kota Salatiga. Para Pelajar Pelopor merupakan sarana langsung sosialisasi dikalangan pelajar, untuk itu penting bagi pihak-pihak terkait untuk memberikan fasilitas kepada para Pelajar Pelopor untuk melakukan sosialisasi, dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Selain memberikan fasilitas kepada Pelajar Pelopor untuk melakukan sosialiasasi, pihak sekolah belum merealisasi hasil dari kegiatan ini contohnya dalam bentuk peraturan tertib lalu lintas di sekolah, hanya beberpa sekolah


(35)

yang telah memiliki peraturan mengenai tertib lalu lintas, masih banyak sekolah yang belum memiliki peraturan dalam berlalu lintas. Apabila pihak sekolah dapat merealisasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Pelajar Pelopor Keselamata LLAJ, tentu tingkat pelanggaran di kalangan pelajar dapat berkurang dan meningkatkan keselamatan dalam berlalu lintas.

4) Struktur dan Birokrasi

Dalam struktur dan birokrasi memiliki peranan penting dalam suaatu pelaksanaan program, dan permasalahan yang terjadi adalah sesuai pernyataan diatas mengenai keterbatasan personil yang ahli dalam bidang keselamatan lalu lintas, kemudian tidak semua personil penyelenggara kegiatan tersebut memiliki kemampuan yang sama untuk melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan standar operasional yang telah ditentukan, maka hal ini tentu menjadi salah satu penghambat dalam struktur dan birokrasi kegiatan tersebut.

Pihak Dinhubkombudpar mengupayakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga tidak terlalu mempengaruhi berjalannya kegiatan dan dapat teratasi dengan baik, akan tetapi mungkin belum maksimalnya pelaksanaan program tersebut walaupun program tersebut berjalan dengan baik dan sesuai tujuan dan sasaran pelakasanaan. Meskipun memiliki hambatan yaitu kurangnya personil yang memiliki keahlian akan tetapi kegiatan ini berjalan sesuai standar operasional yang telah ditentukan.

Kegiatan ini berjalan dengan baik meskipun ada beberapa hambatan saat pelaksanaan seperti mentor yang memiliki keahlian saat mendampingi peserta


(36)

dalam beberapa sesi kegiatan ini hanya sedikit sedangkan peserta yang mengikuti 28 orang, hal ini dapat disiasati dengan membagi dalam jumlah kelompok besar yaitu sekita lima sampai enam orang perkelompok dengan satu mentor yang mengawasi, menilai dan membimbing.

3. Implementasi Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ pada

SMA/SMK di Kota Salatiga

Kegiatan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini telah diikuti oleh beberapa sekolah di Kota Salatiga. Program ini telah menghasilkan para pelajar pelopor dari masing-masing sekolah yang telah mewakilkan siswanya. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas terutama di kalangan pelajar. Setelah mengikuti kegiatan ini para Pelajar Pelopor diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang telah mereka dapatkan kepada para pelajar yang lain di sekolah mereka masing-masing agar. Diharapakan para Pelajar Pelopor dapat meningkatkan kesadaran pentingnya budaya keselamatan dalam berlalu lintas.

Masalah lain yang muncul yaitu di mana siswa yang menjadi perwakilan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ untuk sekolah masing-masing belum melakukan tugas sepenuhnya, para Pelajar Pelopor belum melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menaati peraturan lalu lintas agar terciptanya keselamatan lalu lintas terutama di kalangan pelajar. Para Pelopor seharusnya juga dapat menjadi contoh bagi siswa lain di sekolah masing-masing, akan tetapi dari beberapa sekolah tersebut masih ditemukan bahkan Pelajar


(37)

Pelopor belum sepenuhnya menaati peraturan lalu lintas. Hal ini tentunya menjadi perhatian penting dimana tujuan dari kegaiatan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ adalah meningkatkan kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas, akan tetapi para Pelajar Pelopor belum melakukan tugasnya dengan baik, mereka belum melakukan sosialisasi, dan menjadi contoh yang nyata tentang sikap patuh terhadap peraturan lalu lintas.

Alasan lainnya mengapa para Pelajar Pelopor belum melakukan sosialisasi adalah para Pelajar Pelopor belum melaksanakan tugas dan perannya dengan baik karena belum adanya kerjasama yang terlihat antara pihak penyelenggara dalam hal ini Dinhubkombudpar dengan pihak sekolah. Kerjasama yang dimaksud adalah dengan melaksanakan kegiatan lanjutan yang berkaitan dengan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam meningkatkan kesadaran pentingnya keselamatan lalu lintas dalam perwujudan budaya keselamatan dan keamaman dalam berlalu lintas di kalangan pelajar.

4. Dampak Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap Tingkat

Pelanggaran Pelajar SMA/SMK dalam berlalu lintas di Kota Salatiga

Dari hasil penelitian mengenai latar belakang sekolah yang telah diteliti, maka terlihat bahwa hanya beberapa sekolah saja yang benar-benar memperhatikan keselamatan para warga sekolahnya terutama ketertiban siswa dalam berlalu lintas, demi mengupayakan terwujudnya keselematan dalam berlalu lintas. Masih banyak sekolah-sekolah yang membebaskan muridnya menggunakan kendaraan bermotor meskipun mereka belum cukup umur dan memiliki SIM. Akan tetapi


(38)

masih ada beberapa sekolah yang memperhatikan keselamatan siswanya dalam berlalu lintas dengan membuat beberapa peraturan mengenai kedisiplinan dalam berlalu lintas, hal ini patut dijadikan contoh bagi sekolah yang belum melaksankan dan bagi yang sudah melaksanakannya perlu adanya peningkatan agar mendapat hasil yang lebih maksimal.

Selain itu sekolah yang telah mengikuti program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ tetapi masih belum memiliki kesadaran untuk menerapkan budaya keselamatan dalam berlalu lintas di sekolah. Penyebab dari permasalahan ini adalah, pihak sekolah tidak melakukan tindak lanjut dalam bentuk program ataupun peraturan mengenai ketertiban lalu lintas. Sehingga masih banyak sekolah yang siswanya belum memiliki kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas.

Dari beberapa permasalahan yang muncul, faktor utama yang menyebabkan ketidaktercapaian program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ di Kota Salatiga adalah dikarenakan belum adanya kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh pihak Dinhubkombudpar bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memberikan fasilitas pada Pelajar Pelopor dalam mensosialisasikan budaya keselamatan lalu lintas di kalangan pelajar. Pelajar Pelopor merupakan sarana langsung proses sosialiasi keselamatan LLAJ yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pelajar akan pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas dengan meningkatkan ketertiban dalam berlalu lintas. Akan tetapi kegiatan tersebut belum terlaksana khususnya di Kota Salatiga. Mengakibatkan masih tingginya tingkat pelanggaran


(39)

lalu lintas dikalangan pelajar, hal ini terlihat dari data tentang jumlah pelanggaran pada usia pelajar yang terus mengalami peningkatan, berikut data jumlah pelanggaran lalu lintas pada usia pelajar di Kota Salatiga:

Diagram 4.1. Data Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Usia 16-21 di Kota Salatiga Tahun 2014-2016.

Sumber: Satlantas Polres Salatiga, 2016

Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan pelanggaran lalu lintas dikalangan pelajar dari tahun ke tahun. Terlihat pada tahun 2014 terdapat 2179 kasus pelanggaran, kemudian meningkat menjadi 3875 kasus di tahun 2015, dan di tahun 2016 sampai dengan bulan Oktober terdapat 3563 kasus pelanggaran lalu lintas di Kota Salatiga namun jumlah itu masih dapat bertambah.

Dalam data tersebut nampak pada bulan Januari tahun 2014 terjadi 84 kasus, mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi sebanyak 251 kasus, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebanyak 72 kasus, hal ini


(40)

menunjukkan jumlah pelanggaran yang naik turun. Jumlah pelanggaran tertinggi yaitu pada bulan Oktober 2015 yaitu 692 kasus pelanggaran, sedangkan jumlah terendah terjadi pada bulan Juli 2016 yaitu 26 kasus. Ada kalanya pada beberapa waktu mengalami penurunan ada pula mengalami kenaikan akan tetapi apabila dilihat secara keseluruhan jumlah pelanggaran setiap tahun mulai Januari 2014 sampai dengan Oktober 2016 mengalami kenaikan jumlah pelanggaran.

Menurut sumber rata-rata kasus tersebut didominasi oleh ketidaklengkapan surat-surat berkendaraan kemudian kelengkapan berkendaraan, dan pelanggaran rambu lalu lintas. Namun lebih didominasi oleh ketidaklengkapan berkendara dan surat-surat berkendaraan. Dan rata-rata yang melakukan pelanggaran adalah pelajar. Kebanyakan para pelajar ini belum memiliki SIM atau tidak memakai kelengkapan berkendara seperti helm. Selain dari data tersebut, hasil pengamatan yang telah dilakukan di beberapa lokasi sekolah yang menjadi subyek penelitian menunjukkan beberapa contoh pelanggaran yang sering dilakukan dikalangan pelajar.

Salah satu contoh pelanggaran yang sering terjadi siswa tidak mengenakan kelengkapan berkendara dengan tidak menggunakan helm sebagai pengaman. Hal ini tentu bukan merupakan contoh yang baik, dan masih banyak sekali pelajar yang belum mematuhi dan mengerti pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas demi keselamatan dirinya sendiri dan pengguna jalan yang lain. Hasil temuan lainnya yaitu pelajar yang menggunakan sepeda motor akan


(41)

tetapi muatan penumpang melebihi kapasitas yang seharusnya, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi keselamatan mereka sendiri, akan tetapi hal itu sepertinya tidak diperhatikan oleh para pelajar kebanyakan, yang mereka tahu adalah ketika mereka biasa mengendarai kendaraan bermotor maka mereka bebas menggunakan sesuuai keinginan mereka tanpa mempedulikan akibat apa yang akan ditimbulkan. Mereka tidak mementigkan keselematan diri sendiri akan tetapi mereka agar mereka bisa sampai tujuan dengan cepat maka mereka memilih utnuk menumpang dengan tidak mengenakan helm sesuai yang telah diatur untuk kesealamatan diri dalam berkendara. Tentu ini bukan merupakan cerminan cara berlalu lintas yang baik dan benar.

Adapun kasus lain yaitu orang tua murid mengantarkan anaknya ke sekolah menggunakan sepeda motor dimana orang tua yang mengantarkan sebagai pengemudi menggunakan helm sedangkan anak yang menjadi penumpang tidak mengenakan helm. Tentunya hal ini sangat disayangkan dimana keselamatan penumpang sangat tidak diperhatikan. Masih banyak yang beranggapan jarak yang dekat tidak perlu menggunkan kelengkapan berkendara, padalah jarak bukan faktor utama yang menentukan keselamatan dalam berlalu lintas, akan tetapi apabila seseorang telah mematuhi peratutan lalu linas. maka akan selamat saat berlalu lintas.

Peran orang tua sangat diperlukan sebagai contoh para pelajar terutama dalam berlalu lintas, akan tetapi dapat dilihat pada kasus ini justru orang tua yang tidak peduli dengan keselamatan anaknya dengan membiarkan anakanya


(42)

menuju ke sekolah tanpa mengenakan kelengkapan berkendara salah yaitu menggunakan helm. Hal ini sangat disayangkan mengingat salah satu faktor berjalannya kepatuhan pelajar dalam berlalu lintas adalah melalui orang tua tetapi orang tua mereka sendiri yang justru tidak peduli dengan hal tersebut.

Contoh lainnya yaitu pelajar menggunakan kendaraan bermotor tidak menggunakan helm, meskipun ada petugas yang mengawasi dan sekolah tersebut juga terletak di jalan raya akan tetapi pelajar tidak menghiraukan hal tersebut sama halnya dengan petugas yang berjaga juga tidak menindak pelanggaran yang dilakukan pelajar tersebut. Hal ini yang nampak bahwa pengawasan tidak mempengaruhi perilaku pelajar dalam mematuhi peraturan lalu lintas. Seharusnya pihak berwenang lebih menegakkan peraturan agar memberikan pembelajaran yang baik bagi pelajar khususnya tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas demi kepentingan bersama.

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan masih nampak beberapa siswa menggunakan sepeda motor yang tidak sesuai standar seperti tidak memiliki kaca spion, roda ban yang tidak sesuai standar. Tentu hal ini sangat membahayakan penggunasepeda motor tersebut dan pemakai jalan lainnya. Akan tetapi nampaknya pihak sekolah tidak memperhatikan hal-hal tersebut. Pihak sekolah cenderung bersifat pasif dan melakukan pembiaran dengan apa yang dilakukan siswanya di sekolah.

Melihat beberapa permasalahan di atas kurangnya pengawasan baik dari pihak berwenang, pihak sekolah dan yang paling utama adalah pihak orang


(43)

tua. Pihak berwenang dalam hal ini pihak Satlantas Polres Salatiga, belum sepenuhnya menegakkan peraturan dalam berlalu lintas, terlihat dengan adanya pembiaran saat pelajar melakukan tindakan pelanggaran. Hal ini menyebabkan masih banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran meskipun di tempat tersebut terdapat petugas yang berjaga.

Selain itu pihak sekolah juga berperan penting, beberapa sekolah memang melakukan pengawasan pada siswanya dalam hal kedisiplinan dalam berlalu lintas, namun masih banyak sekolah yang tidak memperhatikan dan tidak memiliki peraturan khusus tentang ketertiban dalam berlalu lintas di sekolah. Banyak kasus dimana siswa yang seharusnya belum diperbolehkan menggunakan dan mengendarai kendaraan bermotor justru sudah menggunkannya sebagai alat transportasi utama menuju ke sekolah dengan berbagai alasan seperti jarak rumah dengan sekolah yang jauh kemudian, karena tidak ada yang mengantarkan mereka sampai ke sekolah, dan adapula yang menyatakan tidak ada angkutan umum dari rumah langsung menuju kesekolah mereka, ataupun susahnya menemukan angkutan umum yang menuju kesekolah mereka.

Peran pemerintah sangat penting untuk menyediakan akses transportasi umum untuk menuju ke sekolah. Masih ada beberapa sekolah yang tidak dilewati oleh angkutan umum baik pada pagi maupun siang hari, atau ada beberapa lokasi sekolah yang mana angkutan umum hanya berhenti sampai pada titik tertentu begitu dengan siswa harus berjalan kaki terlebih dahulu


(44)

untuk sampai ke sekolah. Ketersediaan angkutan umum yang memadai menuju sekolah diharapkan mampu mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dikalangan pelajar. Hal ini juga dapat mengurangi resiko kecelakaan yang melibatkan pelajar dan juga menurunkan tingkat pelanggaran lalu lintas dikalangan pelajar.

Peran orang tua adalah melakukan pengawasan dan bimbingan kepada para pelajar. Orang tua seharusnya mampu memberikan pemahaman kepada anak di usia pelajar dibawah 17 tahun untuk tidak mengendarai kendaraan bermotor. Akan tetapi yang terjadi adalah banyak orang tua yang mebiarkan putra putrinya yang belum berusia 17 tahun untuk menggunakan kendaraan bermotor menuju sekolah dengan alasan karena tidak bisa mengantarkan atau agar mudah dan cepat sampai kesekolah. Hal ini dilematis di mana siswa dituntut untuk sampai kesekolah tepat waktu akan tetapi tidak ada transportasi yang memadahi ataupun karena kurangnya kesadaran dari pihak orang tua untuk menjaga putra putri mereka. Hal ini sangar disayangkan mengingat tujuan program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ adalah untuk meningkatkan kesadaran pentingnya keselamatan lalu lintas akan tetapi disisi lain tidak mendapat dukungan agar tujuan yang ingin dicapai tersebut dapat terwujud terutama di Kota Salatiga.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak porgram Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dengan tingkat pelanggaran hukum pelajar


(45)

SMA/SMK di Kota Salatiga diketahui beberapa hasil yang pertama yaitu mengenai bagaimana keadaan sekolah yang ada di Kota Salatiga yang telah diteliti dalam penelitian ini. Di Kota Salatiga ada beberapa tipe sekolah yaitu ada beberapa sekolah yang memiliki peraturan khusus mengenai ketertiban dalam berlalu lintas yaitu di SMA N 1, di sekolah ini memiliki peraturan bagi siswa yang menggunakan kendaraan bermotor akan tetapi belum memiliki SIM tidak diperbolehkan memasuki lingkungan sekolah. Siswa yang dapat memasuki lingkungan sekolah adalah siswa yang telah memiliki SIM dan telah memiliki tanda khusus pada bagian kendaraan sebagai tanda bahwa siswa tersebut boleh memasuki lingkungan sekolah. Tanda khusus tersebut berupa stiker yang dibuat sekolah dan diberikan kepada siswa yang telah menunjukan bahwa siswa tersebut telah memiliki SIM kepada pihak sekolah.

Peraturan yang ada di SMA N 1 ini tentu merupakan salah satu cara mengurangi tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas dan juga meningkatkan kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas. SMK N 2 Salatiga juga memiliki peraturan khusus dalam hal berlalu lintas, namun yang berbeda dengan SMA N 1 adalah di SMK N 2 memiliki peraturan siswa tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor yang tidak standar ke sekolah. Setiap dua kali dalam seminggu dilakukan pengontrolan oleh pihak sekolah dengan bantuan dari beberapa anggota ekstrakulikuler.

Bagi motor yang tidak standar atau dimodifikasi akan tetapi membahayakan seperti ukuran ban yang tidak standar, tidak memiliki spion, penggunaan knalpot yang tidak standar dan lainnya. Motor tersebut akan dibawa menuju lapangan untuk


(46)

dikumpulkan, kemudian dilakukan pendataan setelah selesai pihak sekolah mengumumkan kepada seluruh siswa, bagi siswa yang merasa memiliki kendaraan tersebut diminta untuk menghadap pihak sekolah dan pihak sekolah akan memberikan peringatan kepada siswa tersebut apabila siswa tersebut terus mengulang perbuatannya maka motor yang digunakan akan disita dan dpat diambil kembali apabila ada jaminan dari pihak orang tua. Peraturan ini baik untuk dilakukan dan dapat dijadikan contoh oleh sekolah lain untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam berlalu lintas dan dapat meningkatkan keselamatan dalam berlalu lintas.

Sedikit berbeda dengan dua sekolah sebelumnya yaitu di MA Negeri, di sekolah ini rata-rata memiliki siswa yang tinggal di daerah pelosok desa dan adapula siswa yang bertempat tinggal di luar Kota Salatiga. Pihak sekolah menyadari karena siswanya mengalami kesulitan apabila menggunakan transportasi umum, maka pihak sekolah memperbolehkan siswanya untuk menggunakan kendaraan bermotor. Pihak sekolah selalu memberi himbauan kepada siswanya untuk menggunakan kendaraan bermotor yang memiliki standar keamanan yang baik, sejauh ini memang rata-rata siswa sudah menggunakan kendaraan bermotor sesuai standar keamamanan dan menggunakan kelengkapan berkendara seperti helm.

Banyak sekolah-sekolah yang ada di Kota Salatiga yang tidak memiliki peraturan dalam berlalu lintas. Hal ini sangat disayangkan melihat masih tinginya tingkat pelanggaran lalu lintas terutama dikalangan pelajar. Banyak sekolah yang bersikap apatis dengan siswanya yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas, seperti contoh


(47)

sekolah membiarkan siswanya yang masih dibawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor menuju sekolah.

Adapula sekolah yang membiarkan siswa yang memodifikasi sepeda motornya seperti dengan menggunakan ban yang ridak memenuhi standar keamanan untuk digunakan menuju sekolah. Hal ini merupakan salah satu contoh yang tidak baik dimana keselamatan dalam berlalu lintas tidak diperhatikan. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas tentu bukan hal yang mudah terutama dikalangan pelajar. Dalam penelitian ini salah satu program yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran untuk mematuhi peraturan lalu lintas untuk keselamatan lalu lintas yaitu Program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Program ini diikuti oleh perwakilan siswa dari SMA/SMK yang ada di Kota Salatiga. Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dilaksanakan sejak tahun 2012, kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh pihak Dinhubkombudpar dan bekerja sama dengan Disdikpora Kota Salatiga, Satlantas Polres Salatiga, PT Asuransi Jasa Raharja cabang Semarang, Dinas Kesehatan Kota Salatiga, dan ahli di bidang psikologi remaja. Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ bekerja sama dengan pihak-pihak yang telah disebutkan di atas.

Dalam kegiatan ini yang menjadi peserta dalam kegiatan ini adalah pelajar SMA/SMK di Kota Salatiga. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu: a. rapat persiapan dengan guru SMA/SMK di Kota Salatiga, b. sosialisasi kebijakan di bidang Perhubungan dan kemudian c. pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ.


(48)

Pada tahun 2016 ada 200 peserta dari 16 sekolah yang mengikuti kegiatan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, sekolah tersebut mengirimkan siswanya sebagai peserta sosialiasi kebijakan di bidang Perhubungan dan kemudian 28 dari 200 peserta tersebut dipilih menjadi peserta dalam pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. 28 peserta yang telah dipilih telah ditentukan oleh pihak sekolah sebelumnya dan direkomendasikan untuk mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor.

Kegiatan ini rutin dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para peserta tentang a. kebijakan-kebijakan yang ada di bidang perhubungan, b.melakukan pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Peserta yang mendapat nilai tertinggi dan mendapat juara 1 dan 2 maka akan terpilih untuk mewakili pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dalam pemilihan tersebut tentunya memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki nilai tertinggi dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal tersebut merupakan salah satu kriteria penting yang harus dimiliki. Menurut sumber Kota Salatiga belum dapat terpilih menjadi juara untuk menjadi perwakilan tingkat Provinsi sejak tahun 2012.

Pelaksanaan program pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini secara keseluruhan berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan dari program ini yaitu memilih perwakilan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini juga dijalankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yaitu SK.825/AJ705/ DRJD/2010 tentang petunjuk pelaksanaan pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Meskipun ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yaitu


(49)

kurangnya partisipasi yang aktif dari sekolah, karena terlihat dari 28 sekolah hanya 16 sekolah saja yang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat tujuan dari program ini ada untuk memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada para pelajar mengenai pentingnya keselamatan dalam lalu lintas. Permasalahan tersebut terjadi karena memang tidak semua sekolah memiliki klasifikasi siswa yang dapat dijadikan peserta, selain itu adapula sekolah yang hanya memiliki sedikit murid maka dari itu tidak mungkin mengirim siswanya sebagai perwakilan

Pelaksanaan program ini ada beberapa tahapan yaitu tahap sosialisasi kebijakan di bidang Perhubungan yang diikuti oleh 200 peserta selama 1 hari pada akhir kegiatan dipilihlah 28 orang perwakilan siswa yang akan mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, kemudian pada hari kedua dan ketiga dilangsungkan kegiatan pemilihan, dan pada hari terakhir terpilihlah juara 1,2, dan 3, kemudian setelah terpilih juara 1 dan 2 dikirim untuk mengikuti pemilihan tingkat Provinsi, karena juara 1 pada saat pemilihan tingkat Provinsi tahun 2016 berhalangan hadir dan diawakilkan oleh juara 2 dan 3, namun pada tahun ini Kota Salatiga belum mendapat juara di tingkat Provinsi dan belum berkesempatan lanjut ke tingkat Nasional. Sejauh ini program tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada.

Meskipun ada beberapa kendala yang dialami selama kegiatan tersebut berlangsung diantaranya yaitu kurangnya partisipasi aktif dari pihak sekolah, dimana hal ini ditunjukkan dengan hanya sebagian kecil sekolah yang mengirimkan siswanya


(50)

untuk mengikuti program ini. Selain itu kurangnya persiapan dari sisi peserta dalam mengikuti kegitan ini sehingga beberapa peserta merasakan bahwa mereka belum maksimal mempersiapkan diri untuk mengikuti Pemilihan Pelajar Pelopor ini, mereka tidak mendapatkan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah tentang program ini dan tidak mendapatkan bimbingan khusus dari pihak sekolah, hal ini menyebabkan banyak peserta yang tidak mengerti bagaimana konsep kegiatan yang akan mereka ikuti, dan banyak peserta yang merasa kecewa dengan hasil yang mereka dapatkan dikarenakan kurang persiapan dibandingkan sekolah lain yang memang sudah mempersiapkan diri. Seperti halnya program-program pemerintah lainnya program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini juga diharapkan mampu untuk mewujudkan keselamatan dalam berlalu lintas terutama dikalangan pelajar.

Berdasarkan hasil penelitian dampak Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap tingkat pelanggaran hukum pelajar SMA/SMK dalam berlalu lintas di Kota Salatiga memberikan hasil tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas pelajar di Salatiga belum sepenuhnya terlihat, dikarenakan masih tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar, dan hal ini nampak pada data lain yang diambil dari Satlantas Polres Salatiga sejak 3 tahun terakhir ini masih nampak peningkatan jumlah pelanggaran oleh pelajar. Hal ini juga diperkuat dengan temuan pelanggaran lalu lintas di beberapa sekolah di Kota Salatiga yang masih sering terjadi dan dilakukan oleh pelajar.

Alasan lainnya adalah dimana masih banyak sekolah yang tidak memiliki peraturan atau tata tertib keselamatan lalu lintas, salah satu contoh adalah banyak


(51)

siswanya yang belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan bermotor diperbolehkan menggunkannya ke sekolah dengan alasan sekolah hanya ingin siswanya sampai ke sekolah tepat waktu tanpa mempedulikan bagaimana cara dan keselamatan siswanya.

Selain itu dari pihak orang tua juga malah memberikan fasilitas kendaraan bermotor kepada putra putrinya yang belum cukup umur untuk memiliki kendaraan dengan alasan tidak dapat mengantarkan ke sekolah atau dikarenakan akses transportasi umum yang kurang memadahi menuju kesekolah, hal-hal inilah yang membuat program tersebut belum dapat memberikan dampak penurunan tingkat pelanggaran di kalangan pelajar, dikarenakan perlunya kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak guna mewujudkan tujuan utama pelaksanaan program ini adalah menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas terutama dikalangan pelajar.

Selain beberapa alasan di atas faktor penyebab masih rendahnya kesadaran pelajar untuk mematuhi peraturan lalu lintas adalah dikarenakan para pelajar pelopor keselamatan LLAJ tidak melakukan sosialisasi kepada lingkungan keluarga dan sekolahnya sebagaimana mestinya, beberapa alasan dikemukakan karena meresa takut untuk mensosialisasikan, selain itu kurangnya dukungan dari sekolah dikarenakan setelah mengikuti kegiatan tersebut sekolah tidak melakukan umpan balik atas apa yang telah diperoleh oleh siswanya yang telah diwakilkan. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor utama kurang efektifnya program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap kesadaran dalam mematuhi peraturan lalu lintas di lihat dari tingginya tingkat pelanggaran di kalangan pelajar di Kota Salatiga.


(1)

untuk mengikuti program ini. Selain itu kurangnya persiapan dari sisi peserta dalam mengikuti kegitan ini sehingga beberapa peserta merasakan bahwa mereka belum maksimal mempersiapkan diri untuk mengikuti Pemilihan Pelajar Pelopor ini, mereka tidak mendapatkan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah tentang program ini dan tidak mendapatkan bimbingan khusus dari pihak sekolah, hal ini menyebabkan banyak peserta yang tidak mengerti bagaimana konsep kegiatan yang akan mereka ikuti, dan banyak peserta yang merasa kecewa dengan hasil yang mereka dapatkan dikarenakan kurang persiapan dibandingkan sekolah lain yang memang sudah mempersiapkan diri. Seperti halnya program-program pemerintah lainnya program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini juga diharapkan mampu untuk mewujudkan keselamatan dalam berlalu lintas terutama dikalangan pelajar.

Berdasarkan hasil penelitian dampak Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap tingkat pelanggaran hukum pelajar SMA/SMK dalam berlalu lintas di Kota Salatiga memberikan hasil tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas pelajar di Salatiga belum sepenuhnya terlihat, dikarenakan masih tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar, dan hal ini nampak pada data lain yang diambil dari Satlantas Polres Salatiga sejak 3 tahun terakhir ini masih nampak peningkatan jumlah pelanggaran oleh pelajar. Hal ini juga diperkuat dengan temuan pelanggaran lalu lintas di beberapa sekolah di Kota Salatiga yang masih sering terjadi dan dilakukan oleh pelajar.

Alasan lainnya adalah dimana masih banyak sekolah yang tidak memiliki peraturan atau tata tertib keselamatan lalu lintas, salah satu contoh adalah banyak


(2)

siswanya yang belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan bermotor diperbolehkan menggunkannya ke sekolah dengan alasan sekolah hanya ingin siswanya sampai ke sekolah tepat waktu tanpa mempedulikan bagaimana cara dan keselamatan siswanya.

Selain itu dari pihak orang tua juga malah memberikan fasilitas kendaraan bermotor kepada putra putrinya yang belum cukup umur untuk memiliki kendaraan dengan alasan tidak dapat mengantarkan ke sekolah atau dikarenakan akses transportasi umum yang kurang memadahi menuju kesekolah, hal-hal inilah yang membuat program tersebut belum dapat memberikan dampak penurunan tingkat pelanggaran di kalangan pelajar, dikarenakan perlunya kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak guna mewujudkan tujuan utama pelaksanaan program ini adalah menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas terutama dikalangan pelajar.

Selain beberapa alasan di atas faktor penyebab masih rendahnya kesadaran pelajar untuk mematuhi peraturan lalu lintas adalah dikarenakan para pelajar pelopor keselamatan LLAJ tidak melakukan sosialisasi kepada lingkungan keluarga dan sekolahnya sebagaimana mestinya, beberapa alasan dikemukakan karena meresa takut untuk mensosialisasikan, selain itu kurangnya dukungan dari sekolah dikarenakan setelah mengikuti kegiatan tersebut sekolah tidak melakukan umpan balik atas apa yang telah diperoleh oleh siswanya yang telah diwakilkan. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor utama kurang efektifnya program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap kesadaran dalam mematuhi peraturan lalu lintas di lihat dari tingginya tingkat pelanggaran di kalangan pelajar di Kota Salatiga.


(3)

Peran pelajar pelopor sangatlah penting , para pelajar pelopor seharusnya dapat membagikan pengalaman dan pengetahuannya setelah mengikuti progam tersebut. Alasan lain yang terjadi adalah siswa yang menjadi pelajar pelopor belum dapat memberikan contoh yang sebagaimana mestinya dalam mematuhi peraturan lalu lintas, beberapa pelajar pelopor mengakui bahwa mereka sendiri masih sering melanggar peraturan lalu lintas. Tentu hal ini merupakan salah satu fakta yang terjadi di Kota Salatiga.

Seharusnya perlu adanya kerjasama yang baik antar pihak sekolah dan siswanya agar siswa yang dipilih untuk mewakili sekolah dan menjadi pelajar pelopor sudah memiliki kemampuan untuk turut mensosialisasikan pentingnya keselamatan lalu lintas dan yang paling utama adalah siswa yang dipilih dapat dijadikan contoh yang baik dalam mematuhi peraturan lalu lintas oleh siswa lainnya sehingga sosialiasai yang dilakukan tentunya akan lebih dapat diterima oleh semua pihak. Sehingga tidak terjadi lagi pelajar pelopor kembali ke sekolah namun tidak memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai pentingnya keselamatan berlalu lintas dan tidak dapat dijadikan sebagai contoh atau panutan sebagai Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ.

Selain alasan yang telah disampaikan sebelumnya, belum adanya dampak yang ditimbulkan dari program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ disebabkan faktor lain yaitu tidak adanya tindak lanjut dari kegiatan ini seperti upaya untuk melakukan sosialisasi pada sekolah-sekolah. Perlu adanya kerjasama yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yaitu pihak-pihak Dinhubkombudpar, pihak-pihak Satlantas Polres Salatiga dan


(4)

pihak sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan yang memfasilitasi para Pelajar Pelopor untuk dapat melakukan sosialiasi mengenai keselamatan lalu lintas yang merupakan tugas utama dari Pelajar Pelopor. Agar pengetahuan mengenai keselamatan lalu lintas yang telah diperoleh dari kegiatan pemilihan Pelajar Pelopor sebelumnya dapat memberikan manfaat yang nyata kepada pelajar lain di setiap sekolah.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA/SMK di Kota Salatiga ini bahwa program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ belum terimpelmentasi dengan maksimal terutama pada sekolah dikarenakan para Pelajar Pelopor yang telah terpilih belum melaksanakan tugas dan perannya dengan maksimal. Hal tersebut dikarenakan tidak ada kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh pihak terkait untuk membatu proses sosialisasi di sekolah berjalan dengan baik dan maksimal.

Dengan demikian diharapkan adanya kerjasama yang baik dan adanya program lanjutan yang dilakukan agar pengimplementasian program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ di Kota Salatiga dapat berjalan dengan maksimal dan dapat mewujudkan budaya keamanan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Akan tetapi hal ini belum dapat terlaksana di Kota Salatiga, maka hal ini menyebabkan masih tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar dikarenakan masih rendahnya kesadaran diri pelajar untuk mematuhi peraturan dalam berlalu lintas dan masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran pentingnya menciptakan budaya keselamatan dalam berlalu lintas.


(5)

Dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan ini diharapkan mampu memberikan fasilitas yang cukup bagi Pelajar Pelopor untuk melakukan sosialisasi dan tentunya apabila sosialisasi dapat dijalankan dengan maksimal maka akan tercipta kesadaran tentang pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas dan turunnya tingkat pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelummya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Afila Nuri Safitri (2014) mengenai program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, pada penelitian yang dilakukan di Kota Solo menjelaskan belum adanya implikasi yang nampak dikarenakan beberapa faktor yaitu, pelajar yang seharusnya menjadi sarana sosialisasi langsung di sekolah mereka masing-masing belum melaksanakan tugas dan perannya dengan baik. Dalam penelitian yang telah dilakukan di Kota Salatiga memiliki kesamaan yaitu belum adanya dampak yang terlihat dikarenakan masih banyak pelanggaran yang terjadi. Selain itu pelajar pelopor yang seharusnya melakukan tugas dan perannya untuk menjadi sarana sosialisasi langsung di sekolah mereka masing-masing sama sekali belum melakukan tugas dan perannya tersebut dengan baik.

Dalam penelitian di Kota Salatiga pelajar yang pernah mengikuti kegiatan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ belum melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif, selain itu masih banyak sekolah yang tidak memiliki peraturan yang ketat terhadap kedisiplinan dalam berlalu lintas, hanya beberapa sekolah yang telah menegakkan peraturan tertib dalam berlalu lintas. Meskipun begitu menurut data yang telah dikumpulkan masih banyak siswa yang belum memiliki SIM dikarenakan belum


(6)

cukup umur dan belum cukup cakap menggunakan kendaraan bermotot sebagai alat transportasi menuju sekolah, dengan berbagai macam alasan, seperti karena minimnya alat transportasi menuju sekolah, karena orang tua tidak bisa mengantarkan.

faktor-faktor tersebut di atas masih menjadi kendala dalam mewujudkan kesadaran pentinggnya mematuhi peraturan lalu lintas demi terwujudnya keselamatan dalam berlalu lintas. Dari hasil penelitian ini Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ belum menunjukan dampaknya terhadap penurunan tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas di kalangan Pelajar.di Kota Salatiga.

Perlu adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak terkait untuk dapat menwujudkan tujuan dari program ini yaitu terciptanya budaya keselamatan dalam berlalu lintas. Kerjasama yang seharusnya dilakukan dalam hal ini adalah kegiatan lanjutan yang dilakukan agar para pelajar pelopor dapat melaksankan tugas dan perannya dengan baik, dikarenakan para pelajar pelopor merupakan sarana sosialisasi langsung bagi sekolah masing-masing.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24