T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pencitraan Positif POLRI dalam Acara “86” di Net TV Dimata Masyarakat Kota Salatiga T1 Full text

Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TV
Dimata Masyarakat Kota Salatiga

Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh :
Nofitri Nur Fajrina
602013007

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

A. PENDAHULUAN
Media sering disebut sebagai consciousness industries dikarenakan media membantu
membangun cara berpikir, melihat, mendengar dan berbicara mengenai realitas sosial politik

yang dihadapi oleh publik. Keadaan itu yang mendorong Kepolisian Negara Republik Indonesia
atau yang biasa disingkat POLRI, berusaha membuat citra yang lebih baik dimata masyarakat
lewat media televisi dalam bentuk reality show, dengan program siarannya yang bernama “86”
di Net TV.
Melalui program siaran “86” yang ditayangkan setiap hari pukul 21.00 – 21.30 WIB ini,
masyarakat dapat melihat aktivitas sehari-hari anggota polisi dalam menjalankan tugasnya di
lapangan, seperti saat penertiban lalu lintas, penangkapan pengedar narkoba, penggerebekan
balap liar, penangkapan pelaku begal dan masih banyak lagi. Lewat media televisi inilah polisi
berusaha menampilkan sisi disiplin dan tegasnya anggota POLRI dalam menegakkan hukum,
serta acara ini juga menayangkan sisi humanis dari para anggota POLRI.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti citra seperti apa
yang ingin dibangun Lembaga Kepolisian Republik Indonesia atau POLRI untuk mencitrakan
dirinya lewat media televisi. Dan untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap citra positif
POLRI yang dibentuk melalui program siaran berbentuk reality show yang memiliki nama “86”
di Net Tv.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Dalam skripsi yang ditulis oleh Luknia Sari Putridari Fakultas Ilmu Soisal dan
Humaniora Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul, “Pengaruh Terpaan
Media Dalam Pembentukan Citra Kepolisian (Survei Pada Penonton Program Acara Telivisi 86

Net TV Di Dusun Pungkursari Siderejo Salatiga) ” bertujuan untuk mengetahui besaran pegaruh
tayangan program acara 86 di Net TV terhadap citra kepolisian di mata masyarakat pungkursari
Salatiga. Hasil dari penelitian diatas adalah program acara 86 di Net TV dapat menghasilkan
citra yang positif di mata masyarakat Pungkursari Salatiga, karena pada tayangan tersebut
memperlihatkan sosok polisi yang ramah namun tetap tegas sehingga menghilangkan ketakutan
masyarakat terhadap polisi[1].
Skripsi yang kedua merupakan penelitian dari Muhammad Imam Baihaqidari Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berjudul, “Konstruksi Realitas Soial Citra Polisi Pada Reality Show Net 86 di Net TV”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Net 86 mengonstruksi realitas media
terhadap realitas polisi di masyarakat. Hasil dari penelitian tersebut adalah acara reality show Net
86 akan menghasilkan efek positif dan negatif. Efek positifnya adalah kesadaran masyarakat
terhadap hukum akan meningkat, polisi sungkan untuk bersikap buruk juga mengecewakan
masyarakat. Efek negatifnya adalah rasa skeptis dan kritis masyarakat terhadap polisi akan
hilang, karena masyarakat menganggap polisi selalu positif sebagaimana realitas yang Net 86
gambarkan tentang polisi[2].
Dari dua penelitian yang penulis gunakan sebagai bahan referensi, kedua penelitian diatas
berisikan mengenai bagaimana komunikasi massa dalam Acara 86 di Net TV membentuk
pandangan masyarakat Kota Salatiga terhadap citra positif dari polisi. Sedangkan dalam
penelitian ini penulis ingin meneliti apakah acara “86” telah mampu menumbuhkan citra positif

yang ingin di bangun polisi di mata masyarakat Kota Salatiga.

2. Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitner, yang
mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium
to a large number of people). Bentuk media komunikasi yang termasuk sebagai komunikasi
massa adalah: radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar
dan majalah keduanya termasuk dalam media cetak, internet termasuk dalam media baru (new
media)[3].
Media massa dalam perannya memiliki kerangka berpikir utama seperti agent of change,
yaitu sebagai institusi pelopor utama. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :
a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yiatu perannya sebagai media edukasi.
b. Media massa juga menjadi media infromasi, yaitu media yang setiap saat
menyampaikan informasi kepada masyarakat.
c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa
juga menjadi institusi budaya yaitu, institusi yang setiap saat menjadi corong
kebudayan, katalisator perkembangan budaya dan juga mendorong agar perkembangan
budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah[4].
Media massa yang berfungsi sebagai media penyampaian pesan ke masyarakat tentu

memiliki beberapa efek pesan yang ditimbulkan adapun efek tersebut diantaranya adalah:
 Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya
 Efek Afektif
Efek afektif ini memiliki tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu
khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut
marasakan parasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
 Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan[3].
3. Citra
Citra menurut Ruslan Rosadi adalah seperangkat ide dan kesan seseorang terhadap suatu
obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra
obyek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya.Di dalam citra terdapat suatu nilai-nilai
kepercayaan pada individu terhadap suatu organisasi atau perusahaan yang mengandung persepsi
atau pandangan tertentu. Dan di dalam padangan atau persepsi ini dapat menimbulkan opini
publik yang apabila opini publik ini terkumpul maka akan menciptakan suatu penilaian yang
lebih luas terhadap suatu perusahan atau organisasi, dan ini lah yang dinamakan citra (image)[5].
Sebuah perusahaan atau organisasi yang sedang berusaha membangun citra atau

kepercayaan dari publik dan juga masyarakat umum, haruslah mempertimbangkan dengan sangat
hati-hati tentang bagaimana mencitrakan dirinya kepada khalayak umum. Karena jika tidak hatihati dalam mempertimbangkan citra yang ingin disampaikan kepada publik maka suatu
organisasi ini dapat kehilangan citranya pada titik yang terendah (lost of image).
Menurut Frank Jefkins dalam dunia hubungan masyarakat atau public relations terdapat
beberapa jenis citra (image) yang antara lain adalah sebagai berikut :
a. Citra Bayangan (Mirror Image)

Citra bayangan atau citra cermin adalah citra yang ingin dipantulkan oleh
perusahaan/organisasi tertentu dengan menitikberatkan pada tingkah laku orang dalam atau
anggota-anggota organisasi.
b. Citra yang Berlaku (Current Image)
Citra yang berlaku ini adalah kebalikan dari citra bayangan, yang dimana citra yang berlaku
ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu
organisasi.
c. Citra yang Diharapkan (Wish Image)
Citra harapan adalah suatu citra yang diniginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra ini
digunakan untuk menampilkan sesuatu yang relatif baru.
d. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra perusahaan atau corporate image adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,
jadi tidak hanya sekedar citra atas produknya maupun pelayanannya saja.

e. Citra majemuk (Multiple Image)
Citra majemuk adalah citra yang dimana pegawai (indiviud), cabang, atau perwakilan dari
sebuah perusahaan atau organisai memunculkan suatu citra yang berbeda-beda atau tidak
sama antara satu dengan yang lainnya[6].
John Nimpoeno memiliki pemikiran bahwa pembentukan citra dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 3.1
Model Pembentukan Citra Pengalaman Mengenai Stimulus[7]

Stimulus

Persepsi

Kognisi
Motivasi

: Rangsangan (kesan lembaga yang diterima dari luar untuk membentuk
persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima informasi
dari langganan).

: (1) Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang langsung
dikaitkan dengan suatu pemahaman, (2) pembentukan makna pada
stimulus indrawi (sensor stimulus).
:
Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan, ide dan
konsep.
:
Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,
dan sependapat mungkin menjadi kondisi kepuasan maksimal bagi
individu setiap saat.

Sikap

: Hasil evaluasi negatif atau positif terhadap konsekuensi-konsekuensi
penggunaan suatu objek.
Tindakan
: Akibat atau respons individu sebagai organisme terhadap rangsanganrangsangan yang berasal dari dalam maupun lingkungan.
Respons/ : Tindakan-tindakan seseorang sebagai reaksi terhadap atau stimulus.
Tingkah Laku[7].
.

4. Persepsi
Menurut Philip Kotler persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi,
mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran
keseluruhan yang berarti. Citra dari suatu perusahaan dapat dilihat dari mata publik berdasarkan
pada pendapat mereka pada saat mempersepsikan suatu realitas yang ada. Realitas sendiri
didapatkan publik dari media cetak, elektronik atau media massa dalam bentuk lainnya yang
dapat mewakili pandangan atau persepsi masyarakat luas atas suatu organisasi[8].
5. Teori Kultivasi (Cultivation Teory)
Nurudin mengatakan bahwa teori kultivasi adalah dimana televisi menjadi media atau alat
utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya.
Persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat
ditentukan oleh televisi. Melalui televisi kita belajar tentang dunia, orang -orangnya, nilainilainya,serta adat kebiasaan. Bahkan menurut Ardianto dan komala-Erdinaya berpendapat
bahwa pecandu berita televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan
kenyataan[3]. Ditambah dengan gaya masyarakat modern saat ini yang memiliki life style dimana
jika ingin memiliki popularitas dikalangannya maka masyarakat tersebut harus terus
memperbaharui informasi yang dimilikinya sehingga dirinya tidak tertinggal dengan
kalangannya atau komunitasnya, karena jika satu individu masyarakat saja dia tertinggal dari
sebuah informasi maka dirinya akan dianggap terlambat atau kuno oleh komunitasnya. Sehingga
pada tingkat tertentu seseorang tidak mampu beraktivitas apabila ia belum mampu menonton
televisi pada hari itu[9].

6. Pembentukan Citra Melalui Media Televisi
Media mampu menciptakan opini publik atas isu yang beredar. Sehingga media dianggap
menjadi kekuatan utama yang dapat menguasai pola pikir masyarakat. Menurut Elisabeth NoelleNeumann menyatakan bahwa media lebih memberikan perhatian pada pandangan mayoritas, dan
menekan pandangan minoritas. Teori ini dinamakan sebagai spiral of silence[9]. Dalam
pembentukan citra positif melalui media televisi, media akan berusaha untuk membuat suatu
agenda setting dalam konstruksi media. Menurut Bungin proses kelahiran konstruksi sosial
media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahapan Menyiapkan Materi Konstruksi
Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu
didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Dalam menyiapkan
konstruksi sosial ada tiga hal penting yaitu : (1) keberpihakan media massa kepada
kapitalisme; (2) keberpihakan semu kepada masyarakat; (3) keberpihakan kepada kepentingan
umum.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui startegi media massa. Konsep tetap dari
setiap media massa berbeda-beda namun pada prinsip utamanya adalah real time.
3. Tahap Pembentukan Konstruksi

Setelah pemberitaan sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi tahap pembentukan
konstruksi di masyarakat yang melalui tiga tahap berlangsung secara umum. Pertama,

konstruksi realitas pembenaran dan kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan
ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Selanjutnya bangunan konstruksi citra dibangun oleh media
massa ini terbentuk dalam dua model; (1) model good news, dan (2) model bad news.
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberikan
argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembetukan
konstruksi[10].
7. Teori Televisi
Menurut George Gebner dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. Khalayak televisi sifatnya lebih heterogen dibandingkan
dengan media cetak dan radio karena televisi menyerap semua golongan audiensi, baik yang tuna
aksara maupun yang memiliki pendidikan formal tertentu; tidak membedakan pula ras, usia,
kelompok etnis, kelompok ekonomi, dan lain –lain[11].
Dan pendapat ini didukung oleh Bower yang mengatakan bahwa gambar hidup yang
didukung oleh suara merupakan bahasa manusia universal, dan lambang komunikasi itulah yang
sangat diandalkan oleh televisi. Karena manusia dalam berkomunikasi banyak sekali bergantung
kepada indra studi dan video, maka berita-berita televisi bagi khalayak akan bersifat lebih akurat,
lebih teliti lebih jelas dan lebih dapat dipercaya[11].
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang

dipakai adalah wawancara serta informannya adalah individu maupun kelompok yang salah
individunya tidak mau disebutkan namanya berkaitan dengan penelitian serta observasi di
Satlantas Kota Salatiga.
Menurut Elvinaro Ardianto, penelitian kualitatif merupakan salah satu metode dimana
lebih menekankan pemahaman terhadap suatu masalah[12]. Sebagai peneliti ilmu komunikasi atau
public relations dengan metode kualitatif dalam analisis datanya tidak menggunakan bantuan
ilmu statistika, tetapi menggunakan rumus 5W 1H (who,what, when, where, why dan how).
Selanjutnya, metode deskriptif-kualitatif memiliki ciri ialah menitikberatkan pada observasi dan
suasana ilmiah (natural setting ). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai
pengamat. Peneliti membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasi.
Adapun unit amatan dalam penelitian adalah pandangan masyarakat Kota Salatiga
terhadap citra positif polisi melalui acara “86” di Net Tv serta unit analisanya adalah padangan
polisi, wartawan media dan beberapa masyarakat Kota Salatiga mengenai citra positif yang
ditampilkan anggota polisi melalui acara “86”.
Metode analisis dalam penelitian ini dimulai dengan mengkaji seluruh data yang
diperoleh dari wawancara, observasi serta studi pustaka. Selanjutnya, penulis melakukan reduksi
data dengan cara membuat ringkasan dan mengelompokkan jawaban dari informan sesuai
dengan kategorinya. Hasil akhir dari penelitian ini akan menunjukkan gambaran dari keseluruhan
data yang diamati.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini dapat diperoleh melalui teknik pengumpulan data wawancara serta
observasi. Data wawancara yang penulis dapatkan ini melalui proses wawancara dengan pihak
Unit Dikyasa Satlantas Kota Salatiga, Wartawan media cetak dan sepuluh individu sebagai
perwakilan masyarakat Kota Salatiga yang pernah menonton acara “86” di Net TV.
1. Profil Acara Televisi “86”
Acara televisi “86” merupakan sebuah program reality show yang ditayangkan di sebuah
stasiun televisi swasta NET TV. Program ini bekerjasama dengan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dimana isi dari program ini menayangkan tentang keseharian dari anggota polisi di
lapangan. Nama program ini sendiri berasal dari kode sandi POLRI yang
berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris. Dalam program ini, pemirsa akan diajak
bersama melihat keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin seperti menangkap
sindikat narkoba, pelaku begal, menertibkan pelanggar lalu lintas dan penggerebekan. Selain
kegiatan yang disebutkan diatas, acara “86” juga menampilkan sisi humanis dari anggota polisi
seperti rasa kasih sayang yang diberikan kepada keluarga yang menunggu dirumah. Karena pada
dasaranya anggota polisi juga manusia biasa yang memiliki keluarga yang selalu menunggu
dirumah ketika anggota polisi tersebut sedang bekerja.
Acara televisi “86” diproduksi oleh NET Entertainment dan telah disiarkan di NET TV
sejak 2 Agustus 2014 hingga sekarang. Program acara reality show ini memiliki durasi tayang
30 menit yang ditayangkan setiap hari pada pukul 21.00-21.30 WIB.
2. Profil Satlantas Kota Salatiga
Satlantas di Kota Salatiga terletak di Jl. Diponegoro No.82, Sidorejo Lor, Sidorejo Kota
Salatiga, Jawa Tengah. Uniknya Satlantas Kota Salatiga berdiri di sebuah bangunan bersejarah
pada jaman belanda, bangunan cagar budaya ini merupakan benteng Hock yang dibangun pada
abad ke -19 oleh arsitek Belanda bernama Mr. Hock sebagai salah satu fasilitas kota dalam
bidang pertahanan keamanan. Pada awalnya bangunan ini dipakai sebagai asrama militer
Belanda setelah selesainya perang diponegoro (1825-1830). Sejak tahun 1947 bangunan ini
berfungsi sebagai kantor dijajaran kepolisian.
Satlantas Kota Salatiga memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu :
1. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas
(Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,
penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.
2. Dalam melaksanakan tugas satlantas menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan lalu lintas kepolisian;
b. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas,
dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;
c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan
keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);
d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta
pengemudi;
e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan
kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin
Kamseltibcarlantas di jalan raya;
f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan
g. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
3. Satlantas dipimpin oleh kasatlantas yang bertanggung jawab kepada kapolres dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali wakapolres.

4. Satlantas dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh :
a. Urusan pembinaan operasional (urbinopsnal), yang bertugas melaksanakan pembinaan
lalu lintas, melakukan kerjasama lintas sektoral, pengkajian di bidang lalu lintas,
pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakkan hukum dan
kamseltibcariantas, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
b. Urusan administrasi dan ketatausahaan (urmintu), yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan administrasi dan ketatausahaan.
c. Unit pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli (unitturjawali), yang bertugas
melaksanakan kegiatan turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam
rangka penegakkan hukum.
d. Unit pendidikan masyarakat dan rekayasa (unitdikyasa), yang bertugas melakukan
pembinaan dan pasrtisipasi masyarakat dan dikmaslantas.
5. Unit registrasi dan identifikasi (unitregident), yang bertugas melayani administrasi
registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi.
6. Unit kecelakaan (unitlaka), yang bertugas menangani kecelelakaan lalu lintas dalam rangka
penegakan hukum.
3. Hasil dan Pembahasan
Di dalam penelitian ini penulis mewawancarai Ibu Mia Novrila S, selaku kepala dari
Kanit Dikyasa Satlantas Kota Salatiga, wartawan media cetak dan sepuluh perwakilan
masyarakat kota Salatiga untuk mendapatkan hasil penelitian.
Pertama peneliti melakukan wawancara dengan Kanit Dikyasa Satlantas Kota Salatiga
pada tanggal 9 Mei 2017 pada pukul 11.37, beliau mengatakan bahwa tugas, peran serta fungsi
dari seorang polisi adalah melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat, menegakkan
hukum, memelihara dan menertibkan keamanan masyarakat. Dalam proses kerjanya, seorang
Polisi Lantas menerapkan prinsip senyum, sapa, salam ke pengendara sebelum memeriksa
kelengkapan pengendara. Satlantas Kota Salatiga juga selama ini telah melakukan beberapa
program untuk masyarakat seperti police goes to school dan police goes to campus, dimana
kegiatan ini dilakukan untuk memberikan edukasi kepada para siswa-siswi atau mahasiswa
dalam berkendara yang baik maupun mengenalkan dan menjelaskan rambu-rambu lalu lintas
yang ada, serta penyuluhan ke masyarakat yang terorganisir dan tidak terorganisir. Menurut Ibu
Mia Novrila S acara “86” di Net TV tersebut bagus dan dapat mengedukasi masyarakat untuk
lebih patuh lagi terhadap peraturan lalu lintas dan berusaha untuk tidak melanggar, serta
masyarakat menjadi lebih mengerti mengenai tugas pokok polisi dan kegiatan sehari-harinya
sehingga menurut beliau acara ini sudah sangat mengena ke masyarakat dikarenakan dapat
menambah pengetahuan tentang hukum-hukum di Indonesia. Dari pernyataan Ibu Mia diatas
terlihat bahwa Satlantas Kota Salatiga sendiri telah melakukan beberapa program untuk
masyarakat, dimana beberapa program ini menjadi media penyampaian citra positif Satlantas
Kota Salatiga karena komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan[13].
Wawancara yang kedua, peneliti mewawancarai salah satu wartawan media cetak yang
dilakukan pada tanggal 27 Mei 2017 pukul 16.53. Menurut beliau acara “86” di Net TV sudah
dapat membangun citra positif dari polisi di mata masyarakat. Beliau mengatakan bahwa peran
media untuk jaman sekarang itu penting untuk membangun sebuah citra yang ingin dibentuk,
dimana citra yang ingin dibentuk adalah citra positif, apalagi media jaman sekarang juga

memiliki peran untuk mempromosikan kegiatan positif polisi di mata masyarakat. Program acara
tersebut sudah dianggap bagus dan cukup menarik menurut beliau karena dapat mengisi waktu
luang dan masyarakat jadi lebih mengetahui mengenai kejadian-kejadian yang terjadi
disekitarnya. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata dari sudut pandang orang media
acara ”86” di Net TV dapat memberikan informasi terbaru mengenai hal-hal yang terjadi
disekeliling kita, dan juga dapat menjadi hiburan ditengah malam saat akan menjelang tidur,
karena media merupakan media edukasi, informasi dan sebagai agent of change[4]. Selain itu
juga, polisi, telah melakukan fungsi public relations yaitu good image maker yang menciptakan
citra perusahaan dan publisitas positif[5].
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan sepuluh perwakilan masyarakat Kota
Salatiga mengenai kegiatan yang dilakukan anggota polisi dalam acara “86” di Net TV, dari
seluruh narasumber yang terlibat mengatakan bahwa kegiatan polisi sudah positif di mata
masyarakat, memberikan peringatan terhadap masyarakat untuk tidak melakukan kriminalitas
yang sama, dapat memberikan rasa aman terhadap masyarakat, mengajarkan masyarakat supaya
tidak takut dengan polisi dan memperlihatkan kerja polisi di lapangan. Kemudian sembilan dari
sepuluh narasumber yang diwawancarai peneliti mengenai program acara “86” memberikan
peryataan bahwa acara tersebut dapat menyajikan berita terbaru mengenai masalah kriminal,
memperlihatkan kegiatan polisi yang mengatur lalu lintas, menindaklanjuti segala tindak
kejahatan yang ada disekitar masyarakat, dapat menampilkan sisi baik dari polisi, serta dapat
membuat masyarakat menjadi lebih waspada terhadap dampak negatif maupun positif dari
peraturan-peraturan lalu lintas. Meskipun masih ada yang mengatakan bahwa acara tersebut tidak
sesuai dengan realita yang ada di lapangan. Berikutnya, untuk citra positif sendiri yang ingin
disampaikan polisi ke masyarakat melalui acara “86” di Net TV yaitu delapan dari sepuluh
narasumber mengatakan bahwa acara tersebut sudah dapat menyampaikan citra positif
sedangkan dua narasumber lainnya mengatakan acara “86” belum bisa menyampaikan citra
positif dari polisi karena apa yang dilihat di televisi berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan
dan citra tersebut masih tergantung kepada masing-masing masyarakat yang melihatnya.
Terakhir, satu dari sepuluh masyarakat yang terlibat dalam penelitian berharap agar citra positif
tersebut juga ditampilkan di realita yang sebenarnya tidak hanya di televisi saja, namun sembilan
masyarakat lainnya masih setuju dengan peryataan sebelumnya bahwa polisi telah
menyampaikan citra yang positif. Oleh karena itu, berdasarkan dari hasil wawancara dengan
sepuluh perwakilan masyarakat Kota Salatiga diatas dapat ditarik garis besar bahwa citra polisi
yang terbentuk di masyarakat adalah citra yang ingin dipantulkan oleh perusahaan/organisasi
tertentu dengan menitikberatkan pada tingkah laku orang dalam atau anggota-anggota
organisasi[6], ditambah dengan penyebaran citra positifnya dilakukan melalui media televisi yang
dimana media ini paling berpengaruh pada kehidupan manusia[11], sehingga diharapkan dapat
merubah perilaku masyarakat disekelilingnya. Namun untuk citra positif yang ingin dilekatkan
ke masyarakat masih tergantung pada perspektif individunya masing-masing karena setiap
masyarakat akan menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan dari pengalaman mereka[8]. Apalagi dengan adanya
acara “86” ini memiliki efek tujuan yang ingin disampaikan yaitu agar masyarakat dapat
memilah baik buruknya sebelum melakukan tindakan pelanggaran, menimbulkan perasaan
simpati terhadap anggota polisi, dan mengajarkan masyarakat agar tidak takut terhadap polisi
saat bertemu di lapangan[3].
E. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada pihak Unit Dikyasa
Satlantas Kota Salatiga dan Wartawan media serta sepuluh perwakilan masyarakat Kota Salatiga
yang pernah menonton program acara “86” di Net TV, penulis mendapatkan beberapa
kesimpulan mengenai program acara reality show “86” di Net TV di mata masyarakat yang
dilakukan POLRI dalam meningkatkan citra positif di mata masyarakat, antara lain :
1. Dalam proses kerjanya Satlantas Kota Salatiga telah melakukan beberapa program untuk
masyarakat mengenai edukasi berkendara dan rambu-rambu lalu lintas seperti program police
goes to school, police goes to campus dan program penyuluhan ke masyarakat yang
terorganisir dan tidak terorganisir.
2. Kegiatan yang dilakukan polisi dalam acara “86” tersebut baik dan positif dalam pandangan
masyarakat karena isi dari tayangan tersebut berkaitan dengan keamanan masyarakat dan
menanggulani keresahan yang ada.
3. Acara televisi “86” bagus dan positif di mata masyarakat, karena dianggap dapat mengedukasi
dan menarik untuk menjadi tontonan di malam hari menjelang tidur.
F. Daftar Pustaka
[1] Luknia, Sari Putri. 2016. Skripsi Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga. Pengaruh Terpaan Media Dalam Pembentukan Citra
Kepolisian (Survei Pada Penonton Program Acara Telivisi 86 Net TV Di Dusun
Pungkursari Siderejo Salatiga).
[2] Muhammad, Imam Baihaqi. 2016. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri. Konstruksi Realitas Soial Citra Polisi Pada Reality
Show Net 86 di Net TV.
[3] Ardianto, Elvinaro., Lukiati Komala-Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar .
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
[4] Burhan, Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta: Pernadamedia Group.
[5] Ruslan, Rosadi. 2003. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi : Konsepsi &
Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
[6] Jefkins, Frank. 2003. Public Relations edisi Kelima disempurnakan oleh Daniel Yadin.
Penerjemah : Haris Muandar. Jakarta : Erlangga.
[7] Ardianto, Elvinaro. 2009. Analisis Wacana Tentang Pemberitaan Harian Pikiran rakyat dan
harian Kompas Sebagai public Relations politik dalam membentuk Citra dan reputasi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Disertasi). Bandung: Pascasarjana Universitas
Padjajaran.
[8] Kotler, Philip.1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian . Jakarta : FE. Universitas Indonesia.
[9] Nurudin. 2015. Pengantar Komunikasi Massa . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
[10] Apriadi, Tamburaka. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
[11] Andi, Alimuddin Unde. 2014. Televisi & Masyarakat Pluralistik. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri.
[12] Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
[13] Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika
Offset.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45