GAYA HIDUP TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL REALITA CINTA DAN ROCK ‘N ROLL KARYA RUDY GUNAWAN SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI

  

GAYA HIDUP TOKOH-TOKOH DALAM

NOVEL REALITA CINTA DAN ROCK ‘N ROLL

  

KARYA RUDY GUNAWAN

SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana S1

  

Oleh:

Lydia Ivonny

NIM : 034114020

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan

pimpinan dan hikmat marifat-Nya

Kedua orang tuaku, Robert Albertus dan Merry Herlina

yang memberikan cinta kasih, perjuangan dan pengor- banan untukku

Yang tersayang, Johanes Jonggi H. S yang setia

mendampingi, memberi, dan menemani dalam suka

maupun duka

Yang termanis dan tak terlupakan, almamaterku Satra

Indonesia USD

HALAMAN MOTTO

  Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan (Mognon Me Lauhin)

  • * * * Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.

  (1 Timotius 4: 12)

  • * * * Hidup memerlukan pengorbanan,.

  Pengorbanan memerlukan perjuangan, Perjuangan memerlukan kesabaran, Kesabaran memerlukan keyakinan, Keyakinan menentukan kejayaan,

  Dan kejayaan yang akan menetukan Kebahagiaan.

  (Lydia Ivonny)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Januari 2009 Lydia Ivonny

  

ABSTRAK

  Ivonny, Lydia.2009.Gaya Hidup Tokoh-tokoh dalam Novel Realita Cinta dan Rock ‘N Roll Karya Rudi Gunawan Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra.

  Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Sastra, Universitas Sanata Dharma Karya sastra merupakan salah satu bentuk cerminan masyarakat yang menggambarkan tentang kehidupan manusia,termasuk penggambaran kenikmatan akan sebuah gaya hidup. Gaya hidup merupakan adaptasi aktif individu pada lingkungan sosialnya untuk memenuhi kebutuhannya dalam bersosialisasi dengan orang lain. Gaya hidup berhubungan erat dengan sosiologi sastra yang menunjuk pada bentuk masyarakat modern. Tokoh-tokoh dalam novel Realita Cinta dan

  

Rock ‘n Roll karya Gunawan ini menganut gaya hidup modern khususnya di kota

metropolitan (Jakarta).

  Penelitian diawali dengan mendeskripsikan tokoh-tokoh dan penokohan dalam novel Realita Cinta dan Rock ‘n Roll secara struktural. Selanjutnya berdasarkan deskripsi tersebut dianalisis gaya hidup modern tokoh-tokoh dalam novel Realita Cinta dan Rock ‘n Roll karya Gunawan ini. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi dan metode deskripsi.

  Hasil penelitian berupa pembagian tokoh dan penokohan menurut fungsi dalam perkembangan plot menjadi tokoh protagonis, yaitu Ipang dan Nugie, tokoh antagonis, yaitu Ayah Ipang dan Pak Margo, dan tokoh Tritagonis, yaitu Sandra dan Sinta.

  Gaya hidup modern dalam novel Realita Cinta dan Rock ‘n Roll berupa

  

fashion, gaya hidup alternatif (meditasi dan tarian Salsa), dan gaya hidup

  menyimpang (perkelahian dan pembuat onar, narkoba, minum-minuman keras dan transeksual).

                   

     

ABSTRACT

  Ivonny, Lydia.2009. The Personage’s Life Styles in the Novels of Love’s Reality

  (Realita Cinta) and Rock ‘N Roll the Opus by Rudi Gunawan a study of sociological literary. Thesis. Yogyakarta: Indonesian literary, Department

  of literary, Sanata Dharma University. A literary opus is a type of society reflections that illustrated above human being’s life included representing amenities for life’s style. The life’s style is actively individual adaptation on his/her social environment in order to meet their needs as for socialized with other people. The life’s style most related with sociological literary in which referred to the modern society’s structures. The actors in this Love’s Reality (Realita Cinta) and Rock ‘N Roll’s Novels the opus by karya Gunawan is deal with modern’s life style especially in the metropolis (metropolitan Jakarta).

  For facilitates the research, therefore, the researcher were structurally describing personages and depictions in the Novels of Love’s Reality (Realita as well as the modern’s life

  Cinta) and Rock ‘N Roll the Opus by Rudi Gunawan style of this personage. The used methodology is sociological literary approach.

  The research method is content analysis and description methods.

  Conclusion of the research results are such as distinguishing the personage and depiction according to their functions in the plot development being protagonist’s personage, i.e. Ipang’s father and Mr. Margo, and tritagonist’s personage, i.e. Sandra and Sinta.

  The modern’s life style in the Novels of Love’s Reality (Realita Cinta) and

  

Rock ‘N Roll are such as fashion, alternative life’s style ( meditation and Salsa

  dance), and diverge life’s style (fighted and noiser, narcotics and drug abuse, liquors and transexual).

   

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas berkat, karunia dan kasih setia-Nya yang senantiasa menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang berupa skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang disertai dengan rasa hormat kepada pihak-pihak yang penulis sebutkan sebagai berikut ini.

  1. Ibu S.E Peni Adji, S.S, M. Hum selaku pembimbing I yang telah membimbing penulisan skripsi ini dengan sangat teliti, sabar, bijaksana, dan tegas pada saat menyampaikan masukkan-masukkan untuk menghasilkan skripsi dengan hasil yang baik.

  2. Ibu Dra. Tjandrasih Adji, M. Hum selaku pembimbing II yang telah membimbing, membantu penulis dalam memperbaiki penulisan-penulisan yang salah dan memberikan kritikan yang positif pada penulisan skripsi ini dengan kesabaran dan sifat keibuannya yang lembut serta penuh kasih sayang.

  3. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum selaku pembimbing akademik angkatan 2003 yang setia dan peduli sama angkatan 2003. Terima kasih buat semua jasa, perhatian dan cintanya buat kami semua.

  4. Dosen-dosen Program Studi Sastra Indonesia USD yang telah memberikan ilmu kesusastraan, linguistik, dan budaya serta menjadi sumber motivasi dan ketertarikkan penulis terhadap dunia sastra.

  5. Staf sekretariat Prodi Satra Indonesia dan keluarga besar Sastra Indonesia USD atas segala bantuan yang telah diberikan.

  6. Keluarga penulis, Bapak Robert Albertus .S (Papa) dan Merry Herlina. M (Mama) yang selalu setia memberikan dukungan, cinta dan semangat.

  Terutama buat Mama, terima kasih buat ketegaran dan cintanya yang luar biasa besar selama ini.

  7. Keluarga besar Efri Ipda Siregar dan Sabam Pohan, terima kasih buat jasa dan bantuannya untuk penulis.

  8. Johanes Jonggi H. S, terima kasih buat pengertian, semangat, dukungan, kasih sayang yang tulus, kesabaran, cinta dan kesetiaannya yang senantiasa menemani penulis sepanjang hari.

  9. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2003, khususnya Epita, Yeni buat kenangan terindah yang sudah kita lewati bersama. Airani yang sudah membantu penulis mencari buku novel RCRR yang sulit sekali didapat. Rini, sahabat yang selalu ada saat dibutuhkan. Aning, Bekti, Doan, Eci, Astri, Simpli, dan Icha, makasih buat cinta dan persahabatannya selama ini.

  10. Almarhum Diva, sahabat paling setia yang menemani dari SMU hingga kuliah. Sahabat yang selalu memberikan cinta dan pengorbanannya untuk penulis.

  11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena itu penulis bertanggung jawab atas setiap kesalahan yang ada dalam skripsi ini. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat selesai. Besar harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, Januari 2009 Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv HALAMAN MOTTO ................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................. vii

  

ABSTRACT ................................................................................................. viii

  KATA PENGANTAR ............................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 3

  1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 3

  1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

  1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................ 4

  1.6 Landasan Teori ................................................................... 6

  1.6.1 Tokoh dan Penokohan ............................................ 6 1.6.1.1 Tokoh ..........................................................

  6 1.6.1.2 Penokohan .................................................

  7

  1.6.2 Pendekatan Sosiologi Sastra ...................................

  15

  29 2.3.2 Sinta ..........................................................................

  29 2.3.1 Sandra ........................................................................

  2.2.2 Pak Margo .................................................................. 28 2.3 Tokoh Tritagonis ................................................................

  2.2.2 Ayah Ipang ................................................................. 25

  2.2 Tokoh Antagonis ............................................................... 25

  21

  17 2.1.2 Nugie .........................................................................

  2.1 Tokoh Protagonis ................................................................ 16 2.1.1 Ipang ..........................................................................

  BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL REALITA CINTA DAN ROCK ‘N ROLL ...................................................

  8 1.6.2.1 Gaya Hidup .................................................

  1.8 Sistematika Penyajian ........................................................ 14

  14

  13 1.7.4 Sumber Data ..............................................................

  13 1.7.3 Metode Analisis Data ................................................

  12 1.7.2 Teknik pengumpulan Data ........................................

  1.7 Metode Penelitian .............................................................. 12 1.7.1 Pendekatan ................................................................

  10

  9 1.6.2.2 Gaya Hidup Metropolitan ............................

  32

  BAB III ANALISIS GAYA HIDUP TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL REALITA CINTA DAN ROCK ‘N ROLL ................

  35

  3.1 Fashion ............................................................................. 36

  3.1.1 Ipang......................................................................... 37

  3.1.2 Nugie........................................................................ 38

  3.1.3 Sandra....................................................................... 38

  3.2 Gaya Hidup Alternatif ...................................................... 39

  3.2.1 Sinta.......................................................................... 39

  3.2.2 Pak Margo................................................................ 40

  3.3 Penyimpangan Gaya Hidup ............................................. 41 3.3.1 Perkelahian dan Pembuat Onar ...............................

  41

  3.3.1.1 Ipang............................................................. 42

  3.3.1.2 Nugie ........................................................... 42 3.3.2 Minuman Berakohol dan Narkoba ..........................

  43

  3.3.2.1 Ipang............................................................ 43

  3.3.2.2 Nugie........................................................... 44

  3.3.2.3 Sandra.......................................................... 44 3.3.3 Transeksual .............................................................

  44

  3.3.3.1 Pak Margo.................................................... 45 BAB IV PENUTUP ..............................................................................

  46 4.1 Kesimpulan .......................................................................

  46 4.2 Saran ..................................................................................

  51

  DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

  52 LAMPIRAN................................................................................................ 54 BIOGRAFI PENULIS ...............................................................................

  56

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Sastra menyajikan kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia.

  Begitu pula bagi sastrawan, dalam hal ini sastrawan dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat: seni tidak hanya meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan, baik itu gaya hidup yang positif maupun yang negatif (Wellek dan Warren via Budianta, 1990: 109, 120).

  Gaya hidup atau lifestyle, sudah menjadi bagian dari masyarakat modern yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Gaya hidup erat hubungannya dengan sosiologi, sebab gaya hidup mengacu pada bentuk masyarakat modern, sedangkan masyarakat merupakan sosiologi itu sendiri yang berarti ilmu tentang kehidupan masyarakat. Watt (dalam Saraswati, 2003: 11) mengatakan bahwa sastra sebagai cerminan masyarakat atau dapat juga dimaksudkan dengan menampilkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat.

  Rudy Gunawan (selanjutnya Gunawan) mengangkat tema gaya hidup anak- anak muda modern di kota metropolitan yang sarat akan pemberontakan dan kebebasan (tidak suka diatur) dalam novelnya yang berjudul Realita Cinta dan

  

Rock ‘n Roll (selanjutnya RCRR). Misalnya, tokoh Ipang dan Nugie yang

  menganggap bahwa mengkonsumsi drugs itu adalah hal yang biasa, ini merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat modern, khususnya di kota metropolitan.

  Gaya hidup tokoh-tokoh dalam novel RCRR merupakan gaya hidup yang ada dalam masyarakat metropolitan yang berhubungan dengan identitas sosial dan dapat menerima hal-hal yang baru (modern). Seperti yang dikatakan Ibrahim (dalam Chaney, 2004: 8), masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tampaknya tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi, yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya semacam shopping mall, industri waktu luang, industri mode, atau

  

fashion, industri kecantikan, industri nasihat, industri gosip, kawasan huni

  mewah, apartemen, hotel, kegandrungan terhadap merk asing, makanan serba instan dan telepon selular.

  Menganalisis gaya hidup setiap tokoh dalam novel RCRR sangat berkaitan erat dengan unsur-unsur pembangun struktur. Unsur-unsur itu yaitu tokoh dan penokohan. Maka Tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sifat batinnya agar wataknya juga dikenal oleh pembaca. Watak itu sendiri merupakan kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain, sehingga terciptalah penokohan (Sudjiman, 1988: 23). Oleh karena itu sebelum menganalisis tentang gaya hidup perlu diawali dengan menganalisis tokoh dan penokohannya sebab kedua hal ini (tokoh dan penokohan) secara konkret membentuk cerita, dan mendukung proses analisa dari novel RCRR tentang gaya hidup tokoh-tokoh utama. Gaya hidup sudah sangat melekat dalam masyarakat, hal ini menjadi pengaruh untuk membentuk karakter setiap tokoh dalam penciptaan sebuah karya menjadi karya yang baik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisisnya, karena gaya hidup setiap tokoh dalam novel RCRR mempunyai sikap prinsip gaya hidup yang mereka pertahankan dalam kehidupan sosial dan budaya mereka. Penulis menganalisis gaya hidup masyarakat modern di kota metropolitan, sesuai dengan gaya hidup tiap-tiap tokoh dalam novel RCRR, menggunakan pendekatan sosiologi sastra berdasarkan pada pendapat bahwa sastra sebagai cerminan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan dengan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam novel Realita Cinta dan Rock

  ‘n Roll karya Gunawan?

  1.2.2 Bagaimanakah gaya hidup tokoh dalam novel Realita Cinta dan Rock ‘n

  Roll karya Gunawan?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Realita Cinta dan Rock ‘n Roll karya Gunawan.

1.3.2 Mendeskripsikan gaya hidup tokoh dalam novel Realita Cinta dan Rock ‘n Roll karya Gunawan.

1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

  1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemahaman pembaca karya sastra, bahwa karya sastra merupakan cerminan masyarakat itu sendiri.

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi pembaca mengenai gaya hidup modern di kota metropolitan.

  1.4.3 Hasil pendekatan ini diharapkan dapat menambah referensi pembaca karya sastra tentang analisis karya sastra yang berdasarkan pada pendekatan sosiologi sastra.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Awalnya novel Realita Cinta dan Rock ‘n Roll merupakan adaptasi dari film Realita Cinta dan Rock ‘n Roll yang disutradarai oleh Upi Avianto.

  Tertariknya Gunawan mengangkat film ini menjadi sebuah novel karena realitas yang ditampilkan Realita Cinta dan Rock ‘n Roll merupakan realitas yang lugas menampilkan kehidupan anak muda metropolitan yang penuh gejolak. Bahkan urusan cinta hanya menjadi bagian yang mengikat cerita. Realitas dalam novel ini diangkat Upi melalui dua tokoh utamanya yang menjadi korban dari suatu keadaan yang diakibatkan orang tua mereka. Dua tokoh itu, Ipang dan Nugie adalah anak-anak muda yang mencoba melakukan pemberontakan terhadap tatanan kehidupan yang mengkungkung mereka. Menurut Gunawan semua itu adalah realitas yang diangkat sebagai tema ceritanya. Semua itu adalah realitas yang nyata dalam kehidupan modern di masyarakat metropolitan semacam Jakarta. Upi merangkum semua realitas getir dan menyakitkan itu dalam sebuah film yang menarik. Kemasan rock ‘n roll sebagai bingkai cerita membuat film ini asyik untuk ditonton dan tetap menghibur meskipun mengangkat tema yang sama sekali bukan sekedar hiburan. Obsesi Ipang dan Nugie untuk menjadi rock star menghasilkan optimisme dan dinamisme yang kuat meskipun keseluruhan cerita adalah tentang realitas yang menyakitkan dan kejam. Inilah spirit rock ‘n roll yang memang harus dikobarkan bagi anak-anak muda generasi sekarang semacam Ipang dan Nugie (http://www.blogspot.com).

  Menurut Eric Sasano (http://Layarperak.com), novel Realita Cinta dan

  

Rock ‘n Roll mencoba menghadirkan sebuah potret anak-anak muda yang rock ‘n

roll , bukan dalam pengertian musik melainkan dalam pengertian sikap hidup yang

  identik dengan pemberontakkan dan anti kemapanan. Musik masih menjadi dasar utama sikap tersebut, tetapi meluas dengan atribut lain: obat bius dan sex. Rock ‘n

  

roll sebagai sebuah attitude mengandung sikap anti kemapanan, cenderung anti

  sosial, dan kebiasaan melakukan kriminalitas kecil yang tergolong tanpa korban (victimless crime). Di sini dapat kita ketahui bahwa RCRR baik film maupun novelnya sangat kental dengan gaya hidup modern di kota metropolitan. Hal ini berkaitan dengan tema gaya hidup yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

  Dalam pembicaraan sebuah karya fiksi, acap kali kita mendengar istilah tokoh dan penokohan. Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur yang penting dalam karya naratif, walaupun plot juga merupakan hal yang terpenting dalam membentuk sebuah cerita. Plot boleh saja dipandang orang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan: siapa yang diceritakan itu? siapa yang melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu (“sesuatu“ yang dalam plot disebut sebagai peristiwa), siapa pembuat konflik, dan lain-lain. Semuanya adalah urusan tokoh dan penokohan (Nurgiyantoro, 1998: 164).

  Skripsi ini akan menganalisis unsur tokoh dan penokohan karena dengan menganalisis unsur-unsur tersebut ditemukan adanya hubungan erat dengan gaya hidup setiap tokoh yang juga akan dianalisis oleh penulis.

1.6.1.1 Tokoh

  Tokoh merupakan pelaku cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan, “Siapakah tokoh utama novel itu?, atau “ Ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?” (Nurgiyantoro, 1998: 165).

  Menurut definisinya tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Individu itu sendiri memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1998: 165). Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu keutuhan artistik, yaitu karya sastra yang harus selalu menunjang keutuhan artistik itu (Kenney dalam Sudjiman, 1988: 17).

  Tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut pandang dan tinjauannya, antara lain: Tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, dan harapan-harapn kita (Nurgiyantoro, 1998: 178). Menurut Sudjiman (1988: 18) tokoh protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan antar tokoh. Tokoh protagonis berhubungan dengan tokoh- tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan dengan yang lain. Nurgiyantoro (1998: 179) menyatakan tokoh antagonis merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh yang merupakan penentang utama dari protagonis disebut antagonis (Sudjiman, 1988:19).

  Sedangkan tokoh tritagonis merupakan tokoh yang berfungsi sebagai penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi pengantara tokoh protagonis dan antagonis (Harymawan, 1988: 22).

1.6.1.2 Penokohan

  Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak (-watak) tertentu dalam sebuah cerita. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 1998: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.. Penokohan merupakan gambaran ciri-ciri lahir dan sifat serta batin. Sikap batin di sini dapat diartikan juga sebagai watak. Yang dimaksud dengan watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain. Penokohan dapat mengungkapkan makna niatan si pengarang sebagai pencipta tokoh (Sudjiman, 1988: 28).

1.6.2 Pendekatan Sosiologi Sastra

  Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, socio/ socius berarti masyarakat, logi/ logos berarti ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris (Ratna, 2003: 1). Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik, lebih spesifiknya lagi artinya, kumpulan hasil karya yang baik. Jadi, sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap totalitas karya sastra yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya (Ratna, 2003: 2).

  Watt (dalam Saraswati, 2003: 11) mengemukakan bahwa dalam sosiologi sastra yang dipelajari meliputi:

  1. Konteks sosial pengarang: a) bagaimana si pengarang mendapatkan mata pencaharian (pengayom dari masyarakat atau kerja rangkap), b)

  professionalism kepengarangan (murni sebagai pengarang), c) masyarakat apa yang akan dituju.

  2. Sastra sebagai cerminan masyarakat : a) sastra mungkin dapat mencerminkan masyarakat, b) menampilkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat.

  3. Sastra yang menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya.

  Dunia kenyataan atau dunia sekitar yang melingkupi pengarang atau tempat karya sastra itu dibuat dapat mempengaruhi isi dari karya sastra itu sendiri.

  Keadaan geografis, politis, sosial, dan kebudayaan dapat mempengaruhi hasil dari suatu karya (Saraswati, 2003: 19).

  Dari beberapa konteks sosiologi sastra yang dikemukakan Watt, penulis mengambil konteks sastra sebagai cerminan masyarakat untuk menganalisis novel RCRR ini sebab konteks sastra sebagai cerminan masyarakat lebih relevan dengan tujuan penelitian ini. Dengan menggunakan teori tersebut peneliti berharap dapat menganalisis sekaligus menemukan fakta-fakta gaya hidup secara umum dan gaya hidup metropolitan, khususnya Jakarta, dalam novel RCRR ini.

1.6.3 Gaya Hidup

  Menurut Chaney (2004: 40), gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup dalam tindakannya dalam masyarakat.

  Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan yang lainnya. Dalam interaksi sehari-hari setiap orang dapat menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Masyarakat benar-benar tertantang serta sulit untuk menemukan deskripsi umum mengenai hal-hal yang merujuk pada gaya hidup. Oleh karena itu, gaya hidup membantu memahami apa kebiasaan yang orang-orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tempat geografis, tata karma, cara menggunakan barang-barang, dan cara menghabiskan waktu.

  Hal-hal tersebut yang kemudian membentuk karakteristik suatu kelompok (Chaney, 2004: 41).

  Hal ini tumbuh seiring dengan sejarah globalisasi ekonomi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya (shopping mall), industri

  fashion, kawasan huni mewah (real estate), apartemen, makanan siap saji (fast food) , industri iklan dan televisi yang sudah merasuk dalam hidup masyarakat

  modern (Chaney,2004: 8). Dengan demikian, artinya gaya hidup kini sudah menjadi bagian dari masyarakat modern. Gaya hidup dalam novel RCRR secara khusus menunjuk pada gaya hidup masyarakat di kota metropolitan (Jakarta). Sehingga, sebelum penulis menganalisis gaya hidup modern tokoh-tokoh dalam novel RCRR, terlebih dahulu penulis melanjutkan teori gaya hidup modern yang lebih dikhususkan lagi pada gaya hidup di kota metropolitan (Jakarta).

1.6.4 Gaya Hidup Metropolitan Kota-kota besar memang sangat kental dengan berbagai sajian hiburannya.

  Kota-kota yang kerap dijuluki kota metropolitan seperti halnya Jakarta, punya ciri khas tersendiri dalam gaya hidup dan perilaku masyarakatnya

  (http://www.Figurpublik.com). Salah satu ciri kota metropolitan adalah adanya beragam budaya, berpenduduk padat dan dihuni oleh berbagai bangsa dan beragam etnis. Adanya sistem komunikasi yang modern menyebabkan budaya asing menyebar dengan sangat cepat. Perpaduan budaya yang beragam tersebut menjadikan gaya hidup orang-orang di kota metropolitan menjadi sangat unik. Kelas sosial yang berbeda, jenis pekerjaan yang sangat bervariasi, bercampur baur dengan tata kehidupan beragam dari kemajemukan budaya tadi mengakibatkan gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya menikmati hidup dari beberapa golongan masyarakat metropolitan menjadi menarik dan khas. Biasanya yang paling menarik dan khas adalah gaya hidup kaum mudanya. (http://griya- asri.com/articel/seni/seni_populer_metropolitan.deo). Menurut Widyastuti (Http://www.kompas.com) gaya hidup remaja bisa juga dipengaruhi oleh tokoh yang diidolakannya yang tanpa disadari dapat mengendalikan dan mempengaruhi gaya hidupnya.

  Berbicara mengenai gaya hidup kaum muda atau remaja metropolitan, rokok, alkohol dan narkoba juga merupakan bagian dari kehidupan mereka. Gaya hidup yang menyimpang ini dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam melakukan penyimpangan tersebut (Http://www.organisasi.org). Menurut data konseling nasional di Amerika Serikat, seperti yang tertulis dalam buklet parents: The Anti Drug, remaja mengakui tekanan terbesar yang mereka hadapi sehari-hari adalah tekanan sosial untuk mencoba rokok, alkohol atau narkoba. Hal ini merupakan akibat dari ketidakstabilan emosi yang membawa depresi tersendiri bagi remaja. Apalagi, ketidaksinkronan persepsi dan harapan antara remaja dan orang tua yang mulai memuncak di masa ini sering mendatangkan sejumlah masalah dan ketegangan dalam keluarga. (http://www.mediaindonesia.com).

  Tidak hanya itu saja, gaya hidup di kota metropolitan bahkan dapat mengubah seksualitas seseorang. Apabila kita lihat gaya hidup masyarakat dunia, khususnya Indonesia, tidak mengherankan bila jumlah kaum homoseksualitas akan terus meningkat tiap tahunnya. Tuntutan karir dan gaya hidup metropolitan telah memaksa para orang tua kehilangan waktu dengan anak-anaknya. Anak- anak pun mulai kehilangan figur bapak dan atau ibu (http://www.netsains.com).

  Hal ini jelas merupakan dampak dari gaya hidup modern terutama di kota metropolitan.

  Gaya hidup modern yang dilukiskan dalam novel ini, berupa fashion, gaya hidup alternatif, dan gaya hidup menyimpang (perkelahian, pembuat onar, narkoba, minuman berakohol dan homoseksual). Penjelasan di atas akan penulis gunakan sebagai dasar untuk menganalisis gaya hidup tokoh dalam novel RCRR yang sarat dengan simbol dari bentuk budaya yang ada pada masyarakat, permasalahan tersebut tepat diteliti dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat dalam struktur sosial masyarakat (Swingewood dalam saraswati, 2004: 4). Fungsi pendekatan tersebut adalah agar terjadi pemahaman dengan harapan akan terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat (Ratna, 2004: 59).

  1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

  Penelitian ini sepenuhnya adalah studi pustaka yaitu menggunakan data yang ada kaitannya dengan objek penelitian yakni, gaya hidup tokoh-tokoh dalam novel RCRR. Novel RCRR karya Gunawan diteliti, dianalisis dan didiskripsikan unsur-unsur yang mengacu pada objek penelitian, kemudian dicatat dalam kertas data.

  1.7.3 Metode Analisis Data

  Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis isi dan metode deskripsi. Sesuai dengan namanya analisis isi terutama berhubungan dengan isi komunikasi, baik secara verbal, dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal, seperti arsitektur, pakaian, alat rumah tangga, dan media elektronik (Ratna, 2004: 48). Sedangkan metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988: 63).

  Metode ini juga akan mencatat data yang berkaitan dengan tokoh dan penokohan, serta latar. Dari analisis tokoh dan penokohan, serta latar, akan dianalisis gaya hidup tokoh-tokoh novel RCRR dari sudut pandang sosiologi sastra. Data tersebut kemudian dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

1.7.4 Sumber Data

  Judul buku : Realita Cinta dan Rock ‘n Roll Pengarang : Rudy Gunawan Penerbit : Gagas Media, Jakarta Tahun terbit : 2006 Tebal buku : 155 halaman

1.8 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab satu pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua merupakan analisis tokoh dan penokohan. Bab tiga merupakan analisis gaya hidup tokoh. Pada bab ini penulis menganalisis gaya hidup tokoh-tokoh dalam novel RCRR ini berdasarkan pendekatan sosiologi sastra. Bab empat merupakan penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

   

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL REALITA CINTA DAN ROCK N’ROLL Analisis tokoh dan penokohan dalam kajian sastra merupakan salah satu

  cara untuk memahami dan mengerti isi dari sebuah karya sastra. Analisis tokoh dan penokohan juga dapat memberi keluasan kepada peneliti sastra untuk menetapkan komponen makna yang akan mendapatkan prioritas utama. Analisis ini dilakukan dengan cara memperhatikan dan mengkaji unsur-unsur pembangun struktur berupa tokoh dan penokohan.

  Dalam analisis ini penulis hanya menganalisis tokoh dan penokohan karena tokoh dan penokohan merupakan unsur yang paling efektif mendukung objek penelitian yang berkaitan dengan gaya hidup.

  Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998: 165) tokoh adalah orang- orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca akan ditafsirkan secara moral. Penafsiran ini cenderung melihat pada ekspresi ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh.

  Dalam novel RCRR terdapat beberapa tokoh yang membentuk peristiwa dalam cerita. Tokoh yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah tokoh utama dan tokoh tambahan. Namun, kajian diarahkan pada fungsi penyajian tokoh dengan mencermati tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonisnya karena ketiga jenis tokoh itulah yang paling mendukung terciptanya konflik dalam novel RCRR ini. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasikan penokohan dari masing- masing tokoh.

  Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti terjalin secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagai unsur yang lain, misalnya dengan unsur plot dan tema, atau unsur latar, sudut pandang, gaya, amanat, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1998: 172). Penokohan merupakan penyajian watak tokoh yang meliputi kualitas nalar, kualitas tokoh, serta penciptaan citra yang digambarkan dengan ciri-ciri lahir dan sifat batin. Hal ini dilakukan untuk membedakan satu tokoh dengan tokoh yang lain. Dari pencitraan tersebut dapat diketahui bagaimana watak masing-masing tokoh dalam novel RCRR.

2.1 Tokoh Protagonis

  Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dalam novel, kita dapat menemukan tokoh protagonis, antagonis dan tritagonisnya. Tokoh protagonis adalah tokoh yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan pembaca. Bahkan hal-hal dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi tokoh protagonis seakan juga dihadapi oleh pembaca karena apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan tokoh tersebut seakan perwakilan dari diri pembaca. Alasan itulah yang menciptakan rasa empati pembaca terhadap tokoh protagonis (Nurgiyantoro, 1998: 178-179).

  Tokoh protagonis dalam novel RCRR adalah Ipang dan Nugie. Kedua tokoh ini merupakan tokoh utama yang protagonis. Mereka mengalami konflik yang disebabkan oleh tokoh lain. Namun, ada juga konflik yang tidak disebabkan oleh tokoh lain yang disebut sebagai kekuatan antagonistis, antagonistic force (Altenbernd & Lewis, 166: 59 dalam Nurgiyantoro, 1998: 179). Kekuatan seperti ini misalnya disebabkan karena bencana alam, kecelakaan, penyakit, lingkungan sosial dan alam, aturan-aturan sosial, nilai-nilai moral, serta kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi. Hanya saja, konflik yang disebabkan oleh diri sendiri, misalnya seorang tokoh akan memutuskan sesuatu yang penting yang masing- masing menuntut konsekuensi sehingga terjadi pertentangan dalam diri sendiri ini lebih mungkin dialami oleh tokoh protagonis yang biasanya ada juga pengaruh kekuatan antagonis di luar dirinya walau secara tak langsung. Hal-hal semacam itu dialami kedua tokoh protagonis ini.

2.1.1 Ipang

  Tokoh Ipang sebagai tokoh utama protagonis,yang mengalami berbagai konflik dan tegangan yang disebabkan oleh kekuatan antagonis dan lingkungan sosial yang berdampak pada menurunnya kualitas moralnya. Ipang dibesarkan dari keluarga intelektual. Ayahnya salah satu dosen dari universitas terkemuka di Jakarta. Ia sangat keras mendidik Ipang terutama dalam pendidikan, ini membuat Ipang tertekan dan tumbuh menjadi anak pemberontak. Apalagi setelah ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung dari orang tuanya (Gunawan, 2006: 120). Ipang senang melakukan segala hal sesukanya, hidup tanpa memperdulikan nilai-nilai moral dan aturan-aturan sosial lingkungannya, suka berkelahi, ngeband dan menikmati hidup bebas.

  (1) ”Ipang! Dari mana kamu?”

  “Latian band sampe bonyok seperti itu?” “Latian band, terus pulangnya berantem, Pa”. “Kamuuu!!”(Gunawan, 2006: 85). (2)

  ”Dasar anak nggak punya perasaan. Masa kamu nggak sadar kalau kamu bikin susah mamamu? Kamu pikir dengan nge-band kamu bisa punya masa depan? Lihat rapormu yang kebakaran itu! Lihat!!” (Gunawan, 2006: 86).

  Berikut penokohan tokoh Ipang. Penokohan adalah pelukisan gambaran (watak) seseorang yang meliputi kualitas nalar, kualitas tokoh, serta penciptaan citra yang digambarkan dengan ciri-ciri lahir dan sifat batin yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Ini dilakukan agar dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Dari pencitraan tokoh tersebut dapat diketahui bagaimana watak tokohnya.

  Secara fisik Ipang digambarkan sebagai seorang pemuda yang tampan, cuek dan percaya diri. Berikut kutipannya (3)

  Kalo soal ganteng gue gak pernah mikirin, soalnya diapa-apain juga gue emang ganteng. Ini serius. Gue tahu meskipun semua cewek di sekolahan kelihatan sebel ama gue,tapi mereka gak bisa nutupin mata mereka yang berbinar-binar (Gunawan, 2006: 2).

  Namun, dari segi penampilan, Ipang lebih memilih gaya berpakaian yang terkesan cuek dan berantakan tetapi sebenarnya gaya ini merupakan bagian dari

  

fashion akibat pengaruh gaya hidupnya sebagai anak band

  (Gunawan, 2006: 7). Band beraliran rock ‘n roll merupakan pilihan Ipang karena menurutnya aliran ini lebih sesuai dengan cita-cita dan gaya hidupnya yang santai dalam menjalani hidup. Bahkan pengaruh band untuk hidupnya lebih kuat dari pada pendidikan yang di dapatnya dari sekolahan. Ini jelas menjadi masalah bagi keluarganya terutama ayahnya.

  Ipang dibesarkan dari keluarga yang berpendidikan. Ayahnya seorang dosen dari salah satu universitas terkemuka di Jakarta. Namun dalam hal pendidikan sikap Ipang justru bertolak belakang dari latar belakang keluarganya. Tak hanya nilainya saja yang jelek tetapi ia juga terkenal sebagai siswa yang selalu bermasalah di sekolah. Ia pernah sekali tinggal kelas dan sekali dikeluarkan dari sekolahnya.

  (4) Gue gak percaya. Bagi gue, sekolah gak ada gunanya. Bagi Bokap sekolah adalah segalanya (Gunawan, 2006: 64).

  (5) Ipang juga satu kali dikeluarin dari sekolahnya waktu SMP dan juga satu kali nggak naik kelas (Gunawan, 2006: 29).

  Sikap pemberontak Ipang muncul karena ayahnya terlalu keras mendidiknya dalam hal pendidikan. Ia dituntut menjadi anak yang pintar untuk menjaga nama baik ayahnya. Penekanan demi penekanan mengiringi pertumbuhannya, hingga suatu saat penekanan tersebut justru membentuk karakternya menjadi seorang anak yang pemberontak dan sulit diatur. Apalagi setelah ia mengetahui fakta tentang dirinya bahwa ia bukanlah anak kandung kedua orang tuanya, ia shock, kacau dan semakin sulit dikendalikan.

  (6) Terus terang, gue shock berat. Gue kelimpungan dan ngerasa semuanya jadi berantakan begitu tahu ternyata gue bukan anak kandung Nyokap-

  Bokap. Rasanya gue mau ngancurin semua yang ada di depan gue. Apa aja. Semua. Soalnya semua yang ada dalam diri gue ancur berantakan (Gunawan, 2006: 120). Ipang memang memberontak dari aturan-aturan sosial yang selama ini menekannya, tujuannya hanya satu, Ipang ingin hidup bebas sesuai dengan keinginannya. Meski kebebasan ini pada akhirnya termasuk bagian dari gaya hidup yang menyimpang tapi inilah salah satu ciri gaya hidup anak muda

  (7) Somewhere in Jakarta. Sebotol vodka dan tiga liting ganja siap menemani kami (Gunawan, 2006: 91).

  Nugie dan Sandra adalah sahabat Ipang. Namun Nugie lah yang paling dekat dengan Ipang (Gunawan, 2006: 3). Hampir setiap saat mereka selalu bersama. Nugie tak hanya teman sekelas tapi juga teman band, teman main, teman dalam menjalankan aksi onar nya, teman tempat Ipang berbagi, teman yang paling mengerti Ipang dan teman dalam suka-dukanya (Gunawan, 2006: 3). Sedangkan Sandra adalah teman tempat Nugie dan Ipang bercerita tentang segala hal, teman hura-hura dan teman yang bijaksana saat memberikan pendapat. Sandra lebih tua beberapa tahun dari Ipang dan Nugie inilah yang membuatnya jauh lebih dewasa dibanding kedua sahabatnya. Ipang tak hanya sayang tetapi juga salut dan selalu merasa beruntung mendapatkan sahabat seperti sahabatnya yaitu Nugie dan Sandra.

  (8) Gue rasa gue beruntung banget punya sobat kayak Nugie dan Sandra.

  Mereka luar biasa banget. Gue angkat topi sama mereka berdua. Sobat gue yang selalu ada setiap saat dalam keadaan apapun. Persahabatan adalah hal paling berharga dalam hidup gue. Persahabatan bener-bener sesuatu yang tak ternilai harganya (Gunawan, 2006: 124).

  Ipang memang digambarkan sebagai tokoh yang pemberontak, nakal dan suka berkelahi (Gunawan, 2006: 8) tetapi di balik kenakalannya ia juga memiliki cita-cita menjadi drummer dari band rock ‘n roll masa depan. Cita-cita ini jelas tidak disetujui oleh ayahnya.

  (9) Hanya Bokapnya yang selalu berbeda pendapat dan menentang cita-cita

  Ipang untuk jadi drummer dari band rock ‘n roll masa depan, The Genk (Gunawan, 2006: 23). Penokohan tokoh Ipang disampaikan pengarang dengan cukup jelas dalam yang memberikan tuntutan yang tidak sesuai dengan hati nurani dan cita-citanya, jiwa pemberontaknya, kenakalan-kenakalan, dan kebenciannya terhadap sikap dan ambisi ayahnya.

2.1.2 Nugie